32
REFERAT TRAUMATOLOGI FORENSIK “UMUR LUKA” Disusun oleh: Hikmah Faridah G1A211002 Nia Kaniasari D G1A211003 Rusman Shiddiq G1A211004 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOETIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO 2012

Referat Traumatologi Forensik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Traumatologi Forensik

Citation preview

Page 1: Referat Traumatologi Forensik

REFERAT

TRAUMATOLOGI FORENSIK

“UMUR LUKA”

Disusun oleh:

Hikmah Faridah G1A211002

Nia Kaniasari D G1A211003

Rusman Shiddiq G1A211004

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

DAN MEDIKOETIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

2012

Page 2: Referat Traumatologi Forensik

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari

sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui

bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan

sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering

dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup

maupun korban mati.

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka

merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan

(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan oto,

jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka

kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut

“Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan

terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang

dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena

kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja

diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan

karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-

pasal tersebut dijumpai kata-kata, “mati, menjadi sakit sementara atau tidak

dapat menjalankan pekerjaan sementara”, yang tidak disebabkan secara

langsung oleh terdakwa, akan tetapi „karena salahnya‟ diartikan sebagai

kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian.

Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak

hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban

perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai

jenis luka apa yang ditemui, jenis kekerasan/senjata apakah yang

menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari luka itu. Sebagai seorang

dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan

Page 3: Referat Traumatologi Forensik

tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya

dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka

lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak

mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP

dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli

tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran

tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang

dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka. Visum et

Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal

dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang

pengadilan.

Page 4: Referat Traumatologi Forensik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi traumatologi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan

atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu.

Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang

trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan

(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya

diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.

B. Penyebab trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada

fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa

dengan teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya, yaitu:

1. Benda-benda mekanik

2. Benda-benda fisik

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik

4. Zat-zat kimia korosif

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.

1. Benda-benda mekanik

a. Trauma benda tajam

Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada

permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka

benda tajam adalh sebagai berikut :

1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan , tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis

lurus dari sedikit lengkung.

3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Page 5: Referat Traumatologi Forensik

Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka

sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok

(vulnus caesum).

1) Luka sayat

Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan

timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan

kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.

Ciri luka sayat :

a) Pinggir luka rata

b) Sudut luka tajam

c) Rambut ikut terpotong

d) Jembatan jaringan ( - )

e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai

tulang

2) Luka tusuk

Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan

bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan

tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Contoh:

-Belati, bayonet, keris

-Clurit

Page 6: Referat Traumatologi Forensik

-Kikir

-Tanduk kerbau

Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :

Tepi luka rata

Dalam luka lebih besar dari panjang luka

Sudut luka tajam

Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam

Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

3) Luka bacok

Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan

mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan

disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak,

baling-baling kapal.

Page 7: Referat Traumatologi Forensik

Ciri luka bacok :

Luka biasanya besar

Pinggir luka rata

Sudut luka tajam

Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat

memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan

Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi

b. Trauma benda tumpul

Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada

permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh

benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu,

martil, terkena bola, ditinju, jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan

lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma tumpul dapat

menyebabkan tiga macam luka yaitu:

1) Luka memar (contusio)

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai

oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan

kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh pecahnya kapiler

sehingga darah keluar dan meresap kejaringan di sekitarnya.

Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah

kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning

kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan.

Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau

menderita kelainan darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma

tumpul tersebut akan lebih besar di bandingkan pada orang

normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di

jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda

penyebabnya atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau

orang – orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.

Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam

maya, tetapi jika di periksa dengan seksama akan dapat dilihat

perbedaan – perbedaanya, yaitu :

Page 8: Referat Traumatologi Forensik

Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian

terendah

Pembengkakan Positif negatif

Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang

Mikroskopik Reaksi jaringan(

+ )

Reaksi jaringan ( - )

2) Luka lecet (abrasio)

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau

lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tak teratur

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah

mongering )

o Warna coklat kemerahan

o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian

yang masih di tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk

tentang benda penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil,

tali atau ikat pinggang. Luka lecet juga dapat terjadi sesudah

orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia

epitel dan tidak di temukan reaksi jaringan.

3) Luka robek (vulnus laceratum)

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena

persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu

Page 9: Referat Traumatologi Forensik

merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang

ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan

hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat

dengan tulang ( misalnya daerah kepala, muaka atau

ekstremitas ).

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan

maka bentuk dari luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari

benda penyebabnya. Jika benda tumpul yang mempunyai

permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka

robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.

c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca)

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat

mengakibatkan luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka

tusuk dan luka lecet. Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya

tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang mudah pecah itu. Jika

yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka

campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja,

sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau

peah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

2. Benda-benda fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda

fisik, antara lain:

a. Benda bersuhu tinggi

Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka

bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian

suhunya serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat panas

Page 10: Referat Traumatologi Forensik

atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III, atau

IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, atau

III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau

IV.

b. Benda bersuhu rendah

Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian

tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau

hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah superfisial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan

terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah

tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi

gangren.

c. Sengatan listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar

sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya

pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya

tegangan (voltase), kuatnya arus (amper), besarnya tahanan (keadaan

kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerah terkena

kontak.

Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa

kerusakan lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya

terdapat daerah pucat, dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan

adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering

ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu

yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut

terbakar.

Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan,

tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat

arus (amper) yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian

tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernafasan

atau pusat pernafasan.

Page 11: Referat Traumatologi Forensik

Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah

kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang

dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari adanya arus listrik

pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya lebih berat

dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan

dengan listrik.

d. Petir

Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang

tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar

100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada

hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan

ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat

ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat

persentuhan dengan benda tumpul.

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan

susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga

dapat terjadi karena efek ledakan ataun efek dari gas panas yang

ditimbulkannya.

Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark

(percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon),

metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban

terbakar atau robek-robek.

e. Tekanan (barotrauma)

Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar

tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang

sering disebut disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:

1) Hiperbarik

Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:

Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat

atau turun gunung

Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba

diving (menyelam dengan tangki oksigen), snorkeling

Page 12: Referat Traumatologi Forensik

(menyelam dengan tube di mulut) penyelam dengan pakaian

khusus.

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut

dapat berupa:

Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau

emfisema interstisial.

Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan,

vertigo atau dizzines.

Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri

atau bahkan meletus.

Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi

2) Hipobarik

Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara

lain:

Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat

mengudara atau saat pesawat meluncur keluar angkasa.

Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam

decompression chamber.

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan

pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan

lunak, rongga-rongga atau organ-organ berongga.

Gejala tersebut antara lain:

Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang

hebat

Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak

emfisema subkutan

Rongga perut terasa kembung

Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)

Page 13: Referat Traumatologi Forensik

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka

yang dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda

fisik (panas), yaitu anak peluru yang jalannya giroskopik

(berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit mempunyai elastisitas yang

kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka jaringan yang

hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka

tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang

diameternya lebih besar. Diameter cincin lecet tersebut lebih mendekati

kaliber pelurunya.

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu

sebagai tenaga pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada

hakekatnya merupakan luka yang disebabkan oleh persentuhan dengan

benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat tergantung dari jenis

senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta posisinya

(sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).

4. Zat-zat kimia korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila

mengenai tubuh manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan

zat kimia tersebut, yaitu:

a. golongan asam

Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:

Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3

Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat

Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida

Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga

mengakibatkan luka ialah:

Mengekstraksi air dari jaringan

Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat

Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Page 14: Referat Traumatologi Forensik

Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di

atas ialah:

Terlihat kering

Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric

acid erwarna kuning kehijauan

Perabaan keras dan kasar

b. golongan basa

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:

KOH

NaOH

NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:

Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk

alkaline albumin dan sabun

Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat

ini adalah:

Terlihat basah dan edematus

Berwarna merah kecoklatan

Perabaan lunak dan licin

C. Waktu terjadinya kekerasan

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi

keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum

terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,

informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan

sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, terutama yang

berkaitan dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya

seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia

berada di tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti , akan dapat ditentukan :

1. Luka antemortem dan post mortem

Page 15: Referat Traumatologi Forensik

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah luka

itu terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut perlu dicari ada tidaknya tanda – tanda intravital. Jika di

temukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula sebaliknya

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang

menunjukan bahwa

a. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma

Tanda – tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam

keadaan hidup ketika terjadi trauma antara lain :

1) Retraksi jaringan

Terjadi karena serabut–serabut elastic dibawah kulit terpotong

dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika

arah luka memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk

luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut

elastic maka bentuk luka tak begitu menganga.

2) Reaksi vaskuler

Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :

Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :

Eritema ( kulit berwarna kemerahan ), vesikel atau bulla.

o Pada trauma neda keras dan tumpul, bentuk intravitas berupa

kontusi atau memar

3) Reaksi mikroorganisme ( infeksi )

Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan

meninggalkan luka terbuka maka kuman – kuman kan masuk

serta menimbulkan infeksi yang ciri – cirinya sebagai berikut :

o Warna kemerahan

o Terlihat bengkak

o Terdapat pus

o Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi

4) Reaksi biokimiawi

Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada

daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :

Page 16: Referat Traumatologi Forensik

o kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit

sesudah trauma)

o Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30

menit sesudah trauma).

o Kenaikan kadar enzyme ( ATP, aminopeptidase, acid-

phosphatase dan alkali-phosphatase ) yang terjadi beberapa

jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme

pertahanan jaringan.

b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma

Jika organ dalam ( jantung atau paru – paru )masih dalam keadaan

berfungsi ketika terjadi trauma maka tanda – tandanya antara lain :

1) Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan

perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga

terus menerus memomp darah keluar lewat luka. Berbeda sekali

dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah

di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga

jumlahnya tidak banyak.

Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu

perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal mudah

dibuktikan karena darah tertampung di rongga badan ( rongga

perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala dan kantong

pericardium ) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.

Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat

kejadian) hanya dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi di

temukan tanda- tanda anemis (muka dan organ-organ dalam

pucat) disertai tanda–tanda limpa melisut, jantung dan nadi

utama tidak berisi darah.

2) Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara

arterial ( sistematik ). Emboli udara venosa terjadi jika lumen

dari vena yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfixir

Page 17: Referat Traumatologi Forensik

dengan baik, seperti vena jugularis eksterna atau subclavia.

Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan negative.

Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus

menuju ke daerah paru – paru sehingga dapat mengganggu

fungsinya.

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli

udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau

sebagai akibat dari tindakan pneumotoraks artificial atau karena

luka – luka yang menembus paru – paru. Kematian dapat terjadi

akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau

otak.

3) Emboli lemak

Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai

jaringan berlemaka atau trauma yang mengakibatkan patah

tulang panajang. Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami

pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena

yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat

terus menuju daerah paru – paru.

4) Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru – paru

menderita luka, sementara paru – paru itu sendiri tetap berfungsi

maka luka tersebut dapat berfungsi sebagai ventil. Akibatnya,

udara luar atau udara paru- paru akan masuk ke rongga pleura

setiap inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin

banyak yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan

paru – paru sehingga pada akhirnya paru – paru menjadi kolap.

5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan

menusuk apru – paru maka pada setiap ekspirasi udara paru –

paru dapat masuk kejaringan ikat di bawah. Pada palpasi akan

terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan seperti

Page 18: Referat Traumatologi Forensik

ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang

meninggal dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal

dunia maka kelainan – kelainan tersebut di atas tidak mungkin

terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru – parunya

sudah berhenti bekerja.

2. Umur luka

Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka.

Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk

menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan ( baik pada korban hidup

ataupun mati ) dilakukan mengingat adanya factor individual, penyulit (

misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi ) serta factor

kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk

memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan

berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung

dari saat trauma sampai saat di periksa pada korban mati, mulai dari

saat trauma sampai saat kematiaanya.

b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).

Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan

maka perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.

Selain berguna bagi intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga

untuk menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah

dengan mengamati perubahan – perubahan histologiknya

Perubahan – peruabahan histologik dari luka ini sangat di pengaruhi

ada tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan

memperlambat proses penyembuhan luka. Peningkatan akitfitas

adenosine triphosphatase dan aminopeptidase dapat di lihat lebih

dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas

aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan

acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

Page 19: Referat Traumatologi Forensik

D. Cara melakukan kekerasan

Untuk sejata tajam, cara senjata itu di gunakan dapat di bedakan, yaitu :

1. Diiriskan

Di iriskan mengandung pengertian bahwa mata tajam dari sejata tersebut

di tekankan lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh dakn kenudian di

geser kearah yang sesuai dari senjata. Luka yang di timbulkannya

merupakan luka iris ( incised wound )yang ciri – cirinya :

o Sesuai ciri – ciri umum luka akibat senjata tajam

o Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.

2. Ditusukan

Artinya bagian dari senjata tajam di tembakkan pada suatu bagian dari

tubuh dengan arah tegak lurus atau miring kemudian ditekan kedalam

tubuh sesuai arah tadi. Luka –luka yang di timbulkannya merupaka luka

tusuk ( stab wound ) yang ciri – cirinya :

o Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam

o Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka.

3. Dibacokan

Mengandung perngertian bahwa senjata tajam yang ukurannya relative

besar dan diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari

senjata tersebut mengenai sautu bagian dari tubuh. Tulang – tulang di

bawahnya biasnya berfungsi sebgai bantalan sehingga ikut menderita luka.

Luka yang di timbulkannya merupakan luka bacok ( chop wound ) yang

ciri – cirinya :

o Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam

o Ukuran luka besar dan menganga

o Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

o Biasnya tulang tulang dibawahnya ikut menderita luka

Jika senjata yang di gunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas

luka terdapat memar.

4. Di tembakan

Untuk senjata api, cara senjata itu di tembakan juga dapat di tentukan,

yaitu :

Page 20: Referat Traumatologi Forensik

a. Secara tegak lurus atau miring

b. Dengan jarak tembak temple, dekat, sedang atau jauh

Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri –

cirinya :

1) Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan

secara miring kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :

o Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

2) Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi

mempunyai ciri – ciri :

o Bentuknya seperti bintang (cruriform )

o Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari

moncong senjata.

3) Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci – 2 kaki ) maka ciri –

ciri dari luka yang terjadi adalah :

o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet

o Terdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa – sisa mesiu atau jelaga )

4) Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka luka yang

terjadi mempunyai ciri – ciri :

o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet

o Tidak di temukan produk mensiu

E. Akibat trauma

1. Aspek medik

Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :

a. Kelainan fisik / organic

Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :

- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh

- Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu

b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu

Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh

yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh,

buta, tuli atau terganggunya fungsi organ – organ dalam.

Page 21: Referat Traumatologi Forensik

c. Infeksi

Seperti di ketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan

barier terhadap infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka

kuman akan masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat

daerah memar atau bahkan irritasi akibat benda yang terkontaminasi

oleh koman. Jenis kuman dapat berupa streptococcus, staphylococcus,

echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang

menyebabkan gas gangrene.

d. Penyakit

Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya

penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan

masih dalam kontroversi.

e. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan

dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang

spketrumnnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis,

anxiety neurosis, dementia praecox primer ( schizophrenia ), manic

depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk

terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama

timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta

lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-

trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latar

belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan

atas jaringan atau organ yang terkena trauma.

Secar umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan

tubuh atu organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :

- Keadaan mental benar – benar sehat sebelum trauma

- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat

- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan

seseorang.

Page 22: Referat Traumatologi Forensik

- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan

fungsinya dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata,

tangan atau wajah.

- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan

- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal

- Korban dihantui oleh kejadian ( kejahatan atau kecelkaan ) yang

menimpanya.

2. Aspek yuridis

Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai

atau tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka

dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh

suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless (

ceroboh ) atau negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat

ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.

Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut

didasarkan atas pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani

- Kesehatan rohani

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan

- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian

- Fungsi alat indera

a. Luka ringan

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencariannya.

b. Luka sedang

Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan

dalam menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk

sementara waktu.

c. Luka berat

Page 23: Referat Traumatologi Forensik

Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal

90KUHP, yang terdiri atas :

1) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh

dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya

trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah

di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.

2) Luka yang dpat mendatangkan bahaya maut

3) Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memeiliki

potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati

dapat sembuh.

4) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencariaanya. Luka yng dari sudut

medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum dapat

dikatagorikan sebagai luka berat. Contonya trauma pada tangan kiri

pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat

dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi

menjalankan pekerjaanya tersebut selamnya.

5) Kehilangan salah satu dari panca indera

6) Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan

pendengran satu telinga, tdiak dapat digolongkan kehilangan

ondera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat

berdasarkan butir (a) di atas.

7) Cacat besar atau kudung

8) Lumpuh

9) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya

pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga

berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa

lainnya.

10) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan

11) Keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya,

yaitu tidak di dahului oleh proses yang sebagaimana umumnya

terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang kematian janin

Page 24: Referat Traumatologi Forensik

mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukan tanda –

tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut

ibunya.

F. Konteks peristiwa penyebab luka

Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan,

bunuh diri atau kecelakaan .

1. Pembunuhan

Ciri – ciri lukannya adalah :

- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun

yang tidak mematikan

- Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di

jangkau oleh tangan korban

- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata

- Dpat di temuka luka tangkisan ( defensive wounds ), yaitu pada korban

yang sadar ketika mengalami seranga. Luka tangkisan tersebut terjadi

akibat reflek menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya

pada lengan bawah bagian luar.

2. Bunuh diri

Ciri- ciri lukanya adlah :

- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.

- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan

- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

- Ditemukan luka –luka percobaan ( tentative wounds )

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu –

ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil

mengumpulkan keberaniaanya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah :

- Jumlahnya lebih dari satu

- Lokasinya disekitar luka yang mematikan

- Kualitasnya lukanya dangkal

- Tidak mematikan

Page 25: Referat Traumatologi Forensik

3. Kecelakaaan

Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau

bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih

memastikannya perlu di lakukan pemeriksaan ditemapt kejadian.

Page 26: Referat Traumatologi Forensik

BAB III

PEMBAHASAN

Bila sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, jaringan hidup

di sekitarnya membuat suatu respon yang disebut peradangan. Yang lebih khusus,

peradangan adalah reaksi vaskuler yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat

yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial

didaerah cedera atau nekrosis.

Peradangan akut merupakan respons langsung tubuh terhadap cedera atau

kematian sel. Tanda-tanda pokok peradangan mencakup:

a. Rubor (kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami reaksi

peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan, arteriol yang

memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak

darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang

sebelumnya kosong, atau hanya sebagian meregang, secara cepat terisi penuh

oleh darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti yang menyebabkan

kemerahan lokal pada peradangan akut.

b. Kalor (panas)

Terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut.

Sebenarnya panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi

pada permukaan tubuh, yang lebih dingin dari 37º C yang merupakan suhu inti

tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekitarnya karena

lebih banyak darah (pada suhu 37º C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan

daerah yang terkena dibandingkan daerah yang normal. Fenomena hangat lokal

ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang letaknya jauh di dalam tubuh,

karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37º C dan hiperemia

lokal tidak menimbulkan perbedaan.

c. Dolor (nyeri)

Ditimbulkan dengan berbagai cara. Perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal

ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama,

pelepasan zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu,

Page 27: Referat Traumatologi Forensik

pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan

lokal yang dapat juga menimbulkan nyeri.

d. Tumor (pembengkakan)

Pembengkakan lokal dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari

aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel-sel ini disebut

eksudat. Pada awal reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cairan,

seperti yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan

pada kulit. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran

darah dan tertimbun sebagai eksudat.

e. Fungsio laesa (Perubahan Fungsi)

Sepintas mudah dimengerti, bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi

abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, seharusnya berfungsi

abnormal. Akan tetapi, cara bagaimana fungsi jaringan yang meradang itu

terganggu tidak dipahami secara terperinci.

Leukosit dalam sirkulasi darah beremigrasi ke dalam eksudat

peradangan. Sel-sel yang pertama kali timbul dalam jumlah besar di dalam

eksudat pada jam-jam pertama peradangan adalah neutrofil. Inti sel ini memiliki

lobus yang tidak teratur atau polimorf, sehingga disebut sebagai polimorfonuklear

(PMN). PMN mampu bergerak aktif seperti amuba dan mampu menelan berbagai

zat melalui suatu proses yang disebut fagositosis. Eosinofil merupakan jenis

granulosit lain yang ditemukan di dalam eksudat peradangan, walaupun dalam

jumlah yang relatif sedikit, eosinofil memfagositosis berbagai jenis partikel dan

membunuh mikroorganisme tertentu. Jenis granulosit ketiga adalah basofil,

granulanya mengandung berbagai enzim, heparin dan histamin.

Monosit merupakan suatu bentuk leukosit yang berbeda dari granulosit

karena morfologi intinya dan sitoplasmanya yang agranular. Pada reaksi

peradangan akut, monosit mulai beremigrasi dalam waktu yang sama dengan

neutrofil, namun jumlahnya jauh lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat.

Sehingga pada jam-jam pertama peradangan, di dalam eksudat terdapat jumlah

monosit yang sedikit, namun semakin lama usia eksudat, persentase sel-sel

tersebut semakin meningkat dan dapat bertahan berminggu-minggu atau bahkan

Page 28: Referat Traumatologi Forensik

berbulan-bulan di dalam jaringan, berbeda dengan PMN yang memiliki siklus

hidup pendek (waktu paruh ± 6 jam). Limfosit terdapat di dalam eksudat dalam

jumlah yang sangat sedikit hingga waktu yang cukup lama, sampai peradangan

menjadi konis.

Hasil akhir dari proses peradangan kembali seperti keadaan semula

disebut resolusi. Namun jika jumlah jaringan yang dihancurkan cukup signifikan,

maka resolusi tidak terjadi. Jaringan yang rusak diperbaiki oleh proliferasi

jaringan yang masih hidup di sekitarnya. Perbaikan melibatkan dua komponen

terpisah tetapi terkoordinasi. Pertama, regenerasi yang melibatkan proliferasi

unsur-unsur parenkim yang identik dengan unsur-unsur yang hilang, hasil

akhirnya adalah penggantian unsur-unsur yang hilang dengan sel-sel yang sama.

Kedua, meliputi proliferasi unsur-unsur jaringan ikat yang menyebabkan jaringan

parut.

Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase yaitu fase inflamasi, fase

proliferasi dan fase penyudahan/maturasi. Fase inflamasi/ peradangan yang telah

dijelaskan diatas berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima,

dengan gejala rubor, dolor, kalor, tumor. Fase proliferasi/fibroplasia terjadi dari

akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga, pada fase ini luka

dipenuhi sel radang, fibroblas, dan kolagen membentuk jaringan berwarna

kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan

granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas adri dasarnya dan

berpindah mengisi permukaan luka, tempatnya kemudian diisi oleh sel baru hasil

mitosis, proses ini berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh

permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga

akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan. Pada fase

penyudahan terjadi penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan,

perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk, fase ini berlangsung berbulan-

bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap, selama

proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas, serta mudah

digerakkan dari dasar. Pada akhir fase ini perupaan luka kulit mampu menahan

regangan ±80% kemampuan kulit normal.

Page 29: Referat Traumatologi Forensik

Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka.

Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan

tepat kapan suatu kekerasan ( baik pada korban hidup ataupun mati ) dilakukan

mengingat adanya factor individual, penyulit ( misalnya infeksi, kelainan darah

atau penyakit defisiensi ) serta factor kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk

memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa

umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung dari saat trauma

sampai saat di periksa pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat

kematiaanya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat di perkirakan dengan

mengamati perubaha–perubahan yang terjadi. Mula – mula pada daerah yang

mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan

inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna tersebut

berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi

kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan

mengamati perubahan–perubahanya. Dalam selang waktu 12 jam sesudah

trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka

akan di dominasi oleh tanda–tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda –

tanda penyembuhan.

b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).

Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka

perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna

bagi intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga untuk menentukan umur

luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati perubahan –

perubahan histologiknya

Infiltrasi perivaskuler dari leukosit polymorfonuklear dapat di lihat dengan

jelas pada kasus – kasus dengan periode survival sekitar 4 jam atau lebih.

Dilatasi kapiler dan marginasi leukosit mungkin dapat di lihat lebih dini lagi,

Page 30: Referat Traumatologi Forensik

bahkan beberapa menit sesudah trauma. Leukosit yang mula – mula masuk ke

jaringan adlah jenis polymorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak

monosit , namun leukosit jenis ini jarang di temukan pada eksudt kurang dari

12 jam sesudah trauma.

Pada trauma dengan inflamsi aseptik, proses eksudasi akan mencapai puncak

dlam waktu 48 jam. Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga , sedangkan sel- sel

fibroblast mulai menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi )

sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat proliferati tersebut serta pembentukan

kapiler – kapiler baru sangat variatif , tetapi biasnya jaringan granulasi lengkap

dengan vaskularisasinya akan terbentu paling tidak sesudah 3 hari. Serabut –

serbut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka – luka kecil, kemungkinan jaringan parut tampak pada akhir minggu

pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sel- sel epitel dan

jaringan di bawahnya mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan epitel

akan mengalami atrofi, vaskularisasi jaringan di bawahnya juga berkurang dig

anti serabut – serabut kolagen. Sampai beberapa minggu sesudah

penyembuhannya, serabut – serabut elastic masih tampak banyak dari jaringan

tak terkena trauma.

Perubahan – peruabahan histologik dari luka ini snagat di pengaruhi ada

tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses

penyembuhan luka. Peningkatan akitfitas adenosine triphosphatase dan

aminopeptidase dapat di lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma.

Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan

peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

Page 31: Referat Traumatologi Forensik

BAB IV

KESIMPULAN

beberapa cara yang dapat di gunakan untuk memperkirakan umur luka,

yaitu dengan:

a. Pemeriksaan makroskopik

Pada trauma tumpul, umur luka dapat di perkirakan dengan mengamati

perubaha–perubahan yang terjadi. Mulai dari pembengkakan, warna merah

kebiruan, menjadi kuning kehijauan sampai menjadi kekuningan. Pada luka

robek, terjadi pembengkakan pada tepi luka kemudian di susul tanda – tanda

penyembuhan.

b. Pemeriksaan mikroskopik

Infiltrasi perivaskuler dengan PMN, kemudian monosit.

Page 32: Referat Traumatologi Forensik

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. 67-91.

De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 67-8.

Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar

Patologi. Jakarta: EGC. 35-84.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC. 56-75.