Pupuk Kompos Kulit Pisang

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUAN Tanaman bunga dan buah, khususnya dalam pot, memerlukan banyak unsur Kalium (K) dan Phospor (P) dalam proses pembungaan. Tanaman akan sering berbunga dan menghasilkan buah jika kedua unsur tersebut tercukupi. Unsur-unsur tersebut dapat diambil tanaman dari media tanam dalam pot, namun jumahnya terbatas atau konsentrasinya sedikit sehingga perlu asupan dari luar (pemupukan). Kulit pisang mengandung 15% Kalium dan 12% Phospor lebih banyak daripada daging buah pisang, karena itu kulit pisang sangat potensial dijadikan sebagai pupuk. Selain mengandung Kalium dan Phospor, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium. Unsur Magnesium diperlukan tanaman selain untuk pembentukan klorofil sebagai katalisator penyerapan unsur Kalium dan Phospor. Indonesia meupakan daerah tropis yang banyak tumbuh tanaman pisang. Buah pisang banyak dikonsumsi masyarakat sehingga sampah kulit pisang yang dihasilkan juga banyak. Kulit pisang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk sumber unsur Kalium dan Phospor yang murah, ramah lingkungan, dan efektif. Penggunaan pupuk ini bisa menekan biaya produksi sehingga akan lebih menguntungkan.

TUJUAN Tujuan dari pembuatan pupuk kompos dari kulit pisang ini adalah: 1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah teknologi pupuk dan pemupukan. 2. Melatih skill dalam pembuatan pupuk. 3. Memanfaatkan sampah kulit pisang yang selama ini dibuang menjadi pupuk kompos yang memiliki nilai ekonomis.

WAKTU DAN TEMPAT PEMBUATAN Waktu pembuatan: Pencarian bahan dimulai dari tanggal 18 Oktober 2010, pembuatan pupuk dimulai pada tanggal 1 November 2010 dan membutuhkan waktu sekitar 4 minggu sampai pupuk matang, jadi diperkirakan pupuk akan jadi pada tanggal 29 November 2010. Untuk pengemasan akan dilakukan setelah pupuk matang.

Tempat pembuatan: Tempat pembuatan pupuk di rumah dengan alamat jl. Gajayana gang 4 no. 632 b. Untuk pencarian bahan baku kulit pisang diperoleh di pasar, pedagang buah dan penjual makanan olahan pisang, untuk dekomposer di peroleh di toko pertanian, dan untuk sekam bakar diperoleh dari pedagang tanaman hias. Tempat pembuatan pupuk dan pengemasan dilakukan di rumah kontrakan dengan alamat jl. Gajayana gang 4 no. 632 b, Malang.

BAHAN1. Kulit pisang sebagai bahan baku pembuatan pupuk karena banyak mengandung

unsur Kalium dan Phospor. Selain itu kulit pisang juga banyak tersedia.2. Sekam bakar yang memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi sehingga dapat

menjaga kadar air.3. Petro Gladiator (nama dagang) berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan

pupuk. Berisi bakteri dan mikroba yang akan mendekomposisi bahan-bahan menjadi kompos.

METODE 1. Persiapan Menyiapkan bahan baku berupa kulit pisang sebanyak 4 kg, sekam bakar sebanyak 1,5 kg, dan petro gladiator secukupnya. 2. Pengolahan Kulit pisang dipotong kecil-kecil / dicacah untuk mempercepat proses pendekomposisian. Kulit pisang yang telah dipotong kecil-kecil dicampur dengan 1,5 kg sekam bakar dan Petro Gladiator secukupnya (0,25% dari bahan). Semua bahan dicampur hingga merata lalu dibuat gundukan. Siram / semprot gundukan dengan air untuk menjaga kelembapan (60%) dan tutup dengan plastik gelap. 3. Pengontrolan Pupuk dibalik tiap minggu, jika perlu disiram kembali bila bahan mengering. Pupuk akan matang pada minggu ke-4.

4. Pemanenan dan pengemasan Pupuk yang telah matang segera dikemas dalam kantong plastik ukuran 5 kg. Pupuk yang telah matang memiliki ciri-ciri umum tidak berbau, suhunya sama dengan suhu kamar, dan teksturnya mirip tanah berwarna kecoklatan. HASIL Proses pencampuran bahan-bahan telah dilakukan pada tanggal 1 November 2010. Bahan yang telah dicampur ditutup dengan plastik gelap untuk mengurangi penguapan. Tiap minggunya akan dibuka kembali untuk dipantau suhu dan kadar airnya. Jika kadar airnya turun (