26
REFERAT TINEA CAPITIS Disusun oleh : Wienda Dida Prahandani G1A212018 Syaziliasnur Qudrat G1A212052 Ajeng Trilakson G1A212053 Famila G4A013026 Pembimbing : dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2013

Referat Kulit Tinea Capitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Kulit Tinea Capitis

Citation preview

Page 1: Referat Kulit Tinea Capitis

REFERAT

TINEA CAPITIS

Disusun oleh :

Wienda Dida Prahandani G1A212018

Syaziliasnur Qudrat G1A212052

Ajeng Trilakson G1A212053

Famila G4A013026

Pembimbing :

dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2013

Page 2: Referat Kulit Tinea Capitis

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

TINEA CAPITIS

Diajukan untuk memenuhi syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal Oktober 2013

Disusun oleh :

Wienda Dida Prihandani G1A212018

Syaziliasnur Qudrat G1A212052

Ajeng Trilaksono G1A212053

Famila G4A013026

Purwokerto, Oktober 2013

Dokter Pembimbing,

d r. Ismiralda Oke P , Sp.KK

Page 3: Referat Kulit Tinea Capitis

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada karakteristik dari

host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait secara taksonomi. Kemampuan

mereka untuk membentuk lampiran molekul kertatin dan menggunakannya sebagai sumber

nutrisi memungkinkan mereka untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk ke dalam

stratum korneum dan epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial

yang disebabkan oleh dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimicosis

mengacu pada infeksi jamur.

Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat dan pola

infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali menyerang

manusia,biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea kapitis adalah kelainan kulit

yang disebabkan oleh jamur dermatofit.

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans adalah

infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan

Trichophyton.1 Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama

ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama

dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi

kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia

permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab.

Page 4: Referat Kulit Tinea Capitis

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang disebabkan

oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi

bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat.

2.2 Sinonim

Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans

2.3 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum,

misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis, M.ferrugineum.

Di Indonesia penyebab terbanyak adalah M. canis dan T. tonsurans.

Tabel 1. Taksonomi Trichophyton tonsurans:

Trichophyton tonsurans dapat menyerang beberapa bagian tubuh manusia terutama

pada bagian kulit kepala dan rambut. Berbentuk pensil dengan ujung-ujung yang tumpul dan

berdinding halus. Tiap-tiap spesies berbeda dalam morfologi dan pigmentasinya.

Kingdom Fungi

Filum Ascomycota

Kelas Euscomycetes

Ordo Onygenales

Famili Arthrodermataceae

Genus Trichophyton

Spesies Trichophyton tonsurans

Page 5: Referat Kulit Tinea Capitis

Tricophyton Tonsurans memperbanyak diri dengan membelah, biasanya banyak juga

cepat, dan memungkinkan untuk menghasilkan cabang-cabang yang pendek. Koloninya biasa

dalam bentuk serbuk.

2.4 Epidemiologi

Di Amerika Serikat dan daerah lain di dunia, insidensi tinea capitis meningkat. Di

Afrika dan Amerika kejadian puncak dilaporkan terjadi pada anak usia sekolah. 92,5% 

dermatofitosis pada anak-anak muda dari usia 10 tahun. Rentang usia tinea kapitis yaitu

antara 3-7 tahun. Tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan, terutama pada

anak-anak keturunan Afro-Karibia, di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika

Selatan. Di Asia Tenggara, tingkat infeksi telah dilaporkan telah menurun secara dramatis

dari 14% (rata-rata anak-anak laki-laki dan perempuan) menjadi 1,2% dalam 50 tahun

terakhir karena peningkatan kondisi sanitasi umum dan kebersihan pribadi.

Angka kejadian tinea kapitis mungkin berbeda menurut jenis kelamin. Mikrosporum

audouinii telah dilaporkan hingga 5 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada

anak perempuan. Setelah pubertas, sebaliknya pada perempuan lebih banyak mungkin karena

perempuan memiliki eksposur yang lebih besar untuk anak yang terinfeksi dan mungkin

karena faktor hormonal. Pada infeksi oleh M canis rationya bervariasi, tetapi tingkat infeksi

biasanya lebih tinggi pada anak laki-laki. Infeksi Trichophyton pada anak perempuan dan

laki-laki mempunyai ratio yang sama; tetapi pada orang dewasa, wanita lebih sering

terinfeksi daripada pria. Tinea kapitis lebih banyak pada ras kulit hitam dibandingkan kulit

putih. Kasus-kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari

anak anjing dan anak kucing.

2.5 Patogenesis

Infeksi dimulai pada kulit kepala, yang selanjutnya dermatofita tumbuh kebawah

mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut berlangsung tepat diatas akar

Page 6: Referat Kulit Tinea Capitis

rambut. Jamurnya akan terus tumbuh kebawah pada batang rambut yang tumbuh keatas.

Sebagian memasuki batang rambut (endodotrix), yang dapat membuat rambut mudah patah

didalam atau pada permukaan folikel rambut.

Berdasarkan patogenesisnya tinea kapitis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lesi non inflamasi; disebabkan invasi jamur ke batang rambut terutama oleh

M.audouini dan penularan dari anak ke anak melalui alat cukur rambut, penggunaan

topi dan sisir yang sama. M.canis dapat ditularkan melalui hewan peliharaan ke anak,

dan anak-anak.

2. Lesi inflamasi; disebabkan oleh T. tonsurans, M. canis, T. verrucosum , dan lain-lain.

Spora masuk melalui celah di batang rambut atau kulit kepala sehingga menyebabkan

infeksi klinis. Trauma di kulit kepala juga membantu inokulasi. Dermatofit awalnya

menyerang stratum korneum kulit kepala, yang dapat diikuti oleh infeksi rambut.

Menyebar ke folikel rambut lain kemudian terjadi infeksi regresi dengan atau tanpa

respon peradangan. Gejala klinis bervariasi sesuai dengan jenis invasi rambut, imun

tubuh, dan tingkat respons inflamasi. Berdasarkan invasinya infeksi jamur dapat

dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Endothrix; infeksi di dalam batang rambut tanpa merusak kutikula, biasanya oleh

Trchophyton spp yang ditandai dengan adanya rantai spora yang besar.

b. Exothrix; infeksi terjadi di batang rambut luar dan menyebabkan kerusakan

kutikula. Biasanya disebabkan oleh Microsporum spp.

2.6 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis tergantung etiologinya:

1. Bentuk Non- inflamasi

Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, Microsporum audouinii di Amerika

dan Eropa namun sekarang jarang atau Microsporum ferrugineum di Asia. Lesi mula-

Page 7: Referat Kulit Tinea Capitis

mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang meluas

sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi

peradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah menjadi abu-abu

dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa milimeter diatas kepala.

Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah

oksiput atau leher belakang. Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi

Microsporum. Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan

komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan

asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar.

2. Bentuk inflamasi

Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (Microsporum canis) atau geofilik

(Microsporum gypseum). Peradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion

yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-

lubang folikular yang mengandung pus. Inflamasi seperti ini sering menimbulkan

alopesia yang sikatrik. Lesi peradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati

servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.

3. Tinea Kapitis black dot

Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu Trichophyton

onsurans atau Trichophyton violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada

kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga

membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi

peradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti

furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan

batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut-rambut normal

biasanya masih ada dalam alopesianya.

Page 8: Referat Kulit Tinea Capitis

Referensi lain menyebutkan di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai tiga bentuk

yang jelas:

1) Grey patch ringworm

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus

Microsporum dan sering ditemukan pada anak - anak. Penyakit mulai dengan papul

merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang

menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi

abu - abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga

mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang

oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat - tempat ini terlihat

sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik tidak menunjukkan batas - batas

daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat

flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas - batas grey

tersebut. Pada kasus - kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak

membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii

biasanya disertai tanda peradangan ringan, jarang dapat terbentuk kerion.

Gambar 1. Grey Patch Ringworm

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan

yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila

Page 9: Referat Kulit Tinea Capitis

penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini

lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum.

Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap,

parut yang menonjol kadang - kadang dapat terbentuk.

Gambar 2. Severe Inflammatory kerion on scalp

3. Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan

Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai

kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah,

tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut

ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, ujung rambut yang patah kalau tumbuh

kadang - kadang masuk ke bawah permukaan kulit.

Gambar 3. Black dot ringworm

2.7 Diagnosis Banding

1) Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan peradangan minimal:

a. Dermatitis seboroik

Page 10: Referat Kulit Tinea Capitis

Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah pubertas

yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema dengan

skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus, tidak

setempat. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di kepala, leher dan daerah-

daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah

kepala, alis mata, bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien

penyakit saraf atau immunodefisiensi.

b. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan skuama

kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut, bila ada

biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai lesi

dermatitis atopik di daerah lain.

c. Psoriasis

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas jelas dan

berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambutrambut tidak patah.

Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya menyeluruh dalam

kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi

pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis anak

terjadipada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis psoriasis.

d. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos) merupakan tumpukan skuama dalam masa

yang kusut. Dermatitis kepala lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui

sebabnya. Skuama yang putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut

proksimal. Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi

dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan kulit dilain tempat yang

menyertai biasanya tidak ada, namun dapat mempunyai penyakit yang menyertai,

Page 11: Referat Kulit Tinea Capitis

yaitu Dermatitis atopik atau peradangan kulit lainnya. Ada yang menganggap sebagai

psoriasis dini.

2) Diagnosis banding tinea kapitis dengan alopesia jelas:

a. Alopesia areata

Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi

dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan rambut-rambut

pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.

b. Trikotilomania

Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena pencabutan

rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran macam-macam

pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas, daerah oksipital dan parietal yang

kontra lateral dengan tangan dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari

kelainan obsesif kompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau

ada depresi atau kecemasan. Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu berupa

tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut meningkat

sebelum tumbuh kembali.

c. Pseudopelade

Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah alopesia sikatrik

progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma klinis sebagai hasil akhir

dari satu dari banyak proses patologis yang berbeda (yang diketahui maupun yang

tidak diketahui), walaupun klinis spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai

misalkan karena likhen planus, lupus eritematus stadium lanjut.

3) Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi:

a. Pioderma bakteri

Page 12: Referat Kulit Tinea Capitis

Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus pyogenes,

misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.

b. Folliculitis decalvans

Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik progresif.

Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.

4) Diagnosis banding alopesia sikatrik:

a. Diskoid Lupus eritematosus

Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent khas ada foliculler

plugging.

b. Liken planopilaris

Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik.

2.8 Penegakkan Diagnosis

1) Gejala Klinis

Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila pada anak-anak dan dewasa (lebih

jarang) dengan kulit kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal posterior atau

limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul atau abses, Grey

patch ringworm, kerion, dissecting cellulitis atau black dot ringworm.

2) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur Microsporum canis, Microsporum

audouinii dan Microsporum ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang

oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia

memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu Microsporum Gypsium

dan spesies Trichophyton (kecuali Trichophyton schoenleinii penyebab tinea favosa

Page 13: Referat Kulit Tinea Capitis

memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh

aktif di rambut yang terinfeksi.

b. Pemeriksaan sediaan KOH

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Kasa basah digunakan

untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal

rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan

dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala harus termasuk akar

rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan

artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena

rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada

pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan

miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut

dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang

terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula

rambut.

Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis

sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada

kelainan kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah

spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar

rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat

juga hifa pada sediaan rambut.

c. Kultur

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas

kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok

rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang

Page 14: Referat Kulit Tinea Capitis

dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media

Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol +

sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai

tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh

karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur

dematofit positif.

2.9 Terapi

1. Sistemik

Obat antijamur yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi tinea kapitis secara

sistemik adalah Griseofulvin yang bersifat fungistatik dengan dosis 10-25 mg/kg BB/hari

untuk anak-anak dan 500 mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 8-10 minggu

tergantung pada organisme penyebab. Selama terapi, pasien juga dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan berlemak tinggi untuk mempercepat tingkat absorbsi obat

(Gunawan & Nafrialdi, 2007).

Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu (Paller & Mancini, 2006) :

a. Terbinafin

Obat ini bersifat fungisida sehigga dapat diberikan dalam waktu yang lebih singkat

yaitu selama 2-4 minggu. Dosis yang digunakan yaitu 62,5 mg/hari untuk pasien

dengan berat < 20 kg, 125 mg/hari untuk pasien dengan berat 20-40 kg dan 250 mg/hari

untuk pasien dengan berat > 40 kg.

b. Ketokonazol

Obat ini dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari untuk anak-anak dan 200

mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 7-14 hari. Penggunaan obat ini

terutama pada anak-anak dibatasi karena bersifat hepatotoksik.

c. Flukonazol

Page 15: Referat Kulit Tinea Capitis

Obat ini cukup efektif untuk mengatasi tinea kapitis terutama pada anak-anak. Dosisnya

yaitu 3-5 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.

Pada kasus cerion celsi, dapat diberikan obat tambahan berupa kortikosteroid yaitu

prednison dengan dosis 3x5 mg/hari atau prednisolon 3x4 mg/hari untuk mengurangi

terjadinya sikatrik, nyeri dan pembengkakan.

2. Topikal

Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian shampoo desinfektan antijamur, antara

lain yaitu (Paller & Mancini, 2006) :

a. Shampoo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru

dibilas.

b. Shampoo ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru

dibilas.

c. Shampoo povidon iodine digunakan 2 kali / minggu selama 15 menit.

2.10 Komplikasi

Komplikasi dari tinea kapitis yang dapat terjadi di antaranya (Paller & Mancini, 2006) :

1. Alopesia sikatrik permanen, akibat jamur yang bersifat merusak rambut dan struktur di

sekitarnya sehingga terjadi kerusakan rambut yang parah.

2. Infeksi berulang, akibat pengobatan yang tidak adekuat.

2.11 Prognosis

Jika pengobatan telah lengkap dan penyembuhan telah tercapai, prognosis umumnya baik.

Page 16: Referat Kulit Tinea Capitis

BAB III

KESIMPULAN

Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan

bermacammacam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur penyebab

dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan prevalensi penyakit.

Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat lini

pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau kalau terpaksa

dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh dengan griseofuvin, atau dapat

sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk membasmi

serpihan (fomites) yang terinfeksi,mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan

pasien

Page 17: Referat Kulit Tinea Capitis

Daftar Pustaka

Aktas, E., Karakuzu A., Yigit N. 2009. Etiological agents of tinea capitis in Erzurum,Turkey.

J Medical Mycology; 19: 248–52.

Djuanda A., Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi V. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Gunawan G.S., Nafrialdi S.R. 2007. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik FKUI : Jakarta.

Paller A.S., Mancini A.J. 2006. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd ed. Elsivier

Saunders: Philadelphia.

Zara, I., Hawilo A, Aounallah A, Trojjet S, El Euch D, Mokni M, Osman AB. 2013.

Inflammatory tinea capitis: a 12-year study and a review of the literature. Mycoses; 56:

110–6.