36
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap mahluk hidup di dunia ini mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan sebenarnya terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya ovarium berfungsi menghasilkan telur dan hormon- hormonnya terutama estrogen dan progesterone, maka pada usia sekitar 45-55 tahun fungsinya akan menurun. [1] Berkurangnya fungsi ovarium tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa ini, ovarium tidak lagi peka terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang menjadi matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi dan akhirnya berhenti. Produksi estrogen makin lama semakin berkurang sehingga haid pun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa menopause, reproduksi seorang wanita berhenti dan terjadilah sejumlah perubahan fisiologis. Sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut. Gejala dan keluhan tersebut biasanya akan menghilang dengan sendirinya. Walaupun tidak 1

Referat Menopause

  • Upload
    group52

  • View
    284

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fajfhdakjhakjhdjka

Citation preview

Page 1: Referat Menopause

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap mahluk hidup di dunia ini

mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan sebenarnya terjadi sejak

manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Setelah kurang lebih 30 tahun

lamanya ovarium berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama

estrogen dan progesterone, maka pada usia sekitar 45-55 tahun fungsinya akan menurun. [1] Berkurangnya fungsi ovarium tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5

tahun. Pada masa ini, ovarium tidak lagi peka terhadap rangsangan dari otak, sehingga

telur tidak dapat berkembang menjadi matang. Dengan demikian jarang terjadi ovulasi

dan akhirnya berhenti. Produksi estrogen makin lama semakin berkurang sehingga haid

pun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Menopause merupakan salah satu fase

dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa menopause, reproduksi seorang wanita

berhenti dan terjadilah sejumlah perubahan fisiologis. Sebagian disebabkan oleh

berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak

wanita yang mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut. Gejala dan

keluhan tersebut biasanya akan menghilang dengan sendirinya. Walaupun tidak

menyebabkan kematian, namun gangguan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari. [2]

EPIDEMIOLOGI

Menopause alami biasa terjadi pada usia 45-55 tahun. Pada negara-negara Industri, rata-

rata wanita mengalami menopause yaitu pada usia 51 tahun. Terdapat sedikit variasi usia

pada beberapa negara namun biasanya tidak jauh dari 51 tahun. Usia menopause dapat

menurun pada wanita yang merokok, nulipara, ataupun wanita dengan tingkat

sosioekonomi rendah. [2]

1

Page 2: Referat Menopause

BAB II

ISI

DEFINISI

Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian

sementara”. Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang

permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause terjadi sesudah

12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab patologi atau

fisiologi lain yang nyata. [2]

FISIOLOGI MENOPAUSE

Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia

tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik

dari ovarium. Selama menopause terjadi penurunan dari hormon ovarium dan

peningkatan dari hormon pituitary gonadotropin. Hormon ovarium sendiri dibagi menjadi

2 yaitu hormon steroid (estradiol dan progesteron) serta peptida (inhibin dan aktivin).

Estradiol dan hormon peptida dihasilkan oleh ovarian granulosa cell sedangkan

progesterone adalah produk dari corpus luteum. Inhibin berfungsi untuk mensupresi

sintesis dari FSH sedangkan aktivin menstimulasi sekresi dari FSH. [3]

Pada umumnya orang lebih senang menggunakan istilah menopause, meskipun

istilah tersebut kurang tepat, karena menopause hanya merupakan kejadian sesaat saja,

yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat digunakan adalah klimakterik,

yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Disebut pascamenopause

bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Senium adalah

pascamenopause lanjut yaitu setelah usia 65 tahun. Bila ovarium tidak berfungsi lagi

pada usia <40 tahun disebut klimakterium prekok. Fase klimakterik dibagi menjadi :

2

Page 3: Referat Menopause

Pramenopause

3

Page 4: Referat Menopause

Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase

klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan

perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak, dan

kadang disertai nyeri haid. Pada wanita tertentu telah timbul keluhan vasomotorik

dan keluhan sindrom premenstrual. Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah

fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH yang biasa

tinggi namun bisa juga normal. Fase luteal tetap stabil. Akibat kadar FSH yang

tinggi ini dapat terjadi perangsangan ovarium yang berlebihan sehingga dijumpai

kadar estrogen yang sangat tinggi. [3]

Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan

pascamenopause, dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa

menopause yang berkisar antara 2-8 tahun setelah periode terakhir menstruasi.

Beberapa ahli menyatakan bahwa perimenopause terdiri dari beberapa tahap,

yaitu : tahap awal perimenopause, dapat terjadi pada wanita usia 30 tahun namun

umumnya dimulai antara usia 40-44 tahun dan ditandai dengan adanya perubahan

siklus dan lama menstruasi; tahap pertengahan ditandai dengan siklus menstruasi

menjadi tidak teratur, tapi tetap terjadi setiap bulan; dan tahap akhir saat siklus

menstruasi mulai menghilang sampai akhirnya berhenti sama sekali. Sekitar 6

bulan sebelum menopause, level estrogen turun secara drastis. [3]

Menopause

Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sampai suatu ketika

tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak

terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu,

menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila

wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Perdarahan

masih terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara

siklik dan wanita tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah

tahu kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan

4

Page 5: Referat Menopause

diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan

kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol. Bila pada usia

perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi, maka setelah

memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (> 40

mlU/ml). kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada

sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain apalagi wanita gemuk

kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen

menjadi estrogen dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause yaitu apabila

seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40

mlU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml. [3]

Pascamenopause

Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30

pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat. Peningkatan hormon

gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak

tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Pada usia reproduksi, folikel

memproduksi inhibin dalam jumlah yang cukup dan inhibin inilah yang menekan

sekresi FSH. Akibat rendahnya kadar estradiol, endometrium menjadi atropik dan

tidak mungkin muncul haid lagi. Pada wanita pascamenopause masih saja dapat

dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar normal dalam darah. Ternyata,

ovarium wanita pascamenopause masih memiliki kemampuan untuk menyintesis

steroid seks. Sel-sel hilus dan korteks ovarium masih dapat memproduksi

androgen, estrogen, dan progesterone dalam jumlah tertentu. Selain itu, jaringan

tubuh tertentu seperti lemak, uterus, hati, otot, kulit, dan rambut memiliki

kemampuan mengaromatisasi androgen menjadi estrogen. Kelenjar adrenal

merupakan sumber androgen utama bagi wanita pascamenopause. Normalnya

pascamenopause berlangsung kira-kira 10-15 tahun dan diikuti oleh masa senium

sekitar usia 65 tahun sampai akhir kehidupan. [3]

JENIS MENOPAUSE

5

Page 6: Referat Menopause

Berdasarkan waktu terjadinya, menopause dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

menopause alami dan surgical menopause. Menopause alami terjadi seiring dengan

bertambahnya usia, ovarium akan mengalami penurunan fungsi akibatnya terjadi

penurunan produksi hormon estrogen dan progesterone. Sebagai kompensasinya, tubuh

pun bereaksi dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, diantaranya adalah dengan

berhentinya menstruasi. Menopause alami biasa terjadi pada usia 45-55 tahun.

Surgical menopause atau premature menopause dapat terjadi karena buatan,

akibat operasi seperti pada pengangkatan ovarium atau akibat obat-obatan seperti pada

terapi radiasi maupun kemoterapi untuk pengobatan tumor pada perempuan yang masih

berovulasi. Atau karena kegagalan ovarium premature pada usia 40, 30, bahkan 20 tahun.

Angka kejadian dari premature menopause meningkat karena perkembangan dari

treatment kanker pada anak, remaja, ataupun wanita usia reproduktif. Hal yang sama juga

terjadi pada peningkatan insiden dilakukannya histerektomi [2,4, 6]

SYMPTOMS

A. Perubahan pola haid

Gejala paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari

pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan

dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai

contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-

30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh

memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari

akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause

kejadian oligomenorea meningkat.

Perdarahan tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal

atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus

luteum. Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya

perdarahan. Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang

disebabkan oleh siklus anovulasi, kemudian menjadi sedikit. Beberapa wanita

6

Page 7: Referat Menopause

dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari

spotting, siklus haid yang memendek dan perdarahan yang banyak memberikan

kesan secara subyektif wanita tersebut “selalu berdarah”.

Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal

selama perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara

siklus haid bukanlah hal yang normal. Apabila ditemukan perdarahan makan

harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti biopsi endometrium

B. Keluhan vasomotorik

Keluhan yang muncul berupa perasaan panas yang muncul tiba-tiba disertai

keringat banyak. Keluhan tersebut pertama kali muncul pada malam hari atau

menjelang pagi, dan lambat laun juga akan dirasakan pada siang hari. Keluhan

vasomotor dapat terjadi baik pada kadar estrogen rendah, normal, maupun tinggi.

Semburan panas dirasakan mulai dari daerah dada dan menjalar ke leher dan

kepala. Kulit di daerah tersebut akan terlihat kemerahan. Meskipun terasa panas,

suhu badan tetap normal. Semburan panas ini akan diikuti sakit kepala, perasaan

kurang nyaman, dan peningkatan frekuensi nadi. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan hormon adrenalin. Selain itu terjadi pula penurunan sekresi hormon

noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur

sedikit meningkat dan timbul perasaan panas. Akibat vasodilatasi dan keluarnya

keringat, terjadi pengeluaran panas tubuh sehingga kadang-kadang wanita akan

merasa kedinginan. Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit dan dapat

berfluktuasi antara beberapa detik sampai satu jam. Beberapa kali semburan panas

muncul per harinya dapat berbeda pada setiap individu. Pada keadaan berat,

semburan panas tersebut dapat muncul sampai 20 kali per hari. Semburan panas

dan berkeringat yang muncul pada malam hari dapat menyebabkan gangguan

tidur, cepat lelah, dan cepat tersinggung. Munculnya keluhan semburan panas

akan diperberat dengan adanya stress, alkohol, kopi, dan makanan minuman

panas.

C. Keluhan somatic

7

Page 8: Referat Menopause

Estrogen memicu pengeluaran endorfin dari susunan saraf pusat.

Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang, sehingga

ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran kalau wanita

peri/pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri pada

daerah kemaluan, tulang, dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang

paling sering dikeluhkan wanita usia peri/pascamenopause. Pemberian TSH dapat

menghilangkan keluhan tersebut.

Pemberian estrogen dan progesterone dapat memicu pengeluaran

endorfin, dan endorfin ini dapat mengurangi aktivitas usus halus sehingga

mudah terjadi obstipasi. Pada fase luteal dimana kadar estrogen rendah, wanita

mudah terkena diare. Selain itu, stress juga dapat menimbulkan berbagai jenis

keluhan. Stress meningkatkan pengeluaran endorfin, dan zat ini memicu

pengeluaran ACTH. endorfin dan ACTH berasal dari precursor yang sama yaitu

Propiomelanocortin (POMC), yang banyak ditemukan didalam nucleus arkuatus.

POMC ini merupakan suatu peptida. Dari peptida ini terbentuklah endorfin di

hipotalamus dan ACTH serta lipotropin di hipofisis bagian depan. endorfin

dapat meningkatkan nafsu makan sehingga selama pemberian TSH banyak wanita

mengeluh berat badannya bertambah.

D. Keluhan psikis

Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama

terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang.

Dengan demikian, tidak heran apabila terjadi penurunan sekresi steroid seks maka

timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Akibat

kekurangan hormon estrogen pada wanita pascamenopause, timbullah keluhan

seperti depresi, mudah tersinggung, cepat marah, dan merasa tertekan. Penyebab

depresi diduga akibat berkurangnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen

menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO). Enzim ini

mengakibatkan serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif. Kekurangan

estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan enzim MAO.

8

Page 9: Referat Menopause

E. Gangguan Tidur

Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada masa

perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi kronik

atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur diataranya:

- susah untuk jatuh tidur

- terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur

- bangun lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali

Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius, mengakibatkan

kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi. Estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur. Reseptor estrogen

telah ditemukan di otak yang mengatur tidur. Penelitian menunjukkan bahwa

wanita yang diberi estrogen equin konjugasi memiliki periode rapid eye

movement yang lebih panjang dan tidak memerlukan waktu lama untuk tidur.

F. Gangguan seksual

Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun maka

frekuensi gangguan seksual meningkat. Akibat berkurangnya hormon estrogen,

aliran darah ke vagina berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel epitel vagina

menjadi tipis dan mudah cedera. Gejala dari gangguan seksual antara lain :

berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni, dan vaginismus.

G. Gangguan urogenital

- Ovarium

Pada usia > 30 tahun ovarium mulai mengecil dan jumlah kista fungsional

bertambah, yang mencapai puncaknya pada usia 40-45 tahun. Pada usia ini

tidak jarang ditemukan hyperplasia stroma ovarium, dan setelah menopause

akan berkurang dimana stroma ovarium akan menjadi fibrotic.

- Uterus

Begitu memasuki usia premenopause, panjang kavum uteri mulai berkurang.

Pasca menopause terjadi involusi miometrium, sehingga apabila terdapat

9

Page 10: Referat Menopause

mioma uteri maka akan mengalami regresi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya

estrogen dalam darah. Endometrium menjadi atrofi dan ketebalannya <5 mm.

Dinding pembuluh darah menjadi tipis dan rapuh. Hal inilah yang

menjelaskan mengapa kadang terjadi perdarahan pada wanita menopause.

- Serviks

Pada usia perimenopause, serviks juga mengalami proses involusi, serviks

berkerut, serta epitelnya menipis. Kelenjar endoservikal juga atrofi sehingga

lendir serviks berkurang. Kekurangan estrogen tidak begitu berpengaruh

terhadap epitel serviks dibandingkan terhadap epitel vagina.

- Vulva

Involusi vulva terjadi karena usia tua, sedangkan atrofi, hilangnya turgor, dan

elastisitas sangat dipengaruhi oleh estrogen. Pada pascamenopause, rambut

pubis mulai berkurang, labia mayora dan klitoris mengecil, dan introitus

vagina menjadi sempit dan kering. Kulit vulva menjadi atrofi, lemak subkutan

berkurang, terjadi perubahan dalam pembentukan epitel. Pasien akan

mengeluh gatal, nyeri, dan sepertinya ada benda asing di vagina. Gatal yang

kronis sulit diobati, dan menyebabkan perasaan tidak nyaman.

- Vagina

Pascamenopause terjadi involusi vagina dan vagina kehilangan rugae. Epitel

vagina atrofi dan mudah cedera. Vaskularisasi dan aliran darah ke vagina

berkurang sehingga lubrikasi berkurang yang mengakibatkan hubungan seks

menjadi sakit. Atrofi vagina menimbulkan rasa panas, gatal, serta kering pada

vagina. Begitu wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina meningkat

dan pascamenopause pH vagina akan terus meningkat hingga mencapai nilai

5-8. Vagina mudah terinfeksi dengan tikomonas, kandida albikan,

stafilokokus dan streptokokus, serta bakteri coli dan gonokokus.

- saluran kemih

10

Page 11: Referat Menopause

Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel-sel uretra dan

berkurangnya aliran darah ke jaringan. Dengan adanya perubahan ini

menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot polos uretra dan

detrusor vesika dan mengganggu mekanisme kerja jaringan-jaringan ikat.

Akibatnya pada usia tua mudah terjadi kelemahan pada dasar panggul dan

berpengaruh terhadap integritas sistem neuromuscular.

Gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih

hebat, atau urin yang tertahan, sangat erat kaitannya dengan atrofi mukosa

uretra. Iritabel vesika dan urge inkontinensia juga berhubungan dengan atrofi

dari uretra dan mukosa vesika, sedangkan stress inkontinensia lebih erat

kaitannya dengan perubahan degeneratif dari sistem neuromuskuler dan

jaringan ikat.

H. Gangguan organ lain

- Kulit

Kulit terdiri dari dua lapisan, bagian luar yaitu epidermis dengan keratinosit

dan melanositnya, dan bagian dalam yaitu dermis yang mengandung kolagen

tinggi. Kolagen dan serat elastin berperan untuk mempertahankan stabilitas

dan elastisitas kulit. Turgor kulit dapat dipertahankan oleh proteoglikan yang

dapat menyimpan air dalam jumlah besar. Estrogen mempengaruhi terutama

kadar kolagen, jumlah proteoglikan, dan kadar air dari kulit. Estrogen

mempengaruhi aktivitas metabolic sel-sel epidermis dan fibroblas, serta aliran

darah. Kekurangan estrogen dapat menurunkan mitosis kulit sampai atrofi,

menyebabkan berkurangnya sintesis kolagen, dan meningkatkan

penghancuran kolagen. Tulang dan kulit merupakan organ yang kandungan

kolagennya cukup banyak. Hilangnya kandungan kolagen kulit pada wanita

pascamenopause mencapai rata-rata 2% per tahun dan pada lima tahun

pertama dapat mencapai 30%. Kehilangan kolagen ini berjalan parallel dengan

hilangnya massa tulang.

- Mulut, hidung, dan telinga

11

Page 12: Referat Menopause

Seperti pada kulit, kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan pada

mulut dan hidung. Selaput lendir menjadi berkerut, aliran darah berkurang,

terasa kering, dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga

mengalami perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan

tersebut.

- Payudara

Payudara merupakan organ sasaran utama bagi estrogen dan progesterone.

Kekurangan estrogen mengakibatkan involusi payudara. Pada

pascamenopause, payudara mengalami atrofi, terjadi pelebaran saluran air

susu, dan fibrotic. Saluran air susu yang melebar ini berisi cairan, salurannya

menjadi lebar, timbul laserasi, dan payudara terasa sakit. Kelainan jinak pada

payudara berupa fibrosistik mastopatia merupakan kelainan yang paling sering

dijumpai, dan kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia. Pada

sebagian wanita, kelainan tersebut disertai dengan mastodini (nyeri payudara)

yang disebabkan oleh penumpukan cairan, sehingga volume payudara

bertambah. Pada sepertiga wanita dengan fibrosistika mastopatia terjadi

pengeluaran secret dari putting susu. Galaktorea dapat terjadi sampai awal

menopause dan kadar prolaktin tidak jarang normal. Fibrosistika mastopatia

merupakan perubahan fibrotic atau sistik pada jaringan payudara yang secara

histologis dibagi menjadi tiga stadium, yaitu :

1. stadium I. Displasia jinak dari parenkim. Tidak ditemukan proliferasi

epitel intraduktal, fibrotic stroma sedang, mulai pengerasan jaringan,

mastodinia prahaid

2. stadium II. Displasia jinak dari parenkim dengan proliferasi epitel

intraduktal, tidak ditemukan sel atipik, jaringan fibrotic bertambah

banyak, terbentuk kista dan pengerasan, dan mastodini

3. stadium III. Displasia parenkim, dengan proliferasi epitel intraduktal,

dengan atipik sedang, jaringan fibrotic dominan, tumor fibrotic kistik.

I. Osteoporosis

12

Page 13: Referat Menopause

Kekurangan hormon estrogen akan dapat menyebabkan hilangnya massa

tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang akhirnya akan membuat tulang

mudah patah. Setelah mencapai puncak massa tulang “peak bone mass” pada usia

antara 25 sampai 35 tahun, lambat laun tulang akan mengalami penyusutan 0,3-

0,5 % per tahun. Pada wanita yang memang memiliki massa tulang yang rendah

dibandingkan laki-laki, penyusutan massa tulang terjadi lebih awal. Patah tulang

meningkat pada wanita usia > 45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah tulang

baru meningkat pada usia > 75 tahun. Penyusutan massa tulang akibat kekurangan

estrogen terlihat pertama kali pada spongiosa sedangkan pada tulang trabekula

belum terlihat penyusutan.

Penyusutan massa tulang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

resorpsi tulang dan formasi tulang. Osteoklas menyebabkan penghancuran tulang

sedangkan osteoblas membangun tulang. Pada osteoporosis terjadi aktivitas

berlebihan oleh osteoklas. Estrogen menghambat aktivitas osteoklas dan dengan

sendirinya menghambat resorpsi tulang dan secara bersamaan estrogen

mengaktifkan osteoblas, sehingga laju penggantian tulang menjadi normal.

Estrogen bekerja baik secara langsung melalui reseptor yang berada di tulang

maupun secara tidak langsung dengan bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan.

Estrogen memicu pengeluaran kalsitonin dan membantu kerja paratiroid hormon

terhadap tulang. Estrogen meningkatkan aktivitas 1 alfa-hidroksilase di ginjal,

yang mengubah vitamin D yang tidak aktif menjadi vitamin D3 bentuk aktif,

sehingga resorpsi kalsium melalui usus meningkat, dan akibat peningkatan aliran

darah ke otot, nyeri otot dan sendi berkurang.

J. Penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan

perempuan. Infark miokard jarang ditemukan pada wanita muda, tetapi meningkat

tajam setelah menopause. [2] Berdasarkan penelitian epidemiologic terbukti bahwa

kekurangan estrogen sangat berperan pada terjadinya iskemik. Estrogen memiliki

sifat antioksidatif, sehingga pada kekurangan estrogen oksidasi LDL oleh radikal

bebas di intima meningkat. Akibatnya, terjadi pembentukan sel-sel busa dalam

13

Page 14: Referat Menopause

jumlah besar. Proses pembentukan ini dipicu oleh kadar LDL serum yang tinggi

dan peningkatan pembentukan molekul pelekat oleh endotel, sehingga

mempermudah migrasi monosit dan makrofag. Kekurangan estrogen juga

menurunkan HDL. Padahal HDL sangat penting dalam mencegah penyakit

jantung koroner. HDL menstabilkan prostasiklin, berperan sebagai vasodilator,

menghambat reaksi radang endotel, bekerja antioksidatif, mengurangi aktivitas

koagulatorik, dan menekan proliferasi sel-sel otot polos. Kekurangan estrogen

menyebabkan disfungsi endotel yang terlihat dari berkurangnya produksi dan

pengeluaran zat yang memiliki sifat vasodilator yaitu NO dan prostasiklin.

Akibatnya terjadi penyempitan arteri, resistensi pembuluh darah meningkat, dan

aliran darah berkurang. Kerusakan endotel menyebabkan spasme pembuluh darah.

Asetilkolin dan serotonin yang pada endotel normal memiliki sifat vasodilator,

pada disfungsi endotel akan menyebabkan vasokonstriksi atau spasme arteri.

Akibatnya, terjadi aktivasi trombosit dan pengeluaran zat seperti tromboksan yang

memiliki efek vasokonstriksi sehingga meningkatkan resiko penyakit iskemik. [3]

DIAGNOSIS

A. Penilaian sendiri

Harus ditanyakan kapan seorang wanita pertama kali merasakan gejala-gejala

menopause. Hal ini harus berdasarkan persepsi mereka dengan adanya

kekhawatiran akibat perubahan pada tubuh mereka.

B. Gejala

Gejala klimakterik terutama merupakan keluhan vasomotor seperti hot flashes dan

keringat malam. Gejala lain adalah akibat berfluktuasinya kadar hormon estrogen

dan progesteron seperti vaginal dryness, keinginan seksual yang berubah,

inkontinensia urine, depresi, ketegangan syaraf dan iritabilitas serta gangguan

tidur.

C. Riwayat medis dan riwayat keluarga

1. Usia menopause orang tua

14

Page 15: Referat Menopause

Faktor genetic tampaknya menjadi faktor predisposisi bagi wanita untuk

mengalami menopause lebih cepat. Pada penelitian ditemukan bahwa wanita

dengan riwayat keluarga yang mengalami menopause sebelum usia 46 tahun

beresiko tinggi untuk terjadi menopause yang lebih cepat.

2. Status histerektomi

Wanita dengan conservation ovarium pada histerektomi mengeluh adanya

gangguan vasomotor lebih banyak, vaginal dryness, dan keluhan lain

dibandingkan dengan wanita yang tidak menjalani histerektomi.

D. Tanda fisik

1. Indeks maturasi

Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks

pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan

sel pada batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina

menggunakan sikat. Dibuat slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik

Papanicolaou kemudian persentase dari sel parabasal, intermediat dan

superfisialis dihitung. Meskipun indeks maturasi berubah secara bermakna

setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis tidak dapat membandingkan

indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.

2. pH vagina

Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0- 7,5)

dimana tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan

kadar estradiol serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH

pada dinding lateral vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya

komposisi dari sekresi vagina yang menyertai atropi.

3. Ketebalan kulit

Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal, pembentukan kolagen, dan

asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah. Selama

15

Page 16: Referat Menopause

klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi

tipis dan atrofi.

E. Uji laboratorium

1. Pengukuran FSH

Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba

mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang

tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium.

Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari

kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan

produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen

lebih banyak.

2. Estradiol

Penelitian melaporkan bahwa wanita dengan early perimenopause (perubahan

dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause terjaga sedangkan pada

perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita

postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol.

Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH,

kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama perimenopause.

PENATALAKSANAAN

Semua wanita harus memahami bahwa pemberian Terapi Sulih Hormon (TSH) bukan

bertujuan untuk memperlambat menopause atau untuk mencegah agar tidak tua,

melainkan bertujuan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah keluhan ataupun

penyakit akibat kekurangan estrogen. Seorang wanita harus memahami untung rugi

penggunaan TSH dan penggunaannya pun harus berdasarkan indikasi yang jelas. Wanita

yang direkomendasikan untuk diberikan TSH adalah :

- semua wanita, tanpa kecuali, yang ingin menggunakan TSH untuk

pencegahan

16

Page 17: Referat Menopause

- semua wanita yang memiliki resiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis,

dan kanker usus

- semua wanita dengan keluhan klimakterik

Penyakit yang sedang dialami pasien dan riwayat penyakit keluarga sangat penting untuk

mengenal faktor-faktor resiko yang mungkin ada. Pemeriksaan yang secara umum

dilakukan adalah tekanan darah, berat badan, tinggi badan, pemeriksaan ginekologik,

palpasi payudara sampai pemeriksaan mamografi, palpasi kelenjar tiroid, dan papsmear.

Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan indikasi adalah uji kehamilan, uji

progesterone, kadar hormon progesterone, estradiol, FSH dan prolaktin, USG

transvaginal, dilatasi dan kuretase, metabolisme karbohidrat dan lemak, hemostasis,

osteodensitometer, dan fungsi kelenjar tiroid.

Bila akan mulai dengan TSH, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :

A. Jelaskan kegunaan TSH. Berikan informasi terutama terhadap :

- lamanya TSH yang harus digunakan.

- Dapat terjadi perdarahan

- Pemberian TSH dapat menimbulkan beberapa efek samping

- Hubungan TSH dengan kanker payudara.

B. Pemeriksaan dasar

Pada saat pasien datang, perlu dilakukan pemeriksaan seperti :

- pemeriksaan panggul : perlu diketahui ada tidaknya mioma uteri. TSH

memicu pertumbuhan mioma uteri

- palpasi payudara : adanya benjolan pada payudara merupakan indikasi mutlak

untuk dilakukan mamografi/ USG payudara dan kalau perlu dilanjutkan

dengan biopsy. Kecurigaan akan kanker payudara merupakan kontraindikasi

pemberian TSH.

- Pemeriksaan tekanan darah : hipertensi bukan merupakan kontraindikasi

pemberian TSH, tetapi pasien memerlukan pengawasan dan TSH diberikan

bersamaan dengan obat antihipertensi.

- Pemeriksaan densitometer tidak mutlak dilakukan dan lebih diutamakan bagi

pasien dengan faktor resiko osteoporosis

17

Page 18: Referat Menopause

C. Tindak lanjut

Satu bulan kemudian pasien diminta datang untuk mengetahui hasil pemberian

TSH dan kemungkinan munculnya efek samping. Perdarahan bercak umumnya

terjadi pada 6 bulan pertama pemberian TSH dan lambat laun akan hilang. Bila

pada bulan pertama tidak ada masalah maka pasien diminta datang 3 bulan

kemudian. Lalu pasien diminta untuk datang rutin setiap 6 bulan

Kontraindikasi Pemberian TSH

Kontraindikasi untuk estrogen :

Kanker payudara

Kanker payudara merupakan kontraindikasi absolut untuk estrogen. Riwayat

kanker payudara dalam keluarga bukan merupakan kontraindikasi pemberian

TSH, asalkan pasien berada dibawah pengawasan dokter dan dapat melakukan

kontrol secara rutin.

Perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya. Kanker endometrium

merupakan kontraindikasi absolut untuk estrogen.

Kerusakan hati yang berat.

Porfiria. Merupakan gangguan salah satu enzim yang diperlukan untuk sintesis

heme pada pembentukan hemoglobin. Estrogen dapat memberikan efek negatif

terhadap enzim ini.

Menderita penyakit tromboemboli

Kontraindikasi untuk progesterone

Meningioma. Pasien dengan meningioma boleh diberi estrogen saja

Pemberian Estrogen saja sebagai TSH

18

Page 19: Referat Menopause

Pada wanita yang telah diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja, tidak perlu

dikombinasikan dengan progesterone. [5] Pemberian estrogen saja pada wanita yang masih

memiliki rahim meningkatkan resiko kanker endometrium, sehingga pada wanita yang

belum diangkat rahimnya, estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesterone.

Estrogen diberikan secara kontinyu. Pada pasien yang tidak tahan terhadap efek samping

dari progesterone, maka pasien bisa diberikan estrogen saja namun dengan dosis rendah

dan setiap 3-6 bulan dilakukan pengawasan ketebalan endometrium dengan USG. Berikut

terdapat jenis estrogen, dosis, dan cara pemberiannya.

Oral 17- estradiol 1-2 mg

Estradiol valerat 1-2 mg

Estrogen equin konjugasi 0.3 – 0.625 mg

Estriol 1-4 mg

Estropipete 0.625- 1.25 mg

Transdermal Estradiol (plester) 0.05-0.1 mg

Estradiol (gel) 0.5-1 mg

Semprotan hidung Estradiol hemihidrat 150-450 ug

Vaginal krem Estriol 0.5 mg

Estradiol 0.025 mg

Intramuskuler Estradiol valerat 4 mg

Pemberian Gestagen saja sebagai TSH

Gestagen saja sangat jarang digunakan sebagai TSH karena memang kebanyakan keluhan

klimakterik jangka panjang atau jangka pendek disebabkan oleh kekurangan estrogen.

Pada umumnya gestagen diberikan bersamaan dengan estrogen. Namun bagi wanita yang

memiliki kontraindikasi pemberian estrogen atau bagi wanita yang tidak tahan terhadap

estrogen akan diberikan gestagen saja. Tibolon, yang merupakan sediaan turunan

noretinodrel merupakan alternatif bagi wanita yang tidak tahan terhadap estrogen atau

pemberian estrogen merupakan kontraindikasi. Tibolon memiliki sifat estrogenic,

progestogenik, dan androgenic, serta sangat efektif menghilangkan keluhan vasomotorik.

Tibolon memiliki pengaruh yang sangat sedikit terhadap payudara dan endometrium.

Berikut terdapat jenis gestagen, dosis, dan cara pemberiannya.

19

Page 20: Referat Menopause

Oral Progesterone 200-300 mg

Medroksiprogesteron asetat 5-10 mg

Klormadinon asetat 2 mg

Siproteron asetat 1 mg

Medrogeston 5 mg

Didrogesteron 10-20 mg

Levonorgestrel 0.075 mg

Noretisteron (sintetik) 0.7-1 mg

Norgestrel (sintetik) 150 ug

Dienoges (sintetik) 2 mg

Transdermal Noretisteron asetat (sintetik) 0.25 mg

Intrauterine Levonorgestrel 0.02 mg

Pemberian Estrogen-Progesteron Sekuensial

Pemberian secara sekuensial adalah pemberian estrogen secara kontinyu dan gestagen

secara sekuensial. Pemberian secara sekuensial diutamakan pada wanita yang masih

menginginkan datangnya haid setiap bulan. Ada beberapa cara pemberian seperti :

a. cukup diberikan estrogen saja 3 minggu kemudian 1 minggu istirahat. Masa

istirahat ini untuk melihat ada tidaknya keluhan. Bila keluhan hilang maka dosis

dapat diturunkan

b. pemberian estrogen selama 4 minggu, ditambah progesterone pada hari ke 1-14

c. pemberian estrogen hari 1-21 dan ditambah progesterone hari ke 10-21

d. pemberian estrogen selama 4 minggu dan ditambah progesterone hari ke 12-25

e. pemberian estrogen hari 1-14 dilanjutkan pemberian progesterone hari ke 15-21

Pemberian Estrogen-Progesteron Kombinasi Secara Kontinyu

Wanita pascamenopause umumnya tidak menyukai perdarahan lucut (withdrawal

bleeding) sehingga pemberian estrogen-progesteron kombinasi secara kontinyu

20

Page 21: Referat Menopause

merupakan pilihan yang tepat. Tujuan pemberian cara ini adalah agar terjadi amenorea.

Karena gestagen diberikan terus menerus maka tidak terjadi proliferasi endometrium.

Dosis harian gestagen yang dianjurkan baik pada pemberian secara sekuensial maupun

kontinyu kombinasi adalah sebagai berikut :

Gestagen Sekuensial Kontinyu Kombinasi

Medroksi progesterone

asetat

10 mg 2.5 mg

Didrogesteron 10-20 mg 10 mg

Siproteron asetat 1 mg 1 mg

Progesteron 300 mg 100 mg

Levonorgestrel 0.075 mg 0.030 mg

Noretisteron 0.7-1 mg 0.35 mg

Apabila timbul perdarahan bercak maka dapat diatasi dengan meningkatkan dosis

gestagen. Namun bila setelah 9 bulan pengobatan atau setelah peningkatan dosis masih

saja terjadi perdarahan maka perlu dicari tahu penyebab terjadinya perdarahan. Apabila

timbul perdarahan banyak maka perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan PA untuk

menyingkirkan keganasan. Bila hasil PA menunjukkan hyperplasia maka pengobatan

dilanjutkan dengan pemberian progesterone dengan dosis 2x50 mg selama 3 bulan.

Setelah 3 bulan dilakukan kuretase ulang, bila sembuh pengobatan dilanjutkan selama 3

bulan lagi untuk mencegah residif. Bila ternyata kambuh lagi maka sebaiknya

pertimbangkan histerektomi. [3]

21

Page 22: Referat Menopause

BAB III

KESIMPULAN

Menopause merupakan salah satu fase kehidupan normal seorang wanita. Pada

masa menopause, reproduksi seorang wanita berhenti dan terjadi sejumlah perubahan

fisiologis. Perubahan fisiologis ini memang tidak mematikan namun dapat mengganggu

kualitas hidup sehari-hari. Menopause sendiri adalah masa berhentinya haid yang

permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium dan terjadi sesudah 12 bulan

berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab patologis atau fisiologis lain

yang nyata. Menopause alami biasa terjadi pada usia 45-55 tahun dengan rata-rata usia

wanita mengalami menopause yaitu usia 51 tahun.

Terdapat istilah klimakterik yaitu periode peralihan dari fase reproduksi menuju

fase usia tua (senium). Klimakterik ini dibagi menjadi pramenopause, perimenopause,

menopause, dan pascamenopause. Pada wanita yang mengalami menopause, biasa terjadi

22

Page 23: Referat Menopause

perubahan-perubahan fisiologis seperti perubahan pola haid, keluhan vasomotor, keluhan

somatic, keluhan psikis, gangguan tidur, gangguan seksual, gangguan urogenital,

osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular. Untuk mendiagnosis menopause dapat

dilakukan uji laboratorium seperti pengukuran FSH dan estradiol.

Terapi yang dapat diberikan untuk wanita menopause yaitu Terapi Sulih Hormon

namun pemberian terapi ini bukan bertujuan untuk memperlambat menopause melainkan

untuk mencegah dan mengurangi keluhan ataupun penyakit akibat kekurangan estrogen.

BAB IV

REFERENSI

1. Zieve, David. Menopause. PubMedHealth. September 2011.

2. Professor E. Barrett-Connor, Professor H. Burger, et al. Research on the

Menopause in the 1990s. WHO Scientific Group. Juni 1996.

3. Baziad, Ali. Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Juni 2003.

4. Shuster, Lynne T. Premature Menopause or Early Menopause. NIHPA. February

2011.

5. Hickey M, Davison S, Elliot J. Hormone Replacement Therapy. BMJ. 2012; Feb

16;344:e763.

6. Keshavarz H. Hysterectomy Surveillance. MMWR. July 2002.

23

Page 24: Referat Menopause

24