23
PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MENYUSUN DAN MENEMPEL” RSU TANGERANG Disusun oleh: Dita Puspita Julia Hartati Roseliana PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1434H/2013 M

Proposal Terapi Bermain LENGKAP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kep. anak

Citation preview

Page 1: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

“MENYUSUN DAN MENEMPEL”

RSU TANGERANG

Disusun oleh:

Dita Puspita

Julia Hartati

Roseliana

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

1434H/2013 M

Page 2: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat

taufik dan Hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri

dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak

lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita

kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal

terapi bermain ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya proposal ini tidak lepas

dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan

mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terimakasih ini

disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

3. Dosen pembimbing akademik tim profesi stase keperawatan anak PSIK UIN Jakarta

4. Pembimbing lapangan (CI) ruangan RSUD Tanggerang.

5. Segenap dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal inovasi ini,

karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini

dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb

Jakarta, November 2013

Penulis

Page 3: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,

perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman

hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak

baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain

merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk

membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa

pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam

perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari

waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain

di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana

lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan

(Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga

timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak

mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah

peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara

atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan

sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).

Page 4: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,

selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan

kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang

asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya

terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan

kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang

dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti

menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat

pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak

secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas

bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada

saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat

tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut

merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa

stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan

anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan

melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan

bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase

pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak,

dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi

mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit

(Wong, 2009).

Page 5: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas

anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di

instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah), dapat bersosialisasi dengan teman

sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat

kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi

2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak

(Kemuning bawah).

2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah) RSUD

Tanggerang usia sekolah.

Page 6: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran

Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia sekolah (10 tahun)

yang sedang menjalani perawatan di ruang kemuning bawah dengan kesadaran

compos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.

B. Prinsip bermain

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana

2. Mempertimbangkan keamanan

3. Kelompok umur yang sama

4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak

5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak

6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat

keterampilan tangan lebih majemuk.

7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain

8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik permainan

1. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain

yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.

2. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada

interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool

Contoh : bermain balok

3. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi

belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain

sesukanya.

4. Kooperatif play

Page 7: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah

Adolesen.

D. Fungsi bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,

perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

1. Perkembangan Sensoris-motorik

Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan

anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak

seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan

stimulasi kinetik.

2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala

sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,

ukuran, tekstur dan membedakan objek.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan

menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk

mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari

hubungan tersebut.

4. Perkembangan Kreativitas

Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan

kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.

5. Perkembangan Kesadaran diri

Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan

membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan

mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap

orang lain.

6. Perkembangan Moral

Page 8: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari

orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat

kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di

lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang

ada dalam lingkungannya.

7. Bermain sebagai Terapi

Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan

nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak

karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk

itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres

yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat

mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).

E. Kategori berrmain

1. Bermain aktif

Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah

dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat

kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan

dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan

menebak kata (Hurlock, 1998).

2. Bermain pasif

Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.

Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain

atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak

tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).

Page 9: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis

dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka

anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami

sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan

bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Terapi bermain yang akan diberikan ialah menempel potongan gambar dari kertas

origami. Permainan yang akan dilakukan hanyalah menempel dan menyusun sesuai

dengan contoh sketsa yang ada. Sketsa yang ada bisa berbentuk mobil-mobilan, bebek,

ikan, perahu, dan bunga. Gambar yang terbuat dari kertas origami yang sudah dibentuk

menjadi potongan-potongan tinggal di tempel sesuai sketsa dengan berbagai macam

warna dan menyusunnya menjadi sebuah gambar. Anak akan memilih sketsa, dan pola

warna tema dari sktetsa sesuai keinginan dan keterampilan yang akan digunakan.

B. Tujuan permainan

1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit. Pada saat sakit

anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Permainan

adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan berbagai perasaan yang

tidak menyenangkan.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan

akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu

seperti yang ada dalam pikirannya.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rs

5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak

akibat hospitalisasi

C. Keterampilan yang diperlukan

Menempel dan menyusun

Page 10: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

D. Jenis permainan

Meyusun dan menempel

Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun

merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang

dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai

gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga

dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan

bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak

bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame pemandangan

atau benda.

Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan keterampilan

(skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik

kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil akan memegang benda-benda kecil,

memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil dalam

menyocokan gambar sesuai dengan imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh

melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak

diajarkan menempel dan menyusun. Mengapa demikian? Karena dilihat dari kondisi

anak yang tidak boleh main berlebih yang membutuhkan energi ekstra, dan anak yang

cenderung pendiam selama hospitalisasi.

Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak dengan usia sekolah,

yaitu anak Akbar (10 tahun) dengan diagnosa medis Post Craniotomy dengan riwayat

epilepsy yang memiliki perkembangan kognitif dan motorik yang sangat terlambat

dan tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Anak Fajar (10 tahun) dengan diagnosa

medis CKS (Cidera kepala sedang) yang juga memiliki riwayat kejang dan trauma

hospitalisasi. Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam menyusun potongan

gambar dan melatih kemampuan motorik kasar anak dalam menempelkan gambar,

kegiatan ini juga membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras

banyak energi selama anak bermain dan dapat memberikan kesenangan tersendiri

sehingga mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.

E. Alat bermain

1. Kertas origami

2. Sterofoam

Page 11: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

3. Lem kertas

4. Tema gambar yang tersedia : Mobil, Burung, Bunga, Perahu, Ikan, Bebek

F. Proses bermain

No. Terapis Waktu Subjek terapi

1. Persiapan

a. Menyiapkan ruangan

b. Menyiapkan alat-alat

c. Menyiapkan anak

5 menit Ruangan, alat, anak

2. Proses

a. Membuka terapi dengan

mengucapkan salam dan

memperkenalkan diri

b. Menjelaskan pada anak

tentang tujuan dan manfaat

bermain

c. Membaca doa sebelum

memulai permainan

d. Mengajak anak bermain

e. Kalau ingin bertanya atau

menjawab angkat tangan

terlebih dahulu baru

berbicara

f. Mengikuti kegiatan dari

awal sampai akhir

g. Mengevaluasi respon anak

25 menit Menjawab salam,

Memperkenalkan diri

Memperhatikan

Bermain bersama dengan

antusias dan

mengungkapkan

perasaannya

3. Penutup

a. Istirahat

b. Evaluasi kegiatan

c. Meminta anak menceritakan

kegiatan bermain

d. Berdoa

10 menit Memperhatikan dan

menjawab salam

Page 12: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

G. Waktu Pelaksanaan

Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan Anak

(Kemuning Bawah)

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah

Judul Terapi Bermain : Menempel gambar

Tempat : Ruang Kemuning Bawah di Kamar 01 RSUD Tangerang

Hari, tanggal : Sabtu, 10 November 2013

Waktu : 30 menit ( jam 14.30 s.d 15.00 WIB)

Nama peserta utama

1. An. Akbar ( 10 tahun)

2. An. Fajar (10 tahun)

H. Hal- hal yang Perlu di Waspadai

1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan

2. Anak lelah

3. Anak tidak mau mengikuti permainan

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan

1. Mengajak atau melibatkan orang tua

2. Berkomunikasi dengan baik pada anak

J. Pengorganisasian

1. Tim terapi

a. Leader : Roseliana

Tugas

Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum kegiatan

dimulai. Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif

dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan

baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam

kelompok.

b. Co. Leader : Dita Puspita

Page 13: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

Tugas

Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak dan

mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

c. Fasilitator : Julia hartati

Tugas

Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak yang

kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan

memfasilitasi peserta.

d. Observer : -

Tugas

Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non

verbal anak selama kegiatan berlangsung

K. Sistem evaluasi

Peserta terapi bermain mampu :

1. Peserta aktif dalam permainan

2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir

3. Peserta dapat mengepspresikan perasaanya

4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan

5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat

L. Setting tempat

Tempat yang akan dilaksanakan diruangan rawat. Anak ditempatkan bersama dalam

satu ruangan rawat. Permainan akan dilakukan di tempat tidur klien.

Page 14: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

: Orang Tua

: Fasilitator

: Leader

: Co-Leader

Cara Permainan

Masing-masing anak akan diberikan satu buah sterofam, satu buah lem, satu paket

gambar origami yang sudah dibentuk menjadi potongan-potongan gambar yang

berwarna warni dan satu buah sketsa gambar. Anak akan diminta untuk menyusun

potongan-potongan gambar dari kertas origami dan menempelnya pada sterofoam

sesuai dengan sketsa yang sudah ada dan membentuknya menjadi sebuah gambar

utuh. Anak akan diberikan waktu selama 10 menit untuk menusun dan menempel.

Selama kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk menambah

semangat anak selama bermain. setelah selesai menyusun dan menempel anak

didiminta untuk memperlihatkan gambar yang sudah disusun dan ditempelnya. Selain

itu anak diminta untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi kesimpulan dari

gambar yang sudah disusunnya.

Page 15: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti

kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat

anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan

sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,

perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,

dan perkembangan intelektual (kognitif).

Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun

merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang

dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya

mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar.

Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain

dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada

permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang akhirnya

akan seperti frame pemandangan atau benda.

Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat

melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan

perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan

kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap

stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau

ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

Page 16: Proposal Terapi Bermain LENGKAP

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC