53
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN DI KELAS VIII SEMESTER II SMPN-2 SABANGAU PROPOSAL SKRIPSI Oleh DESI ELWINA ACD 104 053 UNIVERSITAS PALANGKARAYA 1

props Jigsaw Desi Elwina

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: props Jigsaw Desi Elwina

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHANDI KELAS VIII SEMESTER II SMPN-2 SABANGAU

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

DESI ELWINAACD 104 053

UNIVERSITAS PALANGKARAYAFAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2009

1

Page 2: props Jigsaw Desi Elwina

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses

pembelajaran adalah dengan cara mengefektifkan penggunaan metodologi

pengajaran untuk menghasilkan interaksi yang baik selama proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran adanya interaksi semua komponen yang saling

berhubungan antar satu dengan yang lainnya, sehingga suatu proses pembelajaran

yang dikelola dengan baik tentu akan menghasilkan hasil yang baik pula. Komponen

yang termasuk dalam proses pembelajaran meliputi indikator yang ingin dicapai,

materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat

ukur tercapai tidaknya indikator pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar yang

optimal, seorang guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode dan

strategi belajar yang baik serta sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan

pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap

ilmiah. Pembelajaran biologi lebih menekankan pada pendekatan keterampilan

proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun materi-materi, teori dan

sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas

maupun produk pendidikan. Pembelajaran biologi selama ini lebih banyak

menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja, sehingga pengetahuan yang diperoleh

siswa cepat dilupakan oleh siswa, (Baskoro, 2006). Oleh karena itu, perlu

2

Page 3: props Jigsaw Desi Elwina

dikembangkan metode atau strategi pembelajaran biologi yang dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan

ide-ide mereka karena keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar

merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata

pelajaran biologi kelas VIII di SMPN-2 Sabangau pada bulan Juni 2008, guru

bersangkutan memutuskan tentang kesulitan dalam memberikan materi struktur dan

fungsi jaringan tumbuhan. Hal ini dikarenakan masih sulitnya materi tersebut

dipahami oleh siswa dan masih rendahnya daya serap (penguasaan) siswa dalam

memahami materi tersebut sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Pada materi stuktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa dituntut untuk mengenal

struktur morfologi dan struktur anatomi tumbuhan serta mengetahui fungsi-

fungsinya, sehingga untuk memahami materi tersebut perlu dilakukan belajar

berkelompok yang dibimbing oleh guru agar siswa mampu bekerjasama dan terlibat

aktif dengan sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan

materi pembelajaran. Sebenarnya guru biologi sudah menerapkan pembelajaran

secara diskusi kelompok untuk menyampaikan materi biologi, namun dalam

prosesnya kegiatan kelompok tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang

pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah, kurang berperan dalam

mengerjakan tugas kelompok.

Model pembelajaran yang bersifat kerja kelompok dan mendorong siswa

dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh

sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok selama proses pembelajaran

3

Page 4: props Jigsaw Desi Elwina

adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran

kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang mendorong siswa bekerjasama

untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Handayani

(2007) bahwa pada saat menyelesaikan tugas, anggota kelompok saling bekerjasama

dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah diantaranya adalah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

yang menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan

masalah atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Ibrahim, 2000). Guru

membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang

siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap

komponen/subtopik materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru dengan sebaik-

baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap

subtopik yang sama membentuk kelompok lagi untuk menyelesaikan tugas

kooperatifnya dalam: 1) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; 2)

merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota

kelompoknya semula, setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok masing-

masing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam

subtopik tersebut kepada temannya di kelompok asal, anggota kelompok ahli dalam

subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga dari proses pembelajaran ini,

seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap

4

Page 5: props Jigsaw Desi Elwina

materi yang dipelajari memiliki kecenderungan lebih tinggi agar dapat menjelaskan

kembali kepada anggota kelompok asalnya.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka diperlukan

upaya nyata untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar biologi khususnya

pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang bercirikan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada SMPN-2 Sabangau. Sehingga penelitian

ini diberi judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan

Tumbuhan di Kelas VIII Semester II SMPN-2 Sabangau.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode atau strategi belajar

yang baik yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk mencapai hasil

belajar yang optimal.

2) Faktor penyebab sulitnya pemahaman materi oleh siswa SMPN 2 Sabangau,

yaitu tidak terlibatnya siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Hal ini

ditunjukkan dengan sikap yang kurang antusias dari siswa ketika pembelajaran

berlangsung.

3) Upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah untuk melatih siswa agar dapat

bekerjasama dalam kelompok serta menguasai dan memahami materi dengan

baik.

5

Page 6: props Jigsaw Desi Elwina

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah maka perlu diberikan batasan-batasan

mengenai masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

1). Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah kooperatif tipe jigsaw.

2). Materi yang diberikan dalam penelitian ini mengenai struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan pada siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2 Sabangau tahun

ajaran 2008/2009.

3). Hasil belajar siswa yang diteliti yaitu aktivitas siswa dan hasil belajar pada

aspek kognitif.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan

masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1). Bagaimana pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam membantu

siswa Kelas VIIIa SMPN Sabangau memahami materi struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan?

2). Bagaimana aktivitas siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau selama penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

3). Bagaimana respon guru dan siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau terhadap

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

6

Page 7: props Jigsaw Desi Elwina

4). Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2

Sabangau setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi

struktur dan fungsi jaringan tumbuhan?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1). Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran biologi

yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk membantu siswa

memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa

semester II SMPN 2 Sabangau.

2). Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa

semester II SMPN 2 Sabangau.

3). Mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

4). Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan.

1.6 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu memperbaiki

proses pembelajaran biologi di dalam kelas sehingga akan meningkatkan hasil

7

Page 8: props Jigsaw Desi Elwina

belajar siswa kelas VIIIa semester II SMPN 2 Sabangau Tahun ajaran 2008/2009

pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.

1.7 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1). Memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah.

2). Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran serta

dapat menggunakannya pada materi yang sesuai.

3). Meningkatkan keterlibatan/partisipasi siswa agar lebih aktif dalam proses

belajar mengajar.

4) Sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif.

8

Page 9: props Jigsaw Desi Elwina

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan pembelajaran Biologi

Belajar diartikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan diri individu dan merupakan suatu perubahan yang kompleks, karena

adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya (Usman, 1995). Perubahan diri dalam hal ini adalah perubahan yang

terjadi dalam diri siswa sebagai hasil belajar pada aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotor. Menurut Wittrock (Pannen, 2001:), proses belajar seseorang

dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention). Selain itu faktor penting

dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian proses belajar tidak

akan pernah terjadi. Dengan demikian, keberhasilan dalam proses belajar mengarah

pada perubahan diri siswa dengan fokus pada materi pelajaran yang diberikan

sehingga diperoleh suatu pemahaman materi yang baik.

Kegiatan belajar yang dilakukan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan

mengajar. Mengajar adalah kegiatan penyampaian materi oleh pengajar kepada

pihak yang belajar. Menurut Sudjana (1989) mengajar adalah membimbing kegiatan

siswa belajar, mengatur dan mengorganisasi lingkugan yang ada disekitar siswa

untuk melakuan kegiatan belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru

9

Page 10: props Jigsaw Desi Elwina

dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga

hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang

ada di luar kelas.

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja

siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 1998). Sebagai

suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut proses belajar terhenti untuk sementara

dan terjadilah penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan

belajar adalah guru sebagai pemegang kunci pembelajaran yang menyusun desain

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar (Dimyati &

Mudjiono, 2002:250). Kegiatan pemberian nilai/penilaian hendaknya merupakan

bagian integral dari proses belajar mengajar (Purwanto, 1990:74). Ini berarti bahwa

tujuan penilaian disamping untuk mengetahui kemampuan belajar serta penguasaan

siswa terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback (umpan balik),

baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Sehingga dari hasil tes,

guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya

guru dapat melakukan koreksi maupun reinformance terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan.

Pembelajaran pada materi biologi yang lebih menekankan pada pendekatan

keterampilan proses, guru biologi tentunya harus mampu dan mahir menggunakan

model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan karena

tujuan pembelajaran biologi ialah agar siswa mampu melakukan pengamatan dan

10

Page 11: props Jigsaw Desi Elwina

diskusi untuk memahami materi, mampu melakukan percobaan sederhana untuk

memahami materi dan mengkomunikasikan hasil percobaan, mampu

menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan melaporkannya. Berdasarkan hal

ini, maka perlu digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

mempelajari biologi tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan

adalah model cooperatif learning (Handayani, 2007). Model cooperative learning

yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif pada kegiatan

pembelajaran, sehingga diharapkan siswa yang sedang belajar adalah siswa yang

sedang mengembangkan materi yang sudah dimilikinya.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang

mendorong siswa bekerjasama dengan tingkat kemampuan berbeda untuk mencapai

tujuan yang sama (Ibrahim, 2000). Pada saat menyelesaikan tugas, anggota

kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran.

Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran

(Handayani, 2007). Menurut Ibrahim (Chabibah, 2007), pembelajaran kooperatif

menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan siswa

yang berbeda, siswa belajar dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan

pelajaran, serta tanggungjawab individu sekaligus kelompok. Dengan demikian,

dalam diri siswa tumbuh sikap dan prilaku saling ketergantungan positif serta

adanya interaksi kooperatif akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi

11

Page 12: props Jigsaw Desi Elwina

sesamanya, sehingga kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerjasama

dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran

kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling

berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat,

saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar,

saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru

menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti

oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal.

Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti

bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama mereka. Fase terakhir

pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok tentang apa

yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha

kelompok maupun individu.

Enam tahap pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase-2Menyajikan informasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

12

Page 13: props Jigsaw Desi Elwina

Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase-5Evaluasi

Fase-6Memberikan penghargaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Ibrahim, 2000

2.2.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang menarik

kreativitas siswa sehingga keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: Hasil Belajar Akademik,

Penerimaan terhadap perbedaan, dan Pengembangan Keterampilan Sosial (Ibrahim,

2000).

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh

Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok

kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama

13

Page 14: props Jigsaw Desi Elwina

positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu

dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain (Ibrahim, 2000).

Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan

kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa

anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar

belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya

suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang

ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang

sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan

pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk

mempelajari topik mereka tersebut. Peran guru dalam diskusi tersebut adalah

memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk

memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota

kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman

sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok

ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang

didapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut

diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe Jigsaw ini adalah

interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi

14

Page 15: props Jigsaw Desi Elwina

yang diperlukan, artinya para siswa harus memiliki tanggungajawab dan kerjasama

dan saling ketergantungan yang positif untuk mendapatkan informasi dan

memecahkan masalah yang diberikan (Chabibah 2006). Selanjutnya, diakhir

pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang

telah dibahas.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif Tipe jigsaw

Langkah pembelajaran disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pra-kegiatan pembelajaran

menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Kegiatan

pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pra-Kegiatan PembelajaranPersiapan 1) Bahan/materi2) Membagi siswa ke dalam kelompok asal3) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli

SKENARIO PENGELOMPOKAN

KELOMPOK ASAL(4 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan)

KELOMPOK AHLI(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)

15

A B CD E

A B CD E

A B CD E

A B CD E

A B CD E

A A AA A

B B BB B

D D DD D

C C CC C

E E EE E

Page 16: props Jigsaw Desi Elwina

Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim JigsawSumber : Ibrahim, 2000

Rencana kegiatan

1) Membaca: siswa membaca topik ahli dan menetapkan anggota ahli untuk

topik tertentu

2) Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk

mendiskusikannya dalam grup ahli

3) Laporan kelompok: siswa ahli kembali ke kelompoknya masing-masing

untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya kepada anggota

kelompoknya

4) Tes: siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.

5) Penghargaan kelompok

Gambar 2. Ilustrasi yang menunjukkan alur rencana kegiatan pembelajaran jigsawSumber : Pannen, 2001

16

Page 17: props Jigsaw Desi Elwina

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan digunakan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1) Tahap pertama adalah menyampaikan dan memotivasi siswa yaitu dengan

mengingatkan pengetahuan terdahulu dengan pengetahuan yang sekarang serta

menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Tahap Kedua adalah menyampaikan informasi yang mendukung tugas belajar

kelompok melalui bahan bacaan.

3) Tahap Ketiga adalah pembentukan kelompok asal. Pada tahap ini siswa dibagi

ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok

4-6 orang yang disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian.

Penyusunan kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan dan

gender). Kemudian setiap siswa diberi soal yang berbeda dan dalam kelompok

asal ini, yang dilakukan siswa adalah menyimak materi struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan, membaca soal dan mencoba memahami soal dengan

bimbingan guru.

4) Tahap Keempat adalah pembentukan kelompok ahli. Pada tahap ini setiap siswa

yang memiliki tugas atau materi berbeda meninggalkan kelompok asal untuk

bergabung dengan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang memiliki tugas

atau soal yang sama, membahas dan menyelesaikan soal tersebut.

17

Page 18: props Jigsaw Desi Elwina

Pada tahap ini juga, setelah siswa menyelesaikan tugas atau soal pada kelompok

ahli kemudian setiap siswa (ahli) kembali ke kelompok asalnya masing-masing

untuk menginformasikan hasil penyelesaian soal yang telah dibahas dalam

kelompok ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya

(presentasi) yang sesuai dengan kekhususan soal yang diperoleh masing-masing.

5) Tahap kelima adalah evaluasi. Pada tahap ini, siswa mempresentasikan hasil

diskusi mewakili keseluruhan materi yang telah diajarkan pada pertemuan

tersebut.

5) Tahap keenam adalah Penghargaan kepada kelompok.

2.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Anam (Sholehah, 2004) tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

yaitu :

1) Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan membaca.

2) Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima

informasi di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir.

3) Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih

kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Anonim (Sholehah, 2004) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw antara lain:

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

18

Page 19: props Jigsaw Desi Elwina

(1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam

memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan.

(2) Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar.

(3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang

dihadapi dalam mempelajari materi

(4) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat

terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya

seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat

duduknya nanti akan berpindah.

(2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat

pembelajaran.

2.4 Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Menurut Saktiyono (2004) dan Syamsuri (2007), Materi Struktur dan Fungsi

Jaringan Tumbuhan adalah sebagai berikut:

1) Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar,

ujung akar, dan tudung akar. Secara anatomi, akar tersusun oleh tiga lapisan

jaringan pokok atau tiga sistem jaringan yaitu sistem jaringan dermal (epidermis),

sistem jaringan dasar (korteks), endodermis dan silinder pusat (stele). Fungsi akar

adalah untuk: menyerap air dan mineral; menunjang dan memperkokoh

berdirinya tumbuhan; sebagai alat pernapasan.

19

Page 20: props Jigsaw Desi Elwina

2) Berdasarkan keadaan batang, tumbuhan tingkat tinggi dapat dibagi menjadi tiga

tipe batang yaitu tipe rumput (kalmus), tipe lunak berair (herbaseus atau terna),

dan tipe berkayu (lignosus). Pada permukaan batang berkayu terdapat lentisel

yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas pada tumbuhan. Struktur

dalam batang hampir sama dengan struktur dalam akar. Pada ujung batang yang

sedang tumbuh, tepatnya di belakang meristem apikal, terbentuk jaringan primer.

Dari luar ke dalam, jaringan primer terdiri atas: Protoderma, Prokambium, dan

meristem Dasar. Pada tumbuhan dikotil yang hanya memiliki kambium, sehingga

dapat terjadi pertumbuhan sekunder. Akibat kegiatan kambium pada batang

dikotil terdapat batas-batas yang jelas yang disebut lingkaran tahun. Fungsi

batang adalah sebagai organ lintasan air, mineral, dan hasil fotosintesis; organ

pembentuk dan penyangga daun; tempat penyimpan makanan; alat

perkembangbiakan vegetatif.

3) Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk lembaran pipih dan

berwarna hijau. Namun, adapula daun yang berbentuk jarum misalnya daun pinus

atau seperti sisik, misalnya pada kaktus. Daun lengkap mempunyai bagian-bagian

daun berupa pelepah daun atau upih daun (vaginula), tangkai daun (petiolus), dan

helaian daun (lamina). Dalam satu tangkai daun ada yang berhelaian daun satu

(daun tunggal), misalnya daun mangga dan yang lebih dari satu (daun majemuk),

misalnya daun belimbing. Daun dapat dikelompokkan berdasarkan susunan atau

struktur tertentu seperti bentuk helaian daun, bentuk ujung daun, tepi daun, dan

susunan tulang daun. Struktur anatomi atau struktur dalam daun terdiri dari

epidermis, jaringan tiang (palisade), dan jaringan bunga karang (jaringan spons).

20

Page 21: props Jigsaw Desi Elwina

Pada bagian-bagian daun, epidermis dilapisi kutikula sedangkan pada epidermis

bawah terdapat stomata. Pada jaringan tiang banyak terdapat kloroplas. Pada

jaringan bunga karang terdapat berkas pembuluh angkut yaitu xilem dan floem.

Fungsi daun adalah untuk tempat fotosintesis; traspirasi tumbuhan; alat

pernapasan; alat perkembangbiakan vegetatif contohnya pada daun cocor bebek

(Kalanchoe pinnata)

4) Bunga merupakan organ yang penting bagi tumbuhan karena di dalamnya

terdapat alat-alat perkembangbiakan. Bunga sebenarnya merupakan ujung cabang

yang berubah bentuk (mengalami modifikasi) dan tumbuh terbatas. Secara umum,

bunga yang dimiliki oleh setiap jenis tumbuhan memiliki struktur dasar yang

sama. Bagian-bagian utama pada bunga adalah kelopak bunga (calyx), mahkota

bunga (corolla), benang sari (stamen), putik (pistillum), dan bakal buah

(ovarium). Bunga yang mempunyai semua bagian tersebut dinamakan bunga

lengkap, sedangkan bunga yang tidak mempunyai satu atau lebih bagian-bagian

bunga tersebut dinamakan bunga tidak lengkap. Fungsi bunga adalah sebagai alat

perkembangbiakan generatif pada tumbuhan. Bila serbuk sari melekat di kepala

putik, maka terjadilah penyerbukan (persarian). Penyerbukan biasanya akan

diikuti oleh pembuahan. Pembuahan adalah peristiwa penyatuan sel kelamin

jantan dan sel kelamin betina.

Struktur alat perkembangbiakan bunga terdiri dari benang sari dan putik. Bagian

benang sari adalah tangkai sari (filamen), kepala sari (anthera) dan serbuk sari

(polen). Benang sari merupakan penghasil serbuk sari yang menghasilkan gamet

jantan pada tumbuhan. Putik terletak dibagian pusat bunga setelah benang

21

Page 22: props Jigsaw Desi Elwina

sari. Putik merupakan organ perkembangbiakan betina karena membentuk sel

telur (ovum). Bagian-bagian penyusun putik adalah kepala putik (stigma), tangkai

putik (stilus) dan bakal buah (ovarium). Di dalam bakal buah terdapat bakal biji

(ovulum) dan di dalam bakal biji terdapat sel telur yang merupakan sel kelamin

betina.

5) Secara umum buah berkembang dari bakal buah (ovarium). Bakal buah

merupakan bagian bawah dari putik, di dalam bakal buah terdapat bakal biji. Bila

terjadi penyerbukan yang biasanya diikuti pembuahan maka bakal buah

berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Buah dapat

dibedakan menjadi tiga tipe yaitu buah tunggal contonya pada buah mangga,

jambu; buah agregat contohnya pada sirsak, srikaya; dan buah majemuk

contohnya pada nangka. Jika dilihat dari asal terbentuknya, buah dibedakan

mejadi buah sejati contohnya pada pepaya, durian; dan buah semu contohnya

pada buah jambu monyet.

Bagian-bagian buah terdiri dari kulit buah (perikarp), dan biji. Kulit buah dapat

dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu kulit buah luar (eksokarp), kulit buah tengah

(mesokarp) dan kulit buah dalam (endokarp).

Sedangkan biji terbentuk dari hasil pembuahan yang terjadi dalam bakal biji. Di

dalam bakal biji terdapat calon individu baru yang disebut embrio. Biji pada

umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kulit biji, tali pusat, dan inti

biji atau isi biji.

2.5 Penelitian-penelitian yang Relevan

22

Page 23: props Jigsaw Desi Elwina

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian

pendukung pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain menurut Yusuf

(2003) yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw di Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Putri NW

Narmada Lombok Barat, teryata 78% dari keseluruhan TPK yang diajarkan telah

tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun klasikal. Hasil penelitian ini

juga menunjukkan bahwa guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dengan baik dan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa selama

PBM berlangsung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayantri, (2007) menyatakan bahwa

bahwa pembelajaran biologi pada kelas I SMA yang berorientasi penggunaan

pendekatan lingkungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat

meningkatkan keterampilan guru mengelola KBM, meningkatkan kualitas

pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru, meningkatkan kualitas interaksi

siswa dengan lingkungan belajar, dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang

meliputi peningkatan nilai rata-rata dan meningkatkan jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan belajar. Hasil penelitian Sholelah (2004) juga menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran

biologi, aktivitas guru dan siswa, keterampilan kooperatif dan hasil belajar siswa

tentang konsep keanekaragaman tumbuhan.

23

Page 24: props Jigsaw Desi Elwina

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

ini adalah model siklus Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup empat komponen

di dalam satu siklus, yaitu: 1) Rencana Tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3)

Observasi/Pengamatan, dan 4) Refleksi atas tindakan. (Aqib, 2006:22). Apabila

dalam awal penelitian tindakan dbutir soalukan adanya kekurangan, maka

perencanaan dan pelaksananaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada

siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai (Wardhani, 2007).

24

4.Refleksi

2. Pelaksanaan Tindakan

3.Observasi

1. Rencana Tindakan

4.Refleksi

2.Pelaksanaan Tindakan

3.Observasi

1. Rencana Tindakan

SIKLUS I

SIKLUS II

Page 25: props Jigsaw Desi Elwina

Gambar 3. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan KelasSumber : (Aqib, 2006)

Penyampaian informasi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dibagi

ke dalam 2 submateri yang dilaksanakan ke dalam 2 siklus tindakan dengan

mengikuti alur pelaksanaan tindakan kelas. Siklus I: struktur dan fungsi morfologi

tumbuhan: Siklus II: struktur dan fungsi anatomi tumbuhan.

Pelaksanaaan penelitian siklus I meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

3.1.1 Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan tindakan, setelah mendapat izin untuk mengadakan

penelitian dan memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian maka guru

(peneliti) menyusun rencana penelitian yang harus sudah dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing yang bersangkutan, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran 01 (Lampiran 5), Lembar Kerja Siswa 01 (Lampiran 7) dan Tes Hasil

Belajar Aspek Kognitif (Lampiran 10). Menyusun instrumen-instrumen berupa

lembar pengelolaan pembelajaran biologi dalam pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket respon guru dan siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada awal pertemuan di bulan Januari 2009, peneliti memberikan pretest

terhadap siswa kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau berupa soal-soal pilihan ganda

mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, Pretest ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi tersebut. Berdasarkan hasil

25

Page 26: props Jigsaw Desi Elwina

pretest, kemudian peneliti melaksanakan siklus I terhadap siswa kelas VIIIa SMPN-

2 Sabangau dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01)

yang telah disusun berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3.1.3 Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat (observer) yang

mengamati dan mencatat segala kejadian atau peristiwa yang terjadi selama

berlangsungnya proses pembelajaran. Pengamat mengisi lembar pengamatan berupa

pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan aktivitas siswa selama

berlangsungnya proses pembelajaran.

3.1.4 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melakukan analisis, interpretasi dan

evaluasi bersama dengan pengamat sehingga dapat diketahui kekurangan dan

kelebihan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi tersebut

peneliti dapat memperkirakan tindakan (siklus) telah berhasil atau belum dengan

menggunakan kriteria bahwa hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan

proses pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang dikemukakan. Interpretasi

dan evaluasi ini peneliti gunakan sebagai dasar untuk melakukan bahan perbaikan

dan penyempurnaan mengajar pada siklus selanjutnya.

Pada pelaksanaan penelitian siklus II submateri struktur dan fungsi anatomi

tumbuhan diberikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Setelah seluruh siklus selesai

dilaksanakan, peneliti melakukan evaluasi seluruh tindakan yaitu: memberikan soal-

soal tes hasil belajar kognitif (post-test), membagikan angket untuk mengetahui

respon guru dan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

26

Page 27: props Jigsaw Desi Elwina

menganalisis serta merefleksi seluruh tindakan dalam proses pembelajaran untuk

menarik kesimpulan dan selanjutnya menyusun laporan hasil penelitian.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sabangau yang letak bangunannya

berada di Jalan Matal Kelurahan Sabaru Kecamatan Sabangau Kota Palangkaraya.

Bangunan SMPN 2 Sabangau memiliki luas tanah ± 25.000 m2 dengan panjang

200m dan lebar 125m. Bangunan ini bersebelahan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB)

2 Palangkaraya dan berada di belakang rumah pemukiman penduduk. Fasilitas dan

prasarana sekolah antara lain: ruang kelas (9 ruang), ruang Kepala Sekolah (1

ruang), ruang wakil Kepala Sekolah (1 ruang),ruang Guru (1 ruang), ruang tata

usaha (1 ruang), ruang perpustakaan (1 ruang), ruang laboratorium (1 ruang),

ruang BP/Bk (1 ruang), ruang UKS (1 ruang), ruang koperasi (1 ruang), Gudang (1

ruang), Kamar Kecil Siswa (3 Ruang) dan Kamar kecil Guru/TU (2 ruang).

Untuk lebih lengkapnya, denah sekolah dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan guru (peneliti) yang bertindak sebagai subjek

penelitian dan Siswa Kelas VIIIa Semester II SMPN 2 Sabangau dengan jumlah

siswa sebanyak 32 orang sebagai objek penelitian. Pada sekolah yang bersangkutan

telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh guru (peneliti) dan dua orang pengamat.

Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemberian pretest dan post-test, lembar

27

Page 28: props Jigsaw Desi Elwina

pengamatan yang diisi oleh dua orang pengamat serta angket respon yang diisi oleh

guru dan siswa. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

3.4.1 Identifikasi Parameter pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan mulai bulan Januari-Februari 2009 oleh

peneliti dan pengamat terhadap siswa kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Objek utama

penelitian adalah siswa yang memiliki pemahaman rendah mengenai materi struktur

dan fungsi jaringan tumbuhan. Adapun data yang dikumpulkan berupa hasil tes awal

dan tes akhir pada aspek kognitif, selain itu juga dikumpulkan data tentang

pengamatan pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil respon guru dan

siswa.

3.4.2 Validitas Perangkat Pembelajaran

Setelah semua perangkat selesai dibuat, selanjutnya dilakukan validasi

kepada para pakar (Lampiran 11). Para pakar menelaah untuk menguji validitas

perangkat yang telah disusun. Pendapat dan saran dari para validator digunakan

untuk memperbaiki perangkat pembelajaran. Hasil revisi perangkat selanjutnya

digunakan untuk simulasi (Tinduh, 2008:28).

3.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1). Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran biologi dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk

mengetahui pengelolaan pembelajaran oleh guru yang menerapkan model

28

Page 29: props Jigsaw Desi Elwina

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas. Instrumen ini diisi oleh dua orang

pengamat selama mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar dari awal sampai

berakhirnya pembelajaran.

2). Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk

mengetahui aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Instrumen ini diisi oleh 2 orang pengamat yang mengamati dan

mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dari awal sampai berakhirnya

pembelajaran

4). Angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap

penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, diberikan dan diisi oleh guru

dan siswa setelah pertemuan berakhir.

5). Tes hasil belajar kognitif tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan

untuk kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Instrumen ini digunakan untuk

mengetahui tingkat ketercapaian (tingkat penguasaan) hasil belajar kognitif

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3.4.4 Jenis Data

Data yang dikumpulkan berasal dari :

1). Hasil observasi pengelolaan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2). Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3). Hasil angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran koopertif tipe jigsaw.

29

Page 30: props Jigsaw Desi Elwina

4). Hasil tes awal dan tes akhir siswa kelas VIII SMPN-2 Sabangau dengan

menggunakan soal-soal tes belajar kognitif tentang struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan.

3.4.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti, guru dan siswa SMPN 2

Sabangau, serta hasil pengamatan oleh 2 orang pengamat yaitu dari Saudari

Selphiana Anitha dan Saudari Retsi Pernant.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan

masalah, adapun analisis yang dgunakan adalah:

1) Penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw menggunakan analisis deskriptif rata-rata, yaitu jumlah

skor sekeluruhan tiap kategori dibagi dengan jumlah kategori yang ada

(Koentjaraningrat, 2007).

2) Menganalisis data pengamatan aktivitas dan respons siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan analisis statistik deskriptif persentase.

Menurut Sutomo (Jayantri, 2007) rumus yang digunakan yaitu:

3) Validitas butir soal akan diperoleh dengan menghitung sensitivitas butir dari

setiap butir soal. Menurut Purwanto (1984), Indeks sensitivitas bagi

30

Keterangan :

P = Persentase tanggapan siswa

F = Frekuensi tiap aktivitas

N = Jumlah seluruh aktivitas

Page 31: props Jigsaw Desi Elwina

keberhasilan pembelajaran (sensitivity of instructional effect) (S) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

S : Indeks Sensitivitas butir soalRa : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sesudah proses

pembelajaranRb : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sebelum proses

pembelajaran.T : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Menurut Gronlund (Yusuf, 2003) Indeks butir yang efektif terdapat di antara

0,00 dan 1,00 dan nilai positif yang lebih besar menyatakan butir soal yang lebih

besar kepekaannya terhadap efek-efek pembelajaran. Butir soal yang mempunyai

sensitivitsas ≥ 0.40 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran.

Sehingga dalam penelitian ini, butir soal yang dianggap layak digunakan untuk

menilai hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah butir soal yang mempunyai

sensitivitas ≥ 0.40.

Reliabilitas instrumen pengamatan akan dihitung dengan teknik interobserver

agreement. Menurut Borich (Yusuf, 2003) rumus yang digunakan untuk menghitung

reliabilitas adalah:

Percent agreement (R) = X 100%

Keterangan:

A : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi tinggi.

B : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat lain dengan memberikan frekuensi rendah

31

Page 32: props Jigsaw Desi Elwina

Untuk tingkat ketercapaian (TK) atau tingkat penguasaan belajar biologi siswa

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilihat tes hasil

belajar siswa sebagai standar ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa yang

dimaksudkan adalah ketuntasan belajar secara individu dan klasikal. Berdasarkan

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) secara individu, siswa dikatakan tuntas dalam

belajar apabila siswa memperoleh nilai ≥ 60. Sedangkan ketuntasan belajar secara

klasikal apabila 85% dari seluruh tujuan pembelajaran khusus mencapai tuntas

belajar.

Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan individu, adalah:

Rumus yang digunakan untuk menentukan persentase ketuntasan klasikal, adalah:

4) Respons Guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru terhadap penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dianalisis secara deskriptif.

32

Page 33: props Jigsaw Desi Elwina

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.

Baskoro. (2006). Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Berpikir Kritis Konsep Ekologi Siswa MA NW Pancor Melalui Model Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif. Pancor Selong Lombok Timur NTB

Chabibah, U. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 1 (2);24-26.

Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Handayani, S. (2006). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Hubungan Antara Kuat Arus Dengan Beda Potensial Dan Hambatan [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1 (2); 27-30.

Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa, University Press.

Jayantri, M. (2007). Penggunaan Pendekatan Lingkungan Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xb Di SMAN 1 Bukit Batu Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.

Koentjaraningrat. (2007). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu.

Pannen, P. (2001). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Pengembangan UT Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

33

Page 34: props Jigsaw Desi Elwina

Saktiyono. (2004). IPA Biologi SMP dan MTs Jilid 2. Jakarta: Esis.

Sholehah, Z. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Di Kelas 1 MTs Islamiah Palangkaraya Tahun Ajaran 2004/2005. Proposal Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.

Sudjana, N. (1998). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sulastri, Priambodo. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 2A Kelas VIII Semester I. Jakarta: Erlangga.

Syamsuri, Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu. (2007). IPA Biologi Jilid 2 Untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga.

Tinduh, E. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Di Kelas XI IPA SMA Kristen Palangka Raya Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.

Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tim Penyusun. (2007). Pedoman Penulisan Skripsi. Palangkaraya: FKIP, UNPAR. Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wardhani, Wihardit, Nasoetion. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

34