Upload
davidperdana
View
70
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Stase IKM
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis Host alami DBD
adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (Candra A, 2010).
Sekitar 2,5 milyar orang di dunia mempunyai risiko untuk terkena
infeksi virus dengue (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Di
Indonesia sendiri angka kejadian demam berdarah pada tahun 2011 mencapai
49.868 (Sibarani, 2012) sedangkan di Jawa Tengah sendiri tahun 2012
mencapai 12.000 kasus (Parwito, 2013). Puskesmas Karanganyar sendiri sejak
bulan Januari 2013 sampai dengan November 2013 menerima 33 kasus
demam berdarah (Puskesmas Karanganyar, 2013). Penyakit demam berdarah
dapat menyebabkan kematian dan kerugian materiil melihat biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengobatan tidak sedikit. Untuk itu penulis memilih
Demam berdarah sebagai prioritas masalah yang harus dipecahkan pada bulan
Januari 2014.
B. Tujuan
Untuk menurunkan angka kejadian Demam Berdarah di wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar, Kabupaten karanganyar, Jawa Tengah.
C. Manfaat
1. Untuk menentukan prioritas masalah yang ada di Puskesmas
Karanganyar.
2. Untuk memahami sistem manajemen masalah kesehatan yaitu Demam
Berdarah.
3. Sebagai pertimbangan dalam penentu kebijakan, pengambilan keputusan
dalam penanganan Demam Berdarah di Puskesmas Karanganyar.
1
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
A. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Kasus-kasus yang terdapat di Puskesmas Karanganyar mulai dari tahun
2012 hingga bulan November tahun 2013 tersaji di bawah ini. Data-data
tersebut menggambarkan prevalensi dan kecenderungan peningkatan masing-
masing kasus, data tersebut juga dapat digunakan sebagai pembanding antara
kasus yang satu dengan yang lain maupun pembanding angka kejadian
penyakit yang sama setiap bulannya selama 2 tahun.
Tabel 1. Data Penyakit Menular Tahun 2012
N
o
Bulan Jenis penyakit menular
Diare Pneumonia DBD ISPA Hepatitis Cikungunya Tifoid TB
1 Januari 78 0 0 1197 0 0 14 1
2 Februari 48 1 0 1079 0 0 15 4
3 Maret 67 4 0 1102 0 0 16 5
4 April 46 2 0 1050 0 0 16 2
5 Desembe
r
84 0 0 1417 0 0 14 2
6 Juni 48 0 0 918 0 0 14 2
7 Juli 53 0 0 821 0 0 23 2
8 Agustus 25 0 0 904 0 0 0 0
9 Septembe
r
66 1 0 950 0 0 19 3
10 Oktober 46 4 1 782 1 0 20 2
11 Novembe
r
74 1 2 881 1 0 18 2
12 Desembe
r
94 1 3 752 0 0 20 2
Total 729 14 6 1185 2 0 189 2
2
3 7
(Puskesmas Karanganyar, 2012)
Data di atas menunjukkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
menempati urutan pertama terbanyak kasus penyakit menular di Puskesmas
Karanganyar pada tahun 2012. Diikuti kasus diare, tifoid dan tuberkulosis
(TB) menduduki peringkat kedua, ketiga dan keempat. Pneumonia menduduki
peringkat kelima sebanyak 14 kasus. Sedangkan chikungunya tidak ditemukan
sepanjang tahun 2012.
Tabel 2. Data Penyakit Menular Bulan Januari-November Tahun 2013
No Bulan Jenis penyakit menular
Diare Pneumonia DB/DBD ISPA Hepatitis Cikungunya Tifoid TB
1 Januari 99 0 0 814 3 0 29 1
2 Februari 78 1 4 684 1 0 29 2
3 Maret 63 0 3 727 0 0 12 0
4 April 73 0 6 660 2 55 17 3
5 Mei 55 0 10 591 2 0 8 3
6 Juni 60 0 0 632 0 0 7 1
7 Juli 86 0 0 572 1 0 9 1
8 Agustus 66 0 7 823 0 0 15 1
9 September 85 0 3 773 0 0 10 3
10 Oktober 66 0 0 564 1 0 23 4
11 November 82 0 0 332 0 0 16 2
Total 813 1 33 7172 10 55 183 21
(Puskesmas Karanganyar, 2013).
Pada bulan Januari hingga November tahun 2013 didapatkan data
penyakit tertinggi masih ditempati oleh kasus ISPA diikuti diare dan tifoid.
Duapuluh satu pasien didapatkan terdiagnosis TB. Kasus pneumonia
ditemukan satu kasus.
3
Pada kasus chikungunya juga terjadi peningkatan yang signifikan pada
bulan April. Kasus chikungunya pada bulan April tersebut menjadi sebuah
KLB akan tetapi pada bulan setelahnya yaitu bulan Mei kasus tersebut sudah
tidak ditemukan karena sudah ditangani oleh Puskesmas Karanganyar, DKK
Kabupaten Karanganyar yang bekerjasama dengan sektor lainnya.
Dari data di atas terlihat lonjakan angka penderita DBD dibandingkan
tahun 2012, dimana pada tahun 2012 terjadi 6 kasus sedangkan pada tahun
2013 terjadi 33 kasus.
B. Pemilihan Prioritas Masalah
Tabel 3. Teknik Kriteria Matriks untuk Penentuan Prioritas Masalah
No MASALAHI (IMPORTANCY)
T R IXTXR PeringkatP S RI DU SB PB PC
1ISPA
5 1 3 3 2 2 2 2 2 1152 8
2Pneumonia
1 5 3 3 3 2 2 4 3 2160 7
3DB/DBD
2 4 4 4 5 4 5 3 4 153.600 1
4TB
2 4 3 4 4 4 5 3 5 115.200 2
5Diare
4 3 4 3 4 3 2 4 3 41.472 3
6Hipertensi
5 3 2 3 2 3 2 2 2 4320 6
7DM
4 3 2 3 2 3 2 2 3 5184 5
8Tifoid
2 3 4 4 3 3 3 3 2 15552 4
Keterangan:
I = importance SB = social benefits
P = prevalence PB = public concern
S = severity PC = political climate
RI = rate of increase T = technology
D
U
= degree of unmet need R = resources
Kriteria: 1= sangat rendah; 2= rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat
tinggi.
4
Karena DBD mendapatkan skor tertinggi yaitu 153.600 sehingga kami
menjadikannya sebagai prioritas masalah. Prioritas tersebut dilihat dari
segi insidensi, dampak sosial, mortalitas dan prepektif masyarakat
meskipun angka prevalensinya relatif rendah.
5
C. Diagram Tulang Ikan Penyebab Masalah
Gambar 1. Diagram tulang ikan
Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa
penyebab masalah yang berperan terhadap kurangnya cakupan posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Karanganayar. Penyebab masalah
dikelompokkan menjadi enam kelompok sebab, yaitu :
1. Man
Penyebab tingginya angka kejadian DBD pada tahun 2013 dari
faktor sumber daya manusia adalah kurangnya pengetahuan warga
terhadap kesehatan lingkungan dan penyakit demam berdarah.
Kurangnya pengetahuan warga akan kesehatan lingkungan
menyebabkan tumbuhnya jentik nyamuk.
Selain itu kurangnya kader untuk melakukan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) rutin juga menjadi masalah. Puskesmas
Karanganyar, melakukan PSN apabila sudah terjadi kasus DBD di
suatu daerah. Seharusnya melakukan PSN secara berkala untuk
memutus vektor nyamuk demam berdarah. Sementara ini di
puskesmas Karanganyar yang melakukan PSN adalah tim Pencegahan
6
dan Pemberantasan Penyakit (P2P) dan bidan wilayah sehingga sangat
kurang untuk mencakup seluruh daerah kerja puskesmas Karanganyar.
2. Money
Penyebab masalah rendahnya cakupan posyandu dari segi ini
adalah kurangnya dana yang mendukung kegiatan penyuluhan dan
PSN. Kurangnya alokasi dana untuk suatu program akan membuat
program berjalan kurang efektif dan kurang menyeluruh.
3. Method
Penyebab tingginya angka kejadian DBD tahun 2013 dilihat dari
metode adalah kurangnya pendekatan kepada kader untuk melakukan
PSN. Puskesmas Karangnyar mempunyai program tilik tonggo yang
fungsinya warga secara mandiri memeriksa lingkungan tetangga,
namun dikarenakan alasan budaya program ini jadi tidak berjalan.
Disini peran kader sebagai orang yang dihormati di lingkungan
penting untuk menggalakan PSN secara mandiri.
4. Minute
Penyebab tingginya angka kejadian DBD tahun 2013 berdasarkan
faktor waktu adalah karena kesibukan tim P2P dan bidan desa
sehingga program PSN dilakukan setelah terjadi penyakit DBD
5. Material
Penyebab masalah tingginya angka kejadian DBD tahun 2013
berdasarkan faktor material adalah kurangnya sarana dan prasarana.
Kurangnya sarana promosi tentang kesehatan lingkungan dan PSN
menyebabkan kurangnya kesadaran warga.
6. Information
Penyebab masalah tingginya angka kejadian DBD tahun 2013 dari
segi informasi adalah kurangnya pengetahuan warga mengenai
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan PSN
secara mandiri.. Hal ini menyebabkan warga menyepelekan kesehatan
lingkungan. Warga baru melakukan PSN apabila di lingkungan sekitar
telah terjadi kasus DBD.
7
D. Analisis SWOT
Tabel 4. Analisis SWOTKekuatan (S)
1. Terdapat tim gerak cepat2. Terdapat program pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)3. Terdapat program tilik tonggo4. Terdapat promkes mengenai
DB/DBD5. Terdapat Penyelidikan epidemiologi
Kelemahan (W)
1. Tim gerak cepat belum berjalan dikarenakan sibuk terhadap masing-masing pokja
2. Kurangnya kader untuk pemberantasan sarang nyamuk
3. Program PSN baru dilakukan bila ditemukan kasus baru
Peluang (O)
1. Terdapat bantuan pengasapan dari dinas kesehatan kabupaten.
2. Terjalin kerja sama dengan rumah sakit
Hambatan (T)
1. Terbatasnya dana untuk melakukan PSN
2. Warga merasa malu untuk melakukan program tilik tongo
8
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
A. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan beberapa kemungkinan faktor penyebab masalah yang
menyebabkan tingginya angka DBD di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar, dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang tercantum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya kader untuk
melakukan PSN
Penambahan jumlah kader PSN dan
pelatihan
2. Terbatasnya SDM Puskesmas Penambahan jumlah tenaga P2P dan
peningkatan kualitas melalui pelatihan
3. Terbatasnya waktu untuk PSN Koordinasi terhadap kader dan warga
mengenai jadwal PSN
4. Terbatasnya dana untuk
penyuluhan kader dan PSN
Pengalokasian dana program yang lebih
efektif dan efisien
5. Rasa malu untuk melakukan
PSN
Pemberian penghargaan bagi keluarga yang
rutin melakukan PSN
6 Kurangnya pendekatan terhadap
kader
Meningkatkan pendekatan dari Puskemas
terhadap kader PSN
7 Kurangnya sarana dan prasarana
PSN
Pengalokasian dana untuk sarana dan
prasarana PSN
8 Kurangnya pengetahuan warga Melakukan sosialisasi mengenai DBD dan
PSN dengan leaflet dan presentasi.
9 Kurangnya informasi ke kader
tentang pentingnya PSN
Peningkatan program promosi kesehatan
mengenai PSN terhadap kader
9
B. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah
Penentuan prioritas pemecahan masalah dilakukan dengan skoring
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Efektivitas pemecahan masalah
a. Magnitude (M) yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b. Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah
c. Vulnerability (V) yaitu sensitivitas dalam mengatasi masalah yang
dihadapi
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai
dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif).
2. Efisiensi pemecahan masalah
Efisiensi adalah biaya (Cost, C) yang diperlukan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni angka 5 (paling efisien) sampai
angka 1 (paling tidak efisien).
Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan masalah
dengan mengalikan nilai M x I x V x C. Pemecahan masalah dengan nilai P
tertinggi adalah prioritas pemecahan masalah terpilih.
10
Tabel 6. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar
No Daftar Pemecahan Masalah
Efektifitas Efisiens
i
(C)
Jumlah
MxIxVx
CM I V
1. Penambahan jumlah kader PSN dan
pelatihan
4 4 4 3 192
2. Penambahan jumlah tenaga P2P dan
peningkatan kualitas melalui
pelatihan
3 4 3 3 108
3. Koordinasi terhadap kader dan warga
mengenai jadwal PSN
3 3 3 4 108
4. Pengalokasian dana program yang
lebih efektif dan efisien
3 3 3 2 54
5. Pemberian penghargaan bagi
keluarga yang rutin melakukan PSN
3 4 5 2 120
6. Meningkatkan pendekatan dari
Puskemas terhadap kader PSN
4 3 4 4 192
7. Pengalokasian dana untuk sarana dan
prasarana PSN
2 4 3 2 48
8. Melakukan sosialisasi mengenai
DBD dan PSN dengan leaflet dan
presentasi.
5 4 4 3 240
9. Peningkatan program promosi
kesehatan mengenai PSN terhadap
kader
4 3 3 3 108
11
Berdasarkan kriteria matriks maka urutan prioritas pemecahan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi mengenai DBD dan PSN dengan leaflet dan
presentasi.
b. Meningkatkan pendekatan dari Puskemas terhadap kader PSN.
c. Penambahan jumlah kader PSN dan pelatihan
d. Pemberian penghargaan bagi keluarga yang rutin melakukan PSN
e. Penambahan jumlah tenaga P2P dan peningkatan kualitas melalui
pelatihan
f. Koordinasi terhadap kader dan warga mengenai jadwal PSN
g. Peningkatan program promosi kesehatan mengenai PSN terhadap
kader
h. Pengalokasian dana program yang lebih efektif dan efisien
i. Pengalokasian dana untuk sarana dan prasarana PSN
C. Analisis SWOT
Tabel 7. Analisis SWOT dari Prioritas Jalan Keluar
Komponen Penjelasan
Strength - Ditujukan langsung kepada masyarakat ( tepat
sasaran)
- Tempat dan waktu bisa menyesuaikan
- Terdapat tenaga penyuluh
- Dapat mengetahui peningkatan pemahaman
masyarakat setelah sosialisasi
Weakness Tidak semua penyuluh dapat melakukan
penyuluhan secara menarik
Opportunity - Tersedianya sarana yang mendukung
penyuluhan ( komputer, LCD, leaflet, dll)
- Adanya hubungan kerjasama yang baik antara
Puskesmas dengan perangkat desa
12
Threat - Minat masyarakat kurang untuk mengikuti
penyuluhan
- Tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari
masyarakat sehingga pemahaman materi juga
berbeda
Setelah ditetapkan pemecahan masalah pada kasus DBD yaitu
sosialisasi, dilakukan analisis SWOT yang meliputi strength, weakness,
opportunity dan threat. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa strength
dan opportunity lebih kuat daripada weakness dan threat.
13
BAB IV
PLAN OF ACTION
Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah, sosialisasi mengenai
DBD dan PSN dengan menggunakan leaflet dan presentasi merupakan alternatif
pemecahan masalah yang dipilih guna menanggulangi tingginya angka kejadian
DBD di Kecamatan Karanganyar. Melalui sosialisasi tersebut, diharapkan
masyarakat dapat lebih memahami gejala, cara penularan, dan bahaya DBD, serta
mengetahui pentingnya PSN. Berikut ini merupakan rencana persiapan yang
dibutuhkan :
A. Tujuan : Meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat di
Kecamatan Karanganyar.
B. Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar.
C. Metode : Penyuluhan dengan media elektronik yang menarik serta
pamflet
D. Materi : 1. Pengetahuan tentang demam berdarah berupa gejala,
cara
penularan, bahaya dan pengobatan.
2. Pentingnya melakukan PSN
E. Waktu dan lokasi : Sabtu, 18 Januari 2014, di posyandu-posyandu wilayah
kerja puskesmas Karanganyar
F. Pelaksana : Dokter muda IKM 467A Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
G. Biaya :
Tabel 8. Perkiraan Biaya yang Diperlukan untuk SosialisasiNo Pengeluaran Satuan Harga Jumlah
1 Pamflet 100 Rp500,00 Rp50.000,00
Jumlah Rp50.000,00
14
H. Mekanisme Kegiatan: Penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan media
elektronik dan media cetak. Setelah materi
disampaikan, para peserta diberikan kesempatan untuk
bertanya. Dengan demikian, para peserta diharapkan
dapat memahami materi yang disampaikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Candra, A . 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Aspirator 2 (2):110 –119.
Departemen Kesehatan Rebublik Indonesia. 2007. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Parwito. 2013. 48 Orang Meninggal Akibat Serangan DBD di Jateng http://www.merdeka.com/peristiwa/48-jiwa-meninggal-akibat-serangan-dbd-di-jateng.htm. Diakses 14 Januari 2014.
Puskesmas Karanganyar. 2012. Penyakit Menular Tahun 2012. Karanganyar: Puskesmas Karanganyar.
____________________. 2013. Penyakit Menular Tahun 2013. Karanganyar: Puskesmas Karanganyar.
Sibarani, Rejeki S (2012). Pengaruh Implementasi Kebijakan DBD Terhadap Kejadian DBD di Kelurahan Bandar Sakti Kota Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara: Thesis
World Health Organization. 2012. Global Strategy for Dengue Prevention and Control. France : World Health Organization.
_______________________. 2013. Control Strategies Dengue Environmental Management. http://www.who.int/denguecontrol/ control_strategies /environmental_management/en/index.html. Diakses 14 Januari 2014
16
LAMPIRAN
1. Leaflet penyuluhan
17