Proposal hipertensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal bab 1 - 4 tentang hipertensi

Citation preview

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    1/26

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

    di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

    terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya .1

    Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of HighBlood Pressure (JNC7) tahun 2003, hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg

    dan diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120-139/80- 89 mmHg dikatagorikan sebagai

    prehipertensi.2

    Hipertensi sering dikatakan sebagai pembunuh diam-diam (silent killer). Hipertensi

    umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian penderitanya tidak merasakan

    gejala apapun, walau tekanan darahnya telah jauh diatas normal. Keadaan seperti ini

    dapat berlangsung bertahun-tahun sampai akhirnya penderita jatuh ke dalam kondisi yang

    lebih parah atau terjadi komplikasi, seperti jantung, ginjal, dan stroke. Komplikasi inilah

    yang pada akhirnya banyak berujung pada kematian.5

    Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping

    karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,

    juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat tinggi seperti penyakit

    jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga menimbulkan kecacatan permanen dan

    kematian mendadak.

    4,6

    Secara global kasus hipertensi terus meningkat di berbagai negara. Prevalensi hipertensi

    di dunia saat ini diperkirakan mencapai 15-25% dari populasi dewasa. Di Amerika

    prevalensi tahun 2005 adalah 21,7%. Di Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%,

    Thailand (1989) 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Philippina (1993) 22%, Singapura (2004)

    24,9% dan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 14% dengan kisaran antara 13,4-

    14,6%. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen

    Kesehatan tahun 2004 menjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah

    tinggi cukup tinggi yaitu 83 per 1000 populasi.

    http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

    Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010, hipertensi masuk ke dalam urutan 10 besar

    penyakit rawat inap di rumah sakit dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,81%.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    2/26

    Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya angka kejadian Hipertensi untuk

    kasus lama dan baru tahun 2011 mencapai 9,98 %

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar

    yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti umur, genetik dan faktor yang

    dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya

    hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama- sama (common underlying

    risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya

    hipertensi.1

    Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita

    hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan

    adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti

    stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan

    makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola

    makan menjurus kesajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan

    garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor

    berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.5-7

    Terdapat hubungan yang bermakna antara umur, kebiasaan merokok, BMI, stres

    kejiwaan, makanan tinggi garam dan tinggi lemak, minuman beralkohol. Meningkat

    kelompok usia ( 40 tahun) meningkat pula prevalensi hipertensi.13,14

    Di Indonesia, masyarakat pekerja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah

    pekerja tahun 1995 sebanyak 88,5 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi

    100.316.000 orang.3

    Masyarakat pekerja ini terbagi dalam beberapa lapangan usaha yaitu

    pertanian 47,6%, perdagangan 17,9%, industri pengolahan 11,8% dan jasa 10,98%.4

    Tulisan ini hanya pada masyarakat di bidang jasa.

    Salah satu kelompok masyarakat yang memiliki risiko besar untuk mengalami stres

    adalah pengemudi angkutan umum. Hal ini terjadi karena mereka dihadapkan pada

    tuntutan untuk mendapatkan penumpang sebanyak mungkin untuk kelangsungan hidup

    mereka dan keluarganya. Selain itu mereka me-miliki intensitas lebih sering untuk

    mengalami stres karena lingkungan fisik, seperti kemacet- an, kebisingan, panas, dan

    polusi udara. Menurut Sears et al. (1985), lingkungan fisik sangat mempengaruhi

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    3/26

    perasaan dan interaksi sosial. Lingkungan fisik dapat menimbulkan terjadinya stres.

    Berdasarkan hal tersebut da- pat dilihat bahwa keadaan sosial ekonomi dan lingkungan

    fisik sangat berpengaruh terhadap munculnya stres pada pengemudi angkutan umum.

    Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

    tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan faktor faktor yang berhubungan dengan

    kejadian hipertensi pada supir taksi

    Hartono, B., 2011. Hipertensi The Silent

    Killer. Perhimpunan Hipertensi Indonesia.http://www.inash.or.id/uplo

    ad/news_pdf/news_-DR._Drs.- Bambang_Hartono,_SE26.pdf, diakses 20 Januari 2013,

    19.50 WIB

    13.Sutedjo, Profil Hipertensi pada Populasi Monica. Hasil Penelitian MONICA-Jakarta

    III Tahun 2000, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi. 2002, May 22nd, 2006 at 10:

    22

    14.Wirakusumah-S Emma, 2002, Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara;

    25.Yundini,Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit Tidak Menular,

    2006; Tue, 29 Aug 2006 10:27:42-0700.

    Suyono-Slamet,Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001;

    253, 454-459,463-464.

    Gunawan-Lany,Hipertensi.Yogyakarta:PenerbitKanisius,2005;9-19.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kebijakan dan Strategi Nasional

    Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: 2003: 2-8.

    Anggraini, Ade Dian dkk, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

    pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari

    sampai Juni 2008. Faculty of Medicine University of Riau, (2009)

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    4/26

    Kearney Patricia M, Whelton Megan, Reynolds Kristi, et.al., Global Burden of

    Hypertension: Analysis of Worldwide Data. New Orleans: The Lancet, 2002; 217, 221-

    222.

    Suyono-Slamet,Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka, 2001;

    253, 454-459,463-464.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    5/26

    Rumusan masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

    penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    Masalah umum:

    1. Apakah faktor yang melekat/tidak dapat diubah (umur dan riwayat keluarga)

    merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi?

    2. Apakah faktor yang dapat diubah (riwayat kebiasaan dan status BMI) merupakan

    faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi?

    3. Apakah faktor dari pekerjaan supir taksi (lama bekerja, lama waktu istirahat, waktu

    tidur, tingkat pendidikan dan stress) merupakan faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi?

    Masalah khusus:

    Apabila masalah diperinci maka dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Apakah umur semakin tua merupakan salah satu faktor yang berhubungan denganterjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    2. Apakah riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan salah satu faktor yang

    berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    3. Apakah kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    4. Apakah kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan salah satu faktor

    terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    5. Apakah obesitas merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya

    hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    6. Apakah lama bekerja dan lama waktu istirahat dalam 1 hari merupakan salah satu

    faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55

    tahun?

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    6/26

    7. Apakah lama waktu tidur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    8. Apakah tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    9. Apakah stress kejiwaan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun?

    Tujuan

    Tujuan umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

    dengan kejadian hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun.

    Tujuan khusus

    1. Mengetahui hubungan antara bertambahnya umur dengan terjadinya hipertensi pada

    supir gading taksi usia 30-55 tahun.

    2. Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi dengan terjadinya

    hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun.

    3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hipertensi padasupir gading taksi usia 30-55 tahun.

    4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan minum alkohol dengan terjadinya hipertensi

    pada supir gading taksi usia 30-55 tahun.

    5. Mengetahui hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi pada supir gading

    taksi usia 30-55 tahun.

    6. Mengetahui hubungan antara lama bekerja dan lama waktu istirahat dalam 1 hari

    dengan terjadinya hipertensi pada supir gading taksi usia 30-55 tahun.

    7. Mengetahui hubungan antara lama waktu tidur dengan terjadinya hipertensi pada supir

    gading taksi usia 30-55 tahun.

    8. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya hipertensi pada

    supir gading taksi usia 30-55 tahun.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    7/26

    9. Mengetahui hubungan antara stress kejiwaan dengan terjadinya hipertensi pada supir

    gading taksi usia 30-55 tahun.

    Hipotesis

    Hipotesis Mayor

    Faktor-faktor yang melekat atau tidak dapat diubah (umur dan riwayat keluarga), faktor-

    faktor yang dapat diubah (riwayat kebiasaan dan status BMI) merupakan faktor risiko

    hipertensi dan faktor dari pekerjaan supir taksi (lama bekerja, waktu istirahat, waktu

    tidur, tingkat pendidikan dan stres) merupakan faktor yang berhubungan dengan

    terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    Hipotesis Minor

    1. Ada hubungan antara umur yang semakin tua dengan terjadinya hipertensi pada supir

    taksi.

    2. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi dengan terjadinya hipertensipada supir taksi.

    3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    4. Ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dengan terjadinyahipertensi pada supir taksi.

    5. Ada hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    6. Ada hubungan antara lama bekerja dan lama waktu istirahat dalam 1 hari dengan

    terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    7. Ada hubungan antara lama waktu tidur dengan terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    8. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    9. Ada hubungan antara stress kejiwaan dengan terjadinya hipertensi pada supir taksi.

    Manfaat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

    a. bagi ilmu pengetahuan

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    8/26

    memberikan informasi tambahan mengenai hipertensi pada supir taksi dan faktor faktor

    yang berhubungan.

    b. bagi masyarakat

    Sebagai informasi faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada supir

    taksi agar masyarakat dapat mengetahui secara dini faktor risiko penyakit ini sehingga

    dapat melaksanakan pencegahan dan pengendaliannya.

    c. bagi profesi

    hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi edukasi dan pencegahan kepada

    masyarakat mengenai hipertensi.

    d. bagi peneliti lain

    Sebagai bahan kajian, terutama karena pertimbangan tertentu ingin melakukan penelitian

    lanjutan atau penelitian yang sejenis.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    9/26

    TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

    HIPERTENSI

    1. Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi

    Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding- dinding arteri ketika darah

    tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang

    diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh

    darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut

    denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan

    sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).27,41

    Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.

    Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan

    oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan

    kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik 140

    mmHg dan diastolik 90 mmHg.30

    Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah yang

    masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau lebih

    dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan

    menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya

    120/80 mmHg).6

    hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi

    gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat

    seperti Stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), Penyakit

    Jantung Koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan

    ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula

    menyebabkan Gagal Ginjal, Penyakit Pembuluh lain, Diabetes Mellitus dan lain-lain.2,3

    Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke merupakan

    penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap

    kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi sistolik dan distolik terbukti

    berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    10/26

    95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibanding

    dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari

    180 mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan

    dengan tekanan darah kurang 140 mmHg.

    Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

    kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg,

    diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Klasifikasi prehipertensi bukan suatu

    penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi. Terapi non

    farmakologi antara lain mengurangi asupan garam. Olah raga, menghentikan rokok dan

    mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama- sama obat farmakologi.8

    Klasifikasi Menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara

    Amerika Serikat, menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina,

    menurut European Society of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-negara di

    Eropa. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi hipertensi.

    Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah

    Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007

    belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini

    dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.

    Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi

    WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

    Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

    Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

    Optimal < 120 < 80

    Normal < 130 < 85

    Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

    Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

    Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

    Tingkat 3 (hipertensi berat) 180 110

    Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    11/26

    Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

    Klasifikasi Hipertensi menurutJoint National Committee 7

    Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

    Normal

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    12/26

    2. Epidemiologi

    Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang diselenggarakan Kementrian

    Kesehatan menunjukkan prevalensi Hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran

    tekanan darah) sangat tinggi, yaitu 31,7% dari total penduduk dewasa. Prevalensi ini jauh

    lebih tinggi dibandingkan dengan Thailand (22,7%), Malaysia (20%). Dari Riskesdas

    tahun 2007 tersebut, didapatkan bahwa Hipertensi yang merupakan salah satu penyakit

    tidak menular, menempati prevalensi tertinggi secara Nasional, disusul penyakit sendi

    (30,3%) dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)(25,5%). Hipertensi memilki

    prevalensi yang lebih tinggi dari penyakit jantung (7,2%). Prevalensi hipertensi nasional

    rata-rata 31,7% yang tertinggi dimilki Jawa Timur (37,4%). Bustan, MN. 2007.

    Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

    3. Patofisiologi

    Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab oleh

    penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak

    diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder bernilai

    kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh

    penyakit ginjal kronik atau renovascular. Kondisi lain yang dapat menyebakan hipertensisekunder antara lain pheochromocytoma, sindrom cushing, hipertiroid, aldosteron primer,

    kehamilan, obstruksif sleep apnea, dan kerusakan aorta. Beberapa obat yang dapat

    meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid, estrogen, AINS (Anti Inflamasi Non

    Steroid), amphetamine, sibutramin, siklosporin, tacrolimus, erythropoietin, dan

    venlafaxine.

    Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer adalah :

    1. Ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin angiotensin aldosteron, hormonan

    natriuretik atau hiperinsulinemia,

    2. Masalah patologi pada sistem syaraf, serabut saraf otonom, volume plasma, dan

    konstriksi arteriol.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    13/26

    3. Defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskular, misalnya

    prostasiklin, bradikinin dan nitrit oksida atau terjadinya peningkatan produksi senyawa

    vasokonstriktor seperti angiostensin II dan endotelin I

    4. Asupan natrium tinggi dan peningkatan sirkulasi hormon natriuretik yang menginhibisi

    transpor natrium intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktivitas vaskular dan tekanan

    darah.

    5. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler, memicu perubahan vaskular, fungsi otot

    halus dan peningkatan resistensi vaskuler perifer.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    14/26

    Penyebab utama kematian pada hipertensi adalah serebrovaskular, kardiovaskular, dan

    gagal ginjal. Kemungkinan kematian prematur pada korelasinya dengan meningkatnya

    tekanan darah. Dipiro. Joseph, et al.2005.Pharmacotherapy: A pathophysiologi Approach,

    Sixth Edition. the Mc Graw-Hill Companies. United states Of America.

    4. Patogenesis

    Hanya berkisar 10-15% kasus hipertensi yang diketahui penyebabnya secara spesifik. Hal

    ini penting menjadi bahan pertimbangan karena beberapa dari kasus-kasus hipertensi

    tersebut bisa dikoreksi dengan terapi definitif pembedahan, seperti penyempitan arteri

    renalis, coarctation dari aorta, pheochromocytoma, cushings disease, akromegali, dan

    hipertensi dalam kehamilan. Sedangkan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

    sering disebut sebagai hipertensi esensial. Hipertensi esensial menduduki 80-95% dari

    kasus-kasus hipertensi. Secara umum hipertensi selalu dihubungkan denganketidaknormalan peningkatan aktivitas simpatis, yaitu terjadi peningkatan baseline dari

    curah jantung (CO), seperti pada keadaan febris, hipertiroidisme atau terjadi peningkatan

    resistensi pembuluh darah perifer (SVR) atau kedua-duanya. Peningkatan SVR

    merupakan penyebab hipertensi pada mayoritas penderita hipertensi. Pola perkembangan

    terjadinya hipertensi, awalnya CO meningkat, tetapi SVR dalam batas-batas normal.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    15/26

    Ketika hipertensi semakin progresif, CO kembali normal tetapi SVR meningkat menjadi

    tidak normal. Afterload jantung yang meningkat secara kronis menghasilkan LVH (left

    ventricle hypertrophy) dan merubah fungsi diastolik. Hipertensi juga merubah

    autoregulasi serebral sehingga cerebral blood flow (CBF) normal untuk penderita

    hipertensi dipertahankan pada tekanan yang tinggi. Tekanan darah berbanding lurus

    dengan curah jantung dan SVR, dimana persamaan ini dapat dirumuskan dengan

    menggunakan hukum Law, yaitu:

    BP = CO x SVR

    Secara fisiologis TD individu dalam keadaan normal ataupun hipertensi, dipertahankan

    pada CO atau SVR tertentu. Secara anatomik ada 3 tempat yang mempengaruhi TD ini,

    yaitu arterial, vena-vena post kapiler (venous capacitance) dan jantung. Sedangkan ginjal

    merupakan faktor keempat lewat pengaturan volume cairan intravaskuler (gambar 1). Hal

    lain yang ikut berpengaruh adalah baroreseptor sebagai pengatur aktivitas saraf otonom,

    yang bersama dengan mekanisme humoral, termasuk sistem rennin-angiotensin-

    aldosteron akan menyeimbangkan fungsi dari keempat tersebut. Faktor terakhir adalah

    pelepasan hormon-hormon lokal yang berasal dari endotel vaskuler dapat juga

    mempengaruhi pengaturan SVR.

    Kumar dan Robbins. 1995. BUKU AJAR PATOLOGI II EDISI 4. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC.

    5. Gejala klinis

    Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan

    manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:29

    1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan

    darah intrakranium.

    2. Penglihatankaburakibatkerusakanretinakarenahipertensi.3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

    4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

    5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    16/26

    Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada

    ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga

    berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang dan pusing.37

    6.Jenis jenis hipertensi

    Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial

    atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dijumpai lebih kurang 90 % dan

    hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui yaitu 10 % dari seluruh hipertensi.6,7

    Menurut Sunarta Ann berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dikelompokkan dalam

    duakategori besar, yaitu:

    a. Hipertensi Primer

    Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor yang

    diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer seperti bertambahnya umur,

    stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan

    termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer sering dilakukan adalah

    membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang kegemukan (obes), membatasi konsumsi

    garam, dan olahraga. Obat antihipertensi mungkin pula digunakan tetapi kadang-kadang

    menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol, menurunnya kadarnatrium (Na) dan kalium (K) didalam tubuh dan dehidrasi.

    b. Hipertensi Sekunder

    Artinya penyebab boleh dikatakan telah pasti yaitu hipertensi yang diakibatkan oleh

    kerusakan suatu organ. Yang termasuk hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung,

    hipertensi penyakit ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes

    melitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik.36

    7. Faktor resiko

    Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:

    a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

    1) Umur

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    17/26

    Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua

    seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

    mempunyai risiko terkena hipertensi.5,8,37

    Dengan bertambahnya umur, risiko terkena

    hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi

    yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.38

    Arteri

    kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya

    usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan

    enampuluhan.32

    Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi

    bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun

    atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya

    umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

    hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu

    terjadinya hipertensi.30,32

    2) Riwayat Keluarga

    Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi

    lebih sering menderita hipertensi.38 Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi

    (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi

    primer.38

    Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko

    hipertensi 2-5 kali lipat.40

    Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

    untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.9

    Menurut Sheps,

    hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita

    mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan

    mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan

    kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.34

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    18/26

    b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

    1) Kebiasaan Merokok

    rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan peningkatan

    risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

    6

    Selain dari lamanya, risiko merokokterbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu

    pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak

    merokok.41

    Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,

    yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri

    dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.38

    Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara

    setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh

    pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.

    Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin

    dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).

    Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk

    bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja

    maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darahakan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok.

    Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun

    dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi

    sepanjang hari. 34

    2) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman BeralkoholAlkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung

    hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.6

    Orang- orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki

    tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.26

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    19/26

    Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan

    bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol.31

    Mekanisme

    peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan

    kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah

    berperan dalam menaikkan tekanan darah.38

    Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua

    kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari

    meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa

    alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah

    menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum- minuman beralkohol

    berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.18,34

    3) Obesitas

    Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui

    secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa

    jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari

    pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.

    Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ

    tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar

    jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

    lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Menurut Sustrani

    (2006), cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan

    mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT), Rumus untuk IMT adalah berat badan (kg) dibagi

    dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) . Adapun kategori penilaian berat badan menurut

    IMT adalah :

    IMT < 20 Kg/m2 = berat badan kurang

    IMT 20-24 Kg/m2

    = normal atau sehat

    IMT 25-29 Kg/m2

    = gemuk atau kelebihan berat badan

    IMT >30 Kg/m2 = sangat gemuk atau obesitas

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    20/26

    Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,

    terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes

    5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada

    penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.

    38

    4) StresHubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang

    dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi

    berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti

    belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap

    stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.

    43

    Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi

    disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi

    jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem

    biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.44

    Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah

    diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif.

    Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar

    itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu.34

    Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa

    marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal

    melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih

    kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh

    berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

    patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.7,43

    Menurut Slamet Suyono stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga

    melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.7

    Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

    menetap.6

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    21/26

    Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah

    hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat

    meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan

    hipertensi belum dapat dipastikan.

    38,44

    Oleh karena hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari

    seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap

    timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka

    pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup

    sehat menjadi sangat penting.

    PEKERJAAN dan PENDIDIKAN

    Pengertian Pekerjaan

    Menurut Notoadmojo pekerjaan adalah tugas atau rutinitas yang dilakukan setiap hari,

    dimana tugas yang dilakukan juga dijadikan sebagai penghidupan dan dilakukan untuk

    mendapatkan nafkah. Jenis lapangan pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan status

    ekonomi individu , keluarga dan masyarakat.

    Salah satu jenis lapangan pekerjaan ialah supir. Sopir atau supir (dari bahasa Perancis:

    chauffeur) adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh majikan untuk mengemudi

    kendaraan bermotor. Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi yang

    menjalankan kendaraan pribadi dan yang kedua adalah sopir perusahaan yang bekerja

    untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti taksi,bus, ataupun angkutan

    barang.

    Pengertian PendidikanPendidikan merupakan bagian hakiki dari kehidupan. Pendidikan merupakan usaha

    manusia dan masyarakat untuk menjawab tantangan kehidupan. Pendidikan secara umum

    adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

    kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

    pendidikan.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengemudihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Angkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taksihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bushttp://id.wikipedia.org/wiki/Bushttp://id.wikipedia.org/wiki/Taksihttp://id.wikipedia.org/wiki/Angkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengemudihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancis
  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    22/26

    Tingkat pendidikan

    Menurut Notoatmodjo tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas:

    1. Pendidikan Tinggi

    Yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan tinggi adalah tamat/ tidak tamat

    Perguruan tinggi, tamat/ tidak tamat SMA dan sederajat.

    2. Pendidikan Rendah

    Yang termasuk berpendidikan rendah adalah tidak sekolah, tamat/ tidak

    tamat SD, tamat/ tidak tamat SMP dan sederajat.

    Notoatmojo, S. 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

    JAM KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT

    Pengertian jam kerja

    Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari

    dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-

    Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai denganpasal 85.

    Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan

    ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang

    telas disebutkan diatas yaitu:

    a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerjadalam 1 minggu; atau

    b. jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam1 minggu.

    Pengertian waktu istirahat

    Jam istirahat kerja adalah waktu untuk pemulihan setelah melakukan pekerjaan untuk

    waktu tertentu. Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu

    istirahat kepada pekerjanya.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    23/26

    Menurut Undang- Undang setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja dalam

    sehari, sekurang kurangnya 1/2 jam setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu

    istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal 79 UU 13/2003). Selain itu, pengusaha

    wajib memberikan waktu secukupnya bagi pekerja untuk melaksanakan ibadah (Pasal 80

    UU 13/2003).

    Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam) hari kerja

    atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu minggu

    (Pasal 79 UU 13/2003).

    Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.

    WAKTU TIDUR

    Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkanoleh stimulus

    atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986).

    Tidur diartikan sebagai suatu kedaan perubahan kesadaran melalui tingkatan stimulus

    yang bervariasi yang menghasilkan keterjagaan. Tidur merupakan keadaan irama yang

    aktif dan kompleks yang melibatkan siklus yang berulang dimana tiap siklus merupakan

    penggambaran dari fase-fase aktivitas tubuh dan otak yang berbeda-beda. Sedangkan

    istirahat merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan tingkat aktivitas

    yang menghasilkan suatu perasaan yang menyegarkan.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    24/26

    NILAI-NILAI NORMAL

    USIATINGKAT

    PERKEMBANGANJUMLAH KEBUTUHAN TIDU

    01 bulan

    118 bulan

    18 bulan3 tahun

    36 tahun

    612 tahun

    1218 tahun

    1840 tahun

    4060 yahun

    > 60 tahun

    Neonatus

    Bayi

    Anak

    Prasekolah

    Sekolah

    Remaja

    Dewasa muda

    Paruh baya

    Dewasa tua

    1418 jam/hari

    1214 jam/hari

    1112 jam/hari

    11 jam/hari

    10 jam/hari

    8,5 jam/hari

    78 jam/hari

    7 jam/hari

    6 jam/hari

    Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.Jakarta :

    Salemba Medika.

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    25/26

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    Kerangka Konsep

    VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

    Usia

    Alkohol

    Merokok

    Obesitas

    Riwayat Keluarga

    Lama bekerja

    Lama waktu istirahat

    Stres

    Lama waktu tidur

    HIPERTENSI

  • 5/21/2018 Proposal hipertensi

    26/26