referat orthopaedi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG(1) Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai pembentuk rangka badan, sebagai pengumpil dan tempat melekat otot, sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat alat dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru paru, sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam, sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel sel darah merah, sel sel darah putih dan trombosit. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh pada keadaan tertentu, maka tulang dapat mengalami patah, sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur dapat terjadi karena adanya trauma langsung, tidak langsung maupun karena tekanan yang terus menerus. Secara klinis dapat dibedakan menjadi fraktur tertutup, terbuka maupun fraktur dengan komplikasi. Sedangkan secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan lokasi, konfigurasi, eksistensi, maupun berdasarkan hubungan antar fragmen dengan fragmen lainnya. I.2 EPIDEMIOLOGI(2) Fraktur klavikula terjadi 5 % dari kejadian fraktur di AS. Sebagian besar fraktur klavikula tidak berbahaya, namun bisa berbahaya bila ada luka didalam thorax. Komplikasi bervariasi berdasarkan lokasi fraktur. Fraktur klavikula sering terjadi pada anak anak. Ini bisa terjadi saat kelahiran terutama pada proses persalinan yang sulit, dan hampir semua dari setengah fraktur klavikula terjadi pada anak kurang dari 7 tahun. Pada anak anak, fraktur sering inkomplet (greenstick fracture). Pada cedera sendi akromioklavikular paling sering terjadi pada atlit atlit muda yang berkecimpung dalam olahraga yang penuh benturan, lemparan dan sejumlah aktivitas yang

menggunakan banyak kekuatan yang bertumpu pada alat gerak atas dalam latihan ataupun latihan. Didapatkan sekitar 3% nya merupakan cedera akibat aktivitas dan 40% nya cedera akibat olahraga.

BAB II PEMBAHASAN II.1. FRAKTUR KLAVIKULA II.1.1 DEFINISI Fraktur klavikula merupakan terjadinya diskontinuitas pada tulang klavikula. II.1.2 ETIOLOGI(1,2,3,4) Menurut sejarah, fraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. II. 1. 3 INSIDEN(2) Fraktur klavikula terjadi sekitar 2,6 12 % dari semua fraktur dan sekitar 44 -66% dari fraktur bahu. Dimana fraktur 1/3 tengah terjadi sekitar 80% dari seluruh fraktur klavikula, sedangkan fraktur 1/3 lateral sekitar 15% dan fraktur 1/3 medial sekitar 5%. Kira kira 2/3 fraktur klavikula terjadi pada anak anak. Fraktur klavikula pada waktu lahir berkisar antara greenstick sampai perpindahan komplet.

II.1. 4 ANATOMI(2,5,6)

Klavikula atau tulang selangka adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Klavikula merupakan tulang yang pertama mengalami proses pengerasan (osifikasi) selama perkembangan embrio minggu ke 7 dan terakhir menyelesaikan proses pengerasan pada usia 18 20 tahun. Klavikula adalah satu - satunya tulang panjang yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Klavikula tersusun dari tulang spons. Klavikula ada sepasang yaitu klavikula dekstra dan klavikula sinistra. Klavikula bersama skapula membentuk cingulum ekstremitas superior. Klavikula berartikulasi di medial denga manubrium sterni. Di lateral, klavikula berartikulasi dengan akromion yang merupakan bagian dari skapula. Klavikula sinistra berbentuk seperti huruf S bila dilihat dari kranial, dan dari kaudal untuk klavikula dekstra. Lengkungan cembung ke anterior dari klavikula berada di medial sedangkan lengkungan cekung ke anterior dari klavikula berada di lateral. Lengkungan cembung lebih besar daripada lengkungan cekung. Klavikula dapat dibagi menjadi korpus klavikula dan dua ekstremitas. Ekstremitas sternalis di ujung medial menebal berartikulasi dengan manubrium sterni di fasies artikularis sternalis (sendi sternoklavikular). Ekstremitas akromialis di ujung lateral memipih berartikulasi dengan akromion di fasies

artikularis akromialis (sendi akromioklavikular). Klavikula mempunyai permukaan kranial yang rata dibanding permukaan kaudal. Di permukan kaudal didapatkan tuberositas kostalis di medial. Foramen nutricium didapatkan di permukaan kaudal dari korpus mengarah ke lateral. Dua bagian yang berbeda bentuk bertemu di 1/3 tengah dan merupakan daerah yang paling rawan untuk terjadi fraktur, terutama dengan beban axial. Selain itu, 1/3 tengah ditekan oleh muskulus atau ligamen distal sebagai insersi subklavia, yang semakin menambah kerawanan terjadinya fraktur. Pada wanita, klavikula lebih pendek, tipis, kurang melengkung dan permukaannya lebih luas. Otot otot dan ligamentum yang berlekatan pada klavikula : Permukaan superior Origo M. Deltoideus, M. Pectoralis mayor, M. Sternokleidomastoideus Insersio M. Trapezius

Permukaan inferior Origo M. Deltoideus, M. Pectoralis mayor, M. Sternohyoid Insersio M. Subklavia Ligamentum korakoklavikular, yang terdiri atas : 1. Lig. Trapezoideum (bagian lateral dari lig. Korakoklavikular) pada linea trapezoidea 2. Lig. Conoideum (bagian medial dari li. Korakoklavikular) pada tuberkulum conoideum Ligamentum kostoklavikular

Batas anterior M. pectoralis mayor M. Deltoideus M. Sternokleidomastoideus M. Sternohyoideus M. Trapezius

II.1.5 FISIOLOGI Fungsi klavikula adalah sebagai penopang, menahan bahu, menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa dan membantu bahu untuk berfungsi dengan optimal. Bagian medial melindungi pleksus brachialis, arteri subklavia, aksila dan paru bagian superior. 1. Sebagai penopang Klavikula berfungsi dalam menyanggah atau mempertahankan sendi pada bahu da menjauhkannya dari tulang sternum dan thorak. Sehingga lengan dapat menyilang menyentuh bagian tubuh yang kontralateral dan melakukan gerakan rotasi tanpa bertabrakan dengan bagian tubuh yang lebih medial dari lengan. Selain itu dapat membantu gerakan optimal pergelangan tangan saat ekstensi. Oleh karenanya, klavikula memebantu dalam meningkatkan kekuatan pada gerakan sendi bahu. Sehingga jika terjadi fraktur pada 1/3 tengah klavikula, maka klavikula akan kehilangan fungsi sebagai penopang dan akan terlihat sebagai pemendekan dari klavikula.

2. Sebagai suspensator Sendi bahu mempunyai 2 macam mekanisme stabilisasi dalam menghindari terjadinya pergeseran, yaitu secara dinamis dan statis. Dimana dibagian posterior terdapat M.Trapezius yang berfungsi sebagai elevator tulang skapula. Sedangkan pada bagian anterior, sendi bahu tergantung pada klavikula oleh ligamentum korakoklavikular. Ligamentum sternoklavikular yang kuat memungkinkan klavikula untuk tetap dapat melawan beban ke arah bawah. Ligamentum sternoklavikular dan M. Sternokleidomastoideus berada pada bagian medial klavikula dan berperan dalam posisi elevasi. Bagian laterral klavikula dan

dapat mengikuti berat dari lengan dan turun kebawah akibat tarikan dari ligamenum korakoklavikular. Maka jika terjadi fraktur, akan timbul juga suatu pergeseran.

II.1.6 MEKANISME TRAUMA Mekanisme trauma pada klavikula dapat dibedakan menjadi trauma tidak langsung, trauma langsung, trauma patologis dan trauma karena tekanan. Trauma tidak langsung

Sebagian besar 87% fr. Klavikula disebabkan karena benturan langsung pada bahu. Sedangkan sekitar 6% akibat jatuh dengan tangan terentang atau jatuh dengan bertumpu pada tangan. Dimana gaya benturan disalurkan ke lengan, kemudian ke sendi bahu dan selanjutnya ke sendi akromioklavikular, sedangkan sendi sternoklavikular yang terfiksasi kuat menyebabkan kekuatan dari gaya tersebut kemudian mematahkan klavikula terutama pada bagian 1/3 tengah.

Trauma langsung

Merupakan trauma tumpul maupun tajam, seperti trauma tembak yang terjadi langsung pada klavikula. Karena trauma langsung ini tidak bergantung pada kekuatan otot atau posisi lengan, maka fraktur dapat terjadi pada semua bagian dari klavikula. Biasanya terjadi pada kegiatan olahraga, seperti bersepeda, ski, sepak bola atau hoki. Dimana olahraga tersebut berhubungan dengan kecepatan tinggi dan kontak fisik antar pemainnya.

Trauma patologis

Tulang klavikula rawan akan fraktur patologis yang disebabkan oleh beberapa hal. Walaupun jarang, klavikula dapat menjadi tempat timbulnya suatu tumor atau sebagai tempat metastase dari keganasan tumor dari tempat lain. Biasanya, klavikula dapat menjadi lebih rapuh atau mengalami osteonekrosis akibat radiasi yang digunakan pada terapi karsinoma leher dan payudara. Selain itu, klavikula dapat mengalami trauma tekanan akibat tidak adanya kestabilan dan kekuatan pada klavikula setelah reseksi pada M. Sternokleidomastoideus atau tindakan diseksi radikal leher pada terapi operatif karsinoma.

Trauma tekanan

Hal ini berhubungan dengan tekanan yang terjadi terus menerus atau berulang pada klavikula. Trauma ini melibatkan bagian 1/3 medial klavikula, atau daerah dekat sendi sternoklavikula. Misalnya trauma yang terjadi pada atlit dayung dan pendaki. II. 1. 7 KLASIFIKASI(2) Terdapat beberapa klasifikasi fraktur klavikula dari yag sederhana sampai yang rumit, dimana pembagian ini bertujuan dalam menentukan pemilihan terapi dan prognosa. Klasifikasi yang paling umum digunakan yaitu Allman, yang membagi fraktur klavikula menjadi 3 kelompok, yaitu : Grup I : Fraktur 1/3 tengah klavikula Grup II : Fraktur 1/3 lateral klavikula Grup III : Fraktur 1/3 medial klavikula

Klasifikasi ini hanya menentukan lokasi fraktur, dan tidak menjelaskan mengenai jenis fraktur, prognosa dan jenis terapi yang akan digunakan. Neer kemudian menemukan adanya beberapa keunikan pada fraktur 1/3 lateral klavikula, dan mengusulkan untuk membagi grup II pada klasifikasi Allman menjadi 3 tipe, yaitu : Tipe I : Ligamentum korakoklavikular masih baik Tipe II : Terlepasnya ligamentum korakoklavikular dari segmen medial, tapi M. Trapezius masih melekat baik pada segmen distal. Tipe III : Terdapatnya ekstensi intra artikular pada sendi akromioklavikular.

Rockwood membagi tipe II Neer menjadi 2 sub yang berbeda, yaitu : Tipe II A : Kedua ligamentum conoid dan trapezoid masih melekat pada segmen distal. Tipe II B : Tidak stabilnya segmen medial karena terlepasnya ligamentum conoid.

Craig menambahkan beberapa kriteria baru dalam klasifikasi dan dikombinasikan dengan klasifikasi dari Almann dan Neer. Pembagian ini memberika informasi tambahan mengenai jenis trauma yang jarang terjadi, seperti fraktur dengan lepasnya epifisis dan lapisan periosteum.

Grup I : Fraktur 1/3 tengah klavikula Grup II : fraktur 1/3 lateral klavikula Tipe I : Fraktur disertai pergesera minimal Tipe II : Fraktur disertai pergeseran dari medial sampai ligamentum korakoklavikular Tipe II A : Ligamentum conoid dan trapezoid masih intak Tipe II B : Ligamntum conoid robek tapi ligamentum trapezoid masih intak Tipe III : Fraktur pada permukaan artikuler Tipe IV : Fraktur klavikula pada anak anak disertai robeknya periosteum Tipe V : Fraktur kominutif dengan ligamentum yang masih intak

Grup III : Fraktur pada 1/3 medial klavikula Tipe I : Fraktur disertai pergeseran minimal Tipe II : Fraktur disertai pergeseran dan robeknya ligamentum Tipe III : Fraktur intra artikular Tipe IV : Fraktur klavikula pada anak anak dan dewasa muda disertai lepasnya bagian epifisis Tipe V : Fraktur kominutif klavikula

Robinson mengusulkan pembagian baru dengan beberapa tambahan penting seperti jenis pemanjangan intra artikular, derajat pergeseran dan derajat fraktur kominutif yang terjadi. Tapi pembagian ini hanya untuk mempermudah mengetahui kemungkinan jenis fraktur daripada jenis fraktur yang sebenarnya sering terjadi. Grup I : Fraktur 1/3 tengah klavikula Tipe I A : Tanpa pergeseran 1. Ekstra artikular 2. Intra artikular Tipe I B : Dengan pergeseran 1. Ekstra artikular 2. Intra artikular

Grup II : Fraktur 1/3 medial klavikula Tipe II A : Garis kortek

1. Tanpa pergeseran 2. Fraktur angulasi Tipe II B : Dengan pergeseran 1. Fraktur sederhana atau berbentuk single butterfly 2. Fraktur kominutif atau segmental Grup III : Fraktur 1/3 lateral klavikula Tipe III A : Tanpa pergeseran

1. Ekstra artikular 2. Intra artikular Tipe III B : Dengan pergeseran 1. Ekstra artikular 2. Intra artikular Dari semua klasifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa fraktur pada 1/3 tengah klavikula dengan disertai pergeseran atau kominutif paling sering terjadi. Sedangkan fraktur 1/3 lateral dengan atau tanpa disertai pergeseran terjadi hanya sekitar 21 28% saja dan fraktur 1/3 medial sangat jarang terjadi, hanya sekitar 3%.

II. 1. 8 PEMERIKSAAN FISIK(1,2,3,4) Pasien biasanya datang dengan menopang ekstremitas yang terkena, dimana lengan di adduksikan menyilang dada dan dibantu oleh tangan kontralateral untuk mengurangi beban pada bahu yang terkena. Pasien biasanya mengatakan mengalami trauma pada daerah bahu atau mendapatkan pukulan pada klavikula, serta merasakan nyeri dan susah untuk menggerakkan lengan. Selain itu juga didapatkan pembengkakan pada daerah tersebut. Pemeriksaan neurovaskular secara hati hati seperti denyut nadi, kekuatan dan sensasi sangat dibutuhkan untuk menilai integritas neuron dan vaskular dari bagian bagian yang berada di bagian posterior klavikula. Namun fraktur klavikula akibat olahraga jarang berhubungan dengan kerusakan neurovaskular dan kerusakan jaringan.

Karena klavikula merupakan struktur tulang tunggal yang menghubungkan sendi bahu ke thorak, maka fraktur klavikula dapat menyebabkan bahu jatuh ke kaudoanterior dan mengarah ke garis tengah tubuh. Tarikan dari M. Sternokleidomastoideus menyebabkan fragmen medial ke superior. Fraktur bagian medial biasanya menonjol dan ada penekanan pada kulit. Pemeriksaan integritas kulit adalah penting untuk menyingkirkan diagnosa fraktur terbuka. Dada seharusnya juga diauskultasi untuk mendengarkan suara nafas simetris atau tidak. Mungkin juga terdapat takipnea akibat rasa nyeri yang timbul saat inspirasi. Hal ini harus dibedakan dengan suara nafas yang berkurang pada pneumothorak ipsilateral akibat cedera paru apikal. II. 1. 9 PEMERIKSAAN PENUNJANG(2,3) Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu foto polos (X Ray) dan CT Scan X Ray Pemeriksaan pada posisi AP rutin perlu dilakukan untuk memastikan adanya fraktur klavikula dan derajat pergeserannya. Foto yang diambil harus dapat mencakup sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, seluruh bahu dan paru paru bagian atas. Karena bentuk anatomis dari klavikula, maka fraktur 1/3 medial klavikula akan menyebabkan deformitas dan ukuran yang akurat pada pemendekan klavikula akan sulit terlihat pada foto polos. Maka foto dengan potongan apikal oblik akan dapat membantu memperjelas.

CT Scan Mungkin berguna, terutama pada fraktur 1/3 medial, untuk membedakan dislokasi sternoklavikular dari epifisis atau pada fraktur 1/3 lateral untuk mengidentifikasi keterlibatan artikuler.

II. 1. 10 TERAPI Penanganan non operatif Sebagian besar fraktur klavikula dapat diterapi dengan baik tanpa operasi, yaitu dengan bentu bentuk immobilisasi. Tujuan utamanya adalah untuk kenyamanan dan mengurangi nyeri. Penggunaan gendongan diperlukan untuk mendapatkan hasil sebaik mungkin dengan menggunakan bebat angka 8, agar lebih nyaman da mengurangi masalah kulit. Tujuan dari berbagai cara immobilisasai adalah sebagai berikut : Menguatkan sendi bahu, membuat fragmen lateral ke superior, lateral dan posterior. Menekan fragmen medial Menjaga beberapa derajat reduksi fraktur Mengajak pasien untuk menggunakan tangan dan siku ipsilateral

Kelainan mengimmobilisasi, dapat terjadi pemendekan dan deformits. Secara umum, immobilisasi dilakukan selama 3 minggu. Selama immobilisasi, pergerakan pergelangan tangan harus tetap dilakukan. Untuk fraktur 1/3 medial dan tengah yang sering ditemukan, yang perlu dilakukan adalah hanya menopang lengan dalam kain gendongan hingga nyeri mereda (biasanya 2 3

minggu). Sesudah itu harus dilakukan latihan bahu secara aktif, ini penting terutama pada pasien tua. Fraktur 1/3 bagian lateral, yaitu pada tipe I dan III dapat juga dilakukan tindakan non operatif menggunakan bebat, tapi pada tipe II yang mengalami pergeseran hebat (misalnya pada pasien yang ligamen korakoklavikularnya robek) biasanya tidak dapat direduksi secara tertutup. Bila dibiarkan tanpa terapi, fraktur itu dapat menyebabkan deformitas dan dalam beberapa kasus rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu. Karena itu terapi operasi diindikasikan. Melalui insisi supraklavikular, fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus, yang menembus kearah lateral melalui fragmen sebelah luar akromion, dan kemudian kembali ke batang klavikula. Lengan ditahan dalam kain gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan melakukan gerakan penuh.

Penanganan operatif Indikasi dilakukannya operasi reduksi terbuka dengan fiksasi internal dapat dibagi menjadi indikasi absolut dan relatif. Absolut, jika didapatkan fraktur terbuka, adanya pemendekan klavikula lebih dari 20 mm, keterlibatan neurovaskular, adanya penekanan kulit dengan potensi untuk menjadi fraktur terbuka dan jika tidak dapat dilakukan reduksi tertutup. Sedangkan indikasi relatif untuk operasi adalah adanya pergeseran yang luas, multitrauma, pergeseran fraktur 1/3 lateral, bahu yang mengambang atau terangkat, timbul kelainan mendadak, deformitas kosmetik dan keterbatasan untuk bekerja. Open fiksasi dapat dilakukan denga menggunakan : Fiksasi plate

Ditempatkan pada klavikula sisi superior atai pada sisi anteroinferior. Fiksasi plate dan screw membutuhkan pembukaan yang lebih luas daripada intramedulla, tapi keuntungannya adalah lebih aman. Fiksasi plate dan screw lebih sering jadi prominen, bila ditempatkan pada sisi superior klavikula.

Pin intramedulla

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh antara lain, prosedur yang dipakai cukup mudah, kerusakan jaringna sekitar minimal dan kepuasan terhadap penyembuhan cukup besar. Ditempatkan pada fraktur bentuk antegrade melalui fragmen lateral dan juga pada fraktur

bentuk retrograde melalui fragmen medial. Penggunaan fiksasi intramedulla membutuhkan follow up radiografi untuk memantau adanya kemungkinan perpindahan organ. Pin intramedulla menutupi erosi kulit pada insersi organ sisi lateral. II. 1. 10 KOMPLIKASI(2,3,7) Beberapa komplikasi penting dapat terjadi pada fraktur klavikula dan terapi yang telah dilakukan, antara lain : 1. Luka atau kerusakan pada kulit dan jaringan lunak 2. Gangguan neurovaskular Hal ini jarang terjadi namun merupakan hal yang penting seperti robeknya arteri subklavia atau cedera pleksus brakialis. Hal ini dapat disebabkan oleh cedera awal ataupun karena kompresi sekunder dari struktur yang berdekatan oleh kalus dan atau deformitas. 3. Malunion Malunion merupakan keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Komplikasi seperti ini dapat dicegah dalam melakukan analisis yang cermat sewaktu melakukan reduksi dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode penyembuhan. Fragmen fragmen tulang yang patah dan bergeser setelah reduksi harus diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan radiografi serial. Keadaan ini harus dipulihkan kembali dengan reduksi berulang dan immobilisasi, atau mungkin juga tindakan operasi.

A.

Clavicular malunion in a young laborer. Initial treatment of excision of excessive fracture callous left the patient with persistent scapular pain and upper extremity paresthesias.

B. C. D.

Symptoms were successfully relieved with extension osteotomy of the clavicle. Intraoperative staaation of osteotomy with low-contact dynamic compression plate. Postoperative radiograph showing correction of clavicular malunion

4. Non union Kejadian non union pada fraktur klavikula sekitar 0,1 1,3% dengan 85% non union terjadi pada fraktur 1/3 tengah. Faktor faktor yang mempengaruhi non union ini termasuk, keparahan trauma awal, luasnya pergeseran dari fragmen fraktur, interposisi soft tissue, refraktur, periode immobilisasi yang tidak adekuat, ORIF (Open redukction and internal fixation) primer. Terapi yang digunakan, antara lain : Open bone graft & immobilization Open bone graft & Screw fixation

Technique of intercalary corticocancellous graft placement of Jupiter and Ring

Open bone graft & Plate fixation

Open bone graft & Intramedullary fixation

Intramedullary fixation of a clavicle nonunion with a modified Hagie pin, as per method of Boehme et al .

Clavicle excision Free-fibular vascularized transfer

An umbilical tape is used to measure the length from the jugular notch of the manubrium (arrow) to the acromioclavicular joint (arrowhead) of the normal shoulder.

II. 2. CEDERA SENDI AKROMIOKLAVIKULAR II. 2. 1. ETIOLOGI/ INSIDEN(1,2,8) Cedera pada sendi akromioklavikula paling sering terjadi pada atlit atlit muda yang berkecimpung dalam olahraga yang penuh dengan benturan, lemparan dan sejumlah aktivitas yang menggunakan banyak kekuatan yang bertumpu pada alat gerak atas dalam latihan maupun pada pekerjaannya. Didapatkan sekitar 3% nya merupakan cedera akibat akivitas dan 40% nya cedera akibat olahraga. Para atlit yang terkena biasanya pada usia dekade kedua atau ketiga kehidupan, dan laki laki lebih banyak daripada wanita. Sekitar 5 : 1 atau 10 : 1. Dislokasi sendi akromioklavikula sudah diketahui hipocrates sejak 400 sebelum masehi. Ia menyebutkan adanya kelainan pada bahu (dislokasi sendi glenohumeral) dan menyarankan untuk melakukan terapi kompresi dengan balutan perban yang diletakkan pada distal klavikula dalam posisi reduksi. Di era seperti sekarang ini, cedera akromioklavikula dapat lebih mudah dikenali tapi masih menyisakan banyak kontroversi dalam penangannanya. II. 2. 2 ANATOMI(2,5,6)

Merupakan tipe sendi athrodia (Gliding joint), yaitu tidak memiliki sumbu gerak, gerakannya meluncur karena dibentuk oleh duan permukaan sendi yang relatif datar. Luas gerakannya dibatasi oleh ligamen ligamen dan atau tonjolan tonjolan tulang yang mengelilinginya. Terdapat antara pars akromioklavikularis klavikula dengan tepi medial prosesus akromialis skapula. Ligamen yang membentuk persendian adalah : a. Kapsula artikularis, melekat di sekeliling tepi artikular klavikula dan akromion. b. Ligamentum akromioklavikular superior, menutup bagian superior artikulus dan melekat pada bagian superior akromion dan pars akromialis klavikula. Juga melekat pada diskus artikularis bila ada. c. Ligamentum akromioklavikular inferior, melekat pada bagian inferior akromian dan pars akromialis klavikula. d. Ligamentum korakoklavikular, tidak berhubungan lansung dengan sendi ini, tetapi mempunyai peran membantu fiksasi klavikula pada akromion. Melekat pada prosesus korakoidea dan permukaaan inferior klavikula. Terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1. Lig. Trapezoideum : berbentuk quadrilateral, terletak di sebelah ventrolateral lig. Conoideum. 2. Lig. Conoideum : berbentuk konus dengan apex di kaudal yang melekat pada basisi prosesus korakoidea dan basis dari ligamen melekat pada tuberositas korakoidea klavikula. Gerakan sendi ini merupakan gerakan rotasi pada skapula dan klavikula. Dan berfungsi sebagai horizontal stabilisator.

II. 2. 3 MEKANISME TRAUMA(1,2,3,8)

Pada umumnya mekanisme trauma pada sendi ini disebsbkan karena adanya benturan langsung pada akromion, dengan posisi lengan adduksi. Berbagai macam kekuatan atau gaya tidak langsung pada bahu dapat mengakibatkan cedera pada sendi akromioklavikular, seperti benturan/ jatuh dengan lengan terlentang dan adanya jatuh dengan menumpu pada telapak tangan yang menyebabkan timbulnya gaya tekanan pada lengan atas. II. 2. 4 KLASIFIKASI(2) 1. Tipe I : Pada tingkat ini hanya terjadi strain, diman terjadi trauma pada ligamen tetapi tidak ada kerusakan dan ligamen tetap utuh. 2. Tipe II : Terjadi subluksasi, yaitu robekan ligamentum akromioklavikular tetapi klavikula tidak terangkat karena ligamen korakoklavikular tetap utuh. 3. Tipe III : Terjadi dislokasi yanng disebabkan oleh trauma yang lebih hebat sehingga terdapat robekan pada kedua ligamen diatas dan klavikula terangkat keatas. 4. Tipe IV : Terjadi dislokasi dan terdapat robekan pada kedua ligamen serta bagian lateral dari klavikula mengalami pergeseran kearah posterior merobek M. Trapezius. 5. Tipe V : Terjadi dislokasi dan terdapat robekan pada kedua ligamen serta merobek otot otot sekitar dan menimbulkan jarak yang cukup jauh antara klavikula dan akromion.

6. Tipe VI : Terjadi dislokasi dan robekan pada kedua ligamen, dimana bagian lateral dari klavikula terdorong kebawah ke prosesus korakoideus, ke posterior M. Biscep dan tendon korakobrakialis.

II. 2. 5 PEMERIKSAAN FISIK(2,3,8) Cedera pada sendi akromioklavikular biasanya disertai keluhan nyeri yang sangat pada bagian bahu penderita. Pasien biasanya menunjukkan tempat cedera da daerah itu mungkin terlihat memar. Kalau terdapat nyeri tapi tidak ada deformitas, cedera itu mungkin suatu keseleo/ strain atau subluksasi. Bila terjadi dislokasi, pasien terasa nyeri hebat dan terlihat juga teraba adanya suatu benjolan pada bahu akibat dari cedera yang lebih berat dapat merobek ligamen korakoklavikular dan mengakibatkan dislokasi lengkap pada sendi. Dan gerakan bahu jadi terbatas.

II. 2. 6 PEMERIKSAAN PENUNJANG(2,3,8) Sinar X

Dari film dapat memperlihatkan gambaran subluksasi dengan hanya sedikit peninggian klavikula atau dislokasi dengan banyak peninggian. Tidak semua dislokasi terlihat nyata, jadi sebaiknya dilakukan foto dengan penekanan. Sinar X anteroposterior, termasuk kedua bahu diambil ketika pasien dalam posisi tegak, dan kedua lengannya menahan berat masing masing 5 kg. Jarak antara korakoideus dan batas inferior klavikula diukur setiap sisi, perbedaaan yang lebih dari 6 cm merupakan diagnostik bagi dislokasi okromioklavikular. II. 2. 7 TERAPI(1,2,3,8) Penanganan non operatif Menggunakan sling selama 10 -14 hari atau sampai gejala nyeri hilang. Kemudian segera dilanjutkan dengan program rehabilitasi secara teratur. Selama proses tersebut, penderita harus menghindari pekerjaan mengangkat beban berat atau melakukan olahraga tanpa alat pelindung selama 8 sampai 12 minggu agar penyembuhan ligamen dapat lebih sempurna. Karena cedra sekunder yang terjadi sebelum penyembuhan sempurna justru akan menyebabkan subluksasi bahkan dislokasi pada sendi akromioklavikular. Pada cedera tipe I, dimana hanya terjadi sprain/ trauma pada ligamen tetapi tidak ada kerusakan dan ligamen tetap utuh, maka terapi non operatif dengan menggunakan sling dapat dilakukan. Pada cedera sendi tipe II, penderita disarankan untuk istirahat dan pada 24 48 jam pertama menggunakan kompres es pada lokasi cedera. Penderita juga diharuskan memakai sling untuk mengistirahatkan dan menahan lengan selama 1 sampai 2 minggu. Selam itu penderita disarankan untuk hanya melakukan gerakan gerakan yang ringan pada bahu selama kurang

lebih 7 hari. Tidak melakukan kegiatan mengangkat beban berat, mendorong, menarik atau olahraga yang bersentuhan fisik selama kurang lebih 6 minggu. Selain memakai kompres es dan sling, penderita juga dapat diberikan obat obatan anti radang, pemanasan pada bahu atau pemakaian intra artikular kortikosteroid sesuai aturan. Segera setelah nyeri mereda, dapat dimulai latihan bahu. Penangannan operatif Terapi operatif diindikasikan jika terjadi gejala lanjutan seperti arthritis pada sendi atau nyeri masih tetap ada tanpa perbaikan dengan terapi non operatif selama 3 sampai 6 bulan. Maka diusulkan untuk dilakukan eksisi pada distal klavikula. Hal ini dpat dilakukan dengan teknik operasi terbuka atau teknik arthroskopi. Pada tipe III dan berikutnya, terjadi dislokasi sendi, dimana dislokasi kurang baik bila dikendalikan dengan pemberian bantalan dan pengikatan. Pada pasien yang pekerjaanya memerlukan tenaga fisik, sebaiknya dilakukan reduksi operasi, suatu sekrup dimasukkan dari klavikula menurun sampai kedasar prosesus korakoideus, menarik kedua lengan mendekat, memperbaiki jaringan lunak disekelilingnya. Bahu diistirahatkan selama 3 minggu dan kemudian dianjurkan melakukan latihan. Sekrup dilepas setelah 8 minggu. Pada pasien manula dengan aktivitas ringan, cedera dapat diterapi seperti pada subluksasi, meskipun tetap ada benjolan, biasanya ketidakmampuannya ringan.

Operative procedures for injuries to the AC joint. A. B. C. Suture between the clavicle and the coracoid process. Steinmann pins across the AC joint. A lag screw between the clavicle and the coracoid process.

Postoperative AP x-ray of the shoulder with Bosworth screw in place. The AC joint has been reduced and the coarse lag threads of the screw are well seated into the coracoid process.

II. 2. 8 KOMPLIKASI(2,8) Subluksasi yang tidak direduksi tidak menyebabkan ketidakmampuan. Dislokasi yang tidak direduksi akan terlihat jelek dan kadang kadang mempengaruhi fungsi. Kalau perlu 2,5 cm bagian luar klavikula dapat dieksisi, atau klavikula itu diikatkan pada prosesus korakoideus. Pilihan lainnya, prosesus korakoideus dapat dilepaskan dan sekalian ototnya, diikat pada kavikula, sehingga sendi stabil. Komplikasi yang muncul dikemudian hari adalah osteoartritis pada sendi akromioklavikular, ini biasanya dapat ditangani secara konservatif, tapi kalau nyeri itu jelas, ujung sebelah luar klavikula dapat dieksisi.