25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah 1. Pengertian Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003) Tumbuh dan Kembang Anak Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda. (Soetijiningsih, 1995) Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), dan ukuran tulang. (Soetijiningsih, 1995) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetijiningsih, 1995) Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. (Soetijiningsih, 1995)

psikologi perkembangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikologi

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah 1. Pengertian

    Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 6 tahun.

    Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten.

    Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program

    tempat penitipan anak 3 5 tahun dan kelompok bermain atau

    Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 6 tahun

    biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. (Biechler dan

    Snowman dari Patmonodewo, 2003)

    Tumbuh dan Kembang Anak

    Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan

    lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian

    kemampuan perkembangan juga berbeda. (Soetijiningsih, 1995)

    Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

    jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

    bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang

    (centimeter, meter), dan ukuran tulang. (Soetijiningsih, 1995)

    Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

    struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

    dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang

    menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan

    tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa,

    sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

    perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil

    interaksi dengan lingkungannya. (Soetijiningsih, 1995)

    Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak dari konsepsi

    sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan

    lingkungan. (Soetijiningsih, 1995)

  • 8

    Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat

    membelah diri dan mensintesis protein baru mengahsilkan peningkatan

    ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009).

    Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap

    perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih

    tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui

    pertumbuhan maturasi serta pembelajaran.

    Pola tumbuh kembang bersifat jelas dapat diprediksi, kontinyu,

    teratur, dan progresif, pola atau kecendrungan ini juga bersifat universal

    dan mendasar bagi semua individu, namun unik dalam hal cara dan

    waktu pencapaiannnya.

    a. Pertumbuhan biologis dan perkembangan fisik

    Sejalan dengan pertumbuhan anak, dimensi eksternal

    anak prasekolah juga berubah. Perubahan ini disertai dengan

    perubahan yang berkaitan dengan struktur dan fungsi organ internal

    dan jaringan yang mencerminkan diperolehnya kompetensi

    fisiologis secara bertahap. Setiap bagian memiliki laju

    pertumbuhan masing-masing yang dapat secara langsung berkaitan

    dengan perubahan ukuran anak (missal, frekunensi jantung).

    Pertumbuhan otot rangka hamper sama dengan pertumbuhan

    seluruh tubuh, jaringan otak, limfoid, adrenal dan reproduksi

    tumbuh dalam pola yang berbeda dan bersifat individual.

    b. Perubahan fisiologis

    Perubahan fisiologis yang terjadi disemua organ dan

    system berkaitan dengan disfungsinya. Hal ini seperti frekuensi

    nadi dan pernafasan serta tekanan darah. Selain itu juga terdapat

    perubahan-perubahan pada disfungsi dasar, termasuk metabolisme,

    suhu, pola tidur dan istirahat (Wong, 2009).

  • 9

    2. Ciri-ciri Anak Prasekolah Snowman (1993) dikutip dari Padmonodewo (2003) mengemukakan

    ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif

    anak.

    1. Ciri Fisik

    Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan

    dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.

    1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah

    memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan

    sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri.

    Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan

    melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak

    mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah

    pengawasan.

    2) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan

    lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya

    dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik

    anak lelaki apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap

    membandingkan lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi

    ketrampilan.

    2. Ciri Sosial

    Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di

    sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua

    sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat

    menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan

    teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis

    kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang

    terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

    3. Ciri Emosional

    Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan

    bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering

  • 10

    terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru atau orang

    sekitar.

    4. Ciri Kognitif

    Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian

    besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.

    Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang

    baik.

    3. Tugas Tumbuh Kembang Anak Soetijiningsih, 1995 mengemukakan bahwa semua tugas

    perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan

    perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut

    sektor perkembangan yang meliputi :

    1. Perilaku Sosial

    Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian,

    bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya,

    membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan,

    menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan

    sendiri.

    2. Gerakan Motorik Halus

    Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

    mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian

    tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

    koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan

    menggambar manusia.

    3. Bahasa

    Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara,

    mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal

    dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil).

  • 11

    4. Gerakan Motorik Kasar

    Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh,

    misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan

    menendang bola ke depan.

    4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan 1. Keturunan

    Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar

    pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi

    acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan

    perilaku orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan

    keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan

    dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut.

    Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan anak dalam hal

    sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan.

    Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran,

    bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat

    mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan

    lingkungan.

    2. Faktor Neuroendoktrin

    penelitian menunjukan kemungkinan adanya pusat

    pertumbuhan dalam region hipotalamik yang bertanggungjawab

    untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara

    genetic. Beberapa hubungan fungsional diyakini diantara

    hipotalamus dan system endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan.

    3. Nutrisi

    Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling

    penting pada pertumbuhan. Factor diit mengatur pertumbuhan pada

    semua tahap perkembangan dan efeknya ditunjukan pada cara yang

    beragam dan rumit, selama masa bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan

    kalori relative besar dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat

    badan.

  • 12

    4. Hubungan interpersonal

    Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting

    dalam perkembangan terutama dalam perkembangan emosi,

    intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi,

    intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak

    dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang sedang

    berkembang tetapi luasnya rentang kontak penting untuk

    pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.

    5. Tingkat Sosioekonomi

    Tingkat sosioekonomi keluarga mempunyai dampak

    signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia

    anak dari kelas atas dan menengah mempunyai tinggi lebih dari anak

    keluarga dengan strara ekonomi rendah. Keluarga dari sosioekonomi

    rendah kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang

    diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi

    dan kaya nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak.

    6. Penyakit

    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu

    menifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan

    pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti

    berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom

    (sindrom turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia

    resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis, dan berbagai gangguan

    lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan.

    Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk

    mencerna dan mengabsorsi nutrisi tubuh akan memberi efek

    merugiokan pada pertumbuhan dan perkembangan

    7. Bahaya Lingkungan

    Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi

    asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan

    keamanan cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya

  • 13

    lingkungan, dan berkaitan dengan usia bahaya khusus dan

    ketidakmampuan fisik.

    Anak beresiko tinggi mengalami cedera akibat resiko kimia

    dan ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik dan

    akumulasi (baum dan Shannon, 1995). Agens berbahaya yang paling

    sering dikaitkan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan

    radiasi.

    8. Stres pada masa kanak-kanak

    Meskipun semua anak mengalami stress beberapa anak muda

    tampak lebih rentan disbanding yang lain. Usia anak temperamen

    situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan reaksi

    dan kemampuan mereka mengatasi stress. Orang tua dapat mencoba

    untuk mengenali tanda stress untuk membantu anak mengahdapi

    stress sebelum menjadi berat.

    9. Pengaruh media massa

    media dapat memberi pengaruh besar pada perkembangan

    anak, media memberi anak suatu cara untuk memperluas

    pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka hidup dan

    berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Anak

    dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang

    digambarkan dalam materi bacaan, film, fideo dan program televise

    serta iklan.

    B. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) 1. Pengertian

    Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota

    rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan pola hidup bersih

    dan sehat, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,

    mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman

    penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

    (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006)

  • 14

    Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberikan

    pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

    keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

    komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

    meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan

    pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan

    masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu

    masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam

    tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat

    dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya.

    (Departemen Kesehatan RI, 2000)

    2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat Tujuan dari pelaksanaan program PHBS adalah untuk meningkatkan

    pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga dalam

    mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

    2006), sedangkan menurut Dep Kes RI (1997), tujuan dari PHBS adalah

    untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan

    masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran

    serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan

    derajat kesehatan yang optimal.

    3. Sasaran Perilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Dep Kes RI (1997) ada 5 sasaran, meliputi :

    Tatanan PHBS

    Sasaran Primer

    Sasaran Sekunder

    Sasaran Tersier Prioritas

    Rumah Tangga Institusi Pendidikan Tempat Kerja Tempat Umum Institusi Kesehatan

    Anggota keluarga Seluruh siswa Seluruh karyawan Pengunjung atau pengguna jasa Pasien atau pengunjung

    Ibu Guru, karyawan, OSIS Pengurus atau serikat kerja Pegawai atau karyawan Petugas kesehatan

    Kepala keluarga Kepala sekolah atau pengelola Direksi atau pemilik Direksi atau pemilik Pimpinan atau Direktur

    KIA, Gizi, Kesling, gaya hidup, sarkes Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup, gizi, KIA

  • 15

    4. Strategi Perilaku Hidup Bersih Sehat Adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

    Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dalam hal ini ada tiga strategi utama

    dalam melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dapat digambarkan

    dalam tabel berikut :

    Strategi Sasaran Tujuan Cara yang Dilakukan

    Memberdayakan (Empowerment) Pembinaan Suasana (Social Support) Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

    Primer Sekunder Tersier

    Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (PHBS) Pengembangan pendapat umum, opini, norma Persetujuan, dukungan

    Penyuluhan perorangan, kelompok dan missal, pelatihan atau orientasi, mendistribusikan bahan penyuluhan Pendekatan perorangan dan kelompok Konsultasi, pertemuan

    5. Tatanan Perilaku Hidup Bersih Sehat Program perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dilakukan berbagai

    tatanan, seperti tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,

    tempat umum, institusi kesehatan. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Tengah, 2002)

    6. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan dan Kesehatan Pribadi

    Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan diri dan kesehatan

    pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan

    kepada peserta didik di sekolah dan di rumah. Melalui peningkatan

    kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik,

    Kebersihan Pangkal Kesehatan, slogan initidak dapat kita pungkiri

    kebenarannya. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang selalu berupaya

    memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, antara lain

    dengan cara-cara berikut :

  • 16

    1. Memelihara Kebersihan Diri

    Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi

    peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara

    keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena

    menjaga kebersihan pribadi secara optimal, tidak mungkin

    terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan sehat

    sejak dini. Hidup sehat sangat didampakan oleh semua manusia,

    karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat pada

    dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar

    selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi

    merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai tingkat

    kesehatan pribadi.

    2. Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat

    Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi

    tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan

    karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu

    yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi

    bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh

    kebiasaan negatif (buruk) misalnya, meludah atau membuang

    sampah di sembarang tempat, menggigit-gigit jari atau benda dan

    sebagainya. Contoh kebiasaan yang positif (baik) misalnya, teliti

    dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam waktunya (tidur, bangun

    pagi, berangkat ke sekolah atau berolah raga secara teratur).

    Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan

    sehari-hari sangat sukar diubah.

    Membiasakan hidup bersih sehat pada kehidupan sehari-hari

    diantaranya adalah mencuci tangan.

    Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau

    minum, sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah

    buang air besar yang dapat mencegah penularan penyakit.

  • 17

    Mencuci tangan dengna air bersih dan sabun dapat mematikan

    kuman yang melekat pada tangan. Hal ini membantu mencegah

    masuknya kuman ke dalam mulut anak. Anak-anak sering sekali

    mempunyai kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut. Oleh

    karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan

    setelah buang air besar guna mencegah penyebaran penyakit.

    Dalam hal ini, orang tua sangat berperan dalam pembentukan

    kebiasaan anak untuk mencuci tangan. Orang tua dapat mengajarkan

    dan memberi contoh pada anak cara mencuci tangan yang benar,

    serta dapat selalu mengingatkan anak ketika anak lupa

    melakukannya.

    1) Pengertian

    Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu

    secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun

    dan air. Cuci tangan merupakan tindakan paling penting dalam

    mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda

    terkontaminasi ke orang). (Gerner & Farero, 1986)

    2) Tujuan

    Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu

    secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah

    mikroorganisme sementara. Cuci tangan dengan sabun biasa dan

    air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti

    mikrobial (Pereira, Lee dan Wade, 1990).

    Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memegang

    makanan, makan atau minum. Serta juga sebaiknya dilakukan

    setelah melakukan aktivitas, setelah bermain dan setelah buang

    air besar.

    3) Teknik Mencuci Tangan yang Dianjurkan

    Jauh sebelum akhir abad yang lalu, studi mengenai teknik

    cuci tangan sudah banyak ditulis dalam literatur waktu itu.

    Pendapat mengenai pentingnya tangan yang bersih, bahkan

  • 18

    sudah ada jauh sebelum itu. Sebagaimana dapat dibaca dalam

    Kitab Perjanjian Lama. Meskipun banyak bukti yang

    memperkuat mencuci tangan secara teliti (benar) dan seringkali

    banyak ahli yang hingga kini berpendapat bahwa tangan yang

    terkena kontaminasi merupakan faktor utama terjadinya infeksi

    silang. Di rumah sakit, sekolah, maupun rumah tangga,

    tanganlah yang senantiasa digunakan, misalnya, perawat ataupun

    dokter dalam pemberian pelayanan, anak-anak bermain, dan

    para ibu melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, seringkali

    mencuci tangan nampaknya lebih merupakan suatu yang bersifat

    semacam upacara daripada sesuatu yang memang seharusnya

    dilakukan.

    Banyak peneliti yang menguraikan manfaat antiseptik

    tertentu untuk membersihkan tangan. Akan tetapi, apabila tak

    ada alasan untuk menganggap tangan mengandung organisme

    yang pathogenis dan jika tidak terjadi kontak langsung dengan

    sesuatu yang kotor, maka nampaknya tidak dilakukan cuci

    tangan.

    Mencuci tangan lebih baik dilakukan dengan air yang

    mengalir pada wastafel, dan krannya ditutup dan dibuka tidak

    dengan tangan, melainkan dengan kaki. Jika kran itu dibuka

    tutup dengan tangan, maka membuka dan menutupnya haruslah

    dengan lap kertas. (Papor towel)

    Adapun cara mencuci tangan adalah sebagai berikut :

    a) Basahi tangan dengan air

    b) Pakai sabun

    c) Gosok punggung tangan dan pergelangan tangan agar

    banyak keluar sabun.

    d) Bersihkan busa dan kotoran dari tangan, dengan cara

    menyiram aliran air ke tangan.

    e) Bersihkan sela-sela kuku dengan air mengalir.

  • 19

    f) Bilas sampai bersih.

    g) Keringkan tangan dengan lap kertas, jika tidak ada dapat

    menggunakan lap bersih.(Tiethen, 2004).

    C. Perilaku 1. Pengertian

    Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada

    manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat

    dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi

    tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

    (Notoatmojo, 2003)

    Menurut Skiner dikutip dari Notoatmojo, 2003 bahwa perilaku

    merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan

    (respon) yang dibedakan adanya dua respon, yaitu :

    b. Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

    rangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan tetap, misalnya

    makanan yang lezat menimbulkan air liur.

    c. Operant respon yaitu respon yang timbul dan perkembangannya

    diikuti oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon yang

    telah dilakukan oleh organisme. Misalnya seoran anak belajar atau

    telah melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward atau

    hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik

    melakukan perbuatan tersebut.

    2. Prosedur Pembentukan Perilaku Notoatmojo, 2003 mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku

    manusia adalah operant respon, sehingga untuk membentuk jenis respon

    atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang

    disebut operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam

    operant conditing ini menurut Skiner adalah sebagai berikut :

  • 20

    1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat

    atau reinforcer berupa hadiah atau reward bagi perilaku yang akan

    dibentuk.

    2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen

    kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian

    komponen tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat untuk

    menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

    3. Dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan

    sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-

    masing komponen tersebut.

    4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan

    komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah

    dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan

    komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

    dilakukan. Kalau perilaku itu sudah terbentuk, maka dilakukan

    komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen

    pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang,

    sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan

    komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku

    yang diharapkan terbentuk. Misalnya dikehendaki agar anak

    mempunyai kebiasaan mencuci tangan, untuk berperilaku seperti ini

    maka anak tersebut harus

    3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green, dalam Notoatmojo (2005), mengemukakan bahwa

    untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan

    orang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam

    perilaku dan faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor

    yaitu :

    1. Faktor Predisposisi

    Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive

    domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

  • 21

    yang berupa materi untuk cuci tangan, sehingga menimbulkan

    pengetahuan baru pada subyek tersebut, selanjutnya menimbulkan

    respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan

    tentang cuci tangan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap cuci

    tangan diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek

    terhadap cuci tangan. Di bawah ini akan diuraikan tentang

    pengetahuan, sikap dan praktek.

    a. Pengetahuan

    Menurut Notoatmojo, 2003 mengemukakan pengetahuan

    merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap pengetahuan ini. Selain pengindraan ini, juga

    dengan penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

    manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga

    merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya

    perilaku mencuci tangan yaitu pengetahuan.

    Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain mempunyai

    enam tingkatan, yaitu tahu (know), artinya mengingat suatu materi

    yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

    tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap materi mencuci

    tangan dan prakteknya yang telah diterima, kemudian memahami

    (comprehension) mempunyai arti suatu kemampuan untuk

    menjelaskan atau mempraktekkan secara benar tentang cuci tangan,

    aplikasi (application) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

    untuk menggunakan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan

    yang telah dipelajari, sedangkan analisis (analysis) adalah suatu

    kemampuan untuk menghubungkan dan menguraikan dalam seluruh

    materi tersebut. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan

    untuk melakukan penilaian terhadap materi tersebut.

    b. Sikap

    Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

    bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi

  • 22

    sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas,

    akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi

    tertutup.

    Sikap terhadap cuci tangan merupakan reaksi (respon) yang

    masih tertutup dari seseorang terhadap materi cuci tangan. Sikap

    secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya

    kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan

    sehari-hari merupakan reaksi yang bersiat emosional terhadap

    stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk bereaksi

    terhadap pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan, penghayatan

    terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk mencuci

    tangan yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan

    emosional (evaluasi) kecenderungan untuk bertindak, ketiga

    komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

    Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi

    memegang peranan penting (Notoatmojo, 2003)

    Berbagai tindakan, sikap yang berpengaruh terhadap

    pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan antara lain

    menerima (receiving), merespon, menghargai dan bertanggung

    jawab menerima sendiri. Artinya orang tua mau memperhatikan

    pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan. Mereson

    (responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,

    mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

    indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak orang lain

    untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

    tiga, sedangkan bertanggung jawab (responsible), bertanggung

    jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

    merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2003)

    c. Tindakan atau Praktek

    Tingkatan-tingkatan praktek antara lain persepsi, respon

    terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception),

  • 23

    mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

    yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama, sedangkan

    respon terpimpin (guida respon) dapat melakukan cuci tangan yang

    benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat

    dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seseorang telah

    melakukan cuci tangan dengan benar dan tanpa paksaan (dengan

    penuh kesadaran) maka sudah mencapai praktik tingkat ketiga,

    sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan)

    yang sudah berkembang dengan baru artinya sesuatu itu sudah dan

    telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    2. Faktor Pendukung atau Pemungkin Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam

    suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya

    pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang

    mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif

    ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta

    dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan

    dukungan sosial dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku.

    Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan

    seseorang berperilaku ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya

    (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan

    keluarga.

    3. Faktor Penguat Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu

    tujuan yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan

    petugas kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta

    kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan

    mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak

    dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan

    mendorong proses belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk

    terjadinya suatu perilaku. Hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban

  • 24

    sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya),

    yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.

    D. Peran Orang Tua 1. Pengertian

    Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang

    posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang

    dalam suatu sistem sosial. Setiap perilaku individu menempati posisi-

    posisi multiple, orang dewasa, dan pria suami (Biddle, dkk, 1998 dalam

    Friedmen, 1998) yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini adalah

    sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang terkait

    adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan

    dalam keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain bagi anak.

    (Friedman, 1998)

    Peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang

    diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung

    jawabnya. (Rice, 1999)

    Orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-bunda yang

    bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil

    pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan

    spiritual. (Wadnaningsih, 2005)

    Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua

    dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan

    mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru

    dari orang tuanya. (Maulani, dkk, 2005)

    Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang

    ayah-ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan

    keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya

    pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik

    berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional

    yang mandiri.

  • 25

    2. Macam-macam Peran Ada dua macam peran yaitu :

    1. Peran Formal

    Peran formal merupakan peran yang membutuhkan ketrampilan

    dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut. Peran

    formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah sebagai

    pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga, di samping

    itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota

    keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga

    yang lainnya mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan

    perannya agar tetap berfungsi dengan baik. (Murray, dkk dalam

    Friedme, 1998).

    2. Peran Informal

    Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang

    berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih

    berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu.

    Peran formal dapat mempermudah pandangan terhadap sifat

    masalah yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat.

    Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat mempermudah

    pelaksanaan peran-peran formal. (Friedmen, 1998)

    3. Faktor yang Mempengaruhi Peran 1. Faktor Kelas Sosial

    Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,

    pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial

    akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan

    yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan,

    sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status

    ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.

    (Notoatmojo, 2003)

    Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua

    merupakan hal paling penting dari sang ibu, dimana ibu lebih jauh

  • 26

    bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak

    dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan,

    kepatuhan, kebersihan, dan disiplin bila dibandingkan dengan

    keluarga menengah ke atas yang lebih menitik beratkan pada

    pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian

    prinsip perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak.

    (Besmer dalam Friedmen, 1998)

    2. Faktor Bentuk Keluarga

    Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak

    mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat

    ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak

    harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai

    konstanta tetap dalam kehidupan anak. (Wong, dkk, 2002) Anak

    merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

    dengan tahap perkembangan, meliputi kebutuhan fisiologis sosial

    dan spiritual. (Hidayat, 2008)

    Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah

    dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

    anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan

    adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman

    dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan

    sosial dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang

    hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota

    keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri.

    3. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga

    Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya

    pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan

    dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah

    menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap

    berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana

  • 27

    dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai

    dengan keadaan.

    4. Faktor Model Peran

    Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang

    diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam

    masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu

    tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran.

    (Friedman, 1998)

    5. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan atau

    Sakit

    Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan

    keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran keluarga.

    Peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan

    utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga.

    (Litman dalam Friedman, 1998)

    E. Hubungan Peran Orang Tua Dalam Perilaku Hidup Bersih Sehat Dengan Kebiasaan Mencuci Tangan

    Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi

    pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peran itu sangat

    menentukan dalam mendidik anak. Ibu merupakan orang pertama kali

    dijumpai seorang anak dalam kehidupannya. Karena itu, segala perilaku,

    cara mendidik anak, dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi

    anaknya, biasa menampilkan sikap ketergantungan anak lebih kepada

    ibunya daripada kepada ayahnya. Demikian juga dalam menanamkan

    pengetahuan mengenai pentingnya cuci tangan, sebagian orang tua memang

    tampak mampu menjaga dengan baik perilakunya.

    Kaum ibu sangat berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan

    kesehatan secara umum. Orang tua merupakan tokoh panutan anak, maka

    diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang belum bersekolahpun

  • 28

    mau dan mampu mencuci tangan dengan baik dan teratur melalui model

    yang ditiru dari orang tuanya. (Maulani, dkk, 2005).

    Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan

    pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak

    dapat membiasakan cuci tangan. Selain itu orang tua juga mempunyai peran

    yang cukup besar di dalam pengawasan anak dalam melakukan cuci tangan.

    Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya

    perilaku yang mendukung atau tidak mendukung sikap tersebut.

    Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana

    yaitu melalui proses pendidikan orang tua dengan pengetahuan rendah

    mengenai perilaku cuci tangan merupakan faktor predisposisi dari perilaku

    yang tidak mendukung tercapainya kebiasaan cuci tangan pada anak.

    (Riyanti, 2008).

  • 29

    F. Kerangka Teori

    (Sumber : Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi)

    G. Kerangka Konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    ( variabel independent ) ( variabel dependen )

    Faktor Predisposisi / Pemudah :

    Pengetahuan Pendidikan Sikap Tindakan

    Faktor Pemungkin / Pendukung :

    Pendapatan keluarga Pelayanan kesehatan

    Faktor Pendorong :

    Peran orang tua

    Kebiasaan anak

    Mencuci tangan

    Peran orang tua

    Kebiasaan

    Mencuci tangan

  • 30

    H. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan untuk penelitian ini ada dua yaitu :

    1. Variabel Bebas ( Variabel Independen )

    Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah peran orang

    tua dalam perilaku hidup bersih sehat. Peran orang tua merupakan

    sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).

    2. Variabel Terikat ( Variabel Dependen ) Dalam penelitian ini sebagai variabel dependen adalah kebiasaan

    mencuci tangan, variabel tersebut dipengaruhi atau terjadi akibat

    variabel bebas.

    I. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka

    hipotesis penelitian yang dirumuskan : Ada hubungan peran orang tua

    dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pada

    anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Siwi Peni Kecamatan Guntur

    Kabupaten Demak.