37
KATARAK TRAUMATIK I. PENDAHULUAN Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai macam trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan dari kelopak mata, batas-batas orbita, hidung dan bantalan lemak dari belakang. 1 Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 2 Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : trauma tumpul, trauma tembus bola mata, dan trauma radiasi. 2,3 Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada lensa. Kekeruhan pada lensa 8

Referat Katarak Traumatik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

katarak traumatik

Citation preview

Page 1: Referat Katarak Traumatik

KATARAK TRAUMATIK

I. PENDAHULUAN

Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai

macam trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan dari

kelopak mata, batas-batas orbita, hidung dan bantalan lemak dari belakang.1

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti

rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks

memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.

Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata

dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan

penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.2

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada

mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : trauma tumpul, trauma

tembus bola mata, dan trauma radiasi.2,3

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan

pada lensa. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi terhalang

sehingga dapat terjadi penurunan daya penglihatan.2

Katarak dapat mengenai semua umur dan terutama pada orang tua atau

umumnya pada proses ketuaan normal (katarak senile). Namun, dapat terjadi juga

pada anak – anak. Katarak pada anak berhubungan pada beberapa keadaan

termasuk kelainan kromosom, sindrom sistemik, kongenital serta faktor eksternal

berupa trauma atau radiasi. Beberapa faktor lain yang terlibat, mencakup trauma,

toksisitas obat (steroid), penyakit metabolik (diabetes dan hiperparatiroidisme)

dan penyakit mata (uveitis dan ablasio retina).2,3

Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera

pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat

8

Page 2: Referat Katarak Traumatik

sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat

muncul akut, subakut ataupun gejala sisa dari trauma mata.3

II. EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, dimana

prevalensi buta katarak 0,78% dari 1,5% menurut hasil survey pada tahun 1996.

Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatik laki-laki dan

perempuan adalah 4 : 1. National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) melaporkan rata-rata usia penderita katarak traumatik adalah 28 tahun

dari 648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata. Insiden katarak pada anak

± 6:10.000 dari angka kelahiran. 3

Berdasarkan data dari USER, insidensi trauma pada mata yang

melibatkan lensa adalah 23 – 50%. 39% diantaranya merupakan trauma open

globe injury sedangkan pada kasus closed globe injury hanya berkisar 11%. 43 –

75% dari open globe injury dapat menyebabkan katarak traumatik. Tipe injuri

pada lensa akibat trauma paling banyak adalah katarak traumatic yang mencapai

angka 74%. Insidensi katarak traumatik pada anak mencapai 13 – 57% dan 49%

mengenai mata kanan. 4

III. DEFINISI

Katarak merupakan proses opasifikasi pada lensa. Penuaan merupakan

penyebab utama katarak, namun terdapat beberapa penyebab lain meliputi

trauma, toxin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan faktor

herediter. Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat

cedera pada mata, dapat berupa trauma perforasi maupu tumpul yang terlihat

setelah beberapa hari atau beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul

akut, subakut ataupun gejala sisa dari trauma mata.2

Katarak traumatik pada anak paling sering disebabkan karena adanya

trauma benda asing pada lensa atau adanya trauma tumpul pada bola mata.

9

Page 3: Referat Katarak Traumatik

Lensa akan menjadi berwarna putih beberapa saat setelah masuknya masuknya

benda asing atau trauma tumpul. Jika mengenai kapsul lensa biasanya

menyebabkan humour aquous ataupun viterus yang penetrasi ke struktur lensa.

Dapat memberikan manifestasi berupa cetakan dari iris di permukaan anterior

lensa.5

[

Gambar 1. Pigment iris yang tercetak pada permukaan anterior lensa

(Dikutip dari kepustakaan 5)

IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa berasal dari lapisan ektoderm, merupakan struktur yang

transparan berbentuk cakram bikonveks. Lensa tidak memiliki suplai darah atau

inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aquous humor

untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa

metabolismenya. Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus

vitreus. Posisinya dipertahankan oleh zonula zinnia yang terdiri dari serat-serat

kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.1

Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir,

ukurannya sekitar 6,3 mm pada bidang ekuator dan 3,5 mm anteroposterior

10

Page 4: Referat Katarak Traumatik

serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat

seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah,

sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin

bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini

mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka

lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada

keseimbangan faktor-faktor yang berperan.5

Lensa merupakan salah satu media refraksi yang memfokuskan sinar ke

retina. Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Jari-jari kurvatur pada

permukaan posterior 6 mm dan jari-jari pada kurvatur anterior yaitu 10 mm.

berat lensa pada orang dewasa kira-kira 220 mg.3

Lensa tidak mempunyai pembuluh darah dan tetap tumbuh secara aktif

sepanjang kehidupan sekalipun sangat lambat. Lensa menerima suplai nutrisi

dari humor aquos yang membasahinya.lensa dititupi oleh suatu kapsul yang

elastis, ini adalah alasan mengapa lensa cenderung pada keadaan sferis.1

Gambar 2: Bentuk dan posisi lensa. Lensa berbentuk bikonveks, berada pada fossa hyaloid, dan membagi mata menjadi segmen anterior dan posterior.(Dikutip dari kepustakaan 6)

11

Page 5: Referat Katarak Traumatik

Gambar 3. Struktur lensa(Dikutip dari kepustakaan 3)

Bagian–bagian lensa terdiri dari kapsul, epithelium lensa, korteks dan nukleus.1

a. Kapsul

Kapsul lensa memiliki sifat elastis, terdiri dari substansia lensa yang dapat

mengkerut selama proses akomodasi. Lapis terluar dari kapsul lensa adalah

lamella zonularis yang berperan dalam perlengketan serat-serat zonula.

Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat

ketebalannya selama kehidupan. Bagian paling tebal dari kapsul lensa terdapat

pada bagian anterior dan pre-ekuator posterior dan yang paling tipis pada

daerah kutub posterior sentral yaitu sekitar 2-4 mm. Pinggir lateral lensa

disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk oleh gabungan kapsul anterior

dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.1,2

b. Serat Zonula

Serat zonula lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari

lamina basalis dari epithelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata

korpus siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas dari badan

siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan memungkinkan muskulus

siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat ini tersusun dalam 3 kelompok

12

Page 6: Referat Katarak Traumatik

1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata.

Berjalan ke anterior untuk berinseri pada anterior dari ekuator

2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi

bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior

3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris

secara lansung masuk kedalam untuk berinsersi pada ekuator. Serat-serat

zonula ini memasuki kapsul lensa pada region ekuatorial secara kontinu.

Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan

lapis anterior dan posterior.1

c. Epitel lensa

Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. Terdiri

dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini

secara metabolik aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal

termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid sehingga dapat

menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel epitel

akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial memanjang

membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan peningkatan masa

protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya,

termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini

dapat menguntungkan karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau

terserap oleh organel-organel ini, tetapi dengan hilangnya organel maka

fungsi metabolik pun akan hilang sedangkan serat lensa bergantung pada

energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis.1

d. Korteks dan Nukleus

Korteks merupakan bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang

masih muda. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan

bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga

13

Page 7: Referat Katarak Traumatik

lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan

korteks terbentuk dari lamellar konsentrik yang panjang. Garis-garis

persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat

lamellar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di

anterior dan terbalik di posterior.2

Berdasarkan periode perkembangan zona yang berbeda, nukleus lensa

ini terbagi menjadi1,3:

1. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang

berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama. Terdiri dari

serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel dinding

posterior vesikel lensa

2. Nukleus fetal, berada disekitar nukleus embrionik dan berkaitan dengan

lensa pada 3 bulan pertama masa gestasi sampai dengan kelahiran

3. Nukleus infantile. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa

remaja

4. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk setelah

masa remaja sampai dengan kematian.

V. METABOLISME LENSA

Suplai makanan lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini

menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya

dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.

Metabolism dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses yang

kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Oleh karena itu tidak

memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak dengan

pengobatan.1

Metabolisme dan pertumbuhan sel lensa adalah suatu pengaturan diri

sendiri (self regulating). Aktivitas metabolik terutama utnuk pemeliharaan

kesatuan, transparansi dan fungsi optic dari lensa. Epitel dari lensa membantu

14

Page 8: Referat Katarak Traumatik

untuk menjaga keseimbangan ion dan memperbolehkan transportasi nutrisi,

mineral dan air pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai “system

pump-leak” yang membuat transport aktif dari natrium, kalium, kalsium dan

asam amino dari humor aquos masuk kedalam lensa sebagai suatu proses difusi

pasif sepanjang kapsul lensa posterior. Pemeliharaan keseimbangan

(homeostasis) adalah penting untuk kejernihan lensa dan sangat berkaitan erat

dengan keseimbangan cairan. Muatan air dari lensa berkuran seiring dengan

perjalanan usia dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid)

meningkat lensa menjadi lebih keras, kurang elastis dan kurang transparan.

Suatu penurunan kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah sesuatu

yang tidak dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan rambut

putih. Gambaran klinik dari penurunan kejernihan lensa muncul pada 95% dari

seluruh orang diatas umur 65 tahun. Porsi bagian tengan atau nukleus dari lensa

menjadi sklerosis dan sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.1

Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menajubkan pada kondisi

normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat

disebelah posterior iris dan ditopang oleh serat zonula yang berasal dari korpus

siliaris.serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa

adalah suatu membrane basalis yang mengelilingi subtansialensa. Sel-sel epitel

dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi

membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang tua di

pampatkan pada nukleus sentral, serat-serat muda yang kurang padat

disekeliling nukleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler

dan tidak mempunyai persarafan, nutris ilensa didapatkan dari humor aquos.

Metabolisme lensa terutama bersifatanaerob akibat rendahnya kadar oksigen

terlarut dalam aquos.6

15

Page 9: Referat Katarak Traumatik

VI. KLASIFIKASI

Katarak pada anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu7:

- Katarak kongenital. Katarak ini telah terlihat pada saat bayi lahir atau

beberapa saat setelah kelahiran.

- Katarak didapat (acquired) merupakan katarak yang terjadi setelah beberapa

tahun usia anak, biasanya berhubungan dengan penyebab yang spesifik.

Kedua tipe katarak tersebut dapat bersifat unilateral ataupun bilateral.

Sepertiga dari jumlah katarak pada anak adalah herediter. Namun selain itu,

terdapat penyebab lain berupa gangguan metabolik, penyakit infeksi atau yang

berhubungan dengan beberapa sindrom. 7

Katarak didapat pada anak sebagian besar disebabkan oleh karena

trauma baik berupa trauma tumpul ataupun trauma penetrans. Penyebab lain

misalnya uveitis, infeksi ocular, obat – obatan. 1

Klasifikasi katarak traumatik:3

Kontusio

Injuri Perforasi

Radiasi ionisasi

VII. ETIOLOGI

Etiologi katarak pada anak antara lain 3,7:

1. Katarak Bilateral

- Idiopatik

- Familial (herediter)

- Abnormalitas kromosom

- Infeksi maternal

2. Katarak Unilateral

- Idiopatik

- Anomali okular

- Katarak Traumatik

16

Page 10: Referat Katarak Traumatik

Penyebab katarak traumatik adalah akibat trauma, baik trauma tajam

sebagai benda asing yang mengenai lensa maupun trauma tumpul, radiasi dan

kimia pada bola mata yang memperlihatkan manifestasi kekeruhan lensa

sesudah beberapa hari atau beberapa tahun.2

VIII. PATOFISIOLOGI

Klasifikasi katarak traumatik : 5

1. Trauma tumpul (Kontusio)

2. Injuri perforasi

3. Radiasi Elektromagnetik

1. Trauma Tumpul

Trauma tumpul okuler dapat terjadi pada beberapa keadaan1,8:

a. Pukulan langsung pada bola mata misalnya dengan kepalan tangan,

bola atau benda – benda yang tumpul seperti batu,

b. Trauma tumpul akibat kecelakaan yang mengenai bola mata, dapat

terjadi pada kecelakaan lalu lintas, juga dalam pekerjaan.

Mekanisme Trauma pada bola mata akibat benda tumpul1:

a. Dampak langsung (Direct impact on the globe). Menghasilkan

kerusakan maksimum ketika terkena trauma langsung (gambar A).

b. Compression wave force. Ditransmisi melalui cairan ke seluruh arah dan

menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke belakang,

dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang- kadang gelombang

penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera pada tempat

yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter coup (gambar

B).

17

Page 11: Referat Katarak Traumatik

c. Reflected compression wave force. Setelah mengenai dinding luar, maka

gelombang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat merusak

fovea (gambar C).

d. Rebound compression wave forcer. Setelah mengenai dinding belakang,

gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang dapat merusak

koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang ke depan (gambar

D).

e. Indirect force. Kerusakan okuler dapat juga dapt disebabkan trauma

tidak langsung, misalnya bola mata mengenai struktur tulang dan elastis

dari struktur penyusun bola mata.

Gambar 4. Mekanisme trauma pada bola mata

(dikutip dari kepustakaan 1)

Terdapat empat mekanisme yang berperan dalam trauma okuli, antara lain

sebagai berikut1,3,6:

1. Coup

Coup merupakan kekuatan awal yang langsung disebabkan oleh trauma.

2. Countercoup

Countercoup diartikan pada gelombang energi yang merupakan akibat dari

mekanisme coup dimana gelombang tersebut ditransmisikan seluruhnya ke

bagian okuler serta struktur orbita lainnya. Jadi, countercoup menunjuk

pada cedera yang jauh dari tempat trauma awal.

18

Page 12: Referat Katarak Traumatik

3. Pemanjangan Equatorial

Selama terjadi trauma tumpul, ada pemendekkan cepat pada bagian

anterior-posterior yang diikuti pemanjangan equator dari bola mata dan

kemudian akan kembali mengkerut seperti keadaan normal sebelumnya.

Peregangan dari ekuatorial akan meregangkan kapsul lensa, zonula zinnia

ataupun keduanya.

4. Global repositioning

Mekanisme terakhir, bola mata akan kembali ke bentuk normal tetapi tidak

memungkinkan dapat sembuh dan menyebabkan adanya kerusakan pada

bola mata.

Beberapa tipe kerusakan yang dapat terjadi pada trauma tumpul di okuler, antara

lain1:

1. Robeknya jaringan pada bola mata

2. Kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya gangguan pada aktifitas

fisiologik dari sel.

3. Kerusakan vaskuler yang memicu terjadinya iskemia, udem bahkan

perdarahan.

4. Gangguan suplai nervus

5. Delayed complication dari trauma tumpul berupa glaucoma sekunder,

katarak bentuk rosette, ablasio retina.

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau lunak,

dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun

lambat. Berdasarkan letak traumanya dapat menyebabkan: 1,3,9

Palpebra

- Hematoma Palpebra yang merupakan pembengkakkan atau penimbunan

darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.

Jika perdarahan terletak lebih dalam dapat mengenai kedua kelopak dan

19

Page 13: Referat Katarak Traumatik

berbentuk seperti kaca mata (Hematoma kacamata). Hematom ini

merupakan tanda adanya fraktur basis kranii

- Laserasi palpebra

Konjungtiva

Lesi Konjungtiva, dapat berupa perdarahan subkonjungtiva yang paling

sering. Tidak jarang juga terjadi kemosis dan laserasi pada konjungtiva.

Kornea

- Abrasi kornea simple. Merupakan kelainan yang sangat nyeri dan dapat

didiagnosa menggunakan pewarnaan fluorescein. Biasanya dapat sembuh

dalam 24 jam setelah diberikan terapi salep antibiotic.

- Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya sel epitel kornea dapat

diakibatkan olel gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu singkat,

epitel di sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek

epitel.

Sklera

- Laserasi pada sclera (no fullthickness wound)

Bilik Mata Depan

- Hifema. Hifema merupakan Adanya darah pada bilik mata depan. Biasanya

terjadi oleh karena ada injuri pada iris atau pembuluh darah di korpus

siliaris

Iris, Pupil dan Korpus siliaris

- Ruptur batas pupil

- Iridodialisis merupakan robeknya bagian ujung dari iris.

- Traumatik aniridia merupakan iris yang robek secara total akibat trauma

- Siklodialisis merupakan robeknya korpus siliaris dari sklera

Lensa

- Vissius ring. Merupakan gambaran cincin berwarna coklat yang terlihat

pada kapsula anterior

20

Page 14: Referat Katarak Traumatik

- Katarak traumatic merupakan katarak yang terjadi akibat trauma tumpul

atau perforasi yang terlihat sesudah beberapa hari atau tahun.

- Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga

lensa berpindah tempat. Dapat terjadi secara spontan pada keadaan zonula

zinn yang rapuh (sindroma marphan)

- Dislokasi lensa dapat terjadi pada keadaan putusnya zonula zinn ang

menyebabkan kedudukan lensa terganggu.

Vitreus

- Perdarahan vitreus

- Herniasi vitreus ke bilik mata depan dapat terjadi bila bersamaan dengan

subluksasi atau dislokasi lensa

Koroid

- Ruptur koroid

- Perdarahan koroid (perdarahan subretinal)

- Choroidal detachment

Retina

- Edema retina

- Perdarahan retina

- Ablasio retina

Nervus Optik

- Injuri nervus optic. Biasanya berhubungan dengan fraktur basis kranii.

Injuri berupa : laserasi nervus optic, perdarahan nervus optic, avulsi papil

nervus optic.

Hematom retrobulbar 9,10

Terjadi injuri pada pembuluh darah di retrobulbar yang menyebabkan

terjadinya perdarahan orbita serta penonjolan pada bola mata (exophtalmus)

Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata

dapat menyebabkan munculnya katarak. Mekanisme pasti serta alasan yang jelas

21

Page 15: Referat Katarak Traumatik

mengenai terbentuknya katarak masih belum jelas. Namun, faktor – factor yang

dapat mengganggu keseimbangan dari cairan dan elektrolit intrasel dan

ekstraseluler dalam serat lensa cenderung menyebabkan lensa tersebut

mengalami opasifikasi. Faktor yang bertanggung jawab dalam gangguan

keseimbangan tersebut bervariasi dari tipe – tipe katarak serta masing – masing

individu.6

Munculnya katarak traumatic dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa

tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan

riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang

cukup sulit untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang

dapat ditemukan sebelumnya.2

Pada umumnya, manifesatasi awal dari katarak kontusio adalah

opasifikasi bentuk stellate atau bentuk rosette (rosette cataract). Biasanya

tampak pada sumbu aksial termasuk kapsul posterior lensa. Selain itu, dapat

memberikan tanda berupa pigmen dari iris yang tercetak ke permukaan anterior

lensa yang disebut vossius ring. Walaupun vossius ring secara visual dapat

menghilang dalam beberapa waktu, namun tanda ini merupakan indicator dalam

trauma tumpul.1

Gambar 4. Katarak traumatic di bagian posterior lensa.

(Dikutip dari kepustakaan 4)

22

Page 16: Referat Katarak Traumatik

Cincin Vossius Katarak stellata

(dikutip dari kepustakaan 1 dan kepustakaan 6)

2. Trauma Perforasi

Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk

terbentuknya katarak, terutama perforasi pada lensa sangat sering

menimbulkan opasifikasi pada korteks lensa yang mengalami trauma. Pada

umumnya, proses tersebut berkembang sangat cepat. Jika objek yang

menyebabkan perforasi tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya

tidak memberi dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu

luka memar yang signifikan maka katarak juga tidak terbentuk. Hal ini tentu

juga bergantung pada penatalaksanaan luka kornea yang hati – hati dan

pencegahan terhadap infeksi. 2

Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat

kapsul lensa yang ruptur terjadi pada anak – anak, maka akan diikuti oleh

reaksi inflamasi di bilik anterior dan massa lensa biasanya secara berangsur –

angsur diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan. Namun

demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari

kemampuan refraktif mata telah hilang. Oleh karena itu, dibutuhkan

penggunaan lensa buatan intraokuler.

23

Page 17: Referat Katarak Traumatik

Gambar 6. Opasifikasi cortical complete setelah trauma perforasi dengan kerusakan pada kapsul lensa

3. Radiasi Elektromagnetik

Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah : 2

a. Sinar infra merah

Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari

dan pada saat bekerja di pemanggangan. Bila seseorang berada pada jarak

1 kaki selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya

midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9°C. Demikian pula iris

yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak

baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh

lensa dapat mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.

b. Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet banyak terdapat pada saat bekerja las dan menatap sinar

matahari. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada

kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat.

c. Sinar X dan sinar terionisasi 2

24

Page 18: Referat Katarak Traumatik

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya

retina. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel

secara tidak normal.

IX. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien.

Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut :4

- Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul

- Riwayat keadaan mata sebelumnya apakah ada riwayat operasi, glukoma,

retinal detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik

- Riwayat penyakit lain seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan,

homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase. Keluhan mengenai penglihatan

seperti penurun visus, pandangan ganda pada satu mata atau kedua mata

dan nyeri pada mata

Pada pemeriksaan fisis diperoleh sebagai berikut:9

- Visus, lapangan pandang dan pupil

- Kerusakan ekstraokular – fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik

- Tekanan intraocular – glaucoma sekunder, pendarahan retrobulbar

- Bilik anterior – hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut

- Lensa – subluksasi, dislokasi, integritas kapsula (anterior dan posterior),

katarak (luas dan tipe)

- Vitreus – ada atau tidak adanya pendarahan vitreus posterior

- Fundus – Retinal detachment, rupture koroid, pendarahan preintra dan sub

retina, kondisi saraf optic

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:9

- B-scan – jika pole posterior tidak dapat terlihat

- A-scan – sebelum ekstraksi katarak

- CT scan orbita – adanya fraktur, benda asing atau kelainan lain.

X. DIAGNOSIS BANDING

25

Page 19: Referat Katarak Traumatik

KATARAK KONGENITAL DAN DEVELOPMENTAL

Katarak kongenital dan developmental merupakan katarak yang

terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan lensa. Ketika terjadi

gangguan sebelum lahir ataupun saat bayi lahir disebut sebagai katarak

kongenital . Pada katarak kongenital , lensa yang opak hanya terbatas pada

nukleus embrionik dan nukleus fetal. Sedangkan pada katarak developmental

terjadi pada anak – anak dengan kelompok usia antara infantile sampai

remaja. Pada katarak developmental, lensa yang opak terjadi pada nukleus

infantil atau nukleus dewasa (adult), bagian dalam kortex maupun kapsul dari

lensa7

Beberapa etiologi dari katarak kongenital dan developmental antara

lain: idiopatik, faktor keturunan, faktor maternal berupa malnutrisi selama

kehamilan, infeksi, penggunaan obat – obatan, radiasi serta faktor fetal

berupa defisiensi oksigenase, gangguan metabolik, malnutrisi. Pada katarak

kongenital dan developmental manifestasi klinik yang dapat terjadi adalah

kekeruhan dari lensa yang bilateral. 7

Gambar 7. Katarak Kongenital total

XI. PENATALAKSANAAN

26

Page 20: Referat Katarak Traumatik

1. Non Operatif

Pemberian antibiotik sistemik dan topical serta kortikosteroid topical dalam

beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis.

Atropine sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari dianjurkan untuk menjaga pupil

tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.

2. Operatif

Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila

terjadi pada anak-anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan

terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang

lensa intraokular primer atau sekunder. Apabila tidak terdapat penyulit maka

dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti

glaucoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.

Penyulit uveitis dan glaucoma sering dijumpai pada orang tua. Pada beberapa

pasien dapat terbentuk cincin soemmering pada pupil sehingga dapat

mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai pendarahan, ablasi

retina, uveitis atau salah letak lensa.4

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau

setelah perandangan mereda. Apabila terjadi glaucoma selama periode

menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan.

Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya digunakan teknik-teknik yang

sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital , terutama

pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.

Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-

kasus katarak traumatik. Integritas kapsular preoperative dan stabilitas zolnular

harus diketahui/diprediksi. Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaucoma,

inflamasi atau hambatan visual, pembedahan mungkin tidak diperlukan.

Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak

traumatik adalah sebagai berikut4:

- Penurunan visus yang berat (unacceptable)

27

Page 21: Referat Katarak Traumatik

- Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.

- Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma

- Rupture kapsul dengan edema lensa

- Keadaan patologis ocular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan

tindakan bedah

-

XII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain dapat terjadi ambylopia jika

tidak segera dilakukan operasi. Dapat juga terjadi dislokasi lensa dan

subluksasi yang sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik. Pada

katarak traumatik bila terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis maka

segera akan dilakukan ekstraksi lensa.2,4

Lebih dari 200.000 operasi katarak dilakukan setiap tahunnya di

Inggris, dan meskipun teknik operasi modern memiliki tingkat keamanan yang

diharapkan, komplikasi masih terjadi. Harapan pasien untuk operasi katarak

sangat tinggi. Semua pasien harus diingatkan untuk kemungkinan resiko

pembedahan sebelum diberikan persetujuan untuk operasi.4,9

1. Endophtalmitis infeksi. Infeksi yang merusak ini terjadi sangat jarang

( sekitar 1 dalam 1000 operasi) tapi dapat menyebabkan penurunan

penglihatan berat yang permanen. Banyak kasus infeksi post operatif

timbul dalam 2 minggu post operasi biasanya pasien datang dengan

riwayat penurunan penglihatan dan mata merah yang sangat nyeri. Ini

adalah kegawatdaruratan mata. Infeksi derajat rendah dengan pathogen

seperti Propioniobacterium dapat menyebabkan pasien datang dalam

beberapa minggu setelah operasi dengan uveitis refraktori.

2. Perdarahan suprakoroid. Perdarahan intraoperatif yang berat dapat

menyebabkan penurunan penglihatan yang serius dan permanen.

28

Page 22: Referat Katarak Traumatik

3. Perforasi okuli. Jarum yang tajam digunakan untuk berbagai bentuk

anestesi intraokuler, dan perforasi bola mata sangat kecil

kemungkinannya. Bentuk modern dari anestesi okuler telah menggantikan

banyak teknik jarum tajam.

4. Ablasio retina. Ini adalah komplikasi post operatif yang serius dan jarang

terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada pasien miop setelah komplikasi

intra operatif.

5. Kesalahan refraktif setelah operatif. Banyak operasi bertujuan untuk

membuat pasien menjadi emetrop atau sedikit miop, tetapi pada kasus

yang jarang kesalahan biometrik dapat terjadi atau suatu lensa intraokuler

dengan kekuatan yang salah digunakan.

6. Ruptur kapsul posterior dan hilangnya cairan vitreus. Jika kapsul yang

lembut rusak selama pembedahan atau ligament yang halus (Zonula) yang

menahan lensa menjadi lemah, kemudian cairan vitreus akan prolaps ke

bilik mata depan. Komplikasi ini berarti bahwa lensa intraokuler tidak

dapat dimasukkan dalam pembedahan, pasien juga dalam resiko tinggi

ablasio retina post operatif.

7. Uveitis. Peradangan post operatif lebih sering terjadi dalam berbagai tipe

mata. Sebagai contoh pada pasien dengan riwayat diabetes atau penyakit

radang mata sebelumnya.

8. Edema makular cystoids. Akumulasi cairan pada macula selama post

operatif dapat menurunkan visus pada minggu-minggu pertama setelah

operasi katarak berhasil dilakukan. Pada banyak kasus, ini dapat diobati

dengan penanganan radang post operasi.

9. Glaukoma. Peningkatan tekanan intraokuler secara persisten akan

membutuhkan penanganan post operatif.

10. Kekeruhan kapsul posterior. Bekas luka dari bagian posterior dari

kantung kapsul, dibelakang lensa intraokuler terjadi pada lebih dari 20%

pasien. Laser kapsulotomi akan dibutuhkan.

29

Page 23: Referat Katarak Traumatik

XIII. PROGNOSIS

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada

saat terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma. Apabila

trauma yang terjadi tidak mencapai segmen posterior maka visus akan lebih

baik jika dibandingkan terjadi trauma hingga segmen posterior bola mata.

Mengenai visual katarak pada anak terutama pada anak yang memerlukan

operasi, prognosisnya tidak sebaik pada katarak orang dewasa. Hal ini

berhubungan dengan terjadinya ambliopia dan kelaianan tambahan lain yang

menyertai, misalnya adanya kelainan pada nervus optic atau retina akan

membatasi tingkat penglihatan.5,6

30

Page 24: Referat Katarak Traumatik

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Ocular Injury. Comprehensive Ophthalmology. 4thEd. New Delhi:

New Age International (P). 2007. p. 401-15.

2. Ilyas HS. Trauma mata. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta. 2009. h.1-13, 259-276

3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Short Textbook. In: Lens. New York: thieme

Stuttgart. 2000. p. 169-203.

4. Kuhn. F. Lens. Ocular trauma Principle and Practice. Thieme: New York. 2002.

p. 180-97.

5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Lensa. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Widya

Medika: Jakarta. 2009. h. 169-77.

6. Sundaram,V. Cataract. Training in Ophthalmology the Essential Clinical

Curriculum. Oxford Universuty Press: London. p. 256-60.

7. Wilson, EM. Pediatric Ocular Trauma. Pediatric Ophthalmology Current Thougt

and A Practical Guide. Springer: USA. 2009. p. 377, 475-6.

8. Rappon J. Primary Care Ocular Trauma Management. Pacific University Oregon.

Available from : http://www.pacificu.edu/optometry/ce/list/documents/PrimaryCareOcularTraumaManage

ment.pdf

9. Khaw, PT. Cataract. ABC of Eye. 4rh Ed. BMJ: Spain. 2004. p. 47-9.

31