44
BAB 1 PENDAHULUAN Paresis nervus fasialis (N. VII) merupakan kelumpuhan otot- otot wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tidak simetris. Kelumpuhan nervus facialis merupakan gejala, sehingga harus dicari penyebabnya. 1 Paresis nervus facialis merupakan salah satu insidens terbanyak dari semua kasus kelumpuhan nervus cranialis. Sekitar 20:100.000 orang akan mengalami kelumpuhan nervus facialis. Banyak penyebab yang dapat mempengaruhinya, yang tersering adalah infeksi virus, trauma, infeksi pada Telinga tengah, dan Tumor cranial. 1 Insiden pada laki-laki dan perempuan sama, namun rata-rata muncul pada usia 40 tahun meskipun penyakit ini dapat timbul di semua umur. Insiden terendah terdapat pada anak di bawah 10 tahun, meningkat pada usia di atas 70 tahun. 13 Sehingga menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh pada risiko terjadinya kelumpuhan nervus facialis. Kelumpuhan saraf fasialis memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah sehingga tampak wajah pasien tidak simetrisAkan tampak wajah pasien tidak simetris saat menggunakan otot wajah untuk menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi. Hal 1

Referat Paresis Nervus Facialis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Paresis Nervus Facialis e.c OMSK, di stase THT

Citation preview

Page 1: Referat Paresis Nervus Facialis

BAB 1

PENDAHULUAN

Paresis nervus fasialis (N. VII) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah dimana pasien

tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tidak simetris.

Kelumpuhan nervus facialis merupakan gejala, sehingga harus dicari penyebabnya.1

Paresis nervus facialis merupakan salah satu insidens terbanyak dari semua kasus

kelumpuhan nervus cranialis. Sekitar 20:100.000 orang akan mengalami kelumpuhan nervus

facialis. Banyak penyebab yang dapat mempengaruhinya, yang tersering adalah infeksi virus,

trauma, infeksi pada Telinga tengah, dan Tumor cranial.1

Insiden pada laki-laki dan perempuan sama, namun rata-rata muncul pada usia 40 tahun

meskipun penyakit ini dapat timbul di semua umur. Insiden terendah terdapat pada anak di

bawah 10 tahun, meningkat pada usia di atas 70 tahun.13 Sehingga menunjukkan bahwa jenis

kelamin tidak berpengaruh pada risiko terjadinya kelumpuhan nervus facialis.

Kelumpuhan saraf fasialis memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang

dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah sehingga tampak wajah pasien

tidak simetrisAkan tampak wajah pasien tidak simetris saat menggunakan otot wajah untuk

menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi. Hal ini dapat menimbulkan suatu kelainan

kosmetik dan fungsional yang berat.1

Salah satu penyebab paresis nervus facialis adalah OMSK atau Otitis Media Supuratif

Kronis. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau

hilang timbul selama lebih dari 2 bulan. 4 Tendensi OMSK untuk menyebabkan komplikasi

tergantung pada keadaan patologik yang menyebabkan otorea kronis, biasanya didapatkan pada

tipe bahaya.

Kejadian OMSK, dengan atau tanpa komplikasi, merupakan penyakit telinga umum di

negara-negara berkembang.15 Beban dunia akibat OMSK melibatkan 65 - 330 juta orang dengan

telinga berair. Menurut survei yang dilakukan pada tujuh provinsi di Indonesia pada tahun 1996

ditemukan prevalensi otitis media supuratif kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia. 16

1

Page 2: Referat Paresis Nervus Facialis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah atau rongga timpani adalah ruang dalam tulang temporal. Hal ini di isi

dengan udara, yang berasal dari bagian hidung dari faring melalui tuba eustachi. Ini berisi tulang

pendengaran, yang menghubungkan dinding lateral ke dinding medial, dan berfungsi untuk

menyampaikan getaran kepada membran timpani di seluruh rongga ke telinga dalam.4

Rongga timpani bagian lateral dibatasi oleh membran timpani, medial oleh dinding lateral

telinga internal berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularishorizontal, kanalis fasialis,

tingkap lonjong, tingkap bundar, promontorium. Batas atas dengan tegmen timpani, batas bawah

bulbus jugularis, dan di depan dengan tuba eustachii.4,5

Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran timpani, kavum timpani dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih

tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di antara

batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu bagian kavum timpani

yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Diameter vertikal dan antero-

posterior rongga masing-masing sekitar 15 mm. Diameter transversal ukuran sekitar 6 mm. di

atas dan 4 mm. bawah, berlawanan pusat dari membran timpani itu hanya sekitar 2 mm.4,5

Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel), dari luar ke dalam

maleus, inkus dan stapes. Dua otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius.

Selain itu terdapat juga korda timpani merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke

kavumtimpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral. Saraf pleksus

timpanikus yang berasal dari Nervus timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan

nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksussimpatetik disekitar arteri karotis interna 4, 5

2

Page 3: Referat Paresis Nervus Facialis

Gambar 1. Cavum tympani

Membran timpani (membrana timpani) memisahkan rongga timpani dari dasar meatus

akustik eksternal. Ini adalah membran, tipis semitransparan, bentuknya hampir oval, agak lebih

luas atas dari bawah, dan diarahkan sangat miring ke bawah dan ke dalam sehingga membentuk

sudut sekitar lima puluh lima derajat dengan lantai meatus. Diameternya terpanjang adalah ke

bawah dan ke depan, panjang vertical rata-rata 9-10 mm, ukuran diameter terpendek antero

posterior yang 8-9 mm.. Sebagian besar dari lingkar adalah menebal dengan ketebalan 0.1 mm,

dan membentuk sebuah cincin fibrokartilaginosa yang tetap dalam sulkus timpani di ujung

bagian dalam meatus. Manubrium malleus yang melekat erat pada permukaan medial membran

sejauh pusatnya, yang menarik ke arah rongga timpani, permukaan lateral membran demikian

cekung, dan bagian yang paling tertekan cekung ini bernama Umbo.

Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa yang

merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu per-mukaan yang tegang dan bergetar

dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di anulus timpanikus pada sulkus timpanikus

pada tulang dari tulang temporal. Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas

muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris

anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan belakang).1,5,6

3

Page 4: Referat Paresis Nervus Facialis

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu:

1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Gambar 2. Anatomi membran tympani.

Arteri dari membran timpani berasal dari cabang auricularis dari maxillary internal, yang

ramifies bawah lapisan kulit, dan dari cabang stylomastoideum dari aurikularis posterior, dan

cabang timpani dari maxillary internal, yang didistribusikan pada permukaan mukosa. Vena

superfisial terbuka ke jugularis eksternal, yang pada permukaan dalam mengalirkan sebagian ke

dalam sinus melintang dan pembuluh darah dari dura mater, dan sebagian menjadi pleksus pada

tabung pendengaran. Membran menerima saraf utamanya pasokan dari cabang auriculotemporal

mandibula tersebut; cabang auricularis nervus vagus, dan cabang timpani dari glossopharingeus

juga menyediakan itu.4

Tabung pendengaran (tuba auditiva, tuba Eustachio ) adalah saluran melalui rongga

timpani berhubungan dengan bagian hidung faring. Panjangnya kira-kira 36 mm, dan. Arahnya

adalah ke bawah, ke depan, dan medial, membentuk sudut sekitar 45 derajat dengan bidang

4

Page 5: Referat Paresis Nervus Facialis

sagital dan salah satu dari 30 sampai 40 derajat dengan bidang horisontal. Hal ini dibentuk

sebagian dari tulang, sebagian dari tulang rawan dan jaringan fibrosa. 4,5

Tuba eustachius, terdiri dari 2 bagian yaitu: bagian tulang yang terdapat pada bagian

belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan

panjang (2/3 bagian). Fungsi tuba Eusthachius untuk ventilasi telinga yang mempertahankan

keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase sekret

yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari

nasofaring menuju ke kavum timpani. Tabung dibuka selama deglutition oleh

Salpingopharyngeus dan tubæ Dilatator. Yang terakhir muncul dari kait tulang rawan dan dari

bagian membran tabung, dan menyatu di bawah ini dengan Tensor veli palatini.3-5

Gambar 3. Tuba eustachi, dalam pemotongan sumbu panjang.

Korda timpani saraf dilepaskan dari wajah saat melewati bawah belakang rongga timpani,

sekitar 6 mm. dari foramen stylomastoideum. Ini berjalan ke atas dan ke depan dalam kanal, dan

5

Page 6: Referat Paresis Nervus Facialis

memasuki rongga timpani, melalui lobang (iter korda posterius) pada dinding posteriornya, dekat

dengan permukaan medial batas posterior dari membran timpani dan pada tingkat dengan ujung

atas manubrium malleus. Ini melintasi rongga timpani, antara lapisan berserat dan lendir dari

membran timpani, melintasi manubrium malleus, dan muncul dari rongga melalui foramen

terletak di ujung bagian dalam fisura petrotympanic, dan bernama iter korda anterius (kanal dari

Huguier). Kemudian turun antara eksternus Pterygoideus dan internus pada permukaan medial

dari spina angularis dari sphenoid, yang kadang-kadang alur, dan bergabung, pada sudut akut,

batas posterior dari nervus lingualis. Ini menerima serat eferen beberapa dari akar motorik, ini

memasuki ganglion submaxillary, dan melalui itu didistribusikan ke kelenjar submaxillary dan

sublingual, sebagian besar serat yang sangat aferen, dan seterusnya lanjutan melalui substansi

otot lidah ke selaput lendir meliputi anterior yang dua-pertiga, mereka merupakan saraf rasa

untuk bagian ini lidah. Sebelum bersatu dengan nervus lingualis yang Korda timpani bergabung

dengan cabang kecil dari ganglion otic.

Gambar 4. Membrana timpani kanan dengan Korda timpani, dilihat dari dalam, dari belakang,

dan dari atas.

6

Page 7: Referat Paresis Nervus Facialis

2.2 Anatomi Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibular yang

terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,

skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis). Skala vestibuli dan skala

timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di

perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli

(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

terletak organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,

dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar

dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.8

Gambar 5. Gambar anatomi koklea dan kanalis semisirkularis

7

Page 8: Referat Paresis Nervus Facialis

2.3 Anatomi Nervus Fasialis

Sel tubuh untuk nervus facialis dikelompokkan dalam area-area anatomis yang disebut

nukleus atau ganglia. Badan sel saraf aferen untuk ditemukan dalam ganglion geniculate untuk

sensasi rasa. Badan sel saraf eferen untuk otot ditemukan dalam inti motorik wajah sedangkan

badan sel saraf untuk eferen parasimpatik yang ditemukan dalam inti salivatory superior.8

Inti motorik nervus VII terletak di pons. Serabutnya mengitari nervus VI, dan keluar di

bagian lateral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral pons di antara nervus VII

dan nervus VIII. Ketiga nervus ini bersama-sama memasuki meatus akustikus internus. Di dalam

meatus ini, saraf fasialis dan intermediet berpisah dari saraf VIII dan terus ke lateral dalam

kanalis fasialis, kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum. Pada ujung akhir kanalis ,

saraf fasialis meninggalkan kranium melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini, serat

motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa melubangi

glandula parotis.6,7

Sewaktu meninggalkan pons, nervus fasialis beserta nervus intermedius dan nervus VIII

masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus internus. Dalam perjalanan di dalam

tulang temporal, nervus VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin, segman timpani dan

segmen mastoid. Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion

genikulatum . panjang segmen ini 2-4 milimeter.1

Segmen timpani (segmen vertikal), terletak di antara bagian distal ganglion genikulatum

dan berjalan ke arah posterior telinga tengah , kemudian naik ke arah tingkap lonjong (venestra

ovalis) dan stapes, lalu turun kemudian terletak sejajar dengan kanal semisirkularis horizontal.

Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.1

8

Page 9: Referat Paresis Nervus Facialis

Gambar 5. saraf facialis, korda timpani, dan fleksus timpanikus

Segmen mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior kavum

timpani . perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid, disebut segman

piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari nervus VII,

sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah

kaudal menuju segmen stilomaoid . panjang segmen ini 15-20 milimeter.1

Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan yang

mengarahkan gerakan ekspresi emosional pada otot-otot wajah. Juga ada hubungan dengan

gangglion basalis. Jika bagian ini atau bagian lain dari sistem piramidal menderita penyakit

penyakit, mungkin terdapat penurunan atau hilangnya ekspresi wajah (hipomimia atau amimi).7

9

Page 10: Referat Paresis Nervus Facialis

Gambar 6. Percabangan nervus fasialis

2.4 Fungsi Nervus Fasialis

2.4.1 Eferen

Fungsi utamanya adalah motor kontrol dari sebagian besar otot-otot ekspresi wajah. Hal

ini juga innervates perut posterior otot digastric, otot stylohyoid, dan otot stapedius dari

telinga tengah. Semua otot ini adalah otot lurik asal branchiomeric berkembang dari

lengkung faring kedua.8

Nervus Facialis juga memasok serat parasimpatis ke kelenjar submandibular dan kelenjar

sublingual melalui Korda timpani. Persarafan parasimpatik berfungsi untuk meningkatkan

aliran air liur dari kelenjar ini. Ini juga memasok persarafan parasimpatis pada mukosa

hidung dan kelenjar lakrimal melalui ganglion pterygopalatine. Nervus facialis juga

berfungsi sebagai eferen dari refleks kornea.8

2.4.2 Aferen

Selain itu, ia menerima sensasi rasa dari anterior dua pertiga dari lidah melalui Korda

timpani, sensasi rasa dikirim ke bagian gustatory dari inti soliter. Sensasi umum dari anterior

dua pertiga lidah dipasok oleh serat aferen dari divisi ketiga dari saraf kranial kelima (V-3).

Ini (VII) sensorik (V-3) dan rasa serat perjalanan bersama sebagai nervus lingualis sebentar

sebelum Korda timpani meninggalkan saraf lingual untuk memasuki rongga timpani (telinga

tengah) melalui fisura petrotympanic. Dengan demikian bergabung dengan sisa nervus

facialis melalui canaliculus untuk chorda timpani. Saraf wajah kemudian bertemu ganglion

geniculate (ganglion sensoris dari serat rasa chorda timpani dan jalur rasa lainnya). Dari

ganglion geniculate serat rasa terus sebagai saraf perantara yang pergi ke kuadran anterior

atas fundus dari meatus akustik internal bersama dengan akar motor saraf wajah. saraf

intermediate mencapai fosa kranial posterior melalui meatus akustik internal sebelum

10

Page 11: Referat Paresis Nervus Facialis

bersinaps di nukleus soliter. Badan sel dari timpani Chorda berada di ganglion geniculate,

dan serat ini parasimpatis sinaps di ganglion submandibula, melekat pada nervus lingualis.

Nervus facialis juga memasok sejumlah kecil persarafan aferen ke orofaring bawah tonsil

palatina. Ada juga sejumlah kecil sensasi kulit yang dibawa oleh nervus intermedius dari

kulit di dalam dan sekitar daun telinga (daun telinga).

Gambar 7. Percabangan fungsi nervus fasialis

Pada pares nervus facialis otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi.

Karena itu, terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada

gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ;

yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer (gangguan

berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga

termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama N.

fasialis.6

Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari

korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat persarafan

dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron

dari nervus VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akan mengakibatkan

kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian atasnya tidak. Penderitanya

masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup mata (persarafan bilateral) ; tetapi

11

Page 12: Referat Paresis Nervus Facialis

pasien kurang dapat mengangkat sudut mulut (menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada

sisi yang lumpuh bila disuruh. Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa

secara spontan, maka sudut mulut dapat terangkat.6

Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter maupun yang

involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) nervus VII sering merupakan bagian

dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang (space occupying

lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon dan pons di atas

inti nervus VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu. Kelumpuhan

nervus VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis pseudobulber. 6

Gejala lesi dikanalis fasialis (melibatkan korda timpani) ditandai seperti pada mulut tertarik

kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan gusi. Lipatan kulit dahi

menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup atau tidak dilindungi maka air mata akan

keluar terus menerus, ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian

depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah

menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di antara pons dan titik

dimana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis. Pada lesi yang

melibatkan muskulus stapedius gejala disertai dengan hiperakusis.

2.5 Etiologi Paresis Nervus Facialis

Penyebab kelumpuhan saraf fasialis bisa disebabkan oleh kelainan congenital, infeksi, tumor,

trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan penyakit-penyakit tertentu.1

a. Kongenital

Kelumpuhan yang didapat sejak lahir ( congenital ) bersifat irreversible dan terdapat

bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang pendengaran. Pada kelumpuhan saraf

fasialis bilateral dapat terjadi karena adanya gangguan perkembangan saraf fasialis dan

seringkali bersamaan dengan kelemahan  okular (sindrom Moibeus).

12

Page 13: Referat Paresis Nervus Facialis

b. Infeksi

Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat menyebabkan kelumpuhan

saraf fasialis. Infeksi intracranial yang menyebabkan kelumpuhan ini seperti pada

Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes otikus. Infeksi Telinga tengah yang dapat menimbulkan

kelumpuhan saraf fasialis adalah otitis media supuratif kronik ( OMSK ) yang telah

merusak Kanal Fallopi.

c. Tumor

Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal   merupakan penyebab yang paling sering

ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat. Juga dilaporkan

bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel schwann, kista dan tumor ganas

maupun jinak dari kelenjar parotis bisa menginvasi cabang akhir dari saraf fasialis yang

berdampak sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat

jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik saraf

fasialis secara ipsilateral.

d. Trauma

Kelumpuhan saraf fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika terjadi fraktur

basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain itu luka tusuk, luka tembak

serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab. Saraf fasialis pun dapat

cedera pada operasi mastoid, operasi neuroma akustik/neuralgia  trigeminal dan operasi

kelenjar parotis.

e. Gangguan Pembuluh Darah

Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf fasialis

diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri serebri media.

f. Idiopatik ( Bell’s Palsy )

Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui penyebabnya atau tidak

menyertai penyakit lain. Pada parese Bell terjadi edema fasialis. Karena terjepit di dalam

foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai

Bell’s Palsy.

g. Penyakit-penyakit tertentu

13

Page 14: Referat Paresis Nervus Facialis

Kelumpuhan fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu, misalnya DM,

hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi telinga tengah, sindrom

Guillian Barre.

2.6 Diagnosis Paresis Nervus Facialis

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fungsi nervus fasialis. Tujuan

pemeriksaan fungsi nervus fasialis adalah untuk menentukan letak lesi dan menentukan derajat

kelumpuhannya.1

a. Pemeriksaan fungsi saraf motorik

Terdapat 10 otot-otot utama wajah yang bertanggung jawab untuk terciptanya mimic dan

ekspresi wajah seseorang.

b. Tonus

Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot menentukan terhadap kesempurnaan

mimic / ekspresi muka.1

c. Gustometri

Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n. Korda timpani, salah satu

cabang nervus fasialis.1 Kerusakan pada N VII sebelum percabangan korda timpani dapat

menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan).11

Pemeriksaan dilakukan dengan cara penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian

pemeriksa menaruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam pada lidah penderita. penderita

tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut, sebab bubuk akan tersebar melalui ludah ke

sisis lidah lainnya atau ke bagian belakang lidah yang persarafannya diurus oleh saraf lain.11

d. Salivasi

Pemeriksaan uji salivasi dapat dilakukan dengan melakukan kanulasi kelenjar

submandibularis. Caranya dengan menyelipkan tabung polietilen no. 50 ke dalam duktus

Wharton. Sepotong kapas yang telah dicelupkan kedalam jus lemon ditempatkan dalam

mulut dan pemeriksa harus melihat aliran ludah pada kedua tabung. Volume dapat

dibandingkan dalam 1 menit. Berkurangnya aliran ludah sebesar 25 % dianggap abnormal.11

e. Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex

Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk pemeriksaan fungsi serabut-serabut pada

simpatis dari nervus fasialis yang disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor

14

Page 15: Referat Paresis Nervus Facialis

setinggi ganglion genikulatum. Kerusakan pada atau di atas nervus petrosus mayor dapat

menyebabkan berkurangnya produksi air mata.1,11

Tes Schimer dilakukan untuk menilai fungsi lakrimasi dari mata. Cara pemeriksaan dengan

meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm panjang 5-10 cm pada dasar konjungtiva.

Setelah tiga menit, panjang dari bagian strip yang menjadi basah dibandingkan dengan sisi

satunya. Freys menyatakan bahwa kalau ada beda kanan dan kiri lebih atau sama dengan

50% dianggap patologis.1,11

f. Refleks Stapedius

Untuk menilai reflex stapedius digunakan elektoakustik impedans meter, yaitu dengan cara

memberikan ransangan pada muskulus stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N.

stapedius cabang N.VII.

g. Uji audiologik

Pengujian termasuk hantaran udara dan hantaran tulang, timpanometri dan reflex stapes.

Fungsi saraf cranial kedelapan dapat dinilai dengan menggunakan uji respon auditorik yang

dibangkitkan dari batang otak. Uji ini bermanfaat dalam mendeteksi patologi kanalis

akustikus internus. Suatu tuli konduktif dapat memberikan kesan suatu kelainan dalam

telinga tengah, dan dengan memandang syaraf fasialis yang terpapar pada daerah ini, perlu

dipertimbangkan suatu sumber infeksi. Jika terjadi parese saraf ketujuh pada waktu otitis

media akut, maka mungkin gangguan saraf pada telinga tengah. Pengujian reflek dapat

dilakukan pada telinga ipsilateral atau kontralateral dengan menggunakan suatu nada yang

keras, yang akan membangkitkan respon suatu gerakan reflek dari otot stapedius. Gerakan ini

mengubah tegangan membrane timpani dan menyebabkan perubahan impedansi rantai

osikular. Jika nada tersebut diperdengarkan pada belahan telinga yang normal, dan reflek ini

pada perangsangan kedua telinga mengesankan suatu kelainan pada bagian aferen saraf

kranialis.11

h. Pemeriksaan penunjang

Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui parese nervus fasialis

adalah dengan uji fungsi saraf. Terdapat beberapa uji fungsi saraf yang tersedia antara lain

Elektromigrafi (EMG), Elektroneuronografi (ENOG), dan uji stimulasi maksimal.11

Elektromiografi (EMG)

15

Page 16: Referat Paresis Nervus Facialis

EMG sering kali dilakukan oleh bagian neurologi. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk

menentukan perjalanan respons reinervasi pasien. Pola EMG dapat diklasifikasikan sebagai

respon normal, pola denervasi, pola fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang mengesankan

suatu miopati atau neuropati. Namun, nilai suatu EMG sangat terbatas kurang dari 21 hari

setelah paralisis akut. Sebelum 21 hari, jika wajah tidak bergerak, EMG akan

memperlihatkan potensial denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda positif yang

menunjukkan kepulihan sebagian serabut. Potensial ini terlihat sebelum 21 hari.11

Elektroneuronografi (ENOG)

ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan EMG. ENOG melakukan

stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG pada satu titik yang lebih distal dari saraf.

Kecepatan hantaran saraf dapat diperhitungkan. Bila terdapat reduksi 90% pada ENOG bila

dibandingkan dengan sisi lainnya dalam sepuluh hari, maka kemungkinan sembuh juga

berkurang secara bermakna. Fisch Eselin melaporkan bahwa suatu penurunan sebesar 25

persen berakibat penyembuhan tidak lengkap pada 88 persen pasien mereka, sementara 77

persen pasien yang mampu mempertahankan respons di atas angka tersebut mengalami

penyembuhan normal saraf fasialis.11

2.7 Tatalaksana Parase Nervus Facialis

2.7.1 Fisioterapi

1. Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise

Basahkan handuk dengan air panas, setelah itu handuk diperas dan diletakkan dimuka

hingga handuk mendingin. Kemudian pasien diminta untuk memasase otot-otot wajah

yang lumpuh terutama daerah sekitar mata, mulut dan daerah tengah wajah. Latihan

wajah seperti mengangkat alis mata, memejamkan kedua mata kuat-kuat, mengangkat

dan mengerutkan hidung, bersiul, menggembungkan pipi dan menyeringai.3,8

2. Electrical Stimulation

Stimulasi energi listrik dengan aliran galvanic berenergi lemah.2 Tindakan ini bertujuan

untuk memicu kontraksi buatan pada otot-otot yang lumpuh dan juga berfungsi untuk

mempertahankan aliran darah serta tonus otot.12

16

Page 17: Referat Paresis Nervus Facialis

2.7.2 Farmakologi

Obat-obatan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan parese nervus fasialis antara lain12:

1. Asam Nikotinik

Pada parese nervus fasialis yang dikarenakan iskemiaAsam nikotinik dan obat-obatan

yang bekerja menghambat ganglion simpatik servikal digunakan untuk memicu

vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan suplai darah ke nervus fasialis.

2. Vasokonstriktor, Antimikroba

Obat ini diberikan pada kelumpuhan nervus fasialis yang disebabkan oleh kompresi

nervus fasialis pada kanal falopi. Obat ini bekerja mengurangi bendungan ,

pembengkakkan, dan inflamasi pada keadaan diatas.

3. Anti Viral

Jika penyebab nya adalah Virus, seperti Herpes maka dapat diberikan Antivirus

4. Steroid

Obat ini diberikan untuk mengurangi proses inflamasi yang menyebabkan Bell’s Palsy

2.8 Definisi OMSK

Otitis Media Supuratif Kronik adalah suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus

menerus atau hilang timbul.8

2.9 Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang

dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,

rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan

Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan

faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden

17

Page 18: Referat Paresis Nervus Facialis

OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti

hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)

dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.

Penyebab OMSK antara lain:

a. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai

hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok

sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan

hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

b. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem

sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah

hal ini primer atau sekunder.

c. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut

dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan

satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

d. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi

pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan

adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram negatif, flora dan beberapa

organisme lainnya.

e. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.

Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya

daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,

sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. Organisme-organisme dari meatus auditoris

eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan

18

Page 19: Referat Paresis Nervus Facialis

Aspergillus. Organisme  dari  nasofaring  diantaranya  Streptococcus  viridians

(Streptococcus α-hemolitikus, Streptococcus β-hemolitikus dan Pneumococcus).

f. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis

media kronis.

g. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang

bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap

antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti

kemungkinannya.

h. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi

apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada

telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba

eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan

tekanan negatif menjadi normal.

2.10 Patogenesis OMSK

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui

tuba eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada

saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang

dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti

keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas

pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain  itu,  adanya

peningkatan  beberapa  kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena

stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

19

Page 20: Referat Paresis Nervus Facialis

Bagan 1. Patogenesa OMSK

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan ,

epitel skuamosa sederhana, pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di

antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,

mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan Otitis Media ditandai

dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.

Pada OMSK tipe malignan tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya.

Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya

kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

20

Page 21: Referat Paresis Nervus Facialis

Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma, antara lain

adalah: teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Teori tersebut akan

lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma menurut Gray (1964) yang

mengatakan: kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah. Epitel kulit

liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di

liang telinga dalam waktu yang lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen

tersebut seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma.9

Kolesteatoma terdiri dari epitel skuamosa yang terperangkap di dalam basis cranii. Epitel

skuamosa yang terperangkap di dalam tulang temporal, telinga tengah, atau tulang mastoid hanya

dapat memperluas diri dengan mengorbankan tulang yang mengelilinginya. Akibatnya,

komplikasi yang terkait dengan semakin membesarnya kolesteatoma adalah termasuk cedera dari

struktur-struktur yang terdapat di dalam tulang temporal. Kadangkadang, kolesteatomas juga

dapat keluar dari batas-batas tulang temporal dan basis cranii. Komplikasi ekstrarempotal dapat

terjadi di leher, sistem saraf pusat, atau keduanya. Kolesteatomas kadang-kadang menjadi cukup

besar untuk mendistorsi otak normal dan menghasilkan disfungsi otak akibat desakan massa.1

Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama. Pertama, efek tekanan yang

menyebabkan remodelling tulang, seperti yang biasa terjadi di seluruh kerangka apabila

mendapat tekanan (desakan) secara konsisten dari waktu ke waktu. Kedua, aktivitas enzim pada

kolesteatoma dapat meningkatkan proses osteoklastik pada tulang, yang nantinya akan

meningkatkan kecepatan resorpsi tulang. Kerja enzim osteolitik ini tampaknya meningkat

apabila kolesteatoma terinfeksi.

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang normal

dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya. Pertahanan pertama

ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisasi

infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar ke dua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan

sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya

periosteum akan menyebabkan terjadinya abses periosteal, suatu komplikasi yang tidak

berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal maka akan menyebabkan

paresis n.fasialis atau labirinitis.

21

Page 22: Referat Paresis Nervus Facialis

2.11 Hubungan OMSK dengan Paresis Nervus Facialis

Paresis nervus fasialis dapat terjadi pada otitis media akut dan kronik. Terdapat dua

mekanisme yang dapat menyebabkan paralisis nervus fasialis yaitu Hasil toksin bakteri di daerah

tersebu dan dari tekanan langsung terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi. Pada

otitis media akut, penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis khususnya pada anak terjadi

ketika kanalis nervus fasialis pada telinga tengah mengalami congenital dehiscent atau saraf

terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen sehingga dapat menimbulkan inflamasi

dan edema pada saraf dan menyebabkan paresis.1,3,10

Pada otitis media kronik bisa mengikis kanal nervus fasialis atau sarafnya dapat

dilibatkan dengan osteitis, kolesteatom dan jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam

kanalis fasialis. Manifestasi klinik yang tampak yaitu paralisis nervus fasialis bagian bawah,

ipsilateral terhadap telinga yang sakit.3

2.11 Komplikasi OMSK

Shambough (2003) membagi komplikasi Otitis Media sebagai berikut:

a. Komplikasi Intratemporal

Perforasi membran timpani

Labirinitis

Paralisis nervus fasialis

b. Komplikasi Ekstratemporal

Abses Subperiosteal

c. Komplikasi Intrakranial

Abses Ekstradura?subdura

Abses otak

Empiema subdura

Tromboflebitis

Hidrosefalus otitis

2.12 Gejala Klinis OMSK

Gejala klinis yang dialami penderita OMSK adalah sebagai berikut14:

22

Page 23: Referat Paresis Nervus Facialis

a. Otoreaa pada OMSK tanpa kolesteatoma: sekret Mukoid dan intermiten

b. Otorea pada OMSK dengan Kolesteatoma: sekret purulen, persiseten, berbau khas,

terkadang disertai bercak darah

c. Tuli konduktif atau campuran tergantung ukuran dan lokasi perforasi membran timpani

serta keadaan telinga tengah

d. Otalgia jika proses lebih invasif

2.13 Diagnosis OMSK

Diagnosis ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Untuk anamnesis dapat ditemukan keluarnya cairan dari telinga selama jangka waktu tertentu,

riwayat OMA berulang, adanya penurunan pendengarang pada telinga yang sakit, demam,

vertigo, nyeri, dan ada riwayat OMSK.

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan inspeksi pinna dan regio postauricular. Saat

dilakukan otoskopi dapat ditemukan jaringan parut pada liang telinga luar, polip, jaringan

granulasi, perforasi membran timpani, edema, inflamasi pada mukosa liang telinga tengah, dan

cairan telinga (serosa atau purulen).

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan Apusan sekret dari telinga tengah untuk biakan

mikrobiologi aeron atau anaerob serta uji sensitivitas, Tes fistula, pemeriksaan audiometri, Foto

polos mastoid, CT-scan untuk melihat komplikasi.

2.14 Tatalaksana OMSK

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab dan

pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang

menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Prinsip

pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi

atas konservatif dan operasi.

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret

yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh

23

Page 24: Referat Paresis Nervus Facialis

satu atau beberapa keadaan, yaitu 1) Adanya perforasi membran timpani yang permanen,

sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, 2) Terdapat sumber infeksi di faring,

nasofaring, hidung dan sinus paranasal, 3) Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel

dalam rongga mastoid, 4) Gizi dan higiena yang kurang.

Berikut adalah terapi berdasarkan stadium OMSK.

a. OMSK tipe aman

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila secret

yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3%

selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan

obat tetes telinga yang mengandung antibioatika dan kortikosteroid. Secara oral diberikan

antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi penisilin),

sebelum hasil resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah

resisten terhadap ampisilin dapat berikan asam klavulanat.

Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama dua bulan,

maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,

mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada atau terjadinya infeksi

berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu

melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan toslektomi.

b. Terapi OMSK Tipe Bahaya

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila

terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan

mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum mastoidektomi.

c. Infeksi telinga Tengah dan Mastoid

24

Page 25: Referat Paresis Nervus Facialis

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama

biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan

nama mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoditis ke dalam komplikasi OMSK.

Berikut adalah beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau tipe bahaya, antara lain:

a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak

sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan

patologik. Tujuannya ialah suapaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.Pada

operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah

meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani diberishkan dari semua

jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan

rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu

ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jraingan patologik dan mencegah

komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien

harus datang dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier

pasien.

Modifikasi oeprasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta

membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi

terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum

merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang

telinga direndahkan.

25

Page 26: Referat Paresis Nervus Facialis

Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

d. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama

timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi berulang telinga tengah pada

OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe

aman yang sudah tenang denga nketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi

membrane timpani.

e. Timpanoplasti

Operasi dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau

OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

Tujuan operasi adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan juga

rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran

yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,III,IV, dan V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani

dengna atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang

pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 bulan sampai dengan

12 bulan.

f. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplast)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK

tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.

Tujuan operasi ini adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki

pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding

posterior liang telinga). Membersihkan kolestetaoma dan jaringan granulasi di kavum

timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga

dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada

OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi

kambuhnya kolesteatoma kembali.

26

Page 27: Referat Paresis Nervus Facialis

BAB 3

KESIMPULAN

Paresis nervus fasialis merupakan kelumpuhan yang meliputi otot-otot wajah, dapat

terjadi sentral dan perifer. Kelumpuhan dapat diakibatkan oleh kelainan congenital, infeksi,

tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan penyakit-penyakit tertentu yang dapat

mengakibatkan deformitas kosmetik dan fungsional yang berat.

Salah satu penyebab paralisi nervus facialis adalah komplikasi OMSK. Terdapat dua

mekanisme yang dapat menyebabkan paresis nervus fasialis yaitu hasil toksin bakteri di daerah

tersebut dan dari tekanan langsung terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi.

Diagnosis paresis nervus Facialis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

fungsi nervus facialis, yaitu pemeriksaan fungsi saraf motorik, Gustometri, salivasi, schimer test,

naso-lacrimal Reflex, Refleks Stapedius, Uji Audiologik, dan pemeriksaan penunjang seperti

EMG dan ENOG.

27

Page 28: Referat Paresis Nervus Facialis

Tatalaksana umum pada penderita Paresis Nervus Facialis ialah Fisioterapi dan

Farmakologi. Fisioterapi yang dapat dilakukan adalah Heat Theraphy, Face massage, Facial

Exercise, Electrical Stimulation. Sedangkan farmakologi yang disarankan adalah Asam

nikotinik, vasokonstriktor, Antimikroba, Antiviral, dan steroid.

Jika penyebab nya adalah komplikasi OMSK maka penatalaksanaan yang efektif harus

didasarkan pada factor-faktor penyebab dan stadium penyakitnya. Prinsip pengobatan tergantung

dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dibagi atas konservatif dan operasi.

BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. In : Soepardi

EA, Iskandar N editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2007.

2. Meritt HH. A. Texbook of Neurogy : Injury to Cranial and Peripheral Nerves, Philadelphia;

1967. p. 378-81

3. K.J.Lee. Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery. IIIrd Edition, Chapter 10 :

Facial Nerve Paralysis.2006.

4. Available at http://www.theodora.com/anatomy/the_middle_ear_or_tympanic_cavity.html

5. Henry Gray. American Journal of Anatomyhttp://www.bartleby.com/107/230.html

6. SM. Lumbotobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit

FK-UI,2006.

28

Page 29: Referat Paresis Nervus Facialis

7. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta : Balai

Pustaka.1996.

8. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher pada

Fakultas Kedokteran USU. Medan; 2007.

9. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25,2009).

Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.

10. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2005

11. Maisel R, Levine S, 1997. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT

edisi 6. Jakarta : EGC.

12. May, Mark and Barry M. Schaizkin. The Facial Nerve. New York : Thieme. 2000.

13. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. Dalam Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta : Balai

Penerbit FK-UI, 2007: Hal. 114-117

14. Chris T, Frans L, Sonia H, Eka A. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 4. Jakarta: Media

Aesculapius, 2014: Hal. 1022-23

15. Vikram BK, Khaja N, Udayashankar SG, Venkatesha BK, Manjurath D. Clinico-

epidemiological study of complicated and uncomplicated chronic suppurative otitis media.

The Journal of Laryngology & Otology 2008; 122: 442-6

16. Aboet A. Radang telinga tengah menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap

Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Medan: Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2007.

29