Upload
anonymous-5eppbfy
View
134
Download
38
Embed Size (px)
DESCRIPTION
radiologi
Citation preview
ARTHRITIS SEPTIK
A. Pendahuluan
Arthritis septik merupakan suatu penyakit radang sendi yang disebabkan
oleh bakteri atau jamur, penyakit ini merusak struktur kartilago serta
menyebabkan gangguan fungsi pada persendian. Arthritis septik dapat terjadi
melalui bebrapa proses penyebaran fokus infeksi misalnya penyebaran hematogen
dari tempat yang jauh, penyebaran lokal dari osteomielitis yang dekat, penyebaran
lokal dari infeksi jaringan kulit/jaringan lunak disekitarnya, penyebaran iatrogenik
dari tindakan diagnostik/terapi ataupun karena suatu proses trauma termasuk luka
tusuk, luka sayat dan penyalahgunaan obat intravena.1
Arthritis septik biasanya mengenai hanya pada 1 sendi (monoartikular),
bgaian tubuh yang paling banyak terkena adalah lutut, panggul, pergelangan
tangan, pergelangan kaki, dan siku. Hanya sekitar 20 % kasus yang bersifat
poliartikular.1,2
Insidensi artritis septik sekitar 2-10 kasus tiap 100.000 populasi per tahun.
Insiden ini meningkat seiring dengan semakin banyaknya pasien dengan
gangguan sistem imun seperti rheumatoid arthritis dan sistemik lupus
eritematosus dan penderita dengan prostesis. Angka insidensi tertinggi terjadi
pada kelompok umur usia < 5 tahun dan > 64 tahun, terutama jika mereka sudah
memiliki kelainan pada sendi sebelumnya (riwayat trauma atau kondisi lainnya
yaitu hemofilia, osteoarthritis, atau rheumatoid arthritis). Pasien
immunocompromise untuk beberapa alasan dan penyakit seperti diabetes mellitus,
1
alkoholisme, sirosis hepatis, kanker, dan uremia dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi.2
B. Insiden dan Epidemiologi
Frekuensi arthritis septik didunia adalah sekitar 2-10 kasus per 100.000
populasi. Kejadian arthritis septic di negara-negara industrii diperkirakan sekitar 6
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jika pasien memiliki penyakit sendi yang
mendasari atau adanya prostetik sendi, maka angkat kejadian akan meningkat
sekitar 30-60 kasus per 100.000 penduduk per tahun.2,3
Terdapat dua kelompok usia yang sangat rentan terhadap arthritis septik,
yaitu anak-anak (< 5 tahun) dan orang tua ( >64 tahun). Kelompok lain yang
berisiko untuk terjadinya suatu arthritis septik adalah pasien dengan
immunocompromised, pasien dengan diabetes, pasien yang menjalankan proses
hemodialisa dan pengguna narkoba jenis suntikan.1,3
Orang-orang dengan penyakit sendi yang mendasari seperti pada orang
dengan rheumatoid arthritis, osteoarthritis memiliki risiko lebih tinggi secara
signifikan untuk mengalami sepsis intra-artikular. Orang-orang dengan status
sosial ekonomi rendah, alkoholisme, orang yang sebelumnya sering melakukan
injeksi steroid intra-artikular juga merupakan kelompok yang beresiko tinggi
terkena arthritis septik.2
2
C. Anatomi
Arthritis septik merupakan suatu penyakit yang menyerang bagian
persendian dari tubuh. Sendi adalah tempat pertemuan antara dua atau lebih
tulang. Sendi dapat diklasifikasikan berdasarkan jaringan ikat yang
menghubungkan kedua tulang, yaitu:4
a. Sendi fibosa :
kedua tulang dihungkan oleh jaringan ikat padat fiborsa, contohnya seperti
antara gigi dan rahang (gomphosis), sutura lambdoidea, sendi antara radius
dan ulna, serta tibia dan fibula (syndesmosis).
b. Sendi kartilago :
kedua tuang dihubungkan oleh kartilago, seperti pada epiphyseal plate
pada tulang yang sedang bertumbuh, sendi kostokondral, simpifisis pubis,
dan sendi diskus intervertebralis.
c. Sendi synovial :
merupakan sendi yang berisi cairan synovial di dalam cavum sinovium.
Bagian permukaan tulang yang berartikulasi dilapisi oleh kartilago.
Keseluruhan bagian sendi dilapisi oleh suatu kapsul sendi yang diperkuat
dengan berbagai macam ligament dan tendon yang membantu untuk
menggerakkan dan menstabilkan sendi dalam proses bergerak
3
gambar 1. anatomi sendi
Pada artrhritis septik lebih sering mengenai sendi-sendi sinovial (diartrodial)
yang ada pada tubuh. Sendi sinovial memiliki rongga sendi dan juga permukaan
sendi yang ditutupi oleh tulang rawan hyalin. Kapsul sendi terdiri dari suatu
selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
ikat dengan struktur pembuluh darah yang banyak dan sinovium yang membentuk
suatu kantung yang melapisi seluruh bagian sendi dan membungkus tendon-
tendon yang melintasi sendi.4
Sinovium tidak meluas melampaui seluruh sendi sehingga memungkinkan
sendi untuk bergerak secara penuh, sinovium menghasilkan cairan yang sangat
kental yang membasahi seluruh permukaan sendi. Cairan sinovial yang normal
berwarna bening, tidak membeku, tidak berwarna ataupun kekuningan. Cairan
sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Kartilago hyalin
merupakan bagian yang menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh
pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar zat-
4
zat dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh
sel-sel rawan. Proteoglikan yang ada bersifat hidrofilik sehingga mampu menahan
kerusakan waktu sendi menerima beban yang berat dari tubuh. Aliran darah ke
sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah masuk melalui tulang
subkondral pada tingkat tepi kapsul. Sendii dipersarafi oleh saraf-saraf perifer
yang melintasi sendi, terutama sensoris nyeri dan propioreseptor.4
D. Etiopatogenesis
Tarjadinya suatu arthritis septik diketahui sebagai akibat adanya infeksi dari
suatu organisme tertentu. Organisme dapat menyerang sendi oleh inokulasi
langsung, penyebaran yang berdekatan dari jaringan periarticular yang terinfeksi,
atau melalui aliran darah (rute yang paling umum).2
Sendi yang normal memiliki beberapa komponen pelindung. Sel-sel sinovial
sehat memiliki aktivitas fagosit dan aktivitas bakterisida yang signifikan. Adanya
penyakit lain yang mendasari misalnya rheumatoid arthritis dan lupus
eritematosus sistemik dapat menghambat fungsi defensif dari cairan sinovial dan
mengurangi efek kemotaksis dan fungsi fagositosis dari leukosit
polimorfonuklear.2
Sendi yang sebelumnya rusak akibat dari rheumatoid arthritis adalah sendi
yang paling rentan terhadap infeksi. Membran sinovial pada sendi yang rusak sulit
membentuk neovaskularisasi dan akan meningkatkan faktor adhesi, kedua kondisi
ini akan mempermudah terjadinya bakteremia yang merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi sendi. Pada orang dewasa, anastomosis arteriolar antara
5
epiphysis dan sinovium memungkinkan penyebaran osteomyelitis ke dalam ruang
sendi.2,3
Konsekuensi utama dari invasi bakteri adalah kerusakan tulang rawan
artikular. Hal ini mungkin terjadi karena sifat patologis dari organisme tertentu.
Sel-sel yang ada dapat merangsang sintesis sitokin dan produk inflamasi lainnya,
yang mengakibatkan terjadinya hidrolisis kolagen esensial dan proteoglikan.3
Karena proses destruktif yang terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan pembentukan pannus dan erosi tulang rawan pada margin lateral
sendi. Efusi bahkan dapat terjadi pada infeksi sendi panggul, merusak suplai darah
dan mengakibatkan nekrosis aseptik tulang.3
Patogenesis terjaidnya artritis septik merupakan suatu proses yang
multifaktorial dan tergantung pada interaksi patogen bakteri dan respon imun
hospes. Proses yang terjadi pada sendi dapat dibagi pada tiga tahap yaitu
kolonisasi bakteri, terjadinya infeksi, dan induksi respon inflamasi hospes.2,3
Kolonisasi bakteri
Sifat tropism jaringan dari bakteri merupakan hal yang sangat penting untuk
terjadinya infeksi sendi. S. aureus memiliki reseptor bervariasi (adhesin) yang
memediasi perlengketan efektif pada jaringan sendi yang bervariasi. Adhesin ini
diatur secara ketat oleh faktor genetik, termasuh regulator gen asesori (agr),
regulator asesori stafilokokus (sar), dan sortase A.3
Faktor virulensi bakteri
Selain adhesin, bahan lain dari dinding sel bakteri adalah peptidoglikan dan
mikrokapsul polisakarida yang berperan mengatur virulensi S. aureus melalui
6
pengaruh terhadap opsonisasi dan fagositosis. Mikrokapsul (kapsul tipis) penting
pada awal kolonisasi bakteri pada ruang sendi yang memungkinkan faktor adhesin
stafilokokus berikatan dengan protein hospes dan selanjutnya produksi kapsul
akan ditingkatkan membentuk kapsul yang lebih tebal yang lebih resisten terhadap
pembersihan imun hospes. Jadi peran mikrokapsul disini adalah resisten terhadap
fagositosis dan opsonisasi serta memungkinkan bakteri bertahan hidup
intraseluler.3
Respon imun hospes
Sekali kolonisasi dalam ruang sendi, bakteri secara cepat berproliferasi dan
mengaktifkan respon inflamasi akut. Awalnya sel sinovial melepaskan sitokin
proinflamasi termasuk interleukin-1b (IL-1b), dan IL-6. Sitokin ini mengaktifkan
pelepasan protein fase akut dari hepar dan juga mengaktifkan sistem komplemen.
Demikian juga terjadi masuknya sel polymorphonuclear (PMN) ke dalam ruang
sendi. Tumor necrosis factor-a (TNF-a dan sitokin inflamasi lainnya penting
dalam mengaktifkan PMN agar terjadi fogistosis bakteri yang efektif. Kelebihan
sitokin seperti TNF-a, IL-1b, IL-6, dan IL-8 dan macrophage colony-stimulating
factor dalam ruang sendi menyebabkan kerusakan rawan sendi dan tulang yang
cepat. Sel-sel fagosit mononoklear seperti monosit dan makrofag migrasi ke ruang
sendi segera setelah PMN, tetapi perannya belum jelas. Komponen lain yang
penting pada imun inat pada infeksi stafilokokus adalah sel natural killer (NK),
dan nitric oxide (NO). Sedangkan peran dari limfosit T dan B dan respon imun
didapat pada artritis septik tidak jelas.3
E. Diagnosis
7
a. Gambaran klinik
Pasien dengan arthritis septik biasanya datang dengan keluhan bengkak dan
nyeri hebat pada satu sendi. Secara umum athritis septik kebanyakan terjadi pada
sendi tunggal (85-90%), tetapi sampai 22% kasus dapat mempengaruhi lebih dari
satu sendi biasanya dalam kasus yang terjadi pada pasien dengan rheumatoid
arthritis yang terjadi infeksi. Pada pasien immunocompromised atau dengan
berkepanjangan atau bakteremia berat terdapat organisme lain yang mungkin
hadir dengan polyarticular presentation sebagai virus yang menginfeksi.5,6
Manifestasi klinis septik artritis sangat bergantung pada usia dan kondisi
dari tubuh pasien. Tapi secara umum septik artritis ditandai dengan trias gejala
akut yang tipikal dan dengan durasi gejala 1-2 minggu, disertai dengan demam
dengan suhu rendah (tanpa menggigil), nyeri pada sendi, dan penurunan
pergerakan sendi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sendi tampak bengkak,
kemerahan, nyeri tekan, dan teraba panas. Apabila sendi yang terkena adalah
sendi lutut, pemeriksaan fisik tambahan yang dapat dilkukan adalah Pattelar Tap
Test. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah didapatkan efusi pada
sendi lutut.6
Pemeriksaaan fisik umumnya dilakukan untuk membedakan inflamasi yang
terjadi merupakan intraartikular atau periartikular (bursa, kulit). Umumnya
kelaianan yang melibatkan intraartikular ditandai dengan terbatasnya gerak sendi
baikitu secara aktif maupun pasif. Sendi biasanya terhenti pada posisi maksimal
dari sebuah pergerakan sendi. Berlawanan dengan itu, inflamasi periatrikular
8
terbatasnya gerak sendi hanya oada pergerakan sendi aktif, dan disertai bengkak
yang terlokalisir.5,6
Gambar 2. pattelar tap test
b. Gambaran Radiologik
Pemeriksaan radiologis sendi dan struktur periarticular yang terkena arthritis
karena bakteri, akan memberikan informasi yang berguna untuk membantu
diagnosis dan untuk mengevaluasi komplikasi dari infeksi. Temuan gambaran ini
akan bervariasi tergantung pada teknik pencitraan yang digunakan8 :
a) Radiologi Konvensional
Radiografi konvensional masih tetap digunakan sebagai pendekatan pencitraan
awal, tetapi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah untuk infeksi akut.
9
Pada tahap awal, gambaran foto bisa normal dan inii tidak mengesampingkan
adanya infeksi .Gambaran radiografi pada septik arthritis menyerupai gambaran
dari arthritis inflamasi yaitu, osteopenia periarticular, penyempitan ruang sendi
yang merata, pembengkakan jaringan lunak, dan erosi tulang. Tidak semua
temuan dapat ditemukan secara bersamaan, dan pada kondisi akut, erosi tulang
mungkin tidak jelas.Selain itu, celah sendi pada fase akut akan melebar karena
adanya efusi. 8,9
Gambar 3. Arthritis septik pada hip joint
a. Proses inflamasi yang disebabkan oleh infeksi adalah penyebab kondisi sendi
akut ini. tulang rawan di sendi pinggul telah hancur sepenuhnya, tidak tampak
osteofit sama sekali. Fase akut arthritis telah berlalu, tulang sudah mengalami
proses penyembuhan dengan hasil akhir sclerosis reaktif.9
10
A B
b. Pada radiografi ini, trabekula dari femoralis kepala terlihat tanpa ruang celah
sendi yang terlihat, hanya terlihat aspek medial dari celah sendi. Sendi
pinggul ini telah menyatu terjadi ankylosed di akhir fase arthritis. 9
Gambar 4. arthritis pyogenic dari hip joint dengan progresitivitas perlangsungan cepat kurang dari 1 bulan
Gambar 5. osteomielitis disertai arthritis septik kronis
11
Pada gambar (5) diatas terlihat adanya osteomielitis pada bagian proximal os
femur disertai dengan arthritis septik kronis, terlihat gambaran destruksi &
fragment-fragment tulang, gambaran caput femoris yang terdestruksi disertai
subluksasi dari panggul.8
gambar 6. ankylosing yang disebabkan oleh adanya arthritis septik kronis
b) USG
USG sangat sensitif dalam mendeteksi adanya efusi pada sendi. Gambaran
USG efusi sendi mungkin berupa adanya cairan anechoic di dalam baik hipo
maupun hyperechoic dengan septa dan detritus. Tidak ada kuantitas maupun
echogenisitas untuk membedakan antara infeksi dari tiap tiap penyebab.
Gambaran efusi sendi minimal dapat tertutupi oleh kompresi berlebihan dari
transduser. 7,8
12
Gambar 7. terlihat adanya efusi sendi dan peningkatan echogenitas dari iliopsoas muscle pada anak berusia 3 tahun dengan arthritis septik disertai pyomyositosis
c) CT-Scan
pada pemeriksaan diagnostik ini memberikan keuntungan yang besar
untuk membantu diagnosis dan pengobatan dari septik arthritis, terutama di sendi
panggul atau sendi sacroiliac. Hal ini memungkinkan untuk menilai sejauh mana
kerusakan dari tulang dan jaringan lunak.7
13
Gambar 8. CT-Scan dari sendi panggul kiri, terjadi penipisan korkteks yang menandakan terjadinya suatu proses infeksi
Gambar 9. CT-Scan yang memperlihatkan gambaran gas bergelembung dengan suatu efusi pada pasien paraplegi disertai arthritis septik.
d) MRI
MRI adalah teknik pencitraan terbaik untuk membantu diagnosis septik
arthritis. MRI merupakan modalitas paling sensitif dari semua tes radiologi
dengan tingkat sensitifitasnya hampir 100% dan memungkinkan mendiagnosis
awal dari infeksi sendi, seperti 24 jam dari timbulnya infeksi. Selanjutnya MRI
memungkinkan menilai secara simultan dari tulang, tulang rawan dan jaringan
lunak. MRI dapat mendeteksi efusi sendi minimal, dapat menilai sejauh mana
proses infeksi terjadi serta teknik ini tidak memancarkan radiasi. 8,10
14
Gambar 10. gambaran MRI osteomyelitis kronis disertai arthritis septic
c. Laboratorium
Hasil tes laboratorium yang bisa mendukung diagnosa dari artritis septik
adalah peningkatan laju endap darah dan C reactive protein, walaupun keduanya
relatif tidak spesifik, dan peningkatan keduanya bisa disebabkan oleh reaksi
inflamasi sendi non infeksi.6
Hitung leukosit darah tepi biasanya meningkat pada pasien remaja, namun
bisa normal pada pasien bayi atau dewasa. Nilai hitung sell polimorfonuklear dari
aspirasi cairan sendi juga bisa dijadikan sebagai standar diagnosa.5,9
Kunci diagnosa dari septik artritis adalah dengan analisa mikroskopik dan
kultur dari cairan sinovial dari sendi yang terkena. Pemeriksaan ini selain dapat
menegakkan diagnosa septik artritis, juga dapat menyingkirkan diagnosa lain
seperti gout arthritis yang sama-sama memiliki gejala yang sama (sendi yang
bengkak, merah dan panas). Pewarnaan Gram dan kultur cairan sendi dapat
menegakkan diagnosa dari 50% kasus.2
15
Gambar 11. Teknik Aspirasi cairan sendi
F. Diferensial Diagnosa
Terdapat beberapa kelainan sendi yang perlu dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding dari terjadinya arthitis septik seperti infeksi pada sendi yang
sebelumnya mengalami kelainan, artritis terinduksi-kristal, artrhitis reaktif dan
artritis viral.9
1. Gout dan pseudogout
Gout maupun pesudogout menyerupai gejala dan tanda artritis septik.
Sehingga cairan sendi harus diperiksa menggunakan mikroskop cahaya polarisasi
untuk melihat adanya kristal birefringen negatif (asam urat) atau birefringen
positif (kalsium pirofosfat dihidrat) untuk menyingkirkan adanya penyakit kristal
pada sendi. 2,5
16
2. Artritis reaktif
Adanya respon inflamasi sendi terhadap adanya proses infeksi bakteri di luar
sendi dikenal dengan artritis reaktif. Sering riwayat penderita adanya infeksi di
bagian distal seperti pada saluran gastrointestinal saluran genitourinaria dan
saluran respirasi.5,7
Sendi dalam keadaan inflamasi tetapi steril. Pada pemeriksaan PCR terdeteksi
antigen mikroba di dalam sendi. Adanya antigen mikroba ini mencerminkan
respon penyaringan alami dari sinovium dan dengan makin banyaknya antigen
bakteri ini akan menstimulasi inflamasi.Penderita juga sering mengalami
entesopati atau uveitis, lesi kulit atau membran mukosa.2
3. Penderita dengan penyakit sendi kronik yang mendasari
Artritis rheumatoid, osteoartritis, dan penyakit jaringan ikat lainnya
mengalami flare dan memberikan gambaran yang menyerupai artritis septik atau
mengalami infeksi sehingga memberikan prognosis yang buruk karena sering
terjadi keterlambatan diagnosis artritis septik. Sering pasien tidak mengalami
demam dan gambaran klinis yang indolen. Sehingga diagnosis artritis septik harus
selalu dipikirkan bila terjadi inflamasi mendadak pada satu atau dua sendi pada
pasien ini.2,3
4. Artritis viral
Penderita dengan artritis viral biasanya dengan manifestasi poliartritis umumnya
mengenai sendi-sendi kecil yang simetris, demam, limfadenopati dan adanya
karakteristik rash. Pada pemeriksaan cairan sendi tampak banyak sel-sel
mononuklear dan kadar glukosa yang normal.6
17
G. Penatalaksanaan
Pada fase akut, pasien disarankan untuk mengistirahatkan sendi yang
terkena. Rehabilitasi merupakan hal yang penting untuk menjaga fungsi sendi dan
mengurangi morbiditas artritis septik. Rehabilitasi seharusnya sudah dilakukan
saat munculnya artritis untuk mengurangi kehilangan fungsi. Pada fase akut, fase
supuratif, pasien harus mempertahankan posisi fleksi ringan sampai sedang yang
biasanya cenderung membuat kontraktur. Pemasangan bidai kadang perlu untuk
mempertahankan posisi dengan fungsi optimal; sendi lutut dengan posisi ekstensi,
sendi panggul seimbang posisi ekstensi dan rotasi netral, siku fleksi 900, dan
pergelangan tangan posisi netral sampai sedikit ekstensi. Walaupun pada fase
akut, latihan isotonik harus segera dilakukan untuk mencegah otot atropi.
Pergerakan sendi baik aktif maupun pasif harus segera dilakukan tidak lebih dari
24 jam setelah keluhan membaik.3,9
Terapi farmakologi
Sekali artritis septik diduga maka segera dilakukan pengambilan sampel
untuk pemeriksaan serta pemberian terapi antibiotika yang sesuai dan segera
dilakukan drainase cairan sendi. Pemilihan antibiotika harus berdasarkan beberapa
pertimbangan termasuk kondisi klinis, usia, pola dan resisitensi kuman
setempat,dan hasil pengecatan gram cairan sendi.9
Pemilihan jenis antibiotika dilakukan secara empiris. Modifikasi
antibiotika dilakukan bila sudah ada hasil kultur dan sensitivitas bakteri. Perlu
diingat bahwa vankomisin tidak dilanjutkan pada pasien dengan infeksi
stafilokokus atau streptokokus yang sensitif dengan Blaktam. Perjalanan klinik
18
pasien juga perlu sebagai bahan pertimbangan karena korelasi pemeriksaan
sensitivitas dan resistensi bakteri in vitro dengan in vivo tidak absolut sesuai.11
Secara umum rekomendasi pemberian antibiotika intravenus paling sedikit
selama 2 minggu, diikuti dengan pemberian antibiotika oral selama 1-4 minggu.
Pemberian antibiotika intravenus yang lebih lama diindikasikan pada infeksi
bakteri yang sulit dieradikasi seperti P aerogenosa atau Enterobacter spp. Pada
kasus yang Bakterimia S aureus dan arthtritis sekunder S aureus diberikan
antibiotika parenteral 4 minggu untukmencegah infeksi rekuren. Pemberian
antibiotika intra artikular tidak efektif dan justru dapat menimbulkan sinovitis
kemikal.11
Drainase cairan sendi
19
Drainase yang tepat dan adequat dapat dilakukan dengan berbagai metode. Teknik
yang bisa dilakukan antara lain aspirasi dengan jarum, irigasi tidal, arthroskopi
dan arthrotomi.12
H. Prognosis
Walaupun dengan terapi yang cepat dan tepat pada artritis septik tetapi
prognosisnya masih buruk. 33% dari seluruh kasus dengan keluaran sendi yang
buruk yaitu dengan amputasi, arthrodesis, bedah prostetik, atau perburukan
fungsional yang berat, mortalitas berkisar 2-14%.13
20