Proposal Penelitian (Repaired).docx

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Pertama-tama peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada Allah S.W.T karena semua usaha yang dilakukan dalam proses penulisan dari awal hingga terselesaikannya proposal ini tidak lepas dari petunjuk dan rahmat-Nya.Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Rina Amelia, MARS selaku pembimbing penulis dalam penulisan proposal dan penelitian yang akan dilakukan setelahnya. Beliau sangat membantu dalam membimbing dan mengarahkan peneliti untuk dapat menyelesaikan penulisan proposal ini agar hasilnya baik dan maksimal. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan moral, tenaga dan materi dalam penulisan proposal ini.Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan proposal ini. Demikianlah yang dapat disampaikan oleh peneliti, peneliti berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan.

Medan, 26 Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiDAFTAR TABELvDAFTAR GAMBARviDAFTAR LAMPIRANviiDAFTAR SINGKATANviii

BAB 1 PENDAHULUAN1Latar Belakang1Rumusan Masalah2Tujuan Penelitian2Manfaat Penelitian3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA42.1. Balita42.1.1. Definisi Balita42.2. Gizi42.2.1. Definisi Gizi42.2.2. Prinsip Gizi Seimbang42.2.2.1. Empat Pilar Gizi Seimbang42.2.2.2. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok82.3. Status Gizi132.3.1. Definisi Status Gizi 132.3.2. Pengkajian Status Gizi 132.3.3. Penilaian Status Gizi 132.3.4. Penilian Antropometri 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL173.1. Kerangka Konsep173.2. Definisi Operasional17

BAB 4 METODE PENELITIAN184.1. Jenis Penelitian184.2. Lokasi dan Waktu Penelitian184.2.1. Lokasi Penelitian184.2.2. Waktu Penelitian184.3. Populasi dan Sampel Penelitian184.3.1. Populasi Penelitian184.3.2. Sampel Penelitian184.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi194.4.1. Kriteria Inklusi194.4.2. Kriteria Eksklusi194.5. Besar Sampel Penelitian194.6. Teknik Pengumpulan Data194.7. Metode Pengumpulan Data19 4.8. Pengolahan dan Analisa Data20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN215.1. Hasil Penelitian215.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian215.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian215.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia225.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin225.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Gizi Balita235.1.2.4. Deskripsi Sampel Berdasarkan Pendidikan Orang Tua235.1.2.5. Deskripsi Sampel Berdasarkan Pendidikan Orang Tua dan Status Gizi Balita235.2. Pembahasan24BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN26 6.1. Kesimpulan26 6.2. Saran26DAFTAR PUSTAKA27LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman2.1.Perbandingan Berbagai Indikator Untuk Skrining dan Deteksi Kasus Malnutrisi165.1. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Sampel225.2. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin225.3. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Gizi Balita235.4. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Pendidikan Orang Tua235.5. Data Distribusi Sampel Penelitian Orang Tua dan Status Gizi Balita24

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman2.1. Tumpeng Gizi Seimbang 52.2. Piring Makanku 5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian22Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan23Lampiran 3 Grafik LiLA/U (Laki-Laki)24Lampiran 4 Grafik LiLA/U (Laki-Laki)25Lampiran 5 Output SPSS31Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian33

DAFTAR SINGKATAN

LiLALingkar Lengan AtasSDSekolah DasarSMPSekolah Menengah PertamaSMASekolah Menengah Atas

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangStatus gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan bayi mendapatkan zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tumbuh dan berkembang.. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada bayi baik dari jumlah, jenis dan frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada bayi (Sufnidar, 2010).Menurut Depkes (2011), sasaran pembangunan pangan dan gizi pada tahun 2015 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang balita menjadi 15,5% dan juga menurunnya prevalensi balita pendek menjadi 32%. Berdasarkan data Riskesdas (2010) bahwa secara nasional telah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita di Indonesia tahun 2007 yaitu sebanyak 18,4 persen menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010, tetapi tidak ada terjadi penurunan prevalensi gizi kurang, yaitu 13,0 persen. Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi.Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) bahwa salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang tertinggi yaitu Provinsi Sumatera Utara dengan perevalensi gizi buruk sebesar 7,8% dan prevalensi gizi kurang sebesar 13,5%. Bayi usia 6-24 bulan (baduta) menjadi salah satu kelompok rawan mengalami gizi kurang, hal ini dikarenakan bayi berusia 6-24 bulan memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi. Dengan pola makan gizi seimbang, bayi usia 6-24 bulan akan mengalami tumbuh optimal termasuk kecerdasannya, apabila dalam periode ini mengalami kekurangan maka pertumbuhan bayi akan terhambat. Tetapi masih banyak terdapat bayi usia 6-24 bulan yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.Berdasarkan hasil data Riskesdas (2010) dapat dilihat prevalensi status gizi bayi berusia 6-11 bulan yang memiliki status gizi buruk sebanyak 4,7% dan status gizi kurang sebanyak 8,5%, sedangkan bayi dengan usia 12-23 bulan yang memiliki status gizi buruk sebanyak 5,2% dan memiliki status gizi kurang sebanyak 12,1%. Hal ini menunjukkan masih banyaknya bayi berusia 6-24 bulan yang masih tergolong bayi dengan status gizi kurang dan bayi dengan status gizi buruk.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui Bagaimana Gambaran Status Gizi Balita di Puskesmas Belawan.

1.3 Tujuan penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui Gambaran status gizi balita di Puskesmas Belawan1.3.2 Tujuan khususTujuan khusus dalam penelitian ini adalah:1. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara2. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang3. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang gizi balita

1.4. Manfaat Penelitian1. Bagi penelitiMenambah wawasan bagi peneliti dan sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari.2. Bagi masyarakatDiharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi masyarakat tentang gizi pada balita dan memberi masukan dalam mencegah terjadinya gizi buruk.3. Bagi institusi kesehatanDiharapkan dapat menjadi sumber data mengenai gambaran status gizi balita dan diharapkan bisa meningkatkan status gizi pada balita di Puskesmas Belawan4. Bagi peneliti lainSebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan hal ini.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Balita2.1.1. Definisi BalitaBalita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010)Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

2.2. Gizi2.2.1. Definisi GiziKata gizi sebenarnya berasal dari bahasa Arab, ghidza, yang berarti makanan. Dalam dialek Mesir, ghidza dilafalkan ghizi. Inilah yang kemudian dalam Bahasa Indonesia diucapkan dan ditulis sebagai gizi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) gizi adalah zat makanan pokok yg diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan.

2.2.2. Prinsip Gizi Seimbang2.2.2.1. Empat Pilar Gizi SeimbangPedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan 4 sehat 5 sempurna yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Diyakini dengan mengimplementasikan Pedoman Gizi Seimbang secara benar, semua masalah gizi dapat diatasi. (Kementrian Kesehatan RI, 2014)Gambar 2.1. Tumpeng Gizi Seimbang

Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2014

Gambar 2.2. Piring Makanku

Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2014Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat pilar tersebut adalah (Kemenentrian Kesehatan RI, 2014):1. Mengonsumsi anekaragam panganTidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi. 2. Membiasakan perilaku hidup bersihPenyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubung seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh : 1) Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiaapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinta tangan dan makanan dari kuman penyakit anatara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) Menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan yang dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit ; 3) Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan. 3. Melakukan aktivitas fisikAktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolism di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.4. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normalBagi orang dewasa salah satu indicator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari Pola Hidup dengan Gizi Seimbang, sehingga dapat mencgah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan berat badan normal adalah : a. Untuk orang dewasa jika IMT= 18,5-25,0 kg/m2; b. Bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.

2.2.2.2. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok Gizi seimbang pada berbagai kelompok berbeda satu dengan yang lainnya. Gizi seimbang pada berbagai kelompok terdiri dari (Kemenentrian Kesehatan RI, 2014):1. Gizi Seimbang untuk ibu hamilIbu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih bnayak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan karena selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayi serta untuk memproduksi ASI.Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin. Prinsip pertama gizi seimbang yaitu mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah dan proporsinya tetap diterapkan.Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibu. Demikian juga beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan. Sehubungan hal tersebut, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan mengonsumsi anekaragaman pangan, baik proporsi maupun jumlahnya.Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu yang saat hamil mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita anemia. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannya selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingkan dengan saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangannya.2. Gizi Seimbang untuk ibu menyusuiGizi Seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi dan anak. Dengan demikian maka kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih banyak dari kebutuhan zat gizi yang tidak menyusui. Konsumsi pangannya tetap harus beranekaragaman dan seimbanh dalam jumlah dan proporsinya. Selama menyusui, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi yaitu untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan untuk memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang di butuhkan, misalnya sel lemak sebagai sumber energi dan zat besi sebagai zat untuk pembentukkan sel darah merah, maka kebutuhan zat-zat tersebut dalam produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi akan diambil dari persediaan yang ada didalam tubuh ibu.Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan harus dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.3. Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulanGizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.4. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulanGizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/ anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembek dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat bayi mulai berusia 1 tahun. Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya. Sehingga pengenalan makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber energi. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.5. Gizi Seimbang untuk anak usia 2-5 tahunKebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya semakin meningkat. Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam memenangkan pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.6. Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahunAnak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi mulai meningkat secara bermakna. Oleh karena itu, pemberian makanan bergizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.7. Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun ( Pra-Pubertas dan Pubertas)Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebaikan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body image) pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.8. Gizi Seimbang untuk dewasaPerilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini. Misalnya waktu kerja yang ketat, waktu dirumah yang singkat, ibu bekerja diluar rumah, peningkatan resiko terpapar polusi dan makanan tidak aman, ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap oleh, dan ketidaktahuan tentang gizi, yang menyebabkan kelompok usia ini cenderung beraktivitas ringan atau santai (sedentary life), yang salah satu akibatnya adalah konsumsi pangan yang tidak seimbang dan tidak higinies. Oleh karena itu, penelitian terhadap perilaku gizi seimbang perlu ditingkatkan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.9. Gizi Seimbang untuk usia lanjutPada usia lanjut, khusunya usia diatas 60 tahun, terjadi berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunya fungsi berbagai organ dan jaringan tubuh. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya sistem organ pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi sehingga menggangu fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita memasuki masa menopause dengan berbagai akibatny; dan lain-lain.

2.3. Status gizi anak2.3.1. Definisi status giziMenurut Supariasa (2002) status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dari bentuk variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan hasil dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi didalam tubuh. 2.3.2. Pengkajian status giziPengkajian status gizi merupakan suatu tindakan evaluasi secara komprehensif dalam menilai status nutrisi, termasuk riwayat medis, riwayat nutrisi/diet, pemeriksaan antropometri, dan penunjang/laboratorium. Penilaian status gizi merupakan salah satu langkah awal dalam penanganan pasien rawat inap karena status nutrisi ikut mempengaruhi perjalanan dan prognosis penyakit, sehingga sebaiknya dilakukan pada pasien saat masuk dan selama perawatan secara berkala. Status nutrisi yang baik telah terbukti dapat mempercepat kesembuhan pasien dan mengurangi komplikasi penyakit, sehingga mempersingkat masa perawatan dan menurunkan biaya perawatan pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Nasar et al., 2007).

2.3.3. Penilaian Status Gizi Status gizi dapat ditentukan secara langsung dan secara tidak langsung (Widardo, 1997). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :1. AntropometriSecara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini dapat terlihat pada pola pertumbuhan fisik.2. KlinisPenilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, survei tersebut juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.3. BiokimiaPenilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, hati dan otot. Metode ini digunakan sebagai suatu peringatan awal bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, sehingga penentuan secara tepat dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.4. BiofisikPenentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Secara umum, dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness), dimana cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Menurut Supriasa (2002) penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :1. Survei Konsumsi MakananSurvei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.2. Statistik VitalPengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan angka kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.3. Faktor EkologiMalnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.3.4. Penilaian antropometriPenilaian antropometri merupakan pemeriksaan yang tidak mahal, tidak invasif dan dapat digunakan untuk menilai status nutrisi seseorang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penilaian ini dilakukan untuk memeriksa jaringan tubuh terkatabolisasi selama proses kelaparan ataupun dalam keadaan stress, yaitu otot, lemak, dan cadangan protein viseral. Pemeriksaan antropometri yang umum dilakukan pada anak dan remaja meliputi: Berat badan Tinggi badan (terlentang pada bayi berusia dibawah 2 tahun) Lingkar kepala (sampai anak berusia 6 tahun) Lingkar lengan atas Tebal lipatan kulit (trisep, subskapula, toraks dan daerah lainnya)

Tabel 2.1. Perbandingan berbagai indikator untuk skrining dan deteksi kasus malnutrisi Peneliti memilih metode penilaian antropometri lingkar lengan atas untuk menilai status gizi anak karena selain penilaian antropometri merupakan pemeriksaan yang tidak mahal dan tidak invasif, penilaian ini juga tidak dibatasi oleh usia anak (Tabel 2.1).

SifatIndikator

Klinis BB/UTB/UBB/TBLiLALiLA/ULiLA/TB

SederhanaTidakTidakTidakTidakYaTidakYa

AkseptabilitasTidakTidakTidakTidakYaYaYa

BiayaTidakTidakTidakTidakYaYaYa

ObjektivitasTidakTidakTidakYaYaYaYa

KuantitatifTidakYaYaYaYaYaYa

Tidak bergantung usiaYaTidakTidakTidakYaTidakYa

ReliabilitasTidakYaTidakTidakYaYaYa

AkurasiTidakTidakTidakTidakYaTidakYa

SensitivitasYaYaTidakTidakYaYaYa

SpesifisitasYaYaTidakTidakYaYaYa

Nilai PrediktifYaYaTidakTidakYaYaYa

Sumber: Nasar et al., 2007.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka KonsepKerangka konseptual penilitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita di Puskesmas Belawan. Dalam penilitian ini status gizi balita diidentifikasi dengan pengukuran lingkar lengan atas terhadap usia balita.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Status gizi dilihat dari pengukuran LiLA/U (lingkar lengan atas/ usia)

Balita di Puskesmas Belawan

3.2. Definisi Operasional Definisi Operasional:a. Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.b. BalitaBalita adalah masa anak yang paling penting dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Cara pengukuranPeneliti mengukur lingkar lengan atas responden dengan menggunakan pita ukur (cm) Skala ukur Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis PenelitianDesain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita di Puskesmas Belawan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian4.2.1. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Belawan yang terletak di jalan serma hanafiah.

4.2.2. Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan mulai dari 31 Agustus 2015 sampai 17 September 2015 di Puskesmas Belawan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian4.3.1. Populasi PenelitianPopulasi target dari penelitian ini adalah seluruh balita yang mengunjungi Puskesmas Belawan.

4.3.2. Sampel PenelitianSampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Jumlah sampel penelitian dihitung menggunakan rumus Lemenshowb, dimana diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 48 balita.

Rumus Lemeshowb

n = (1,96) 2 x 0,031 x (1-0,031) (0,05) 2 n 48

4.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi4.4.1. Kriteria Inklusi Balita yang mengunjungi Puskesmas Belawan. Balita yang diijinkan oleh orang tuanya untuk dilakukan pengukuran lingkar lengan atas.

4.4.2. Kriteria Eksklusi Balita yang tidak diijinkan oleh orang tuanya untuk dilakukan pengukuran lingkar lengan atas. Balita yang menderita penyakit sistemik lainnya.

4.5. Besar Sampel PenelitianJumlah sampel penelitian dikumpulkan berdasarkan waktu penelitian yaitu dari 31 Agustus 2015 sampai 17 September 2015 di Puskesmas Belawan. Jumlah sampel yang terkumpul akan dianalisis secara keseluruhan.

4.6. Teknik Pengumpulan DataData primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran lingar lengan atas pada balita yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.4.7. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Pengambilan data yaitu pengukuran lingkar lengan atas, dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat pita ukur. Alat ini menggunakan satuan sentimeter.2. Pengukuran LiILA dilakukan di lengan kiri pada pertengahan antara akromion dan olekranon.

4.8. Pengolahan dan Analisa DataSetelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data dengan teknik analisa kuantitatif melalui beberapa tahap, pertama pengecekan kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua data telah terisi dengan tepat. Selanjutnya dengan mengklasifikasi data dengan mentabulasi data yang telah terkumpul. Untuk mengolah data terlebih dahulu hasil pengukuran lingkar lengan atas akan diberi titik dalam grafik WHO. Setelah diberi titik maka akan dinterpretasikan sesuai ketentuan yang telah berlaku yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi buruk dan gizi kurang. Selanjutnya entry data dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Belawan yang berlokasi di Jalan Stasiun No.1 Komplek PJKA Belawan, Kecamatan Medan Tuntungan dan terdiri dari 6 kelurahan dan 143 Lingkungan yaitu Kelurahan Belawan I (31 Lingkungan), Kelurahan Belawan II (44 Lingkungan), Kelurahan Belawan Bahari (13 Lingkungan), Kelurahan Belawan Bahagia (20 Lingkungan ), Kelurahan Bagan Deli (15 Lingkungan ) dan Kelurahan Belawan Sicanang (20 Lingkungan).Batas wilayah kerja Puskesmas Medan Belawan dimana sebelah utara berbatasan dengan selat malaka, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan medan labuhan, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan hamparan perak kab. deli serdang, dan sebelah timur berbatasan dengan percut sei tuan kab deli serdang.

5.1.2. Karakteristik Sampel PenelitianSampel penelitian dikumpulkan berdasarkan waktu penelitian yaitu dari 31 Agustus 2015 sampai 17 September 2015 di Puskesmas Belawan. Jumlah sampel yang terkumpul adalah 48 sampel. Semua data diperoleh melalui data primer yaitu pengukuran lingkar lengan atas dan data sekunder yaitu diagnosa penyakit pasien.

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan UsiaDari hasil penelitian, diperoleh distribusi usia sampel sebagai berikut.

Tabel 5.1. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Sampel

No.Umur Sampel (Tahun)JumlahPersentase (%)

112 918,75

223 1225

334 1122,92

445 1633,33

Total48100,0

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah sampel terbanyak ada pada rentang usia 2-3 tahun yaitu sebanyak 12 orang (25%).

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis KelaminDari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi jenis kelamin sampel sebagai berikut.

Tabel 5.2. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Sampel.

No.Jenis KelaminJumlahPersentase (%)

1Laki-Laki2450

2Perempuan2450

Total48100

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh jumlah sampel laki-laki (50%) sama banyaknya dengan jumlah sampel perempuan (50%).

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Status Gizi BalitaDari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi status gizi balita sebagai berikut.

Tabel 5.3. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Gizi Balita.NoStatus GiziJumlahPresentase (%)

1Gizi Lebih12,1

2Gizi Baik1531,3

3Gizi Kurang1531,3

4Gizi Buruk1735,4

Total48100,0

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh balita dengan gizi lebih tidak dijumpai sedangkan balita dengan gizi buruk sebanyak 35,4%.

5.1.2.4. Deskripsi Pendidikan Orang TuaDari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi pendidikan orang tua sebagai berikut.

Tabel 5.4. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Gizi Balita.No.Pendidikan Orang TuaJumlahPresentase (%)

1Tidak Sekolah24,2

2SD2654,1

3SMP1225

4SMA816,7

5Sarjana00

Total48100,0

Berdasarkan tabet tersebut, dapat diperoleh presentase tertinggi pendidikan orang tua balita adalah SD yaitu sebesar 54,1%.5.1.2.5. Deskripsi Pendidikan Orang Tua dengan Status Gizi BalitaDari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi pendidikan orang tua dengan status gizi balita sebagai berikut.

Tabel 5.5. Data Distribusi Pendidikan Orang Tua dengan Status Gizi BalitaStatus GiziTotalPresentase (%)

LebihBaikKurangBuruk

Pendidikan Orang TuaTidak Sekolah000224,17

SD187102654,17

SMP07231225

SMA0062816,67

Sarjana000000

Total115151748100

Berdasarkan tabel tersebut, dijumpai presentase tertinggi balita yang datang ke puskesmas memiliki latar belakang orang tua dengan pendidikan terakhir SD yaitu dengan presentase 54,17%. Balita dengan status gizi buruk terbanyak berasal dari orang tua dengan latar belakang pendidikan terakhir SD.

5.2. PembahasanHasil pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Belawan selama 3 minggu dengan jumlah sampel sebanyak 48 balita diperoleh balita dengan status gizi lebih sebanyak 1 orang, balita dengan status gizi baik sebanyak 15 orang, balita dengan status gizi kurang sebanyak 15 orang dan balita dengan status gizi buruk sebanyak 17 orang. Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai sampel berjenis kelamin laki-laki sama banyaknya dengan sampel berjenis kelamin perempuan. Berdasarakan usia, jumlah sampel terbanyak didapati pada rentang usia 12 tahun sebanyak 9 orang (18,75%), 23 tahun sebanyak 12 orang (25%), 34 tahun sebanyak 11 orang (22,92%) dan 45 tahun sebanyak 16 orang (33,33%). Pada penelitian yang dilakukan diperoleh balita dengan status gizi lebih sebanyak 1 orang (2,1%), balita dengan status gizi baik sebanyak 15 orang (31,3%), balita dengan status gizi kurang sebanyak 15 orang (31,3%) dan balita dengan status gizi buruk sebanyak 17 orang (35,4%). Balita dengan gizi lebih sebanyak 1 orang dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah dasar. Balita dengan gizi baik sebanyak 15 orang dimana sebanyak 53,3% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah dasar dan sebanyak 46,7% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah menengah pertama. Balita dengan gizi kurang sebanyak 15 orang dimana sebanyak 46,67% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah dasar, sebanyak 13,33% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah menengah pertama dan sebanyak 40% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah menengah atas. Balita dengan gizi buruk sebanyak 17 orang dimana sebanyak 11,76% berasal dari orang tua dengan latar belakang tidak sekolah, sebanyak 58,8% berasal dari orang tua latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah dasar, sebanyak 17,64% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah menengah pertama dan sebanyak 11,76% dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua adalah sekolah menengah atas.

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KesimpulanBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka diambil kesimpulan bahwa gambaran status gizi balita di Puskesmas Belawan masih banyak yang mengalami keadaan gizi kurang dan buruk.6.2. SaranAdapun saran yang dapat diberikan peneliti berhubungan dengan penelitian ini adalah:1. Kepada kalangan tenaga medis diharapkan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang gizi seimbang agar status gizi balita di wilayahnya menjadi baik, dan dengan terdapatnya balita dengan status gizi kurang diharapkan pihak tenaga medis agar memberikan perawatan khusus untuk balita tersebut, agar masalah kesehatan tersebut tidak sampai menyebabkan gangguan yang lebih lanjut2. Kepada orang tua diharapkan dapat memahami tentang pentingnya kepedulian terhadap balita, yaitu dengan memberikan asupan zat gizi yang tepat agar tercapai perkembangan status gizi balita yang baik.3. Kepada peneliti lainnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut lagi dengan menambah jumlah sampel, lama waktu penelitian dan menambah variabel-variabel lain agar meningkatkan ketelitian hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2011. Taburia. Diambil dari: http://www.gizikia.depkes.go.id (Diakses tanggal 3 Mei 2011).Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Diambil dari: http://aipgi.org/wp-content/uploads/2014/12/PGS-Full-2.pdf (Diakses tanggal 26 Agustus 2014).Lissauer, T., & Clayden, G., 2007. History and Examination. In: Lissauer, T., & Clayden, G., ed. Illustrated Textbook of Paediatrics. 3rd ed. UK: Elsevier, 9-22.Mitayani, 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Tim, 12-15.Nasar, S.S., Prawitasari, T. Lestari, E. D., Djais, J., & Susanto, J.C., 2007. Skrining malnutrisi pada anak yang dirawat Di rumah sakit. Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1-41.Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. JakartaSufnidar. 2010. Pola Makan dan Status Gizi Bayi Di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie Provinsi Aceh Tahun 2010. Skripsi. USU.Supariasa, et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 37-121.Widardo, 1997. Ilmu Gizi II : Anthropometri Gizi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 12-33.

LAMPIRAN 1LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera, Kami yang sedang menjalani Pendidikan Profesi Dokter di Universitas Sumatera Utara, akan mengadakan penelitian. Penelitian kami tersebut berjudul Gambaran Status Gizi Balita di Puskesmas Belawan . Dalam penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara akan diwawancarai mengenai identitas (nama, jenis kelamin, umur, alamat dan pendidikan) dan seputar penyakit yang dialami balita. Selanjutnya, data pengukuran status gizi Bapak/Ibu/Saudara akan dilakukan oleh peneliti. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu/Saudara akan disamarkan atau dirahasiakan. Hanya dosen pembimbing, staf ahli yang melakukan pemeriksaan, anggota komisi etik dan peneliti yang dapat melihat data identitas Bapak/Ibu/Saudara. Demikian informasi ini saya sampaikan. Terima kasih atas keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara pada penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara sangat saya hargai dan akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan,.................................2015Peneliti,

( )

LAMPIRAN 2LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) / INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai subjek penelitian. Identitas Orang TuaNama : ............................................... Alamat : ............................................... Umur : ....................(tahun) Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah/ SD/ SMP/ SMA/ Sarjana

Identitas BalitaNama : ............................................... Jenis kelamin : .................... Umur : ....................(tahun) Lingkar Lengan Atas : .. (cm)

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian Judul Penelitian : Gambaran Status Gizi Balita di Puskesmas Belawan

Medan,...............................2015Responden,

(..........................................)

LAMPIRAN 3GRAFIK LINGKAR LENGAN ATAS BERDASARKAN USIA (LAKI-LAKI)

LAMPIRAN 4GRAFIK LINGKAR LENGAN ATAS BERDASARKAN USIA (PEREMPUAN)

LAMPIRAN 5

Usia

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1-223.23.23.2

2-33658.158.158.1

3-41219.3519.3519.35

4-51219.3519.3519.35

Total62100.0100.0

Jenis Kelamin Balita

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidLaki-laki2450.050.050.0

Perempuan2450.050.0100.0

Total48100.0100.0

Status Gizi Balita

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidGizi Lebih12.12.12.1

Gizi Baik1531.331.333.3

Gizi Kurang1531.331.364.6

Gizi Buruk1735.435.4100.0

Total48100.0100.0

Pendidikan Orang Tua

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidTidak Sekolah24.24.24.2

Sekolah Dasar Sederajat2654.254.258.3

Sekolah Menengah Pertama Sederajat1225.025.083.3

Sekolah Menengah Atas Sederajat816.716.7100.0

Total48100.0100.0

Pendidikan Orang Tua * Status Gizi Balita Crosstabulation

Count

Status Gizi BalitaTotal

Gizi LebihGizi BaikGizi KurangGizi Buruk

Pendidikan Orang TuaTidak Sekolah00022

Sekolah Dasar Sederajat1871026

Sekolah Menengah Pertama Sederajat072312

Sekolah Menengah Atas Sederajat00628

Total115151748

LAMPIRAN 6