5
Proposal Usaha Mebel Jepara Jawa Tengah memiliki sentra-sentra industri yang keunikannya sulit ditiru. Ini merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap perekonomian daerah ini bisa makin signifikan.Denyut ekonomi Jawa Tengah sangat kental diwarnai tumbuhnyasentra-sentra industri di sejumlah kota/kabupaten di wilayah ini. Yang menarik, setiap sentra industri punya keunikan yang tak gampang ditiru oleh daerah lain, bahkan negara lain. Tentu saja, ini merupakan potensi ekonomi yang harus didorong terus pertumbuhannya agar dari waktu ke waktu mampu memberikan kontribusi yang makin signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional. Siapa yang tak kenal ukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembus pasar ekspor di pelbagai negara? Kota Jepara, yang berada di bagian utara Jawa Tengah, memang terkenal dengan sentra industri mebel (kayu) ukiran. Total nilai bisnis industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan yang terlibat di industri ini mencapai 518 perusahaan, sementara jumlah tenaga kerjanya 27.271 orang. Dan, sekitar 60% produk meubel Jepara dijual ke pasar mancanegara dan sisanya ke pasar dalam negeri. Pemerintah daerah Jepara akan terus memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada untuk mendorong perkembangan sentra industri mebel ukir di kota ini. Caranya, memperkuat fasilitas umum, seperti Jepara Trade Center. Pusat perdagangan07 ini terdiri atas pusat promosi (yang juga berfungsi sebagai balai lelang), pusat informasi, pusat desain, serta advokasi atas hak dan kekayaan intelektual. Seputar Industri Mebel

Proposal Usaha Mebel Jepara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CBJK,

Citation preview

Page 1: Proposal Usaha Mebel Jepara

Proposal Usaha Mebel Jepara

Jawa Tengah memiliki sentra-sentra industri yang keunikannya sulit ditiru. Ini

merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan, sehingga

kontribusinya terhadap perekonomian daerah ini bisa makin signifikan.Denyut

ekonomi Jawa Tengah sangat kental diwarnai tumbuhnyasentra-sentra industri di

sejumlah kota/kabupaten di wilayah ini. Yang menarik, setiap sentra industri punya

keunikan yang tak gampang ditiru oleh daerah lain, bahkan negara lain. Tentu saja,

ini merupakan potensi ekonomi yang harus didorong terus pertumbuhannya agar

dari waktu ke waktu mampu memberikan kontribusi yang makin signifikan

terhadap perekonomian daerah dan nasional.

Siapa yang tak kenal ukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembus pasar

ekspor di pelbagai negara? Kota Jepara, yang berada di bagian utara Jawa Tengah,

memang terkenal dengan sentra industri mebel (kayu) ukiran. Total nilai bisnis

industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan

yang terlibat di industri ini mencapai 518 perusahaan, sementara jumlah tenaga

kerjanya 27.271 orang. Dan, sekitar 60% produk meubel Jepara dijual ke pasar

mancanegara dan sisanya ke pasar dalam negeri.

Pemerintah daerah Jepara akan terus memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada

untuk mendorong perkembangan sentra industri mebel ukir di kota ini. Caranya,

memperkuat fasilitas umum, seperti Jepara Trade Center. Pusat perdagangan07 ini

terdiri atas pusat promosi (yang juga berfungsi sebagai balai lelang), pusat

informasi, pusat desain, serta advokasi atas hak dan kekayaan intelektual.

Seputar Industri Mebel

Page 2: Proposal Usaha Mebel Jepara

Industri mebel Indonesia terdiri atas produk-produk kayu (kayu karet, mahogani,

jati, akasia), rotan dan logam/plastik baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam

negeri. Sementara perusahaan besar umumnya mengkhususkan diri pada

campuran panel (kayu lapis, papan partikel dan papan serat kepadatan sedang) dan

kayu keras, produsen kecil-menengah berfokus pada mebel kayu keras. Hal itu

disebabkan oleh tingginya biaya modal yang diperlukan untuk menghasilkan mebel

berlapis panel. Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel yang dibeli sebagai

bahan masih tinggi, sebagaimana harga pasar produk-produk ini tercermin pada

permintaan dalam negeri dan ekspor terhadap kayu lapis, papan partikel, dan

papan serat kepadatan sedang (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari

2007).

Sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang

pesat di Semarang, Jepara, Solo dan Yogyakarta. Industri permebelan dan kerajinan

ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistem home

industryyang bekerjasama dengan industri-industri besar (Road Map Revitalisasi

Industri Kehutanan Indonesia, 2007).

Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan

yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut:

- kurangnya bahan baku

- negative brand image akibat pembalakan liar

- rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.

- lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing.

- lebih disukainya produk-produk bersertifikat.

Ambar Tjahyono, Ketua Umum ASMINDO menyebutkan  dari segi kualitas bahan

baku dan desain produk, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan

negara produsen mebel lainnya (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

Page 3: Proposal Usaha Mebel Jepara

Proses Produksi

1. Setelah ditebang, kayu bulat dikuliti dan dipotong menjadi papan di kilang

gergaji, kemudian kayu ditumpuk dan diantar dengan truk ke lahan penerimaan

pabrik mebel. Syarat pembayaran biasanya tunai ke kontraktor yang memotong dan

mengangkut kayu. Bahan-bahan lain, dari panel sampai lem, bahan pemulas,

perkakas, kemasan, dan bahan tak langsung dibuat setempat atau di pabrik

mancanegara dan dibeli dari pemasok yang biasanya bekerja atas pembayaran net-

30, yang berarti seluruh tagihan harus dibayar ke pemasok bahan mentah dalam 30

hari.

2. Setelah diterima oleh pabrik meubel, papan ditempatkan di kamar hampa

autoklaf. Campuran encer boraks (untuk terapan penindasan jamur noda biru) dan

boriks (insektisida) dimasukkan ke kamar hampa itu dan menyusupi segenap serat

dari kayu yang sedang dirawat. Lalu, papan dipindahkan dan ditempatkan langsung

di kamar pengering untuk dikeringkan.

3. Proses pengeringan mencakup penghembusan terus-menerus udara panas dan

kering ke kamar pengering. Gerakan hidrolis menarik kelembapan yang terbenam

jauh di papan. Banyak kamar pengering kini dikendalikan komputer untuk

memantau keadaan kamar. Kamar pengering dipantau secara berkala dan

kandungan kelembapan sejumlah papan diperiksa. Kayu dikeluarkan setelah

kandungan kelembapan kurang dari 10%.

4. Kayu gergajian yang dikeringkan ini dipotong dan digiling di mesin penggosok

atau pencetak. Kerja pencetakan memotong enam sisi sekaligus, menghasilkan

kayu halus berukuran tepat dan siap untuk pengolahan selanjutnya.

5. Langkah pengolahan berikutnya adalah menyambung-gerigikan (finger-joint)

potongan-potongan pendek kayu untuk menyusun papan yang lebih panjang.

Potongan lika-liku (zigzag) papan yang tersambung-gerigi memaksimalkan bidang

permukaan kayu yang dilem. Jika dilakukan dengan benar, kayu tersambung-gerigi

lebih kuat daripada kayu alami yang melingkunginya. Papan sambungan ini

digabungkan di mesin tekan kepit besar, lalu digosok lagi untuk menghilangkan

kekasaran atau beda ketebalan atau lebar di sepanjang papan.

6. Setelah digiling, dibentuk dan diputar, komponen-komponen dipulas dalam

sebuah proses banyak langkah yang mencakup beberapa lapisan awal plamir.

Langkah itu melenyapkan permukaan yang tak rata dan lubang di kayu,

menghasilkan permukaan licin yang siap bagi pemulasan akhir. Satu-satu

komponen dipulas sebagai komponen bagian dari suatu satuan rangkai-sendiri

(knock down) atau satuan utuh lewat perakitan memakai paku dan sekrup.

7. Beberapa langkah ulangan diperlukan dalam pemulasan. Pertama, plamir

disapukan dalam satu atau dua lapisan. Plamir adalah bahan dari lak yang cepat

kering dan, saat kering, membuat penggosokan efisien. Setelah itu, konveyor cat

Page 4: Proposal Usaha Mebel Jepara

memudahkan kerja penyemprotan dan penganginan. Biasanya sebuah oven segaris

menjadi bagian dari jalur perakitan dan memercepat proses pengeringan. Setelah

kering, komponen dipindahkan dan dikemas untuk dikapalkan menggunakan

lembaran busa polietilen dan karton luar lima lidah (five-ply).

ASPEK PEMASARAN :

Keadaan supply dan demand

·  Perdagangan mebel di pasar dunia saat ini trennya juga cenderung terus

membaik. Nilai perdagangan mebel dunia meningkat dari USD 51 milyar pada

tahun 2000 menjadi USD 76 milyar pada tahun 2005. Pada 2006, angkanya telah

melonjak naik menjadi USD 80 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

·  Namun, pangsa pasar mebel di dunia masih dipegang oleh negara pengekspor

mebel terkemuka, antara lain: Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18

%, disusul Cina (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%).

Sedangkan pangsa pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9% (Bank

Ekspor Indonesia, 2007).

·   Indonesia telah memertahankan pangsa pasarnya lebih-kurang tetap selama

lebih dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam

pangsa pasar yang direbut oleh China.

·   Pemerintah telah mengupayakan untuk mengembangkan industri meubel dan

menetapkan sektor ini sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah

Air. Selama tahun 2005, ekspor meubel dan kerajinan Indonesia telah mencapai

sebesar USD 1,8 miliar. Skala itu meningkat di tahun 2006 menjadi USD 2,2 miliar.

Bahkan, di tahun 2007, nilai ekspor meubel dan kerajinan ditargetkan mencapai

USD 2,9 miliar. Dan, jika tak ada hambatan, pada 2010 pemerintah menargetkan

ekspor meubel nasional bisa menembus USD 5 miliar (Bank Ekspor Indonesia,

2007).

Kondisi persaingan

-  Persaingan di pasar ekspor berasal baik dari produsen lokal maupun produsen

luar negeri relatif ketat, antara lain :

-  Pesaing usaha sejenis yang berasal dari lokal dan sekitarnya.

- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari luar negeri saat ini masih cukup banyak

yaitu antara lain dari negara Cina, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Myanmar,

dimana mereka cukup gencar menyerbu pasar Eropa dengan keunggulan kualitas

yang tinggi dan harga yang lebih murah karena bahan kayu jati yang melimpah di

negara masing-masing, namun dari negara-negara tersebut sebagian besar

perusahaan besar yang tidak mau mengekspor dalam partai kecil (satu-dua

kontainer dengan barang yang tidak sejenis).

Page 5: Proposal Usaha Mebel Jepara

Strategi usaha

Strategi usaha yang perlu dilakukan oleh industri meubel adalah:

-  Menciptakan produk yang responsif terhadap permintaan pasar, khususnya

pengembangan produk yang unik dan berdesain etnik.

-  Membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif.

-  Investasi dan perbaikan teknologi.