20

PROSIDING Seminar... · 2020. 9. 25. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2014 ISBN : 979-587-529-9 Tema : “Pengembangan Teknologi Pertanian yang Inklusif untuk

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

    TAHUN 2014

    ISBN : 979-587-529-9

    Tema : “Pengembangan Teknologi Pertanian yang

    Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan

    Suboptimal”

    Gedung Aula Pascasarjana Universitas Sriwijaya

    Palembang, 26-27 September 2014

    Diselenggarakan Oleh Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) UNSRI

    Didukung Oleh

    Diterbitkan Oleh

    Universitas Sriwijaya PRESS

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

    TAHUN 2014

    ISBN : 979-587-529-9

    Tema : “Pengembangan Teknologi Pertanian yang

    Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan

    Suboptimal”

    Dewan Editor :

    1. Prof. Dr.Ir. Siti Herlinda, M.Si (Universitas Sriwijaya)

    2. Dr.Ir. Suwandi, M.Sc (Universitas Sriwijaya)

    3. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi, M.Si (Universitas Sriwijaya)

    4. Tanbiyaskur, S.Pi, M.Si (Universitas Sriwijaya)

    5. Prof.Dr. Eko Handayanto (Universitas Brawijaya)

    6. Prof.Ir. H.M. Sarjan, M.Agr.CP, Ph.D (Universitas Mataram)

    7. Dr.Ir. Nurul Aini, MS (Universitas Brawijaya)

    8. Dr. Rajiman, SP, MP (STTP Yogyakarta)

    9. Dr. Mardhiana, S.Hut, MP (Universitas Borneo Tarakan)

    Diterbitkan Oleh

    Universitas Sriwijaya PRESS

  • vi

    DAFTAR ISI

    Panitia Seminar Nasional LSO Unsri 2014 i

    Kata Pengantar iii

    Daftar Isi vi

    Pemakalah Utama

    1 Haryono Kebijakan Kementrian Pertanian dalam

    Mengembangkan Sistem Pembangunan Pertanian

    yang Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan

    Sub Optimal

    1-4

    2 Benyamin Lakitan Pengelolaan Lahan Suboptimal yang Inklusif dan

    Berkelanjutan untuk Mewujudkan Pertanian yang

    Produktif di Indonesia

    5

    3 Syaikhu Usman Pemberdayaan Berbasis Modal Sosial pada

    Masyarakat Lahan Suboptimal

    6-16

    4 Kukuh Murtilaksono

    dan Syaiful Anwar

    Potensi, Kendala, dan Strategi Pemanfaatan Lahan

    Kering dan Kering Masam untuk Pertanian (Padi,

    Jagung, Kedele), Peternakan, dan Perkebunan

    dengan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dan

    Spesifik Lokasi

    17-28

    5 Andy Mulyana Kendala dan Modal Sosial dalam Pengelolaan

    Lahan Suboptimal untuk Meningkatkan

    Kesejahteraan Petani Tradisional

    29-38

    6 Hasbi Potensi, Kendala, dan Solusi dalam

    Pengembangan Lahan Suboptimal untuk

    Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional

    39-45

    Pemakalah Penunjang

    1 Septiana Anggraini Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman

    Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan

    46-53

    2 Lina Budiarti,

    Nurhayati

    Kelimpahan Cendawan Antagonis pada Rhizosfer

    Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.)

    Savi ex Hassk.) di Lahan Kering Indralaya

    Sumatera Selatan

    54-64

    3 Ellya Husnul

    Salamah,

    Mulawarman

    Identifikasi Nematoda Parasit Tanaman Tebu di

    Pertanaman Tebu Lahan Kering PTPN VII Cinta

    Manis

    65-75

    4 Muzayyanah

    Rahmiyah

    Kelimpahan Mikoriza Arbuskula Lahan Bekas

    Tambang Batubara di Sumatera dan Lahan Kering

    Masam Lampung Tengah

    76

    5 Andri H Pardosi,

    Irianto, Mukhsin

    Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik

    Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol

    77-83

    6 Jimmi Eristo, Budiyati

    Ichwan

    Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia

    mangostana L.) pada Berbagai Konsentrasi

    Cycocel di Media Tumbuh Ultisol

    84-89

    7 Imelda, NP Sri Efektivitas Pupuk Organik untuk Meningkatkan 90-97

  • vii

    Ratmini Produktivitas Padi Lahan Pasang Surut

    8 Dewi Meidalima,

    Ruarita Ramadhalina K

    Potensi Kehilangan Gula oleh Chilo

    sacchariphagus di Pertanaman Tebu Lahan

    Kering Cinta Manis Ogan Ilir

    98-103

    9 Yani Purwanti Respon Tanaman Cabai Terhadap Pemberian

    Berbagai Pupuk Kandang dan Infestasi Nematoda

    Puru Akar Meloidogyne incognita (Koffoid and

    White) Chitwood

    104-110

    10 Nana Sutrisna,

    Yanto Surdianto,

    Nandang Sunandar

    Perancangan Model Usahatani Integrasi Tanaman

    Sorgum dan Ternak Sapi pada Lahan Suboptimal

    di Jawa Barat

    112-123

    11 Fitrianto , Hermanto,

    Haris Kriswantoro

    Studi Pemanfaatan Mikoriza Arbuskular dan

    Efisiensi Pupuk Phospat terhadap Pertumbuhan

    dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus

    radiatus L) pada Tanah PMK

    124-132

    12 Kurniawan Subatra,

    Dedeh Hadiyanti.

    Rujito Agus Suwigno.

    Munandar

    Hubungan Korelasi Antara Daya Hasil Genotipe

    Jagung Efisiensi Hara Terhadap Kandungan N dan

    P pada Jagung di Lahan Pasang Surut

    133-138

    13 Lifianthi, Selly

    Oktarina, Desi Aryani

    Perbandingan Kontribusi Pendapatan dan

    Pengeluaran Konsumsi Petani Plasma Kelapa

    Sawit di Dua Tipologi Lahan di Sumatera Selatan

    139-146

    114 Rajiman Pengaruh Bahan Pembenah Tanah di Lahan Pasir

    Pantai Terhadap Kualitas Tanah

    147-154

    15 M. Arif Hidayat Inovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Padi (Oryza

    sativa) Pada Proses Pengeringan dan

    Penggilingan di Lahan Pasang Surut Sumatera

    Selatan

    155-163

    16 Amsori Yuzar, Irsandi,

    Syafran Jali

    Aplikasi Pupuk NPK Tablet dan Jumlah Cabang

    terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

    Semangka (Citrullus vulgaris Schard)

    164-169

    17 S. Margiati, R.A.

    Wiralaga, M. Fitriana

    Takaran Beberapa Bahan Organik Terhadap

    Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai

    (Glycine Max (L..) Merrill) pada Tanah Ultisol

    170-177

    18 Meci Yuniastuti

    Rahma, Marsi, Nuni

    Gofar

    Pengaruh Abu Ketel Asal Pabrik Gula Terhadap

    Ketersediaan P, Aldd, Si, pH pada Ultisol dan

    Histosol

    178-187

    19 Felicia Trias Putri,

    Edward Saleh, Rahmad

    Hari Purnomo

    Optimalisasi Pengelolaan Rawa Lebak Pematang

    dengan Pola Tanam di Ogan Keramasan Sumatera

    Selatan

    188-198

    20 Aulia Evi Susanti,

    Agung Prabowo

    Karakteristik Pemeliharaan dan Penerapan

    Teknologi Spesifik Lokasi untuk Meningkatkan

    Produktivitas Ternak Sapi di Lahan Rawa Lebak

    di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

    199-205

    21 Johanes Amirullah,

    Dedeh Hadiyanti

    Keragaan Produksi Jarak Tanam dan Penerapan

    Teknologi Varietas Kentang (Solanum tuberosum

    L.) Pada Lahan Dataran Tinggi Provinsi Sumatera

    Selatan

    206-215

  • viii

    22

    Aidee Kamal Khamis,

    Siti Nazrah Zailani,

    Umi Aisah Asli,

    Firdausi Razali

    Pertanian Organik : Kajian Kes Terhadap

    Tanaman Kelapa Sawit

    216-225

    23 Titin Sugianti,

    Sudjudi, Syahri

    Penyebaran Cemaran Merkuri pada Tanah Sawah

    Dampak Pengolahan Emas Tradisional di Pulau

    Lombok NTB

    226-232

    24 Edison, Denny Denmar

    Analisis Respon Penawaran Produksi Padi Lahan

    Kering Di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten

    Batanhari, Jambi

    233-238

    25 Henny Malini, Selly

    Oktarina

    Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah (added

    value) Pengolahan Kerupuk Udang dan

    Pemasarannya di Sungsang I Kecamatan

    Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera

    Selatan

    239-249

    26 L.N. Sulistyaningsih,

    Susilawati, Evina

    Sitanggang

    Respon Pertumbuhan Tanaman Ganyong (Canna

    edulis) Terhadap Pemberian Pupuk Nitrogen dan

    Kalium

    250-255

    27 Budi Raharjo, Imelda

    S. Marpaung, Sri

    Harnanik, Syahri,

    Juwedi

    Kajian Penyimpanan Benih dengan Sistem

    Hermetis di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

    256-265

    28 Yeni Eliza Maryana Kinerja Penggilingan Padi Kecil Di Lahan Kering

    Kecamatan Lempuing Jaya

    266-271

    29 Bakri, M. Sodik

    Imanudin, S. Masreah

    Kajian aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah

    untuk Budidaya Jagung di Lahan Pasang Surut

    Telang II Sumatera Selatan

    272-280

    30 Neni Marlina,

    Syafrullah

    Pemanfaatan Jenis Kompos Rumput Rawa Lebak

    pada Tanaman Mentimum (Cucumis sativus L.) dengan Teknologi Rakit Terapung di Lahan Lebak

    281-288

    31 Johnly Alfreds

    Rorong, Edi Suryanto

    Potensi Daun Cengkih sebagai Biosensitizer untuk

    Fotoreduksi Besi pada Lahan Pertanian

    Hortikultura

    289-300

    32 Muhammad Ali,

    Raider Sigit Junianto

    Pengaruh Lanjut Suhu pada Penetasan Telur

    terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

    Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

    301-308

    33 Railia Karneta

    Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp)

    pada Lahan Rawa di Sumatera Selatan

    309-318

    34 Nurul Aini, Wiwin

    Sumiya Dwi Yamika,

    Syekhfani, Runik

    Dyah P., Adi Setiawan

    Kajian Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan

    Hasil Beberapa Genotip Tanaman Kedelai

    (Glycine max L.) Pada Kondisi Salinitas

    319-325

    35 Rima Purnamayani,

    Hendri Purnama

    Kombinasi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit

    dan Pupuk Kandang Sebagai Substitusi Pupuk

    Kalium Terhadap Produksi Tanaman Gambas

    (Lufa Acutangula) di Kabupaten Merangin

    326-332

    36 Sahuri, Charlos Togi Potensi Pemanfaatan Lahan dan Perbaikan Kultur 333-340

  • ix

    Stevanus, M.J Rosyid

    Teknis Lahan Rawa Pasang Surut untuk Tanaman

    Karet di Desa Riding, Kabupaten Ogan Komering

    Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

    37 Andi Nur Cahyo,

    Jamin Saputra

    Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk

    Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

    341-348

    38 Jamin Saputra,

    Risal Ardika

    Evaluasi Kesesuaian Lahan Pasang Surut untuk

    Tanaman Karet : Studi Kasus di Kecamatan

    Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera

    Selatan

    349-356

    39 Nusyirwan Optimalisasi Lahan Suboptimal Melalui

    Penanaman Mucuna bracteata

    357-361

    40 Endriani, Junita Barus Pengaruh Beberapa Sumber Bahan Organik Lokal

    Terhadap Hasil Kedelai pada Lahan Kering di

    Lampung

    362-367

    41 Titin Sumarni Upaya Optimalisasi Kesuburan Tanah Melalui

    Pupuk Hijau Orok-orok (Crotalaria juncea) pada

    Pertanaman Jagung

    368-377

    42 Suaib, Makmur Jaya

    Arma, Norma Arief

    Kajian Pendahuluan Perbanyakan Tanaman

    Jarak Pagar (Jatropha curcas) Melalui Kultur

    Antera dan Mikrospora Secara In Vitro

    378-389

    43 Nyayu Siti Khodijah

    Perbaikan Kesuburan Kimia Media Campuran

    Tailing Bekas Penambangan Timah Dengan

    Penambahan Limbah Solid Kelapa Sawit

    390-399

    44 Heri Junedi Pengaruh Ara Sungsang (Asystasia gangetica)

    Terhadap Kadar Air Tersedia dan Hasil Kacang

    Tanah pada Ultisol

    340-407

    45 Nukmal Hakim,

    Nurilla Elysa Putri

    Pengintegrasian Ecological Footprint Dan

    Identifikasi Bencana Ekologi BanjirAkibat

    Perubahan Iklim Di Sumatera Selatan

    408-411

    46 Muhakka, A. Napoleon

    dan Patia Rosa

    Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap

    Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum

    purpureum Schumach)

    412-418

    47 Ahmad Fatoni Hubungan Antara pH dan C-Organik Terhadap

    Ion Logam Cr(VI) pada Tanah Bekas

    Pertambangan : Kajian Reaksi Kimia

    419-423

    49 Armina Fariani,

    Widya Astuti, Gatot

    Muslim, Arfan Abrar

    Kualitas Kecernaan Complete Feed Block (CFB)

    Berbasis Limbah Industri Gula Sebagai Pakan

    Ternak Ruminansia Secara in Vitro

    424-432

    50 Dwi Putro Priadi,

    Susilawati

    Hubungan Karakter Agronomi dan Fisiologi

    Sepuluh Varietas Cabai Merah Akibat Perbedaan

    Waktu Genangan

    433-440

    51 Wijaya Mardiansyah,

    Iskhaq Iskandar, Satria

    Jaya Priatna

    Analisis Neraca Air dan Pengaruh Pasang Surut di

    Sub-DAS Air Sugihan

    441-451

    52 Muh Bambang

    Prayitno, Bakri

    Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap

    Cadangan Karbon di Suboptimal

    452-460

  • x

    53 Desi Aryani, Selly

    Oktarina, Henny

    Malini

    Pola Usahatani, Pendapatan dan Ketahanan

    Pangan Petani Padi Lahan Rawa Lebak di

    Sumatera Selatan

    461-470

    54 Khodijah Aplikasi Bioinsektisida Terhadap Arthropoda

    Predator di Permukaan Tanah pada Fase Vegetatif

    Dan Generatif Tanaman Padi

    471-480

    55 Yunita, Yosi Fatrianti,

    Riswani,Nenny

    Martiaty

    Meningkatkan Penguatan Kelembagaan dan

    Permodalan Petani Lahan Lebak Sumatera Selatan

    481-497

    56 Elis Kartika, Lizawati,

    Hamzah

    Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap

    Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Media Tanah Bekas Tambang Batu Bara

    498-507

    57 Sumini, Siti Herlinda,

    Chandra Irsan

    Dampak Aplikasi Bioinsektisida Terhadap

    Populasi Serangga Hama pada Padi Ratun di

    Sawah Lebak

    508-513

    58 Bambang R.

    Prawiradiputra

    Kemungkinan Pengembangan Tanaman Pakan

    Ternak Produk Rekayasa Genetik untuk Lahan

    Suboptimal

    514-520

    59 Mirna Dwirastina,

    Husnah

    Inventarisasi Jenis-jenis Infusoria dengan

    Menggunakan Media Kangkung Rawa/Air

    521-527

    60 Yulian Junaidi, Indri

    Januarti, Eka Mulyana

    Kondisi Sosial Ekonomi Wanita Tani dan

    Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

    Rumahtangga Petani Padi di Lahan Rawa Lebak

    528-533

    61 Haperidah Nunilahwati,

    Siti Herlinda, Chandra

    Irsan, Yulia Pujiastuti

    Dampak Aplikasi Bioinsektisida Cair untuk

    Mengendalikan Plutella Xylostella Terhadap

    Komunitas Artropoda pada Pertanaman Caisin

    534-543

    62 Winarna, H. Santoso,

    M. A. Yusuf, E. S.

    Sutarta, Sumaryanto

    Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit di Lahan

    Pasang Surut

    544-553

    63 Supriyadi, Sumarno,

    Cristiningsih R.

    Penilaian Kelestarian Daerah Aliran

    Sungai dengan Kualitas Tanah Berdasar Atas Sifat

    Fisika Berbagai Tipe Agroforestri

    554-561

    64 Holidi, Hermanto,

    Didit Irawanto

    Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis

    guineensis Jacq) di Media Gambut pada Berbagai

    Tinggi Muka Air

    562-568

    65 A. Muslim Efektivitas Penicillium sp. Asal Lahan

    Rawa Lebak dalam Mengendalikan Penyakit

    Rebah Kecambah Tanaman Terung

    569-576

    66 Busyra, BS, Adri,

    Endrizal

    Optimalisasi Lahan Sawah Sub Optimal Rawa

    Pasang Surut di Provinsi Jambi Melalui

    Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Peningkatan

    Indek Pertanaman

    577-583

    67 Effendi Parlindungan

    Sagala

    Pengelolaan Lahan Rawa Untuk Nursery Ground

    dalam Optimalisasi Ekologisnya

    584-594

    68 Fredy J. Nangoy Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma

    Xanthorrhiza) dan Temu Putih (Curcuma Zedoria)

    dalam Ransum Terhadap High Density

    Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein

    595-603

  • xi

    (LDL) pada Ayam Broiler

    69 Bariot Hafif dan

    Junita Barus

    Produktivitas Tanaman Pangan pada Agroekoogi

    Lahan Sub-Optimal Lampung Timur

    604-611

    70

    John Bimasri

    Peningkatan Produksi Tanaman Kacang Hijau

    di Tanah Gambut Melalui Pemberian Pupuk

    N dan P

    612-619

    71 M.J. Rosyid, Sahuri

    Budidaya Karet di Lahan Rawa Pasang Surut Area

    Sumatera Selatan

    620-627

    72 Yunizar

    Kajian Teknologi Hemat Air pada Padi Gogo pada

    Lahan Keringmasam dalam Mengantisipasi

    Perubahan Iklim di Propinsi Riau

    628-635

    73 Maryati Mustofa

    Hakim, Idham

    Alamsyah, Dwi Wulan

    Sari

    Perbandingan Tingkat Produktivitas dan

    Pendapatan Petani Pengguna Pupuk Organik pada

    Agroekosistem Lahan yang Berbeda di Sumatera

    Selatan

    636-642

    74 Syahri, Renny Utami

    Somantri Syahri, Renny

    Utami Somantri

    Optimalisasi Lahan Sub Optimal untuk

    Pengembangan Kedelai di Sumatera Selatan

    Melalui Penerapan Inovasi Teknologi

    643-653

    75 Donan Wijaya Wastewater Treatment Plant Planning of Palm

    Flour Industry in Klaten the District of Central

    Java Province as the Alternative of Environmental

    Management

    654-662

    76 Jumakir dan Endrizal Potensi dan Peluang Peningkatann Produksi Padi

    dengan Pendekatan PTT di Lahan Rawa Pasang

    Surut Jambi

    663-672

    77 NP. Sri Ratmini Peluang Peningkatan Kadar Seng (Zn) pada

    Produk Tanaman Serealia

    673-683

    78 Nur Imdah Minsyah,

    Busra

    Ketersediaan Teknologi Usahatani Lahan Rawa

    Lebak dan Kendala Pengembangannya di Provinsi

    Jambi

    684-693

    79 Suharyon Gambaran Kecepatan Difusi Teknologi

    Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Tadah

    Hujan Di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

    694-702

    80 Waluyo, Suparwoto

    Peluang dan Kendala Pengembangan Pertanian

    pada Agroekosistem Rawa Lebak (Kasus Desa

    Kota Daro II di Kecamatan Rantau Panjang

    Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)

    703-712

    81 Maksuk Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Terhadap

    Paparan Pestisida di Kawasan Pertanian

    713-718

    82 Merismon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar

    (Capsicum annuum L.) di Tanah Gambut yang

    Diberi Pupuk Kandang Kotoran Sapi

    719-726

    83 Sahuri, Munif

    Ghulamahdi

    Pola Serapan Hara dan Produksi Kedelai dengan

    Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Pasang Surut

    727-734

    84 Siti Herlinda, Suci

    Septiana, Suwandi,

    Khodijah, Dewi

    Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies

    Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam

    Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

    735-741

  • xii

    Meidalima, Rosdah

    Thalib

    85 Sri Harnanik Keragaan Adopsi Teknologi pada Pelaksanaan M-

    KRPL di Tiga Lokasi Prabumulih

    742-749

    86

    Wartono

    Respon Pertumbuhan Beberapa Klon Bibit

    Karet dan Ukuran Lobang Tanam pada Tanah

    Ultisol

    750-757

    87 Mukhlis, M. Saleh

    Keefektivan Pupuk Hayati Biotara Terhadap

    Produktivitas Tanaman Padi di Lahan Rawa Sulfat

    Masam

    758-767

    88 Yuana Juwita Teknologi Pengolahan, Manfaat, dan Kendala

    Penggunaan Kompos Jerami Padi

    768-774

    89 Yunizar Pengelolaan Pupuk dan Bahan Organik dalam

    Pola Padi-Padi di Lahan Pasang Surut Riau

    775-783

    90 Jaksen M. Amin,

    Empayus

    Faktor Ragi Roti dan Waktu Fermentasi Tepung

    Umbi Talas (Colocasia esculenta [L] Schoot)

    Menjadi Bioetanol

    784-795

    91 Chandra Irsan Pengendalian Tikus dan Walang Sangit di Padi

    Organik Sawah Lebak

    796-804

    92 M. Umar Harun Sistem Tanam Padi Kontinyu di Lahan Rawa

    Lebak

    805-810

    93 Dwi Probowati,

    Napoleon, AG Putra

    Penilaian Kualitas Tanah pada Lahan Rawa

    Pasang Surut untuk Tanaman Jagung (Zea mays

    L) di Desa Banu Urip Kecamatan Tanjung Lago

    Kabupaten Banyuasin

    811-819

    94 Nurul Husna Pengelolaan Bahan Organik Di Tanah Sulfat

    Masam

    820-826

    95 Triana Adam, Rina

    Juliana, Nurhayati,

    Rosdah Thalib

    Bioesai Bioinsektisida Berbahan Aktif Bacillus

    thuringiensis Asal Tanah Lebak terhadap Larva

    Spodoptera litura

    827-833

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    499

    Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Bibit Jarak Pagar

    (Jatropha curcas L.) pada Media Tanah Bekas Tambang Batu Bara

    The Effectiveness of Arbuscular Mycorrhiza Fungi for Jatropha curcas L.

    Plant on Coal Post-Mining Soils Media

    Elis Kartika

    1*), Lizawati

    1 dan Hamzah

    1

    1Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Fakultas Pertanian Universitas Jambi

    Kampus Pinang Masak Mendalo, Darat Km-15 Jambi, 36361 *)

    Telp/Fax : 0741-583051, E-mail : [email protected]

    ABSTRACT

    Land of coal post-mining is the critical area that generally can not be cultivated due to very

    low levels of fertility of the land, so this land becomes slighted. Therefore, rehabilitation

    program of this land is required, especially an effective, practical, inexpensive and

    environmentally friendly technology. One of the alternatives to overcome this problem is

    through inoculation with Arbuscular Mycorrhiza Fungi (AMF). Each kind of AMF

    possesses different level of effectiveness on Jatropha curcas plant growing in various

    types of soil. Also, various kinds of AMF could act synergistically and antagonistically

    to each other in influencing the growth of Jatropha curcas plant. The objective of this

    study to evaluate AMF effectiveness to Jatropha curcas plant on coal post-mining soils

    media. Evaluation on the effectiveness was conducted toward the AMF isolates produced

    from a single spore culture. The results showed that the Jatropha curcas plant symbiosis

    with AMF showed higher growth response and P uptake than plants without AMF

    inoculation. Each type of AMF has a different effectiveness of the Jatropha curcas plant.

    AMF has the highest effectiveness in the coal post-mining land is a single inoculum of

    AMF Glomus sp-3.

    Key words : Coal Post-Mining, FMA, isolate, Jatropha curcas

    ABSTRAK

    Lahan bekas kegiatan tambang batu bara merupakan lahan kritis yang umumnya tidak

    dapat diusahakan yang disebabkan karena tingkat kesuburan lahan sangat rendah sehingga

    lahan tersebut menjadi terlantar. Diperlukan berbagai upaya pengendalian yang mengarah

    pada kegiatan untuk merehabilitasi lahan tersebut, terutama teknologi yang efektif dan

    praktis tetapi juga lebih murah, dan bersahabat dengan lingkungan. Aplikasi teknologi

    mikoriza merupakan salah satu alternatif strategi yang patut dicoba dan dikembangkan di

    daerah tersebut. Efektivitas setiap jenis mikoriza (FMA) sangat tergantung pada jenis

    FMA, jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya. Setiap FMA memiliki

    efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan. Oleh

    karena itu, perlu diadakan pengujian efektivitas FMA pada bibit jarak pagar di media tanah

    bekas tambang batu bara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas FMA

    pada bibit jarak pagar di media tanah bekas tambang batu bara. Penelitian ini

    menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor yaitu jenis isolat FMA dari tanah

    bekas tambang batu bara (jenis isolat yang diberikan terdiri dari tanpa isolat, isolat tunggal

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    500

    dan isolat campuran kombinasi dari isolat tunggal tersebut). Isolat yang diujikan adalah

    isolat indigenous asal lahan bekas tambang batu bara yaitu jenis spora Glomus sp-3,

    Glomus sp-6, Glomus sp-15, dan Glomus sp-16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit

    jarak pagar yang bersimbiosis dengan FMA memiliki tanggap pertumbuhan lebih tinggi

    dibandingkan bibit tanpa inokulasi FMA. Setiap jenis FMA memiliki efektivitas yang

    berbeda dengan bibit jarak pagar. FMA yang memiliki efektivitas tertinggi di media tanah

    bekas tambang batu bara adalah inokulum tunggal FMA Glomus sp-3.

    Kata Kunci : FMA, jarak pagar, isolat, lahan bekas tambang batu bara

    PENDAHULUAN

    Lahan bekas kegiatan tambang batu bara merupakan lahan kritis yang umumnya

    tidak dapat diusahakan yang disebabkan karena tingkat kesuburan lahan sangat rendah

    sehingga lahan tersebut menjadi terlantar. Diperlukan berbagai upaya pengendalian yang

    mengarah pada kegiatan untuk merehabilitasi lahan tersebut, terutama teknologi yang

    efektif dan praktis tetapi juga lebih murah, dan bersahabat dengan lingkungan.

    Alternatif yang mungkin dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut

    selain dengan menggunakan bahan tanaman yang toleran (dalam hal ini tanaman jarak

    pagar), adalah dengan usaha pemanfaatan mikroorganisme bermanfaat seperti mikoriza.

    Aplikasi mikoriza pada lahan-lahan kritis seperti pada lahan pasca tambang akan sangat

    bermanfaat, karena disamping dapat mempercepat laju pertumbuhan dan kesehatan bibit

    di persemaian juga dapat meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan.

    Selain itu penggunaan top soil dan pemupukan kimia juga dapat dikurangi.

    Tanaman jarak pagar dapat dipilih untuk mereboisasi lahan bekas kegiatan tambang,

    karena tanaman ini tidak memerlukan banyak air serta dapat tumbuh di lahan kritis dan

    tandus. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar

    maka perlu aplikasi FMA yang merupakan salah satu alternatif strategi yang mungkin

    dapat dikembangkan.

    Lahan-lahan bekas tambang batu bara tersebut memiliki kondisi tanah kahat unsur

    hara terutama N dan P, reaksi tanah masam, top soil tipis, miskin bahan organik dan

    adanya gejala toksisitas dari Al dan Mn. Berdasarkan pengamatan di lapangan, untuk

    membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup anakan pohon atau tumbuhan pada

    lahan-lahan marjinal tersebut diperlukan bantuan input energi tinggi dan juga relatif mahal,

    yakni berupa pengapuran, saturasi fosfat, pemupukan lengkap dan pemberian bahan

    organik. Dalam rangka pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan perlu dicari

    alternatif teknologi lain yang tidak saja efektif dan praktis tetapi juga lebih murah, dan

    bersahabat dengan lingkungan. Aplikasi teknologi mikoriza (dalam hal ini FMA)

    merupakan salah satu alternatif strategi yang patut dicoba dan dikembangkan di daerah

    tersebut.

    Menurut Setiadi (2001); Subiksa (2009), serta Prasetyo, et.al. (2010), FMA

    merupakan salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan

    produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marjinal. Hal

    ini disebabkan FMA mempunyai berbagai potensi biologis seperti dalam hal perbaikan

    nutrisi tanaman, sebagai pelindung hayati (bio-protection), meningkatkan resistensi

    tanaman terhadap kekeringan, terlibat dalam siklus bio-geo-kimia, sinergis dengan

    mikroorganisme lain serta mampu mempertahankan keanekaragaman tumbuhan.

    Keefektivan setiap jenis FMA selain tergantung pada jenis FMA itu sendiri juga

    sangat tergantung pada jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    501

    (Brundrett 1996). Setiap jenis tanaman memberikan tanggap yang berbeda terhadap FMA,

    demikian juga dengan jenis tanah, berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah.

    Setiap FMA mempunyai perbedaan dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara

    dan pertumbuhan tanaman (Quilambo, 2003), sehingga akan berbeda pula keefektivannya

    dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan.

    Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setiap jenis FMA memiliki efisiensi

    dan keefektivan yang berbeda-beda dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman,

    tergantung jenis FMA, jenis tanaman inang dan jenis tanah (lingkungan) serta interaksi

    ketiganya (Sukma, 2006; Tikupadang, 2008).

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektivan FMA terhadap bibit jarak

    pagar yang ditanam pada tanah bekas tambang batu bara.

    BAHAN DAN METODE

    Materi Penelitian. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian

    Universitas Jambi menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor dengan 3

    ulangan yaitu jenis isolat FMA yang berasal dari lahan bekas tambang batu bara yang

    terletak di Desa Lubuk Mandarsah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo serta isolat

    (Mycofer) yang ada di Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian

    Bioteknologi IPB. Isolat yang diujikan adalah isolat indigenous dari lahan bekas tambang

    batu bara, yang berhasil diperbanyak dari hasil kultur spora tunggal yaitu tipe spora

    Glomus sp-3, Glomus sp-6, Glomus sp-15, dan Glomus sp-16.

    Perlakuan jenis isolat yang diberikan terdiri dari tanpa isolat (M0), isolat tunggal (M3 = Glomus sp-3, M6 = Glomus sp-6, M15 = Glomus sp-15, M16 = Glomus sp-16, dan isolat

    campuran kombinasi dari isolat tunggal tersebut (M3,6 = Glomus sp-3 + Glomus sp-6 ,

    M3,15 = Glomus sp-3 + Glomus sp-15, M3,16 = Glomus sp-3 + Glomus sp-16, M6,15 =

    Glomus sp-6 + Glomus sp-15, M6,16 = Glomus sp-6 + Glomus sp-16, M15,16 = Glomus sp-

    15 + Glomus sp-16, M3,6,15 = Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-15, M3,6,16 =

    Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-16, M3,15,16 = Glomus sp-3 + Glomus sp-15 +

    Glomus sp-16, M6,15,16 = Glomus sp-6 + Glomus sp-15 + Glomus sp-16, M3,6,15,16 =

    Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-15 + Glomus sp-16), serta Mmyc = mycofer.

    Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Media tanam berupa tanah yang berasal

    dari lahan bekas tambang batu bara terlebih dahulu dikeringanginkan dan diayak dengan

    ayakan berukuran 10 mesh dan disterilisasi. Penanaman dan inokulasi FMA dilakukan

    terhadap bibit jarak pagar dan setiap polybag ditanami satu bibit. Inokulasi dilakukan

    bersamaan dengan penanaman benih. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman

    meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan.

    Pupuk yang diberikan berupa pupuk urea , SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 10

    g urea/bibit, 20 g SP 36/bibit dan 10 g KCl/bibit. Pupuk SP 36 dan KCl diberikan

    sekaligus pada saat tanam, sedangkan urea diberikan dua kali yaitu setengah dosis pada

    saat tanam dan setengah dosis dua bulan kemudian.

    Pengamatan dan Analisis Data. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 4

    bulan terhadap pertumbuhan tanaman (peubah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,

    diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tanaman), serapan

    P, serta infeksi FMA. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan uji kontras

    ortogonal.

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    502

    HASIL

    Hasil uji kontras ortogonal terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,

    luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P

    akibat perlakuan pemberian berbagai inokulum FMA pada media tanah bekas tambang

    batu bara disajikan pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa tanaman

    yang diinokulasi FMA memberikan pertumbuhan dan serapan P lebih tinggi dibandingkan

    tanaman tanpa FMA.

    Tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat FMA tunggal tidak menunjukkan

    perbedaan yang nyata dibandingkan campuran 2, 3 dan 4 isolat maupun mycofer terhadap

    semua peubah pertumbuhan yang diukur, tetapi walaupun begitu isolat FMA tunggal

    secara umum cenderung memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan memiliki serapan P

    lebih tinggi dibandingkan campuran 2, 3 dan 4 isolat.

    Tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat tunggal M3 (Glomus sp-3) dibandingkan

    campuran 2, 3 dan 4 isolat yang mengandung isolat M3 menunjukkan bahwa pada

    umumnya inokulum tunggal M3 memiliki pertumbuhan lebih baik seperti ditunjukkan oleh

    semua peubah yang diukur, serta memiliki serapan P yang tertinggi.

    Jika dibandingkan antara isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) dengan campuran 2, 3 dan

    4 isolat yang mengandung isolat M6 menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar yang

    diinokulasi dengan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) memiliki pertumbuhan yang lebih

    rendah seperti ditunjukkan oleh semua peubah yang diamati kecuali serapan P.

    Selanjutnya tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat tunggal M15 (Glomus sp-15)

    dibandingkan campuran 2, 3, 4 isolat yang mengandung M15 menunjukkan bahwa tanaman

    tersebut memiliki pertumbuhan dan serapan P yang lebih baik kecuali peubah jumlah

    daun, dan diameter batang.

    Tanaman jarak pagar yang diinokulasi M16 (Glomus sp-16) memiliki tinggi tanaman,

    jumlah daun, diameter batang dan bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering

    tanaman dan serapan P yang lebih tinggi dibandingkan campuran 2, 3, 4 isolat yang

    mengandung isolat tunggal M16.

    Kalau dilihat pada Tabel 1 dan 2, masing-masing isolat tunggal memiliki

    pertumbuhan dan serapan P yang lebih baik untuk beberapa peubah dan sebagian lagi

    menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan campuran masing-masing

    jenis isolat tunggal tersebut dan isolat tunggal M3 (Glomus sp-3) memperlihatkan

    pertumbuhan dan serapan P terbaik. Selanjutnya jika dibandingkan setiap isolat tunggal

    dengan isolat tunggal yang lainnya terlihat bahwa tanaman yang diinokulasi dengan isolat

    tunggal M3 (Glomus sp-3) cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik

    dibandingkan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6), M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-

    16) seperti ditunjukkan oleh semua peubah yang diukur kecuali peubah diameter batang.

    Tanaman jarak pagar yang diinokulasi M3 (Glomus sp-3) tersebut memiliki serapan P

    tertinggi dibandingkan isolat tunggal lainnya.

    Tanaman yang diinokulasi isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) memiliki pertumbuhan

    yang lebih rendah dibandingkan M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16) seperti

    ditunjukkan oleh peubah tinggi tanaman, jumlah daun (untuk M15), luas daun (untuk M15),

    bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P, tetapi memiliki

    diameter dan jumlah daun yang lebih tingggi. Sementara itu, jika dibandingkan antara

    isolat M15 (Glomus sp-15) dengan M16 (Glomus sp-16) menunjukkan bahwa tanaman jarak

    pagar yang diinokulasi isolat tunggal M15 (Glomus sp-15) memiliki pertumbuhan yang

    lebih baik seperti ditunjukkan oleh peubah tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar,

    bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P, tetapi memiliki jumlah daun dan

    diameter batang yang lebih rendah.

  • 94-1

    Tabel 1. Uji kontras ortogonal terhadap peubah pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, luas daun dan pertambahan diameter batang

    tanaman jarak pagar pada media tanah bekas tambang batu bara

    Sumber Keragaman

    Pertambahan Tinggi

    (cm)

    Pertambahan jumlah

    daun

    Luas Daun

    (cm2)

    Pertambahan

    Diameter Batang (cm)

    Kontrol vs Isolat lainnya 16.92 vs 25.24 tn 4.67 vs 9.78 * 696.19 vs 1090.08 tn 0.80 vs 1.01 tn

    Isolat tunggal vs Campuran 2 isolat 26.33 vs 26.36 tn 9.25 vs 9.78 tn 1070.97 vs 1111.71 tn 1.05 vs 0.96 tn

    Isolat tunggal vs Campuran 3 isolat 26.33 vs 21.85 tn 9.25 vs 9.63 tn 1070.97 vs 985.32 tn 1.05 vs 0.99 tn

    Isolat tunggal vs Campuran 4 isolat 26.33 vs 20.33 tn 9.25 vs 10.17 tn 1070.97 vs 1035.82 tn 1.05 vs 1.01 tn

    Isolat tunggal vs mycofer 26.33 vs 32.67 tn 9.25 vs 12.00 tn 1070.97 vs 1510.82 tn 1.05 vs 1.26 tn

    Campuran 2 isolat vs Campuran 3 isolat 26.36 vs 21.85 tn 9.78 vs 9.63 tn 1111.71 vs 985.32 tn 0.96 vs 0.99 tn

    Campuran 2 isolat vs Campuran 4 isolat 26.36 vs 20.33 tn 9.78 vs 10.17 tn 1111.71 vs 1035.11 tn 0.96 vs 1.01 tn

    Campuran 2 isolat vs mycofer 26.36 vs 32.67 tn 9.78 vs 12.00 tn 1111.71 vs 1510.82 tn 0.96 vs 1.26 tn

    Campuran 3 isolat vs Campuran 4 isolat 21.85 vs 20.33 tn 9.63 vs 10.17 tn 985.32 vs 1035.11 tn 0.99 vs 1.01 tn

    Campuran 3 isolat vs mycofer 21.85 vs 32.67 * 9.63 vs 12.00 tn 985.32 vs 1510.82 tn 0.99 vs 1.26 tn

    Campuran 4 isolat vs mycofer 20.33 vs 32.67 tn 10.17 vs 12.00 tn 1035.82 vs 1510.82 tn 1.01 vs 1.26 tn

    M3 vs M3,6; M3,15; M3,16 35.42 vs 29.11 tn 12.50 vs 10.39 tn 1490.39 vs 1130.38 tn 1.04 vs 0.93 tn

    M6 vs M6,15; M6,16 21.00 vs 25.53 tn 7.83 vs 9.83 tn 870.59 vs 1230.74 tn 1.12 vs 0.99 tn

    M15 vs M15,16 25.58 vs 24.88 tn 6.67 vs 9.38 tn 981.45 vs 949.31 tn 0.96 vs 1.01 tn

    M16 vs M3,16; M6,16; M15,16 23.33 vs 25.92 tn 10.00 vs 9.44 tn 941.45 vs 1136.40 tn 1.07 vs 0.93 tn

    M3 vs M3,6,15;; M3,6,16 35.42 vs 23.53 * 12.50 vs 10.88 tn 1490.39 vs 1135.90 tn 1.04 vs 1.04 tn

    M6 vs M3,6,15; 21.00 vs 20.73 tn 7.83 vs 8.78 tn 870.59 vs 896.36 tn 1.12 vs 0.97 tn

    M15 vs M3,6,15;; M3,15,16 25.58 vs 21.64 tn 6.67 vs 9.39 tn 981.45 vs 995.81 tn 0.96 vs 1.02 tn

    M16 vs M3,6,16; M3,15,16; M6,15,16 23.33 vs 21.53 tn 10.00 vs 9.44 tn 941.45 vs 913.20 tn 1.07 vs 0.95 tn

    M3 vs M3,6,15,16 35.42 vs 20.33 * 12.50 vs 10.17 tn 1490.39 vs 1035.11 tn 1.04 vs 1.01 tn

    M6 vs M3,6,15,16 21.00 vs 20.33 tn 7.83 vs 10.17 tn 870.59 vs 1035.11 tn 1.12 vs 1.01 tn

    M15vs M3,6,15,16 25.58 vs 20.33 tn 6.67 vs 10.17 tn 981.45 vs 1035.11 tn 0.96 vs 1.01 tn

    M16 vs M3,6,15,16 23.33 vs 20.33 tn 10.00 vs 10.17 tn 941.45 vs 1035.11 tn 1.07 vs 1.01 tn

    M3 vs M6 35.42 vs 21.00 * 12.50 vs 7.33 tn 1490.39 vs 870.59 tn 1.04 vs 1.12 tn

    M3 vs M15 35.42 vs 25.58 tn 12.50 vs 6.67 tn 1490.39 vs 981.45 tn 1.04 vs 0.96 tn

    M3vs M16 35.42 vs 23.33 * 12.50 vs 10.00 tn 1490.39 vs 941.45 tn 1.04 vs 1.07 tn

    M6 vs M15 21.00 vs 25.58 tn 7.83 vs 6.67 tn 870.59 vs 981.45 tn 1.12 vs 0.96 tn

    M6 vs M16 21.00 vs 23.33 tn 7.83 vs 10.00 tn 870.59 vs 941.45 tn 1.12 vs 1.02 tn

    M15 vs M16 25.58 vs 23.33 tn 6.67 vs 10.00 tn 981.45 vs 941.45 tn 0.96 vs 1.02 tn

    503

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    1

    Tabel 2.Uji kontras ortogonal peubah bobot kering akar, tajuk, tanaman dan nisbah tajuk akar jarak pagar pada media tanah ex tambang batu bara

    Sumber Keragaman BK Akar (g) BK tajuk (g) BK tanaman (g) Serapan P (g/tan)

    Kontrol vs Isolat lainnya 2.75 vs 5.70 tn 25.38 vs 39.38 tn 28.13 vs 45.09 tn 4.34 vs 4.94 tn

    Isolat tunggal vs Campuran 2 isolat 5.24 vs 6.13 tn 25.38 vs 38.45 tn 47.82 vs 44.59 tn 7.52 vs 4.00 **

    Isolat tunggal vs Campuran 3 isolat 5.24 vs 4.5 tn 25.38 vs 37.05 tn 47.82 vs 41.55 tn 7.52 vs 3.92 **

    Isolat tunggal vs Campuran 4 isolat 5.24 vs 4.52 tn 25.38 vs 35.07 tn 47.82 vs 39.59 tn 7.52 vs 3.27 **

    Isolat tunggal vs mycofer 5.24 vs 9.30 ** 25.38 vs 45.82 tn 47.82 vs 55.12 tn 7.52 vs 5.99 tn

    Campuran 2 isolat vs Campuran 3 isolat 6.13 vs 4.5 tn 38.45 vs 37.05 tn 44.59 vs 41.59 tn 4.00 vs 3.92 tn

    Campuran 2 isolat vs Campuran 4 isolat 6.13 vs 4.52 tn 38.45 vs 35.07 tn 44.59 vs 39.59 tn 4.00 vs 3.27 tn

    Campuran 2 isolat vs mycofer 6.13 vs 9.30 tn 38.45 vs 45.82 tn 44.59 vs 55.12 tn 4.00 vs 5.99 tn

    Campuran 3 isolat vs Campuran 4 isolat 4.5 vs 4.52 tn 37.05 vs 35.07 tn 41.55 vs 39.59 tn 3.92 vs 3.27 tn

    Campuran 3 isolat vs mycofer 4.5 vs 9.30 ** 37.05 vs 45.82 tn 41.55 vs 55.12 tn 3.92 vs 5.99 *

    Campuran 4 isolat vs mycofer 4.52 vs 9.30 ** 35.07 vs 45.82 tn 39.59 vs 55.12 tn 3.27 vs 5.99 *

    M3 vs M3,6; M3,15; M3,16 5.68 vs 5.39 tn 47.63 vs 38.58 tn 53.32 vs 43.97 tn 10.42 vs 3.90 **

    M6 vs M6,15; M6,16 4.37 vs 7.53 tn 34.62 vs 42.24 tn 38.98 vs 49.78 tn 6.17 vs 4.92 tn

    M15 vs M15,16 6.02 vs 6.29 tn 49.01vs 37.97 tn 55.02 vs 44.26 tn 6.80 vs 4.28 *

    M16 vs M3,16; M6,16; M15,16 4.9 vs 5.32 tn 39.05 vs 35.03 tn 43.95 vs 40.35 tn 6.68 vs 2.91 **

    M3 vs M3,6,15;; M3,6,16 5.68 vs 4.69 tn 47.63 vs 41.08 tn 53.32 vs 45.77 tn 10.42 vs 4.06 *

    M6 vs M3,6,15; 4.37 vs 4.67 tn 34.62 vs 31.98 tn 38.98 vs 36.66 tn 6.17 vs 3.26 **

    M15 vs M3,6,15;; M3,15,16 6.02 vs 4.46 tn 49.01vs 37.78 tn 55.02 vs 42.24 tn 6.80 vs 4.32 *

    M16 vs M3,6,16; M3,15,16; M6,15,16 4.9 vs 4.18 tn 39.05 vs 37.33 tn 43.95 vs 41.52 tn 6.68 vs 4.04 *

    M3 vs M3,6,15,16 5.68 vs 4.52 tn 47.63 vs 35.07 tn 53.32 vs 39.59 tn 10.42 vs 3.27 **

    M6 vs M3,6,15,16 4.37 vs 4.52 tn 34.62 vs 35.07 tn 38.98 vs 39.59 tn 6.17 vs 3.27 *

    M15vs M3,6,15,16 6.02 vs 4.52 tn 49.01vs 35.07 tn 55.02 vs 39.59 tn 6.80 vs 3.27 **

    M16 vs M3,6,15,16 4.9 vs 4.52 tn 39.05 vs 35.07 tn 43.95 vs 39.59 tn 6.68 vs 3.27 *

    M3 vs M6 5.68 vs 4.17 tn 47.63 vs 34.62 tn 53.32 vs 38.98 tn 10.42 vs 6.17 **

    M3 vs M15 5.68 vs 6.02 tn 47.63 vs 49.00 tn 53.32 vs 55.02 tn 10.42 vs 6.80 **

    M3vs M16 5.68 vs 4.90 tn 47.63 vs 39.05 tn 53.32 vs 43.95 tn 10.42 vs 6.68 **

    M6 vs M15 4.37 vs 6.02 tn 34.62 vs 49.00 tn 38.98 vs 55.02 tn 6.17 vs 6.80 tn

    M6 vs M16 4.37 vs 4.90 tn 34.62 vs 39.05 tn 38.98 vs 43.95 tn 6.17 vs 6.68 tn

    M15 vs M16 6.02 vs 4.90 tn 49.00 vs 39.05 tn 55.02 vs 43.95 tn 6.80 vs 6.68 tn

    504

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    505

    Hasil pengamatan terhadap peubah infeksi akar menunjukkan bahwa pada seluruh

    tanaman jarak pagar yang diinokulasi FMA memiliki infeksi akar 100%.

    PEMBAHASAN

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanggap pertumbuhan dan serapan P

    tanaman jarak pagar pada media tanah bekas tambang batu bara yang diinokulasi

    inokulum FMA lebih tinggi dibandingkan tanaman jarak pagar tanpa FMA. Karakteristik

    asosiasi mikoriza ini memungkinkan tanaman untuk memperoleh air dan hara dalam

    kondisi lingkungan yang kering dan miskin unsur hara, perlindungan dari patogen akar dan

    unsur toksik dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah. Hal ini

    dimungkinkan karena mikoriza memiliki jaringan hipa eksternal yang luas dan diameter

    yang lebih kecil dari bulu-bulu akar, enzim fosfatase dan sekresi hifa lainnya serta

    terbentuknya mantel hifa yang melindungi akar secara fisik.

    Berdasarkan data hasil pengamatan terlihat bahwa setiap mikoriza (FMA) memiliki

    kefektivan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jarak pagar. (Tabel

    1 dan 2). Perbedaan keefektivan yang terjadi dari masing-masing jenis isolat tersebut

    disebabkan adanya perbedaan kemampuan dari masing-masing isolat dalam bersimbiosis

    dengan tanamn jarak pagar. Kemungkinan setiap isolat juga memiliki preferensi yang

    berbeda terhadap eksudat yang dikeluarkan tanaman tersebut. Di tanah bekas tambang batu

    bara tersebut terlihat bahwa kelompok isolat tunggal pengaruhnya lebih baik jika bekerja

    sendiri-sendiri dan jika bersama-sama malahan saling antagonis dan saling bersaing.

    Campuran 2 isolat cenderung memberikan pertumbuhan yang lebih baik

    dibandingkan campuran 3 dan 4 isolat seperti yang ditunjukkan oleh semua peubah kecuali

    diameter batang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam inokulum campuran 2 isolat, masing-

    masing isolat dapat bekerja sama, tetapi ketika dicampur menjadi campuran 3 dan 4 isolat

    masing-masing tidak mampu lagi memberikan peran yang lebih baik, disebabkan

    kemungkinan adanya sifat keefektivan yang berbeda dari masing-masing FMA tersebut

    sehingga kerja ketiga dan keempat isolat tersebut saling antagonis. Sedangkan campuran 3

    isolat memberikan pertumbuhan yang hampir sama dengan campuran 4 isolat. Dalam hal

    ini berarti pada campuran 3 isolat, masing-masing isolat FMA mampu berkerja sama

    dengan baik, dan ketika dicampur menjadi 4 isolat juga keempat isolat tersebut mampu

    bekerja sama secara sinergis dalam mempengaruhi pertumbuhan dan sertapan P tanaman

    jarak pagar tersebut.

    Selanjutnya masing-masing isolat tunggal (M3, M15 dan M16) secara umum

    memberikan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang lebih baik dibandingkan isolat

    campuram yang mengandung masing-masing isolat tersebut. Ini berarti bahwa setiap isolat

    mampu bekerja dengan baik pada saat bekerja sendiri-sendiri dan terjadi penurunan

    pertumbuhan dan serapan P jika bekerja sama atau saling berantagonis. Sementara itu,

    isolat tunggal M6 (Glomus sp-6), justru inokulum campuran yang mengandung isolat

    masing-masing isolat tunggal tersebut yang lebih baik dibandingkan isolat tunggal M6

    (Glomus sp-6). Dalam hal ini berarti inokulum campuran 3 isolat lebih mampu

    meningkatkan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang menunjukkan bahwa masing-

    masing isolat bekerja sama secara sinergis dalam membantu pertumbuhan tanaman.

    Kombinasi ketiga isolat tersebut saling kuat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jarak

    pagar. Hasil penelitian Delvian (2003) menunjukkan bahwa inokulum campuran 2 isolat

    (Glomus sp-2 dan Acaulospora sp-1; Glomus sp-2 dan Gigaspora sp.; Acaulospora sp-1

    dan Gigaspora sp.) dan inokulum campuran 3 isolat (Glomus sp-2, Acaulospora sp-1 dan

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    506

    Gigaspora sp.) cenderung lebih efektif dibandingkan isolat tunggal dalam meningkatkan

    pertumbuhan tanaman lamtorogung (Leucaena leucocephala).

    Selanjutnya tanaman jarak pagar yang diinokulasi inokulum tunggal M3 (Glomus sp-

    3) memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6),

    M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16). Kemudian isolat M15 (Glomus sp-15)

    memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan isolat tunggal M16 (Glomus sp-

    16), sedangkan tanaman jarak pagar yang diimokulasi M6 (Glomus sp-6) lebih rendah

    pertumbuhannya daripada M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16), dalam hal ini

    berarti inokulum tunggal M3 (Glomus sp-3) tersebut paling efektif dalam memberikan

    perannya terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jarak pagar.

    Berdasarkan hasil pengamatan bahwa isolat yang diberikan pada semua tanaman

    jarak pagar sudah mampu menginfeksi akar tanaman tersebut dengan sempurna sehingga

    terjadi peningkatan pertumbuhan dan serapan P. Hal ini menunjukkan bahwa FMA

    memiliki tingkat kompabilitas yang sangat tinggi dengan tanaman jarak pagar.

    Kemampuan FMA memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan tanaman berkaitan

    dengan peranannya dalam penyerapan fosfor (Wachjar, et al., 2002; Widiastuti, et al.,

    2005; Zulaikha dan Gunawan, 2006; Husnal, et al., 2007; Widyati, 2007; Sasli, et al.,

    2008; Purnomo, et al., 2008; Maryeni dan Hervani, 2008; Zuhry dan Puspita, 2008;

    Ramirez, et al., 2009; Borde, et al., 2009; Hwang, et al., 2009; Shokri dan Maadi, 2009).

    Peningkatan serapan P oleh tanaman ber-FMA sebagian besar karena hifa eksternal dari

    FMA yang berperan sebagai sistem perakaran di mana hifa eksternalnya menyediakan

    permukaan yang lebih efektif dalam menyerap unsur hara dari tanah yang kemudian

    dipindahkan ke akar inang. Husin dan Marlis (2002) menyatakan bahwa pemanfaatan

    mikoriza dapat memperpanjang dan memperluas jangkauan akar terhadap penyerapan

    unsur hara, sehingga serapan hara tanaman akan meningkat dan hasil tanaman juga akan

    meningkat. Menurut Widiastuti, et al. (2003) seta Sheng, et al. (2009), bibit kelapa sawit

    yang diinokulasi FMA memiliki sistem perakaran yang lebih baik dibandingkan dengan

    bibit yang tidak diinokulasi, sehingga terjadi peningkatan serapan P dan pertumbuhan

    tanaman.

    FMA juga dapat menyerap fosfat organik dan mengubahnya menjadi P anorganik

    yang dapat diserap tanaman dengan adanya bantuan enzim fosfatase asam yang juga

    dihasilkan oleh FMA dan juga sel-sel tanaman tersebut. Gunawan (1993) dan menjelaskan

    bahwa enzim fosfatase asam yang dihasilkan oleh hifa FMA yang sedang aktif tumbuh dan

    peningkatan aktivitas fosfatase pada permukaan akar sebagai hasil infeksi FMA

    menyebabkan Pi dibebaskan dari fosfat organik pada daerah dekat permukaan sel sehingga

    dapat diserap melalui mekanisme serapan hara.

    KESIMPULAN

    1. Tanaman jarak pagar yang bersimbiosis dengan FMA menunjukkan tanggap pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa inokulasi FMA.

    2. Setiap jenis FMA memiliki keefektivan yang berbeda dengan tanaman jarak pagar. FMA yang memiliki keefektivan tertinggi di media tanah bekas tambang batu bara

    adalah inokulum tunggal FMA Glomus sp-3 (M3).

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    507

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

    Departemen Pendidikan Nasional melalui Penelitian Hibah Bersaing Nomor Kontrak:

    02/H21.3.1/2.3/2010, Tanggal : 4 Maret 2010, yang telah membiayai penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Borde, M., M. Dudhane, and P. K. Jite. 2009. Role of bioinoculant (am fungi) increasing

    in growth, flavor content And yield in Allium sativum L.. onder field condition. Not.

    Bot. Hort. Agrobot. Cluj 37 (2):124-128

    Brundrett MC, Bougherr N, Dells B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with

    Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR. Peter Lynch (Ed.) Pirie Printers

    Canberra. Australia.

    Delvian 2003. Keanekaragaman cendawan mikoriza arbuskula (FMA) di hutan pantai dan

    potensi pemanfaatannya. Studi kasus di hutan cagar alam Leuweung Sancang

    Kabupaten Garut, Jawa Barat. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.

    Gunawan AW. 1993. Mikoriza Arbuskula. PAU Ilmu Hayat. IPB. Bogor.

    Husin, E. F. dan R. Marlis. 2002. Aplikasi cendawan mikoriza arbuskular sebagai pupuk

    biologi pada pembibitan kelapa sawit. Prosiding Seminar Nasional BKS PTN

    Wilayah Indonesia Barat. FP USU Medan.

    Husnal, Faisal T, Mahfud. 2007. Aplikasi mikoriza untuk memacu pertumbuhan jati di

    Muna. Balai Pusat Penelitian Boteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Info

    Teknis 5 (1):1-4.

    Hwang, S.F., H.U. Ahmad, K. Ampong-Nyarko, S.E. Strelkov, R.J. Howard and G.D.

    Turnbull. 2009. Causal agents of root rot and the effect of vesicular-arbuscular

    mycorrhiza fungi in seedlings of Rhodiola rosea in Alberta, Camada. Plant

    Pathology Journal 8 (3): 120-126.

    Maryeni, R. dan D. Hervani. 2008. Pengaruh jamur mikoriza terhadap pertumbuhan

    tanaman selasih (Ocimum sanctum L.). Jurnal Akta Agrosia 11(1):7-12.

    Prasetyo, B., B.D. Krisnayanti. W.H. Utomom dan C.W.N. Anderson. 2010.

    Rehabilitation of artisanal mining gold land in west lombok, indonesia: 2. Arbuscular

    mycorrhiza status of tailings and surrounding soils. Journal of Agricultural Science 2

    (2):202-209.

    Purnomo, D.W., B. S. Purwoko, S. Yahya, S. Sujiprihati, I. Mansur dan Amisnaipa.

    2008. Tanggap pertumbuhan dan hasil cabai (Capsicum annuum L.) terhadap

    inokulasi fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol. Bul. Agron. 36 (3):229-235.

    Quilambo, O.A. 2003. Review of The vesicular-arbuscular mycorrhiza symbiosis. Afr. J.

    Biotechnol. 2 (12):539 – 546.

    Ramirez, R., B. Mendoza, and J. I. Lizaso. 2009. Mycorrhiza effect on maize p uptake

    from phosphate rock and superphosphate. Communications in Soil Science and Plant

    Analysis, 40:2058–2071.

    Sasli, I., S. Yahya, Sudrajat, Y. Setiadi dan Sudarsono. 2008. Perbaikan pertumbuhan dan

    kualitas tanaman lidah buaya di tanah gambut dengan aplikasi mikoriza arbuskula

    dan pemupukan. Bul. Agron. 36 (3):248-254.

    Setiadi, Y. 2001. Peranan mikoriza arbuskula dalam rehabilitasi lahan kritis di Indonesia.

    Makalah Seminar. 23 April 2001.

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

    508

    Sheng, M., M. Tang, H.Chen, B. Yang, F. Zhang, and . Huang. 2009. Influence of

    arbuscular mycorrhizae on the root system of maize plants under salt stress. Can. J.

    Microbiol. 55: 879–886.

    Shokri, S. and B. Maadi.. 2009. Effects of arbuscular mycorrhiza fungus on the mineral

    nutrition and yield of Trifolium alexandrinum plants under salinity stress. Journal of

    Agronomy 8 (2):79-83

    Subiksa, IGM. 2009. Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis.

    http://www.shantybio.transdigit.com/?Biology. 28 Februari 2009.

    Sukma, N.H.. 2006. Pengujian efektivitas inokulum cendawan mikoriza arbuskula (FMA)

    dengan media tanam dan tanaman inang berbeda pada rumput Brachiaria

    humidicola. Skripsi. Program Studi Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas

    Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Tikupadang. H. 2008. Efektivitas Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Bitti dan Eboni di

    Sulawesi. http://balithutmakassar.or.id. 25 September 2008.

    Wachjar A, Yadi S, Ninin Y. 2002. Pengaruh inokulasi dua spesies cendawan mikoriza

    arbuskular dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan serapan fosfat pada bibit

    kelapa sawit (Elaes quienans). Bul, Agron. 3:69-74.

    Widiastuti, H., E. Guhardja, N. Sukarno, L. K. Darusman, D. H. Goenadi dan S. Smith.

    2003. Arsitektur akar bibit kelapa sawit yang diinokulasi beberapa cendawan

    mikoriza arbuskula. Menara Perkebunan 71(1):28-43.

    Widiastuti, H, N. Sukarno, L. K. Darusman, D. H. Goenadi, S. Smith, dan E. Guhardja.

    2005. Penggunaan spora cendawan mikoriza arbuskula sebagai Inokulum untuk

    meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit kelapa sawit. Menara Perkebunan

    73(1):26-34.

    Widyati, E. 2007. Formulasi inokulum mikroba: MA, BPF dan rhizobium asal lahan

    bekas tambang batubara untuk bibit Acacia crassicarpa Cunn. Ex-Benth.

    Biodiversitas, 8 (3):238-241.

    Zuhry, E. dan F. Puspita. 2008. Pemberian cendawan mikoriza arbuskular (FMA) pada

    tanah podzolik merah kuning (PMK) terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

    (Glycine max (L.) Merill). Sagu 7(2):25-29.

    Zulaikha, S. dan Gunawan. 2006. Serapan fosfat dan respon fisiologis tanaman cabai

    merah cultivar hot beauty terhadap mikoriza dan pupuk fosfat padat tanah ultisol.

    Bioscientiae 3(2):83-92.

    http://www.shantybio.transdigit.com/?Biologyhttp://balithutmakassar.or.id/