43
REFERAT MATA HIFEMA Disusun oleh: Isa Nur Kholifah 10810300056 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN 2013

Referat Mata Hifema

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Referat Mata Hifema

REFERAT MATA

HIFEMA

Disusun oleh:

Isa Nur Kholifah

10810300056

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

2013

Page 2: Referat Mata Hifema

BAB 1

LATAR BELAKANG

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,

kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra

penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkan kebutaan

unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami

trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok yang

paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya

kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas.

Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui dengan

pasti, namun pada Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1993-

1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan lain-lain

sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma okuli juga

bukan merupakan 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan.

Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan

trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme

trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi (sinar

inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa).

Sebagai seorang dokter harus memikirkan apakah kasus yang dihadapi merupakan

true emergency yang merupakan kasus sangat gawat dan harus ditangani dalam hitungan

menit atau jam, ataukah urgent case yang harus ditangani dalam hitungan jam atau hari.

Sehingga membutuhkan diagnosa dan pertolongan cepat dan tepat. Trauma okuli merupakan

kedaruratan mutlak di bidang ocular emergency. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi

akibat trauma okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa,

luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur

koroid, serta avulsi papil saraf optik.

Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat

terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah ini berasal dari iris atau badan siliar yang

robek. Menurut Duke Elder (1954), hifema disebabkan oleh robekan pada segmen anterior

bola mata yang kemudian dengan cepat akan berhenti dan darah akan diabsorbsi dengan

cepat. Hal ini disebut dengan hifema primer. Bila oleh karena sesuatu sebab misalnya adanya

Page 3: Referat Mata Hifema

gerakan badan yang berlebihan, maka timbul perdarahan sekunder atau hifema sekunder yang

pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.

Adanya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan

intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior, dan katarak.

Oleh karena hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang signifikan, maka setiap

dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tata laksana hifema.

Page 4: Referat Mata Hifema

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari

luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan

siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan

kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata.

Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh

selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :

1. Tunica Fibrosa

Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian

anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan

tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh

perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan

intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus

menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.

Page 5: Referat Mata Hifema

Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu

vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas

limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang

masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan:

(1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2)

substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan

(4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.

2. Lamina vasculosa

Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis

luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang

bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri

atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma

berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi

ruang diantara lensa dan kornea menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang, serat-

serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.

Bilik mata depan terletak antara persambungan kornea perifer dengan iris. Pada

bagian ini, terdapat jalinan trabekula yang dasarnya mengarah ke badan siliar. Bagian

dalam jalinan ini yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai jalinan uvea.

Bagian luar jalinan ini yang terletak dekat kanalis schlemm dikenal sebagai jalinan

korneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam jalinan trabekula

tersebut. Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.

Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang –

lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal

schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke

pleksus vena di dalam jaringan sclera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan

siliar.

Page 6: Referat Mata Hifema

Gambar 2.2. Anatomi Bilik Mata Depan dan Jaringan Sekitar

3. Tunica sensoria (retina)

Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan

luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus

vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior

membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir.

Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan

lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris

dan bagian belakang iris.

Vaskularisasi Bola Mata

Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ophtalmica, yaitu

cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini berjalan di

bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju ke orbita.

Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus

sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah

arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas,

cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan

brevis, arteri palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta

supra troklearis.

Page 7: Referat Mata Hifema

Gambar 2.3. Vaskularisasi pada Bola Mata

Arteri siliaris posterior brevis memvaskularisasi koroid dan bagian nervus

optikus. Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan siliar, beranastomosis

satu dengan yang lain, dan bersama arteri siliaris anterior membentuk sirkulus

arteriosus major iris. Arteri siliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis

dan menuju ke muskuli rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus,

konjungtiva, serta ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris.

Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan

inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan

vena sentralis retina. Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui

fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura

orbitalis inferior.

Page 8: Referat Mata Hifema

Gambar 2.4. Vaskularisasi pada Segmen Anterior

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media

refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus

turun (baik mendadak aupun perlahan).

Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada

pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen = biru, tidak

ada pigmen = merah / pada albino).

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya

bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola

mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

dibiaskan tepat di daerah makula lutea.

Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan

benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat

melihat jauh.

2.1.1. Kornea

Page 9: Referat Mata Hifema

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi

bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1) Epitel

Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel

gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini

terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke

depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat

dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui

desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal

menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari

ektoderm permukaan.

2) Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3) Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur

sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya

kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang

sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga

keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4) Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma

kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,

mempunyai tebal 40 µm.

Page 10: Referat Mata Hifema

5) Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40

µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemi

desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari

saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra

koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman

melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai

kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk

sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah

dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakkit yang merusak endotel akan mengakibatkan

sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi

edema kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola

mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana

40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh

kornea.

2.1.2. Aqueous humor

Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan

mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus

siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli

anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork. Prosesus siliaris,

terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang membentuk

aqueous humor.

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya

tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan

mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan

kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus

lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea

dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya

Page 11: Referat Mata Hifema

dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar),

kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan

tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma.

Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam

vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina.

Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat

menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

Produksi aqueous humor melibatkan beberapa proses, yaitu transport aktif,

ultrafiltrasi dan difusi sederhana. Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen

memegang peranan penting dalam produksi aqueous humor dan melibatkan Na+ /K+

ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam

membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini berkaitan dengan

pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris. Sedangkan proses difusi adalah

proses yang menyebabkan pertukaran ion melewati membran melalui perbedaan

gradien elektron.

Sistem pengaliran aqueous humor terdiri dari dua jenis sistem pengaliran

utama, yaitu aliran konvensional/ trabecular outflow dan aliran nonkonvensional/

uveoscleral outflow. Trabecular outflow merupakan aliran utama dari aqueous

humor, sekitar 90% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke kanalis

Schlemm di trabecular meshwork dan menuju ke vena episklera, yang selanjutnya

bermuara pada sinus kavernosus. Sistem pengaliran ini memerlukan perbedaan

tekanan, terutama di jaringan trabekular .

Page 12: Referat Mata Hifema

Uveoscleral outflow, merupakan sistem pengaliran utama yang kedua, sekitar

5-10% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke muskulus siliaris dan

rongga suprakoroidal lalu ke vena-vena di korpus siliaris, koroid dan sklera. Sistem

aliran ini relatif tidak bergantung kepada perbedaan tekanan.

Gambar 2.5. Aliran Aqueous Humor

2.1.3 Prosesus siliaris

Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium, yaitu lapisan berpigmen dan

tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai

tempat produksi aqueous humor .

2.1.4 Sudut kamera okuli anterior

Dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris, merupakan

komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor. Struktur ini terdiri dari

Schwalbe’s line, trabecular meshwork dan scleral spur .

2.1.5 Trabecular meshwork

Merupakan jaringan anyaman yang tersusun atas lembar-lembar berlubang

jaringan kolagen dan elastik. Trabecular meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu

uvea meshwork (bagian paling dalam), corneoscleral meshwork (lapisan terbesar)

dan juxtacanalicular/endothelial meshwork (lapisan paling atas). Juxtacanalicular

meshwork adalah struktur yang berhubungan dengan bagian dalam kanalis Schlemm.

Page 13: Referat Mata Hifema

Gambar 2.6. Struktur trabecular meshwork.

2.1.6. Iris

Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris

berisi dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu

mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil

itu sendiri.

2.1.7. Pupil

Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana

cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.

2.1.8. Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam

bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan

terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat

menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata

belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di

Page 14: Referat Mata Hifema

dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk

nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu

dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat

dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat

serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak

di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan

dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras

dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat

zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

• Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam

akomodasi untuk menjadi cembung

• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

• Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan

vitreous body dan berada di sumbu mata. (H. Sidarta Ilyas, 2004).

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

• Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

• Keruh atau apa yang disebut katarak,

• Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi (H. Sidarta Ilyas,

2004).

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah

besar dan berat.

2.1.9. Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini

merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen,

dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung

sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi

ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous

disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak

Page 15: Referat Mata Hifema

terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada

pemeriksaan oftalmoskopi.

Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis .

2.1.10.Sklera

Pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan

tersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang bening, yaitu

kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta membantu

mempertahankan bentuk biji mata.

2.1.11. Khoroid

Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan rantingranting arteria

oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris

yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput

berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian

menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya.

Khoroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris.

Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid

dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang

letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil

mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang

terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Peradangan pada masing-masing bagian

berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-

sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan,

maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.

2.1.12. Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-

sel saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang

merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju

jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus

optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini

disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada

Page 16: Referat Mata Hifema

retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis

berhad apan dengan pusat pupil.

Page 17: Referat Mata Hifema

BAB III

HIFEMA

3.1 Definisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan,

yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus

(cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat

dengan mata telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit,

tetap dapat menurunkan penglihatan.

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema

akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi

seluruh ruang bilik mata depan.

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia

dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan

blefarospasme.

Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak sudut

bilik mata depan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan yang dapat

terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin

dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan bokade pupil.

Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000

populasi, dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita.

Lebih dari 70 persen dari hifema traumatic terdapat pada anak-anak dengan angka

kejadian tertinggi antara umur 10 sampai 20 tahun.

3.2. Klasifikasi

a) Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:

1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan

pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen

anterior bola mata.

2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

Page 18: Referat Mata Hifema

3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga

pembuluh darah pecah.

4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

5. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

b) Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:

1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

c) Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) :

1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)

2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)

3. Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)

4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

Tabel 3.1. Grading Hifema

3.3. Etiologi

Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena

bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi

karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan

hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma),

dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).

Page 19: Referat Mata Hifema

Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh

kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan

jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak

pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Pendarahan yang timbul

dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan ciliar, arteri koroid,

vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di dalam bola mata

yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena

gaya berat akan berada di  bagian terendah.

3.4. Patofisiologi

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan

limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan

intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.

Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain

arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-

vena badan siliar.

Gambar 3.1. Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin

juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek

pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh

darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada

patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang COA, mengotori

permukaan dalam kornea.

Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme

hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah,

Page 20: Referat Mata Hifema

dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan

menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke

bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah

itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka

plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin

akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi.

Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris

peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran

uveaskleral.

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan

primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder

biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat

daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat

sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi

daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu

yang cukup untuk regenerasi kembali.

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel

darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan

diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya

enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam

bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke

dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut

hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.

Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai

glaukoma.

Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang

berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini

menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut

mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya

glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada

bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi

perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea

dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil

seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada 10 % kasus. Tanda lain yang dapat

Page 21: Referat Mata Hifema

ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan

ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus,

jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat

terjadi akibat peninggian tekanan intraokular.

3.5. Penegakan Diagnosis

Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan

adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat

diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan

adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan

terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan

sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic,

disorientasi atau somnolen.

Gambar 3.2. Hifema pada 1/3 bilik mata depan dan Hifema pada ½ bilik mata depan

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat

dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan

terlihat terkumpul di bagian bawah COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang

COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis),

dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor pupil.

Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah

mengganggu media refraksi. Darah  yang mengisi kamera okuli  ini secara  langsung

dapat  mengakibatkan tekanan intraokuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera

anterior oleh darah. Kenaikan tekanan intraokuler ini disebut glaukoma sekunder.

Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat jaringan

Page 22: Referat Mata Hifema

trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang berada di kamera

anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan

mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.

Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus

dapat menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.

b) Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,

glaukoma.

c) Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.

d) Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal

contact, aqueous flare, dan synechia posterior.

e) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.

f) Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal

atau meningkat ringan.

3.6. Penatalaksanaan

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan

demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema

traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :

• Menghentikan perdarahan.

• Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

• Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat

absorbsi.

• Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.

• Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan

traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan

dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan

operasi.

Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi

1. Tirah baring (bed rest total)

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat

(diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi fowler). Hal ini akan

mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita

Page 23: Referat Mata Hifema

mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat dari banyak ahli

mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan

bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan

bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat

mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus

dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini

sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak, sehingga kalau perlu harus

diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan dilakukan dengan sabar.

2. Bebat mata

Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di

antara para ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk

mengurangi pergerakan bola mata yang sakit.

3. Pemakaian obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah

mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat

absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan

obat-obatan seperti :

Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun

parenteral, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya :

Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K dan vit C. Pada hifema yang

baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik (di pasaran obat ini dikenal

sebagai transamine/ transamic acid) sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat

diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu

sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder

dapat dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan

melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan

COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya

jangan lupa pengukuran tekanan intra okular.

Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan

midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan

kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi

meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan.

Page 24: Referat Mata Hifema

Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis.

Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan

miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan

mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.

Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara

oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.

Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea,

manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, walaupun ditegaskan

bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra

okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan intra okular

tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu

pengeluaran drah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra okular turun sampai

normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal

tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga

parasentesa.

Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi

iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma sekunder,

tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada pengurangan dari

tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari. Untuk mencegah

atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata maksimal > 50

mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari.

Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata rata-

rata > 25 mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.

Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior

perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9

hari. Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari

keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut :

1. Empat hari setelah onset hifema total

2. Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)

Page 25: Referat Mata Hifema

3. Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4 hari

(untuk mencegah atrofi optic)

4. Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari ¾ COA selama 6 hari dengan

tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal bloodstaining)

5. Hifema mengisi lebih dari ½ COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk

mencegah peripheral anterior synechiae)

6. Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya

dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika

Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari,

pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50

persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat. Corneal

bloodstaining terjadi pada 43% pasien. Pasien dengan sickle cell

hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol

dalam 24 jam.

Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :

1. Parasentesis

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan

cairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat

insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan

iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari

bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik

mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada

parasentesis tidak perlu dijahut. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun

dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.

2. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.

3. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka

korneoscleranya sebesar 1200

3.7. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah

perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi

dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan

iridodialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.

1. Perdarahan sekunder

Page 26: Referat Mata Hifema

Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan

insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul

karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan

primernya. Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi

pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi

sebelum 7 hari post-trauma.

2. Glaukoma sekunder

Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh

tersumbatnya trabecular meshwork oleh butirbutir/gumpalan darah. Insidensinya 20%

, sedang di RS: Dr: Soetomo sebesar17,5%. Adanya darah dalam COA dapat

menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut

COA dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma.Glaukoma sekunder dapat pula

terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga

terjadi gangguan pengaliran cairan mata.

3. Hemosiderosis kornea

Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel

darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan

diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya

enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam

bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke

dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut

hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.

Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai

glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder

disertai kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus karenahemosiderosis tidak

selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama

(2 tahun). Insidensinya ± 10%.3 Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan

siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan

kebutaan.

4. Sinekia Posterior

Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi ini

akibat dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat

terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi

Page 27: Referat Mata Hifema

bedah pada hifema.Peripheral anterior synechiae anterior synechiae terjadi pada

pasien dengan hifema pada COA dalam waktu yang lama, biasanya 9 hari atau

lebih.Patogenesis dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis yang lama

akibat trauma atau dari darah pada COA. Bekuan darah pada sudut COA kemudian

bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang menyebabkan sudut bilik mata

tertutup.

5. Atrofi optik

Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.

6. Uveitis

Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis.

Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang mungkin juga

masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada funduskopi gambaran

fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak.Hifema

dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih

baik dan tekanan intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA

dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata

terasa sakit oleh karena glaukoma. Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit

bertambah karena tekanan intra okular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun

lagi.

3.8. Prognosis

Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera

okuli anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan  tanpa disertai

glaukoma, prognosisnya baik (bonam) karena darah akan diserap kembali dan hilang

sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema yang telah mengalami glaukoma,

prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek

pada ketajaman penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih

rendah maka prognosis penderita adalah buruk (malam) karena dapat menyebabkan

kebutaan.

Page 28: Referat Mata Hifema

BAB IV

PENUTUP

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu

daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek

pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus yang jernih.

Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,

peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan

prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi

adalah adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah

(contohnya juvenile xanthogranuloma).

Penegakan diagnosis hifema berdsarkan adanya riwayat trauma, terutama mengenai

matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya

perdarahan pada COA, kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-

tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme,

edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum

yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.

Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu

perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan

tindakan operasi. Tindakan ini bertujuan untuk : menghentikan perdarahan, menghindarkan

timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan

mempercepat absorbsi, mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang

lain, dan berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Page 29: Referat Mata Hifema

DAFTAR PUSTAKA

• Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press

• Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press

• Ilyas, Sidarta. 2002 Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Sagung Seto, Hal : 263-6.

• Vaughan, Daniel, G. 2000. Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Jakarta : Widya Medika. Hal: 380,384.

• Yanoff M, Duker JS. 2004. Ophtalmology. 2nd ed, p. 416-419. St Louis, MO: Mosby

• Nurwasis, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Mata:

Hifema pada Rudapaksa Tumpul. Hal 137-139. Penerbit: FK Unair, Surabaya.

• Sheppard J, Crouch E. Hyphema. 2008. Available at

http://emedicine.medscape.com/ophthalmology#anterior.