33
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010).

Referat Spirometri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

spirometri

Citation preview

Page 1: Referat Spirometri

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak

positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja,

kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak

pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang

terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses

industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut menghawatirkan karena

mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran udara ataupun

proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu

bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya.

Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul

pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-

paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja

(Baharudin, 2010).

Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan

menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan

pekerjaan. Tujuh persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap tahun

disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan yang sesungguhnya dapat dicegah.

Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan karena penyakit paru

dan pernafasan yang seharusnya dapat diobati jika saja sudah terdeteksi secara

dini melalui pemeriksaan yang tepat yaitu spirometri (Baharudin, 2010)

Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng

mengembuskan napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal utama

diukur dalam spirometri mungkin volume atau aliran. Spirometri sangat berharga

sebagai tes skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan

Page 2: Referat Spirometri

tekanan darah yang memberikan informasi penting tentang kardiovaskular

kesehatan (Guyton, 2007).

B. TUJUAN

1. Untuk mendemostrasikan dan menganalisa kapasitas pernafasan manusia

2. Untuk mengukur efektivitas dan kecepatan paru dalam mengisi dan

mengosongkan udara

3. Untuk mengetahui fungsi atau faal paru

4. Untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan saluran pernapasan

Page 3: Referat Spirometri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari

beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-

paru. Organ-organ ini bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian

udara dari darah, dan mengeluarkan udara yang telah dimodifikasi (Seeley, 2004).

Sistem pernapasan dapat dibagi menjadi 2 bagian tergantung fungsinya,

yaitu konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan

bagian respiratorik yang terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang

berfungsi dalam pertukaran gas. Organ-organ respirasi dapat dibagi lagi menurut

letaknya, yaitu upper respiratory tract yang terdiri dari daerah dari hidung hingga

laring dan lower respiratory tract yang terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus,

dan paru-paru (Seeley, 2004).

Gambar 1. Sistem Pernapasan

Page 4: Referat Spirometri

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran

mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring,

dihangatkan, dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari

mukosa respirasi yang terdiri dari sel epitel bertingkat, bersilia, dan bersel goblet.

Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan

kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang

terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam

lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke bagian posterior di

dalam rongga hidung dan ke bagian superior di dalam sistem pernapasan bagian

bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan

keluar. Lapisan mukus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya

jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi.

Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sehingga ketika mencapai faring hampir

bebas debu, bersuhu mendekati temperatur tubuh, dan kelembabannya mencapai

100% (Price, 2006).

Udara akan mengalir dari faring menuju laring. Laring terdiri dari

rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung

pita suara. Laring juga mempunyai fungsi batuk untuk membantu menghalau

benda-benda asing dan sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Di

antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga (glotis) yang bermuara ke

dalam trakea, dan merupakan pemisah antara saluran napas bagian atas dan

bawah. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu

kuda. Struktur trakea dan bronkus dianalogikan sebagai pohon trakeobronkial.

Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina.

Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme serta batuk

yang berat jika dirangsang (Price, 2006).

Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih

pendek dan lebar serta merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir

vertikal. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit serta

Page 5: Referat Spirometri

merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Oleh sebab itu,

benda asing yang terhirup lebih sering tersangkut pada percabangan bronkus

kanan karena arahnya yang vertikal. Cabang utama bronkus kanan dan kiri akan

membentuk bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini

berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya lebih kecil sampai akhirnya

membentuk bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveolus. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang

merupakan unit fungsional paru sebagai temapat pertukaran udara. Asinus terdiri

dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris terminalis

yang merupakan struktur akhir paru. Alveolus merupakan bagian dari struktur

paru-paru yang sangat fungsional. Alveolus merupakan kantong bundar

berdiameter 0.2-0.5 mm (Price, 2006).

Paru-paru merupakan organ yang luas, berbentuk konkaf pada bagian

basalnya pada diafragma, serta berbentuk tumpul pada bagian apeksnya. Paru-

paru merupakan muara dari bronkus, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan

nervus. Paru-paru kiri berukuran lebih kecil daripada yang kanan akibat

kemiringan jantung ke sisi kiri. Paru-paru kiri memiliki dua lobus, yaitu lobus

superior dan lobus inferior. Kedua lobus ini dipisahkan oleh fisura obliqua.

Sedangkan paru-paru kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus

medius, dan lobus inferior. Ketiga lobus tersebut dipisahkan oleh fisura obliqua

dan fisura horizontalis (Price, 2006).

Pleura merupakan suatu lapisan membran serosa yang menutupi paru-

paru. Pleura ada dua macam, yaitu pleura viseralis yang menjulur ke dalam fisura,

serta pleura parietalis yang melekat di mediastinum dan permukaan superior dari

diafragma. Di antara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu ruangan

yang disebut pleural cavity, yang diisi oleh cairan pelumas dengan beberapa

fungsi, contohnya sebagai lubrikan. Cairan pleural bersifat licin sehingga dapat

mengurangi gesekan pada saat paru-paru mengembang. Selain itu, cairan pleural

juga akan menciptakan suatu gradien tekanan di dalam paru-paru (Seeley, 2004).

Page 6: Referat Spirometri

B. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen

(O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan

fungsi yang vital bagi kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel

untuk menghasilkan energi bagi tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan

karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari

tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan penurunan pH

sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh

dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Seeley, 2004).

Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus

paru

2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah

3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke

dan dari sel jaringan tubuh (Guyton, 2007).

Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang

terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya

itu perubahan tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume

paru (Guyton, 2007). Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses

mekanik, yaitu :

1. Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan

volume intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang,

tekanan dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke

dalam paru-paru.

2. Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada

kembali ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada

seimbang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga

udara mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan

berperan (Yulaekah, 2007).

Page 7: Referat Spirometri

Parameter Fungsi Paru

a. Volume Paru

Ada empat jenis volume paru, yaitu :

1) Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan

dalam satu siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml

pada rata-rata orang dewasa.

2) Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang

masih dapat dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai

3.000 ml.

3) Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang

masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya

sekitar 1.100 ml.

4) Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru

sesudah melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling

kuat. Volume tersebut ± 1.200 ml (Guyton, 2007).

b. Kapasitas Paru

Peristiwa dalam sikus paru mencakup dua atau lebih nilai volume

paru. Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai

berikut :

1) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume

cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml)

yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi

normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimal.

2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi

ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam

paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2.300 ml).

3) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah

volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah

udara maksimum yang dapat dikeluarkan oleh seseorang dari paru,

Page 8: Referat Spirometri

setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan

kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4.600 ml).

4) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat

mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat

mungkin (kira-kira 5.800 ml). Jumlah ini sama dengan kapasitas

vital ditambah volume residu (Guyton, 2007).

Gambar 2. Volume dan Kapasitas Paru

Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil

dibandingkan dengan pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira

4,8 liter sedangkan wanita dewasa 3,1 liter. Pengukuran kapasitas vital

paru seringkali digunakan secara klinis sebagai indeks fungsi paru. Nilai

tersebut memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan

serta beberapa aspek fungsi pernapasan lainnya (Yulaekah, 2007).

Pengukuran Faal Paru

Page 9: Referat Spirometri

Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu

menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan,

praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif

dan dapat memberi sejumlah informasi yang handal. Dari berbagai

pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah :

1. Kapasitas Vital (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat

dihembuskan setelah inspirasi maksimal. Ada dua macam kapasitas vital

paru berdasarkan cara pengukurannya, yaitu vital capacity (VC) dengan

subjek tidak perlu melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan penuh

dan forced vital capacity (FVC), subjek melakukan aktivitas pernapasan

dengan kekuatan maksimal. Pada orang normal tidak ada perbedaan antara

FVC dan VC, sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat perbedaan

antara VC dan FVC. VC merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas

jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC yang menurun

menunjukkan kekakuan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga dapat

dikatakan pemenuhan (compliance) paru atau dinding toraks mempunyai

korelasi dengan penurunan VC. Pada kelainan obstruksi ringan, VC hanya

mengalami penurunan sedikit atau mungkin normal.

2. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya

volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi

pertama pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik

pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80%

dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase

selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya

volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan pada

nilai absolutnya tetapi pada perbandingan nilai FEV1 dengan FVC. Bila

FEV1/FVC kurang dari 75 % berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif

seperti bronkitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang

Page 10: Referat Spirometri

lebih besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal)

sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 75%.

NORMAL KVP dan KV > 80% nilai prediksi VEP 1 > 80 nilai prediksi VEP 1 / KVP > 75% nilai prediksi VEP 1 > 80% nilai prediksi VEP 1 / KVP > 75% nilai prediksi

OBSTRUKSI VEP 1 < 80 nilai prediksi VEP 1 / KVP < 75% nilai prediksi Obstruksi ringan 75% > VEP 1 / KVP > 60% Obstruksi sedang 60% > VEP 1 / KVP > 30% Obstruksi berat VEP 1 / KVP < 30%

RESTRIKSI KV < 80 nilai prediksi KVP < 80% nilai prediksi Restriksi ringan 80% > KV > 60% Restriksi sedang 60% > KV > 30% Restriksi berat KV < 60%

Gambar 3. Klasifikasi Penilaian Fungsi Paru

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru

1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6

liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan

wanita berbeda dimana kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2

liter.

2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur

dibandingkan posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume

paru di bagian basis paru lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks.

Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi, tekanan intrapleura di bagian

basis paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks, sehingga perbedaan

tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil dan jaringan

Page 11: Referat Spirometri

paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume

paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.

3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru

bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot

pernapasan. Apabila nilai kapasitas normal tetapi nilai FEV1 menurun,

maka dapat mengakibatkan rasa nyeri, contohnya pada penderita asma.

4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko

penurunan kapasitas residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi

dengan semakin beratnya tubuh. Pada pasien obesitas, volume cadangan

ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital sehingga dapat

mengakibatkan sumbatan saluran napas.

5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko

mortalitas dan morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume

paru statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan

tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang

yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih saluran napas

juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada usia

dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50

tahun, sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-

kurangnya mencapai usia 60 tahun.

6. Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru

menghasilkan tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru

menimbulkan tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume

paru dengan satuan perubahan tekanan saluran udara menggambarkan

compliance jaringan paru dan dinding dada. Compliance paru sedikit lebih

besar apabila diukur selama pengempisan paru dibandingkan diukur

selama pengembangan paru.

7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja

pada lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka

Page 12: Referat Spirometri

penurunan fungsi paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke

waktu.

8. Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan

pernapasan bukan karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman

atau basilnya. Biasanya kuman tersebut berasal dari lingkungan rumah,

pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja, ataupun tempat-tempat umum

lainnya.

9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung,

fungsi paru, dan metabolisme saat istirahat.

10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan

fungsi paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya

dapat menurunkan daya tahan tubuh (Yulaekah, 2007).

C. GANGGUAN FUNGSI PARU

Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara

fisiologis sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung

growth). Mulai dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi

pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar

bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap

(stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya pada usia 30 tahun mulai

mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan rata-

rata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang (Yulaekah, 2007).

Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk

ke dalam paru-paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru

yang utama adalah :

1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan

yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang

mengganggu saluran pernapasan.

Page 13: Referat Spirometri

2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh

penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi

paru.

3. Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses

patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara,

yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan

suatu indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan

suatu restriktif (Yulaekah, 2007).

D. SPIROMETRI

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur

sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara

grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume

Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari

udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha

paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1

detik (VEP1). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah

volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi

maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan

spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih

mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu

gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan

pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru

obstruktif bila nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi

paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai

standar (Alsagaff, dkk, 2005).

Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas

secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan

Nilai KVP dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan

Page 14: Referat Spirometri

usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer menggunakan prinsip salah satu

hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat

spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena

adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke

spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam

sebuah katrol. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang

bergerak diatas silinder berputar. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting

untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Melalui spirometri

ini, bisa diketahui gangguan obstruksi ,sumbatan dan restriksi atau pengembangan

paru. (Blondshine,2000 ).

Gambar 4. Spirometri

Page 15: Referat Spirometri

1. Indikasi Pemeriksaan Spirometri

Ada beberapa indikasi-indikasi pemeriksaan spirometri

seperti :

Diagnostik

Untuk mengevaluasi gejala dan tanda

Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru

Untuk menilai resiko pra-operasi

Untuk menilai prognosis

Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas

fisik berat program

Monitoring

Untuk menilai intervensi terapeutik

Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang

mempengaruhi fungsi paru-paru

Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru

diketahui

Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Penurunan Nilai Evaluasi

Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

Untuk menilai resiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi

2. Kontraindikasi Spirometri

Pneumotoraks : Pengumpulan udara atau gas dalam

rongga pleura yang berada antara paru dan thoraks.

Hemoptisis : Darah yang keluar dari system

pernafasan atau paru-paru.

Page 16: Referat Spirometri

Infark miokard : nekrosis miokard akibat aliran darah ke

otot jantung yang terganggu.

Status kardiovaskuler tidak stabil

Emboli Paru : kondisi medis yang ditandai dengan

pernafasan pendek yang mendadak.

3. Prosedur Pemeriksaan Spirometri

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dan diperhatikan saat

pemeriksaan spirometri :

Siapkan alat spirometri dan kalibrasi harus dilakukan

sebelum pemeriksaan

Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan

flu atau infeksi saluran nafas bagian atas dan hati-hati

pada penderita asma karena dapat memicu serangan

asma.

Masukkan data yang diperlukan yaitu umur, jenis

kelamin, tinggi badan, berat badan dan ras untuk

mengetahui nilai prediksi.

Beri petunjuk dan demonstrasikan maneuver pada

tenaga kerja, yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada

udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup

mouth tube.

Tenaga kerja dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan

pernafasan biasa, tiga kali berturut-turut, kemudian

langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin

udara kedalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat

dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara mouth tube.

Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui FVC

dan FEV1.

Hasil dapat dilihat pada print out.

Page 17: Referat Spirometri

4. Interpretasi Pemeriksaan Spirometri

Interpretasi hasil spirometri bias langsung dibaca pada print out

setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai

dengan tinggi badan, umur, berat badan, jenis kelamin, dan ras yang

datanya terlebih dahulu dimasukkan kedalm spirometri sebelum

pemeriksaan dimulai.

RESTRIKTIF

FCV/nilai prediksi (%)

PENGGOLONGAN OBSTRUKTIF

FEV1/FVC (%)

≥80 NORMAL ≥75

60-79 RINGAN 60-74

30-59 SEDANG 30-59

<30 BERAT <30

Sumber : Pusat Hiperkes dan KK, Depnaketrans (2005)

a) Jenis Gangguan Paru Obstruktif

Tidak dapat menghembuskan udara (Unable to get air out).

FEV1/FVC <75%. Semakin parah obstruksinya jika :

FEV1 : 60-75% = mid

FEV1 : 40-29% = moderate

FEV1 : <70% = severe

Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi volume udara

yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Amati

bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang.

Ratio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama

dengan peningkatkan kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu

15 detik.

b) Jenis Gangguan Paru Restriktif

Tidak dapat menarik nafas (Unable to get air in).

FVC rendah ; FEV1/FVC normal atau meningkat.

Page 18: Referat Spirometri

TLC berkurang sebagai Gold Standar.

FEV1 atau FVC menurun, karena jalan nafas tetap terbuka,

ekspirasi bias cepat dan selesai dalam waktu 2-3 detik. Rasio

FEV1/FVc tetap normal atau malah meningkat, tetapi

volume udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil

dibandingkan normal.

c) Gangguan Fungsi Paru Gabungan (Mixed)

Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan

mencapai plateau. Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan

gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu parah, sulit

dibedakan dengan pola obstruktif.

5. Kapasitas Vital

Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada :

Kapasitas Paru Total (KPT)

Kapasitas Vital (KV)

Kapasitas Inspirasi (KI)

Kapasitas Residu Fungsional (KRF)

Nilai untuk tiap isi paru dan kapasitas diatas dapat diperoleh

dengan spirometri biasa kecuali isi residu dan kapasitas yang

mengandung isi residu. Untuk menghitung isi residu ini diperlukan

teknik tertentu.

6. Beberapa Masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri :

a. Submaksimal usaha

b. Kebocoran antara bibir dan mulut

c. Tidak lengkap inspirasi atau ekspirasi (sebelum atau selama

manuver paksa)

d. Ragu-ragu pada awal pemeriksaan

e. Batuk (terutama dalam hitungan detik pertama ekspirasi)

Page 19: Referat Spirometri

f. Penutupan Glotis

g. Obstruksi corong dengan lidah

h. Fokalisasi selama manuver dipaksa

i. Buruknya postur tubuh.

Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak

masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri dan,

mengingat bahwa semua upaya pengukuran tergantung akan variabel

pada pasien yang tidak kooperatif atau mencoba untuk menghasilkan

nilai-nilai rendah. Penutupan glotis harus dicurigai jika aliran berhenti

tiba-tiba selama tes bukan menjadi halus terus menerus kurva.

Rekaman dengan batuk, terutama jika ini terjadi dalam hitungan detik

pertama, atau ragu-ragu di awal harus ditolak. Fokalisasi selama

pengujian akan mengurangi arus dan tidak bisa melakukan manuver

dengan leher diperpanjang sering membantu. Upaya yang kuat

diperlukan untuk spirometri sering difasilitasi dengan menunjukkan

tes sendiri. Instrumen Terkait Masalah Ini sangat tergantung pada jenis

spirometer yang digunakan. Pada volume perpindahan spirometer

mencari kebocoran pada koneksi selang; pada aliran-sensing

spirometer mencari robekan dan air mata dalam tabung konektor

flowhead, di spirometer elektronik sangat berhati-hati tentang

kalibrasi, akurasi dan linearitas. Standar menyarankan memeriksa

kalibrasi setidaknya setiap hari dan diri tes sederhana spirometer

merupakan pemeriksaan, tambahan sehari-hari berguna bahwa

instrumen berfungsi dengan benar.

Page 20: Referat Spirometri

DAFTAR PUSTAKA

1. Baharudin, Syamsurrijal. 2010. Analisis Hasil Spirometri Karyawan Pt. X

yang Terpajan Debu di Area Penambangan dan Pemrosesan Nikel,

http://mru.fk.ui.ac.id, diakses tanggal 1 April 2012.

Page 21: Referat Spirometri

2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit

EGC . Jakarta.

3. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Volume 2. EGC : Jakarta.

4. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed.

Philadelphia ; F. A. Davis ; 2007

5. Seeley, et al. 2004. Anatomy & Physiology : Sixht Edition. The McGraw-Hill

Companies

6. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed.

EGC : Jakarta.

7. Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu & Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Industri Batu Kapur. Available from

http://eprints.undip.ac.id/18220/1/SITI_YULAEKAH.pdf, di akses tanggal 6

April 2012.