93
LAPORAN TEKNIS 2015 Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo Adjie Solekha Aprianti, S.Pi Vipen Adiansyah, S.T Sidharta Gautama Rian Ariadi Harahap Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan di Danau Diatas dan Danau Dibawah

Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

  • Upload
    ngodang

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

LAPORAN TEKNIS 2015

Dwi Atminarso, S.Pi

Ir. Samuel

Drs. Susilo Adjie

Solekha Aprianti, S.Pi

Vipen Adiansyah, S.T

Sidharta Gautama

Rian Ariadi Harahap

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan

di Danau Diatas dan Danau Dibawah

Provinsi Sumatera Barat

Page 2: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

i

LAPORAN TEKNIS 2015

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan di Danau Diatas dan Danau Dibawah

Provinsi Sumatera Barat

Dwi Atminarso, S.Pi

Ir. Samuel

Drs. Susilo Adjie

Solekha Aprianti, S.Pi

Vipen Adiansyah, S.T

Sidharta Gautama

Rian Ariadi Harahap

BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Page 3: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

iii

EKOBIOLOGI DAN KAJIAN STOK DI DANAU DI ATAS DAN DANAU DI BAWAH

PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh

Dwi Atminarso, Samuel, Susilo Adjie, Solekha Aprianti, Vipen Adiansyah,

Sidharta Gautama, Rian ariadi Harahap

Abstrak

Danau Diatas dan Danau Dibawah terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lembah

Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Danau ini

dikenal sebagai Danau Kembar. Danau Diatas memiliki ketinggian 1.531 m, kedalaman

maksimum 44 m, serta luas permukaan danau 1.230 ha (Susanti dkk, 2012). Danau

Dibawah memiliki ketinggian 1.462 m, kedalaman maksimum 309 m, serta luas permukaan

danau 11,2 km2. Danau Kembar merupakan dua dari empat danau di Kabupaten Solok,

Sumatera Barat. Dari keempat danau besar yang ada di Solok, baru satu yang dimanfaatkan

secara maksimal, yaitu Maninjau. Tiga danau lainnya masih terdapat masalah optimalisasi

produksi ikan (Anonim, 2011). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji

kondisi terkini mengenai kualitas lingkungan perairan danau, aspek biologi ikan dan potensi

sumber daya ikan di Danau di Atas dan danau di Bawah, Sumatera Barat. Penelitian

dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 4 kali di lapangan dan analisis di

laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data yang diambil

meliputi parameter fisika, kimia dan biologi perairan, data biologi dan morfologi ikan

ekonomis penting serta karakteristik kegiatan perikanan. Penentuan stasiun pengambilan

contoh ditentukan secara purposif yang didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan

zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa aktifitas kegiatan perikanan di Danau Diatas dan danau

Dibawah meliputi kegiatan penangkapan dan budidaya. Tempat penangkapan utama

terdapat di outlet baik Danau diatas maupun Danau Dibawah. Jumlah jenis ikan hasil

tangkapan nelayan dengan beberapa alat tangkap di perairan Danau Diatas dan danau

Dibawah berjumlah 6 jenis yaitu paweh (osteochillus hasselti), bilih (rasbora sp), sasau

(hampala macrolepidota), siminyak (osteochillus vittatus), nila (oreochromis niloticus), dan

lampuang. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air seperti temperatur, kecerahan,

alkalinitas, kesadahan, CO2, N-H3, HNO3, H-NO2, TDS, DHL, pH dan DO menetapkan

bahwa perairan Danau Diatas dan danau Dibawah masih ideal untuk mendukung organisme

perairan termasuk ikan. Berdasarkan pengukuran indeks status tropik perairan, Danau

Diatas dan Dibawah tergolong perairan yang jernih dengan tingkat tropik ultraoligothrophik-

oligothrophik (TSI 29-40). Dari kajian potensi produksi perikanan, Danau Diatas dengan luas

lahan sebesar 1.230 ha memiliki potensi produksi ikan sebesar 58.375 kg/tahun (58,375

ton/tahun) sedangkan danau Dibawah dengan luas 1120 ha memiliki potensi produksi ikan

sebesar 50.420 kg/tahun (50,420 ton/tahun).

Kata Kunci : Ekologi, Biologi, Kajian Stok, Danau Diatas, Danau Dibawah

Page 4: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya

kami dapat menyelesaikan Laporan Teknis Kegiatan TA 2015 yang berjudul Bioekologi dan

Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah Provinsi Sumatera Barat.

. Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu dari kegiatan penelitian yang ada di

Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang untuk tahun anggaran 2015.

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal pada awal

tahun kegiatan dan pelaksanaan di lapangan mulai bulan Maret, Mei, Agustus, Oktober dan

berakhir pada bulan Oktober tahun 2015. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai kondisi terkini mengenai aspek ekologi, aspek biologi, serta perkiraan

stok (dinamika populasi beberapa jenis ikan) di Danau di Atas dan Danau di Bawah,

Sumatera Barat.

Tim peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah banyak membantu terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran (KPA) Balai

Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU), peneliti, teknisi dan pejabat struktural

lingkup BPPPU Palembang, sehingga selesainya Laporan Teknis ini. Tim peneliti juga

mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan. Kritik dan

saran dari semua pihak yang sifatnya membangun diharapkan dapat membantu untuk

perbaikan penulisan Laporan Teknis (Laptek) pada tahun-tahun mendatang.

Palembang, Desember 2015

Tim Peneliti

Page 5: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ ii

ABSTRAK..................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... viii

BAB. I. PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1. Latar Belakang.........................................................................................

1.2. Perkiraan Keluaran..................................................................................

1

1

2

BAB II. METODOLOGI................................................................................................ 3

2.1. Komponen Kegiatan................................................................................

2.2. Lokasi Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data……............................

2.3. Metoda Analisis.......................................................................................

3

3

4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 15

3.1. Karakteristik dan Status Trofik Perairan................................................. 15

3.1.1. Substrat Dasar..............................................................................

3.1.2. Kedalaman...................................................................................

3.1.3. Kecerahan....................................................................................

3.1.4. Suhu Udara dan Suhu Perairan ..................................................

3.1.5. pH air............................................................................................

3.1.6. DO................................................................................................

3.1.7. CO2..............................................................................................

3.1.8. Alkalinitas.....................................................................................

3.1.9. Daya Hantar Listrik.......................................................................

3.1.10. Unsur Nitrogen............................................................................

15

15

16

17

18

19

20

22

24

25

Page 6: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

vi

3.1.11. Total Amonia...............................................................................

3.1.12. Orthofosfat....................................................................................

3.1.13. Total Fosfat..................................................................................

3.1.14. Status Trophik Perairan...............................................................

3.1.15. Potensi Produksi ikan..................................................................

3.1.16. Pendugaan Stok ikan Dengan Metode Akustik.........................

3.1.17. Aspek Biologi Ikan.......................................................................

3.1.18. Pertumbuhan...............................................................................

3.1.19. Kebiasaan Makan........................................................................

3.1.20. Nisbah Kelamin............................................................................

3.1.21. Tingkat Kematangan Gonad.......................................................

3.1.22. Indeks Kematangan Gonad..........................................................

3.1.23. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad...........................................

3.1.24. Fekunditas....................................................................................

3.1.25. Diameter Telur..............................................................................

3.1.26. Penangkapan...............................................................................

3.1.27. Plankton.......................................................................................

3.1.28. Makrozoobenthos.........................................................................

26

28

29

30

31

33

42

46

49

50

51

52

52

53

53

54

55

61

BAB IV. KESIMPULAN................................................................................................ 64

BAB V. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 66

LAMPIRAN................................................................................................................... 69

Page 7: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Danau Kembar (D. Diatas dan D.Dibawah)........................................ 3

Gambar 2. Bathimethri Danau Diatas............................................................................ 15

Gambar 3. Bathimethri Danau Dibawah........................................................................ 16

Gambar 4. Sebaran Suhu Udara dan Suhu Air di Danau Diatas.................................. 17

Gambar 5. Sebaran Suhu Udara dan Suhu Air di Danau Dibawah………………... 17

Gambar 6. Sebaran pH Danau Diatas........................................................................... 18

Gambar 7. Sebaran pH Danau Dibawah....................................................................... 18

Gambar 8. Sebaran DO Danau Diatas.......................................................................... 20

Gambar 9. Sebaran DO Danau Dibawah...................................................................... 20

Gambar 10. Sebaran CO2 Danau Diatas........................................................................ 21

Gambar 11. Sebaran CO2 Danau Dibawah.................................................................... 22

Gambar 12. Alkalinitas Danau Diatas.............................................................................. 23

Gambar 13. Alkalinitas Danau Dibawah.......................................................................... 23

Gambar 14. Daya hantar Listrik Danau Diatas................................................................ 24

Gambar 15. Daya hantar Listrik Danau Dibawah............................................................ 24

Gambar 16. Nitrat (NO3-N) Danau Diatas....................................................................... 25

Gambar 17. Nitrat (NO3-N) Danau Dibawah................................................................... 26

Gambar 18. Total Amonia Danau Diatas......................................................................... 27

Gambar 19. Total Amonia Danau Dibawah..................................................................... 27

Gambar 20. Ortofosfat Danau Diatas.............................................................................. 28

Gambar 21. Ortofosfat Danau Dibawah.......................................................................... 28

Gambar 22. Total Fosfat Danau Diatas........................................................................... 29

Gambar 23. Total Fosfat Danau Dibawah....................................................................... 29

Gambar 24. Bentuk trek pengambilan data akustik Danau Diatas.................................. 34

Gambar 25. Profil densitas rata-rata secara vertikal....................................................... 35

Gambar 26. Variasi jumlah target strength menurut strata kedalaman……………….. 37

Page 8: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

viii

Gambar 27. Variasi komposisi nilai target strength menurut kedalaman...................... 37

Gambar 28. Grafik hubungan panjang-berat ikan Seminyak.......................................... 38

Gambar 29. Biomassa tiap strata kedalaman perairan................................................... 39

Gambar 30. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 1- 10 ................................. 40

Gambar 31. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 11-20 m............................. 40

Gambar 32. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 21–30 m............................ 41

Gambar 33. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 31-40 m…………………. 41

Gambar 34. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 41 - 50m............................ 42

Gambar 35. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 1.......................... 44

Gambar 36. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 2.......................... 44

Gambar 37. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 3……………….. 45

Gambar 38. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 4.......................... 45

Gambar 39. Kurva pertumbuhan ikan paweh di Danau Diatas....................................... 46

Gambar 40. Kurva pertumbuhan ikan seminyak di Danau Diatas.................................. 47

Gambar 41. Kurva pertumbuhan ikan sasau/kulari di Danau Diatas.............................. 48

Gambar 42. Isi saluran pencernaan ikan Bilih Danau Dibawah..................................... 50

Gambar 43. Nisbah Kelamin Ikan Danau Diatas dan Danau Dibawah.......................... 50

Gambar 44. Sebaran TKG Ikan Danau Diatas................................................................ 51

Gambar 45. Sebaran TKG Ikan Danau Dibawah............................................................ 51

Gambar 46. Grafik kelimpahan Fitoplankton Danau Diatas trip 1, trip 2 dan trip 3......... 58

Gambar 47. Grafik kelimpahan Fitoplankton Danau dibawah trip 1, trip 2, dan trip 3… 58

Gambar 48. Grafik kelimpahan Zooplankton Danau Diatas Trip 1,Trip 2 dan Trip 3…... 59

Gambar 49. Grafik kelimpahan zooplankton Danau Dibawah Trip 1, Trip 2 dan Trip 3.. 60

Gambar 50. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos

perairan Danau Diatas dan Dibawah trip-1…………………………………..

62

Gambar 51. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos

perairan Danau Diatas dan Dibawah trip-2…………………………………..

63

Page 9: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat

mengukurnya……………………………………………………………………

5

Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa serta

metode analisanya……………………………………………………………..

5

Tabel 3. Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik

Carlson........................................................................................................

6

Tabel 4. Klasifikasi Status Trofik menurut Carlson................................................... 30

Tabel 5. Status Trofik Danau Diatas......................................................................... 30

Tabel 6. Status Trofik Danau Dibawah..................................................................... 31

Tabel 7. Potensi Produksi Danau Diatas dihitung dengan MEI................................ 32

Tabel 8. Potensi Produksi Danau Dibawah dihitung dengan MEI........................ 32

Tabel 9. Potensi Produksi Danau Diatas dihitung dengan Chlorophil-a.................. 33

Tabel 10. Potensi Produksi Danau Dibawah dihitung dengan Chlorophil-a.............. 33

Tabel 11. Rata-rata densitas absolut pada tiap strata kedalaman............................. 34

Tabel 12. Sebaran nilai target strength menurut strata kedalaman perairan............ 36

Tabel 13. Komposisi nilai target strength menurut strata kedalaman perairan........ 36

Tabel 14. Biomassa ikan pelagis di perairan Danau Diatas, September 2015..................... 44

Tabel 15. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Danau Diatas dan Danau Dibawah.. 42

Tabel 16. Pola pertumbuhan ikan di Danau Diatas dan Danau Dibawah.................. 43

Tabel 17. Nilai analisis parameter populasi dari 3 jenis ikan dominan di Danau

Diatas……………………………………………………………………………

49

Tabel 18. IKG di danau Diatas dan Danau Dibawah.................................................. 52

Tabel 19. Fekunditas di danau Diatas dan Danau Dibawah....................................... 53

Tabel 20. Kisaran Diameter Telur Ikan....................................................................... 54

Page 10: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan……………………………………………………… 70

Lampiran 2. Kualitas air Danau Diatas dan Danau Dibawah................................................. 73

Lampiran 3. Tabel perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan paweh................... 76

Lampiran 4. Tabel perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan Bilih ...................... 76

Lampiran 5. Tabel kelimpahan makrozoobenthos trip 1 Danau Diatas................................. 77

Lampiran 6. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos trip 1 danau Dibawah............................. 77

Lampiran 7. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos Trip 2 Danau Diatas............................... 78

Lampiran 8. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos Trip 2 danau Dibawah........................... 78

Lampiran 9. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 1 Danau Diatas....................................... 79

Lampiran 10. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 1 Danau Dibawah................................... 79

Lampiran 11. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 1 Danau Diatas....................................... 79

Lampiran 12. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 1 Danau Dibawah.................................. 80

Lampiran 13. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 2 Danau Diatas....................................... 80

Lampiran 14. Tabel kelimpahan Fitoplankton Trip 2 Danau dibawah.................................... 81

Lampiran 15. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 2 danau Diatas........................................ 81

Lampiran 16. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 2 Danau Dibawah................................... 81

Lampiran 17. Tabel Kelimpahan Fitoplankton trip 3 Danau Diatas........................................ 82

Lampiran 18. Tabel Kelimpahan Fitoplankton trip 3 Danau Dibawah.................................... 82

Lampiran 19. Tabel Kelimpahan Zooplankton trip 3 Danau Diatas........................................ 83

Lampiran 20. Tabel Kelimpahan Zooplankton trip 3 Danau Diatas........................................ 83

Page 11: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan umum Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup

besar. Apabila hal tersebut dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat

bagi kesejahteraan masyarakat di sekitar perairan tersebut secara berkelanjutan.

Pulau Sumatera merupakan salah satu kepulauan di Indonesia yang memiliki beragam

tipe ekosistem perairan umum, salah satunya danau. Berdasarkan KKP (2010), jumlah

danau yang tergolong besar di Pulau Sumatera kurang lebih ada 10 buah. Beberapa

diantaranya adalah Danau Diatas dan Danau Dibawah yang berada di Sumatera

Barat.

Danau Diatas dan Danau Dibawah terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan

Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Danau ini dikenal sebagai Danau Kembar. Danau Diatas memiliki ketinggian 1.531 m,

kedalaman maksimum 44 m, serta luas permukaan danau 1.230 ha (Susanti dkk,

2012). Danau Dibawah memiliki ketinggian 1.462 m, kedalaman maksimum 309 m,

serta luas permukaan danau 11,2 km2. Danau Kembar merupakan dua dari empat

danau di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dari keempat danau besar yang ada di

Solok, baru satu yang dimanfaatkan secara maksimal, yaitu Maninjau. Tiga danau

lainnya masih terdapat masalah optimalisasi produksi ikan (Anonim, 2011).

Pengelolaan sumberdaya perikanan danau memerlukan suatu perencanaan

yang memperhatikan banyak faktor. Aspek kajian stok merupakan faktor yang penting

dalam mengetahui potensi sumberdaya perikanan. Di samping itu, faktor perubahan

lingkungan di perairan maupun di bagian teresterial, serta faktor pencemaran baik

industri maupun rumah tangga juga dapat menjadi ancaman serius bagi keberadaan

sumberdaya ikan dan kualitas perairan danau.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi terkini

mengenai kualitas lingkungan perairan danau, aspek biologi ikan dan potensi sumber

daya ikan di Danau di Atas dan danau di Bawah, Sumatera Barat. Sasaran yang ingin

dicapai adalah tersedianya data dan informasi mengenai aspek ekologi, aspek biologi,

serta perkiraan stok (dinamika populasi beberapa jenis ikan) di Danau di Atas dan

Danau di Bawah, Sumatera Barat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan pengelolaan sumberdaya perikanan di Danau di Atas dan

Danau di Bawah.

Page 12: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

2

1.2. Perkiraan Keluaran

Keluaran yang diharapkan adalah tersedianya data dan informasi mengenai:

a. Karakteristik lingkungan perairan Danau di Atas dan Danau di Bawah

b. Potensi produksi ikan Danau di Atas dan Danau di Bawah

c. Aspek biologi beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap dan bernilai ekonomis

penting, serta parameter dinamika populasi.

Page 13: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

3

2. METODOLOGI

2.1. Komponen Kegiatan

Penelitian ini bersifat survei-eksploratif yang meliputi pengumpulan data dan

informasi secara primer dan sekunder. Lingkup kegiatan meliputi kajian/analisa biologi

dan parameter lingkungan perairan serta kegiatan perikanan dengan wilayah kerja

adalah Danau Kembar Sumatera Barat. Pelaksanaan kegiatan penelitian melibatkan

para peneliti yang mempunyai keahlian di bidang ekologi perairan, biologi perikanan,

taksonomi, dinamika populasi ikan, dan limnologi.

2.2. Lokasi Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data

Gambar 1. Peta Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah) Sumatera Barat.

Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 4 kali di lapangan

dan analisis di laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei dan

wawancara. Data Sekunder diperoleh dari instansi atau Dinas Perikanan setempat,

serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Pengumpulan data menggunakan metoda survei (stratified sampling method).

Penentuan stasiun pengambilan contoh ditentukan berdasarkan keberadaan outlet,

keterwakilan zona litoral danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan.

Pengambilan beberapa parameter fisika dan kimia perairan dilakukan berdasarkan

Page 14: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

4

stratifikasi kedalaman perairan danau. Data lingkungan perairan meliputi data

parameter fisika, kimia dan biologi (Tabel 1).

Data kegiatan atau aktivitas perikanan diperolah berdasarkan metode sampling

dan wawancara secara random (McGath, et al. 1998), di mana kegiatan tersebut

dilakukan dengan cara memonitor atau mengamati kegiatan nelayan di perairan Danau

Diatas. Data yang dikumpulkan meliputi :1) waktu perjalan penangkapan, 2)

karakteristik daerah atau tempat penangkapan, 3) jenis dan kuantitas alat tangkap yang

digunakan, 4) kompsosisi hasil tangkapan yang meliputi komposisi jenis dan komposisi

jumlah dan bobot, 5) konsumsi dan ikan yang dijual, 6) penghasilan rata-rata. Hasil

tangkapan tiap alat diidentifikasi dan dikelompokan untuk selanjutnya ditentukan porsi

(prosentase), beberapa dari jenis ikan hasil tangkapan diukur panjang total dan bobot

tubuh untuk salah satu evaluasi pola pertumbuhan dan faktor kondisi dari jenis-jenis

ikan tersebut. Data komposisi dan hasil tangkapan diperoleh dari hasil tangkapan

nelayan (enumerator). Data komposisi jenis dan ukuran di tabulasi dan dibuat grafik.

2.3. Metode Analisis

Sampel ikan yang didapatkan meliputi ikan dari jenis lokal dan ikan introduksi.

Untuk sampel ikan yang didapat akan dilakukan identifikasi. Beberapa sampel ikan akan

diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan morfometrik dan meristik

serta diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan Weber and Beaufort (1913),

Smith (1945) dan Kottelat et al. (1993). Selain itu setiap bulan sampel ikan diukur

panjang total dan berat (sampel yang diukur sebanyak mungkin dengan berbagai

ukuran). Sampel yang didapat juga akan diamati dan dilakukan pembedahan untuk

pengamatan aspek biologinya. Pengamatan aspek biologi ikan terdiri dari: hubungan

panjang-berat, faktor kondisi, kebiasaan makan (food habit), aspek biologi reproduksi

(TKG, IKG, fekunditas, diameter telur dan ukuran pertama kali ikan matang gonad).

Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi dianalisa

menggunakan buku petunjuk yang dikemukakan oleh APHA (1981). Parameter fisika

yang diukur/dianalisa yaitu: temperatur, kecerahan, kedalaman, dan daya hantar listrik.

Parameter kimia yang dianalisa/diukur yaitu: pH, DO, CO2, Phospat (PO4), Total

Phospat, Amoniak (NH3), Nitrat (NO3), khlorofil-a dan Alkalinitas. Parameter biologi yang

dianalisa yaitu plankton dan bentos.

Page 15: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

5

Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat mengukurnya

No Parameter Metode/ alat yang digunakan

A FISIKA 1 Temperatur Termometer air raksa 2 Kecerahan Piring secchi (secchi disk) 3 Kedalaman Gauge Sounder 4 Daya Hantar Listrik SCT-Meter

B KIMIA 1 pH pH- indikator universal /

pH-Meter 2 Oksigen (O2-terlarut) Titrimetri 3 Karbondioksida (CO2) Titrimetri 4 Alkalinitas Titrimetri 5 Nitrat (NO3-N) Spektrofotometer 6 Ammonia (NH3-N) Spektrofotometer 7 Phosfat (PO4-P) Spektrofotometer 8 Total phospat Spektrofotometer 9 Khlorofil-a Spektrofotometer

C BIOLOGI 1 Plankton Plankton-net 2 Bentos Ekman dredge

Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa serta metode

analisanya

Aspek Biologi yang dianalisa

Metode analisa dan rumus yang digunakan

Pola Pertumbuhan

Hubungan panjang-berat dihitung berdasarkan persamaan fungsional W= aLb , dimana W= berat ikan (gram), L= panjang total ikan (cm), a dan b = konstanta (Hile, 1936 dalam Effendie, 1979). Untuk mengetahui nilai b sama/tidak sama dengan 3 dilakukan uji varian terhadap nilai b

Faktor kondisi Nilai faktor kondisi dihitung berdasarkan rumus Kn= W/(aLb) atau Kn= W/W’, dimana W = berat aktual dan W’ = berat estimasi (Effendie, 1979)

Kebiasaan makanan (food habit)

IP = [(Vi*Oi)/∑(Vi*Oi)]*100%, dimana IP= Indeks preponderan, Vi= persentase volume pakan ke-i, Oi= persentase kejadian pakan ke-i dan ∑(Vi*Oi)= jumlah (Vi*Oi) dari semua macam makanan (Natarajan dan Jhingran, 1961 dalam Effendie, 1979)

TKG= Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad diamati secara visual dengan cara membedah perut ikan dan dilihat tingkat perkembangan gonadnya berdasarkan modifikasi dari Cassie (Effendie, 1979)

IKG= Indeks Kematangan Gonad

Indeks Kematangan Gonad dihitung dengan cara mengukur bobot gonad dan bobot tubuh ikan termasuk gonad menggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian 0,01 gram. Gonad ditimbang dari masing-masing TKG. Nilai IKG dianalisis menggunakan rumus Effendie (1979) yaitu persentase dari bobot gonad terhadap bobot tubuh ikan ((Bg/Bt)x 100%), dimana Bg= bobot gonad dan Bt= bobot tubuh ikan

Fekunditas Fekunditas telur (N) dihitung sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada setiap tingkat kematangan gonad N= ((Bg/Bsg)xn), dimana N= fekunditas, Bg= berat gonad ikan, Bsg= berat sampel gonad dan n= jumlah telur dalam Bsg

Page 16: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

6

Ukuran pertama kali matang gonad

Ukuran petama kali matang gonad (M) diduga dengan cara Spearman-Karber (Udupa, 1986). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) m= (Xk + X/2) – (X, Σpi), kisaran ukuran panjang diduga dengan persamaan (2) antilog [m ± 1,96 √(var (m))] dan (3) nilai var (m) = (X)2 x Σ [(pixqi) / (ni–1)], dimana : M= ukuran pertama kali matang gonad (anti log dari m), m= log panjang ikan pada kematangan gonad yang pertama, Xk= log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100% matang gonad, X= pertambahan log panjang nilai tengah kelas, pi= ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matang gonad pada tiap kelas panjang, ri= jumlah ikan yang matang gonad pada kelas ke-i, ni= jumlah contoh ikan pada kelas ke-i dan qi= 1-pi

Tingkat kesuburan perairan atau status trofik perairan dihitung memakai rumus

index status trofik dari Carlson's (Carlson's trophic state index, TSI) (Carlson, 1977),

dengan rangkaian rumus yaitu :

1) TSI-TP = 14,42 * Ln [TP] + 4,15, dimana TP = total P dalam satuan μg/l ;

2) TSI-SD = 60 –14,41 * Ln [SD], dimana SD = kecerahan air dalam meter ;

3) TSI-Chl = 30,6 + 9,81 * Ln [Chl], dimana Chl = klorofil-a dalam satuan μg/l

Dan Rataan TSI = (TSI-TP + TSI-SD + TSI-Chl) / 3

Tabel 3. Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik Carlson

Score Status Trophik Keterangan

< 30 Ultraoligotrophik Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi

sepanjang tahun dan mencapai zona hypolimnion

30 – 40 Oligotrophik Air jernih, dimungkinkan adanya pembatasan

anoksik pada zona hypolimnetik secara periodik

(DO= 0)

40 - 50 Mesotrophik Kecerahan air sedang, peningkatan perubahan

sifat anoksik di zona hypolimnetik, secara estetika

masih mendukung untuk kegiatan olahraga air

50 – 60 Eutrophik ringan Penurunan kecerahan air, zona hypolimnetik

bersifat anoksik, terjadi problem tanaman air, hanya

ikan-ikan yang mampu hidup di air hangat,

mendukung kegiatan olahraga air tetapi perlu

penanganan

60 – 70 Eutrophik sedang Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadi

penggumpalan, problem tanaman air sudah

ekstensif

70 – 80 Eutrophik berat Terjadi blooming alga berat, tanaman air

membentuk lapisan bed seperti kondisi

hypereutrophik

> 80 Hypereutrophik Terjadi gumpalan alga, ikan mati, tanaman air

sedikit didominasi oleh alga

Sumber : Carlson’s (1977)

Page 17: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

7

Untuk menduga besarnya potensi produksi ikan (kg/ha/tahun) di Danau Ranau

menggunakan dua metode, yaitu:

a. Potensi potensial

Pendugaan potensi produksi ikan dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Henderson dan Welcomme (1974) dalam Moreau dan De

Silva (1991) yaitu Y= 14,314 MEI 0,4681, dimana : Y= potensi produksi ikan

dalam satuan kg/ha/tahun, MEI= Morpho Edhaphic Index yaitu besaran nilai

daya hantar listrik (conductivity) dalam satuan umhos/cm dibagi dengan

kedalaman rata-rata danau dalam satuan meter.

b. Potensi aktual

Pendugaan stok ikan dengan menggunakan metoda akustik. Pendugaan

kepadatan ikan dengan akustik dilakukan dengan menggunakan peralatan

Simrad EY-60 scientific echosounder yang dioperasikan pada frekuensi 120

kHz.

Target Strength

Menurut Foote et al. (1984). dalam Arnaya (1991), target strength dan

hubungannya dengan ukuran ikan dapat ditulis dengan persamaan :

TS = 20 Log L + A

A adalah nilai TS untuk 1 cm panjang ikan (normalized target strength) di mana

tergantung dari spesies ikan. Khusus untuk ikan-ikan yang mempunyai gelembung

renang (bladder fish), hubungan linier tersebut sudah banyak diteliti dan diuji

kebenarannya (Foote et al., dalam Arnaya, 1991). Menurut Greene et al. (1991); Hewitt

and Demer (1991) dalam Simmonds & MacLennan (2005), untuk pendeteksian nilai TS

pada plankton dapat digunakan formulasi sebagai berikut:

TS = -127.45 + 34.85 log (L)

Di mana L adalah ukuran panjang plankton dalam mm dan diukur pada frekuensi

120 kHz. Satuan TS biasanya dinyatakan dalam bentuk Target Strength per kilogram

(TSkg).

Scattering Volume

Distribusi ukuran dari nilai Sv pada berbagai frekuensi, digunakan TS sebagai

akibat perubahan fluktuasi acak dari sinyal. Range frekuensi harus cukup untuk

Page 18: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

8

mencakup tanda batas atas dari sinyal. Frekuensi transisi k sekitar 2. Di sini k= 2 π / λ

dan satu adalah dimensi tipikal dari target, misalnya RSE sama halnya dalam kasus

plankton. (Simmonds & MacLennan, 2005).

Misalkan Sv adalah determinan pada M frekuensi terpisah, ditulis sebagai fi untuk

I = 1 ke M. kita memerlukan ukuran linier untuk kalkulasi, yakni koefisien hamburan

balik volume adalah :

Sv = 10 (Sv/10)

Untuk kejelasan menulis Si untuk pengukuran Sv Setiap aj, j = 1 ke N

merepresentasikan beberapa interval dari ukuran. Ukuran interval tidak harus tumpang-

tindih tetapi mereka hampir berdekatan. Jika Fj adalah jumlah jenis scatterers setiap

unit volume. Fj menggambarkan distribusi ukuran. Scatering model meramalkan σbs

satu target sebagai sebuah fungsi dari ka. Dengan begitu untuk setiap ukuran dan

frekuensi, kita mengetahui σij = σbs = ki.aj . Keadaan bagian teori integrasi-gema Linier

dimana Si adalah penjumlahan dari kontribusi dari semua sampel.

Si = ∑ σij Fj, di mana i = 1 ke M

(Greenlaw, 1979 dalam Simmonds & MacLennan, 2005).

Keterangan: σ adalah target back scattering cross section.

Kepadatan stok ikan pelagis di Perairan Danau Diatas Sumatera Barat ditentukan

dengan alat echo sounder BIOSONIC DT-X yang ditempatkan di atas kapal dengan

penempatan transducer bim terbagi (split beam echosounder) 120 KHz pada sisi kiri

luar kapal dengan sistem side mounted. Penelitian yang dilaksanakan di Perairan

Danau Diatas Sumatera Barat pada bulan September 2015 dilaksanakan dengan jalur

survey berbentuk parallel mengelilingi Danau Diatas.

Pengolahan dan Analisis Data Akustik

Data akustik diolah dengan menggunakan software ECHOVIEW ver.5. Analisis

untuk estimasi ikan dilakukan mulai dari kedalaman 1-50 m dengan strata tiap 10 m.

Elementary sampling distance unit adalah 1 nmi. Hasil ekstraksi berupa nilai area

backscattering coeficient (sA, m2/nmi2) dan distribusi nilai target strength ikan tunggal

dalam satuan decibel (dB) sebagai indeks refleksi ukuran ikan.

Hubungan target strength dan óbs (backscattering cross-section, m2) dihitung

berdasarkan atas MacLennan & Simmonds (1992) yaitu:

TS=10 log óbs .............................................. ……………………....................(1)

Persamaan untuk densitas ikan (ñA, ind./nmi2) adalah:

Page 19: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

9

ñA=sA/óbs ........................................................................................................... (2)

Panjang ikan (L) berhubungan dengan óbs yaitu:

óbs=aLb .............................................................................................................. (3)

Hubungan target strength dan L adalah:

TS=20 log L+A ..................................................................................................... (4)

di mana:

A = nilai target strength untuk 1 cm panjang ikan

(normalized target strength)

Konversi nilai target strength menjadi ukuran panjang (L) untuk ikan pelagis

digunakan persamaa TS = 20 log L-73,97 (Hannachi et al., 2004). Menurut Hile (1936)

dalam Effendie (2002), hubungan panjang (L) dan bobot (W) dari suatu spesies ikan

yaitu:

W=aLb...................................................................................................................(5)

Menurut Mac Lennan & Simmonds (1992) dalam Natsir et al. (2005) persamaan

panjang dan bobot untuk mengkonversi panjang dugaan menjadi bobot dugaan adalah:

Wt=a{∑{ni(Li+ÄL/2)b+1-(Li ÄL/2)b+1}/{(b+1)ÄL}}………..….................................(6)

di mana:

Wt = bobot total (g)

ÄL = selang kelas panjang (cm)

Li = nilai tengah dari kelas panjang ke-i (cm)

ni = jumlah individu pada kelas ke-i

a, b = konstanta untuk spesies tertentu

Selain nilai estimasi stok ikan berdasarkan atas komposisi ukurannya, hasil analisis juga

disajikan dalam bentuk peta sebaran densitas tiap strata kedalaman.

Pertumbuhan

Pertumbuhan ikan dianalisa berdasarkan formula von Bertalanffy sebagai

berikut:

Lt = L∞ [1-e -k (t- to)]

Di mana,

Lt : panjang ikan pada waktu t,

L∞ : panjang asimtotik/infinity,

K : koefisien pertumbuhan,

to : umur ikan saat panjang sama dengan 0.

Page 20: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

10

Parameter pertumbuhan l to dicari dengan menggunakan persamaan empiris

(Pauly, 1980):

Log (-to) = -0,3922- 0,2752 log L∞ - 1,038 log K

Mortalitas

Untuk menduga mortalitas total (Z) menggunakan kurva hasil tangkapan konversi

panjang (Length Converted Catch Curve) dengan bantuan Paket Program Fisat-II.

Mortalitas alami (M) dianalisis dengan menggunakan rumus empiris pauly, yaitu:

Log (M) = - 0.0066 - 0.279 log L∞ + 0.654 log K+ 0.4631 log T

dimana:

L∞ dan K : parameter pertumbuhan

T : rataan temperatur tahunan perairan

Mortalitas yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan (F) adalah :

F = Z - M

Nisbah eksploitasi diperoleh dari: E = F / Z

Biologi ikan

Hubungan Panjang bobot

Hubungan bobot tubuh dengan panjang (total) ditentukan berdasarkan rumus

Effendie (1979) yaitu : W = aLb

Keterangan:

W = berat ikan (gr)

L = panjang ikan (mm)

a dan b = konstanta regresi

Penentuan nilai b dilakukan dengan uji t, dimana ada usaha untuk melakukan

penolakan atau penerimaan hipotesa yang dibuat. Hipotesanya adalah sbb :

Ho : b = 3

H1 : b ≠ 3

T hitung dihitung menggunakan rumus sbb :

T hit = 1

21

S

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan ponderal indeks untuk

pertumbuhan isometrik (b = 3 ) dengan rumus (Effendie, 1979) :

5

310x

L

WK

Keterangan :

Page 21: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

11

K = faktor kondisi

W = berat rata rata ikan (gr)

L = panjang rata rata ikan (mm)

Sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat alometrik (b≠3) maka faktor kondisi dapat

dihitung dengan rumus (Effendie, 1979) :

ncL

WKn

Keterangan :

Kn = faktor kondisi nisbi

W = berat rata rata (gr)

c = a

n = b adalah konstanta yang diambil dari hubungan panjang berat.

Kebiasaan makan

Untuk mengetahui kebiasan makan maka dilakukan analisis isi lambung ikan dengan

menghitung Index of Preponderance yang merupakan gabungan dari metode frekunsi

kejadian dengan metode volumetrik dengan perumusan sebagai berikut (Effendi, 1979):

a. Metode frekuensi kejadian

Tiap-tiap isi pencernaan ikan dicatat masing-masing organisme yang terdapat

sebagai bahan makanannya, demikian juga alat pencernaan yang sama sekali kosong

harus dicatat pula. Jadi seluruh contoh yang diteliti dibagi menjadi dua golongan yaitu

yang berisi dan yang kosong. Masing-masing organisme yang terdapat di dalam

sejumlah alat pencernaan yang berisi nyatakan keadaannya dalam persen dari seluruh

alat pencernaan yang diteliti namun tidak meliputi alat pencernaan yang tidak berisi.

Dengan demikian kita dapat melihat frekuensi kejadian suatu organisme yang dimakan

oleh ikan contoh yang diperiksa itu dalam persen.

b. Metode volumetrik

Di dalam menerapkan metoda ini ukur dahulu volume makanan ikan itu. Kemudian

makanan tadi dikeringkan dengan kering udara yaitu dengan menaruh makanan ikan di

atas kertas saring supaya airnya terserap ke luar untuk selama lima menit. Pisahkan

masing-masing organisme yang dapat dipisahkan dan ukurlah volumenya dalam

keadaan kering udara. Apabila terdapat makanan yang tak dapat ditentukan

golongannya, masukkan saja ke dalam golongan yang tak dapat ditentukan. Volume

makanan ikan yang didapat dinyatakan dalam persen volume dari seluruh volume

makanan seekor ikan.

Vi x Oi

Page 22: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

12

IP = ------------- x 100

∑Vi x Oi

Keterangan :

Vi = persentase volume satu macam makanan

Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

∑Vi x Oi = Jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan

IP = Index of preponderance

Sex ratio

Nisbah kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan betina

yang diperoleh sesuai dengan Haryani, (1998), adalah sebagai berikut :

Rasio kelamin = J/B (J = Jumlah ikan jantan (ekor), B = Jumlah ikan betina (ekor)

Penentuan seimbang atau tidaknya nisbah kelamin jantan dan betina dilakukan

dengan uji Chi-square (Walpole, 1993).

TKG

Penentuan tingkat kematangan gonad dengan metode Nikolsky dalam Effendie 1997

yaitu:

Tingkat I : Ovari belum masak, transparan, bentuk kecil memanjang seperti

benang, butir telur belum kelihatan.

Tingkat II : Ukuran ovari lebih membesar, warna agak merah gelap, butir telur

dapat terlihat dengan kaca pembesar.

Tingkat III : Ovari kelihatan membesar mencapai 60 % rongga perut, berwarna

kuning, butir telur mulai kelihatan oleh mata.

Tingkat IV : Volume Ovari mencapai lebih dari 70 % rongga perut, berwarna

kuning, butir telur mudah dipisahkan, bila perut ditekan telur mudah keluar, siap

memijah.

Tingkat V : Ovari berkerut karena habis memijah, masih terdapat sisa telur dalam

ovari, perkemnbangan ovari kembali ke tingkat II.

Ukuran pertama kali matang gonad (M) diduga dengan cara Spearman-Karber

(Udupa, 1986) dengan persamaan sebagai berikut:

m = (Xk + X/2) – (X, ∑pi)....................................................................................... (1)

Kisaran ukuran panjang diduga dengan persamaan:

Antilog (m lebih kurang 1,96 √(var(m))......................................................................(2)

Dimana :

Page 23: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

13

M = Ukuran pertama kali matang gonad (antilog dari m), m = log panjang ikan pada

kematangan gonad yang pertama

Xk = Log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100 % matang gonad

X = Pertambahan log panjang nilai tengah kelas

Pi = ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matang gonad pada tiap kelas panjang

ri = jumlah ikan yang matang gonad pada kelas ke-i

ni = jumlah contao ikan pada kelas ke i

qi = 1 – pi

IKG

Untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad (IKG) mengacu kepada Effendie

(1992) dengan Rumus :

Bg

IKG = _________ x 100 %

Bi

Keterangan:

IKG = Indeks kematangan gonad

Bg = Berat gonad (gram)

Bi = Berat ikan (gram)

Fekunditas

Pengamatan fekunditas dan diameter telur ditentukan dari contoh ikan dengan TKG

IV. Fekunditas total dihitung berdasarkan metoda grafimetrik (Effendie, 1992) dengan

bentuk rumus :

Cara menghitung fekunditas

Cara gravimetrik: seluruh gonad yang berisi telur dikeringkan udara dahulu. Tentukan

terlebih dahulu berat kering udara seluruh gonadnya, demikian pula sebagian dari telur

yang akan ditimbang beratnya. Dengan menggunakan rumus

F = ( G / g ) n

Keterangan:

F = jumlah total telur dalam gonad (fekunditas)

G = bobot gonad tiap satu ekor ikan

g = bobot sebagian gonad (sampel) satu ekor ikan

n = jumlah telur dari sampel gonad

Diameter telur

Page 24: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

14

Ukuran diameter telur dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dengan

menerapkan kaidah Sturges (Ritonga, 1987) yaitu data hasil ukuran diameter telur

dibagi kedalam beberapa kelompok (klas) dengan rumus :

K = 1 + 3,322 Log N

Keterangan:

K = Jumlah kelompok atau kelas

N = Jumlah sampel

Untuk mencari jarak interval kelas digunakan rumus i (interval) = (Ntt – Ntr)/K

Keterangan:

Ntt = nilai tertinggi yang terdapat dalam data hasil pengukuran

Ntr = nilai terendah

Page 25: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

15

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik dan Status Trofik Perairan

3.1.1. Substrat dasar

Substrat dasar Danau Diatas sebagian besar adalah lumpur berpasir baik itu di

tengah, inlet, stasiun dekat perkebunan, dan stasiun yang masih alami. Substrat pada

outlet agak berbeda dengan adanya bebatuan.

Substrat dasar Danau Dibawah sebagian besar juga terdiri atas lumpur. Stasiun

yang mempunyai substrat yang berbeda dengan yang lain adalah stasiun IV yang

merupakan daerah yang masih alami

3.1.2. Kedalaman

Pengukuran kedalaman menggunakan survey akustik, kemudian diplot dalam peta

bathimetri.

Gambar 2 . Bathimetri Danau Diatas

Page 26: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

16

Gambar 3. Bathimetri Danau Dibawah

Hasil pengukuran kedalaman menunjukkan bahwa kedalaman maksimal Danau Diatas

adalah 48 m, sedangkan kedalaman maksimal Danau Dibawah adalah 360 m. Topografi

dasar Danau Diatas cenderung landai, sedangkan Danau Dibawah berbukit-bukit.

3.1.3. Kecerahan

Kecerahan Danau Diatas berkisar antara 3,5-8,4 m, sedangkan Danau Dibawah 1,1-9

m. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan

padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan air

berkaitan erat dengan tingkat kekeruhan pada perairan sungai-sungai yang masuk

mengalir ke perairan danau, disamping itu berhubungan pula dengan segala aktifitas

Page 27: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

17

penggunaan lahan pada daerah tangkapan air danau. Adanya aktifitas pemanfaatan lahan

disekeliling danau (persawahan dan pemukiman) memungkinkan terjadinya pemasukan

partikel-partikel koloid organik ke perairan danau yang menimbulkan tingkat kekeruhan

menjadi tinggi, ini terjadi ketika datangnya musim hujan. Berdasarkan Novotny dan Olem

dalam Effendi (2003), dengan nilai kecerahan tersebut, Danau Diatas dan Danau Dibawah

termasuk ke dalam perairan oligotrofik.

3.1.4. Suhu Udara dan Suhu Perairan

hasil pengukuran suhu perairan dapat dilihat pada gambar.

Gambar 4. Sebaran Suhu Udara dan Suhu Air di Danau Diatas

Gambar 5. Sebaran Suhu Udara dan Suhu Air di Danau Dibawah (oC)

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV

Suhu udara suhu air

Suhu udara dan Air Danau Diatas

Inlet

Tengah

outlet

Gurun Datar

Tanduk Kecil

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV

Suhu udara suhu air

Suhu Air dan Udara Danau di Bawah

Inlet

Tengah

outlet

st. Alami

st. Kebun

Page 28: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

18

Sebaran suhu udara dan suhu air di Danau Diatas berkisar antara 20-25oC. Suhu air

di Danau Dibawah juga berkisar antara 20-25oC. Suhu udara di Danau Dibawah lebih

tinggi dari suhu air, karena udara lebih dahulu memuai jika terkena panas matahari jika

dibandingkan dnegan air. Suhu udara paling tinggi di stasiun tengah, karena di daerah

tengah danau, tidak terdapat pohon-pohon yang menghalangi penetrasi sinar matahari.

Ahmad (1992) mengatakan bahwa suhu air yang optimal bagi kehidupan ikan terletak

antara 28-30oC, dibawah suhu 25oC sampai dengan 18oC untuk organisme perairan

jenis ikan masih bertahan hidup tapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu air antara

12-18oC mulai berbahaya dan pada suhu dibawah 12oC ikan-ikan tropis dapat mati

kedinginan. Suhu perairan di kedua danau kurang optimal bagi kehidupan ikan namun

masih dapat bertahan hidup.

3.1.5. pH air

Gambar 6. Sebaran pH Danau Diatas

Gambar 7. Sebaran pH Danau Dibawah

7,3

7,4

7,5

7,6

7,7

7,8

7,9

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

pH Danau di Atas

pH I

pH II

pH III

pH IV

0

2

4

6

8

10

Inlet Tengah outlet st. Alami st. Kebun

pH Danau di Bawah

pH I

pH II

pH III

pH IV

Page 29: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

19

Nilai pH Danau Diatas berkisar antara 7,5-7,9. Nilai pH Danau Dibawah berikisar

antara 7,5-9,5. Nilai pH yang terlihat berbeda adalah di stasiun outlet. Stasiun tersebut

terdapat banyak endapan pakan. Dugaan sementara, anomali nilai pH di stasiun outlet

Danau Dibawah disebabkan adanya kesadahan sementara. Untuk dapat mendukung

kehidupan ikan secara wajar diperlukan perairan dengan nilai pH berkisar antara 5,0

sampai 9,0 (Wardoyo, 1979). Swingle (1963) dan NTAC (1968) menyatakan bahwa

perairan yang ideal untuk mendukung kehidupan ikan dan organisme air sebagai

makanan ikan adalah perairan yang mempunyai pH berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Nilai

pH di kedua danau ideal untuk mendukung kehidupan ikan.

3.1.6. DO

Kandungan oksigen terlarut dalam perairan merupakan senyawa penting dan

menjadi komponen utama untuk pernapasan dan metabolisme organisme air termasuk

ikan. Kebutuhan oksigen oleh organisme air bervariasi tergantung pada jenis, stadia dan

aktivitas organisme tersebut. Pada stadia awal, kebutuhan oksigen relatif lebih tinggi

dibandingkan pada stadia lanjut. Kebutuhan oksigen pada ikan yang diam relatif lebih

rendah dibandingkan dengan ikan yang aktif bergerak dan memijah (Kartamihardja et

al., 1987). Oksigen terlarut dalam air pada konsentrasi tertentu dapat diserap oleh

haemoglobin dalam pembuluh darah lamella insang ikan yang selanjutnya

dimanfaatkan dalam proses metabolisme, baik untuk pembentukan sel-sel baru

(pertumbuhan), untuk gerak maupun untuk pergantian sel-sel yang hilang (Ahmad,

1992). Dikatakan lebih lanjut, tekanan partial oksigen dalam air diatur oleh tekanan

partial oksigen di udara. Bila tekanan oksigen dalam air lebih rendah dari tekanan

oksigen di udara bisa berakibat tekanan partial oksigen dalam air tidak cukup tinggi

untuk memungkinkan penetrasi oksigen kedalam lamella insang, akibatnya ikan bisa

mati lemas. Fitoplankton merupakan organisme produsen utama di perairan danau

karena fitoplankton pada siang hari memproduksi oksigen melalui proses fotosintesa

dan sebaliknya pada malam hari merupakan pengguna utama oksigen melalui proses

respirasi.

Page 30: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

20

Gambar 8. Sebaran DO Danau Diatas (mg/L)

Gambar 9. Sebaran DO Danau Dibawah (mg/L)

Grafik Sebaran Oksigen terlarut (DO) Danau Diatas menunjukkan bahwa DO pada

survei I (Maret) lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan pada Maret masih merupakan

musim kemarau sehingga intensitas cahaya matahari lebih tinggi. Sinar matahari

tersebut akan dimanfaatkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air untuk berfotosintesis

dan menghasilkan oksigen. DO pada Mei, September dan Oktober relatif rendah yaitu 3-

4 mg/l karena kondisi pada saat survei mendung dan gerimis. Intensitas sinar matahari

sangat kurang. Rendahnya kadar oksigen terlarut diduga disebabkan oleh 2 hal yaitu : 1)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Inlet Tengah outlet Gurun Datar Tanduk Kecil

DO Danau di Atas

DO I

DO II

DO III

DO IV

0

2

4

6

8

10

12

14

Inlet Tengah outlet st. Alami st. Kebun

DO Danau di Bawah

DO I

DO II

DO III

DO IV

Page 31: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

21

proses fotosintesis oleh fitoplankton dan 2) faktor turbulensi pada perairan pelagisnya

disebabkan oleh banyaknya gerakan air / gelombang setelah jam 12 siang. Hal lain yang

mempengaruhi kelarutan oksigen di suatu perairan adalah suhu dan ketinggian tempat.

Semakin tinggi lokasi/letak perairan danau maka daya larut oksigennya semakin rendah.

Menurut Pescod (1973) Swingle (1963) dan NTAC (1968), kadar oksigen terlarut dalam

perairan minimal 2 mg/liter sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan

secara normal dengan catatan tidak terdapat senyawa beracun (toxic) dalam perairan

tersebut.

3.1.7. CO2

Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu: 1.

Difusi dari atmosfer, 2. Air hujan, 3. Air yang melewati tanah organik, 4. Respirasi

tumbuhan, hewan, dan bakteri aerob maupun anaerob (Effendi, 2003).

Gambar 10. Sebaran CO2 Danau Diatas (mg/L)

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

Inlet Tengah outlet Gurun Datar TandukKecil

CO2 Danau Di Atas

CO2 I

CO2 II

CO2 III

CO2 IV

Page 32: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

22

Gambar 11. Sebaran CO2 Danau Dibawah (mg/L)

Kadar karbondioksida Danau Diatas berkisar antara 0,04-0,2 mg/l, sedangkan di

Danau Dibawah berkisar antara 0-0,9 mg/l. Perairan yang diperuntukkan bagi

kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5 mg/l

(Effendi, 2003). Hal tersebut berarti kadar karbondioksida bebas Danau Diatas dan

danau Dibawah layak untuk menunjuang kehidupan ikan.

3.1.8.. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas

anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan

sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2003).

Wardoyo (1979) mendefinisikan alkalinitas sebagai kandungan basa yang dapat dititrasi

dengan asam kuat, seperti basa dari kation Ca, Mg, K, Na, NH4 dan Fe yang umumnya

bersenyawa dengan anion karbonat, bikarbonat, asam lemak dan hidroksil, sedangkan

kesadahan adalah gambaran tentang kandungan garam-garam alkali tanah terdiri dari

garam-garam yang dapat dititrasi dengan asam kuat (alkalinitas) dan yang tidak dapat

dititrasinya seperti garam-garam CaCl2 dan MgSO4. Nilai kesadahan yang diukur dalam

perairan tawar menggambarkan keberadaan kation Ca dan Mg, bila terdapat

senyawaan dari garam-garam lain maka pengukuran alkalinitas lebih tepat. Besaran

nilai alkalinitas suatu perairan dapat menunjukkan kapasitas penyangga (buffer capacity)

perairan itu dan bisa digunakan untuk menduga kesuburannya (Swingle, 1968).

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

Inlet Tengah outlet st. Alami st. Kebun

CO2 Danau di Bawah

CO2 I

CO2 II

CO2 III

CO2 IV

Page 33: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

23

Gambar 12. Alkalinitas Danau Diatas (mg/l CaCO3)

Gambar 13. Alkalinitas Danau Dibawah (mg/l CaCO3)

Alkalinitas Danau Diatas berkisar antara 35-55 mg/l CaCO3, sedangkan Danau

Dibawah berkisar antara 33-44 mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara

30-500 mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3. Perairan

dengan nilai alkalinitas >40 mg/l CaCO3 disebut perairan sadah (hard water) sedangkan

perairan dengan nilai alkalinitas < 40 mg/l CaCO3 disebut perairan lunak (soft water). Hal

tersebut mengindikasikan bahwa Danau Diatas dan Danau Dibawah masih tergolong

perairan yang alami dengan alkalinitas yang masih baik dan masuk ke dalam perairan

lunak (soft water).

0

10

20

30

40

50

60

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

Alkalinitas Danau di Atas

Alkalinitas I

Alkalinitas II

Alkalinitas III

Alkalinitas IV

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Inlet Tengah Outlet St. Kebun St. Alami

Alkalinitas Danau di Bawah

Alkalinitas I

Alkalinitas II

Alkalinitas III

Alkalinitas IV

Page 34: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

24

3.1.9. Daya Hantar Listrik

Daya Hantar Listrik (conductivity) berhubungan erat dengan kandungan unsur-unsur

terionisasi dalam air, nilainya dapat memberikan gambaran banyaknya garam-garam

yang terlarut atau terionisasi dalam suatu perairan. APHA (1981) dan Boyd (1979)

mengatakan bahwa batas-batas toleransi ikan terhadap nilai DHL dipengaruhi oleh

kesadahan perairan itu.

Gambar 14. Daya hantar Listrik Danau Diatas (umhos/cm)

Gambar 15. Daya hantar Listrik Danau Dibawah (umhos/cm)

Nilai DHL Danau Diatas dan Dibawah berkisar antara 90-120 umhos/cm. Dalam

perairan lunak (soft waters) untuk kehidupan yang layak, ikan dapat mentolerir DHL

yang berkisar antara 150-500 umhos/cm (Ellis dalam Sylvester, 1958). Diatas 500

umhos/cm ikan mulai mengalami stres dan bila nilainya diatas 1000 µmhos/cm, ikan

0

20

40

60

80

100

120

140

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

DHL Danau di Atas

DHL I

DHL II

DHL III

DHL IV

0

20

40

60

80

100

120

Inlet Tengah Outlet St.Kebun

St. Alami

DHL Danau di Bawah

DHL I

DHL II

DHL III

DHL IV

Page 35: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

25

tidak dapat bertahan lagi. Pada perairan tawar yang sadah, ikan dapat hidup bertahan

dalam perairan dengan nilai DHL yang tinggi yaitu sekitar 2000 µmhos/cm. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa nilai DHL di kedua danau mendukung untuk kehidupan

ikan.

3.1.10. Unsur Nitrogen

Nitrogen merupakan elemen penting bagi pertumbuhan organisme dan menjadi salah

satu unsur utama dalam pembentukan protein. Unsur nitrogen dalam perairan berada

dalam bentuk senyawaan nitrit (NO2-N), nitrat (NO3-N), ammonium (NH4-N) dan ammonia

(NH3-N). Hanya bentuk senyawaan nitrat (NO3-N), unsur nitrogen diserap oleh organisme

nabati seperti fitoplankton dan tumbuhan air yang kemudian diproses menjadi protein dan

seterusnya menjadi sumber makanan bagi organisme hewani perairan.

Nitrat

Gambar 16. Nitrat (NO3-N) Danau Diatas (mg/l)

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

Nitrat (NO3-N) Danau di Atas

Nitrat (NO3-N) I

Nitrat (NO3-N) II

Nitrat (NO3-N) III

Nitrat (NO3-N) IV

Page 36: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

26

Gambar 17. Nitrat (NO3-N) Danau Dibawah (mg/l)

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar nitrat di Danau Diatas berkisar antara 0-0,5 mg/l,

sedangkan Danau Dibawah berkisar antara 0-0,1 mg/l. Kadar nitrat di perairan alami hampir

tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapet mengakibatkan

terjadinya eutrofikasi perairan (Effendi, 2003). Kadar nitrat Danau Diatas ada yang melebihi 0,2

mg/l yang bisa menstimulasi eutrofikasi dan mempercepat pertumbuhan algae dan tumbuhan

air. Kadar Nitrat Danau Dibawah mengindikasikan bahwa Danau Dibawah masih tergolong

perairan alami.

3.1.11. Total amonia

Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Persentase amonia

bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Pada pH 7 atau kurang,

sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi. Sebaliknya pada pH lebih besar dari 7,

amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Amonia

bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas

amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan oksigen terlarut,

meningkatnya pH dan suhu. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang

terlalu tinggi karena dapat menggangu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada

akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi (Effendi, 2003).

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

Inlet Tengah Outlet St. Kebun St. Alami

Nitrat (NO3-N) Danau di Bawah

Nitrat (NO3-N) I

Nitrat (NO3-N) II

Nitrat (NO3-N) III

Nitrat (NO3-N) IV

Page 37: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

27

Gambar 18. Total Amonia Danau Diatas (mg/l)

Gambar 19. Total Amonia Danau Dibawah

Total amonia Danau Diatas dan Danau Dibawah berkisar antara 0-0,3 mg/l. Nilai rata-rata pH

Danau Diatas dan Danau Dibawah adalah 8. Pada saat pH 8 persentase amonia bebas 5%.

Dengan demikian kadar amonia bebas di Danau Diatas dan Danau Dibawah berkisar antara 0-

0,015 mg/l. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No.20, tahun 1990 tentang pengendalian

pencemaran air, disarankan konsentrasi amonia bebas dalam perairan tidak boleh lebih dari

0,02 mg/Liter. Kadar amonia bebas di Danau Diatas dan Danau Dibawah aman bagi kehidupan

organisme akuatik.

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

Total Amonia Danau di Atas

Amonia (NH3-N) I

Amonia (NH3-N) II

Amonia (NH3-N) III

Amonia (NH3-N) IV

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

Inlet Tengah Outlet St.Kebun

St.Alami

Total Amonia Danau di Bawah

Amonia (NH3-N) I

Amonia (NH3-N) II

Amonia (NH3-N) III

Amonia (NH3-N) IV

Page 38: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

28

3.1.12. Orthofosfat

Orthofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan

akuatik. Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tigs, yaitu perairan

oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,003-0,01 mg/l, perairan mesotrofik yang memiliki

kadar ortofosfat 0,011-0,03 mg/l, dan perairan eutrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,031-0,1

mg/l (Wetzel dalam Effendi, 2003).

Gambar 20. Ortofosfat Danau Diatas

Gambar 21. Ortofosfat Danau Dibawah

Rata-rata nilai ortofosfat di Danau Diatas adalah 0,0032 mg/l, sedangkan Danau Dibawah

adalah 0,0074 mg/l. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perairan Danau Diatas dan Danau

Dibawah termasuk dalam perairan oligotrofik.

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

O-PO4 Danau di Atas

O-PO4 I

O-PO4 II

O-PO4 III

O-PO4 IV

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

0,012

0,014

0,016

Inlet Tengah Outlet St.Kebun

St.Alami

O-PO4 Danau di Bawah

Phosphat (O-PO4) I

Phosphat (O-PO4) II

Phosphat (O-PO4) III

Phosphat (O-PO4) IV

Page 39: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

29

3.1.13. Total Fosfat

Total fosfat menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat, maupun terlarut,

anorganik maupun organik. Berdasarkan kadar total fosfat , perairan diklasifikasikan menjadi 3

yaitu perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yeng memiliki kadar fosfat total berkisar antara

0-0,02 mg/l; perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total 0,021-

0,05 mg/l; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total 0,051-

0,1 mg/l (Liaw dalam Effendi, 2003).

Gambar 22. Total Fosfat Danau Diatas

Gambar 23. Total Fosfat Danau Dibawah

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

Inlet Tengah outlet GurunDatar

TandukKecil

T-PO4 Danau di Atas

T-PO4 I

T-PO4 II

T-PO4 III

T-PO4 IV

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

0,16

0,18

Inlet Tengah Outlet St. Kebun St. Alami

T-PO4 Danau di Bawah

T-Phosphat I

T-Phosphat II

T-Phosphat III

T-Phosphat IV

Page 40: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

30

Rata-rata total fosfat Danau Diatas adalah 0,03 mg/l, sedangkan Danau Dibawah

adalah 0,05 mg/l. Berdasarkan nilai tersebut, Danau Diatas dan Danau Dibawah

merupakan perairan dengan tingkat kesuburan sedang.

3.1.14. Status Trophik Perairan

Status trofik perairan dihitung dari nilai Chlorofil-a. Hasil perhitungan status trofik dapat

dilihat pada tabel. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan klasifikasi menurut

Carlson (1977).

Tabel 4. Klasifikasi Status Trofik menurut Carlson

Score Status Trophik Keterangan

< 30 Ultraoligotrophik Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi sepanjang

tahun dan mencapai zona hypolimnion

30 – 40 Oligotrophik Air jernih, dimungkinkan adanya pembatasan anoksik

pada zona hypolimnetik secara periodik (DO= 0)

40 - 50 Mesotrophik Kecerahan air sedang, peningkatan perubahan sifat

anoksik di zona hypolimnetik, secara estetika masih

mendukung untuk kegiatan olahraga air

50 – 60 Eutrophik ringan Penurunan kecerahan air, zona hypolimnetik bersifat

anoksik, terjadi problem tanaman air, hanya ikan-ikan

yang mampu hidup di air hangat, mendukung kegiatan

olahraga air tetapi perlu penanganan

60 – 70 Eutrophik sedang Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadi penggumpalan,

problem tanaman air sudah ekstensif

70 – 80 Eutrophik berat Terjadi blooming alga berat, tanaman air membentuk

lapisan bed seperti kondisi hypereutrophik

> 80 Hypereutrophik Terjadi gumpalan alga, ikan mati, tanaman air sedikit

didominasi oleh alga

Sumber : Carlson’s (1977)

Tabel 5. Status Trofik Danau Diatas

Nomer Nama stasiun Skor Status Trofik

1 Tengah 33,98 Oligotrofik 2 Inlet 34,96 Oligotrofik 3 Outlet 33,96 Oligotrofik 4 Gurun Datar 29,60 Ultraoligotrofik 5 Tanduk Kecil 33,10 Oligotrofik

Nilai rata-rata 33,10 Oligotrofik

Page 41: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

31

Tabel 6. Status Trofik Danau Dibawah

Nomer Nama stasiun Skor Status Trofik

1 Inlet 35,01 Oligotrofik 2 Tengah 32,44 Oligotrofik 3 Outlet 33,72 Oligotrofik 4 Kebun 33,09 Oligotrofik 5 Alami 34,76 Oligotrofik

Nilai rata-rata 33,80 Oligotrofik

Hasil pengukuran dan perhitungan menunjukkan bahwa Danau Diatas dan

danau Dibawah berada pada status oligotrofik, yang dicirikan dengan air jernih,

mengandung sedikit nutrien, biasanya cukup dalam, dan produktivitas primer rendah.

Berdasarkan pengamatan, belum terlalu banyak kegiatan manusia di Danau Diatas dan

Danau Dibawah. Kegiatan penangkapan ikan masih sangat terbatas, dan hanya

dilakukan di daerah litoral. Masyarakat bahkan masih beranggapan Danau Dibawah

angker, sehingga mereka tidak berani sampai ke tengah. Terbatasnya kegiatan manusia

menyebabkan limbah yang masuk ke danau menjadi relatif sedikit. Namun status trofik

tersebut bisa saja berubah, mengingat daerah sekitar danau banyak digunakan untuk

bercocok tanam. bila limbah bercocok tanam ataupun terjadi pengikisan di daerah litoral

dapat menyebabkan pengayaan nutrien di danau.

3.1.15. Potensi Produksi Ikan

Potensi produksi ikan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu potensi potensial dan potensi

aktual.

Potensi potensial dengan MEI

Potensi potensial dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Henderson dan Welcomme (1974) dalam Moreau dan De Silva (1991) yaitu Y= 14,314

MEI 0,4681, dimana : Y= potensi produksi ikan dalam satuan kg/ha/tahun, MEI= Morpho

Edhaphic Index yaitu besaran nilai daya hantar listrik (conductivity) dalam satuan

umhos/cm dibagi dengan kedalaman rata-rata danau dalam satuan meter.

Page 42: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

32

Tabel 7. Potensi Produksi Danau Diatas dihitung dengan MEI

Potensi Produksi

kg/ha/tahun kg/tahun

Februari 27,71 34079,88

Mei 26,57 32678,16

September 25,72 31631,3

November 28,04 34,494

Rata-rata 27,01 24605,96

Tabel 8. Potensi Produksi Danau Dibawah dihitung dengan MEI

Potensi Produksi

kg/ha/tahun kg/tahun

Februari 10,99 12319,74

Mei 10,22 11446,72

September 10,49 11753,02

November 10,94 12251,68

Rata-rata 10,66 11942,79

Besaran nilai DHL memberikan gambaran pada besarnya kandungan unsur-

unsur kation dan anion yang larut dalam perairan. Unsur-unsur kation dan anion

merupakan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan produsen (fitoplankton dan

tumbuhan air) dalam sistem rantai makanan dimanfaatkan oleh ikan (konsumen). Nilai

DHL yang tinggi akan membuat nilai MEI juga tinggi, sehingga potensi produksi ikan di

perairan bersangkutan akan tinggi (Samuel et. al, 2012a). Nilai potensi produksi ikan

juga akan tinggi pada saat tinggi muka air rendah. Hal ini disebabkan karena nilai MEI

merefleksikan kandungan mineral atau unsur hara dalam perairan yang tinggi. Unsur

hara tersebut sangat diperlukan oleh pertumbuhan produsen. Hasil pendugaan potensi

produksi dengan MEI menunjukkan bahwa potensi potensial Danau Diatas lebih besar

daripada Danau Dibawah. Hal tersebut disebabkan kedalaman Danau Diatas lebih kecil

daripada Danau Dibawah, sehingga kandungan mineral atau unsur hara dalam perairan

menjadi lebih tinggi dari Danau Dibawah. Kandungan mineral yang lebih tinggi

direfleksikan dalam nilai DHL yang labih tinggi.

Potensi produksi dengan Chlorophil-a

Potensi potensial kemudian dihitung dengan menggunakan data chlorophil-a, yaitu

dengan rumus:

Y = 28.2 + 10.5x

Page 43: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

33

Dimana Y = potensi produksi ikan (kg/ha/th)

X = chlorophil (µg/L)

Tabel 9. Potensi Produksi Danau Diatas dihitung dengan Chlorophil-a

Potensi Produksi

kg/ha/tahun kg/tahun

Februari 39,8 52533,76

Mei 40,12 52957,87

September 40,88 53958,56

November 56,1 74050,02

Rata-rata 44,225 58375,05

Tabel 10 . Potensi Produksi Danau Dibawah dihitung dengan Chlorophil-a

Potensi Produksi

kg/ha/tahun kg/tahun

Februari 39,37 44088,8

Mei 41,48 46458,05

September 40,76 45656,02

November 58,46 65478,68

Rata-rata 45,0175 50420,39

Rata-rata nilai Chlorophil-a di Danau Diatas adalah 1,26 mg/m3, sedangkan Danau

Dibawah 1,48 mg/m3. Hasil pendugaan potensi produksi dengan Chlophil-a juga

menunjukkan bahwa potensi produksi Danau Diatas lebih besar dari pada Danau

Dibawah, walaupun nilai chlorophil-a Danau Diatas lebih kecil. Hal tersebut disebabkan

karena luas Danau Diatas lebih besar dari Danau Dibawah.

3.1.16. Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Akustik

Densitas rata-rata ikan pelagis

Dari hasil pengolahan data didapatkan rata-rata densitas melalui pembagian

stratifikasi kedalaman, stratifikasi kedalaman yang dilakukan untuk pelagis adalah

kedalaman 10 m, 20m, 30m, 40m, dan 50 m.Rata-rata densitas diterakan pada Tabel 1

dan Gambar 1.

Page 44: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

34

Gambar 24. Bentuk trek pengambilan data akustik di Perairan Danau Diatas

Sumatera Barat, September 2015

Tabel 11. Rata-rata densitas absolut pada tiap strata kedalaman

Strata Kedalaman Volume Density

1 - 10 m 0.0003

11 - 20 m 0.0004

21 - 30 m 0.0048

31 - 40 m 0.0037

41 - 50 m 0.0003

Dari Tabel dan Gambar dapat dilihat bahwa nilai rata-rata densitas absolut

cenderung meningkat menurut kedalaman, densitas rata-rata tertinggi terdapat pada

strata kedalaman 21-30 m yaitu 0.1775 ekor/1000 m3, sedangkan rata-rata terkecil

adalah strata kedalaman 1-10 m dan 41-50 m, yaitu 0.0003 ekor/1000 m3, dengan rata-

rata 0.0018 ekor/1000 m3.

Page 45: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

35

Gambar 25. Profil densitas rata-rata secara vertikal

Jumlah dan komposisi target (target strength) menurut stara kedalaman perairan

Hasil akustik menunjukkan bahwa target strength (TS) paling banyak terdeteksi

pada strata kedalaman 3 yaitu strata kedalaman 21–30 m, target dengan ukuran kecil,

yaitu target dengan nilai target strength kurang dari –39 dB cenderung meningkat

menurut kedalaman sampai pada strata kedalaman 21-30 m, kemudian menurun seiring

bertambahnya kedalaman, sedangkan target dengan ukuran lebih besar, target dengan

nilai TS lebih dari –39 dB cenderung meningkat menurut kedalaman sampai dengan

strata kedalaman 31-40 m, untuk kemudian menurun menurut bertambahnya

kedalaman. Kecilnya jumlah target yang terdeteksi pada kedalaman lebih dari 40 m

dikarenakan sedikitnya sampling pada perairan dengan kedalaman ini (Tabel ,Gambar ).

Secara umum ikan-ikan dengan ukuran yang lebih besar lebih banyak terdeteksi

pada kedalaman yang lebih dalam, hal ini sesuai dengan perbedaan swimming layer

dari masing-masing ukuran ikan. Ikan dengan ukuran lebih besar cenderung berenang di

perairan dalam dibandingkan ikan berukuran kecil. Nilai komposisi dari masing-masing

target pada tiap strata ini digunakan dalam penentuan komposisi berat yang digunakan

pada tiap strata dalam proses konversi untuk mendapatkan nilai biomassa ikan perairan

Danau Diatas

0,0003 0,0004

0,0048

0,0037

0,0003 0,0000

0,0010

0,0020

0,0030

0,0040

0,0050

0,0060

1 - 10 m 11- 20 m 21 - 30 m 31 - 40 m 41 - 50 m

Page 46: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

36

Tabel 12. Sebaran nilai target strength menurut strata kedalaman perairan

Strata

TARGET STRENGHT

-

60

-

59

-

58

-

57

-

56

-

55

-

54

-

53

-

52

-

51

-

50

-

49

-

48

-

47

-

46

-

45

-

44

-

43

-

42

-

41

-

40

-

39

-

38

-

37

-

36

-

35

-

34

-

33

-

32

-

31

-

30

-

29

-

28

1 - 10 m 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11- 20 m 1 0 6 0 1 2 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 - 30 m 0 0 0 0 0 2 2 0 5 1 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1

31 - 40 m 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 0 0 1

41 - 50 m 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

Tabel 13. Komposisi nilai target strength menurut strata kedalaman perairan

Strata

TARGET STRENGHT

-

60

-

59

-

58

-

57

-

56

-

55

-

54

-

53

-

52

-

51

-

50

-

49

-

48

-

47

-

46

-

45

-

44

-

43

-

42

-

41

-

40

-

39

-

38

-

37

-

36

-

35

-

34

-

33

-

32

-

31

-

30

-

29

-

28

1 - 10 m 60 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11- 20 m 7 0 40 0 7 13 7 20 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 - 30 m 0 0 0 0 0 10 10 0 25 5 10 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 5 0 0 5 0 0 0 5 5 0 5

31 - 40 m 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 18 0 0 0 0 9 0 0 0 0 9 0 0 9 0 0 27 9 0 0 9

41 - 50 m 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 33

Page 47: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

37

Gambar 26. Variasi jumlah target strength menurut strata kedalaman

Gambar 27. Variasi komposisi nilai target strength menurut kedalaman

Hubungan panjang-berat (length-weight relationship)

Hubungan panjang-berat ikan digunakan untuk mengkonversi ukuran panjang

dugaan menjadi berat ikan dugaan, data panjang berat dari ikan-ikan yang ditangkap

di perairan Danau Diatas. Pada penentuan biomassa perairan Danau Diatas, data

0

1

2

3

4

5

6

7

-60 -58 -56 -54 -52 -50 -48 -46 -44 -42 -40 -38 -36 -34 -32 -30 -28

Jum

lah

Target Strenght (db)

1 - 10 m

11- 20 m

21 - 30 m

31 - 40 m

41 - 50 m

0

10

20

30

40

50

60

70

-60 -58 -56 -54 -52 -50 -48 -46 -44 -42 -40 -38 -36 -34 -32 -30 -28

% K

om

po

sisi

Target Srenght (db)

1 - 10 m

11- 20 m

21 - 30 m

31 - 40 m

41 - 50 m

Page 48: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

38

yang digunakan adalah Ikan Seminyak Hubungan panjang berat Seminyak. disertakan

pada Gambar

Gambar 28. Grafik hubungan panjang-berat ikan Seminyak.

Dari data panjang berat ikan yang diperoleh didapatkan persamaan biologi untuk

ikan pelagis W = 0,004 L3,274. Grafik hubungan panjang dan berat kedua jenis ikan

tersebut dikemukakan pada Gambar

Dugaan Biomassa

Dari hasil perhitungan didapatkan luas perairan Danau Diatas adalah kurang

lebih adalah 4.7 mil2, terdiri dari laut dengan kedalaman kurang dari 10 m seluas 4.7

mil2 (100 % dari luas keseluruhan), perairan dengan kedalaman 11–21 m seluas 4.7

mil2 (99.5%), perairan dengan kedalaman 21–30 m seluas 3.6 mil2 (75.6%), perairan

dengan kedalaman 31-40 m seluas 1.8 mil2 (38.7%), perairan dengan kedalaman 41–

50 m seluas 0.3 mil2 (6%). Kedalaman hasil deteksi akustik dikemukakan pada

Gambar. Luas perairan inilah yang dipakai sebagai acuan dalam penentuan volume

perairan untuk menentukan biomassa perairan.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan data yang diperoleh,

didapatkan nilai densitas untuk masing-masing strata kedalaman sebesar 0.05 Kg

untuk strata kedalaman 1-10 m, 0.30 Kg untuk strata kedalaman 11-20 m, 7385.91

Kg untuk strata kedalaman 21-30 m, ton untuk strata kedalaman 0 Kg 31-40 m, 0 Kg

untuk kedalaman 41-50 m, , jadi didapatkan nilai biomassa total untuk perairan Danau

Diatas yang disurvey adalah 7386.26 Kg (Tabel ). Dari Tabel dan Gambar terlihat

bahwa biomassa tertinggi didapatkan pada strata kedalaman 21-30 m, yaitu

y = 0,0047x3,274 R² = 0,913

0

20

40

60

80

100

120

140

0 5 10 15 20 25

Tota

l Le

ngh

t (C

m)

Body Weight (gr)

Page 49: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

39

Tabel 14 . Biomassa ikan pelagis di perairan Danau Diatas, September 2015

Layer Biomassa (Kg) Biomassa (Kg/km2) Biomassa (Kg/ha)

1-10 m 0.05 0.00 0.00

11-20 m 0.30 0.02 0.00

21-30 m 7385.91 606.06 6.06

31-40 m 0.00 0.00 0.00

41-50 m 0.00 0.00 0.00

Total 7386.26 606.08 6.06

Gambar 29. Biomassa tiap strata kedalaman perairan

Sebaran densitas ikan secara horisontal

Penyebaran ikan secara horisontal juga memperlihatkan pola yang

hampirsama, dimana densitas tinggi banyak diketemukan di lapisan kedalaman lebih

dalam (Gambar - ).

0,00

2000,00

4000,00

6000,00

8000,00

1 - 10 m 11- 20 m 21 - 30 m 31 - 40 m 41 - 50 m

Bio

mas

sa (

Kg)

Page 50: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

40

Gambar 30. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 1- 10 m

Gambar 31. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 11-20 m

Page 51: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

41

Gambar 32. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 21–30 m

Gambar 33. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 31-40 m

Page 52: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

42

Gambar 34. Sebaran densitas ikan pada strata kedalaman 41 - 50m

3.1.17. Aspek Biologi Ikan

Tabel 15. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Danau Diatas dan Danau Dibawah

No Nama Lokal Nama Ilmiah Familia

1 Paweh Osteochilus hasselti Cyprinidae 2 Bilih Rasbora sp Cyprinidae 3 Sasau/kulari Hampala

macrolepidota Cyprinidae

4 Siminyak Osteochilus vittatus Cyprinidae 5 Nila Oreochromis

niloticus Cyprinidae

6 Lampuang Cyprinidae

Hubungan Panjang dan Berat

Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3,

hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan

pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik,

yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu

pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang, menunjukkan keadaan

ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif

Page 53: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

43

yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan

keadaan ikan yang kurus (Effendie, 2002).

Tabel 16. Pola pertumbuhan ikan di Danau Diatas dan Danau Dibawah

Survey Jenis Ikan

Lokasi Parameter Hubungan Pola

pertumbuhan N a b R2

I Paweh Danau Diatas 70 0,0039 3,4284 0,8252 Allometrik positif

Sasau Danau Diatas 31 0,0031 3,3009 0,8336 Allometrik positif

Bilih Danau Dibawah 167 0,0122 2,8159 0,8024 Allometrik negatif

II Paweh Danau Diatas 84 0,0094 3,1204 0,9763 Allometrik positif

Siminyak Danau Diatas 46 0,0079 3,1202 0,9796 Allometrik positif

Bilih Danau Dibawah 37 0,0427 2,2343 0,7587 Allometrik negatif

III Paweh Danau Diatas 101 4,4731 0,32224 0,9693 Allometrik negatif

Bilih Danau Dibawah 101 0,0167 2,7803 0,8904 Allometrik negatif

IV Paweh Danau Diatas 62 0,01 3,1062 0,9793 Allometrik positif

Siminyak Danau Diatas 37 0,0098 3,0155 0,8634 Isometrik

Paweh Danau Dibawah 30 0,0147 2,9417 0,9648 Isometrik

Bilih Danau Dibawah 157 0,0043 3,352 0,7506 Allometrik Positif

Hubungan panjang dan berat ikan Paweh Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan sasau Danau Diatas

y = 0,0039x3,4284 R² = 0,8252

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0 10 20 30

y = 0,0031x3,3009 R² = 0,8336

0

5

10

15

20

0 5 10 15

Page 54: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

44

Hubungan panjang dan berat ikan bilih

Danau Dibawah

Gambar 35 . Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 1 (Maret)

Hubungan panjang dan berat ikan Siminyak

Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan paweh Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan bilih

Danau Dibawah

Gambar 36. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 2 (Mei)

y = 0,0122x2,8159 R² = 0,8024

0

2

4

6

8

10

0 5 10 15

y = 0,0079x3,1202 R² = 0,9796

0

20

40

60

80

100

120

140

0 10 20 30

y = 0,0094x3,1204 R² = 0,9763

0

20

40

60

80

100

120

0 5 10 15 20

y = 0,0427x2,2343 R² = 0,7587

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 5 10 15

Page 55: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

45

Hubungan panjang dan berat ikan Paweh

Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan Bilih

Danau Dibawah

Gambar 37 . Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 3 (September)

Hubungan panjang dan berat ikan Siminyak

Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan paweh Danau Diatas

Hubungan panjang dan berat ikan bilih

Danau Dibawah

Hubungan Panjang dan berat ikan paweh

Danau Dibawah

Gambar 38. Pola pertumbuhan ikan Danau Diatas dan Dibawah trip 4 (November)

y = 4,4731x0,3224 R² = 0,9693

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 20 40 60

y = 0,0167x2,7803 R² = 0,8904

0

5

10

15

20

25

0 5 10 15

y = 0,0098x3,0155 R² = 0,8634

0

10

20

30

40

50

0 5 10 15 20

y = 0,01x3,1062 R² = 0,9793

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30

y = 0,0043x3,352 R² = 0,7506

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 5 10 15

y = 0,0147x2,9417 R² = 0,9648

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30

Page 56: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

46

3.1.18. Pertumbuhan

Ikan Paweh (Osteochilus hasselti)

Hasil analisis terhadap distribusi frekuensi panjang berdasarkan pada hasil

tangkapan bulanan dengan menggunakan paket program FISAT II menunjukkan

model pertumbuhan ikan paweh (Osteochilus hasselti) mengikuti persamaan von

Bertalanffy yaitu : Lt = 39,15*(1–exp(-0,86*(t-(-0,47)) atau Lt = 39,15*(1- e-0,86(t+0,47))

(Gambar 2).

Gambar 39. Kurva pertumbuhan ikan paweh di Danau Diatas

Dari analisis menggunakan program FISAT II dengan memasukkan nilai

parameter L∞, K dan rerata suhu air danau, diperoleh tingkat mortalitas alami ikan

paweh di Danau Diatas (M) sebesar 1,39 atau M= 1,39. Selanjutnya dengan analisis

memakai model length converted catch curve, diperoleh nilai mortalitas total (Z)

sebesar 2,99. Nilai mortalitas karena penangkapan (F) diperoleh dari hasil F = Z - M

yaitu sebesar 1,60. Nilai Laju penangkapan adalah E = F/Z yaitu sebesar 0,54. Nilai

laju penangkapan (E) sebesar 0,54 mengindikasikan laju penangkapan ikan paweh di

Danau Diatas sudah diatas nilai optimumnya (E = 0,5).

2) Ikan Seminyak (Osteochilus waandersii)

Hasil analisis terhadap distribusi frekuensi panjang berdasarkan pada hasil

tangkapan bulanan dengan menggunakan paket program FISAT II menunjukkan

model pertumbuhan ikan seminyak (Osteochilus waandersii) mengikuti persamaan

von Bertalanffy yaitu : Lt = 30,5*(1–exp(-0,41*(t-(-0,67)) atau Lt = 30,5*(1- e-0,41(t+0,67))

(Gambar 3).

Page 57: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

47

Gambar 40. Kurva pertumbuhan ikan seminyak di Danau Diatas

Dari analisis menggunakan program FISAT II dengan memasukkan nilai

parameter L∞, K dan rerata suhu air danau, diperoleh tingkat mortalitas alami ikan

seminyak di Danau Diatas (M) sebesar 0,92 atau M= 0,92. Selanjutnya dengan

analisis memakai model length converted catch curve, diperoleh nilai mortalitas total

(Z) sebesar 1,76. Nilai mortalitas karena penangkapan (F) diperoleh dari hasil F = Z -

M yaitu sebesar 0,84. Nilai Laju penangkapan adalah E = F/Z yaitu sebesar 0,48. Nilai

laju penangkapan (E) sebesar 0,48 mengindikasikan laju penangkapan ikan seminyak

di Danau Diatas masih dibawah nilai optimumnya (E = 0,5).

2) Ikan Sasau (Hampala macrolepidota)

Hasil analisis terhadap distribusi frekuensi panjang berdasarkan pada hasil

tangkapan bulanan dengan menggunakan paket program FISAT II menunjukkan

model pertumbuhan ikan sasau (Hampala macrolepidota) mengikuti persamaan von

Bertalanffy yaitu : Lt = 68,65*(1–exp(-0,25*(t-(-0,76)) atau Lt = 68,65*(1- e-0,25(t+0,76))

(Gambar 4).

Page 58: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

48

Gambar 41. Kurva pertumbuhan ikan sasau/kulari di Danau Diatas

Dari analisis menggunakan program FISAT II dengan memasukkan nilai

parameter L∞, K dan rerata suhu air danau, diperoleh tingkat mortalitas alami ikan

sasau di Danau Diatas (M) sebesar 0,53 atau M= 0,53. Selanjutnya dengan analisis

memakai model length converted catch curve, diperoleh nilai mortalitas total (Z)

sebesar 1,22. Nilai mortalitas karena penangkapan (F) diperoleh dari hasil F = Z - M

yaitu sebesar 0,69. Nilai Laju penangkapan adalah E = F/Z yaitu sebesar 0,57. Nilai

laju penangkapan (E) sebesar 0,57 mengindikasikan laju penangkapan ikan sasau di

Danau Diatas sudah diatas nilai optimumnya (E = 0,5).

Parameter populasi dari 3 jenis ikan dominan yang tertangkap nelayan di Danau

Diatas yang diperoleh dari hasil analisis dan perhitungan semuanya dicantumkan

dalam Tabel .

Page 59: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

49

Tabel 17. Nilai analisis parameter populasi dari 3 jenis ikan dominan di Danau Diatas

No

Parameter Populasi Simbol

Nilai Parameter Populasi Ikan

Paweh

Seminyak

Sasau

1 Panjang infinitif (cm) L∞ 39,15

30,50

68,65

2 Koefisien pertumbuhan K 0,86

0,41 0,25

3 Umur teoritis saat Lt= 0 cm to -0,47

-0,67

-0,76

4 Indeks Performansi Pertumbuhan

Φ 3,1199

2,5814

3,0712

5 Mortalitas alami M 1,39

0,92 0,53

6 Mortalitas penangkapan F 1,60

0,84 0,69

7 Mortalitas total Z 2,99

1,76 1,22

8 Laju eksploitasi E 0,54

0,48 0,57

3.1.19. Kebiasaan makan

Berdasarkan pola kebiasaan pakannya, jenis ikan dapat dikelompokkan dalam 3

kelompok (Yanes-Arancibia,1980 dalam Samuel, et al., 2011) yaitu : Konsumen

tingkat pertama, termasuk golongan pemakan plankton (fito-dan atau zooplankton),

pemakan detritus dan pemakan vegetasi lainnya serta omnivora (pemakan detritus,

vegetasi lainnya dan organisme kecil); Konsumen tingkat dua, kelompok ini

didominasi oleh ikan karnivora, dimana kelompok ikan ini sedikit mengkonsumsi

vegetasi dan detritus, sedangkan pakan utamanya makro dan mikro benthos dan ikan

kecil ; konsumen tingkat tiga, merupakan kelompok ikan yang sangat karnivorous

dengan pakan utamanya makrozoobenthos dan ikan.

Page 60: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

50

Gambar 42. Isi saluran pencernaan ikan Bilih Danau Dibawah.

Urutan kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam tiga golongan yaitu

pakan utama, pelengkap, dan tambahan. Sebagai batasan yang dimaksud dengan

pakan utama adalah jenis pakan yang mempunyai index of preponderance lebih

besar dari 25%, pakan pelengkap antara 4-25%, dan pakan tambahan kurang dari 4%.

Grafik Diatas menunjukkan bahwa ikan bilih mempunyai tipe omnivor, dengan

makanan utama serat tumbuhan, dan makanan pelengkapnya berupa semut.

3.1.20. Nisbah Kelamin

Gambar 43. Nisbah Kelamin Ikan Danau Diatas dan Danau Dibawah

Dari grafik Diatas terlihat bahwa jumlah ikan berkelamin betina di kedua

danau lebih banyak dari ikan berkelamin jantan. ). Hal ini disebabkan jumlah individu

betina yang tertangkap lebih banyak. Dikatakan oleh Pralampita et al (2003) bahwa

64%

30%

6%

Isi saluran pencernaan ikan bilih Danau di Bawah

Serat tumbuhan tercerna semut

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV

Danau di Atas Danau di Bawah

Nisbah Kelamin

Betina

Jantan

Page 61: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

51

individu betina yang lebih banyak daripada jantan atau sebaliknya dapat saja

disebabkan oleh perbedaan perilaku yang bersifat spasio-temporal, misalnya yang

berkaitan dengan proses reproduksi, tabiat pakan dan makan (food and feeding

habits), ruaya dan lain sebagainya.

3.1.21. Tingkat Kematangan Gonad

Gambar 44. Sebaran TKG Ikan Danau Diatas

Gambar 45. Sebaran TKG Ikan Danau Dibawah

Dari gambar dapat diketahui bahwa dikedua Danau pada bulan Maret dan

Mei, sebagian besar ikan belum matang gonad. Gonad berada dalam tingkat

kematangan 1-2. Terjadi pergeseran tingkat kematangan dari Maret ke Mei. Pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3

Maret Mei Oktober November

Sebaran TKG Ikan Danau di Atas

Paweh

Siminyak

Sasau

0

10

20

30

40

50

60

70

B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3 B1 B3 J1 J3

Maret Mei Oktober November

Sebaran TKG Ikan Danau di Bawah

Lampuang

Siminyak

Kulari

Paweh

Nila

Bilih

Page 62: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

52

Maret sebagian besar berada tingkat I, sedangkan pada Mei bergeser ke tingkat

kematangan II. Sebagian besar ikan paweh jantan baik di Danau Diatas maupun

Danau Dibawah mempunyai tingkat kematangan gonad 4. Pada Oktober dan

November, tingkat kematangan gonad ikan kembeli pengalami perubahan. Sebagian

besar ikan mempunyai tingkat kematangan gonad 3 dan 4. Hal tersebut disebabkan

pada Oktober dan November terjadi peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

Ikan sedang mempersiapkan diri untuk memijah.

3.1.22. Indeks Kematangan Gonad

IKG akan semakin meningkat nilainya dan akan mempunyai batas maksimum

pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibanding ikan

jantan. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dan pola

pemijahan (pobersonaibaho.wordpress.com). Bagenal (1969) mengatakan bahwa ikan

yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat

memijah lebih dari satu kali setiap tahunnyaal ini sesuai dengan laporan Pulungan et

al, 1994 menyatakan bahwa pada umumnya ikan yang hidup di perairan tropis dapat

memijah sepanjang tahun dengan nilai IKG yang lebih kecil pada saat ikan tersebut

matang gonad.

Tabel 18. IKG di danau Diatas dan Danau Dibawah

Jenis Ikan Lokasi IKG (%)

Bilih Danau Dibawah 12,67

Nila Danau Dibawah 1,165

Paweh danau Diatas 14,15

Bagenal (1969) mengatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil

dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahun.

Ikan bilih, nila, dan paweh mempunyai IKG < 20%, sehingga termasuk kelompok ikan

yang dapt memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan laporan

Pulungan et al, 1994 menyatakan bahwa pada umumnya ikan yang hidup di perairan

tropis dapat memijah sepanjang tahun dengan nilai IKG yang lebih kecil pada saat

ikan tersebut matang gonad.

3.1.23. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan

ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya.

Tiap species ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan

Page 63: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

53

ikan-ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan

letak geografis yang berbeda (Nasution, 2005).

Untuk menentukan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) digunakan

metode Spearman dan Karber (Udupa, 1986). Dalam penelitian ini hanya ikan betina

yang dianalisis. Hasil analisa ukuran pertama kali matang gonad ikan paweh Danau

Diatas adalah 15,87 cm, sedangkan untuk jenis ikan bilih (rasbora) danau dibawah

adalah sebesar 10,75 cm.

3.1.24. Fekunditas

Tabel 19. Fekunditas di danau Diatas dan Danau Dibawah

Jenis Ikan Lokasi Fekunditas (butir)

Bilih Danau Dibawah 9941

Nila Danau Dibawah 1688

Paweh danau Diatas 5572

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ikan bilih mempunyai fekunditas yang

paling tinggi dibandingkan dengan nila dan paweh. Fekunditas pada suatu spesies

ikan dapat berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Fekunditas

mempunyai keterkaitan umur, panjang atau bobot individu dan spesies ikan.

Fekunditas dan diameter telur juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetis, terutama

ketersediaan makanan bagi induk ikan. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya

mempunyai fekunditas relatif lebih kecil dibandingkan ikan-ikan yang lebih muda.

Fekunditas maksimum dicapai pada ikan yang masih muda (www.seafooddict.com).

3.1.25. Diameter Telur

Kamler (1992) mengajukan sebuah persamaan kelangsungan hidup untuk ikan

pelagis laut, laju mortalitas telur dan larva berbanding terbalik dengan ukuran telur.

Bila tidak ada makanan ekternal, larva yang lebih besar yang berasal dari telur yang

besar dapat bertahan hidup lebih lama dibanding larva yang berasal dari telur yang

kecil (www.damandiri.or.id, 23 November 2011). Bagenal (1969) mengatakan bahwa

ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan. Benih ikan brown trout

yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup yang lebih tinggi

daripada ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Hal ini terjadi karena

kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga larva yang

dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat daya tahan

tubuh yang lebih tinggi dibandingkan telur-telur yang berukuran kecil.

Page 64: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

54

Tabel 20. Kisaran Diameter Telur Ikan

Nama Ikan Lokasi Diameter (mm)

Nila Danau Dibawah 0,8-1,8

Bilih Danau Dibawah 0,5-0,8

Paweh Danau Diatas 0,6-1,4

Hasil pengukuran diameter telur menunjukkan bahwa diameter ikan nila dan ikan

paweh mempunyai ukuran yang relatif sama dengan sebaran yang cukup luas. Ikan

bilih mempunyai diameter telur yang lebih kecil dengan sebaran ukuran yang sempit,

bisa dikatakan hampir seragam.

3.1.26. Penangkapan

Kegiatan perikanan di perairan Danau Diatas dan Danau Dibawah meliputi

kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Kegiatan penangkapan dilakukan setiap

hari dengan menggunakan berbagai alat tangkap terutama jaring insang dengan

ukuran mata jaring yang bervariasi mulai dari ukuran 1, 1,5; 1,75; 2,5; 3,3,5 serta 5

inchi. Wilayah penangkapan umumnya di sekitar pemukiman dan di daerah litoral

danau. Wilayah penangkapan utama di perairan Danau Diatas adalah hampir

diseluruh tepian danau. Di danau Diatas jumlah nelayanya lebih banyak dibanding

dengan danau dibawah. Hasil tangkapan ikan digunakan untuk memenuhi konsumsi

sendiri dan dijual di pasar Danau Diatas dan Danau Dibawah. Berdasarkan BPS 2013,

jumlah rumah tangga penangkap ikan danau Diatas sebanyak 203, kapal motor 11

buah, perahu motor tempel 15 buah, perahu tanpa motor 169 buah. Alat tangkap

pukat 56 buah, jaring 115. Sedangkan di Danau Dibawah terdapat 17 rumah tangga

penangkap ikan. Jumlah perahu motor 3 buah tapi hanya 1 yang bisa dioperasikan,

sedangkan perahu tanpa motor 17 buah.

Aktivitas Penangkapan

Aktivitas penangkapan di perairan Danau Diatas dan Dibawah dilakukan

hampir setiap hari oleh masyarakat dan nelayan di sekitar perairan tersebut. Aktivitas

penangkapan umumnya masih dalam skala kecil dengan menggunakan peralatan

yang sederhana. Aktivitas tersebut umumnya menggunakan perahu kayu kecil yang

menggunakan dayung dengan jumlah nelayan 1 atau paling banyak 2 orang. Hasil

tangkapan umumnya langsung di kumpulkan dalam bentuk ikatan ikatan kecil (tingkil).

Page 65: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

55

Kegiatan pemasangan alat tangkap jaring ikan biasanya dilakukan sore hari kemudian

diangkat pagi hari keesokan harinya. Hasil tangkapan sesegera mungkin dibawa ke

pasar setempat. Dalam satu kali angakt jaring insang minimal nelayan mendapat 1 kg

ikan pada saat musim sepi ikan, namun pada saat musim ikan bisa mencapai 5-6 kg.

Tiap nelayan dalam sekali memasang biasanya sekitar 5 buah-10 buah jaring, namun

pada musim sepi hanya 1-3 jaring sekali pasang. Alat tangkap yang digunakan di

Danau Diatas dan Dibawah yaitu jaring, jala, bubu, tombak, pancing. Jaring yang

paling banyak digunakan nelayan baik di Danau Diatas maupun Danau Dibawah.

Hasil tangkapan utama ikan di Danau Diatas adalah ikan Paweh sedangkan di danau

Dibawah adalah ikan bilih (Rasbora sp) ikan ini mendominasi lebih dari 50 % dari

tangkapan jaring insang.

Kegiatan Budidaya

Disamping kegiatan penangkapan di Danau Diatas maupun Danau bawah juga

terdapat kegiatan budidaya keramba jaring apung. Di Danau Diatas kegiatan budidaya

KJA terdapat di daerah outlet, daerah darmaga, daerah gurun datar. Ikan yang

dibudidayakan di KJA adalah ikan mas, lele, serta ikan nila. Namun tidak semua KJA

di danau Diatas dapat berhasil dan bertahan, banyak KJA yang gagal karena

terserang penyakit dan pertumbuhanya lambat, sehingga secara ekonomi tidak

menguntungkan lagi. Nelayan di Danau Diatas sebagian besar merupakan nelayan

sambilan, pekerjaan utamanya adalah berkebun tanaman sayur. Sedangkan di danau

Dibawah KJA terdapat di sekitar outlet Danau Dibawah, terdapat 2 kelompok nelayan

di Danau Bawah dan mendapat bantuan KJA dari pemerintah setempat. Ikan yang

dibudidayakan adalah ikan nila dan ikan mas. Ikan hasil budidaya dijual dipasaran

lebih murah dibandingkan dengan ikan hasil tangkapan. Sama halnya dengan di

danau Diatas, nelayan di danau Dibawah sebagian besar merupakan nelayan

sambilan yang pekerjaan utamanya adalah berkebun sayur.

3.1.27. Plankton

Plankton merupakan semua jasad hidup nabati (tumbuhan) dan hewani

(hewan) yang hidup bebas di perairan dengan kemampuan gerak terbatas, sehingga

sebagian besar gerakanya secara pasif mengikuti pergerakan arus air (Newell

&Newell, dalam Asriyana dan Yuliana, 2012). Plankton nabati (fitoplankton) memiliki

peranan yang penting dalam perairan yaitu sebagai penyedia utama oksigen terlarut

dalam air melalui proses fotosintesis. Selain itu fitoplankton menempati posisi dasar

dalam trophik level diperairan,atau produsen primer sehingga keberadaanya sangat

penting bagi perairan. Struktur komunitas fitoplankton dan zooplankton dicirikan oleh

Page 66: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

56

indeks-indeks biologi berupa jumlah individu dan spesies, kelimpahan (K), indeks

diversitas (H’) dan dominansi (C).

Fitoplankton yang ditemukan di Danau Diatas dan Danau Dibawah terdiri atas 3

kelas yaitu Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae. Dimana yang paling

mendominasi adalah kelas Chlorophyceae diikuti oleh Bacillariophyceae, dan

Cyanophyceae baik di Danau Diatas maupun Danau Dibawah.

Fitoplankton yang ditemukan di Danau Diatas trip 1 terdiri dari 14 genera yaitu

Navicula, Diatoma, Melosira, Synedra, Pinularia, Ulothrix, Mougeotia, Pleurotaenium,

Straurastum, Oedogonium, Spyrogyra, Oscillatoria, Selenastrum dan Aphanocapsa.

Sedangkan fitoplankton yang ditemukan di danau Dibawah trip 1 terdiri atas 15 genera

yaitu Diatoma, Melosira, Coscinodiscus, Cymbella, Ulothrix, Mougeotia, Tribonema,

Pediastrum, Pleurotaenium, Scenedesmus, Coconeis, Straurastum, Oscillatoria,

Gomphosphaeria, dan Raphidium.

Fitoplankton yang ditemukan di Danau Diatas trip 2 terdiri dari 24 genera yaitu

Ulotrix, closterium, mougeotia, pleodorena, scenedesmus, spondylosium, staurastrum,

endorina, spirogyra, sphaerocystis,oscillatoria, diatoma,cyclotella, synedra,

stephanodiscus, chaetoceras, coscinodiscus, cymbella, actinella, navicula,

gomphonema, bacteriastrum, nithzhia,dan tabellaria. Sedangkan fitoplankton yang

ditemukan di Danau dibawah trip 2 terdiri dari 22 genera yaitu Ulotrix, closterium,

mougeotia, scenedesmus, spondylosium, staurastrum, endorina, arthrodesmus,

sphaerocystis,oscillatoria, diatoma,cyclotella, synedra, stephanodiscus, coscinodiscus,

cymbella, navicula, gomphonema, bacteriastrum, nithzhia,gyrosigma, pinularia.

Zooplankton yang ditemukan di danau Diatas trip 1 terdiri atas 4 kelas yaitu

Mastigophora, Ciliata, Crustacea, dan Monogononta. Sedangkan Didanau Dibawah

terdiri atas 4 kelas yaitu Mastigophora, Ciliata, Sacrodina, dan Monogononta. Terdapat

16 genera di Danau Diatas yaitu Euglena, Peridinium, Achtinophyrus, Gastrostyla,

Oxytrycha, Paramecium, Cyclops, Diaptomus, Nauplius, Trichocerca,Anureopsis,

Euchlanis, Moina, Brachionus, Hexartha, Keratella. Sedangkan di Danau Dibawah trip

1 terdapat 7 genera yaitu Peridinium, Euplotes, Oxytrycha, Difflugia,Notholca,

Argonotholca,Keratella.

Zooplankton yang ditemukan di danau Diatas trip 2 terdiri atas 5 kelas yaitu

Sacrodina, Mastigophora, Cilliata, rotifer, crustacea. Sedangkan di Danau Bawah

terdiri atas empat kelas yaitu Sacrodina, Mastigophora, Cilliata, rotifer. Terdapat 12

genera di Danau Diatas yaitu diflugia, euglena, phacus, dtylum, peridinium, oxitricha,

Page 67: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

57

coleps, karatella, brachionus, Cyclops, nauplius, hexathra. Sedangkan di Danau

Dibawah terdapat 5 genera yaitu diflugia, peridinium, oxitricha, coleps, brachionus,

Fitoplankton yang ditemukan di Danau Diatas trip 3 terdiri dari 16 genera yaitu

Ulotrix, closterium, mougeotia, spondylosium, staurastrum, spirogyra,

ankistrodesmussmus, diatoma,cyclotella, synedra, chaetoceras, cymbella, ,

bacteriastrum, nithzhia, surirella dan Rhoicosphenia. Sedangkan fitoplankton yang

ditemukan di Danau dibawah trip 3 terdiri dari 16 genera yaitu Ulotrix, closterium,

mougeotia, spondylosium, staurastrum, ankistrodesmussmus, pediastrum, diatoma,

cyclotella, synedra, cymbella, navicula, nithzhia, surirella, dan melosira.

Zooplankton yang ditemukan di danau Diatas trip 3 terdiri atas 5 kelas yaitu

Sacrodina, Mastigophora, Cilliata, rotifer, crustacea. Sedangkan di Danau Bawah

terdiri atas empat kelas yaitu Sacrodina, Cilliata, rotifer dan crustacea. Terdapat 18

genera di Danau Diatas yaitu diflugia, peridinium, oxitricha, coleps, raphidiophry,

colpoda, karatella, brachionus, euchlanis, mytillina, trichocerca, Floscularidae,

Monostyla, Asplanchna, Cyclops, hexathra, Ceriodaphnia, Polyarthra. Sedangkan di

Danau Dibawah terdapat 9 genera yaitu diflugia, coleps, Raphidiophrys, Keratella,

brachionus, euchlanis, Cyclops, hexathra, dan Ceriodaphnia.

Trip 1

Trip 2

0

50

100

150

200

250

300

350

Tandukkecil

Gurundatar

Inlet Tengah Outlet

kelim

pah

an (

sel/

L)

Stasiun

0

50

100

150

200

250

tengah inlet outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(se

l/l)

Stasiun

Page 68: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

58

Trip 3

Gambar 46. Grafik kelimpahan Fitoplankton Danau Diatas trip 1, trip 2 dan trip 3

Dari grafik kelimpahan diatas dapat dilihat bahwa kelimpahan fitoplankton Danau

Diatas trip 1 yang tertinggi pada stasiun Gurun datar (302.86 sel/l) kemudian

diikutiberturut-turut Stasiun Inlet (284,64 sel/l), stasiun Tengah ( 196,31 sel/l), stasiun

outlet (81,53 sel/L), stasiun tanduk kecil 70,34. Pada trip 2 Stasiun tengah memiliki

nilai kelimpahan yang tertinggi. Pada trip ketiga justru stasiun Tanduk kecil memiliki

nilai kelimpahan tertinggi yaitu 509 sel/l.

Trip 1

Trip 2

0

100

200

300

400

500

600

Tengah Inlet Outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(se

l/L)

Stasiun

0

100

200

300

400

Tengah Inlet Outlet

Ke

limp

ahan

(Se

l/L)

Stasiun

0

500

1000

tengah inlet outlet KB ALKe

limp

ahan

(se

l/l)

Stasiun

Page 69: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

59

Trip 3

Gambar 47. Grafik kelimpahan Fitoplankton Danau dibawah trip 1, trip 2, dan trip 3.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kelimpahan fitoplankton di Danau

Dibawah trip 1 tertinggi pada stasiun outlet yaitu 348,28 sel/L, kemudian diikuti oleh

stasiun tengah(276,43 sel/L) dan stasiun outlet 49,14 sel/L. Pada stasiun 2

kelimpahan tertinggi tetap pada stasiun inlet. Sedangkan pada trip 3 yang tertinggi

pada stasiun outlet yaitu 235 sel/L.

Trip 1

Trip 2

Trip 3

0

50

100

150

200

250

Tengah Inlet outlet KB AL

Ke

limp

ahan

(se

l/l)

Stasiun

010203040

kelim

pah

an

(In

div

idu

/L)

Stasiun

0

5

10

15

20

tengah inlet outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(in

d/l

)

Stasiun

0

5

10

15

20

25

30

35

Tengah Inlet Outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(in

d/L

)

Stasiun

Page 70: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

60

Gambar 48. Grafik kelimpahan Zooplankton Danau Diatas Trip 1,Trip 2 dan Trip 3.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kelimpahan zooplankton di danau Diatas

trip 1 tertinggi pada stasiun gurun datar (29,15 ind/L) sama seperti pada fitoplankton

pada stasiun ini juga tertinggi, kemudian diikuti oleh stasiun outlet (25,27 ind/L),

stasiun tengah (10,43 ind/L), stasiun Tanduk Kecil (7,17 ind/L) dan paling rendah ada

pada stasiun outlet (4,85 ind/L). Pada trip 2 juga Gurun Datar memiliki kelimpahan

tertinggi diikuti oleh stasiun outlet, tanduk kecil, tengah dan inlet. Sedangkan pada trip

ketiga stasiun inlet memiliki kelimpahan tertinggi yaitu 31 ind/l dan terendah pada

stasiun Gurun Datar yaitu 12 ind/L.

Trip 1

Trip 2

Trip 3

Gambar 49. Grafik kelimpahan zooplankton Danau Dibawah Trip 1, Trip 2 dan Trip 3

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Trip 1 stasiun outlet memiliki kelimpahan

zooplankton tertinggi yaitu 11,78 ind/L, kemudian diikuti stasiun tengah (2,04 ind/L)

dan stasiun inlet (1,75 ind/L). Pada trip 2 juga terlihat bahwa stasiun outlet juga

memiliki kelimpahan tertinggi. Namun pada trip 3 stasiun tengah memiliki nilai

kelimpahan tertinggi (8 ind/L) dan terendah pada stasiun outlet.

0

5

10

15

Tengah Inlet Outlet

Ke

limp

ahan

(In

d/L

)

Stasiun

0

5

10

15

tengah inlet outlet KB AL

Ke

limp

ahan

(In

d/l

)

Stasiun

02468

10

Ke

limp

ahan

(in

d/L

)

Stasiun

Page 71: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

61

3.1.28. Makrozoobentos

Berdasarkan hasil pengamatan komposisi makrozoobentos perairan Danau

Diatas terdiri dari tiga filum, yaitu Annelida, Arthropoda dan Molluska. Filum Annelida

terdiri dari 2 famili (Tubificidae dan Naididae); Filum Arthropoda 1 famili

(Chironomidae); sedangkan Mollusca 4 famili (Thiaridae, Viviparidae, lymnaeidae, dan

Corbiculidae). Filum Molluska memiliki kelimpahan dan dominansi yang lebih tinggi

dibanding filum lainnya. Sedangkan Danau Dibawah terdiri dari dari tiga filum, yaitu

Annelida, Arthropoda dan Molluska. Filum Annelida terdiri dari 2 famili (Tubificidae dan

Naididae); Filum Arthropoda 1 famili (Chironomidae); sedangkan Mollusca 3 famili

(Thiaridae, ampullaridae, dan Corbiculidae)

Makrozoobentos yang ditemukan pada trip pertama Danau Diatas didapatkan

sejumlah 16 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

perairan danau pada trip pertama berkisar antara 370-2519 ind/m2, indeks

keanekaragaman (H’) 0,5-1,4 serta dominansi (D) 0,18-0,53 (Gambar 50). Jenis

makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Diatas berasal dari kelas molluska.

Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun Outlet sedangkan terendah

berada di stasiun Tanduk Kecil. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman

makrozoobentos, perairan Danau Diatas memiliki nilai keanekaragaman

makrozoobentos yang rendah (Odum, 1971). Sedangkan berdasarkan Indeks

Dominansi, perairan Danau Diatas memiliki nilai Dominansi yang rendah hingga

sedang (Odum, 1971). Sedangkan makrozoobenthos yang didapatkan di Danau

Dibawah berjumlah 8 spesies yang terdiri dari dua kelas. Kelimpahan

makrozoobenthos Danau Dibawah berkisar antara 118-948 ind/m2, indeks

keanekaragaman (H’) 0,48-0,51 serta dominansi (D) 0,53-0,59. Jenis makrozoobentos

yang melimpah di perairan Danau Bawah berasal dari kelas molluska. Stasiun outlet

memiliki nilai kelimpahan yang lebih tinggi. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman

makrozoobentos, perairan Danau Dibawah memiliki nilai keanekaragaman

makrozoobentos yang rendah (Odum, 1971). Sedangkan berdasarkan Indeks

Dominansi, perairan Danau Diatas memiliki nilai Dominansi yang sedang (Odum,

1971)

Makrozoobentos yang ditemukan pada trip kedua di Danau Diatas didapatkan

sejumlah 15 spesies yang terdiri dari tiga kelas. Kelimpahan makrozoobentos perairan

danau Diatas pada trip kedua berkisar antara 66-2355 ind/m2, indeks

keanekaragaman (H’) 0,63-2,05 serta dominansi (D) 0,15-0,55 (Gambar 51). Jenis

makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Diatas berasal dari kelas Molluska.

Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun outlet sedangkan terendah

Page 72: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

62

berada di stasiun Tanduk Kecil. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman

makrozoobentos, perairan Danau Diatas memiliki nilai keanekaragaman

makrozoobentos yang rendah hingga sedang (Odum, 1971). Sedangkan berdasarkan

Indeks Dominansi, perairan Danau Diatas memiliki nilai Dominansi yang rendah

hingga sedang (Odum, 1971). Sedangakan makrozoobenthos trip kedua yang

ditemukan di Danau Dibawah sejumlah 12 spesies yang terdiri dari tiga

kelas.Kelimpahan makrozoobenthos di Danau Dibawah trip kedua berkisar antara 88-

1577 2355 ind/m2, indeks keanekaragaman (H’) 0,56-1,44 serta dominansi (D) 0,31-

063. Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Diatas berasal dari

kelas Molluska. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun outlet

sedangkan terendah berada di stasiun inlet. Berdasarkan nilai indeks

keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Diatas memiliki nilai

keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang (Odum, 1971).

Sedangkan berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Diatas memiliki nilai

Dominansi yang rendah hingga sedang (Odum).

Kelimpahan danau Diatas trip 1

Kelimpahan Danau Dibawah Trip 1

Indeks Keanekaragaman danau Diatas trip 1

Indeks keanekaragaman danau dibawah trip 1

0

1.000

2.000

3.000

inlet outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(in

d/m

2)

Stasiun

0

200

400

600

800

1000

Inlet outlet

Ke

limp

ahan

(in

d/m

2)

Stasiun

0

0,5

1

1,5

inlet outlet GD TKInd

eks

Ke

ane

kara

gam

an

Stasiun

0,45

0,46

0,47

0,48

0,49

0,50

0,51

Inlet outletInd

eks

Ke

ane

kara

gam

an

Stasiun

Page 73: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

63

Indeks Dominansi Danau Diatas Trip 1

Indeks Dominansi Danau Dibawah Trip 1

Gambar 50 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos perairan

Danau Diatas dan Dibawah trip-1 (Maret).

Kelimpahan Danau Diatas trip 2

Kelimpahan danau Dibawah Trip 2

Indeks Keanekaragaman Danau Diatas trip 2

Indeks Keanekaragaman Danau Dibawah trip 2

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

inlet outlet GD TK

Ind

eks

Do

min

ansi

Stasiun

0,5

0,52

0,54

0,56

0,58

0,6

Inlet outlet

Ind

eks

Do

min

ansi

Stasiun

0

500

1000

1500

2000

2500

Inlet outlet GD TK

Ke

limp

ahan

(in

d/m

2)

Stasiun

0

500

1000

1500

2000

Inlet outlet GD

Ke

limp

ahan

(in

d/m

2)

Stasiun

0

0,5

1

1,5

2

2,5

Inlet outlet GD TK

Ind

eks

Ke

ane

kara

gam

an

Stasiun

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

Inlet outlet GD

Ind

eks

Ke

ane

kara

gam

an

Stasiun

Page 74: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

64

Indeks Dominansi Danau Diatas trip 2

Indeks Dominansi Danau Dibawah Trip 2

Gambar 51. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentos perairan

Danau Diatas dan Dibawah trip-2 (Mei).

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan di Danau Diatas dan Danau

Dibawah, disimpulkan berbagai hal berikut :

a. Substrat dasar Danau Diatas dan Danau Dibawah sebagian besar adalah lumpur

berpasir

b. Kedalaman maksimal Danau Diatas adalah 48 m, sedangkan kedalaman maksimal

Danau Dibawah adalah 360 m. Topografi dasar Danau Diatas cenderung landai,

sedangkan Danau Dibawah berbukit-bukit.

c. Berdasarkan nilai kecerahan, Danau Diatas dan Danau Dibawah termasuk ke dalam

perairan oligotrofik.

d. Suhu perairan di Danau Diatas dan Danau Dibawah Nilai pH di Danau Diatas dan

Danau Dibawah ideal untuk mendukung kehidupan ikan.

e. Kadar oksigen terlarut di Danau Diatas dan Danau Dibawah cukup untuk mendukung

kehidupan organisme perairan

f. Kadar karbondioksida bebas Danau Diatas dan danau Dibawah layak untuk

menunjuang kehidupan ikan.

g. Danau Diatas dan Danau Dibawah masih tergolong perairan yang alami dengan

alkalinitas yang masih baik dan masuk ke dalam perairan lunak (soft water).

h. DHL Danau Diatas dan Danau Dibawah mendukung untuk kehidupan ikan.

i. Kadar nitrat Danau Diatas ada yang melebihi 0,2 mg/l yang bisa menstimulasi

eutrofikasi dan mempercepat pertumbuhan algae dan tumbuhan air. Kadar Nitrat

Danau Dibawah mengindikasikan bahwa Danau Dibawah masih tergolong perairan

alami.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Inlet outlet GD TK

Ind

eks

Do

min

ansi

Stasiun

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

Inlet outlet GD

Ind

eks

Do

min

ansi

Stasiun

Page 75: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

65

j. Kadar amonia bebas di Danau Diatas dan Danau Dibawah aman bagi kehidupan

organisme akuatik.

k. Berdasarkan nilai ortofosfat, perairan Danau Diatas dan Danau Dibawah termasuk

dalam perairan oligotrofik.

l. Berdasarkan nilai total fosfat, perairan Danau Diatas dan Danau Dibawah termasuk

dalam perairan oligotrofik.

m. Hasil pengukuran dan perhitungan dengan menggunakan kadar chlorophil-a, a

Danau Diatas dan danau Dibawah berada pada status oligotrofik, yang dicirikan

dengan air jernih, mengandung sedikit nutrien, biasanya cukup dalam, dan

produktivitas primer rendah.

n. Hasil pendugaan potensi produksi dengan MEI menunjukkan bahwa potensi

potensial Danau Diatas lebih besar daripada Danau Dibawah. Hal tersebut

disebabkan kedalaman Danau Diatas lebih kecil daripada Danau Dibawah, sehingga

kandungan mineral atau unsur hara dalam perairan menjadi lebih tinggi dari Danau

Dibawah. Kandungan mineral yang lebih tinggi direfleksikan dalam nilai DHL yang

lebih tinggi.

o. Hasil pendugaan potensi produksi dengan Chlophil-a juga menunjukkan bahwa

potensi produksi Danau Diatas lebih besar dari pada Danau Dibawah, walaupun nilai

chlorophil-a Danau Diatas lebih kecil. Hal tersebut disebabkan karena luas Danau

Diatas lebih besar dari Danau Dibawah.

p. Hasil survey akustik, nilai biomassa total untuk perairan Danau Diatas yang disurvey

adalah 7386.26 Kg

q. Laju penangkapan ikan paweh di Danau Diatas sudah diatas nilai optimumnya (E =

0,5) dengan nilai laju penangkapan (E) sebesar 0,54. Laju penangkapan ikan

seminyak di Danau Diatas masih dibawah nilai optimumnya (E = 0,5) dengan nilai

laju penangkapan (E) sebesar 0,48. laju penangkapan ikan sasau di Danau Diatas

sudah diatas nilai optimumnya (E = 0,5) dengan nilai laju penangkapan (E) sebesar

0,57.

r. ikan bilih mempunyai tipe omnivor, dengan makanan utama serat tumbuhan, dan

makanan pelengkapnya berupa semut.

s. jumlah ikan berkelamin betina di kedua danau lebih banyak dari ikan berkelamin

jantan. Pada Oktober dan November, tingkat kematangan gonad ikan kembeli

pengalami perubahan. Sebagian besar ikan mempunyai tingkat kematangan gonad 3

dan 4 sebagai persiapan untuk memijah. Ikan bilih, nila, dan paweh mempunyai IKG

< 20%, sehingga termasuk kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali

setiap tahunnya.

Page 76: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

66

t. ikan bilih mempunyai fekunditas yang paling tinggi dibandingkan dengan nila dan

paweh. Hasil pengukuran diameter telur menunjukkan bahwa diameter ikan nila dan

ikan paweh mempunyai ukuran yang relatif sama dengan sebaran yang cukup luas.

Ikan bilih mempunyai diameter telur yang lebih kecil dengan sebaran ukuran yang

sempit, bisa dikatakan hampir seragam

u. Ukuran pertama kali matang gonad untuk jenis ikan paweh danau diatas adalah

15,87 cm, sedangkan untuk jenis ikan bilih (rasbora) danau dibawah adalah sebesar

10,75 cm. Ikan Paweh danau diatas dan ikan bilih danau dibawah memijah

sepanjang tahun

v. Berdasarkan keanekaragaman makrozoobenthos di Danau Diatas tergolong tingkat

keanekaragaman rendah-sedang sedangkan danau dibawah tergolong tingkat

rendah.

w. Struktur komunitas fitoplankton di Danau Diatas berada pada keadaan yang rendah-

sedang dengan dominansi rendah demikian pula dengan struktur komunitas

zooplankton berada pada kondisi rendah dengan tingkat dominansi rendah.

Sedangkan di danau dibawah berada pada keadaan dominansi sedang baik

fitoplankton maupun zooplankton. Dari nilai indeks keanekaragaman, perairan

temasuk tercemar ringan-sedang

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Empat Danau Dukung Potensi Perikanan Sumbar. http://dkp.sumbarprov.go.id.

APHA. 1981. Standart Method for the Examination of Water and Wastewater.

15thEdition. Washington DC: American Public Health Association. 1134 p. Arnaya, I nyoman. 1991. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Akustik. Bogor: Institut Pertanian

Bogor. Amir, F., A. Mallawa, Musbir & M. Zainuddin. 2013. Dinamika populasi ikan cakalang

(Katsuwonus pelamis) di perairan Laut Flores, Sulawesi Selatan. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV (08 Oktober 2013), Bandung, Jawa Barat. 8 p.

Asriyana dan Yuliana.2012. Produktivitas Perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta

Bagenal, T.B. & F.W. Tesch. 1978. Age and Growth. In: methods for assessment of fish production in freshwaters. IBP Handbook Unwin Bros Ltd. 365 p.

Carlson, R.E. 1977. A trophic state index for lakes. Limnol. Oceanogr. V.22 (2). Djumanto & E. Setyobudi. 2013. Kajian Dinamika Populasi Ikan Kepek (Barbonymus

collingwoodii) di Sungai Opak Yogyakarta. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV (08 Oktober 2013), Bandung, Jawa Barat. 12 p.

Page 77: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

67

Effendie, MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Hal 112. FishBase. 2011a. Growth parameters for Hampala macrolepidota. Diakses dari http

://www.fishbase.org. 10 Februari 2014. FishBase. 2011b. Growth parameters for Oreochromis niloticus. Diakses dari http

://www.fishbase.org. 10 Februari 2014. Gayanilo Jr F.C., P. Sparre & D. Pauly. 1995. The FAO-ICLARM stock assessment

tools (FISAT) User’s guide. FAO computerized information series fisheries. ICLARM Contribution 1048. 126 pp.

Gazam, G. 2013. Profil Perikanan Tangkap Di Danau Kerinci serta Keragaan Aturan

Daerah dan Kearifan Lokal. Makalah Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kerinci pada Workshop Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan Tangkap Danau Kerinci. 10 p.

Hannachi, M. S., L. B. Abdallah, & O. Marrakchi. 2004. Acoustic Identification of Small

Pelagic Fish Species: Target Strength Analysis and School Descriptor Classification. MedSudMed Technical Documents No.5.

Harmilia, E.D. 2013. Aspek lingkungan dan habitat beberapa jenis ikan di Waduk

Kotopanjang, Kabupten Kampar Riau. Makalah pada Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan (31 Agustus 2013), Yogyakarta. 10 p.

http://solokkab.bps.go.id/index.php?hal=publikasi_detil&id=38 diakses 5 februari 2015

Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2010. Kelautan dan Perikanan Dalam

Angka 2010. Jakarta: Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2013. Gerakan Penyelamatan

Danau (GERMADAN) Kerinci. Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta. 84 p. Kottelat, M., JA. Whitten, N. Kartikasari and S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition and EMDI Project Indonesia. 221 p.

Mac Lennan, D. N. 1992. Acoustical measurement of fish abundance. Journal Acoust.

Soc. Am. 62: 1-15. MacLennan, D.N & Simmonds. 1992. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall.London.

325 p. Mc. Gath, DG., UL. da Silva., NM. Crossa. 1998. A Traditional Floodplain Fishery of

The Lower A Amazone River, Brazil. Naga, January-March 1998. Philippines: The ICLARM Quarterly. pp 4-11.

Moreau, J., S.S. De Silva. 1991. Predictive fish yield models for lakes and reservoirs of

the Philippines, Sri Lanka and Thailand. FAO Fisheries Technical Paper (319). Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome. 42 p.

Natsir, M., B. Sadhotomo, & Wudianto. 2005. Pendugaan biomassa ikan pelagis di

perairan Teluk Tomini dengan metode akustik bim terbagi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11 (6): 101-107.

Page 78: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

Ekobiologi dan Kajian Stok Ikan Di Danau Diatas dan Danau Dibawah, Sumatera Barat

68

Noegroho, T. & T. Hidayat. 2013. Dinamika Populasi Ikan Tenggiri (Scomberomorus

commerson) di perairan Teluk Kwandang, Laut Sulawesi. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV (08 Oktober 2013), Bandung, Jawa Barat. 10 p.

Nurulludin & Prihatiningsih. 2013. Dinamika Populasi dan Tingkat Eksploitasi Ikan

Kuniran (Upeneus sulphureus) di Laut Jawa. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV (08 Oktober 2013), Bandung, Jawa Barat. 8 p.

Pauly, D. 1980. A selection of simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO Fish. Circ. 729, 54 pp.

Pauly, D. 1983. Length-converted catch curves: a powerful tool for fisheries research

in the tropics (part l). ICLARM Fishbyte 2, 9-13. Pauly, D. 1984. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO

Fish. Tech. Pap. (234) : 52 p. Pauly, D. & J. L. Munro. 1984. Once more on the comparison of growth in fish and

invertebrates. ICLARM Fishbyte 2, 21, Samuel, S.N. Aida, S. Makmur & Subagdja. 2010. Perikanan dan kualitas lingkungan

perairan Danau Ranau dalam upaya pelestarian dan mendukung produksi hasil tangkapan nelayan. Laporan akhir riset. Kerjasama antara Kemen Ristek dengan KKP. 27 p.

Samuel, N.K.Suryati, V. Adiansyah, D.Pribadi, Y.P.Pamungkas dan B.Irawan. 2013.

Penelitian bioekologi dan kajian stok ikan di Danau kerinci Jambi. Laporan Hasil Penelitian BP3U, Palembang. 103 p

Simmonds, J and MacLennan, D. 2005. Fisheries Acoustics Theory and Practice

Second Edition. Oxford UK: Blackwell Science. 437 P Sparre, P. & S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Buku I.

Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 p. Susanti N, Rina W, Abizar. 2012. Fluktuasi Harian Plankton di Danau Diatas

Kabupaten Solok. Padang: Prodi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Steel, R.G.D & J. H. Torrie. 1976. Introduction to Statistics. McGraw-Hill Book

Company, New York. 382 p. Udupa, K.S. 1986. Statistical methods of estimating the size at first maturity in fishes.

Fishbyte 4 (2) : 8-10. ICLARM, Metro Manila. Weber, M. and de Beaufort, L. F. 1913. The Fishes of the Indo-Australian.

Archipelago. II.Malacopterygii, Myctophoidea,Ostariophysi : I. Siluroidea, Leiden, E.Brill,Ltd.404 p.

Page 79: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

69

Page 80: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

70

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

A. Lokasi Penelitian

Danau di Atas

Danau Di Atas

Danau Di Bawah

Danau Di Bawah

B. Kegiatan Penelitian

Survei Danau Di Atas

Survei Danau di Bawah

Page 81: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

71

Pemvakuman Sampel Klorofil

Persiapan pengambilan sampel air

Pembedahan sampel ikan Danau di Bawah

Pembedahan sampel ikan Danau di Atas

Setting alat akustik di daratan

Survei akustik

Page 82: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

72

Page 83: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

73

Lampiran 2. Kualitas Air Danau di Atas dan Danau di Bawah

a. Kualitas air Danau di Atas

Stasiun Suhu udara suhu air

I II III IV I II III IV

Inlet 21,5 22,7 21,5 23,7 23,6 22,7

Tengah 20,5 23,6 21,1 21,9 21,89 23,9 23,4 22,7

outlet 22,9 23,1 21,1 21,1 24,2 24,6 23,2 22,5

Gurun Datar 19,52 23,9 23,5 22,3 21,89 24,2 24,1 23,1

Tanduk Kecil 20,46 23,8 23,3 22,2 22,08 24,2 23,4 23

Stasiun pH DO CO2

I II III IV I II III IV I II III IV

Inlet 7,5 7,5 7,8 7,05 3,4 3,2 0,05 0,11 0,1

Tengah 7,5 7,5 7,5 7,68 7,08 7,05 3,4 3,2 0,04 0,88 0,12 0,14

outlet 7,5 7,5 7,5 7,83 7,59 7,05 3,4 3,2 0,05 0,88 0,15 0,2

Gurun Datar 7,5 7,5 7,5 7,83 7,08 7,05 3,4 3,3 0,12 0,88 0,14 0,12

Tanduk Kecil 7,5 7,5 7,5 7,84 6,93 7,05 3,4 3,15 0,05 0,88 0,14 0,12

Stasiun DHL Alkalinitas Nitrat (NO3-N)

I II III IV I II III IV I II III IV

Inlet 102,6 94 97 113 40 47 46 37,5 0,4 0 0,37

Tengah 110,3 96 92 112 40 48 42 40 0,4 0 0,02

outlet 113,5 100 97 114 40 50 50 37,5 0,4 0 0,4

Gurun Datar 112,1 114 90 116 40 40 48 37,5 0 0 0,48

Tanduk Kecil 115 112 96 113 40 40 52 36,5 0 0,1 0,34

Stasiun Amonia (NH3-N) O-PO4

I II III IV I II III IV

Inlet 0,142 0,025 0,028 0,078 0,003 0,004 0 0

Tengah 0,192 0,047 0,034 0,049 0,003 0,001 0 0

outlet 0,028 0,05 0,009 0,114 0,001 0,004 0 0

Gurun Datar 0,0261 0,023 0,014 0,153 0,002 0,004 0 0,01

Tanduk Kecil 0,275 0,07 0,009 0,064 0,003 0,008 0 0,01

Page 84: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

74

Stasiun T-PO4 Chlorophil-a

I II III IV I II III IV

Inlet 0 0 0,056 0,01 0 1,12 1,5 2,47

Tengah 0 0 0,039 0,01 0 1,15 1,5 2,51

outlet 0 0 0,051 0,01 0 1,33 1,2 2,77

Gurun Datar 0 0 0,08 0,01 0 1,36 0,9 2,59

Tanduk Kecil 0 0 0,048 0,05 0 0,97 0,9 2,96

b. Kualitas Air Danau di bawah

Stasiun Suhu udara suhu air pH

I II III IV I II III IV I II III IV

Inlet 21,5 22,7 22,7 21,5 23,7 24,3 23,6 22,7 7,5 8 8 7,8

Tengah 20,5 23,6 21,1 21,9 21,89 23,9 23,4 22,7 7,5 8 8 7,7

outlet 22,9 23,1 21,1 21,1 24,2 24,6 23,2 22,5 7,5 8 8 7,8

Gurun Datar 19,52 23,9 23,5 22,3 21,89 24,2 24,1 23,1 7,5 8 8 7,8

Tanduk Kecil 20,46 23,8 23,3 22,2 22,08 24,2 23,4 23 7,5 8 8 7,8

Stasiun pH DO CO2

I II III IV I II III IV I II III IV

Inlet 7,5 7,5 7,5 7,8 7,05 3,4 3,4 3,2 0,1 0,05 0,11 0,1

Tengah 7,5 7,5 7,5 7,68 7,08 3,5 3,4 3,2 0 0,05 0,12 0,1

outlet 7,5 7,5 7,5 7,83 7,59 3,5 3,4 3,2 0,1 0,05 0,15 0,2

Gurun Datar 7,5 7,5 7,5 7,83 7,08 3,5 3,4 3,3 0,1 0,05 0,14 0,1

Tanduk Kecil 7,5 7,5 7,5 7,84 6,93 3,5 3,4 3,15 0,1 0,05 0,14 0,1

Stasiun DHL Alkalinitas Nitrat (NO3-N)

I II III IV I II III IV I II III IV

Inlet 102,5 93 107 103 37 37 42 35 0,004 0,006 0,014

Tengah 111,1 91 95 108 37 35 42 32,5 0,007 0,019 0,041

Outlet 101,1 87 91 105 37 35 44 32,5 0,098 0,006 0,003

St. Kebun 87 94 104 37 42 32,5 0,006 0,045

St. Alami 90 87 98 30 44 37,5 0,006 0,001

Page 85: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

75

Stasiun Amonia (NH3-N) Phosphat (O-PO4)

I II III IV I II III IV

Inlet 0,297 0,011 0,06 0,01 0,013 0,004 0,005 0,011

Tengah 0,05 0,03 0,21 0,11 0,013 0 0,004 0,011

Outlet 0,267 0,047 0,074 0,02 0,014 0,008 0,004 0,012

St. Kebun 0,006 0,035 0,01 0,004 0,003 0,009

St. Alami 0,011 0,003 0,01 0,007 0,003 0,009

Stasiun T-Phosphat Chlorophil-a

I II III IV I II III IV

Inlet 0,025 0,04 0,16 0,02 0,001 0,951 0,544 3,03

Tengah 0,033 0,038 0,115 0,02 0,001 2,23 1,374 3,443

Outlet 0,035 0,038 0,125 0,01 0,001 1,052 1,55 2,767

St. Kebun 0,026 0,148 0,01 0,51 1,242 2,837

St. Alami 0,026 0,12 0,01 1,581 1,273 2,333

Page 86: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

76

Lampiran 3. Tabel perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan paweh

No

Length Mid Log (ML) No.of No.Of fish Proport X=Xii-Xi qi=1-pi (pixqi)/

Class Length (X) ni fish Imma mature ion of ma (ni-1)

(cm) (ML) ture stage stage ture fish(pi)

1 8-10 9 0.9542425 6 6 0 0 0.08715 1 0

2 10-12 11 1.0413927 16 14 0 0 0.072551 1 0

3 12-14 13 1.1139434 48 45 13 0.270833333 0.062148 0.72917 0.004202

4 14-16 15 1.1760913 31 21 10 0.322580645 0.054358 0.67742 0.007284

5 16-18 17 1.2304489 20 6 14 0.7 0.048305 0.3 0.011053

6 18-20 19 1.2787536 4 0 4 1 0.043466 0 0

7 20-22 21 1.3222193 1 1 0 0 1 0

jumlah 126 93 41 2.293413978 0.367977

m=1,2788+0,043466/2-(0,043466 x 2,293414) = 1,200801 antilog m=M= ukuran pertama kali matang gonad = 15,87821 cm

Lampiran 4. Tabel ukuran pertama kali matang gonad ikan Bilih (rasbora sp)

No

Length Mid Log (ML) No.of No.Of fish proport X=Xii-Xi qi=1-pi (pixqi)/

Class Length (X) ni fish Imma mature ion of ma (ni-1)

(cm) (ML) ture stage stage ture fish(pi)

1 7-8 7.5 0.875061 44 44 0 0 0.05436 1 0

2 8-9 8.5 0.929419 88 88 0 0 0.0483 1 0

3 9-10 9.5 0.977724 21 17 4 0.19047619 0.04347 0.809524 0.00771

4 10-11 10.5 1.021189 43 34 9 0.209302326 0.03951 0.790698 0.00394

5 11-12 11.5 1.060698 29 22 7 0.24137931 0.03621 0.758621 0.00654

6 12-13 12.5 1.09691 6 2 4 0.666666667 0.333333 0.044444

jumlah 231 207 24 1.307824493 0.22185

m=1,060698+0,03621/2-(0,2413793 x 0,03621) = 1,031445 antilog m = M = ukuran pertama kali matang gonad = 10,75091 cm

Page 87: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

77

Lampiran 5. Tabel kelimpahan makrozoobenthos trip 1 Danau Diatas

No

Phylum Class Ordo Family Spesies Inlet outlet GD TK

1 Mollusca Gastropoda Thiaridae Melanoides tuberculata 59 0 44 104

2 Goniobasis livescens 370 0 459 15

3 Thiaridae Thiara linneata 133 0 44 104

4 Thiara scabra 119 0 0 0

5

Thiara winteri 44 0 0 44

6 Viviparidae Bellamya javanica 59 0 0 0

7 Lymnaeidae Lymnae paregra 15 0 0 0

8 Bivalvia Corbiculidae Corbicula sp 0 0 622 30

9 Annelida Oligochaeta Tubificidae Aulodrilus sp. 0 74 44 44

10 Branchiura sowerbyi 59 30 0 0

11 Limnodrilus claparedianus 15 0 0 0

12 immature T without hair 15 74 0 30

13 Naididae Dero sp 0 44 0 0

14 Nais sp 0 1,763 0 0

15 Slavina sp 0 30 0 0

16 Arthropoda Insecta Diptera Chironomidae Chironomus sp. 267 504 207 0

17 0 0 0 0

18

0 0 0 0

19

0 0 0 0

Jumlah 1,156 2,519 1,422 370

Lampiran 6. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos trip 1 danau Dibawah

No

Phylum Class Ordo Family Spesies inlet bwh

Ot Bawah

1 Mollusca Gastropoda Thiaridae Melanoides tuberculata 0 0

2 Goniobasis livescens 0 667

3 Thiaridae Thiara linneata 0 44

4 Thiara scabra 0 0

5

Thiara winteri 0 178

6 Viviparidae Bellamya javanica 0 0

7 Lymnaeidae Lymnae paregra 0 0

8 Bivalvia Corbiculidae Corbicula sp 0 0

9 Annelida Oligochaeta Tubificidae Aulodrilus sp. 15 0

10 Branchiura sowerbyi 0 0

11 Limnodrilus claparedianus 0 15

12 immature T without hair 89 0

13 Naididae Dero sp 0 15

14 Nais sp 15 15

15 Slavina sp 0 15

16 Arthropoda Insecta Diptera Chironomidae Chironomus sp. 0 0

17 0 0

18

0 0

19

0 0

Jumlah 119 948

Page 88: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

78

Lampiran 7. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos Trip 2 Danau Diatas

No Class Family Spesies Inlet outlet GD TK

1 Oligochaeta Tubificidae Aulodrilus sp 200 44.44 177.8 0

2 Branchiura sowerbyi 0 0 333.3 0

3 Limnodrilus sp 88.89 22.22 44.44 0

4 Naididae Dero sp 0 0 0 0

5 Nais sp 22.22 88.89 44.44 22.22

6 Insecta Chironomidae Chironomus sp 88.89 133.3 88.89 0

7 Krenopelopia 0 22.22 0 0

8 Tanypus sp 0 88.89 0 0

9 Tanytarsus sp 0 177.8 0 0

10 Mollusca Thiaridae Brotia costula 133.3 88.89 66.67 0

11 Melanoides tuberculata 222.2 66.67 88.89 0

12 Thiara lineata 44.44 44.44 244.4 0

13 Thiara scabra 0 177.8 0 0

14 Thiara winteri 66.67 44.44 44.44 0

15 Viviparidae Bellamya javanica 22.22 44.44 0 0

16 Corbiculidae Corbicula sp 0 1311 111.1 44.44

Total 888.9 2356 1244 66.67

Lampiran 8. Tabel Kelimpahan Makrozoobenthos Trip 2 danau Dibawah.

No Class Family Spesies Inlet outlet Alami

1 Oligochaeta Tubificidae Aulodrilus sp 0 177.8 44.44

2 Limnodrilus sp 0 88.89 66.67

3 Naididae Dero sp 0 0 22.22

4 Nais sp 0 0 22.22

5 Insecta Chironomidae Chironomus sp 66.67 0 444.4

6 Tanypus sp 0 22.22 0

7 Tanytarsus sp 0 22.22 0

8 Mollusca Ampullaridae Pomacea canaliculata 0 22.22 0

9 Thiaridae Brotia costula 0 600 0

10 Melanoides tuberculata 0 22.22 0

11 Thiara lineata 22.22 600 0

12 Corbiculidae Corbicula sp 0 22.22 0

Total 88.89 1578 600

Page 89: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

79

Lampiran 9. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 1 Danau Diatas

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet GD TK

1 Bacillariophyceae Navicula 0 4.610531 0 0 0

2 Diatoma 0 0.24266 0 0.283046 0

3 Melosira 170.8323 141.2279 30.57481 146.6176 39.0468

4 Synedra 2.426595 3.882553 0.407664 21.79451 0.574218

5 Pinularia 0 0.24266 0 0 0

7 Cyanophyceae Oscillatoria 0 21.83936 0 4.811775 0

8 Selenastrum 0 0 0 0.849137 0.574218

9 Aphanocapsa 4.853191 0 0 0 0

10 Chlorophyceae Ulothrix 55.32638 20.3834 34.24378 116.0487 26.41401

11 Mougeotia 39.06819 0.970638 5.707297 0 0.287109

12 Pleurotaenium 0 0.24266 0 0.283046 0

13 Staurastrum 12.13298 0 3.261313 12.17096 3.445306

14 Oedogonium 0 2.669255 4.891969 0 0

15 Spirogyra 0 0 2.445985 0 0

Total 284.6397 196.3116 81.53282 302.8588 70.34166

Lampiran 10. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 1 Danau Dibawah

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet

1 Bacillariophyceae Diatoma 0.254777 2.329645 0

2 Melosira 0 0.873617 0

3 Coscinodiscus 0 0.582411 0.226449

4 Cymbella 0 0.873617 0

5 Cyanophyceae Oscillatoria 0 7.571345 0

6 Gomphosphaeria 0 0.291206 0.679348

7 Raphidium 0.254777 0 0

8 Chlorophyceae Ulothrix 187.7707 105.1252 23.32428

9 Mougeotia 42.54777 130.1689 24.90942

10 Tribonema 45.6051 93.18579 0

11 Pediastrum 0 0.582411 0

12 Pleurotaenium 0 0.291206 0

13 Scenedesmus 0 0.291206 0

14 Coconeis 0 6.115317 0

Total 276.4331 348.2819 49.13949

Lampiran 11. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 1 Danau Diatas

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet GD TK

1 Mastigophora Euglena 0 0 0 0 0.2871088

2 Peridinium 0 0 0 0.5660911 0.2871088

3 Cilliata Euplotes 0 0 0 0.2830456 0

4 Gastrostyla 0 0.7279786 0 0 0

5 Oxytrycha 0.2426595 0 0 0 0

6 Paramaecium 0 0 6.1149613 0 0

7 Crustacea Cyclops 3.6398932 0 0 1.981319 0

8 Diaptomus 3.6398932 0.2426595 4.0766408 7.3591848 2.5839793

9 Nauplius 0 0 0 1.1321823 1.4355441

10 Monogononta Trichocerca 0 0.2426595 0.4076641 0 0

11 Notholca 0 0 0 0 0.2871088

12 Anureopsis 0 0 0 0.2830456 0

13 Euchlanis 0 0 0.4076641 0.2830456 0

14 Moina 0 0.7279786 0 0 0

15 Brachionus 0 0.2426595 0 3.6795924 0.5742176

Page 90: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

80

16 Hexartha 0 0 1.6306563 0 0

17 Keratella 2.9119146 2.669255 12.637587 13.586187 1.7226529

jumlah 10.434361 4.853191 25.275173 29.153694 7.1777204

Lampiran 12. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 1 Danau Dibawah

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet

1 Mastigophora Peridinium 0 0.2912056 0.2264493

2 Cilliata Euplotes 0 0.2912056 0

3 Oxytrycha 0 0.2912056 0

4 Sarcodina Difflugia 0 0.2912056 0

5 Monogononta Trichocerca 0 0 0.9057971

6 Notholca 0.2547771 0 0

7 Argonotholca 0 0.2912056 0

8 Keratella 1.7834395 0.2912056 10.643116

Total 2.0382166 1.7472335 11.775362

Lampiran 13. Tabel Kelimpahan Fitoplankton Trip 2 Danau Diatas

No Kelas Genera tengah inlet Outlet GD TK

1 Bacillariophyceae Diatoma * 17.324841 5.8598726 2.0382166 0.5095541 0

2 Cyclotella * 2.5477707 9.6815287 1.0191083 0 2.2929936

3 Synedra * 4.5859873 1.5286624 1.2738854 0.7643312 1.2738854

4 Stephanodiscus * 0 0 0 0 1.0191083

5 Chaetoceras* 0 0 0 0 2.2929936

6 Coscinodiscus* 0 0 0 2.0382166 2.0382166

7 Cymbella* 2.2929936 1.2738854 0 1.0191083 0

8 Actinella* 0 0 0 0 3.566879

9 Navicula* 3.3121019 0.7643312 1.0191083 0 0

10 Gomphonema# 1.0191083 0 0.7643312 0 0

11 Bacteriastrum* 0 0 0 25.987261 1.0191083

12 Nithzhia* 1.2738854 0 0 0 0

13 Tabellaria* 0 0.5095541 0 0 0

14 Chlorophyceae Ulotrix * 119.74522 4.0764331 0 0 0

15 Closterium * 0.7643312 2.0382166 1.0191083 1.0191083 1.5286624

16 Mougeotia * 0 2.2929936 7.133758 26.242038 14.267516

17 Pleodorena* 0 0 9.1719745 0 0

18 Scnedesmus* 0 0 0 3.0573248 0

19 Spondylosium* 3.3121019 0 28.025478 8.1528662 0

20 Staurastrum* 0 1.0191083 0 2.0382166 0

21 Endorina* 0 13.248408 0 0 0

22 Spirogyra* 35.66879 0 0 0 0

23 Cyanophiceae Sphaerocystis* 0 0 0 0 28.025478

24 Oscillatoria* 0 20.382166 0 15.286624 0

jumlah 191.84713 62.675159 51.464968 86.11465 57.324841

Page 91: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

81

Lampiran 14. Tabel kelimpahan Fitoplankton Trip 2 Danau dibawah

No Kelas Genera tengah inlet Outlet GD TK

1 Bacillariophyceae Diatoma * 0 4.5859873 8.6624204 1.0191083 3.3121019

2 Cyclotella * 5.8598726 13.503185 6.1146497 9.1719745 4.5859873

3 Synedra * 2.2929936 0 0 0 1.7834395

4 Stephanodiscus

* 1.0191083 0 0 1.2738854 0

5 Coscinodiscus* 2.0382166 0 0 1.7834395 0

6 Cymbella* 0.7643312 0 1.7834395 0 0.5095541

7 Gyrosigma* 0 0 0 2.2929936 0.7643312

8 Navicula* 0 0.7643312 0 0 0

9 Gomphonema# 0 0 2.0382166 0 0

10 Bacteriastrum* 1.0191083 0 0 0 0

11 Pinularia* 0 0 0 0 0.7643312

12 Nithzhia* 0 0 1.2738854 0 0

13 Chlorophyceae Ulotrix * 22.929936 3.8216561 3.0573248 0 0

14 Closterium * 1.0191083 0.7643312 0 0 0

15 Mougeotia * 68.789809 0 0 1.7834395 3.0573248

16 Anabaena* 17.834395 764.33121 28.025478 0 0

17 Scnedesmus* 0 0 2.0382166 0 0

18 Spondylosium* 2.0382166 0 0 0 0

19 Staurastrum* 0 0 0 1.0191083 0

20 Endorina* 0 8.1528662 0 0 10.955414

21 Arthrodesmus* 0 1.0191083 0 0 0

22 Cyanophiceae Oscillatoria* 0 28.025478 0 0 5.6050955

Jumlah 125.6051 824.96815 52.993631 18.343949 31.33758

Lampiran 15. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 2 danau Diatas

No Kelas Genera tengah inlet outlet GD TK

1 Sarcodina (PZ) Diflugia # 3.0573248 1.0191083 0.5095541 1.5286624 0

2 Euglena # 0 0 0 0 1.5286624

3 Phacus # 0 0 0 1.0191083 1.7834395

4 Mastigophora Dtylum# 0 1.0191083 0 0 0

5 Peridinium# 0.7643312 1.7834395 4.5859873 4.8407643 1.2738854

6 Ciliata (PZ) Oxitricha # 0.5095541 0 0 8.9171975 0

7 Coleps # 0 0 0.7643312 1.7834395 0

8 Rotifer Keratella # 1.5286624 1.0191083 2.0382166 0 0.5095541

9 Brachionus# 0 0 1.0191083 0 0.7643312

10 Crustacea Cyclops # 0 0 1.5286624 0 0

11 Nauplius # 0 0.5095541 0 0 0.7643312

12 Hexathra# 1.2738854 0 0 0 0

7.133758 5.3503185 10.44586 18.089172 6.6242038

Lampiran 16. Tabel Kelimpahan Zooplankton Trip 2 Danau Dibawah

No Kelas Genera tengah inlet outlet GD TK

1 Sarcodina

(PZ) Diflugia # 0 0 2.2929936 0 1.7834395

2 Mastigophora Peridinium# 1.2738854 2.0382166 4.8407643 0 0

3 Ciliata (PZ) Oxitricha # 2.2929936 0.7643312 1.0191083 1.0191083 0

4 Coleps # 1.2738854 0 1.7834395 0 0

5 Rotifer Brachionus# 0 0 0 1.0191083 0

4.8407643 2.8025478 9.9363057 2.0382166 1.7834395

Page 92: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

82

Lampiran 17. Tabel Kelimpahan Fitoplankton trip 3 Danau Diatas

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet GD TK

1 Bacillariophyceae Diatoma * 0 0.5095541 1.0191083 0 2.2929936

2 Cyclotella * 0 0 0 0 3.0573248

3 Synedra * 2.5477707 17.834395 0.7643312 1.0191083 0.5095541

4 Chaetoceras* 0 0 0 3.8216561 0

5 Cymbella* 2.0382166 0 0 0 0.7643312

6 Bacteriastrum* 0 0 0 11.464968 0

7 Nithzhia* 0 1.2738854 0 0 0

8 Surirella* 0 0 0 0 1.0191083

9 Rhoicosphenia* 0 0 0 0 0.5095541

10 Chlorophyceae Ulotrix * 203.82166 208.9172 99.363057 101.91083 198.72611

11 Closterium * 3.566879 0 0.7643312 0 2.0382166

12 Mougeotia * 28.025478 81.528662 5.0955414 0 290.44586

13 Spondylosium* 0 0 0 0 2.2929936

14 Staurastrum* 6.8789809 4.0764331 3.0573248 2.2929936 4.5859873

15 Spirogyra* 0 6.6242038 0 0 0

16 Ankistrodesmussmus* 0 4.3312102 7.6433121 0 3.0573248

jumlah 246.87898 325.09554 117.70701 120.50955 509.29936

Lampiran 18. Tabel Kelimpahan Fitoplankton trip 3 Danau Dibawah

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet KB AL

1 Bacillariophyceae Diatoma * 20.382166 3.3121019 81.528662 2.0382166 2.5477707

2 Cyclotella * 0 0 0 2.0382166 0

3 Synedra * 4.5859873 1.7834395 0 12.229299 3.566879

4 Cymbella* 10.191083 0 8.4076433 0 0

5 Navicula* 1.7834395 0 1.7834395 1.2738854 0

6 Nithzhia* 0 0 2.0382166 0 0

7 Surirella* 5.0955414 0 4.5859873 1.0191083 0

8 Melosira# 0 0 2.2929936 0 0

9 Chlorophyceae Ulotrix * 84.076433 127.38854 68.789809 56.050955 101.91083

10 Closterium * 0 0 0 3.3121019 1.2738854

11 Mougeotia * 0 0 0 59.872611 0

12 Spondylosium* 0 0 0 29.299363 0

13 Staurastrum* 0 2.0382166 0 0 5.0955414

14 Ankistrodesmussmus* 0 7.8980892 0 0 1.7834395

15 Pediastrum# 20.382166 0 0 0 0

16 Cyanophiceae Oscillatoria* 56.050955 0 66.242038 0 0

Jumlah 202.54777 142.42038 235.66879 167.13376 116.17834

Page 93: Provinsi Sumatera Barat LAPORAN TEKNIS 2015bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Ekobiologi dan... · Provinsi Sumatera Barat Dwi Atminarso, S.Pi Ir. Samuel Drs. Susilo

83

Lampiran 19. Tabel Kelimpahan Zooplankton trip 3 Danau Diatas

No Kelas Genera Tengah Inlet Outlet GD TK

1 Sarcodina (PZ) Diflugia # 2.2929936 0 0 0 0.5095541

2 Mastigophora Peridinium# 0.7643312 6.1146497 3.0573248 0 1.5286624

3 Ciliata (PZ) Oxitricha # 0 0 0 0 0.2547771

4 Coleps # 0.5095541 1.2738854 0.7643312 0.5095541 0

5 Raphidiophrys# 2.2929936 4.8407643 3.8216561 2.0382166 5.0955414

6 Colpoda# 0 3.0573248 0.5095541 0 0

7 Rotifer Keratella # 2.2929936 7.8980892 5.3503185 2.0382166 4.0764331

8 Brachionus# 0 0 0 0 0.2547771

9 Euchlanis# 1.0191083 3.3121019 1.0191083 0.7643312 1.0191083

10 Mytillina# 0.7643312 1.2738854 1.0191083 0 0.2547771

11 Trichocerca# 0.2547771 0 0 0 0

12 Floscularidae# 1.5286624 0 0 0 0

13 Monostyla# 0 0 0 1.5286624 0

14 Asplanchna# 0 0 0 1.2738854 0

15 Crustacea Cyclops # 0.2547771 1.5286624 0.2547771 2.0382166 2.5477707

16 Hexathra# 1.0191083 0 0.2547771 0 0.2547771

17 Ceriodaphnia# 0.2547771 2.0382166 0.5095541 2.8025478 2.5477707

18 Polyarthra 0.2547771 0 0 0 0

Jumlah 13.503185 31.33758 16.56051 12.993631 18.343949

Lampiran 20. Tabel Kelimpahan Zooplankton trip 3 Danau Dibawah

No Kelas Genera Tengah Inlet Outllet KB AL

1 Sarcodina (PZ) Diflugia # 0.7643312 0 0 1.7834395 3.3121019

2 Ciliata (PZ) Coleps # 0.7643312 0 0 0 0

3 Raphidiophrys# 2.0382166 0 0 0 0

4 Rotifer Keratella # 3.3121019 3.3121019 2.5477707 0 0

5 Brachionus# 0 1.0191083 0.5095541 0 0

6 Euchlanis# 0.7643312 0.5095541 1.5286624 0.7643312 1.0191083

7 Crustacea Cyclops # 0.5095541 0 0 0 0.5095541

8 Hexathra# 0.5095541 0.7643312 0 0 0

9 Ceriodaphnia# 0 1.0191083 0 3.0573248 1.2738854

8.6624204 6.6242038 4.5859873 5.6050955 6.1146497