Redaksi - BSNP · PDF fileJl. RS. Fatmawati, Cipete Jakarta Selatan Telp. (021) ... 5.407 pulau memiliki nama, ... Perundang-undangan Di Negara Kesatuan Republik Indo

Embed Size (px)

Citation preview

  • Keterangan Gambar Cover

    Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI(Bagian III)

    Daftar Isi

    Pengantar Redaksi

    3-6

    14-17 Berita BSNP:- Pemilihan Ketua dan Sekretaris BSNP- Kegiatan BSNP Tahun 2012- Ujian Kompetensi Kejuruan

    7-9 Peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK) Dalam Nafas PP 55 Tahun 2007

    Lensa BSNP18-20

    PenanggungjawabMoehammad Aman Wirakartakusumah

    Pemimpin RedaksiEdy Tri Baskoro

    Redaksi EksekutifRichardus Eko Indrajit

    Djemari MardapiTeuku Ramli Zakaria

    Weinata Sairin

    Redaksi PelaksanaBambang Suryadi

    Penyunting/EditorMungin Eddy Wibowo

    Zaki BaridwanDjaali

    FurqonJohannes Gunawan

    Jamaris JamnaKaharuddin Arafah

    Desain Grafis & FotograferDjuandi

    Ibar Warsita

    Sekretaris RedaksiNing Karningsih

    Alamat: BADAN STANDAR NASIONAL

    PENDIDIKAN

    Gedung D Lantai 2, Mandikdasmen

    Jl. RS. Fatmawati, CipeteJakarta Selatan

    Telp. (021) 7668590 Fax. (021) 7668591

    Email: [email protected]: http://www.bsnp-indonesia.org

    Vol. VII/No. 1/Maret 20122

    Para nara sumber menyampaikan materi sosialisasi Ujian Nasional tahun 2012 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (atas). Suasana rapat persiapan penyelenggaraan Ujian Nasional tahun 2012 di BSNP yang dihadiri oleh anggota BSNP, Kepala Balitbang, dan Kepala Puspendik (bawah).

    Ujian Nasional Tahun 2012Jujur Harus Prestasi Yes10-13

    Pembaca yang budiman. Alhamdulillah, Buletin BSNP

    edisi perdana tahun 2012 dapat terbit dan hadir di tangan

    pembaca sesuai dengan yang direncanakan. Pada edisi perdana

    ini ada tiga artikel utama yaitu Paradigma Pendidikan Nasional

    Abad XXI (bagian ketiga), Peranan Pendidikan Agama Kristen

    (PAK) Menurut PP 55 Tahun 2007, dan Penyelenggaraan Ujian

    Nasional (UN) tahun 2012. Pada tahun 2012 kriteria kelulusan UN

    masih menggunakan formula gabungan seperti tahun yang lalu,

    yaitu gabungan antara nilai sekolah/madrasah (40%) dan nilai

    UN (60%). Namun untuk pencetakan naskah soal UN SMP/MTs,

    SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dilakukan secara terpusat.

    Edisi kali ini juga menghadirkan berita dan gambar kegiatan

    BSNP. Selamat membaca!

  • Vol. VII/No. 1/Maret 2012 3

    PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI (Bagian III)

    2.3.2. Pelaksana dan Pelaksanaan Pendidikan

    Berbagai lembaga pendidikan telah mempunyai tenaga pengajar yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya, sesuai dengan persyaratan yang dite-tapkan. Di samping pengetahuan dan ke-terampilan melaksanakan pendidikan, yang tidak kurang pentingnya adalah kesadaran akan fungsinya sebagai pendidik dan kesungguhan untuk me-laksanakannya. Tercakup dalam hal ini adalah antara lain sikap dan tata nilai yang mempengaruhi disiplin dan kejujuran. Namun, tidak sedikit pula yang masih jauh dari ini, baik kuantitas maupun kualitasnya sebagai pendidik. Ini tercermin antara lain dalam berbagai kecurangan dalam pelaksanaan ujian, dan cara melaksanakan pembelajaran. Semua ini sangat mempengaruhi kualitas hasil pendidikan yang diperoleh. Segala

    2.3 Catatan tentang Pendidikan Nasional Dewasa Ini

    2.3.1. Kebijakan Pendidikan

    Berbagai kebijakan pendidikan telah dibuat dan dilaksanakan dengan tu-juan memperoleh hasil pendidikan yang lebih baik, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang diharapkan. Antara lain desentralisasi, standardisasi, peningkatan anggaran dan sebagainya. Sayangnya kebijakan ini terkesan kurang memperhatikan kesesuaian dengan kea-daan maupun tuntutan perkembangan zaman, sebagaimana dikemukakan dalam pembahasan paradigma masa yang berlaku sekarang. Demikian pula pemanfaatan pe-ningkatan anggaran terkesan tidak disertai dengan perencanaan penggunaan yang ter-padu secara menyeluruh.

    kekurangan ini terutama disebabkan oleh kesejahteraan guru yang kebanyakan ma-sih jauh dari yang seharusnya. Banyak orang yang berpotensi sebagai pendidik enggan menggeluti profesi ini.

    Kenyataan ini juga terjadi karena diabaikannya pengawasan dan evaluasi yang teratur dan berkesinambungan atas pelaksanaan pendidikan. Sebagai contoh, masih banyak pelaksanaan pendidikan yang berorientasi pada kuantitas kelulusan ujian, termasuk ujian nasional, daripada pengutamaan pada kualitas penguasaan ilmu yang diajarkan. Fenomena ini tidak ter-monitor dengan baik.

    Dua contoh kecil ini hanya sekelumit contoh yang memperlihatkan, bahwa kualitas pelaksana dan pelaksanaan pendidikan kita dewasa ini belum seperti yang seharusnya ada.

    2.3.3. Hasil PendidikanBerbagai catatan positif dapat di-

    kemukakan mengenai hasil pendidikan kita selama ini, antara lain berupa banyaknya sarjana lulusan perguruan tinggi kita dalam berbagai profesi, ataupun bidang akademis yang me-nunjukkan kualitas berbagai perguruan tinggi kita. Demikian pula halnya dengan keberhasilan mereka dalam melanjutkan studi di berbagai perguruan tinggi ter-kenal di luar negeri. Hal yang sama di-ikuti pula oleh lulusan pendidikan me-nengah kita.

    Berbagai lulusan pendidikan me-nengah dan pendidikan tinggi telah berkiprah dengan baik pula di berbagai profesi atau jabatan, walaupun tidak terkait dengan keahlian bidang pendi-dikannya. Ini menunnjukkan, bahwa selama pendidikan mereka tidak ha-nya memperoleh ilmu, melainkan ju-ga memperoleh kearifan, memiliki si-kap dan menyerap nilai-nilai yang di-tumbuhkan selama belajar, baik me-lalui hakikat ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, maupun melalui proses belajar atau kehidupan yang bermakna

  • yang mereka alami dalam masyarakat kampus atau sekolah mereka.

    Berbagai prestasi keilmuan telah ditunjukkan siswa dalam berbagai kontes keilmuan yang diadakan setiap tahun, baik dalam lingkup nasional, regional, ataupun internasional, yang namun demikian tidak dapat dikatakan sebagai menunjukkan pula keberhasilan pendidikan kita. Ini adalah prestasi sekelumit siswa pandai yang dilatih secara khusus dan intensif dalam jangka waktu tertentu. Untuk ini dilakukan upaya yang luar biasa, jauh melebihi yang diberikan kepada anak-anak yang justru memerlukan bantuan belajar. Ini merupakan kejanggalan dalam pa-radigma pendidikan yang seharusnya adil.

    Pengalaman menunjukkan, bahwa banyak lulusan sekolah menengah ter-masuk mahasiswa yang tahu banyak, tetapi tidak paham apa yang mereka ketahui. Ini menunjukkan motivasi bela-jar para siswa yang lebih pada mencari ijazah daripada mencari ilmu atau pengetahuan.

    Berbagai fenomena yang berkembang dalam masyarakat, seperti banyaknya korupsi dan KKN, serta maraknya ta-wuran dan kekerasan di berbagai la-pisan masyarakat, menunjukkan keti-dakberhasilan pendidikan kita mena-namkan nilai-nilai luhur dan sikap terpuji di setiap jenjang pendidikan. Mahasiswa lebih suka mengutarakan pendapat melalui unjuk rasa daripada menyampaikan sikap berdasarkan hasil analisis atas sesuatu permasalahan dan berbagai alternatif penyelesaian yang dapat mereka rumuskan secara santun. Ini adalah suatu contoh lain tentang ketidak-berhasilan tersebut.

    Ini mengungkapkan dengan jelas belum sepenuhnya tepenuhi apa yang dirumuskan dalam paradigma pendi-dikan nasional: pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, ....dst.

    2.4. Relevansi Faktor Geo-demografi bagi Paradigma Pendidikan

    2.4.1. Profil Demografis Wilayah Republik Indonesia ter-

    diri dari 17.504 pulau dengan luas

    keseluruhan 1.900.000 km persegi.1 Indonesia pada awal abad XXI merupakan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, namun mempunyai sekitar 500 sukubangsa dengan bahasanya masing-masing. Pembahasan tentang kebhinnekaan masyarakat Indonesia dalam dimensinya yang faktual harus bersedia menghadapi suatu besaran yang berdimensi geo-demografis, geo-ekonomis dan bahkan juga geo-politik yang paradoksal. Pluralitas dan heterogenitas dari kebudayaan dan masyarakat di Indonesia itu dalam ke-nyataannya juga bertumpang-tindih dengan ketidak-seimbangan dalam struktur demografis dan potensi ki-nerja ekonomis dari berbagai daerah di Indonesia. Pada tanggal 23 Juni 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) mem-perkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 234,2 juta jiwa.2 Data tahun 2004 yang belum berubah kuantitatif signifikan pada tahun 2010 memperlihatkan komposisi sbb.: Di pulau Jawa yang merupakan 6,89% luas wilayah daratan Indonesia berkumpul 59,9% penduduk Indonesia (kira kira 115 juta orang), sementara Papua Barat yang merupakan 21,99% luas wilayah Indonesia dihuni oleh 0,92% penduduk (Turner, 1997: 49).

    Selengkapnya adalah seperti gambar 1.:

    2.4.2. Konsekuensi Geo-demografisPulau Jawa telah memperoleh reputasi

    sebagai pusat transit dan komunikasi semenjak penjelajah-penjelajah asing yang pertama mendatangi Nusantara, sehingga tidaklah mengherankan jika secara ekonomi dan politik, pulau Jawa lebih mendapatkan perhatian di-bandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya. Akibat penjajahan yang fo-kus pada pulau Jawa inilah maka tercipta suatu fenomena yang lebih mengutamakan pembangunan di pulau ini dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya, terutama semenjak Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada akhirnya, kita menghadapi ketimpangan besar dalam alokasi dan distribusi dari

    1 Jurnal Kementerian Luar Negeri RI, 27 Mei 2004: pada tahun 1987 diketahui bahwa 5.407 pulau memiliki nama, pada tahun 2004 ada 7.810 pulau yang bernama. Selebihnya adalah pulau tidak bernama.

    2 h t t p : / / w w w . a n t a r a n e w s . c o m / b e r i -ta/1277272415/penduduk-indonesia-di-perkirakan-234-2-juta-jiwa (21 Juli 2010)

    Vol. VII/No. 1/Maret 20124

  • berbagai sumber-daya alam serta energi, yang pada gilirannya akan berpengaruh langsung pada tingkat kecerdasan rakyat maupun usaha pendidikan n