Upload
rizki-rahmiana-harahap
View
250
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan.
Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas
estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi
terutama pada wanita muda.
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30
tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Berdasarkan
laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan
prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari
Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15
dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam wanita (15%) mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Fibroadenoma ini
dapat digerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat
mobile, oleh sebab itu sering disebut sebagai ”breast mouse”. Dalam bentuk klasiknya,
fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang paling sering diidap, mudah dikenal pasti
dari hasil pemeriksaan fisik dan suatu tumor jinak yang mudah ditangani.
Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran
atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa
benjolan pada payudara yang dapat digerakkan sehingga pada beberapa kasus penyakit ini
terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah
melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor
jinak ini akan terus membesar.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Payudara
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.
Pada payudara terdapat puting (papila mamaria) yang merupakan tonjolan berpigmen
dikelilingi oleh areola. Papila mamaria mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery
adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar
puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi
jaringan ikat (stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit
yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju
sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara ke puting.
Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus
terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit.
Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium payudara.
Gambar 1. Penampang anatomi mammae
2
3
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa
lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.
pektoralis mayor dan tulang iga.
Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna. Cabang arteri aksilaris dari
medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis
lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara
ke vena mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring
dengan arteri yang senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena
mammaria interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar mammae,
drainasenya terutama melalui :
1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris
2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe mammaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik
subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami dari
pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah :
1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi
anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m.
pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis,
tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor
dan m. pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding
toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh
darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.
B. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai
4
ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke – 8 haid,
payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa
hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi
tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu.
C. Definisi Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda dan jarang ditemukan setelah menopause. Fibroadenoma mammae adalah
kelainan pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan
tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang
melapisi saluran air susu di payudara. Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak
mammae yang paling banyak ditemukan dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda.
D. Epidemiologi
Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan
angka kejadiannya menurun setelah menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita
postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira
hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita
berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita
berkulit putih.
5
E. Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang
dikaitkan dengan penyakit ini antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen yang
diperkirakan berperan dalam pembentukannya.
F. Faktor risiko
Sampai saat ini penyebab fibroadenoma mammae masih belum diketahui secara pasti,
namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
timbulnya tumor ini antara lain:
Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya fibroadenoma mammae Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia
muda < 30 tahun, terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.
Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et
all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian
fibroadenoma mammae (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita
fibroadenoma mammae kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah.
Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun
meningkatkan risiko kejadian fibroadenoma mammae (OR=2.84, CI 95% 1.23-
6.53) artinya penderita fibroadenoma mammae kemungkinan 2,84 kali adalah
wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya fibroadenoma mammae
terutama meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui
memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian
fibroadenoma mammae.
Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya
adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian.
Obesitas
6
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya fibroadenoma mammae.
Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor
ini.
G. Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan
proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses
aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan
sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran
luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya.Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya
dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2 – 3
cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
H. Klasifikasi
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam :
Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25
tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar
80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
7
Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma
sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui
pada wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran
yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant
fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris
karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.
Gambar 2. Common Fibroadenoma
Gambar 3. Giant fibroadenoma mammae
8
Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih
banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:
Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit
dan pada saat menopause terjadi regresi.
Gambar 4. Juvenile fibroadenoma mammae
9
I. Diagnosis
1. Diagnosis Klinik
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara yaitu dengan pemeriksaan
fisik (phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan
mammografi atau ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
a. Anamnesis
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala
dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan
fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran
dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa
benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.
Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan
fisik. Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat
kehamilan dan ginekologi seperti usia, paritas, serta riwayat menstruasi dan
menyusui. Riwayat terapi hormonal sebelumnya yang mencakup kontrasepsi
oral dan estrogen.
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa
soliter, diskret dan mudah digerakkan dengan diameter kira-kira 1 – 3 cm,
tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus.
Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi
tersering adalah pada quadran lateral atas payudara.
Gambar 5. Fibroadenoma mammae
10
Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk
tegak atau berbaring atau kedua-duanya.Untuk inspeksi, posisi kedua lengan
pasien disamping tubuh kemudian posisi kedua lengan diangkat keatas dan
posisi tolak pinggang. Kemudian diperhatikan bentuk dan ukuran kedua
payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik
seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Dengan lengan terangkat ke atas,
kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal
tipis di punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan
dengan telapak tiga jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan
pada setiap kuadaran payudara. Yang diperhatikan pada hakikatnya sama
dengan penilaian tumor di tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tak
teraba ketika penderita berbaring kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan
aksila pun agaknya lebih mudah pada posisi duduk. Palpasi dilakukan dimulai
dari puting berputar keluar makin lama makin besar lingkaran meraba. Putaran
dilakukan mengikut arah jarum jam dan setelah selesai lakukan palpasi pada
arah berlawanan. Palpasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat
bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan. Raba bagian
ketiak kanan dan kiri serta memijat putting susu.
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran
cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting susu harus
selalu dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa
Gambar 6. Pembagian kuadran mammae
11
laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma
di salah satu duktus, dan kelainan yang disertai ekstasia duktus.
c. Pemeriksaan Histopatologi
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat –
putih pada irisan dan dengan bercak kuning – merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan
ikat dan kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak stroma
fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel
dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau
kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan
membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat
hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis) sebagian
lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan
melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler
(fibroadenoma intrakanalikularis).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai
massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran
sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama
Gambar 7. Gambaran histopatologi
12
dengan jaringan kelenjar sekitarnya tetapi pada fibroadenoma yang besar
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri
atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi atau
involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di
tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang
dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa
komponen jaringan ikat.
b. USG
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas,
berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan
dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan
Gambar 8. Gambaran Mammografi
13
ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic
kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan
mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul,
gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.
c. MRI
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat
atau oval yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras
gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense
atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran
T1-weighted dan hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-weighted.
Gambar 9. Gambaran USG mammae
14
Gambar 10. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari
fibroadenoma.
d. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas,
tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil
sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum
yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut dapat diperoleh sel yang
terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke
laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Di bawah
mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :
Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-
lobus.
Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).
Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar
pendek uniform.
J. Penatalaksanaan
Jenis operasi untuk fibroadenoma mammae yang biasa dilakukan adalah eksisi dan
ekstirpasi. Eksisi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan membuang jaringan
(fibroadenoma) sedangkan ekstirpasi adalah tindakan pembedahan pengangkatan seluruh
massa tumor beserta kapsulnya yang berada di bawah lapisan kulit. Tujuan dari tindakan
operasi fibroadenoma mamae adalah untuk membuang atau mengangkat massa tumor
pada payudara beserta kapsulnya yang berada di bawah lapisan kulit.
K. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara
teratur.
15
BAB III
KESIMPULAN
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan
tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang
berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor
tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya tidak
nyeri. Fibroadenoma ini dapat digerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk
kapsul sehingga dapat mobile, oleh sebab itu sering disebut sebagai breast mouse.
Fibroadenoma mammae (FAM) umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan
puncak kejadian usia diantara 15-25 tahun. Jenis operasi untuk fibroadenoma mammae
yang biasa dilakukan adalah eksisi dan ekstirpasi. Tujuan dari tindakan operasi
fibroadenoma mamae adalah untuk membuang atau mengangkat massa tumor pada
payudara beserta kapsulnya yang berada di bawah lapisan kulit.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.
Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku
Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal.
793 – 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M.,
Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica :
Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from :
http://lib.bioinfo.pl/ .
15