1
sudah berbunga dan muncul bakal buah. Ulat datang mem- buat semua harapannya ludes. Satu pohon mangga yang dijual dengan sistem ditebas tengkulak bisa dihargai Rp300 ribu. Hasil panen biasanya untuk membayar biaya sekolah anak dan membayar pajak bumi dan bangunan. Hawin mengaku sempat akan membabat dan menjual batang pohon mangga yang meranggas. Ia urung melaku- kannya karena akhir pekan lalu, ulat mulai menghilang dan pohon mulai menyemikan daun muda. Artinya masih ada harapan panen meskipun harus mundur. “Sebanyak 15 pohon mangga yang meranggas sempat dita- war seharga Rp500 ribu, tapi saya tolak karena saya minta Rp2,5 juta. Untungnya petugas dinas pertanian memberi tahu pohon saya tidak akan mati dilalap ulat bulu,” kata Hawin. (Bagus Suryo/N-2) ihembalang Hama USANTARA TEMA: Berlomba di Pasar Diesel OTOMOTIF KAMIS (21/04/2011) FOKUS engat Ulat Bulu Turun Gunung setelah Bromo Meletus SEJUMLAH pakar sudah da- tang ke Probolinggo, Jawa Timur, sebulan terakhir. Mere- ka meneliti merebaknya ulat bulu di daerah penghasil buah mangga itu. Dari Institut Pertanian Bogor, ada pakar ilmu hama tanaman Prof Aunu Rauf dan ahli se- rangga Hermanu Triwidodo. Pakar lain datang dari Univer- sitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di antaranya entomolog Supu- ta, dan ahli virologi tumbuhan Susamto Somowiyarjo. Ada banyak teori dan duga- an yang diajukan. Ada persa- maan, tapi tidak sedikit juga ketidaksepahaman. Terakhir, pertengahan pekan lalu, giliran tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang menyambangi Proboling- go. Salah satu dari mereka ahli entomologi Hari Sutrisno. Soal jenis ulat bulu di Probo- linggo, pakar dari Pusat Pe- nelitian Biologi LIPI itu me- nyebutnya sebagai Arctornis riguata. “Kami menemukan sejumlah keanehan sehingga memerlukan penelitian lebih mendalam,” kata Hari. Belum banyak penelitian detail terhadap spesies ini. Be- berapa keanehan itu, di antara- nya, serangan ulat cenderung membentuk huruf U. Yang lain, ditemukan kepompong ulat bulu yang telanjang mirip kepompong kupu-kupu siang sehingga rentan terserang para- sit. Itu fenomena tidak umum karena pada kelompok ngengat atau kupu-kupu malam jarang dijumpai yang seperti itu. “Kepompong ulat bulu jenis ini seharusnya tidak telanjang. Biasanya terbentuknya kepom- pong disertai dengan pelepasan bulu untuk dijadikan sarang,” lanjut Hari. Ulat itu memiliki sifat me- nyerang tanaman kanopi tinggi kelompok mangga-manggaan. Itu fenomena baru karena per- tama kali ini kelompok tersebut menjadi hama tanaman. Sebelumnya, Arctornis riguata ditemukan di Pegunungan Tengger, di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, dan Gu- nung Gede Pangrango, Jawa Barat, pada 1948. Temuan lain di hutan Jawa, Sumatra, Kalim- antan, pada ketinggian 0-1.100 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia ada sekitar 25 ribu jenis ulat bulu dari kupu- kupu malam dan tergabung pada sekitar 60 famili. Arctornis masuk famili Lymantriidae. Arctornis dari Bromo bisa turun cepat ke sembilan keca- matan di Probolinggo, menurut Hari, karena inang atau tana- man yang homogen, sambung- menyambung. “Terbuka ke- mungkinan wabah ini terjadi sebagai dampak erupsi Gu- nung Bromo,” tandas Hari. Arctornis riguata memiliki jumlah telur sangat banyak. Kepompongnya tidak memiliki perlindungan sehingga pelu- ang hidupnya tidak panjang. Satu lagi yang menarik bagi Hari adalah kesukaan ulat yang lebih memilih mangga jenis manalagi ketimbang aruman- is. Daun manalagi diketahui memiliki kadar gula lebih ting- gi daripada proteinnya. Selain itu, manalagi memiliki kanopi dengan daun lebih ba nyak sehingga terpaan matahari langsung lebih sedikit. Data menarik lain didapat dari sejumlah pedagang bu- rung. Mereka menyatakan burung pemakan serangga, di antaranya prenjak pari, tidak menyukai Arctornis riguata. Hari meyakini penyebab serangan ulat bulu di berbagai daerah yakni faktor abiotik dan biotik. Yang pertama dipicu pe- rubahan habitat sebagai akibat kurang dan rusaknya hutan dataran rendah. Faktor abiotik disebabkan kenaikan suhu akibat pening- katan kadar CO2 yang memicu serangan hama tofagus atau pemakan daun. Secara teori, serangga itu tidak akan mema- tikan tanaman, kecuali terjadi infeksi sekunder. Adapun faktor biotik terjadi karena semakin berkurangnya musuh alami ulat bulu. Predator ulat bulu dewasa atau ngengat (kupu-kupu malam) adalah kelelawar. Semut rangrang yang juga menjadi predator jarang dijumpai karena dieksploitasi sebagai pakan burung berki- cau. Begitu pun nasib burung pemakan serangga, yakni jalak dan prenjak, juga sudah jarang dijumpai di alam bebas. Untuk pengendalian ulat bulu jangka pendek, Hari me- nyarankan adanya perbaikan sanitasi lingkungan, pember- antasan ulat, larva, dan kepom- pong secara mekanis dengan cara menguburnya. Jangka panjang dilakukan dengan memberikan pendidi- kan dini kepada masyarakat mengenai pentingnya men- jaga keseimbangan alam. Setelah memahami penyebab dan solusi pengendaliannya, masyarakat tidak perlu panik jika wabah ulat bulu datang lagi. (BN/N-2) Terbuka kemungkinan wabah ini terjadi sebagai dampak erupsi Gunung Bromo.” 23 RABU, 20 APRIL 2011 TEMA: Berlomba di Pasar Diesel OTOMOTIF KAMIS (21/04/2011) FOKUS em, Bali, pekan lalu. Serangan ulat jenis ini menguntungkan warga setempat karena seorang pengusaha bersedia membeli kepompong ulat. HASIL PANEN TURUN: Pembeli mencicipi mangga di Jalan Raya Tongas, Dusun Curah Dringu, Desa/ Kecamatan Tongas, Probolinggo, Jawa Timur, kemarin. Hasil panen mangga tahun ini menurun akibat serangan ulat bulu di daerah itu. MI/BAGUS SURYO MULAI BERSEMI: Warga bersepeda melewati pohon mangga yang mulai bersemi kembali setelah meranggas diserang ribuan ulat bulu di Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pekan lalu. MI/BAGUS SURYO HUMAS PEMKAB KARANGASEM Hari Sutrisno Peneliti LIPI

RABU, 20 APRIL 2011 ihembalang Hama - ftp.unpad.ac.id filemusuh alami ulat bulu. Predator ulat bulu dewasa atau ngengat (kupu-kupu malam) adalah kelelawar. Semut rangrang yang juga

  • Upload
    buiminh

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RABU, 20 APRIL 2011 ihembalang Hama - ftp.unpad.ac.id filemusuh alami ulat bulu. Predator ulat bulu dewasa atau ngengat (kupu-kupu malam) adalah kelelawar. Semut rangrang yang juga

sudah berbunga dan muncul bakal buah. Ulat datang mem-buat semua harapannya ludes.

Satu pohon mangga yang dijual dengan sistem ditebas tengkulak bisa dihargai Rp300 ribu.

Hasil panen biasanya untuk membayar biaya sekolah anak dan membayar pajak bumi dan bangunan.

Hawin mengaku sempat akan membabat dan menjual batang pohon mangga yang meranggas. Ia urung melaku-kannya karena akhir pekan lalu, ulat mulai menghilang dan pohon mulai menyemikan daun muda. Artinya masih ada harapan panen meskipun harus mundur.

“Sebanyak 15 pohon mangga yang meranggas sempat dita-war seharga Rp500 ribu, tapi saya tolak karena saya minta Rp2,5 juta. Untungnya petugas dinas pertanian memberi tahu pohon saya tidak akan mati dilalap ulat bulu,” kata Hawin. (Bagus Suryo/N-2)

ihembalang HamaUSANTARA

TEMA:Berlomba

di Pasar Diesel

OTOMOTIFKAMIS (21/04/2011)

FOKUS

engat Ulat Bulu

Turun Gunung setelah Bromo Meletus

SEJUMLAH pakar sudah da-tang ke Probolinggo, Jawa Timur, sebulan terakhir. Mere-ka meneliti merebaknya ulat bulu di daerah penghasil buah mangga itu.

Dari Institut Pertanian Bogor, ada pakar ilmu hama tanaman Prof Aunu Rauf dan ahli se-rangga Hermanu Triwidodo. Pakar lain datang dari Univer-sitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di antaranya entomolog Supu-ta, dan ahli virologi tumbuhan Susamto Somowiyarjo.

Ada banyak teori dan duga-an yang diajukan. Ada persa-maan, tapi tidak sedikit juga ketidaksepahaman.

Terakhir, pertengahan pekan lalu, giliran tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang menyambangi Proboling-go. Salah satu dari mereka ahli entomologi Hari Sutrisno.

Soal jenis ulat bulu di Probo-linggo, pakar dari Pusat Pe-nelitian Biologi LIPI itu me-nyebutnya sebagai Arctornis riguata. “Kami menemukan

sejumlah keanehan sehingga memerlukan penelitian lebih mendalam,” kata Hari.

Belum banyak penelitian detail terhadap spesies ini. Be-berapa keanehan itu, di antara-nya, serangan ulat cen derung membentuk huruf U. Yang lain, ditemukan kepompong ulat bulu yang telanjang mirip kepompong kupu-kupu siang sehingga rentan terserang para-sit. Itu fenomena tidak umum karena pada kelompok ngengat atau kupu-kupu malam jarang dijumpai yang seperti itu.

“Kepompong ulat bulu jenis ini seharusnya tidak telanjang. Biasanya terbentuknya kepom-pong disertai dengan pelepasan bulu untuk dijadikan sarang,” lanjut Hari.

Ulat itu memiliki sifat me-

nyerang tanaman kanopi tinggi kelompok mangga-manggaan. Itu fenomena baru karena per-tama kali ini kelompok tersebut menjadi hama tanaman.

Sebelumnya, Arctornis riguata ditemukan di Pegunungan Tengger, di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, dan Gu-nung Gede Pangrango, Jawa Barat, pada 1948. Temuan lain di hutan Jawa, Sumatra, Kalim-antan, pada ketinggian 0-1.100 meter di atas permukaan laut.

Di Indonesia ada sekitar 25 ribu jenis ulat bulu dari kupu-kupu malam dan tergabung pada sekitar 60 famili. Arctornis masuk famili Lymantriidae.

Arctornis dari Bromo bisa turun cepat ke sembilan keca-matan di Probolinggo, menurut Hari, karena inang atau tana-man yang homogen, sambung-menyambung. “Terbuka ke-mungkinan wabah ini terjadi sebagai dampak erupsi Gu-nung Bromo,” tandas Hari.

Arctornis riguata memiliki jumlah telur sangat banyak. Kepompongnya tidak memiliki perlindungan sehingga pelu-ang hidupnya tidak panjang.

Satu lagi yang menarik bagi Hari adalah kesukaan ulat yang lebih memilih mangga jenis manalagi ketimbang aruman-is. Daun manalagi diketahui memiliki kadar gula lebih ting-gi daripada proteinnya. Selain itu, manalagi memiliki kanopi dengan daun lebih ba nyak

sehingga terpaan matahari langsung lebih sedikit.

Data menarik lain didapat dari sejumlah pedagang bu-rung. Mereka menyatakan burung pemakan serangga, di antaranya prenjak pari, tidak menyukai Arctornis riguata.

Hari meyakini penyebab serangan ulat bulu di berbagai daerah yakni faktor abiotik dan biotik. Yang pertama dipicu pe-rubahan habitat sebagai akibat kurang dan rusaknya hutan dataran rendah.

Faktor abiotik disebabkan kenaikan suhu akibat pening-katan kadar CO2 yang memicu serangan hama fi tofagus atau pemakan daun. Secara teori, serangga itu tidak akan mema-tikan tanaman, kecuali terjadi infeksi sekunder.

Adapun faktor biotik terjadi karena semakin berkurangnya musuh alami ulat bulu. Predator ulat bulu dewasa atau ngengat (kupu-kupu malam) adalah kelelawar. Semut rangrang yang juga menjadi predator jarang

dijumpai karena dieksploitasi sebagai pakan burung berki-cau. Begitu pun nasib burung pemakan serangga, yakni jalak dan prenjak, juga sudah jarang dijumpai di alam bebas.

Untuk pengendalian ulat bulu jangka pendek, Hari me-nyarankan adanya perbaikan sanitasi lingkungan, pember-antasan ulat, larva, dan kepom-pong secara mekanis dengan cara menguburnya.

Jangka panjang dilakukan dengan memberikan pendidi-kan dini kepada masyarakat mengenai pentingnya men-jaga keseimbangan alam. Sete lah memahami penyebab dan solusi pengendaliannya, masyarakat tidak perlu panik jika wabah ulat bulu datang lagi. (BN/N-2)

Terbuka kemungkinan

wabah ini terjadi sebagai dampak erupsi Gunung Bromo.”

23RABU, 20 APRIL 2011

TEMA:Berlomba

di Pasar Diesel

OTOMOTIFKAMIS (21/04/2011)

FOKUS

em, Bali, pekan lalu. Serangan ulat jenis ini menguntungkan warga setempat karena seorang pengusaha bersedia membeli kepompong ulat.

HASIL PANEN TURUN: Pembeli mencicipi mangga di Jalan Raya Tongas, Dusun Curah Dringu, Desa/Kecamatan Tongas, Probolinggo, Jawa Timur, kemarin. Hasil panen mangga tahun ini menurun akibat serangan ulat bulu di daerah itu.

MI/BAGUS SURYO

MULAI BERSEMI: Warga bersepeda melewati pohon mangga yang mulai bersemi kembali setelah meranggas diserang ribuan ulat bulu di Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pekan lalu.

MI/BAGUS SURYO

HUMAS PEMKAB KARANGASEM

Hari SutrisnoPeneliti LIPI