22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haemophilus influenzae merupakan bakteri gram negatif dalam darah untuk pertumbuhan. Haemophilus influenzae terdiri dari 2 jenis, yang berkapsul dan yang tidak berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul membentuk koloni rough (R) yang umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi ringan. Tipe ini sering diasosiasikan dengan penyakit saluran nafas kronik terutama pada orang dewasa. Sementara tipe yang berkapsul membentuk koloni S, dibagi dalam 6 subtipe dari a sampai f. Haemophilus influenzae tipe B (HiB) adalah tipe yang paling ganas. Haemophyllus influenza tipe B (HIB) merupakan salah satu penyebab terbanyak Meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang), dimana 90% infeksi ini menyerang anak-anak kurang dari 5 tahun terutama anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Sebanyak 55% anak- anak yang terinfeksi HIB akan menderita meningitis, sisanya menderita pneumonia (radang paru-paru), epiglostitis (radang saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan nafas), dan artritis (radang sendi). Seseorang yang menderita HIB dapat mengalami kecacatan yang serius, kebutaan, tuli, dan kerusakan saraf yang berujung pada retardasi mental. Angka kecacatan ini mencapai 15%-30% dari seluruh kasus yang dapat bertahan hidup. 1

Referat HIB Nomer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jjhjh

Citation preview

Page 1: Referat HIB Nomer

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haemophilus influenzae merupakan bakteri gram negatif dalam darah

untuk pertumbuhan. Haemophilus influenzae terdiri dari 2 jenis, yang

berkapsul dan yang tidak berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul membentuk

koloni rough (R) yang umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi

ringan. Tipe ini sering diasosiasikan dengan penyakit saluran nafas kronik

terutama pada orang dewasa. Sementara tipe yang berkapsul membentuk

koloni S, dibagi dalam 6 subtipe dari a sampai f. Haemophilus influenzae tipe

B (HiB) adalah tipe yang paling ganas.

Haemophyllus influenza tipe B (HIB) merupakan salah satu penyebab

terbanyak Meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang),

dimana 90% infeksi ini menyerang anak-anak kurang dari 5 tahun terutama

anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Sebanyak 55% anak-anak yang

terinfeksi HIB akan menderita meningitis, sisanya menderita pneumonia

(radang paru-paru), epiglostitis (radang saluran pernafasan yang dapat

mengakibatkan tertutupnya jalan nafas), dan artritis (radang sendi). Seseorang

yang menderita HIB dapat mengalami kecacatan yang serius, kebutaan, tuli,

dan kerusakan saraf yang berujung pada retardasi mental. Angka kecacatan ini

mencapai 15%-30% dari seluruh kasus yang dapat bertahan hidup.

Masalah infeksi HIB ini menjadi semakin serius karena meskipun

mendapat pengobatan yang maksimal dengan antibiotik, sekitar 3%-6% anak-

anak meninggal dunia, bahkan di Amerika diperkirakan 40% bakteri HIB

resisten (tahan) terhadap antibiotik. Oleh karena itu, badan kesehatan dunia

WHO mengambil langkah pencegahan dengan menetapkan pemberian vaksin

HIB. Sejak vaksin ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998, kasus HIB

menurun mencapai 97%, yaitu dari 526 menjadi 17 kasus.Di Indonesia, vaksin

HIB ini termasuk program imunisasi yang dianjurkan dan diharapkan dalam 1

1

Page 2: Referat HIB Nomer

sampai 2 tahun yang akan datang dapat termasuk dalam program imunisasi

yang diwajibkan.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah

menganai Haemophilus influenzae tipe B meliputi morfologi, tanda dan gejala

infeksi komplikasi dari infeksi serta imunisasi

2

Page 3: Referat HIB Nomer

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Haemophilus influenzae tipe B

Haemophilus influenzae tipe B (HiB) adalah bakteri yang hanya

menyerang manusia. HiB dahulunya adalah bakteri patogen tersering yang

menyebabkan meningitis. Pada tahun 1978, HiB dianggap menyebabkan 46%

meningitis bakterialis (10.000 kasus) di Amerika Serikat. Selain itu, HiB juga

menyebabkan penyakit invasif lain seperti selulitis buccal dan periorbital,

pneumonia, artritis, epiglottitis dan pericarditis.1

Bakteri ini teridentifikasi secara tidak sengaja oleh Pfeiffer pada tahun

1892. Pfeiffer menemukan HiB sebagai agen penyebab kematian pasien

ketika pandemi (wabah) influenza yang teridentifikasi dari sputum pasien

yang meninggal. Pada tahun 1930, Margaret Pittman menggambarkan bahwa

terdapat 6 serotipe (a sampai f) HiB berkapsul berdasarkan perbedaan

antigenik kapsular polisakaridanya. Pada tahun 1950, kloramfenikol

menunjukkan adanya penurunan mortalitas akibat infeksi dari HiB.1

Pada tahun 1970, Schneerson menemukan komponen polyribosyl-

ribotyl phosphate (PRP) sebagai kapsul HiB dan digunakan sebagai

imunogen vaksin. Pada tahun 1980an, PRP yang dikonjugasi diperkenalkan

untuk digunakan sebagai vaksin. Pada tahun 1987, vaksin HiB diperkenalkan

dan vaksinasi ini berjaya menurunkan insidens penyakit yang disebabkan HiB

pada anak-anak di bawah 5 tahun sebanyak 97% di Amerika Serikat. Namun,

insidens penyakit pada seorang yang berusia 5 tahun dan ke atas masih belum

berubah (menetap 0.4 per 100.000).1

B. Morfologi Haemophilus influenzae tipe b

HiB termasuk bakteri gram negatif berbentuk coccabacillus, tidak dapat

bergerak yang memerlukan faktor X (hematin – suatu derivat hemoglobin

yang termostabil) dan faktor V (nicotinamide adenine dinucleotide[NAD])

3

Page 4: Referat HIB Nomer

untuk pertumbuhan. Faktor X dapat diperoleh dari darah sedangkan faktor V

dapat diperoleh dari ekstrak ragi dan juga dihasilkan oleh beberapa kuman

tertentu seperti S.aureus. Spesies Haemophilus pada umumnya peka terhadap

pendinginan, pengeringan dan beberapa disinfektan. Pada suhu 55oC, bakteri

akan mati dalam 30 menit. HiB adalah salah satu bakteri berkapsul yang

dianggap virulen dan menyebabkan penyakit-penyakit invasif. HiB

mempunyai kapsul polisakarida yang terdiri daripada polimer 5 unit carbon

sugar, ribose dan ribitol phosphate (Polyribosylribitol phosphate – PRP).

Terdapat juga fimbriae pada membrane luar yang dapat membantu HiB

melekat pada sel epitel.2,3

Gambar 1: Haemophillus influenzae tipe B

C. Epidemiologi

Sebelum ditemukan vaksin yang efektif untuk H.influenza, bakteri ini

menyebabkan penyakit-penyakit yang invasif pada anak-anak. Berdasarkan

distribusi umur; 90% terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun (balita) dan

mayoritasnya adalah pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Rata-rata per

tahun kasus penyakit invasif disebabkan HiB adalah 64-129 kasus per

100.000 anak balita. Sedangkan kasus penyakit invasif yang disebabkan

4

Page 5: Referat HIB Nomer

H.influenza berkapsul serotipe lain adalah 0.7 per 100.000 anak balita. Di

negara berkembang, H.influenza tidak berkapsul dapat menyebabkan banyak

penyakit invasif pada neonatus, anak-anak immunocompromised dan

penderita sickle cell disease, asplenia.1

Sebenarnya, 60-90% dapat ditemukan H.influenzae yang tidak

berkapsul sebagai flora normal respirasi anak-anak. Sebelum penemuan

vaksin, HiB dapat diisolasikan dari faring 2-5% anak-anak sekolah yang

sehat. Insidens penyakit akibat HiB berkurang sebanyak 99% pada permulaan

vaksin. Pada tahun 1989-1997 insidens penyakit invasif HiB pada anak balita

berkurang sebanyak 99% yaitu dari 34 ke 0.4 kasus per 100.000 anak. Pada

infant yang tidak mendapat vaksin, risiko rekuren juga meningkat. Sebelum

mulainya terapi antimikroba, biasanya terjadi kolonisasi di nasofaring pada

kebanyakan anak dengan penyakit invasif HiB, dan 25-40% mungkin tetap

berkolonisasi pada 24 jam pertama terapi.1

D. Patogenesis

HiB hanya ditemukan pada manusia. Penyebarannya melalui udara

pernafasan dan percikan air ludah yang mengandung HiB. Bakteri ini dapat

ditemukan pada saluran nafas (hidung dan tenggorok) orang yang sehat

ataupun pada seseorang yang pernah menderita infeksi HiB. HiB dapat

bertahan dalam saluran napas untuk waktu yang lama (asymptomatic carrier),

sehingga meningkatkan kesempatan untuk transmisi. Uji hewan menunjukkan

bahwa, minoritas terjadinya penyakit adalah bila, bakteri ini menginvasi

melalui mukosa ke dalam darah difasilitasi oleh kerusakan mukosa (infeksi

virus, trauma, dan sebagainya) atau peningkatan jumlah organisme di

mukosa. Setelah penetrasi ke dalam aliran darah, HiB dilindungi dari

fagositosis oleh kapsul (antifagositosis dan serum resistance) dan

berkembang biak sementara menyebar ke meninges, epiglotis, atau

5

Page 6: Referat HIB Nomer

permukaan sinovial. Pasien mungkin menunjukkan gejala setelah terjadi

bakteremia.1,2

E. Manifestasi klinis

Berikut adalah penjabaran mengenai penyakit-penyakit yang diakibatkan

oleh Haemophilus influenzae tipe b.

Gambar 2. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh HiB

1. Meningitis

Gejala klinis meningitis adalah demam, kaku kuduk and fotofobia.

Namun pada balita, gejala ini mungkin susah untuk diperiksa, jadi gejala

yang mungkin ada gejala tidak spesifik seperti letargi, tidak mau minum

dan iritabilitas. 2 – 5 % meningitis HiB boleh menjadi fatal walaupun telah

diberikan terapi yang tepat. Komplikasi jangka panjang meningitis HiB

adalah retardasi mental, cerebral palsy, hilang pendengaran dan kelainan

kejang.2

Diagnosis meningitis sendiri didapatkan dari isolasi HiB dari

daerah tubuh yang steril (lumbal punksi). Bakteremia HiB selalu

didiagnosis dengan isolasi HiB dari darah. Namun, metode ini tidak selalu

berhasil sekiranya seorang anak sudah diberikan antibiotik sebelum klinis

meningitis muncul. Kultur HiB dari cairan serebrospinal dapat dilakukan

untuk mendiagnosa penyakit akibat HiB. Jika riwayat klinis sesuai dengan

6

Page 7: Referat HIB Nomer

meningitis dan ada perubahan cairan serebrospinal (CSF) yaitu rendah

gula, tinggi protein, dan peningkatan jumlah neutrofil, disertai tes

aglutinasi lateks CSF yang positif untuk HiB, kemungkinan bahwa anak

tersebut menderita meningitis HiB adalah besar. Jika hasil tes aglutinasi

lateks CSF negatif, pasien ini harus dianggap tidak menderita HiB

meningitis walaupun hasil tes antigen urin positif. 1,2

Terapi antimikroba harus diberikan parenteral selama 7-14 hari

untuk kasus-kasus yang tidak rumit. Sefotaksim, seftriakson, ampisilin,

kloramfenikol dan semua diperkirakan melintasi blood-brain barrier

selama peradangan akut pada konsentrasi yang cukup untuk membuat

mereka efektif untuk meningitis H. influenzae. Kloramfenikol juga

diberikan secara oral untuk menyelesaikan rejimen terapi untuk

meningitis.2

2. Selulitis

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang dapat terjadi di muka, kepala

atau leher. Selulitis bukal terjadi terutama pada anak-anak kurang dari usia

18 bulan dan mungkin berhubungan dengan pemberian susu botol. Hal ini

dapat muncul dalam semalam pada anak yang sehat. Ini sering memiliki

violaceous hue atau dapat muncul erysipeloid. HiB sering dapat dibiakkan

dari darah atau aspirasi dari pipi. Harus dipertimbangkan juga apakah anak

mungki memiliki fokus lain dari infeksi, terutama jika kultur darah positif.

Penyebab bakteri lain juga perlu dipertimbangkan, terutama pada anak

yang lebih tua atau jika ada abrasi wajah terkait.

Diagnosis positif untuk HiB seringkali sulit pada pasien dengan

selulitis karena dokter sering enggan untuk aspirasi dari jaringan yang

meradang. Jika kultur darah positif untuk HiB atau jika gambaran klinis

kompatibel dengan diagnosis ini dan uji lateks urine positif untuk HiB,

diagnosis dapat dianggap benar. Sekiranya tidak ada hasil yang positif,

7

Page 8: Referat HIB Nomer

adalah lebih baik untuk mengobati dengan antibiotik yang juga efektif

untuk infeksi S. aureus. 1,2

Terapi pada selulitis biasanya antimikroba parenteral yang

diindikasikan sehingga pasien afebris. Setelah itu, antimikroba oral yang

sesuai bisa diberikan. Terapi biasanya sekitar 7-10 hari.1

Gambar 3: Selulitis

Beberapa center di Amerika menjadikan selulitis orbita menjadi

keadaan darurat medis. Penyakit ini merupakan komplikasi lanjutan dari

sinusitis etmoid. Gejala pada selulitis orbita adalah proptosis mata,

keterbatasan gerakan mata, gangguan penglihatan, kemosis dan rasa nyeri

ketika mata digerakkan. Penyakit ini perlu dibedakan dari "preseptal," atau

periorbital selulitis yang merupakan selulitis dari kelopak mata. Preseptal

selulitis sering disertai dengan demam, edema dan panas di kelopak mata,

dan integumen yang utuh. Perbedaan orbitan dan preseptal selulitis lebih

baik dilakukan dengan CT Scan.1,2

3. Epiglottitis

Epiglottitis adalah infeksi dan inflamasi pada epiglottis yaitu

jaringan di tenggorokan yang melindungi dan memproteksi laring ketika

menelan. Pasien dengan epiglottitis sering menunjukkan gelaja-gejala

seperti soft stridor, demam yang tinggi, disfagia dan drooling. Pada

penanganan yang tidak tepat tepat, epiglotis yang edema bisa

8

Page 9: Referat HIB Nomer

menyebabkan risiko terjadinya obstruksi jalan nafas. 95% kasus

epiglottitis yang terjadi sebelum adanya vaksin adalah disebabkan HiB.

Epiglottitis sering terjadi pada anak berusia 2 hingga 7 tahun. Terapi

antimikroba terhadap HiB harus diberikan secara parenteral tetapi hanya

setelah jalan napas dijamin, dan terapi harus dilanjutkan sampai pasien

dapat mengambil cairan per oral. Durasi terapi antimikroba biasanya

adalah 7 hari. 2,5

4. Pneumonia

Pneumonia juga adalah salah satu mansfestasi dari penyakit invasif

HiB. Gejala klinis dari pneumonia akibat HiB dan akibat mikroorganisme

lain tidak dapat dibedakan (Demam + Batuk + Sesak). Anak yang diduga

menderita pneumonia HiB yang berusia kurang dari 12 bulan harus

menerima terapi antimikroba parenteral pada awalnya karena peningkatan

risiko untuk bakteremia dan komplikasi pada mereka adalah tinggi. Anak

yang lebih besar yang kurang parah dapat ditangani dengan antimikroba

oral. Terapi dilanjutkan selama 7-10 hari dari gabungan terapi parenteral-

oral. Kultur darah positif atau hasil positif dari tes aglutinasi lateks dari

cairan pleura mungkin konfirmasi, tetapi tes ini mungkin tidak

memberikan hasil positif jika dilakukan 1,2

5. Septic Arthritis

Septic arthritis adalah infeksi yang sering terjadi pada sendi-sendi

yang besar seperti lutut, pinggul, pergelangan kaki, dan siku, yang

terpengaruh paling umum. Biasnya saptic arthritis hanya terjadi pada satu

sendi, namum 6% kasus melibatkan beberapa sendi. Tanda-tanda dan

gejala dari septic arthritis karena H. influenzae tidak bisa dibedakan dari

arthritis yang disebabkan oleh bakteri lain.

ika aspirasi dilakukan pada penyakit septic arthritis, hal ini dapat

digunakan mengkonfirmasi bakteri penyebab infeksi, tetapi jika tidak

dilakukan maka dokter harus bergantung pada hasil kultur darah dan/atau

9

Page 10: Referat HIB Nomer

tes urine lateks. Jika anak sudah menerima antibiotik oral, kemungkinan

terjadi jika kultur negatif juga harus dipertimbangkan.1,2

Septic arthritis harus diobati dengan antimikroba yang tepat

diberikan parenteral selama setidaknya 5-7 hari. Jika respon klinis

memuaskan, sisa pengobatan antimikroba dapat diberikan secara oral.

Terapi biasanya diberikan selama 3 minggu untuk septic arthritis, tapi

dapat dilanjutkan di luar 3 minggu yaitu sehingga protein C-reaktif

normal.2

6. Perikarditis

Perikarditis adalah infeksi pada peradangan perikardium parietal,

perikardium viseral, atau kedua-duanya. H.influenzaeI jarang sekali

menyebabkan bakterial perikarditis. Anak-anak yang terinfeksi sering

sekali menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran pernafasan atas. Selain

itu, dapat ditemukan juga demam, distres pernafasan dan takikardia.

Perikarditis selalu membutuhkan drainase, dan, jika drainase

dilakukan pada awal perjalanan penyakit, kultur akan positif untuk HiB

dari cairan atau darah. Namun, jika anak telah diberikan antibiotik dan

kultur yang negatif, tes aglutinasi lateks yang positif untuk HIB dari cairan

perikardial atau urin akan berguna.1,2

Antimikroba harus diberikan secara parenteral dengan mengikuti

regimen pengobatan meningitis. Pericardiektomi dapat dilakukan untuk

drainase bahan purulen dan sekaligus mencegah terjadinya tamponade dan

constrictive perikarditis.2

7. Bakteremia

Bakteremia akibat HiB biasanya disertai gejala demam tanpa fokus

infeksi yang jelas. Demam biasnya tinggi dari 39oC dan adanya

leukositosis ((≥15,000 cells/μL). 25% anak-anak dengan bakteremia HiB

dapat berkembang menjadi meningitis sekiranya tidak diobati. Kultur

10

Page 11: Referat HIB Nomer

darah harus dilakukan sekiranya si anak diduga menderita bakteremia HiB.

Anak haruslah dirawat inap dan diberikan antimikroba parenteral.2

F. Diagnosis

Pewarnaan Gram dan kultur merupakan tes pilihan untuk diagnosis.

Pada pewarnaan gram, akan terlihat bakteri gram negatif, berbentuk

coccobacillus. Namun, pengobatan antibiotik sebelumnya sering membuat

kultur darah steril. Kultur CSF kurang terpengaruh oleh penggunaan

antibiotik oral. Selain itu, penyakit dengan infeksi lokal (arthritis dan

epiglotitis) memiliki tingkat bakteremia yang lebih rendah, dan kultur positif

mungkin terlewatkan jika volume darah tidak memadai diambil untuk

kultur.1,4

11

Page 12: Referat HIB Nomer

Gambar 4: Perwarnaan Gram Haemophillus influenzae tipe B

HiB tumbuh pada agar coklat yang membentuk koloni mengkilap dan

mukoid. Kultur HiB di agar darah akan membentuk fenomena satelit (satellite

phenomenon) sekiranya terdapat Staphylococcus aureus di agar darah.

Staphylococcus aureus akan melisis sel darah merah dan memberikan NAD

untuk pertumbuhan Haemophillus. Tes yang lebih sensitif untuk menguji

kebutuhan faktor X adalah dengan menguji kemampuan H. influenzae untuk

mengkonversi delta aminolevulinic acid kepada porfirin. Tes lain seperti

produksi indole dari triptofan dan deteksi β-galaktosidase (uji ONPG) juga

berguna dalam membedakan H. influenzae dari spesies Haemophilus

lainnya.1-4

12

Page 13: Referat HIB Nomer

Gambar 5: Kultur HiB di agar coklat.

Metode lain untuk membantu untuk mendiagnosis HiB adalah dengan

mendeteksi antigen terutamanya ketika organisme telah dibuat nonviable oleh

antibiotik. Yang paling populer dan sensitif adalah tes aglutinasi partikel

lateks (Latex particle agglutination test), yang menggunakan antibodi anti-

PRP pada partikel latex yang mengaglutinasi sekiranya antigen PRP ada di

spesimen tersebut. Kadang-kadang false positive bagi HiB dapat terjadi akibat

reaktivitas silang dengan Escherichia coli, Streptococcus pneumoniae, S.

aureus, Neisseria meningitidis. Oleh itu, tes lateks positif disertai dengan

adanya manisfestasi klinis amatlah berguna untu1k mendiagnosis penyakit

akibat HiB.1,2

G. Pengobatan

Manifestasi klinis dan pengobatan semua penyakit H.influenzae invasif

adalah sama walaupun berbeda serotipe. Terapi antibiotik awal infeksi invasif

akibat HiB harus diberikan secara parenteral dengan menggunakan

antimicrobial agent yang efektif dalam mensterilisasi semua fokus infeksi dan

efektif terhadap strain yang resisten ampisilin. Sefalosporin broad spektrum,

seperti sefotaksim atau seftriakson boleh digunakan sebagai agen antimikroba

awal ketika HiB dianggap sebagai bakteri penyebab. Hal ini karena antibiotik

ini mempunyai efek samping yang kurang dan mudah untuk diadministrasi.4

Selain itu, dapat digunakan kombinasi kloramfenikol dengan ampisilin.

Ampisilin adalah drug of choice untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh

bakteri ini. Setelah uji sensitivitas dilakukan, antimikroba yang tepat dapat

dipilih untuk melengkapi terapi. Jika hasil tes menunjukkan bakteri ini resisten

terhadap ampisilin, sefalosporin broad spektrum seperti sefotaksim atau

seftriakson boleh digunakan; diberikan sekali sehari sekiranya pasien dirawat

jalan. Antimikroba oral juga kadang-kadang digunakan untuk melengkapi

terapi selain dari terapi parenteral. Jika organisme rentan terhadap ampisilin,

amoksisilin merupakan obat pilihan. Sebuah sefalosporin oral-generasi ketiga

13

Page 14: Referat HIB Nomer

(misalnya, cefixime, cefpodoxime) atau amoksisilin-klavulanat dapat

digunakan sekiranya bakteri resisten terhadap ampisilin. Jangka waktu terapi

biasanya adalah sekitar 10 hari.2,4

H. Pencegahan

1. Imunisasi

Vaksin HiB merupakan vaksin yang tidak aktif, dibuat dari kapsul

Haemophillus influenzae tipe B yang disebut polyribosbitol phosphat (PRP).

Awalnya vaksin ini dibuat secara murni tanpa penambahan apa pun. Namun

ternyata vaksin ini kurang efektif pada anak yang berusia kurang dari 18

bulan. Respon terhadap vaksin hanyalah dari T-independent antigen dan

tidak ada penambahan antibodi walaupun diberikan booster. Hanya sedikit

produksi IgM dan produksi IgG juga minimal sehingga perlu diberikan

penambahan komponen bakteri lain.4,5,8,9

Komponen bakteri lain yang digunakan adalah protein bakteri penyebab

tetanus (PRP-T) dan protein dari Neisseria meningitidis (PRP-OMP) yang

juga merupakan bakteri penyebab meningitis. Penambahan komponen

bakteri lain ini disebut proses konjugasi di mana terjadinya proses ikatan

kimia antara polisakarida (antigen tidak efektif) dengan protein carrier yang

lebih efektif. Jadi, polisakarida yang T-independent akan berubah menjadi

T-dependent antigen. Pemberian vaksin HiB yang dikonjugasi membuatkan

respon booster lebih baik dan produksi IgG lebih dominan. Vaksin Hib ini

hanya melindungi terhadap infeksi Haemophillus influenzae tipe B, tidak

pada infeksi meningitis yang disebabkan oleh organisme lainnya. 6,7,10

Vaksin HiB diberikan melalui suntikan ke dalam otot (pada anak

biasanya di daerah paha atas dan untuk orang dewasa diberikan di otot

lengan). Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml sebanyak 3 kali dengan jarak

pemberian selama 2 bulan dan dilakukan pemberian ulangan 1 tahun setelah

14

Page 15: Referat HIB Nomer

pemberian terakhir. Jadwal pemberian yang dianjurkan adalah usia 2-4-6

bulan dengan ulangan (booster) pada usia 15-18 bulan.4,6,7,10

Indikasi pemberian vaksin HiB adalah:5,11,12

a) Pada anak berusia 2, 4 dan 6 bulan dan ulangan (booster) pada usia 15 –

18 bulan

b) Anak berusia kurang 2 tahun yang mempunyai penyakit invasif HiB

harus diberikan vaksin setelah 1 bulan. Anak berusia di atas 2 tahun

yang immunocompetent dengan penyakit invasif HiB tidak perlu

diimunisasi karena respon imun akan terbentuk sendiri.

c) Individu yang mempunyai risiko tinggi terkena penyakit invasif HiB

seperti asplenia, hiposplenism, immunocompromised harus di

imunisasi. Pada yang berusia di atas 1 tahun akan diberikan 2 dosis

vaksin HiB dengan jarak pemberian 2 bulan.

d) Anak dan dewasa yang akan menjalani operasi splenektomi boleh

diberikan vaksin 2 minggu sebelumnya.

e) Anak yang berusia 1 – 10 tahun yang belum pernah diberikan vaksin

HiB boleh divaksin sebanyak 1 kali.

Perbedaan jumlah pemberian vaksin berdasakan jenis vaksin yang

digunakan. Jika vaksin yang digunakan adalah jenis PRP-OMP, maka

vaksin ini cukup diberikan sebanyak 2 kali. Sementara, untuk vaksin PRP-T

diberikan sebanyak 3 kali seperti jadwal imunisasi yang dianjurkan.

Kekebalan tubuh akan mulai terbentuk setelah pemberian suntuikan yang

pertama dengan vaksin jenis PRP-OMP dan setelah 2 kali suntikan dengan

vaksin jenis PRP-T. Kekebalan yang terbentuk bertahan lebih lama untuk

vaksin jenis PRP-T jika dibandingkan dengan vaksin PRP-OMP. 7,11

Anak-anak berusia di atas 6 bulan yang belum mendapat vaksin

diberikan 2 kali suntikan, sedangkan bagi anak di atas usia 1 tahun cukup

mendapat 1 kali suntikan saja tanpa perlu pemberian ulangan. Vaksin HiB

dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya, namun lokasi

15

Page 16: Referat HIB Nomer

penyuntikan harus berbeda. Dari segi kepraktisan pemberian vaksin, saat ini

telah tersedia vaksin campuran antara HiB dengan Hepatitis B dan DPT

(Difteri, pertusis dan tetanus). 7,9

Sekiranya anak kurang dari 1 tahun telah terinfeksi, anak tersebut

masih belum menjadi kebal. Tetapi jika anak berusia lebih 1 tahun, maka

kekebalan tubuh akan terbentuk. Walaupun demikian, vaksinasi sebaiknya

tetap diberikan. Dengan pemberian vaksin ini diharapkan 95% anak-anak

terlindungi dari infeksi HiB setelah dosis kedua atau ketiga. Anak usia di

atas 12 tahun hingga orang dewasa perlu memperoleh vaksin HiB bila

mereka mengalami penurunan imunitas, misalnya pada keadaan berikut:

spelenektomi, transplantasi sumsum tulang, proses keganasan/kanker dan

HIV.7,10

Vaksin HiB yang tersedia di Indonesia adalah Tetract-HiB dan

ACT-HIB (Sanofi Pasteur), Hiberix dan Infanrix-Hib (GlaxoSmithKline),

Pedvax-Hib (Merck Sharp & Dohme). Setelah pemberian vaksin HiB, 5-

30% anak yang memperoleh vaksinasi bisa mengalami demam, kemerahan

dan nyeri pada tempat suntikan selama 1-3 hari. Vaksin HiB tidak

direkomendasikan bila seseorang sedang demam, mengalami infeksi akut

dan orang dengan riwayat alergi yang mengancam jiwa. Vaksin HiB

haruslah disimpan di kulkas pada suhu 2 oC -8oC. Mulai tahun 2013,

Kemenkes RI menegaskan akan memulai kebijakan perkenalan imunisasi

baru, yang disebut juga pentavalen (DPT-HB-Hib). Vaksin kombinasi

antara DPT, Hepatitis B, dan Hib ini ditengarai lebih unggul jika

dibandingkan program imunisasi sebelumnya yang diberikan satu persatu

pada anak. 5,6,7,9,10

2. Kemoprofilaksis

Anak-anak tidak divaksinasi yang berusia kurang dari 48 bulan yang

dalam kontak dekat akan meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi

invasif. Risiko penyakit sekunder berbanding terbalik dengan usia (untuk

16

Page 17: Referat HIB Nomer

anak-anak berusia di atas 3 bulan). Oleh karena banyak anak-anak sekarang

dilindungi terhadap H. influenzae tipe b dengan imunisasi sebelumnya,

kebutuhan untuk kemoprofilaksis telah sangat menurun.4,6,7

Tujuan dari kemoprofilaksis adalah untuk mencegah anak yang

rentan dari memperoleh HiB dari kontak dengan menghilangkan kolonisasi

dalam kontak yang dekat. Profilaksis rifampisin diindikasikan untuk semua

anggota kelompok yang ada riwayat kontak, termasuk pasien, jika satu atau

lebih anak-anak yang berusia kurang 48 bulan tidak diimunisasi lengkap.4,7

Untuk kemoprofilaksis, anak-anak harus diberikan rifampisin oral

(Dosis: Usia 0-1 bulan adalah 10 mg/kg/dosis; Usia di atas 1 bulan,

20mg/kg/dosis, tidak melebihi 600mg/dosis), sekali setiap hari selama 4 hari

berturut-turut. Dosis dewasa adalah 600 mg sekali sehari. Hal ini tidak

dianjurkan untuk wanita hamil, karena efek pada janin tidak diketahui.

Rifampin menyebabkan cairan tubuh (misalnya, urin, air liur, air mata)

oranye kemerahan.4,5

I. Komplikasi

H.influenzae dapat menyerang beberapa organ di luar saraf misalnya

mata (endophtalmitis), infeksi lidah (glossitis), infeksi kelenjar tiroid

(tiroiditis), infeksi dan kerusakan fungsi jantung, nanah di dalam paru-paru,

nanah dan infeksi rongga perut dan pernanahan di otak. Bila epiglottis

terinfeksi, pasien dapat mengalami sumbatan jalan nafas yang berujung pada

kematian. Kerusakan otak yang permanen dapat menyisakan gejala kejang

atau epilepsi atau retardasi mental.7

17

Page 18: Referat HIB Nomer

18

Page 19: Referat HIB Nomer

BAB III

KESIMPULAN

Haemophillus influenzae tipe B atau HiB adalah salah satu bakteri

Haemophillus influenzae berkapsul serotipe B yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia. Penyebaran bakteri ini adalah melalui udara pernafasan dan

percikan air ludah. HiB dapat menyebabkan penyakit-penyakit invasif seperti

meningitis, epiglottitis, pneumonia, cellulitis, artritis dan sebagainya. Gold standar

untuk mendiagnosis penyakit invasif akibat HiB adalah kultur dari cairan tubuh

yang terinfeksi (cairan serebrospinal, darah, hasil aspirasi dari fokus infeksi dan

lain-lain lagi). HiB tumbuh di agar coklat karena bakteri ini membutuhkan faktor

X (hemin) dan faktor V (nicotinamide adenine dinucleotide [NAD]). Golongan

sefalosporin generasi ketiga seperti Sefotaksim dan seftriakson atau kombinasi

kloramfenikol dan ampicillin boleh diberikan sebagai terapi. Untuk pencegahan,

disarankan untuk dilakukan imunisasi pada anak-anak usia 2-4-6 bulan dengan

ulangan (booster) pada usia 15-18 bulan.

19

Page 20: Referat HIB Nomer

DAFTAR PUSTAKA

1. Clements DA. Chapter 14: Haemophilus influenzae type B in Krugman’s

infection diseases in children. 11th Ed. USA: Mosby Inc; 2004

2. Daum RS. Haemophilus influenzae in Nelson textbook of pediatrics.

Elsevier; 2003.p.904-8

3. Karsinah [et al]. Haemophilus dalam Buku ajar mikrobiologi kedokteran.

Jakarta: Binarupa Aksara;1994.h.180-4

4. Haemophilus influenzae type B. Centers for Disease Control and

Prevention. February 2013. Available from:

http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-vac/hib/downloads/dis-hib-color-

office.pdf 6

5. Haemophilus influenzae in Red Book: 2012 Report of the Committee on

Infectious Diseases. 29th ed. American Academy of Pediatrics (2012). Elk

Grove Village, IL: 2012.

6. Chapter 4: Haemophilus influenzae type B in Imunisation. Health Service

Executive (HSE) National Immunisation Office.p.43-8. Available from:

www.immunisation.ie/en/Downloads/NIACGuidelines/PDFFile_17406_e

n.pd

7. Cahyono JBSB. Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi.

Yogyakarta. Penerbit Kanisius; 2010. h.149-54

8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam : Pedoman Imunisasi Di Indonesia.

Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Penyunting.

Edisi ke-2,IDAI : Balai Penerbit, 2005. h. 1-256.

20

Page 21: Referat HIB Nomer

9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Pediatri Pencegahan. Dalam :

Hassan R, Alatas H, Latief A, Penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta : Balai Penerbit, 2006. h. 18-22.

10. Wahab Samik A. Praktek–praktek imunisasi. Dalam : Bart JK,

Penyunting. Nelson Ilmu kesehatan Anak. Edisi ke-15, 2000.h.1248.

11. Decker MD, Edwards KM. Haemophilus influenza type b vaccines:

history, choice and comparisons. The Pediatrics Infectious Disease Jour.

2008. Vol 17;9. H. 113-6.

12. Eskola J. Analysis of Haemophilus influenza type b conjugate and

Diptheria Tetanus-Pertusis combination vaccines. The Journal of

Infectious Diseases. 2006. Vol 174. h. 302-5.

21