26
BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUAN Penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. 1 Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis. 2 1

Referat Fraktur Tulang Panjang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Fraktur Tulang Panjang

BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade

ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak

adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan

fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya,

dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.1

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang

rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh

gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang,

kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses

penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis.2

Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan pencitraan diperlukan

untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi komplikasi yang

terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi pada pasien.

B. TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui berbagai macam fraktur tulang panjang yang biasa terjadi

dan gambaran radiologisnya.

C. MANFAAT PENULISAN

Penulisan refrat ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai trauma

pada tulang terutama mengenai pencitraan radiologinya.1

Page 2: Referat Fraktur Tulang Panjang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai

daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa,

sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan

memanjang tulang akan berhenti.3

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis

merupakan bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang

lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis,

sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat

osifikasi primer.3

Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang

mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses

pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai

arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan

berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.3

B. DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.2

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan

arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat

menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah

2

Page 3: Referat Fraktur Tulang Panjang

tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan

patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.2

C. KLASIFIKASI

Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia

luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup

jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya

tertembus maka disebut fraktur terbuka.4 Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga

derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berta ringannya patah tulang.

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi fragmen

minimal

II Laserasi >2 cm, kontusi otot disekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya

jaringan di sekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen

tulang ada yang hilang

Tabel 1. Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson (1976).2

Tipe Batasan

I Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot, luka bersih, kurang dari

1 cm panjangnya

II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat.

Seperti grade I namun disertai memar kulit dan otot, luka lebih luas

tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental

terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,

3

Page 4: Referat Fraktur Tulang Panjang

fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan

fraktur yang  lebih dari 8 jam setelah kejadian.

Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh Gustillo,

Mendoza dan Williams (1984):2

Tipe Batasan

IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan

lunak yang luas

IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi  berat, periosteal

striping atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat

kerusakan jaringan lunak.

Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, trauma yang ringan

saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri sudah terkena penyakit

tertentu. Oleh karena itu dikenal juga berbagai jenis fraktur5 :

1. Fraktur disebabkan trauma yang berat

2. Fraktur patologik : Fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah

mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder,

mieloma multipel, kista tulang, dan osteomielitis sehingga trauma ringan

saja sudah dapat menimbulkan fraktur.

3. Fraktur stress : Fraktur ringan yang terus menerus, misalnya fraktur march

pada metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, dan fraktur fibula pada

pelari jarak jauh.

4

Page 5: Referat Fraktur Tulang Panjang

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplet atau

inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral,

kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk impresi

dan inklavasi.

Gambar 1. Mekanisme Patah Tulang. (a) Spiral (berputar); (b) Oblik/serong

(kompresi); (c) Triangular butterfly fragment/kupu-kupu (membengkok);

(d) Transversal/lintang (mengencang)4

Gambar 2. Jenis Patah tulang. Fraktur komplet : (a) Transversal; (b) Segmental; (c)

Spiral. Fraktur inkomplete : (d) Buckle/torus/melengkung; (e,f) greenstick.4

5

Page 6: Referat Fraktur Tulang Panjang

o Location Menjelaskan mengenai lokasi tulang dimana terjadinya

fraktur

o Displacement

Translation Angulation Shortenin

6

Page 7: Referat Fraktur Tulang Panjang

American Orthopedic classification

Type A fracture are extra-artucular 6

1 - Avulsion fracture

2 - Complete fracture

3 - Comminuted fracture

Type B fracture are intra-artucular single condyle fractures 6

1 - Simple

7

Page 8: Referat Fraktur Tulang Panjang

2 - Crush/depression

3 - Comminuted - split depression

Type C fractures are intra-artucular both condyle fractures 6

1 - Simple

2 - Crush/depression

3 - Comminuted - split depression

Fraktur diklasifikasikan menjadi : 4

1. Berdasarkan garis patah tulang

a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.

b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.

8

Page 9: Referat Fraktur Tulang Panjang

c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.

d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tula

2. Berdasarkan bentuk patah tulang

a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen

tulang biasanya tergeser.

b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.

c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang

lain.

d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.

e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa

bagian.

f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.

g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari

tempat yang patah.

h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang

9

Page 10: Referat Fraktur Tulang Panjang

normal.

i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.

Salter-Harris classification Berhubungan pada kasus fraktur pada anak-anak

I. Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.

II. Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali

dari metafisis.

10

Page 11: Referat Fraktur Tulang Panjang

III. Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

IV. fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis

V. Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian

dari sebagian cakram tersebut.

Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau),

diaphyseal (shaft), maupun distal. Berdasarkan proses osifikasinya, tulang panjang

terdiri dari bagian diafisis (corpus/shaft) yang berasal dari pusat penulangan

sekunder. Epifisis ini terletak di kedua ujung tulang panjang. Bagian dari diaphysis

yang terletak paling dekat dengan epifisis disebut metafisis, yaitu bagian dari korpus

tulang yang melebar. Fraktur dapat terjadi di 3 bagian ini. 7

11

Page 12: Referat Fraktur Tulang Panjang

Berpindahnya fragmen tulang dari tempatnya semula disebut displacement.

Displacement ini dibagi menjadi 4, yaitu : 4

1. Aposisi

Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami perubahan

letak sehingga terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang proksimal

dan distal. Pada pemeriksaan radiologik, aposisi dinyatakan dalam persentase

kontak antara fragmen proksimal dan distal. Jadi, misalnya dari hasil

pemeriksaan rontgen terlihat bahwa tidak ada kontak sama sekali antara

permukaan fragmen proksimal dengan distal maka dinyatakan aposisi 0%,

disebut juga aposisi komplet. Kalau kontak masih terjadi disebut aposisi parsial,

misalnya aposisi 80%, berarti 80% permukaan fragmen proksimal masih kontak

dengan fragmen distal.

2. Alignment

Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang sehingga

arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal fragmen

proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada pemeriksaan

radiologi, angulasi ini dinyatakan dalam derajat.

3. Rotasi

Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya, misalnya

fragmen distal mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal.

4. Length (panjang)

Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya tulang)

yang menyebabkan pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang

menyebabkan tulang memanjang.

12

Page 13: Referat Fraktur Tulang Panjang

Ada jenis fraktur yang patahnya tidak disebabkan oleh trauma, tetapi

disebabkan oleh adanya proses patologis, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis

tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang, dan disebut fraktur

patologis.

Ada juga fraktur, yang biasanya berbentuk fisura, yang disebabkan oleh beban

lama atau trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur kelelahan. Hal ini

misalnya terjadi pada tungkai bawah di tibia atau tulang metatarsus pada tentara,

penari, atau olahragawan yang sering berbaris atau berlari. Akan tetapi, fisura tulang

lebih sering disebabkan cedera.

Sehubungan dengan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya, fraktur juga

dibagi atas dasar usia pasien, yaitu fraktur pada anak-anak, fraktur pada orang

dewasa, dan fraktur pada orang tua. Pola anatomis kejadian fraktur dan

penanganannya pada ketiga golongan umur tersebut berbeda. Orang tua lebih sering

menderita fraktur pada tulang yang osteoporotic, seperti vertebra atau kolum femur;

orang dewasa lebih banyak menderita fraktur tulang panjang, sedangkan anak jarang

menderita robekan ligament. Penanganan fraktur pada anak membutuhkan

pertimbangan bahwa anak masih tumbuh. Selain itu, kemampuan penyembuhan anak

lebih cepat dan karena itulah pemendekan serta perubahan bentuk akibat patah lebih

13

Page 14: Referat Fraktur Tulang Panjang

dapat ditoleransi pada anak. Pemendekan dapat ditoleransi karena pada anak terdapat

percepatan pertumbuhan tulang panjang yang patah. Perubahan bentuk dapat

ditoleransi karena anak mempunyai daya penyesuaian bentuk yang lebih besar.

Satu bentuk fraktur yang khusus pada anak adalah fraktur yang mengenai

cakram pertumbuhan. Fraktur yang mengenai cakram epifisis ini perlu mendapat

perhatian khusus karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Fraktur cakram

epifisis ini dibagi menjadi lima tipe. 8

Tipe 1 Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis, tetapi

periosteumnya masih utuh

Tipe 2 Periosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis

lepas sama sekali dari metafisis

Tipe 3 Fraktur cakram epifisis yang melalui sendi

Tipe 4 Terdapat fragmen fraktur yang garis patahannya tegak lurus

cakram epifisis

Tipe 5 Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang

menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut

ETIOLOGI

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

kekuatannya melebihi kekuatan tulang.  2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur9

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah

dan kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan, dan densitas tulang.

14

Page 15: Referat Fraktur Tulang Panjang

Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal

dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan

penghimpitan tulang akan  mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan

kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

Trauma tidak langsung mengakibatkan  fraktur terletak jauh dari titik trauma

dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan,

penari dan tentara  dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau  metatarsal yang

disebabkan oleh karena trauma yang berulang.

Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada

penyakit Paget dengan energi  yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.

Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan  fraktur.9

PATOFISIOLOGI FRAKTUR

Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai

keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat

berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai

kerusakan jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai

kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.10

Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka

karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan

menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan

15

Page 16: Referat Fraktur Tulang Panjang

untuk terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat

pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang

otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang berada

pada posisi yang kaku.10

16

Page 17: Referat Fraktur Tulang Panjang

BAB III

KESIMPULAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur menurut ada

tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu

fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur diklasifikasikan Berdasarkan garis patah

tulang yaitu greenstick, transversal, spiral, dan obliq. Berdasarkan bentuk patah

tulang yaitu complet, incomplet, avulsi, comminuted, simple, dan complikata.

Penyebab fraktur ini dapat berupa trauma langsung, tak langsung, maupun penyakit

yang menyertai. 4, 8

17

Page 18: Referat Fraktur Tulang Panjang

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Richard, Buckley. (2012). General Principles of Fracture Care. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview

2. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif

Watampone. 2007

4. Apley, A.Graham. (2010). Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ed

9. UK : Hodder Arnold.

5. Ekayuda, Iwan. (2011). Trauma Skelet. Radiologi Diagnostik. Jakarta : FK

UI. 31-61

6. American Orthopedic classification. (2010). Diakses dari

http://www.aona.com

7. Benvie. (2009). Fraktur. Diakses dari http://doctorology.net

8. Mansjoer A et al (editor) 2001., Kapita SelektaKedokteran., Jilid 1, Edisi III.,

Media Esculapius., FKUI., Jakarta

9. Arif, Muttaqin, Skep. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: EGC diakses dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301014/daftarpustaka.pdf

10. Brunner  and  Suddart. Buku  Ajar Keperawatan Medikal  Bedah.  Edisi  8.

Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001 diakses

dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-

07.bab-r.pdf

18