25
KERAGAAN TANAMAN WORTEL (Daucus carota L.) PADA BEBERAPA TINGKAT NAUNGAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM Try Zulchi PH 1 , Tatik Wardiyati 2 , Mudji Santoso 2 ABSTRAK Wortel merupakan tanaman dataran tinggi yang banyak dibudidayakan dengan sistem budidaya monokultur dan tumpang sari. Bahkan ada beberapa yang ditanam di bawah / diantara tanaman tahunan. Dengan kondisi penanaman tersebut akan menyebabkan pengurangan intensitas cahaya, nutrisi dan air bagi tanaman wortel. Melihat fenomena tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan teknologi aplikasi pupuk kandang ayam pada pertumbuhan dan hasil tanaman wortel di bawah naungan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2003 di Desa Junggo Kota Batu, menggunakan rancangan percobaan Petak Terbagi. Terdapat 2 faktor perlakuan yaitu: (1) faktor pertama sebagai petak utama, berupa persentase naungan terdiri dari 4 taraf: 0%, 20%, 40% dan 60%. Naungan yang digunakan berupa paranet plastik warna hitam; (2) faktor kedua sebagai anak petak, dosis pupuk kandang ayam dengan 3 taraf: 10, 20 dan 30 ton/ha. Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa naungan, dengan pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil, sedangkan pada tanaman yang dinaungi, pemberian pupuk kandang ayam tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil wortel. Perlakuan naungan 20%, tanaman wortel dapat tumbuh baik, meskipun bobot umbi segar menurun 14% per m 2 , tetapi terjadi peningkatan kadar beta karoten umbi. Pemberian pupuk kandang ayam 10 ton/ha menunjukkan pertumbuhan dan hasil wortel tidak berbeda dengan pemberian dosis pupuk 20 dan 30 ton/ha. Kata kunci: wortel, naungan, pupuk kandang ayam, pertumbuhan tanaman ABSTRACT Carrot is a highland plant that is mostly grown in monoculture and intercropping systems. There are even some were grown under / between perennial trees. However, this system causes the decline of light intensity, nutrient and water. In line with this phenomenon, a research was conducted to determine the influence of chicken manure and shading on carrot’s growth and yield. 1 Mahasiswa PS Ilmu Tanaman, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya 2 Dosen Fakultas Pertanian dan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya 2

Pupuk Kandang Ayam Memperbaiki Tanaman Wortel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pupuk Kandang Ayam Memperbaiki Tanaman Wortel

Citation preview

Abstraksi

KERAGAAN TANAMAN WORTEL (Daucus carota L.) PADA BEBERAPA TINGKAT NAUNGAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM Try Zulchi PH, Tatik Wardiyati2, Mudji Santoso2ABSTRAK

Wortel merupakan tanaman dataran tinggi yang banyak dibudidayakan dengan sistem budidaya monokultur dan tumpang sari. Bahkan ada beberapa yang ditanam di bawah / diantara tanaman tahunan. Dengan kondisi penanaman tersebut akan menyebabkan pengurangan intensitas cahaya, nutrisi dan air bagi tanaman wortel. Melihat fenomena tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan teknologi aplikasi pupuk kandang ayam pada pertumbuhan dan hasil tanaman wortel di bawah naungan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2003 di Desa Junggo Kota Batu, menggunakan rancangan percobaan Petak Terbagi. Terdapat 2 faktor perlakuan yaitu: (1) faktor pertama sebagai petak utama, berupa persentase naungan terdiri dari 4 taraf: 0%, 20%, 40% dan 60%. Naungan yang digunakan berupa paranet plastik warna hitam; (2) faktor kedua sebagai anak petak, dosis pupuk kandang ayam dengan 3 taraf: 10, 20 dan 30 ton/ha. Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa naungan, dengan pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil, sedangkan pada tanaman yang dinaungi, pemberian pupuk kandang ayam tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil wortel. Perlakuan naungan 20%, tanaman wortel dapat tumbuh baik, meskipun bobot umbi segar menurun 14% per m2, tetapi terjadi peningkatan kadar beta karoten umbi. Pemberian pupuk kandang ayam 10 ton/ha menunjukkan pertumbuhan dan hasil wortel tidak berbeda dengan pemberian dosis pupuk 20 dan 30 ton/ha.

Kata kunci: wortel, naungan, pupuk kandang ayam, pertumbuhan tanaman

ABSTRACT

Carrot is a highland plant that is mostly grown in monoculture and intercropping systems. There are even some were grown under / between perennial trees. However, this system causes the decline of light intensity, nutrient and water. In line with this phenomenon, a research was conducted to determine the influence of chicken manure and shading on carrots growth and yield.

The research was conducted from January through April 2003 in Junggo Village in Batu using Split Plot Design. There were 2 treatments i.e: (1) as main plot, namely the percentage of shading consisting of 4 levels: 0 %, 20 %, 40 % and 60 %. The shading material used was black plastic net; (2) as sub plot, namely chicken manure dosage consisting of 3 levels: 10 tons/ha, 20 tons/ha and 30 tons/ha. The twelve treatment combinations obtained were replicated three times.

The result showed that the treatment of 20 tons/ha chicken manure onto carrot grown with no shading increased the growth and yield. This treatment, however, did not show a significant difference in the growth and yield when applied to carrot grown with shading. The treatment of 20% shading, yielded a good plant growth although accompanied by the decrease in the fresh tuber weight by 14 % and the increase in beta carotene content. The application of 10 tons/ha did not show difference in the growth and yield of carrot treated with 20 tons/ha and 30 tons/ha of chicken manure.

Keywords: carrot, shade, chicken manure, plant growth

PENDAHULUAN

Pada 10 tahun terakhir, pengalihan fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan erosi, tanah longsor dan kekeringan. Untuk mengendalikan hal tersebut perlu dilakukan penghutanan kembali (reforestry). Di sisi lain, petani memerlukan lahan untuk usaha produksi pertanian. Maka upaya yang dapat dilakukan dengan penggabungan sistem antara budidaya tanaman hutan dengan tanaman semusim.

Sistem penanaman pohon dengan tanaman semusim merupakan salah satu alternatif di dalam meningkatkan produktifitas lahan dan tanaman, sehingga memungkinkan mengurangi dampak negatif alih fungsi lahan tersebut. Tetapi dengan sistem itu menimbulkan pengurangan intensitas cahaya di bawah tegakan tanaman pohon.

Pada lahan yang telah beralih fungsi mengalami penurunan bahan-bahan organik. Sedangkan untuk tanaman semusim memerlukan keadaan lahan yang subur. Untuk mendukung kemampuan lahan menjadi produktif kembali, maka perlu ditambahkan bahan organik dari pupuk kandang. Sebab pupuk kandang mempunyai kandungan hara yang lengkap dan sesuai bagi pertumbuhan tanaman, serta di dalam tanah akan terjadi penguraian lebih lanjut baik secara fisik, kimia maupun biologi yang dapat memperbaiki keadaan tanah.

Wortel merupakan komoditi utama tanaman dataran tinggi di Batu, yang banyak dibudidayakan dengan sistem monokultur dan tumpang sari. Bahkan ada yang ditanam di bawah / diantara tanaman tahunan. Namun selama ini penelitian kekurangan cahaya (naungan) terhadap tanaman wortel belum banyak diteliti. Maka dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan teknologi aplikasi dosis pupuk kandang ayam pada pertumbuhan dan hasil tanaman wortel di bawah naungan.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2003, yang bertempat di Desa Junggo Kota Batu. Sedangkan analisa organ tanaman (daun dan umbi) dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

Bahan percobaan meliputi benih wortel, pupuk kandang ayam, insektisida (Dursban 20 WP) dan fungisida (Dithane M 45). Alat yang digunakan: luxmeter, soil tester, termometer, leaf area meter, timbangan, jangka sorong, meteran, spektrofotometer, alat penyemprot hama penyakit, cangkul dan paranet plastik.

Rancangan percobaan mengguna-kan Rancangan Petak Terbagi, yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor pertama yaitu persentase naungan (N), berupa paranet plastik warna hitam dengan ukuran lubang sebagai berikut N0= 0 % (tanpa naungan); N1 = 20 % (lubang 0,4 x 0,4 cm); N2 = 40 % (lubang 0,3 x 0,3 cm, dua lapis) dan N3 = 60 % (lubang 0,1 x 0,1 cm / net anggrek). Faktor kedua yaitu dosis pupuk kandang ayam (A) dengan taraf: A1 = 10 ton/ha (2,4 kg/petak); A2 = 20 ton/ha (4,8 kg/petak) dan A3 = 30 ton/ha (7,2 kg/petak). Data dianalisis dengan analisis ragam (analysis of variance / Anova) dan diuji lanjut dengan Duncans Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5% untuk perlakuan yang berbeda nyata.

Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, bobot segar dan kering tanaman, laju pertumbuhan, laju asimilasi bersih. Pengamatan hasil umbi meliputi: bobot umbi segar. Sedangkan kualitas umbi meliputi: kadar beta karoten, pati, glukosa dan serat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman wortel yang dinaungi 20% atau lebih dengan beberapa dosis pupuk kandang ayam menunjukkan tidak berpengaruh (Tabel 1). Sedangkan tanpa naungan dengan pupuk 20 dan 30 ton/ha meningkatkan tinggi tanaman sebesar 34,44 dan 32,94 cm.

2. Bobot segar dan bobot kering tanaman

Pada pengamatan bobot segar dan bobot kering total tanaman mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya persentase naungan. Pada pengamatan bobot segar menunjukkan bahwa adanya naungan 20% atau lebih yang dipupuk 20 dan 30 ton/ha tidak berbeda dengan 10 ton/ha. Sedangkan tanpa naungan, dengan pemupukan 30 ton/ha mengalami peningkatan bobot segar sebesar 19,6% dari 107,22 menjadi 133,33 g/tan. (Gambar 1). Demikian pula, pada bobot kering total tanaman, adanya naungan 20% atau lebih dengan beberapa dosis pemupukan menunjukkan hasil tidak berpengaruh. Sedangkan tanpa naungan yang dipupuk 20 dan 30 ton/ha menunjukkan peningkatan bobot kering sebesar 33,2% (12,10 g/tan) dan 30,8% (11,98 g/tan) (Gambar 1).

3. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan wortel menunjukkan bahwa tanpa naungan dengan dosis pupuk 20 dan 30 ton/ha mengalami peningkatan laju pertumbuhan sebesar 0,402 dan 0,340 g/hr dari 0,259 g/hr. Dan adanya naungan dengan dipupuk 20 dan 30 ton/ha menunjukkan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan (Tabel 1).

4. Laju asimilasi bersih

Pada laju asimilasi bersih (LAB) menunjukkan peningkatan, pada tanpa naungan yang dipupuk 20 dan 30 ton/ha terjadi peningkatan laju asimilasi 0,730 dan 0,660 g/cm2/hr dari 0,520 g/cm2/hr (Tabel 1). Sedangkan adanya naungan dengan penambahan pupuk tidak mengalami perbedaan laju asimilasi bersih tanaman wortel.

Tabel 1.Pengaruh naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman, laju pertumbuhan dan laju asimilasi bersih

PerlakuanTinggi tanaman

(cm)Laju pertumbuhan

(g/hr) Laju asimilasi bersih

(g/cm2/hr)

a.% Naunganb. DPA (ton/ha)

Tanpa

Naungan1029,17 e0,259 b0,520 b

2034,44 b0,402 a0,730 a

3032,94 bc0,340 a0,660 a

Naungan

20%1029,78 cd0,239 bcd0,415 bc

2033,39 bc0,250 bc0,358 cd

3031,78 d0,256 bc0,378 cd

Naungan

40%1037,78 a0,177 d0,237 e

2038,39 a0,233 bcd0,303 de

3037,22 a0,177 d0,215 e

Naungan

60%1037,33 a0,186 cd0,194 e

2038,72 a0,174 d0,202 e

3037,83 a0,211 bcd0,225 e

kk (%) 4,1815,2315,71

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

DPA = dosis pupuk kandang ayamhst = hari setelah tanam

kk = koefisien keragaman

Gambar 1. Histogram bobot segar dan bobot kering tanaman akibat naungan dan pupuk kandang ayam

Keterangan: Naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1= 10 ton/ha; A2= 20 ton/ha; A3= 30 ton/ha

Hasil umbi

1. Bobot umbi segar

Pada bobot umbi segar saat umur 100 hst, perlakuan tanpa naungan dengan pupuk kandang ayam 20 ton/ha meningkatkan bobot umbi segar sebesar sebesar 9,6%, dengan naungan 20%, 40% dan 60% dengan beberapa dosis pupuk kandang ayam menunjukkan bobot segar umbi tidak berpengaruh (Gambar 2).

2. Kadar beta karoten dan pati

Pada umur 100 hst, perlakuan naungan 40% dan 60% dengan pupuk kandang ayam 10, 20 dan 30 ton/ha menurunkan kadar beta karoten umbi sebesar 8% sampai 26% dibanding tanpa naungan, sedangkan pada naungan 20% mengalami peningkatan kadar beta karoten 33%, 34% dan 15% (Tabel 3).

Perlakuan naungan 20%, 40% dan 60% dengan pemupukan 10-30 ton/ha menurunkan kadar pati umbi sebesar 4,9% sampai 21% dibanding tanpa naungan (Tabel 3).

4. Kadar glukosa dan serat

Pada kadar glukosa, umur 100 hst dengan perlakuan naungan 20%, 40% dan 60% dan pemupukan 10 sampai 30 ton/ha penurunan kadar glukosa umbi sebesar 5% sampai 21% (Tabel 3). Pada kadar serat, perlakuan naungan 20%, 40% dan 60% dengan pemupukan 10 sampai 30 ton/ha menurunkan kadar serat umbi sebesar 1,5% sampai 34% dibanding tanpa naungan (Tabel 3).

Gambar 2. Histogram bobot segar umbi akibat perlakuan naungan dan dosis pupuk kandang ayam

Tabel 3. Perlakuan naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap kandungan nutrisi umbiPerlakuanBeta Karoten (ppm)Pati

(%)Glukosa (mg/ml)Serat

(%)

% NaunganDPA (ton/ha)

Tanpa

Naungan1030,851,6512,971,71

2032,441,7711,811,94

3036,281,7914,531,80

Naungan

20%1046,201,7412,931,73

2049,101,688,571,67

3043,141,7411,891,60

Naungan

40%1028,321,7413,801,44

2027,501,6510,291,55

3026,881,5410,071,58

Naungan

60%1023,041,4715,301,69

2028,661,4012,761,72

3025,431,4214,721,52

Sumber: angka-angka ini merupakan rata-rata hasil analisa secara duplo

DPA = dosis pupuk kandang ayam

Pembahasan

Tanaman wortel yang mendapat naungan 20% atau lebih dengan penambahan pupuk kandang ayam menunjukkan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Dan makin meningkatnya naungan mengakibatkan tanaman tumbuh memanjang (etiolasi) yang ditunjukkan pada tabel 1. Hal ini diakibatkan peningkatan produksi auksin dan distribusi auksin yang terjadi di pucuk-pucuk tanaman yang ternaungi sehingga pemanjangan sel lebih cepat (Sugito, 1999). Berdasarkan Tabel 1, bahwa pola meningkat dari tinggi tanaman merupakan konsekuensi tanaman dalam menyerap energi cahaya matahari sebagai kompensasi dari aktifitas fotosintesis dan respirasi (Fitter dan Hay, 1991). Keadaan yang demikian memberi arti bahwa tanaman kurang mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang kurang cahaya.

Pengamatan bobot segar dan kering tanaman mengalami penurunan seiring dengan berkurangnya intensitas cahaya disertai pemupukan hanya 10 ton/ha (Gambar 1) hal ini menunjukkan fotosintesis tanaman berjalan tidak sempurna sehingga tanaman meng-absorbsi air dan hara menjadi tidak optimum akibatnya fotosintat yang dihasilkan bagi penambahan ukuran dan volume sel-sel tanaman menjadi berkurang (Gardner et al., 1990), dengan ketidakcukupan energi matahari dalam aktifitas metabolisme telah mengakibatkan berkurangnya asimilat yang ditranslokasikan ke bagian vegetatif tanaman (Taiz and Zeiger, 1998).

Berkurangnya fotosintat dapat mengganggu proses pertumbuhan vegetatif tanaman (Fitter dan Hay, 1991). Akibat cahaya yang berpenetrasi ke permukaan daun sangat sedikit (kecil) maka penyerapan hara oleh akar tanaman tidak normal, hal ini menjadikan fotosintat yang dihasilkan rendah, hal ini tercermin pada pembentukan bobot segar dan kering yang kecil. Dengan rendahnya bobot kering total yang dihasilkan tanaman, menunjukkan fotosintesis yang terjadi tidak maksimal sehingga laju pertumbuhan tanaman berkurang (Tabel 1), tingkat laju fotosintesis yang rendah mempunyai laju pertumbuhan yang rendah, akibatnya biomassa yang terbentuk rendah pula. Atau keadaan laju fotosintesis sama dengan respirasi, maka sedikit karbohidrat yang disimpan ke dalam tempat penyimpanan cadangan makanan (daun dan umbi).

Dari gambar 2 menunjukkan hasil umbi segar mencapai bobot 4,35 kg/m2, akibat perlakuan tanpa naungan dengan pupuk 20 ton/ha, ini merupakan hasil laju pertumbuhan yang meningkat seiring dengan laju fotosintesis dalam menghasilkan simpanan cadangan makanan (umbi). Dengan laju fotosintesis yang tinggi maka akar menyerap hara yang ada sekitar perakaran makin besar. Didukung tersedianya unsur hara di sekitar perakaran, akar tanaman menyerap hara dengan baik, terutama kondisi pupuk organik tersedia bagi tanaman dan ini memberikan kecukupan kebutuhan tanaman untuk tumbuh (Nurtika, 1988). Karena unsur hara yang tersedia dan sesuai kebutuhan tanaman serta adanya variasi bentuk hara maka tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan produksi umbi lebih baik (Fitter dan Hay, 1991). Dengan bobot segar umbi yang baik, menunjukkan suatu keseimbangan fungsi yang optimal dari bagian atas tanaman (source) dan pengisian umbi (sink).

Sebaliknya makin meningkatnya naungan menurunkan bobot umbi segar, karena adanya naungan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif (daun), sehingga mengakibatkan berkurangnya fotosintat yang dihasilkan, maka suplai asimilat ke umbi mengalami kekurangan (Fitter dan Hay, 1991). Juga keadaan iklim kurang baik seperti curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi.

Pada uji kualitas umbi dapat dilihat pada tabel 3, pengamatan kualitas umbi wortel sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan dengan menentukan kelayakan kesehatan terhadap kandungan nutrisi organ tanaman (umbi) yaitu beta-karoten, serat, glukosa dan pati.

Kualitas umbi merupakan hasil akumulasi kandungan fotosintat umbi yang berasal dari hasil fotosintesis yang ditranslokasikan ke organ penyimpan tanaman. Artinya bahwa organ penyimpan itu dikendalikan oleh kapasitas dari penghasil fotosintat. Sedangkan kemampuan menghasilkan kualitas umbi, ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar tanaman. Dari Tabel 3, menunjukkan bahwa naungan 20% mempunyai kandungan beta karoten lebih besar, diduga dengan naungan, keadaan tanaman sedikit terdehidrasi (Nobel, 1991), juga peran bagian tanaman diatas tanah yang lebih banyak mengalami refleksi dari daun dan tanah (Antonius and Kasperbauer, 2002), didukung kecukupan oksigen (dibawah 2%) (Pantastico, 1997), karena adanya oksigen telah membantu proses respirasi untuk mendapatkan energi ATP (Gardner et al., 1990) sehingga ini memberikan kecukupan akumulasi fotosintat untuk dihidrolisis membentuk senyawa lebih sederhana seperti glukosa (sebagai awal bahan penyusun beta karoten).

Pada kadar senyawa organik lainnya cenderung lebih stabil karena dalam perkembangan tanaman selalu dalam konsentrasi yang stabil (Pantastico, 1997), dan senyawa organik (pati, glukosa) tersebut digunakan bagi energi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, atau merupakan reaksi bolak balik.

Perubahan senyawa lebih lanjut berupa serat, hal ini menunjukkan terjadinya akumulasi dari senyawa lignin pada jaringan kambium akar. Dari tabel 3, perlakuan tanpa dan adanya naungan menunjukkan kadar serat yang rendah, ini menunjukkan kualitas umbi wortel masih baik atau tidak terjadi lignifikasi / menjadi kayu (Pantastico, 1997).

KESIMPULAN

1.Pada tanaman yang tidak dinaungi, pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil, sedangkan pada tanaman yang dinaungi penambahan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

2.Naungan 20% tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman wortel tetapi menurunkan bobot segar umbi. Sebaliknya kadar beta karoten meningkat.

3.Dosis pupuk kandang ayam 10 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil wortel tidak berbeda dengan pemberian pupuk 20 dan 30 ton/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius, G.F. and M.J. Kasperbauer. (2002) Color of Light Reflected Modifies Nutrient Content of Carrot Roots. Crop Science 42: 1211-1216.

Egger, K. (2000) The Role and Potential Agroforestry for Ecological Farming in the Tropics. In Proceedings 13th International IFOAM Scientific Conference. Basel. pp. 421-424.

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. (1991) Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 421 hal.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. (1990) Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. 428 hal.

Muhartini, S. dan B. Kurniasih. (1995) Pertumbuhan dan Hasil Temulawak (Curcuma xanthorhiza) pada Berbagai Intensitas Cahaya dan Dosis Pemupukan. Ilmu Pertanian. 7 (1): 17-21.

Nobel, P.S. (1991) Physicochemical and Enviroment Plant Physiology. Academic Press. California. p. 1-78.

Nurtika, N. (1988) Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Perbaikan Kimia Tanah dan Hasil Tomat Kultivar Lokal Gondol pada Tanah Latosol. Bull. Penel. Hort. XIX (1) : 118-127.

Salisbury, F.B and C.W Ross. (1992) Plant Physiology. Wadsworth Publishing, Co. California. 682 p.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. (1995) Analisa Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 412 hal.

Sugito, Y. (1999). Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. 127 hal.

Taiz, L and E. Zeiger. (1998) Plant Physiology 2nd edition. Sinauer Associates. Massachussets. pp. 1-153.

Gambar 4. Perlakuan antara naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap laju pertumbuhan tanaman wortel pada beberapa umur pengamatan

Keterangan: Persentase naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1= 10 ton/ha; A2= 20 ton/ha; A3= 30 ton/ha

Gambar 4. Perlakuan antara naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap laju asimilasi bersih tanaman wortel pada umur 80-100 hst

Keterangan: Persentase naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1= 10 ton/ha; A2= 20 ton/ha; A3= 30 ton/ha

Oleh :

TRY ZULCHI PH0002020027

PROGRAM STUDI ILMU TANAMAN

MINAT FISIOLOGI DAN MODELING TANAMAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2003

Hasil umbi

Tabel 3. Rerata panjang umbi, diameter umbi dan berat jenis umbi akibat perlakuan naungan dan pupuk kandang ayam pada umur 100 hst

PerlakuanPanjang umbi (cm)Diameter umbi

(cm)Berat jenis (g/ml)

a. % Naungan

Tanpa Naungan20,72 a3,59 a1,77 a

Naungan 20%19,49 a3,28 b1,72 a

Naungan 40%16,68 b2,95 c2,00 a

Naungan 60%15,14 c2,72 c1,98 a

b. Dosis pupuk kandang ayam

10 ton/ha 18,08 ab2,98 b1,70 a

20 ton/ha17,31 b 3,16 ab1,88 a

30 ton/ha18,65 a3,26 a1,78 a

KK a (%) =6,428,2222,45

KK b (%) =6,207,6417,32

Upaya pengendalian: KONSERVASI

TANAH (secara biologi)

KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan tanaman

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun akibat perlakuan persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam pada berbagai umur pengamatan

PerlakuanTinggi tanaman (cm)Jumlah daunLD (cm2)

a. % Naungan20 hst40 hst100 hst20 hst40 hst80 hst100 hst20 hst40 hst

Tanpa Naungan1,49 c 5,93b 34,65 a1,89 b3,19 a7,50 a7,89 a0,44 a16,07 c

Naungan 20%1,71bc 6,74b 35,85 a2,05ab3,57 ab7,11 a7,76 a0,41 a17,39 bc

Naungan 40%1,88ab 9,22 a 36,67 a 2,08ab2,78abc6,11 b6,59 b0,45 a21,34 ab

Naungan 60%2,09 a 9,52 a 37,52 a2,19 a2,85 c5,35 b6,24 b0,45 a24,28 a

b. Dosis pupuk kandang ayam

10 ton/ha 1,70 a8,18 a 35,78 a 1,99 a3,03 a5,57 b7,48 a0,44 a19,31 a

20 ton/ha1,83 a8,46 a 35,94 a2,03 a3,04 a5,67ab7,67 a0,43 a19,67 a

30 ton/ha1,89 a8,58 a 36.79 a2,13 a3,12 a6,07 a7,82 a0,45 a20,36 a

KK a (%) =12,3915,706,787,439,648,8510,0812,2921,61

KK b (%) =9,959,095,546,727,375,599,3310,9014,41

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

hst = hari setelah tanam

LD = luas daun

Tabel 2. Rerata bobot kering total, laju pertumbuhan, laju asimilasi bersih, indkes luas daun dan luas daun spesifik akibat perlakuan persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam pada berbagai umur pengamatan

PerlakuanBK

(g/tan)LP (g/hr)LAB g/cm2/hrILDLDS

(cm2/g)

a. % Naungan20

hst40

hst20 40 hst20 40

hst20

hst40

hst20 40 hst40 60 hst

Tanpa Naungan0,006 a0,060 a0,0027a0,142 a0,0020 a0,07 c176,65 c177,50 c

Naungan 20%0,008 a0,053 a0,0023b0,114 b0,0018 a0,08 bc193,22 c223,68 c

Naungan 40%0,008 a0,044 b0,0018c0,076 c0,0020 a0,10 ab284,13 b440,13 b

Naungan 60%0,007 a0,036 b0,0014c0,055 d0,0020 a0,11 a380,80 a558,25 a

b. Dosis pupuk kandang ayam

10 ton/ha 0,007 a0,048 a0,0020a0,098 a0,0019 a0,09 a48,60 a117,33 a

20 ton/ha0,007 a0,047 a0,0020a0,094 a0,0020 a0,09 a51,79 a119,84 a

30 ton/ha0,007 a0,050 a0,0021a0,098 a0,0020 a0,09 a44,73 a113,84 a

KK a (%) =23,4118,595,9016,3412,2621,6125,9217,17

KK b (%) =21,8311,813,7714,8510,9014,4122,9416,37

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

hst = hari setelah tanam

BK= bobot kering tanamanLP= laju pertumbuhan

LAB= laju asimilasi bersihILD = indeks luas daun

LDS= luas daun spesifik

Gambar 1. Histogram perlakuan naungan dengan dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman pada umur 6080 hst

Gambar 2. Histogram perlakuan naungan dengan dosis pupuk kandang ayam terhadap luas daun pada umur 60 - 100 hst

Gambar 3. Histogram perlakuan naungan dengan dosis pupuk kandang ayam terhadap jumlah daun pada umur 60 hst

Gambar 4. Hubungan antara naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap rerata bobot segar tanaman pada umur 80100 hst

Gambar 6. Hubungan antara persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap laju pertumbuhan tanaman pada umur 60 100 hst

Gambar 5. Hubungan antara naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap rerata bobot kering tanaman pada umur 60100 hst

Gambar 7. Hubungan antara persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap laju asimilasi bersih tanaman pada umur 60100 hst

Gambar 8. Hubungan antara persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap luas daun spesifik pada umur 60100 hst

Gambar . Histogram hasil bobot segar umbi akibat naungan dengan dosis pupuk kandang ayam pada umur 100 hst

Keterangan: Persentase naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1 = 10 ton/ha; A2 = 20 ton/ha; A3 = 30 ton/ha

Gambar . Histogram hasil bobot segar umbi akibat naungan dengan dosis pupuk kandang ayam pada umur 100 hst

Keterangan: Persentase naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1 = 10 ton/ha; A2 = 20 ton/ha; A3 = 30 ton/ha

Gambar 10. Histogram kandungan nutrisi umbi wortel akibat naungan dan dosis pupuk kandang ayam pada umur 100 hst

Keterangan: Persentase naungan (N); N0=tanpa naungan; N1= 20%; N2= 40%; N3= 60%

Dosis pupuk kandang ayam (A) A1 = 10 ton/ha; A2 = 20 ton/ha; A3 = 30 ton/ha

Hasil umbi

Tabel 3. Panjang umbi, diameter umbi dan berat jenis umbi akibat perlakuan naungan dan pupuk kandang ayam pada umur 100 hst

PerlakuanPanjang umbi (cm)Diameter umbi

(cm)Berat jenis (g/ml)

a. % Naungan

Tanpa Naungan20,72 a3,59 a1,77 a

Naungan 20%19,49 a3,28 b1,72 a

Naungan 40%16,68 b2,95 c2,00 a

Naungan 60%15,14 c2,72 c1,98 a

b. Dosis pupuk kandang ayam

10 ton/ha 18,08 ab2,98 b1,70 a

20 ton/ha17,31 b 3,16 ab1,88 a

30 ton/ha18,65 a3,26 a1,78 a

KK a (%) =6,428,2222,45

KK b (%) =6,207,6417,32

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

Tabel 4. Perlakuan naungan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap kandungan nutrisi umbi.

PerlakuanBetaKaroten (ppm)Pati

(%)Glukosa (mg/ml)Serat

(%)

% NaunganDPA(ton/ha)

Tanpa

Naungan1030,851,6512,971,71

2032,441,7711,811,94

3036,281,7914,531,80

Naungan

20%1046,201,7412,931,73

2049,101,688,571,67

3043,141,7411,891,60

Naungan

40%1028,321,7413,801,44

2027,501,6510,291,55

3026,881,5410,071,58

Naungan

60%1023,041,4715,301,69

2028,661,4012,761,72

3025,431,4214,721,52

DPA = dosis pupuk kandang ayam

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui kemampuan tanaman wortel tumbuh di bawah naungan dan pengaruh pupuk kandang ayam bagi pertumbuhan dan hasil wortel.

MENANAM TANAMAN TAHUNAN:

Dapat memberikan bahan organik tanah

Hasil produksi bersifat ekonomis

Sebagai penahan erosi

Penghasil O2 dan penyerap CO2

Berfungsi hidroorologis

1. MUDAH TERJADI EROSI

2. PENCUCIAN UNSUR HARA

3. LAHAN TIDAK PRODUKTIF

KEADAAN LAHAN HUTAN TERBUKA

Bahan percobaan: benih wortel, pupuk kandang ayam, insektisida (Dursban 20WP) dan fungisida (Dithane M45).

Alat yang digunakan: luxmeter, soil tester, termometer, leaf area meter, timbangan, jangka sorong, meteran, spektrofotometer, higrometer alat penyemprot hama penyakit, cangkul dan paranet.

Manfaat penelitian

Mendapatkan teknologi penanaman wortel

dibawah naungan pohon.

Hipotesis

Persentase naungan yang rendah masih dapat ditolerir oleh wortel.

Dosis pupuk kandang ayam yang tertinggi memberikan pertumbuhan dan hasil wortel tertinggi pula.

Terjadi interaksi antara taraf naungan dengan dosis pupuk kandang ayam.

Tempat: di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Analisa daun dan umbi di Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

Waktu: dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2003.

UPAYA YANG DILAKUKAN:

Sistem agroforestri, sistem tanam lorong, tumpang sari, tumpang gilir.

Tanaman tahunan +

Tanaman semusim

Menimbulkan pengurangan thd intensitas cahaya bagi

tanaman semusim

KERAGAAN TANAMAN WORTEL (Daucus carota L.)

PADA BEBERAPA TINGKAT NAUNGAN DAN

DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

Berapa Intensitas cahaya ( dpt ditolerir tan. wortel(

Perbaikan struktur tanah ( penambahan BO(

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi;

dengan 2 faktor perlakuan dan diulang 3 kali.

Faktor pertama (petak utama) yaitu persentase naungan (N)

N0 = 0% (tanpa naungan); N1 = 20%; N2 = 40% dan N3 = 60%.

Faktor kedua (anak petak) yaitu dosis pupuk kandang ayam

A1 = 10 ton/ha (2,4 kg/petak) A2 = 20 ton/ha (4,8 kg/petak)

A3 = 30 ton/ha (7,2 kg/petak)

Data dianalisa dengan analisis ragam (anova) dan diuji dengan uji jarak ganda Duncans (DMRT) taraf 5%.

Pengamatan pertumbuhan pada umur 20, 40, 60, 80 dan 100 hari setelah tanam (hst), dengan 6 sampel tanaman per petak secara proporsional.

Pengamatan pertumbuhan: luas daun per tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah total tanaman, bobot kering total tanaman, laju tumbuh tanaman, laju asimilasi bersih, indeks luas daun dan luas daun spesifik.

Hasil umbi: panjang umbi, diameter umbi, bobot segar umbi, berat jenis umbi, kadar beta karoten, pati, glukosa dan serat.

Analisa tanah (fisik dan kimia) dilakukan sebelum dan sesudah percobaan, dan daun wortel dianalisa N, P, K.

Bahan organik dalam tanah akan berkurang

Metode Penelitian

Saran

Wortel tidak dapat ditanam dibawah naungan 20% terutama pada musim hujan untuk hasil umbi, sedangkan untuk gizi (provitamin A) menghasilkan kadar beta karoten yang bagus .

Diteliti lebih lanjut, aspek naungan pada musim kemarau.

Kesimpulan

Persentase naungan 20% tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman wortel tetapi menurunkan hasil. Sebaliknya kadar beta karoten umbi lebih besar daripada tanpa naungan.

Pemberian pupuk kandang ayam 10 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil wortel yang tidak berbeda dengan 20 dan 30 ton/ha.

Interaksi antara persentase naungan dan dosis pupuk kandang ayam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman, laju pertumbuhan, laju asimilasi bersih, indeks luas daun dan luas daun spesifik serta bobot segar umbi.

Mahasiswa PS Ilmu Tanaman, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

2 Dosen Fakultas Pertanian dan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

PAGE