29
BAB I PENDAHULUAN Hernia berasal dari bahasa latin “rupture” atau bahasa Yunani “bud”. Hernia didefinisikan sebagai penonjolan organ melalui suatu lubang pada dinding rongga tempat organ tersebut berada (2) . Menurut kepustakaan lain hernia memiliki arti protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (1) . Hernia yang timbul dalam regio inguinalis biasa disebut dengan hernia inguinalis. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendisitis. Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada region inguinal. Secara klinis, bagian terpenting dari definisi tersebut adalah kata penonjolan, karena tanpa adanya penonjolan organ, diagnosis dari hernia tidak mungkin dibuat. Secara anatomis, gambaran penting dari suatu hernia adalah cincin hernia dan kantung hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang pada lapisan terdalam dari dinding abdomen sedangkan kantung hernia adalah bagian terluar dai peritoneum. Keduanya dihubungkan oleh bagian leher dari kantung hernia. Ukuran dari suatu hernia ditentukan dari besar bagian leher serta volume dari kantung hernianya. Hernia dalam perkembangannya selalu menunjukkan pembesaran yang progresif, bukan regresi spontan. Seiring

Referat Bedah Hernia Inguinalis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Hernia berasal dari bahasa latin “rupture” atau bahasa Yunani “bud”. Hernia

didefinisikan sebagai penonjolan organ melalui suatu lubang pada dinding rongga

tempat organ tersebut berada (2). Menurut kepustakaan lain hernia memiliki arti

protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga bersangkutan (1).

Hernia yang timbul dalam regio inguinalis biasa disebut dengan hernia

inguinalis. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah

appendisitis. Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak

tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring

bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada region inguinal.

Secara klinis, bagian terpenting dari definisi tersebut adalah kata penonjolan,

karena tanpa adanya penonjolan organ, diagnosis dari hernia tidak mungkin dibuat.

Secara anatomis, gambaran penting dari suatu hernia adalah cincin hernia dan

kantung hernia. Cincin hernia adalah suatu lubang pada lapisan terdalam dari

dinding abdomen sedangkan kantung hernia adalah bagian terluar dai peritoneum.

Keduanya dihubungkan oleh bagian leher dari kantung hernia. Ukuran dari suatu

hernia ditentukan dari besar bagian leher serta volume dari kantung hernianya.

Hernia dalam perkembangannya selalu menunjukkan pembesaran yang

progresif, bukan regresi spontan. Seiring berjalannya waktu, hernia akan membesar,

diikuti dengan meningkatnya komplikasi yang berbahaya pula. Hernia dapat menjadi

responibel, irreponibel, obstruksi, strangulasi ataupun inflamasi (Sabiston, 2007).

BAB IIREGIO INGUINALIS

2.1 Anatomi

Gambar 2.1 Otot Abdomen

Di bawah kulit dan jaringan lunak pada daerah inguinal terdapat struktur-

struktur yang penting karena sangat berhubungan dengan diagnosis dan

pengobatan Hernia Inguinalis antara lain:

1. Muskulus Obliqus Abdominis Eksternus (MOE)

Merupakan otot ilio-inguinal yang paling superfiscial, yang di mulai dari

costa ke-8 bagian lateral berjalan ke arah mediocaudal, Fascia

superficialis dan Fascia profundus dari otot ini menjadi satu setelah

mencapai dinding depan abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis

MOE, dibagian medial dekat tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini

pecah menjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan crus inferior.

2. Muskulus Obliqus Abdominis Internus (MOI)

Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari

pertengahan lateral ligament inguinalis (origo) menuju ke cranio medial

sampai pada tepi lateral Muskulus Rectus Abdominis.

3. Muskulus Transversus Abdominis

Merupakan otot yang paling dalam dengan arah transversal. Di bagian

bawah bersama-sama dengan MOI membentuk suatu tendon yang

disebut “Conjoin Tendon” menuju tuberkulum pubikum.

4. Ligamentum Inguinale (Poupart)

Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis MOE. Terletak mulai

dari SIAS sampai ke tuberkulum pubicum ossis pubis.

5. Ligamentum lakunare (Gimbernat)

Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari

serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS.

Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum

melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk tepi

medial kanalis femoralis.

6. Konjoin Tendon

Merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah aponeurosis

obliqus internus dengan aponeurosis transversus abdominis yang

berinsersi pada ramus superior tulang pubis. Fungsinya untuk

menguatkan dinding posterior 1/2 medial kanalis inguinalis.

7. Fasia Transversalis

Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis

(bagian dalam).

8. Segitiga Hasselbach

Hasselbach tahun 1814 mengemukakan dasar dari segitiga yang

dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Daerah ini

merupakan suatu area yang sangat lemah (lokus minoris) terutama

pada laki-laki berusia lanjut, dan sering merupakan lokus minoris untuk

terjadinya hernia inguinalis direk. Trigonum inguinale dari Hasselbach

ini dibatasi oleh:

a. Supero-lateral: pembuluh darah epigastrika inferior

b. Medial: bagian lateral muskulus rectus abdominis

c. Inferior: ligamentum inguinale

Gambar 2.2 Trigonum Hasselbach

9. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis merupakan saluran yang berjalan oblik (miring) yang

dibentuk oleh aponeurosis MOE, ligament inguinal, fascia

transversalis, dan conjoin tendon. Pada pria, kanalis inguinalis

merupakan tempat berjalannya Funikulus spermatikus, sedangkan

pada wanita saluran ini dilewati oleh ligamentum rotondum uteri, dari

uterus ke labium majus. Kanalis inguinalis panjangnya sekitar 4 cm

dan terletak di atas ligamentum inguinale.

Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:

a. Anterior: dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis

eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus internus.

b. Posterior: pada bagian lateral dibentuk oleh aponeurosis

muskulus transversus abdominis yang bersatu dengan fascia

transversalis dan pada bagian medial dibentuk oleh fascia

transversalis dan konjoin tendon.

c. Superior:dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus

abdominis internus dan muskulus transversus abdominis dan

konjoin tendon.

d. Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare

Isi kanalis inguinalis pria:

a. Vas deferens

b. 3 arteri yaitu:

Arteri spermatika interna

Arteri diferential

Arteri spermatika eksterna

c. Plexus vena pampiniformis

d. 3 nervus yaitu:

Cabang genital dari nervus genitofemoral

Nervus ilioinginalis

Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

e. Lapisan fascia:

Fascia spermatika eksterna, lanjutan dari fascia

innominate.

Fascia kremasterika, lanjutan dari fascia dan serabut otot

muskulus obliqus abdominis internus

Fascia spermatika interna, perluasan dari fascia

transversalis.

10.Annulus Internus

Merupakan lubang tempat keluarnya funikulus spermatikus dari dalam

abdomen menuju kanalis inguinalis. Annulus ini terletak kurang lebih di

tengah-tengah antara SIAS dan tuberkulum pubikum (±1-1,5 cm diatas

ligamentum inguinal).

11.Annulus Eksternus

Merupakan suatu lubang yang berbentuk segitiga yang dibentuk oleh

crus superior dan crus inferior aponeurosis MOE. Ukuran luasnya

kurang lebih 2,5 x 1,25 cm. Annulus ini merupakan tempat keluarnya

funikulus spermatikus (pada wanita berupa round ligament), dan

nervus ileoinguinalis.

2.2 Vaskularisasi dan InnervasiVaskularisasi di regio inguinal dari A.Iliaca externa melalui

A.Epigastrika inferior dan cabang-cabangnya. Sedangkan bentuk aliran vena

untuk daerah profunda bisa ke V.Pudendus maupun ke V.Hipogastrika, untuk

daerah superficial bergabung dengan vena-vena superficial dinding perut.

Inervasi berasal dari segmen Thorakal XII dan Lumbal I melalui N.

Ileohipogastrika dan Ileoinguinalis. N. Ileoinguinalis berjalan di dalam kanalis

inguinalis bersama dengan funikulus spermatikus.

Gambar 2.3 Kanalis inguinalis

BAB IIIHERNIA INGUINALIS

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab

yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan pria lebih banyak

dibanding wanita (Sabiston, 2007). Pria 25 kali lebih sering terkena hernia inguinalis

(Schwartz, 1999).

Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya

hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur MOI

yang menutupi annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia

transversalis yang kuat yang menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir

tidak berotot. Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peningkatan tekanan intra abdomen dan kelemahan otot dinding perut

karena bertambahnya usia (De Jong, 2003).

Hal penting untuk hernia inguinalis lateralis secara anatomi adalah lubang

interna ke dalam kavitas peritoneal selalu lateral terhadap arteri epigastrika

profunda, sedangkan untuk hernia inguinalis medial terletak medial dari arteri

epigastrika profunda.

Peningkatan tekanan intra abdomen dapat diakibatkan oleh beberapa sebab

seperti mengejan mendadak, gerak badan yang terlalu aktif, kegemukan, batuk

menahun, mengejan waktu buang air besar, ascites dan kehamilan akan

mempredisposisi pasien pada timbulnya hernia (Sabiston, 2007; De Jong, 2003).

Menurut gejalanya; hernia dapat dibedakan antara: reponibel, irreponibel,

inkarserata, dan strangulata. Hernia reponibel adalah suatu hernia dengan isi hernia

yang bisa keluar masuk dari rongga abdomen ke kantong hernia dan sebaliknya,

sedangkan pada hernia irreponibel, isi hernia tidak bisa masuk atau dimasukkan ke

dalam rongga abdomen. Hernia inkarserata adalah hernia irreponibel ditambah

jepitan usus sehingga memberikan tanda-tanda ileus obstruktif. Hernia strangulata

adalah hernia irreponibel di tambah dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi lokal

daerah hernia karena ada pembuluh darah yang terjepit dan berakibat iskemi/

nekrosis dari isi hernia, disini benjolan akan terasa sakit, tegang, edema dengan

tanda infeksi. Strangulasi terjadi bila vaskularisasi dari organ yang berada dalam

kantong hernia terganggu, terutama bagian organ yang ada di leher kantung.

Strangulasi biasanya timbul pada hernia yang cincin internalnya sempit dan kantung

hernia relatif besar. Strangulasi adalah masalah yang serius dan dapat berakibat

fatal.

3.1 DefinisiHernia inguinalis adalah protusi atau penonjolan isi rongga abdomen

melalui defek atau bagian lemah dari dinding abdomen bagian bawah

(inguinal) dan masih dilapisi peritoneum (Henry MM, 2005).

3.2 EmbriologiPada kehidupan 12 minggu intrauterine terjadi penonjolan peritoneum

melalui annulus inguinalis internus menuju ke skrotum melalui kanalis

inguinalis. Penonjolan peritoneum disebut sebagai prosesus vaginalis. Pada

wanita di sebut kanal Nuck. Pada laki-laki prosesus vaginalis jarang mencapai

skrotum kecuali diikuti oleh penurunan testis. Dalam keadaan normal,

prosesus vaginalis mengalami obliterasi sempurna kecuali yang menempel

pada testis membentuktunika vaginalis.

Hernia terjadi apabila prosesus vaginalis gagal obliterasi dan tetap

lebar terbuka sehingga organ intra peritoneal seperti usus, ovarium dan

sebagainya dapat masuk ke dalam kantong hernia. Dari penelitian

sebenarnya 80-90% bayi yang dilahirkan prosesus vaginalis masih terbuka,

belum obliterasi sempurna walaupun tidak selalu bermaniestasi hernia.

3.3 EpidemiologiHernia adalah masalah umum, namun kejadian yang sebenarnya tidak

diketahui. Diperkirakan bahwa 5% dari populasi akan mengalami hernia

dinding perut, tetapi prevalensi mungkin lebih tinggi. Sekitar 75% dari semua

hernia terjadi di wilayah inguinalis. Dua pertiga diantaranya indirek, dan

sisanya adalah hernia inguinalis direk (Sabiston, 2007).

Pria 25 kali lebih mungkin untuk mengalami hernia inguinalis daripada

wanita. Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang paling umum, terlepas

dari gender. Pada pria, hernia indirek mendominasi atas hernia direk pada

rasio 2:1 (Sabiston, 2007).

Herniotomi inguinal adalah operasi yang paling sering dilakukan pada

praktik bedah umum, dan merupakan salah satu operasi paling sering yang

dilakukan di Amerika Serikat. Sekitar 800,000 kasus telah dilakukan pada

tahu 2003, tidak termasuk kasus residif atau bilateral hernia (Henry MM,

2005; Schwartz, 1999).

3.4 Etiologi1. Kongenital

Terjadi sejak lahir karena tidak menutupnya processus vaginalis pada saat

penurunan testis, dengan manifestasi Hernia Inguinalis Lateralis.

2. Akuisita

Terjadi akibat kelemahan dinding bawah abdomen karena tekanan

intraabdominal juga meningkat secara kronis, dengan manifestasi Hernia

Inguinalis Medialis.

3.5 Komponen Hernia

Gambar 3.1 Bagian Hernia

Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada

abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus (Henry MM,

2005). Kemungkinan lainnya termasuk:

1. Usus besar dan apendiks

2. Divertikulum Meckel

3. Vesica Urinaria

4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi

5. Cairan ascites

Menurut kepustakaan lain, 3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:

1) Kantong hernia

Pada hernia inguinalis berupa peritoneum parietalis

2) Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang mengisi kantong hernia, misalnya usus,

ovarim, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3) Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen).

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia

(Fahmi, 2010). Pada hernia inguinalis adalah annulus internus dan

trigonum hesselbach.

3.6 KlasifikasiMenurut letaknya hernia dapat dibagi:

a. Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral

pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua

pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan

hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia

medial berbentuk tonjolan bulat.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan

berupa tidak menutupnya prosessus vaginalis peritoneum sebagai akibat

proses penurunan testis ke skrotum.

b. Hernia inguinalis Medialis

Hernia ingunalis direk hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian

tekanan intraabdominal kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum

hesselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,

khususnya pada lelaki tua. Hernia ini hampir tidak pernah mengalami

inkarserasi atau strangulasi.

Hernia menurut sifatnya:

a. Hernia Reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika

berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,

tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia Irreponibilis: bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke

dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia.

3.7 Gejala KlinisGejala klinis ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat

paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengejan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa

nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen

usus halus masuk ke dalam kantong hernia.

Mual dan muntah baru timbul apabila terjadi inkarserasi karena ileus

atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat

paha biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia mengganggu dan

anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang

perut kembung, harus dipikirkan adanya hernia strangulata.

BAB IVDIAGNOSIS

4.1 AnamnesisSecara klasik pada penderita Hernia Inguinalis biasanya ditemukan

keluhan-keluhan antara lain (Sabiston, 2007; De Jong, 2003):

Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan

adanya “benjolan” di pelipatan paha atau perut bagian bawah.

Benjolan tersebut dapat timbul bila mengejan, berdiri/berjalan,

menangis, batuk dan benjolan tersebut akan menghilang bila penderita

ini dalam posisi tidur. Ada kalanya keluhan berupa benjolan yang dapat

keluar masuk di daerah kemaluan (pada laki-laki di skrotum dan pada

wanita di labium mayor). Kadang-kadang terasa kemeng.

Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan

intraabdominal, misalnya mengejan, menangis, batuk atau

mengangkat beban berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil

ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak

menghilang ketika berbaring (irreponibilis).

Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan

pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam

kantong hernia.

Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi

inkarserata karena ileus (dengan gambaran obstruksi usus dan

gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau

strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan

vaskularisasi).

Faktor-faktor predisposisi antara lain:

o Pekerjaan (mengangkat beban berat, atlet angkat besi, tentara,

kuli bangunan, dll)

o Penyakit ataupun keganasan kronis (BPH, batuk kronis, ascites,

atau susah BAB)

o Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin

lemah

o Faktor kegemukan (obesitas)

4.2 Pemeriksaan FisikTanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.

Pada inspeksi perlu diperhatikan

Keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha skrotum atau labia dalam

posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengejan atau batuk

sehingga ada benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.

Saat pasien mengejan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul

sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke

medial bawah.

Pada palpasi

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya dan dicoba didorong apakah benjolan dapat di reposisi.

Bila kantong berisi organ maka bergantung isinya, pada palpasi

mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Isi hernia

pada bayi wanita yang terasa seperti sebuah massa yang padat

biasanya ovarium.

Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dicoba mendorong

isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus

sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau

tidak.

Dalam hal hernia dapat dapat direposisi, pada waktu jari masih berada

dalam annulus eksternus, pasien diminta mengejan. Kalau hernia

menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau

sampai jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.

Setelah benjolan direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking

pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus

inguinalis yang melebar.

4.3 Pemeriksaan Khusus1) Finger Test (Invagination Test)

Hernia direposisi terlebih dahulu. Kulit skrotum diinvaginasikan

dengan ujung jari telunjuk dari arah testis dan jari masuk mencapai

annulus eksternus. Normal annulus eksternus hanya dapat dilalui

ujung jari kelingking. Jari pemeriksa masuk hingga mencapai kanalis

inguinalis, kemudian pasien diminta untuk batuk atau mengejan.

Apabila benjolan teraba di ujung jari di sebut hernia inguinalis lateralis,

sedangkan bila menyentuh sisi jari disebut hernia inguinalis medialis.

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien laki-laki.

Gambar 4.1 Finger test

2) Thumb Test (Deep Ring Occlusion Test)

Hernia direposisi terlebih dahulu. Jempol ditempatkan pada

annulus internus, kemudian pasien diminta batuk atau mengejan.

Annulus internus terletak titik pertengahan antara SIAS dan simfisis

pubis. Apabila tidak timbul benjolan maka hernia inguinalis lateralis,

sedangkan bila timbul benjolan di medial dari annulus internus disebut

hernia inguinalis medialis.

3) Ziemann Test

Hernia direposisi terlebih dahulu. 3 jari diletakkan di tiga titik.

Jari kedua diletakkan di annulus internus, jari ketiga diletakkan di

annulus eksternus dan jari ke-empat diletakkan di annulus femoralis,

setelah itu pasien diminta untuk batuk atau mengejan. Apabila benjolan

menyentuh jari kedua disebut hernia inguinalis lateralis, apabila

benjolan meyentuh jari ketiga disebut hernia inguinalis medialis,

sedangkan apabila menyentuh jari ke-empat disebut hernia femoralis.

Gambar 4.2 Zieman test

4) Rising Test

Pasien berbaring di tempat tidur. Pasien diminta mengangkat kepala

dan dada atau mengangkat kedua kaki dari tempat tidur. Apabila

terdapat kelemahan dinding abdomen, maka benjolan akan muncul di

daerah flank disebut Malgaigni’s bulge. Otot yang berkontraksi dapat

dipalpasi dengan tangan di dinding abdomen.

4.4 Pemeriksaan PenunjangUntuk mencari kemungkinan adanya peningkatan tekanan intra

abdominal, sebagai salah satu penyebab timbulnya hernia.

Rectal toucher : BPH, Stenosis Anal, Tumor Recti

Thoraks foto : Batuk kronis, asma, tumor paru

USG Abdomen : Ascites, tumor abdomen

Genitalia Eksterna : Striktura Urethra, phymosis

4.5 Differential DiagnosisBenjolan di inguinal, penyakit-penyakit yang dapt dipikirkan antara lain:

1. Lymphoma

2. Limphadenopathia

3. Hidrokel testis komunikans

4. Varikokel

5. Groin abcess

4.6 KomplikasiKomplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Lebih sering terjadi komplikasi pada hernia yang tertahan pada

kantong hernia, yaitu hernia irreponible.

Dapat terjadi hernia inkarserata, jepitan cincin hernia menyebabkan

gangguan parese isi usus, dengan gambaran obstruksi usus, dan

gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.

Klinis: muntah-muntah, tidak dapat flatus ataupun defekasi, nyeri pada

penonjolan dan pada perabaan didapatkan suatu cincin yang keras/ kaku.

Hernia Strangulata, jepitan cincin mengakibatkan gangguan perfusi

jaringan sehingga timbul bendungan vena yang mengakibatkan hernia

makin terjepit karena oedem. Semakin lama, jepitan semakin bertambah,

peredaran darah terganggu, isi hernia menjadi nekrosis dan timbul

keadaan toksik akibat gangren.

Klinis: penderita gelisah, suhu tubuh tinggi, nyeri menetap di suatu tempat

(di penonjolan), penderita cepat masuk dalam keadaan syok. Apabila isi

hernia strangulata terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal, fistel maupun peritonitis (jika terjadi

hubungan dengan rongga perut) yang mengakibatkan penderita sepsis

hingga meninggal.

BAB VPENATALAKSANAAN

5.1 Operatif7.1.1Indikasi

Hernia Inguinalis dengan komplikasi inkarserata/strangulate

Hernia Inguinalis Lateralis pada anak/dewasa (reponibilis/ireponibilis)

Hernia Inguinalis Medialis yang cukup besar dan mengganggu

7.1.2Macam Operasi1) Herniotomi

Herniotomi yaitu dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong. Tindakan ini dilakukan hanya pada anak-anak

karena penyebabnya kongenital dan tidak ada kelemahan pada dinding

posterior kanalis inguinalis.

2) Herniotomi dan HernioplastiSetelah dilakukan herniotomi dilanjutkan dengan hernioplasti. Pada

hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus

dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih

penting artinya dalam mencegah terjadinya residifdibandingkan dengan

herniotomi.

Dikenal berbagai metode hernioplasti antara lain:

a. Metode Bassini: menjahit conjoint tendon dengan ligamen

inguinal utuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Funikulus spermatikus tetap berada di kanalis inguinalis.

b. Metode Halstedt: sama seperti Bassini tetapi funikulus

spermatikus berada di atas aponeurosis M.O.E (dibawah kulit).

c. Metode Fergusson: conjoint tendon dijahitkan pada

ligamentum inguinal di atas funikulus spermatikus, kecuali pada

daerah annulus eksternus dimana tempat funikulus spermatikus

keluar menuju skrotum.

Tindakan hernioplasti saat ini sering dikerjakan dengan pemasangan

protesa yaitu prolene mash yang dijahit antara conjoint tendon dengan

ligamentum inguinal.

7.1.3Komplikasi Post Operasi1) Hematoma (pada luka atau pada skrotum)

2) Infeksi pada luka operasi

3) Nyeri kronis

4) Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis

5) Rekurensi/residif

6) Cedera V.Femoralis, N.Ilioinguinalis, duktus deferens, atau buli-buli.

5.2 Non Operatif5.2.1Indikasi

Bila pasien menolak operasi

Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intra

abdominal (contoh: ascites, sirosis hepatis, tumor paru)

HIM ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi dulu faktor

penyebabnya)

5.2.2Tindakan Non OperatifPengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah di reposisi. Pemakaian bantal penyangga hanya bertujuan menahan hernia

yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai

seumur hidup.

5.3 PrognosisTergantung dari umur penderita,ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong

hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.

Penyulit pasca bedah seperti nyeri herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia

umumnya dapat diatasi (Cameron, 1997).

DAFTAR PUSTAKA

1. Henry MM, Thompson JN, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC, Hal: 523-537

2. Schwartz’s Principle of Surgery, 9th ed., pp. 1305-1342. New York: McGraw-Hill.3. Wibowo S, Puruhito, Basuku S, Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1, Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga Surabaya.4.