Upload
thiahutami
View
110
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor payudara mempunyai andil terbesar dalam kematian wanita di Nederland
karena tumor-tumor maligna. Insidensi karinoma payudara di kebanyakan negara meningkat
1-2% tiap tahun, sehingga mulai tahun 2000 kira-kira 1 juta wanita tiap tahun mendapatkan
penyakit ini. Untuk Nederland ini berarti kira-kira 10.000 penderita baru tiap tahun. Setiap
wanita belanda, selama hidupnya sejak lahir mempunyai 10% kemungkinan untuk selama
hidupnya mendapat kanker payudara. Kematian karena karsinoma payudara akibat perbaikan
diognotik dan terapi, meskipun insidennya meningkat, tetap tidak berubah. Tetapi untuk
wanita pada umur antara 35-50 tahun kanker payudara merupakan penyebab kematian
terpenting. Terobosan terakhir dalam penelitian molekular genetik memungkinkan sekarang
wanita dengan risiko genetik yang meningkat dapat didefinisikan dengan pasti. Diagnotik
dini dengan skrining mamografik membantu pengenalan penyakit ini pada stadium dini.
Perkembangan dalam kemoterapi dan radioterapi, kebanyakan dalam kombinasi dengan
pembedahan, merupakan kemungkinan terapi baru dengan memungkinkan penyembuhan
yang lebih besar. 1
Terapi hormonal merupakan salah satu pengobatan yang diberikan pada kanker payudara stadium IV.
Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker.Ketika
berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis. Salah satu terapi
hormonal yang digunakan adalah Aromatase inhibitor. Aromatase merupakan enzim yang berfungsi pada
konversi androstenedion menjadi estrogen. Karena estrogen merangsang pertumbuhan carsinoma payudara,
sintesis estrogen di jaringan adiposa dapat menjadi sumber utama pertumbuhan karsinoma payudara pada
wanita pasca menopause. Aromatase inhibitor dapat mengurangi produksi estrogen oleh lebih
dari 90%.
Pencegahan halnya mungkin dengan ablatio payudara bilateral. Pada wanita dengan
anamnesis keluarga yang memberatkan, yang padanya terdapat segi keturunan karsinoma
payudara atau karsinoma payudara sebagai bagian dari salah satu kelainan predisposisi,
seperti sindroma Li-Fraumeni, Cowden, Peutz-Jeghers, Klineferter, dan beberapa sindroma
yang lain, secara preventif dapat dipertimbangkan ablatio bilateral payudara. Dengan uji
DNA sekarang, nasehat dari poliklinik multidisipliner mengenai “tumor keturunan” perlu
diperhatikan.
1
.
B. TUJUAN
Untuk lebih meningkatkan dan mengetahui lebih banyak lagi pengetahuan tentang kanker
payudara terutama pada stadium awal sehingga dapat mengetahui sejak dini tanda dan
gejalanya untuk dapat mengambil langkah dalam panatalasanaan dan pengobatannya
secara tepat dan efesien serta mencegah tumor untuk menjadi lebih ganas lagi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PAYUDARA
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateralatas kelenjar
payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang disebut duktus lactiferous. Di
antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis.
Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang
perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni
n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah
aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n. torakodorsalis
yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang mengurus m.serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pulapenyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe
dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler.
3
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke
m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara
kontralateral (Hidayat S., 1997).
B. FISIOLOGI PAYUDARA
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormone,
perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, masa klimacterium, sampai masa menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesterone yang diproduksi ovarium dan hormone hipofisis menyebabkan duktus
laktiferus berkembang. Perubahan kedua adalah perubahan yang sesuai dengan siklus
menstruasi, sekitar hari ke delapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada
4
beberapa hari sebelum menstruasi terjadi pembesaran maksimal bahkan dapat timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi,
tidak dilakukan. Pada waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat dilakukan
(Hidayat S., 1997).
Perubahan ketiga terjadi sewaktu hamil dan menyusui, pada waktu kehamilan
payudara mnjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu proses
laktasi, air susu diproduksi oleh sel alveolus dan mengisi asinus yang kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Hidayat S., 1997).
C. DEFINISI
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara
(Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit
ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD). 2
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak
dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker
bisa bersarang di tulang, paru-paru,hati, kulit, dan bawah kulit..2
D. EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu20% dari
seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap
tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang
sedang berkembang (Moningkey, 2000). DiAmerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan,
disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di
antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker
5
payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000
(Moningkey, 2000). 3
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di Indonesia
(Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah.
Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang
banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).
Data dari Direktorat Jenderal PelayananMedik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality
Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari
tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.3
E. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO2
1. Umur
Risiko Ca mammae bertambah seiring dengan umur. Wanita umur 60 tahun memiliki risiko terkena
ca mammae 100 kali lipat dibanding dengan wanita umur 20 tahun.
2. Jenis Kelamin
Risiko terkena ca mammae pada pria sangat rendah, namun prognosisnya lebih buruk karena
cenderung terlambat diagnosis.
3. Herediter
BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen autosomal dominan yang berperan pada familial breast
cancer. Wanita yang mengalami mutasi BRCA berisiko 60%-80% terkena ca mammae
4. Prior Cancer
Orang yang pernah didiagnosa dengan ca ovarium atau ca uterus memiliki risiko terkena ca mammae
lebih tinggi.6
5. Faktor Makanan
A. Alkohol
- Mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae150% dibanding
normal dan mengkonsumsi alkohol 6 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae 330%
dibanding normal.
- Alkohol dapat meningkatkan :
Kadar estrogen dan androgen
Kerentanan gen terhadap bahan carcinogenik
Kerusakan DNA mammae
Potensi metastase
Proses angiogenesis tumor
B. Intake Lemak
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada ca mammae, namun berdasarkan statistik, orang dengan
diet rendah lemak memiliki risiko yang lebih rendah. Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka
panjang meningkatkan risiko terkena ca mammae
- daripada diet tinggi lemak
- Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh pada wanita premenopause.
C. Iodine
Iodine dapat menurunkan sensitivitas reseptor estrogen, mengurangi pertumbuhan sel tumor, dan
menyebabkan apoptosis pada sel yang malignant.6.
6. Obesitas
Peningkatan berat badan setelah menopause dapat meningkatkan risiko terkena ca mammae.
7. Hormon
Peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten dapat meningkatkan risiko ca mammae,
namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan risiko pada wanita premenopausea.
A. Kehamilan dan menyusui
- Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak), dan menyusui
(4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca mammae.
- Hamil pertama saat umur 30 tahun mengalami peningkatan risiko terkena ca mammae dua
kali lipat dibanding pada umur <25 tahun. Tidak mempunyai anak meningkatkan risiko
terkena ca mammae sebesar tiga kali lipat.
B. Kontrasepsi hormonal.
C. Terapi pengganti hormon
7
Terapi estrogen + progesteron memiliki efek signifikan pada ca mammae dan meningkatkan
agresivitas serta prognosis yang lebih buruk, namun apabila terapi jangka pendek dengan
indikasi sindrom menopause, maka tidak ada pengaruh pada risiko8.
8. Faktor Lingkungan
A. Perokok pasif
Meningkatkan risiko terkena ca mammae 70% pada wanita premenopause.
B. Radiasi
Wanita umur <30 tahun yang menerima radiasi ionisasi dosis tinggi berisiko terkena ca mammae
lebih tinggi dibanding normal.
F. PATOFISIOLOGI4
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
A. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
B. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
8
karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel
yang peka dan suatu karsinogen).
G. KLASIFIKASI4
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:a.
A. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari seluruh tumor ganas payudara.
Secara mikroskopik tampak proliferasi anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat
duktus. Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in situ atau karsinoma intraduktal) biasanya
terjadi tanpa membentuk massa karena tidak ada komponen scirrhous
B. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-tanda invasilokal sehingga sering
dianggap premaligna dan disebut neoplasia lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran sel-sel
anaplastik yang semuanya terletak di dalamlobulus-lobulus.
C. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
D. Karsinoma medular (4%)
9
Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh berisi kelompok sel yang belum
berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler. Terdapat
banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam tumor.
E. Karsinoma koloid (3%)
Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal berkembang.
F. Karsinoma mukoid/musinus (3%)
Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel tumor yang menghasilkan musin
tersusun membentuk asinus pada beberapa tempat. Juga tampak sel-sel cincin stempel (signet ring
cells).
G. Karsinoma skirus (schirrous)
Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang padat dengan kelompok sel epitel yang
terlepas atau membentuk kelenjar. Sel-sel berbentuk bulat atau poligonal, hiperkromatik.
H. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa dipenuhi oleh tumor memicu perubahan
payudara dan kulit yang mirip infeksi.
I. Penyakit Paget (1%)
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yangmenyebar ke kulit puting susu dan
areola, sehingga terjadi kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan areola.
Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada
massa tumortermasuk karsinoma duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua
dari penderita kanker payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas adalah adanya
penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel paget.
H. SISTEM TNM2
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu node atau
kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N,
dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,penilaian TNM sebagai berikut :
10
1. Ukuran Tumor (T) :
Keterangan * :
Tis : Karsinoma insitu
- Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal
- Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular
- Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor (Catatan: Paget penyakit yang terkait
dengan tumor di klasifikasikan menurut ukuran tumor).
11
2. Palpable Lymph Node (N):
3. Metastase (M) :
Stadium klinis
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
12
Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
(American Joint Committee on Cancer,2002)
I. PATOGENESIS4
J. MANIFESTASI KLINIS2
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit,keluar cairan dari
puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau de’orange), pembesaran
kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiapkelainan pada payudara harus dipikirkan ganas
sebelum dibuktikan tidak . Perubahanpada kulit yang biasa terjadi adalah :
1. Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut akan
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan
‟tandalesung‟
13
2. Perubahan kulit jeruk ( peau de’orange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker,
hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah tampak
sebagai ‟tanda kulit jeruk‟
3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing membentuk
nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut
‟tanda satelit‟
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau merah
gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik,ulserasi membentuk bunga
terbalik, ini disebut ‟tanda kembang kol‟
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut ‟karsinoma mammae inflamatorik‟,
tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan, dapat
disebut ‟tanda peradangan‟. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudarawaktu hamil atau
laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar.
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau tumor
mengenai duktus besar
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (Paget disease). Klinis
tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter maupun
multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul
membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil
dengan limfadenopati aksilartapi tak teraba massa mammae, ini disebut sebagai karsinoma mammae tipe
tersembunyi.
14
Tanda dan Gejala Interpretasi Nyeri : - Berubah dengan daur menstruasi - Tidak tergantung daur menstruasi
Benjolan di payudara - Keras
- Kenyal- Lunak
Perubahan Kulit : - Bercawak - Benjolan kelihatan - kulit jeruk- kemerahan- tukak
Kelainan puting atau areola - Retraksi - Infeksi baru
- Eksema
Keadaan cairan : - Seperti susu - Jernih - Hijau
- Hemoragik :
Penyebab fisiologi seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi
Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista Permukaan keras,berbenjol-benjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non-enfektifKelainan fibrokistikLipoma
Sangat mencurigakan karsinoma Kista, karsinoma, fibroadenoma besarDi atas benjolan : kanker (tanda khas) Infeksi jika ganas Kanker lama (terutama pada orang tua)
Fibrosis karena kankerRetraksi baru karena kanker (bidang fibrosis karena pelebaran duktus) Unilateral : penyakit paget (tanda khas kanker
Kehamilan atau laktasi Normal Perimenopause Pelebaran duktus Kelainan fibrolitik
Karsinoma Papiloma intraduktus
(Sumber : Sjamsu Hidayat & Wim de Jong, 1997)
K. DIAGNOSIS3
1. Anamnesis
Benjolan Terdapat keluhan diketiak atau payudara berupa benjolan merupakan hal yang
sering dikeluhkan oleh pasien. Tanyakan sudah berapa lama benjolan. Gejala nyeri juga bisa
terjadi. Perubahan ukuran massa juga mengambil peran yang penting dalam mendiagnosis kanker
payudara. Benjolan yang cenderung membesar dan meluas dalam jangka waktu yang cepat
cenderung kearah ganas jika dibandingkan dengan lesi yang cenderung membesar seiring dengan
waktu haid.
Riwayat nipple discharge (ND) Lebih signifikan lagi jika ND muncul tanpa harus dipijat,
yaitu spontan. ND juga menjadi menunjang kearah ganas jika terjadi unilateral, terlokalisir pada
15
salah satu duktus dan terjadi pada pasien yangsudah tua. ND yang terkait dengan keganasan bisa
jernih, darah atau serous. ND yang mengarah ke jinak biasanya bilateral, berasal dari multiduktus
dan biasanyamenyerupai susu, kehijauan atau hijau kebiruan. Lagi, jika ND terjadi dikaitkan
dengan orang dengan massa curiga ganas maka 11% dari pasien ND yangterbukti ganas.
Sementara itu, ND tidak dikaitkan dengan massa maka hanya dibawah 1 % yang terdiagnosis
sebagai kanker payudara.
Riwayat kanker payudara pada lapis pertama dalam keluarga (ibu, anak atautante dari ibu)
meningkatkan risiko tiga kali lipat , namun ada juga yang berkata sampai 5 kali lipat. Jika dari lapis
pertama terdapat kanker payudara yang mengenai kedua payudara dan sebelum masa menopause
akan meningkatkan risiko sebesar 6 sampai 7 kali lipat, melakukan profilaksis mastektomi bisa
dipertimbangkan pada orang tersebut. Adanya riwayat terkena kanker payudara harus membuat
para wanita menyadari bahwa kemungkinan terjadi kanker payudara berikutnya di payudara yang
tersisa. Lebih kurang 15% pada populasiyang terkena kanker payudara unilateral akan
berkembang menjadi kanker yangmengenai payudara yang tersisa. Dan jika terjadinya kanker
payudara pada usia yang lebih muda maka persentasenya bisa lebih tinggi sehingga
membutuhkan pengawasan yang lebih intens
Untuk penggunaan HRT dan exogen esterogen telah dijelaskan di tajuk factor risiko. Selain
riwayat HRT, riwayat mengkonsumsi minuman berakohol juga bisa memicu terjadinya kanker
payudara. Dengan mengkonsumsi minimal 3-9 gelas perminggu, insidens terjadinya kanker
payudara pernah dilaporkan meningkat 1,3 kali dari rata-rata normal. Konsumsi alcohol lebih dari
15 g perhari bisa meningkatkan risiko mejadi 1,6 kali.2.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi pasien diminta duduk tegak, berbaring atau keduanya. Perhatikan bentuk kedua
payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik,seperti kulit jeruk, ulkus. Dengan
lengan terangkat lurus keatas, kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring diatas bantal tipis dipunggung.
Telapak tangan digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Pemeriksaan
aksila lebih mudah pada posisi duduk tegak
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan,nanah, atau darah.
Cairan yang keluar dari kedua puting harus dibandingkan.
Yang diperhatikan pada cairan dari puting payudara:
- Sifat cairan (serous, hemoragik, susu)
16
- Ada/tidaknya sel tumor
- Unilateral atau bilateral
- Dari satu atau dari beberapa duktus
- Keluar spontan atau setelah dipijat
- Keluar bila seluruh mamma dipijat atau dari segmen tertentu
- Berhubungan dengan daur haid
- Pramenopause/pascamenopause
- Penggunaan obat hormon
Frekuensi lokasi Ca Mamae Algoritme Massa di Payudara
(Dikutip dariCurrent Medical Diagnosisand Treatment 2009) (Dikutip dari Harrisons, Principle of Internal
Medicine)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta dapat
menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau
akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi.
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab
17
hasil negatif palsu sering terjadi (Hidayat S., 1997). Dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :
- Pemeriksan sekret dari puting susu.
- Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).
- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).
Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan
untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal
ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan histopatologi
positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan
bedah terapetik.
USG (Ultrasonografi)
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara
serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk
payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mammografi.
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus
yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta
dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa makrokalsifikasi
tidak khas untuk karsinoma, bila secara klinis curiga terdapat tumor dan pada
mammografi tidak ditemukan apa-apa maka pemeriksaan dapat dicoba dengan
cara biopsi jaringan, demikian juga bila mammografi positif tetapi secara klinis
tidak dicuriga adanya tumor maka dapat dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang
ditunjukkan oleh foto tersebut. Mammogram pada masa pramenopause kurang
bermanfaat karena gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak
18
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua yaitu noninvasive dan
invasive.
19
Stadium kanker
20
Keterangan
TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai
Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma) dan penyakit paget pada papilla tanpa terabatumor
T0 : Tidak ada bukti adanya tumot primer
T1 : Tumor diameter « 2 cm
T1a : diameter tumor < 0,5 cm
T1b : diameter tumor 0,5-1cm
T1c : diameter tumor 1-2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm
T3 : Tumor diameter > 5 cm
T4 : setiap tumor yang diekstensi ke kulit atau dinding dada
T4a : ekstensi ke dinding dada
T4b : edema (peau d‟orange), ulserasi, satelit nodul pada payudara ipsilateral
T4c : kedua-duanya T4a dan T4b
T4d : mastitis karsinomatosa
Nx : Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai
N0 : KGB tidak terlibat
N1 : Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan
N2 : Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar
N3 : Metastasis KGB ipsilatral KGB mammae atau ipsilateral KGB supraklavikuler
Mx : Metastasis tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis pada organ - organ lainnya
21
22
L. DIAGNOSA BANDING3
1. Fibro adenoma
2. Kelainan fibrokistik
3. Kistosarkoma filoides
4. Galactocele
5. Mastitis
M. PENATALAKSANAAN2,4
TERAPI BEDAH
A. Mastektomi radikal
Reaksinya mencakup kulit berjarak minimal 3cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.
pektoralis mayor dan minor seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis
minor, dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
B. Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan tekhnik radikal, tapi mempertahankan m. pektoralismayor dan minor
(model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi
m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara lain
23
memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe
aksilar superior.
C. Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.Model operasi ini
terutama untuk karsinoma insitu atau pada pasien lanjut usia.
D. Mastektomi segmental
Diseksi kelenjar limfe aksilar. Secara umum disebut dengan operasi konversi mammae. Biasanya
dibuat dua insisi terpisah di mammae normal dan aksila.Bertujuan mereseksi sebagian jaringan
kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor tempat
irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila
dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
E. Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel,
dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan
diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang
terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit
dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin
konservasi fungsi dan kontur mammae.
KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah kombinasi Cyclophosphamide, Metotrexate
dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan.
A. Kemoterapi pra-operasi (neoadjuvan)
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intra-arterial.
B. Kemoterapi adjuvant pasca operasi
24
Dewasa ini indikasi kemoterapi adjuvant pasca operasi relative luas, terhadap semua pasien
karsinoma invasif dengan diametr terbesar tumor lebih besar atau sama dengan 1 cm harus dipikirkan
kemoterapi adjuvant.
C. Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan metastatik Kemoterapi
adjuvant karsinoma mammae selain sebaian kecil masih memakai regimen CMF, semakin banyak
yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin.
TERAPI HORMON
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini berdasarkan adanya
reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker.Ketika berikatan dengan ligand, reseptor ini
mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara primer atau metastasis juga
mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron memiliki
respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor estrogen dan progesteron, respon terapi dapat
mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan ketersediaan. Pada banyak pasien,
terapi endokrin inisial berupa inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang positif,
respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan dengan tamoxifen.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada perempuan dengan kanker payudara
yang telah di reseksi. Penggunaan tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker
payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor aromatase. Namun, bagi pasien yang
memburuk setelah mendapat inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan manfaat. Selain itu,
tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali sehari karena waktu paruh yang
panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lainhot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan
toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping yang harus diperhatikan adalah
bahwa tamoxifen dapat menyebabkan penurunan densitas tulang pada wanita premenopause dan kanker
endometrium.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita menurut status menstruasi:
Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral oopharektomi.
Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti estrogen.
25
1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen. Efek estrogen positif dilakukan terapi
ablasi, jika efek estrogen negatif maka dilakukan pemberian obat-obatan anti estrogen.
Aromatase Inhibitor5
Aromatase merupakan enzim yang berfungsi pada konversi androstenedion menjadi estrogen. Karena
estrogen merangsang pertumbuhan carsinoma payudara, sintesis estrogen di jaringan adiposa dapat
menjadi sumber utama pertumbuhan karsinoma payudara pada wanita pasca menopause.
A. Aminoglutetimid
Mula-mula digunakan pada karsinoma mammae metastatik pada wanitadengan ekspresi reseptor
estrogen dan progesteron yang tinggi. Aminoglutetimid biasanya diberikan bersama hidrokortison
untuk mencegah insufisiensi adrenal. Efek samping Aminoglutetimid antara lain insufisiensi adrenal,
mielosupresi, dan reaksi alergi.
B. Anastrozol
Merupakan inhibitor aromatase non steroid selektif yang tidak memiliki efek penghambat
kortikosteroid adrenal dan tidak menghambat sintesis mineralokortikoid. Obat ini digunakan sebagai
obat lini pertama untuk karsinoma payudara metastatik yang E-R (estrogen reseptor) positif dan yang
memburuk selama pengobatan dengan tamoksifen. Juga digunakan sebagai terapi ajuvan pada
stadium awal karsinoma mammae yang hormon sensitif.
C. Letrozol
Merupakan inhibitor aromatase non steroid selektif dengan sifat-sifat dan indikasi yang sama denga
anastrozol.
D. Eksemestan
Merupakan hormon steroid yang berikatan secara ireversibel dengan aromatase dan menginaktivasi
aromatase. Tidak terdapat resistensi silang antara eksemestan dengan penghambat aromatase non
steroid.obat ini diindikasikan untuk pengobatan karsinoma mammae lanjut pada wanita pasca
menopause yang mengalami perburukan dengan tamoksifen.
Sekitar 75% dari kanker payudara positif untuk reseptor estrogen (ER), reseptor
progesteron (PGR), atau keduanya, dan estrogen menstimulasi reseptor yang merupakan
faktor yang signifikan dalam perkembangan dan pertumbuhan kanker payudara. Sejak
oophorektomi pertama kali yang terbukti menyebabkan regresi kanker payudara lanjut
26
lebih dari satu abad yang lalu adalah estrogenik yang telah menjadi andalan manajemen
endokrin ER-positif dan / atau PGR-positif.
Aromatase adalah sebuah enzim P-450 sitokrom dan produk dari gen CYP19,
dinyatakan dalam beberapa jaringan, termasuk lemak subkutan, hati, otot, otak, jaringan
payudara normal, dan adenokarsinoma mammae. Aromatase konversi androstenedione
substrat adrenal androgen menjadi estrogen pada jaringan perifer, sumber utama estrogen
pada wanita menopause. Aromatase inhibitor (AI) dapat mengurangi produksi estrogen
oleh lebih dari 90%. Tidak seperti tamoxifen, bagaimanapun, Aromatase inhibitor kurang
dalam aktivitas estrogen agonis. Karena Aromatase inhibitor tidak mempengaruhi
produksi estrogen ovarium, hanya wanita tanpa ovarium yang mendapatkan keuntungan
dari penggunaan Aromatase inhibitor.
Aromatase inhibitor diklasifikasikan sebagai generasi pertama, kedua, atau ketiga,
sesuai dengan spesifisitas dan potensi dalam menghambat enzim aromatase. Lebih lanjut
di subklasifikasi sebagai tipe 1 atau tipe 2 inhibitor, menurut reversibilitas aktivitas
penghambatan. Tipe 1 inhibitor, analog steroid dari androstenedione, ireversibel
menghambat enzim aromatase dengan mengikat secara kovalen, sehingga dinamakan
suicidal inhibitors. Inaktivasi tetap berlanjut setelah penghentian obat sampai jaringan
perifer mensintesis enzim baru. Sebaliknya, obat tipe 2 inhibitor reversibel mengikat pada
enzim aromatase, mengakibatkan penghambatan kompetitif . Generasi ketiga Aromatase
inhibitor (anastrozole, letrozole, dan exemestane) adalah Aromatase inhibitor yang
memiliki potensi tinggi, paling selektif, dan sedikit toksisitas dan dapat mengurangi
estrogen serum lebih dari 95%. Selain itu, sifat farmakokinetik mereka (waktu paruh
sekitar 48 jam untuk anastrozole dan letrozole dan 27 jam untuk exemestane)
memungkinkan untuk pemberian dosis sekali sehari. Sifat selektif dalam penghambatan
memungkinkan penggunaannya tanpa perlu suplementasi corticosteroidal atau
27
mineralokortikoid tambahan, seperti halnya dengan aminoglutethimide Aromatase
inhibitor spesifik.
Keamanan Aromatase inhibitor
Aromatase inhibitor tampaknya memiliki profil keamanan yang berbeda dari
tamoxifen. Mereka terkait dengan kejadian yang lebih rendah dari perdarahan vagina atau
discharge, kejadian serebrovaskular, dan kejadian tromboemboli vena, dan tidak ada
karsinoma endometrium dilaporkan sampai saat ini. Sebaliknya, tamoxifen menyebabkan
gejala muskuloskeletal lebih sedikit dan berhubungan dengan patah tulang lebih sedikit.
Analisis pengaruh 2 tahun pengobatan pada kepadatan mineral tulang dalam subset dari
308 wanita menunjukkan bahwa anastrozole dikaitkan dengan kehilangan tulang,
sedangkan tamoxifen dikaitkan dengan peningkatan kepadatan mineral tulang. Sementara
tamoxifen telah menunjukkan peningkatkan profil lipid, Aromatase inhibitor yang
memiliki mekanisme kerja yang berbeda dan tidak memiliki efek estrogen-agonistic
tamoxifen. Saat ini, ada sedikit data tentang efek dari Aromatase inhibitor pada profil
lipid. Uji klinis dengan anastrozole menunjukkan tidak ada dampak klinis yang relevan
pada profil lipid pada pasien postmenopause dengan kanker payudara lanjut. Namun,
seperti profil lipid adalah titik akhir pengganti, titik akhir yang paling tepat adalah
kejadian kejadian kardiovaskular pada studi jangka panjang. Ini adalah relevansi khusus
dalam pengobatan kanker payudara dini, dimana agen endokrin dapat digunakan dalam
pengaturan untuk periode 5 tahun atau lebih. Pengobatan jangka panjang anastrozole
menghasilkan sedikit tromboemboli dan kejadian serebrovaskular serupa kejadian
kardiovaskular iskemik dibandingkan dengan tamoxifen. Efek dari Aromatase inhibitor
lain pada tingkat lipid adalah variabel, dan korelasi dengan kejadian kardiovaskular saat
ini sedang diselidiki.
Aromatase inhibitor harus diresepkan dengan hati-hati pada pasien dengan
osteoporosis. Semua pasien yang menerima Aromatase inhibitor sebagai terapi adjuvant
28
harus menerima vitamin D dan suplemen kalsium, disarankan untuk berolahraga, dan bila
ada bukti kehilangan tulang pada awal, diberikan bifosfonat oral.6
Anastrozole
Adalah obat yang digunakan sebagai terapi kanker payudara setelah pembedahan dan
untuk metasatase baik pada wanita pre dan post menopause. Anastrozole adalah
aromatase inhibitor, menghambat tahap penting dalam sintesis estrogen dalam tubuh.
Berapa kanker payudara membutuhkan estrogen untuk bermultiplikasi dan eliminasi
estrogen menghambat hal tersebut. Anatrozole merupakan aromatase inhibitor secara
kimiawi mempunyai susunan 1,3-Benzenediacetonitrile, a, a, a', a'-tetramethyl-5-(1H-1,2,4-triazol-1-
ylmethyl). Rumus kimianya adalah C17H19N5dengan rumus struktur
Anastrozole berbentuk serbuk putih dengan berat mulekul 293.4. Anatazole mempunyai tingkat
kelarutan sedang dalam air (0.5 mg/mL pada 25°C). Kelarutan tergantung pH pada rentang fisiologis
Anastrozole terlarut bebas dalam metanol, aseton, etanol dan tetrahydrofuran dan sangat larut dalam
acetonitrile.
Anastrozole menghambat enzim aromatase yg berperan menghambat androgen menjadi estrogendi
jaringan perifer. Anastrozole berikatan secara reversible dengan enzim aromatase secara kompetitif.
Peningkatan kadar estrogen dapat mengingkatkan perbentukan dari kanker payudara sebagaimana
hormon tersebut dapat meyebabkan hiperplasia dan diferensiasi di reseptor estrogen.
Indikasi
1. Terapi Adjuvan
Di indikasi sebagai berapi adjuvan dari wanita postmenopause dengan hormon reseptor positif pada
kanker payudara tahap awal.
2. Pengobatan lini pertama
Di indikasi pengobatan untuk kanker payudara pada wanita postmenopause dengan progresif penyakit
dengan pangobatan tamoxifen.
3. Pengobatan lini kedua
29
Di indikasi pengobatan untuk kanker payudara pada wanita postmenopause dengan progresif penyakit
dengan pengobatan tamoxifen.
Dosis Recomendasi
Dosis yg direkomendasikan adalah 1mg dalam 1 hari. Untuk pasien dengan kanker payudara
stadium lanjut. Anastrazole harus diteruskan sampai progresif tumor.Untuk adjuvan therapy pada wanita
post menaupause dengan kanker payudara tahap dini, durasi optional belum di ketahui. Pada penelian
obat ini diberikan selama 5 tahun.
RADIOTERAPI
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb (locallyadvanced), dan dapat diikuti oleh
modalitas lain yaitu terapi hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi di daerah
tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difus dan berbau
yang mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel kanker yang berada pada keadaan
membelah sehingga terjadi kerusakan DNA dan menyebabkan terbentuknya radikal bebas dari air yang
dapat merusak membran, protein, danorganel sel. Tingkat keparahan radiasi tergantung pada oksigen. Sel
yang hipoksia akan lebih resisten terhadap radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini
terjadi karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal dari oksigen. Oleh karena itu,
pemberian oksigen dapat meningkatkan sensitivitas radiasi.Radioterapi dapat diberikan dengan tiga cara,
yaitu :
a) Teleteraphy
Teknik ini berupa pemberian sinar radiasi yang memiliki jarak yang cukup jauhdari tumor. Teknik ini
dapat digunakan sendirian atau kombinasi dengan kemoterapi untuk memberikan kesembuhan
terhadap tumor atau kanker yang lokal dan mengkontrol tumor primer. Teleterapi paling sering
digunakan dalam radioterapi.
b) Bachytherapy
Teknik ini berupa implantasi sumber radiasi ke dalam jaringan kanker atau jaringan disekitarnya.
c) Systemic therapy
Teknik ini berupa pemberian radionuklida ke dalam masa tumor atau kanker.
30
Penatalaksanaan karsinoma payudara berdasarkan klasifikasinya, yaitu (PERABOI,2003):
1) Kanker payudara stadium 0
Dilakukan : BCS
Mastektomi simple
Terapi definitive pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok paraffin, lokasi
didasarkanpada hasil pemeriksaan imaging.
Indikasi BCS:
· T : 3 cm
· Pasien menginginkan mempertahankan payudaranya
Syarat BCS (Breast Conserving Surgery):
· Keinginan penderita setelah dilakukan inform consent.
· Penderita dapat melakukan control rutin setelah pengobatan.
· Tumor tidak terletak sentral.
· Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca
BCS.
· Mamografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi/tanda keganasan lain yang difus
(luas).
· Tumor tidak multiple.
· Belum pernah terapi radiasi di dada.
· Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen.
· Terdapat sarana radioterapi yang memadai.
2) Kanker payudara stadium dini/operable
Dilakukan : BCS (harus memenuhi syarat di atas)
Mastektomi radikal
Mastektomi radikal modifikasi
Terapi adjuvant :
· Dibedakan pada keadaan : Node(-), node(+)
· Pemberian tergantung dari :
- Node(+)/(-)
- ER/PR
- Usia pemenopause atau post menopause
31
Dapat berupa : radiasi, kemoterapi, dan hormonal terapi.
Terapi adjuvan pada NODE NEGATIVE (KGB histopatologi negative):
Terapi adjuvan pada NODE positive (KGB histopatologi positif):
Kelompok resiko tinggi:
- Umur
- ER/PR negative
- Tumor progesif (vascular,lymph Invasion)
- High Thymidin Index
Terapi adjuvant :
Radiasi
- Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb :
- Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
- Tepi sayatan dekat (T > T2) tidak bebas tumor
- Tumor sentral/medial
- KGB(+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
32
Acuan pemberian radiasi sbb :
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta
supraklavikula, kecuali :
- Pada keadaan T < cn ="0" style=""> pN, maka tidak dilakukan radiasi pada
KGB aksila supraklavukula.
- Pada keadaan tumor dimedial/sentral diberikan tambahan radiasi pada mamaria
interna.
Dosis lokoreginal profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sebagai berikut:
- Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10 GY (misalnya tepi sayatan dekat
tumor atau post BCS).
- Pada terdapat masa tumor atau residu post OP (mikroskopik atau makroskopik)
maka diberikan boster dengan dosis 20 GY kecuali pada aksila 15 GY.
Kemoterapi
- Kemoterapi : kombinasi CAF (CEF), CMF,AC
- Kemoterapi adjuvant : 6 siklus
Kemoterapi paliatif : 12 siklus
Kemoterapi neoadjuvant : - 3 siklus praterapi primer ditambah
- 3 siklus pasca terapi primer
- Kombinasi CAF
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari1
A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/M2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m 2 hari 1
Interval : 3 minggu
- Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophosfamide 500mg/m2 hari 1
E : Epirubicin 50 mg /m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500mg/M2 hari 1
Interval : 3 minggu
- Kombinasi CMF
Dosis C : Cyclophosfamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14
33
M : Metotrexate 40mg/m2 IV hari 1 & 8
F : % Fluoro Uracil 500 mg /m2 IV hari 1 & 8
Interval : 4 minggu
- Kombinasi AC
Dosis A : Adriamycin
C : Cyclophosfamide
- Optional :
Kombinasi Taxan + Doxorubycin
Capecitabine
Gemcitabine
Hormonal terapi
Macam terapi hormonal
1. Additive : pemberian tamoxifen
2. Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)
3. Dasar pemberian : 1. Pemberian reseptor ER+ PR +
ER+ PR -
ER – PR +
2. Status hormonal
Additive : apabila ER- PR +
ER+ PR- (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER – PR +
Ablasi : apabila, tanpa pemeriksaan reseptor, premenopause, menopause 1-5 tahun dengan
efek estrogen (+), perjalanan penyakit slow growing & intermediated growing.
3) Kanker payudara locally advanced (local lanjut)
Operable Locally advanced
Simple mastektomi/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + hormonal terapi
Inoperable Locally advanced
Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi
Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi
34
Kemoterapi neoadjuvant + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal terapi.
4) Kanker payudara lanjut metastase jauh
Prinsip :
- Sifat terapi paliatif
- Terapi sistemik merupakan terapi primer ( kemoterapi dan hormonal) terapi)
- Terapi lokoregional ( radiasi &bedah)
Setelah operasi, penanganan selanjutnya disebut adjuvant therapy yang terdiri dari terapi
radiasi, chemotherapy dan hormone terapi. Yang tujuannya adalah untuk membunuh sel
kanker yang mungkin masih tertinggal pada saat operasi.
N. PENCEGAHAN4
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan
pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan
yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu
pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
a) Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkandiri dari keterpaparan pada berbagai
faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil
faktor risiko terkenakanker payudara.
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari
kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode
deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi
90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada
wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement
survey
35
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
- Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita
yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.
Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan
dengan mamografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
c) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan
sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
O. PROGNOSIS4
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Stadium Kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya
2. Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan invasif.3.
3. Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki prognosis lebih baik.
36
P. KOMPLIKASI3
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen merupakan komplikasi pada
carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar sampai keparu, pleura, hati dan tulang.
Sedangkan metastase secara hematogen menyebarsampai ke otak.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Van de Velde, Bosman.F.T, Wagener. Onkologi. 5th ed. Panitia Kanker RSUP
DR.Sardjito Yogyakarta.1999. 467-492.
2. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 . Jakarta :
EGC.
3. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC.
4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004. Edisi 2. Jakarta : EGC
5. Syarif,amir.dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. 2007. Jakarta:FKUI.
6. www.theoncologist.alphamedpress.com (Aromatase Inhibitors in Breast Cancer)
38