34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah besar dan serius. Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ke-tiga setelah stroke dan tuberkolosis. Mencapai 6,7% dari populasi kematian di Indonesia. (Depkominfo, 2010) Data sosiodemografi tingkat pengukuran ekologi sebagai variabel independen utama, diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, Statistik Indonesia, Statistik Kesehatan, Statistik Kesejahteraan Rakyat, dan Data Departemen Dalam Negeri, unit pengamatan provinsi. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%). (FKM UI,2004). Pada usia-usia remaja juga bisa terkena hipertensi, bukan hanya pada usia tua saja. Bisa 1

proposal hipertensi (Repaired)

  • Upload
    izkar

  • View
    885

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: proposal hipertensi (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan

darah yang bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi terhadap

beberapa penyakit lain, bahkan penyebab penyakit jantung, stroke, dan

ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah besar dan serius.

Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ke-tiga setelah

stroke dan tuberkolosis. Mencapai 6,7% dari populasi kematian di

Indonesia. (Depkominfo, 2010) Data sosiodemografi tingkat pengukuran

ekologi sebagai variabel independen utama, diperoleh dari Profil

Kesehatan Indonesia, Statistik Indonesia, Statistik Kesehatan, Statistik

Kesejahteraan Rakyat, dan Data Departemen Dalam Negeri, unit

pengamatan provinsi. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi

hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi

36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di

perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%). (FKM UI,2004).

Pada usia-usia remaja juga bisa terkena hipertensi, bukan hanya

pada usia tua saja. Bisa saja karena perilaku remaja yang tidak baik seperti

minum alcohol, merokok, dan lain-lain. Tingkat prevalensi kasus

hipertensi ini cukup banyak, dan tingkat keganasannya juga tinggi berupa

morbiditas dan mortalitas.

Genetik juga salah satu factor terjadinya hipertensi. Seseorang

yang mempunyai riwayat hipertensi dua kali lebih besar risiko terkena

hipertensi disbanding yang tidak mempunyai riwayat hipertensi pada

keluarganya. Obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi. Karena lemak

dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat menaikan tekanan darah.

Olahraga dapat menurunkan risiko hipertensi, karena jika tidak

dibiasakan berolahraga kerja jantung akan lebih keras tiap kontraksi.

1

Page 2: proposal hipertensi (Repaired)

Makin keras otot jantung melakukan kontraksi akan semakin besar beban

yang ditekankan pada arteri. Kurang olahraga juga bisa menimbulkan

kelebihan berat badan, dan penimbunan lemak yang berbahaya bagi

jantung.

1.2. Perumusan Permasalahan

Adakah hubungan antara klasifikasi BMI (Body Mass Index)

terhadap resiko terkena hipertensi?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara klasifikasi BMI (Body Mask Index)

terhadap resiko terkena hipertensi.

1.4. Tujuan

Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi BMI (Body

Mask Index) terhadap resiko hipertensi.

Tujuan khusus:

a. Mengetahui karakteristik responden (kebiasaan merokok, umur,

status perkawinan, tingkat pendidikan, sering atau tidaknya

mengkonsumsi makanan asin, kebiasaan olahraga, tekanan darah

yang digolongkan hipertensi atau tidak, dan tingkatan BMI

responden)

b. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kelompok BMI

(Body Mass Index) dengan resiko terkena hipertensi.

1.5. Manfaat

1.5.1 Manfaat bagi peneliti

Sebagai prasyarat tugas dalam menempuh pembelajaran modul

riset di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi

Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2

Page 3: proposal hipertensi (Repaired)

1.5.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan

masyarakat tentang informasi kesehatan khususnya tentang bahaya

hipertensi dan bagaimana cara pencegahannya, minimal untuk mengurangi

risiko terjadinya hipertensi.

1.5.3 Bagi Institusi

Hasil penilitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian

lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi dalam

hal ini adalah faktor resiko yaitu berat badan.

3

Page 4: proposal hipertensi (Repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi +

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

4

Berat badanTinggi Badan

klasifikasi bmi (body mass index)

genetiklifestyleobesitassexusia

HIPERTENSI

Page 5: proposal hipertensi (Repaired)

2.2.2 Mekanisme Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin

(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua

aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada

ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah.

2.2.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer merupakan tipe yang paling umum, yaitu

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopati (hipertensi tanpa

kelainan dasar patologi yang jelas). Lebih dari 90% kasus merupakan

5

Page 6: proposal hipertensi (Repaired)

hipertensi primer. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan

lingkungan.

b. Hipertensi sekunder

Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain

kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenja tiroid.

Faktor risiko Hipertensi dibedakan menadi 2 kelompok, yaitu :

a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya

umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi

hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 %,

dengan kematian sekitar di atas 65 tahun pada usia lanjut.

2. Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,

dimana pria lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan dengan

perempuan, dengan rasio 2,29% untuk peningkatan tekanan darah

sistolik. Pria di duga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

meningkatan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan.

3. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) yang mempertinggi risiko (ensensial). Tentunya faktor

genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang

kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor

genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan

rennin membran sel.

b) Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari pasien

hipertensi antara lain :

1) Obsesitas

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang

di nyatakan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan

6

Page 7: proposal hipertensi (Repaired)

antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter berkaitan

erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah

dilaporkan oleh beberapa studi.

2) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk

terjadinya kematian akibat kardiovaskuler, dan penelitan telah

menunjukan bahwa penghentian merokok dapat mencegah terjadinya

penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan infark miokard.

3) Stress

Steress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,

dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak

ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga tibul perubahan patologis. Gejala yang muncul

dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

2.2.4 Dampak Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan dampak pada diri si penderita antara lain :

1. Sakit kepala, pegal-pegal, perasaan tidak nyaman di tengkuk,

perasaan berputar/ingin jatuh, berdebar-debar, detak jantung

yang cepat, telinga berdenging.

2. Gagal jantung, karena jantung bekerja lebih keras sehingga otot

jantung membesar (hipertropi ventrikel kiri).

3. Berkembangnya plak lemak dalam dinding pembuluh darah

(atherosclerosis) dan plak garam-garaman (arteriosclerosis).

4. Atherosclerosis dan arteriosclerosis menyebabkan sumbatan aliran

darah, sehingga meningkatkan potensi kebocoran pembuluh darah.

Sumbatan di pembuluh nadi leher dapat menyebabkan

7

Page 8: proposal hipertensi (Repaired)

berkurangnya suplai oksigen ke sel-sel otak. Apabila otak

mengalami kekurangan oksigen dalam jangka waktu tertentu dapat

menimbulkan matinya sel-sel saraf otak (stroke iskhemik).

5. Pecahnya pembuluh darah kapiler di otak menyebabkan

pendarahan, sehingga sel-sel saraf dapat mati. Penyakit ini disebut

stroke hemoragik (stroke pendarahan). Stroke pendarahan sering

menimbulkan kematian mendadak.

6. Pecahnya pembuluh darah menyebabkan matinya beberapa organ

sehingga terjadi kelumpuhan. Lumpuh separuh badan sering terjadi

pada penderita stroke.

7. Pecahnya pembuluh darah tajuk di jantung, menyebabkan matinya

sebagian sel otot jantung. Hipertensi menyebabkan resiko gagal

jantung 6 X lebih besar dari orang yang tekanan darahnya normal.

8. Pecahnya pembuluh darah ginjal menyebabkan pendarahan pada

ginjal dan terjadi gagal ginjal.

9. Pecahnya pembuluh darah retina menyebabkan pandangan mata

menjadi kabur bahkan bisa buta (retrinopati).

10. Bersamaan dengan hipertensi akan mengalami kencing manis

(Diabetes mellitus), hiperfungsi kelenjar tiroid (hyperthyroid),

rematik, serta meningkatnya kadar lemak (hyperlipidemia)b.

2.2.5 Pencegahan Hipertensi

Modifikasi pola hidup

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita

hipertensi, sangat

menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang

harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada kegemukan,

mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi

asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan

asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok,

mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Intervensi nonfarmakologis ini

harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan. Mengingat risiko-risikonya

8

Page 9: proposal hipertensi (Repaired)

yang hebat, maka dianjurkan pengukuran tekanan darah secara teratur, misalnya

dengan mengukur tekanan darah setiap satu bulan sekali, terutama untuk mereka

yang berusia di atas 45 tahun.

2.2.6 Tatalaksana Hipertensi

Pengobatan Hipertensi :

1.Terapi farmakologis

Pengobatan hipertensi tergantung dari etiologi maupun derajat hipertensi.

Adapun tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mencegah terjadinya morbilitas

dan mortalitas akibat tekanan darah yang tinggi. Program pengobatan hipertensi

terdiri dari dua macam, yaitu :

Pengobatan konservatif dengan obat-obat anti hipertensi, untuk

hipertensi essensial.

Tindakan pembedahan untuk hipertensi sekunder

Penderita dengan hipertensi berat harus segera diobati, sedangkan untuk

hipertensi ringan perlu dipastikan dulu dengan pengukuran ulang.

2. Penggolongan obat-obat anti hipertensi :

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi

metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam

memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis

kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan.

Diuretik didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran

kemih atau diuresis akibat khasiat langsung terhadap ginjal. Diuretik digunakan

untuk pengobatan hipertensi terutama hipertensi yang ringan atau sedang. Pada

penderita hipertensi yang berat sering digunakan diuretik bersama dengan obat-

obat penurun tekanan darah yang lain.

Khasiat dari diuretika ini adalah menurunkan tekanan darah dengan

mempertinggi pengeluaran natrium dan air sehingga volume dan tekanan darah

menurun. Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan dalam

pemilihan obat antihipertensi.

9

Page 10: proposal hipertensi (Repaired)

Pada penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin

sangat bermanfaat; namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-

keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif.

Pada penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung

kongestif, diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau

kombinasi keduanya merupakan ptlihan terbaik.

Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural (penyekat

adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat-obatan yang

dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis 2 sentral) harus diberikan

dengan hati-hati. Perlu diperhatikan adanya interaksi obat antara

antihipertensidengan obat lainnya. Obat yang potensial memberikan efek

antihipertensi misalnya : obat anti psikotik terutama fenotiazin, antidepresan

khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol.

Obat yang memberikan efek antagonis antihipertensi adalah:

kortikosteroid dan obat antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan

toksisitas adalah: (a)tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium

risiko toksisitas meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun; (b)

Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi, gagal

jantung; digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan

efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia. Dosis beberapa obat

diuretic penyekat beta, penghambat ACE, penyekat kanal kalsium, dan penyakat

alfa yang dianjurkan pda penderita hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai

berikut.

Dosis obatobat diuretic (mg/hari) msialnya: bendrofluazid 1,25- 2,5,

klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid 12,5-25, dan indapamid SR

1,5. Dosis obat-oabat penyekat beta yang direkomendasikan adalah: asebutolol

400 mg sekali atau dua kali sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20

mg sekali sehari, celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg

sekali sehari, oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg

sekali sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah:

kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari,

perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-

10

Page 11: proposal hipertensi (Repaired)

10 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang dianjurkan

adalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari, felodipin

5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60 mg sekali

sehari, verapamil 120-240 mg dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat alfa yang

dianjurkan adalah; doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari

sampai 10 mg dua kali sehari.

2.3 Kerangka Konsep

11

Page 12: proposal hipertensi (Repaired)

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik

dengan pendekatan croos sectional untuk mengetahui hubungan obesitas

dengan kejadian hipertensi pada Laki-Laki yang berumur 18 tahun keatas

pada daerah puri intan ciputat,tangerang selatan.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Puri intan ciputat sejak hari

selasa-rabu,22 s/d 24 januari 2011.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi-nya yaitu warga laki-laki berumur 18 tahun keatas yang

berada di daerah Puri intan ciputat dengan pembatasan populasi

berdasarkan kriteria inklusi.

Pengambilan sample dilakukan dengan cara Sistematic Random

Sampling mengingat jumlah warga yang diambil tidak teralalu banyak .

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

a. Kriteria Inklusi

1. Menderita hipertensi dan tidak hipertensi (kontrol)

2. Warga yang berada di daerah puri intan ciputat

3. Jenis kelamin laki-laki

4. Usia 18 tahun ke atas

5. Bersedia menjadi responden.

6. Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data.

12

Page 13: proposal hipertensi (Repaired)

b. Kriteria Eksklusi

1. menderita penyakit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan

pada

korteks adrenal.

2. menderita penyakit psikosis

3. memiliki riwayat merokok

4. memiliki riwayat hipertensi di keluarga (faktor genetik)

5. konsumsi garam berlebih

3.5 Cara Kerja

Mempersiapkan alat yang akan digunakan seperti timbangan berat

badan. Kemudian mengidentifikasi subjek yang akan di teliti dengan

meminta informasi jumlah warga yang ada kepada kelurahan setempat.

Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian dengan membagi 2

kelompok yaitu yang bukan termasuk penderita hipertensi dan termasuk

penderita hipertensi. Sebelumnya diminta persetujuan (informed cnsent)

dimana subjek akan mendapatkan salinan lembar persetujuan. Subjek yang

bersedia di tiap masing-masing kelompok di interview berat badan

kemudian di analisis.

3.6 Alur Penilitian

3.7 Management Data

13

Informed consent

random

Identifikasi subjek

Persiapan penelitian

hipertensiNon hipertensi

Page 14: proposal hipertensi (Repaired)

Metode pengolahan data diambil secara random dengan cara

interview dan observasi dan metode pengolahan data dilakukan secara

manual dan komputerisasi.

Karena data berbentuk analitik komperatif kategorik tidak

berpasangan maka dalam menganalisis data menggunakan uji “Chi square

Fisher KS” dengan rumus pengambilan besar sampel :

Bila dimasukkan ke dalam data penelitian maka :

Zα : 1.96 P : 0.54

Zβ : 0.842 Q: 0.46

P1 : 0.64 Q1 : 0.36

P2 : 0.44 Q2 : 0.562

Besar Sample = 1.96√2(0.54 x 0.46) + 0.842√(0.64 x 0.36) + (0.56 + 0.44)

0.2

= 57.95 dibulatkan menjadi 58

Jadi minimal sample yang diambil dalam penelitian ini adalah

sebanyak 58 responden yang mewakili populasi, namun dalam penelitian

memakai seluruh populasi untuk dijadikan sampel penelitian agar mengurangi

resiko ketidakvalidan data.

3.8 Etika Penilitian

Mengajukan usulan penelitian kepada komisi etik

Memberikan informed consent kepada subjek penelitian dan rumah

sakit

3.9 Definisi Operasional

14

Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2

P1 – P2

Page 15: proposal hipertensi (Repaired)

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur1. Hipertensi Suatu keadaan dimana tekanan

darah responden melebihi batas normal yaitu sistolik > 140 mmHg dan Diastolik > 100 mmHg.12

Tekanan darah sistolik :- < 120 : normal- 120 – 139 : prehipertensi- 140 – 159 : hipertensi stage 1- > 160 : hipertensi stage 2Tekanan darah diastolik :- < 80 : normal- 80 – 89 : prehipertensi- 90 – 99 : hipertensi stage 1- > 100 : hipertensi stage 2

- Kuesioner-Tensi Meter

- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran

1.Hipertensi ( TD>120)2. Non Hipertensi (TD <=120)

2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah arteri. Tekanan itu diukur dalam satuan milimeter mercury (mmHg) and direkam dalam dua angka-tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi)11

- Kuesioner-Tensi Meter

- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran

Sesuai hasil pengukuran, lalu dikelompokkan menjadi hipertensi atau tidak.

3. Obesitas Kelebihan massa tubuh responden yang didapat berdasarkan perhitungan rasio berat badan dan tinggi badan pada kurun waktu tiga bulan terakhir.9

- Kuesioner- Timbangan- Pengukur

Tinggi Badan

- Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran

1. Obesitas2. Tidak

Obesitas

4. IMT Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas.9

Klasifikasi IMT :- < 18,5 : Underweight- 18,5-24,9 : Normal- 25-29,9 : Overweight- 30-34,9 : Obesitas Tahap I- 35-39,9 : Obesitas Tahap II- >40 : Ekstrim,

Obesitas Tahap III

Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran

1. Non obesitas (underweight, normal)

2. Obesitas (overwight, Obesitas)

5. Berat Badan

Adalah ukuran massa seseorang dan diketahui dengan satuan kilogram (kg)9

Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Penimbangan

Sesuai hasil penimbangan (kg)

6. Tinggi Badan

Adalah ukuran tinggi seseorang dari ujung kepala hingga ujung kaki dan diketahui dengan satuan centimeter (cm) / meter (m)9

Kuesioner - Wawancaraberdasarkan kuesioner- Pengukuran

Sesuai hasil pengukuran (m)

3.10 Perincian Anggaran

15

Page 16: proposal hipertensi (Repaired)

1. Biaya peralatan

No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya

1 Tensimeter 3 Rp.200.000 Rp.600.000

2Timbangan

badan3 Rp.200.000 Rp.600.000

3 steteskop 3 Rp.30.000 Rp.90.000

JUMLAH Rp. 1.290.000

2. Perjalanan

No Jenis KendaraanBahan

Bakar/hariJumlah Hari Total Biaya

1 Motor 1 L @ 5000 3 Rp. 15.000

JUMLAH Rp. 15.000

3. Alat Tulis Kantor

No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya

1 Buku 3 Rp.5000 Rp.15.000

2 Pulpen 3 Rp.2000 Rp.6.000

3 Pensil 3 Rp.2000 Rp.6.000

4 Penghapus 3 Rp.1000 Rp.3.000

5 Tipe-X 3 Rp.2500 Rp.7.500

Jumlah Rp.37.500

4. Biaya Pengelolaan

No Jenis Jumlah Barang Harga Satuan Total Biaya

3 Biaya Print 20 500 Rp.10.000

4 Jilid 2 2000 Rp.4.000

Jumlah Rp.14.000

16

Page 17: proposal hipertensi (Repaired)

5. Konsumsi

Jumlah

Makan/hari

HargaWaktu Jumlah Total

2 kali Rp.10.000 3 Rp.60.000

17

Page 18: proposal hipertensi (Repaired)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pendeksripsian Data

a. Kebiasaan Merokok

HasilKebiasaan MerokokTak

PernahPerna

hMasi

hNilai 23 32 154Persen (%) 11 15.3 73.7

b. Status Perkawinan

HasilStatus Perkawinan

Sudah Belum DudaNilai 189 12 8Persen (%) 90.4 5.7 3.8

c. Pendidikan Responden

HasilPendidikan Responden

Buta Huruf

Baca Tulis SD

SMP SMA

S1 S2 Tak Diketahui

Nilai 8 50 89 21 30 2 1 1Persen (%) 3.8 23.9 42.6 10 14.4 1 0.5 0.5

d. Makanan Asin

HasilMakanan Asin

Hampir tak pernah

Kurang dari seminggu 1-2 kali seminggu

3-4 kali perminggu

Hampir tiap hari

Nilai 18 5 28 23 135Persen (%) 8.6 2.4 13.4 11 64.6

18

Page 19: proposal hipertensi (Repaired)

e. Kebiasaan Olahraga

HasilKebiasaan Olah Raga

Tak Pernahkurang dari 3 kali

seminggulebih dari 3 kali

semingguNilai 78 42 89Persen (%) 37.3 20.1 42.6

f. Golongan Umur

HasilGolongan Umur

Remaja Dewasa LansiaNilai 3 131 75Persen (%) 1.4 62.7 35.9

g. Hipertensi

HasilGolongan Hipertensi

Hipertensi

Non Hipertensi

Nilai 130 79Persen (%) 62.2 37.8

h. Klasifikasi BMI

HasilBMI

Obesitas

Non Obesitas

Nilai 23 186Persen (%) 11 89

19

Page 20: proposal hipertensi (Repaired)

4.1.2 Hubungan Klasifikasi BMI (Body Mass Index) dengan resiko

terkenanya Hipertensi

ObesitasGolongan Hipertensi

non Hipertensi HipertensiNon Obesitas Nilai 69 117

Persen (%) 37.1 62.9Obesitas Nilai 10 13

Persen (%) 43.5 56.5

Tes Chi SquareAsymp sig(2-sided)

Exact sig (2-sided)

Exact sig (1-sided)

Pearson Chi Square 0.552Continuity Correction 0.713likelihood Ratio 0.555Fisher Exact Test 0.649 0.352linear by linear Association N ofvalid Cases 0.553

Berdasarkan tabel diatas apabila dilihat dari nilai P, P bernilai 0.649 jadi

lebih dari nilai alpa (0.05) maka hubungan antara klasifikasi BMI dengan resiko

terkena hipertensi menurut statistik tidak bermakna namun menurut teori,

klasifikasi BMI itu berpengaruh resiko terkenanya hipertensi atau tidak.

4.2 Pembahasan

Dilihat dari sampel yang didapat ditemukan ada 130 orang yang

terpajan hipertensi. Namun hanya 13 orang yang terpajan hipertensi disertai

obesitas. Sehingga sampel yang diambil belumlah menunjukan adanya hubungan

antara klasifikasi BMI dengan resiko terkena hipertensi.

Secara statistik hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara

orang yang obesitas dengan resiko terkenanya hipertensi. Namun menurut teori

yang kita temukan adanya keterkaitan antara seseorang yang obesitas dengan

resiko terkenannya.

20

Page 21: proposal hipertensi (Repaired)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Subjek penelitian yang menjadi sampel terdistribusi sebagai berikut :

a. Hipertensi dengan Obesitas : 13 responden

b. Hipertensi tanpa Obesitas : 117 responden

c. Obesitas tanpa Hipertensi : 10 responden

d. Tanpa Obesitas dan tanpa hipertensi : 69 responden

2. Walaupun dalam penelitian secara statistik tidak terbukti adanya

hubungan antara obesitas dengan resiko hipertensi, tetapi menurut

landasan teori yang kami dapatkan tertuliskan bahwa terdapatnya

hubungan antara klasifikasi BMI dengan resiko terkena hipertensi, maka

dengan itu menurut landasan teori yang kami temukan untuk mencegah

hipertensi haruslah mencegah obesitas terlebih dahulu

3. Secara teori obesitas (meningkatnya berat badan) meningkatkan

kemungkinan terkena hipertensi walaupun secara statistik terbukti tidak

ada hubungan antara hipertensi dengan obesitas.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Pasien

Berdasarkan penelitian, tidak ditemukan adanya kecenderungan

bahwa orang yang obesitas dapat terpajan hipertensi, namun menurut

teori yang kita temukan terdapat kecendrungan orang yang obesitas

resiko terkena hipertensi Oleh karena itu pasien haruslah menjaga

pola hidupnya dengan menjaga pola makan, teratur berolah raga, dan

pola hidup sehat lainnya. Sehingga hipertensi pada pasien bisa

dicegah.

21

Page 22: proposal hipertensi (Repaired)

5.2.2 Saran Bagi Institusi

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat hipertensi di daerah puri

intan ciputat didapatkan banyaknya responden yang menderita

hipertensi yaitu sebanyak 130 orang atau sekitar 62.2 persen dari

responden. Oleh karena itu diperlukan suatu penyuluhan / edukasi

terhadap pasien tersebut tentang pentingnya hidup sehat.

5.2.3 Saran Bagi Peneliti

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini

dengan memperbaiki teknik sampling sehingga diperoleh

sampel yang lebih representatif terhadap populasi.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikut sertakan variabel-

variabel lain yang diduga berhubungan dengan hipertensi yang

tidak dapat diteliti pada penelitian ini.

22

Page 23: proposal hipertensi (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

1. Van Rossum CTM, van de Mhen H, Witteman JCM, Hoftnan A,

Mackenbach JP, Groobee DE. Prevalence, treatment, and control of

hypertension by sociodemographic factors among the dutch elderly.

Hypertension 2000;35:814-21.

2. Borzecki AM, Glickman ME, Kader B, Bcrlowitz DR. The effect of age on

hypertension control and management. AJH 2006; 19:520-527.

3. National Intervention Cooperative Study in Elderly Hypertensives Study

Group (NICS-EH). Randomized double-blind comparison of a calcium

antagonist and a diuretic in elderly hypertensives. Hypertension

1999;34:1129-33.

4. Sylvia A.Price & Lorraine M.wilson. Patofisiologi.Jakarta:EGC.2005.

23

Page 24: proposal hipertensi (Repaired)

24