52
PENGAMATAN FENOMENA LINGKUNGAN, PEMETAAN DAN ANALISIS/POLA PERSEBARAN DISUSUN OLEH : SILISMI (14060058) EVA RIANI (14060061) HENGKI HARMADA (14060054) MATA KULIAH : PENGANTAR FILSAFAT GEOGRAFI SEMESTER : I (SATU) PROGRAM STUDI GEOGRAFI

Refisi Makalah Geo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata kuliah geografi

Citation preview

PENGAMATAN FENOMENA LINGKUNGAN, PEMETAAN DAN ANALISIS/POLA PERSEBARAN

DISUSUN OLEH :SILISMI(14060058)

EVA RIANI(14060061)

HENGKI HARMADA(14060054)

MATA KULIAH :PENGANTAR FILSAFAT GEOGRAFISEMESTER :I (SATU)

PROGRAM STUDI GEOGRAFIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU2014KATA PENGANTARPuji syukur keaadirat Allah SWT Yang Maha Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu Makalah Tentang Pengamatan Fenomena Lingkungan, Pemetaan Dan Analisis/Pola Persebaran. Makalah ini menjelaskan Pengamatan Fenomena Lingkungan, Pemetaan Dan Analisis/Pola Persebaran.Tidak lupa pula penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses pembuatan makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari Nya.Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Dalam pembuatan makalah penulis telah berusaha sebaik-baiknya, namun sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak pernah lepas dari kesalahan, untuk itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Tais, 06 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judulKata pengantariiDaftar isiiiiBAB .I. PENDAHULUANiv1.1. Latar Belakangiv1.2. Rumusan Masalahiv1.3. Tujuan MasalahvBAB .II. PEMBAHASAN1A. Permasalahan Dan Kelemahan Dalam Pembelajaran1B. Pengertian Konservasi Dan Dulisme Dalam Geografi13C. Keserasian Dalam Lingkungan Hidup20BAB .III. PENUTUP26A. KESIMPULAN26B. SARAN27DAFTAR PUSTAKA28

BAB .I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahGeografi baik sebagai pengetahuan maupun sebagai ilmu, masih belum dikenal luas di masyarakat Indonesia, meskipun hakekatnya tiap orang telah memiliki pengetahuan tersebut. Berdasarkan konsep yang ditemukan diatas, jelas bahwa geografi tidak hanya terbatas sebagai suatu deskripsi tentang bumi atau permukaan bumi, melainkan meliputi analisa hubungan antara aspek/faktor fisis dengan pola serta hakekat umat manusia. Dengan demikian, pada studi Geografi, perhatian dan analisa tidak hanya ditujukan kepada alam lingkungan, melainkan juga berkenaan dengan umat manusia serta hubungan diantara keduanya.Disini pun juga ditegaskan bahwa geografi merupakan bidang ilmu yang mencoba menemukan, mendiskripsikan dan menafsirkan karakter variable dari tempat ketempat lainnya dibumi sebagai dunia kehidupan manusia. Pada pengertian yang terakhir karakter geografi itu lebih ditekankan, yaitu berkenaan yaitu dengan tempat dibumi, tidak ada bidang ilmu yang lain yang menonjolkan aspek tempat atau aspek ruang, kecuali geografi. Ciri khas studi geografi yang berbeda dengan studi lain yaitu berkenaan dengan tempat ini. Hal lain yang perlu dikemukakan dan perlu pula diketahui bersamaan bahwa yang menjadi objek studi geografi, bukan hanya alam fisik yang menjadi tempat dan sumber daya bagi kehidupan manusia, melainkan juga manusia dengan segala dan perubahan perilakunnya, dan bahkan interalisasi keduanya, menjadi objek studi yang juga memberikan karakter kepada ilmu geografi. Dipihak lain juga studi geografi yang mengkhususkan diri mempelajari alam lingkungan (physical geography), tidak saja mempelajari alam (udara, air, batuan, gejala gempa dan lain sebagainya) hanya untuk mengetahui gejala alam tersebut, melainkan untuk mengungkap pentingnya alam bagi kehidupan umat manusia. Inilah salah satu ciri khas dari geogarfi dan studi geografi.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimana Pengamatan Fenomena Lingkungan, Pemetaan Dan Analisis/Pola Persebaran.

1.3. Tujuan MasalahDari rumusan masalah diatas, maka tujuan masalah dalam makalah ini adalah :1. Mengetahui dan Menjelaskan Tentang Permasalahan Dan Kelemahan dalam pengajaran geografi.2. Mengetahui dan Menjelaskan Dualime dan Konservasi dalam geografi.3. Mengetahui dan Menjelaskan Keserasian dalam lingkungan hidup.

iv

BAB IIPEMBAHASAN

1. PERMASALAHAN DAN KELEMAHAN DALAM PEMBELAJARANA. Pentingnya Pemilihan Metode PembelajaranMetode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini adalah alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan pembelajaran di kelas, yakni:1. Metode sebagai strategi pembelajaranStrategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008: 42) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.Perbedaan daya serap peserta didik terhadap pelajaran, memerlukan staregi pembelajaran yang tepat. Dalam satu kelas kemampuan peserta didik untuk menyerap pelajaran berbeda-beda, demikian pula gaya belajarnya. Sebagian peserta didik mungkin condong pada kemampuan menangkap pelajaran berdasarkan audiotori, visual, maupun audio-visual. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu mengatasi perbedaan daya serap tersebut.2. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuanRobert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.Metode pembelajaran merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.Pemilihan suatu metode pembelajaran secara individu, maupun kombinasi antara beberapa metode pembelajaranharusdisesuaikan dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembelajaran. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat diukur dari perubahan perilaku peserta didik setelah proses pembelajaran usai meliputi pengetahuan peserta didik, sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas disekitarnya.

3. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsikPenggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alatmotivasi ekstrinsikdalam kegiatan pembelajaran.Pemilihan metode belajar yang inovatif dan memberikan ruang yang luas bagi aktualisasi diri siswa akan memunculkan kegembiraan belajar. Kegembiraan belajar merupakan atmosfer yang perlu diciptakan oleh guru melalui penggunaan metode pembelajaran yang menantang, interaktif, menarik minat, serta mampu memenangkan perhatian siswa.Sehingga siswa dapatberpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan porsi dan peranan yang beragam.Penggunaan metode belajar yang tepat, akan mampu meminimalisir adanya alasan siswa tidak memiliki kesempatan berpartisipasi, alokasi waktu yang kurang, terlalu banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas, dan berbagai alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan secara intens melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan Dan Kelemahan Dalam Pemilihan Metode Pembelajaran.Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusunlearning designperlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:

1. Faktor peserta didika. Perbedaan jenjang pendidikanPemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya. Semakin tinggi tingkatan berpikirnya, maka pemilihan metode pembelajaran yang diterapkan dapat semakin kompleks. Ini berkaitan dengan pemahaman siswa, pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, serta kebutuhan akan aktualisasi diri yang bersifat lebih kompleks. Kebutuhan akan aktualisasi diri yang lebih kompleks menunjuk pada motif peserta didik dalam tingkatan partisipasi pembelajaran yang dilakukan.

b. Latar belakang peserta didikLatar belakang peserta didik dapat ditelusur dari keluarga, pola didik, pola asuh, kondisi-kondisi tertentu (ekonomi, sosial, budaya, anak berkebutuhan khusus, dan lain sebagainya). Prakarsa belajar seseorang sangat dipengaruhi olehindividual cultureyang besangkutan.Individual cultureterbentuk dari pola asuh dan pola didik seseorang dalam lingkungan keluarganya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor perkembangan individu. Meskipun tidak signifikan, atau pengaruhnya kecil sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran, namun untuk kondisi-kondisi khusus, latar belakang peserta didik perlu mendapat perhatian yang besar. Contoh, pemilihan metode pembelajaran bagi anak-anak sekolah luar biasa harus memberikan perlakuan khusus, sehingga metode pembelajaran yang digunakan akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Tingkat intelektualitasTingkat intelektualitas, mencakup: gaya belajar yakni, melalui apa siswa mampu menangkap dan memahami pembelajaran. Kategorinya antara lain gaya belajar audiotori, visual, atau audio visual. Daya serap, adalah seberapa cepat dan seberapa besar kemampuan siswa dalam menyerap informasi, dan proses pembelajaran secara keseluruhan. Apakah siswa termasuk cepat, lambat, atau tengah tengah, dalam menyerap pembelajaran. Dalam satu kelas tidak menutup kemungkinan terdapat rentang yang terlalu lebar terkait gaya belajar dan daya serap peserta didik. Rentang yang terlalu lebar tersebut akan menimbulkan suatu gap dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebagian siswa mungkin terlalu cepat menangkap informasi namun sebagian yang lain justru sulit dan lamban dalam menangkap informasi. Oleh karenanya, pemilihan metode belajar yang mampu mengatasi gap dan menyatukan perbedaan dengan bentangan yang luas menjadi suatu keharusan bagi guru.

2. Faktor dinamika kelasa. Jumlah peserta didik.Meskipun pemerintah telah mengeluarkan aturan baku mengenai standar jumlah peserta didik dalam satu kelas, namun kenyataannya aturan tersebut masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kekurangan jumlah peserta didik dalam satu kelas disebabkan karena minat dan berbagai alasan lain, sehingga terjadi kekurangan siswa. Lain halnya dengan kelas yang jumlah siswanya justruover capasity. Hal ini berpengaruh pada efektifitas pembelajaran. Kelas yangover capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik sulit untuk memfokuskan perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai masalah lainnya.Pemilihan metode yang tepat akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan. Artinya, dengan penggunaan metode tersebut setiap peserta didik tidak luput dari perolehan peran dan porsi keterlibatan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kelas besar, berisi 43 siswa, tidak terdapat rombel sehingga tidak adateam teaching. Kondisi ini mengharuskan guru benar-benar dalam posisi sebagai single fighter menghadapi sekian banyak siswa yang berpotensi menimbulkan kegaduhan.

b. Karakter kelasPemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Salah satu keterampilan wajib seorang guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya. Cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui karakter kelas adalah dari sikap yang paling dominan yang dimiliki kelas tersebut,yang dapatmembedakankelas tersebut dengan kelas lainnya.

1) Seberapa kooperatifkah warga belajarKelas yang kooperatif adalah kelas yang mampu dan bisa diajak bekerjasama. Hal ini tampak dari sebagian besar peserta didik mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga suasana kelas cenderung kondusif, pembelajaran dapat berjalan dengan sangat baik. Namun jika keadaan sebaliknya, seperti kegaduhan yang melebihi batas, peserta didik malas dan enggan menunjukkan partisipasi yang diharapakan dalam proses pembelajaran. Menciptakan kelas yang kooperatif menjadi bagian penting dari tugas guru. Tujuan pembelajaran dicapai tidak hanya oleh dan untuk peserta didik saja, tetapi dicapai secara bersama-sama antara guru dan peserta didik.2) Adakah kelompok dominan dalam kelas tersebutGuru harus memiliki kejelian dalam memetakan kondisi siswanya secara individu, maupun secara berkelompok. Mengidentifikasi keberadaan kelompok dominan dalam kelas akan memudahkan guru memegang kendali kelas.Kelompok dominan di kelas biasanya mampu mengontrol situasi kelas sesuai yang mereka inginkan. Jika yang berkembang adalah kelompok dominan dengan kebiasaan negatif, maka situasi kelas akan tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran.Menghadapi situasi demikian, guru perlu memiliki kemampuan interpersonal dan ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat.3) Bagaimana performa dan tingkat partisipasinyaMenelusur karakter kelas, juga dapat dilakukan dengan mengamati performa dan tingkat partisipasi peserta didik baik secara individu maupun berkelompok, dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Guru biasanya akan mudah menilai bagaimana performa dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Penilaian tersebut kemudian akan memunculkan pandangan apakah kelas tersebut termasuk kelas aktif atau kelas pasif. Pemilihan metode pembelajaran untuk kelas aktif tidak akan menyulitkan guru dalam menentukan metode mana yang akan digunakan. Berbeda dengan kelas pasif, guru harus memilih metode mana yang cocok agar dengan metode tersebut mampu mendorong tingkat partisipasi peserta didik dan memunculkan performa mereka.

3. Faktor ketersediaan fasilitas pembelajaran.Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Manakala sekolah mengalami keterbatasan dalam penyediaan fasilitas pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran merupakan jalan keluar yang paling relevan agar pembelajaran tetap menarik, menyenangkan, dan dapat memberikangoalyang ingin dicapai.Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peserta didik harus mencari informasi mengenai pandangan masyarakat terhadap aktor-aktor politik di Indonesia.Bagi sekolah yangmemiliki fasilitas internet,ada cara yang lebih menghidupkan suasana pembelajaran.Guru dapat menggunakan metode pembelajaran wawancara. Siswa diminta mewawancarai warga sekolah untuk menjaring informasi mengenai pendapat mereka terhadap aktor-aktor politik di Indonesia. Sehingga terjadi pola interaksi langsung antara peserta didik dengan masyarakat yang diwawancarai dan tentunya dapat menambah kepercayaan diri. Rasa optimis adalah kunci utama untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas ditengah-tengah kekurangan yang ada.

4. Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapaiSetiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu menjadikan peserta didik meraih tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sebagai contoh, pada mata pelajaran Geografi dirumuskan dua tujuan pembelajaran, antara lain: (1) agar siswa memahami dampak pemanasan global bagi lingkungan; dan (2) agar siswa mampu menunjukkan sikap mencintai lingkungan dan alam. Demi tercapainya kedua tujuan pembelajaran tersebut, guru menggunakan metode resitasi. Dalam tugas resitasi ini guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi mengenai dampak pemanasan global bagi lingkungan, selain itu siswa diminta untuk melakukan aksi nyata kepedulian dan cinta terhadap lingkungan dan alam. Guru menghendaki agar siswa mengumpulkan laporan tugas dan bukti aksi nyata kepedulian dan cinta siswa terhadap lingkungan dan alam.Dengan penggunaan metode yang tepat, tujuan pembelajaran yang mencakup pembangunan individu di ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.

5. Faktor materi pembelajaranPada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari. Berikut penjelasan masing-masing:a. What, apa materi yang hendak dipelajari.Setiap mata pelajaran memiliki karakternya sendiri-sendiri, salah satunya bisa ditelusur dari materi yang tercakup dalam mata pelajaran tersebut. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat salah satunya harus berbasis padacontentdansubstancymateri pembelajaran.Misalnya dalam bidang ilmu sosial, untuk mengetahui dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat bencana erupsi gunung Merapi terhadap perekonomian masyarakat di sekitar kawasan bencana, maka dipilih pendekataninquirydengan metode penelusuran dokumen melalui pemberitaan di berbagai media massa. Ilustrasi sederhana, dengan alur sebagai berikut: mata pelajaran ekonomi, materi: dampak ekonomi pasca bencana alam, pendekatan:inquiry, metode: dokumentasi,penelusuran dokumen yang bersumber dari media massa, bisa juga dengan pembuatan kliping.b. How much, seberapa banyak materi yang hendak dipelajari.Metode pembelajaran yang dipilih harus efektif, efisien, praktis dalam aplikasinya sehingga cakupan materi yang hendak dipelajari dapat dengan tuntas diselesaikan. Dalam satu kali pertemuan, tidak jarang cakupan materi yang dipelajari jumlahnya kecil maupun besar. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan guru dan peserta didik untuk menyelesaikan jumlah materi yang harus ditempuh.c. How hard, seberapa sulit materi yang hendak dipelajari.Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.

6. Faktor alokasi waktu pembelajaranPemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi elaborasi konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.

7. Faktor kesanggupan guruGuru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.Tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas harus selalu diupayakan oleh setiap pendidik. Faktor kesanggupan guru bukanlah suatu pembatas bagi guru untuk memunculkan ide, kreativitas, dan inovasi-inovasi segar yang dapat memunculkan ruh dalam pembelajaran yang diselenggarakannya. Dalam paparan sederhana misalnya, guru yang memiliki sense of humor banyak disukai muridnya, tetapi guru tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi orang lucu di depan muridnya agar ia disukai. Cukup dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu memunculkan antusiasme belajar siswa, maka guru akan menjadi orang yang diterima dan disukai peserta didiknya.Alasan agar disukai murid, juga tidak boleh menjadikan guru terlena, karena hakikatnya tujuan pembelajaran jauh lebih mulia jika dibandingkan alasan tersebut. Guru memiliki tugas mulia menhantarkan peserta didiknya meraih cita-cita di masa depan. Menjadi disukai adalah bonus atau kompensasi dari kineja guru yang dilaksanakan secara profesional dan mantap.

C. Macam-Macam Kelemahan Dan Kelebihan Dalam Metode Pembelajaran 1. Metode Pemberian TugasMetode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip.Ad.Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.Dalam literatur yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalampemberian tugasguru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas.Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung.Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.a. Menurut Sutomo (1993) bahwa metode pemberian tugas dapat digunakan apabila :a) Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar.b) Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya terbatas.Untuk itu guru perlu memberikan tugas.c) Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran di sekolah.d) Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan tugas yang harus disampaikan kepada murid sangat banyak. Untuk itu pemberian tugas perlu diberikan melalui bimbingan guru lain yang menguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.b. Metode pemberian tugassebagai salah satu metode yang dikaji penulis dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :a) Kelebihan metode pemberian tugas : Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan. Memberi kebiasaan anak untuk belajar. Memberi tugas anak yang bersifat praktis Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.b) Kelemahan Metode Pemberian Tugas Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapa. Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar. Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya. Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak2. Metode Karyawisataa. PengertianMetode karyawisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Karya= kerja, wisata= pergi Karyawisata = pergi bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.b. Tujuan penggunaan metode karyawisata antara lain:a) untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah atau kelasb) untuk melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai obyek tersebutc) untuk menanamkan nilai moral pada siswac. Alasan Penggunaan Metode Karyawisata1) Obyek yang akan dipelajari tidak dapat dibawa kedalam kelas karena, misalnya: terlalu besar/berat, berbahaya, akan berubah bila berpindah tempat.2) obyek terdapat di tempat tertentu.3) Kepentingan siswa dalam rangka melengkapi proses belajar mengajard. Kelebihan Metode Karya Wisata1) Karya Wisata mempunyai prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses belajar mengajar.2) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.3) Pengajaran dengan metode karya wisata dapat lebih merangsang kreatifitas siswa.4) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam dan actual.e. Kekurangan Metode Karya Wisata1) Fasilitas yang diperlukan sulit untuk disediakan siswa di sekolah.2) Biaya yang digunakan untuk acara ini lebih banyak.3) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.4) Memerlukan koordinasi dengan guru yang lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata.5) Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya menjadi terabaikan.6) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan ini dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.

3. Metode Tanya Jawaba. Pengertian dan Kegunaan Metode Tanya JawabMetode tanya jawabadalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya dan untuk merangsang perhatian murid. Metode ini dapat digunakan sebagai spersepsi, selingan, dan evaluasi.Kegunaan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran adalah diantaranya membangkitkan atau menimbulkan keingintahuan peserta didik terhadap isi, sehingga mendorong minatpeserta didik yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran.Membangkitkan, mendorong, menuntun dan atau membimbing pemikiran yang sistematis, kreatif dan kritis pada diripeserta didik Meningkatkan keterlibatan mentalpeserta didik dengan menjawab pertanyaan, dalam proses pembelajaran sehingga dapat terwujud cara belajar aktifpeserta didik Memberikan kesempatan kepadapeserta didik untuk mengekspresikan diri, sehingga dapat memupuk dan mengembangkan kemampuan untuk menyatukan pendapat dengan tepat. Memberikan kesempatan kepada parapeserta didik menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk belajar sesuatu yang baru.b. Tujuan1) Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial.2) Memberikan rasa aman pada siswa, melalui pertanyaan kepada seorang siswa yang dapat dipastikan bisa menjawab pertanyaan.3) Mendorong siswa untuk melakukan penemuan dalam rangka memperjelas masalah.4) Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi.c. Langkah-Langkah Metode Tanya JawabUntuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :1) Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus dan berpusat pada tingkah laku peserta didik.2) Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.3) Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.4) Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.5) Menyediakan kesempatan bertanya bagi peserta didik.d. Teknik Metode Tanya JawabDalam setiap metode yang ada dalam pembelajaran pasti diperlukan tehnik agar pembelajaran bisa berjalan secara baik, berikut ini berbagai tehnik yang digunakan gfuru dalam mengajukan pertanyaan :1) The Mixe Strategyyakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis pertanyaan.2) The Speaks Strategyyakni menggunakan pertanyaan yang saling bertalian satu sama lain.3) The Pleteaus Strategyyakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya terhadap sejumlah siswa sebelum beralih kepada jenis pertanyaan yang lain.4) The Inductive Strategyyakni dengan berbagai pertanyaan siswa didorong untuk menarik generalisasi dari hal-hal khusus ke hal-hal yang umum atau berbagai fakta menuju hukum-hukum.5) The Deductive Strategyyakni Generalisasi yang dijadikan sebagai titik tolak, siswa diharapkan dapat menyatakan pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.e. Pertanyaan yang baik memiliki ciri-ciri1) Pertanyaan hendaknya bersifat mengajak atau merangsang siswa untuk berfikir.2) Kata-kata yang dipergunakan harus jelas sehingga tidak ada kata atau istilah yang tidak difahami siswa.3) Pertanyaan itu harus mengandung satu penafsiran.4) Kalimat pertanyaan hendaknya singkat.5) Setiap pertanyaan hendaknya mengandung satu masalah.6) Pertanyaan harus sesuai dengan taraf kecerdasan atau pengalaman siswa.f. Kelebihan Metode Tanya Jawab1) Suasana kelas lebihhidup karena anak didik berpikir aktif dan menyampaikan pikiran melalui berbicara..2) Akan membawa kelas kedala suasana diskusi.3) Suasana kelas lebih hidup karena murid-murid berpikir aktif.4) Sangat positif untuk melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur.5) Murid yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih hati-hati dan sungguh-sungguh mengikuti pelajaran.6) Walaupun pelajaran berjalan agak lambat tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman muridg. Kelemahan Metode Tanya Jawab1) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian pelajar terutama apabila jawaban yang kebetulan menarik perhatian tetapi bukan sasaran atau materi yang dituju.2) Dapat menghambat cara berfikir apabila guru kurang pandai dalam penyajian materi3) Terjadi perbedaan pendapat/jawaban maka akan terjadi perdebatan sengit sehingga mamakan waktu banyak untuk menyelesaikan, terkadang murid mengalahkan pendapat guru.4) Memakan waktu yang lama untuk merangkum bahan pelajaran

2. PENGERTIAN KONSERVASI DAN DULISME DALAM GEOGRAFIA. Pengertian KonservasiPengertian dan Definisi dari Konservasi menurut para ahli dapat dikemukakan bahwa Konservasi adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Istilah Konservasi atauconservationdapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang.Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup berbagai aspek positif, yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi, dan penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga menekankan bahwa konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.Dalam praktek di lapangan, kerap kali masih ditemukan pengertian dan persepsi tentang konservasi yang keliru, yaitu seolah-olah konservasi melarang total pemanfataan sumberdaya alam. Berlandaskan pada pengertian tersebut masyarakat, khususnya penduduk setempat yang bermukim di sekitar kawasan konservasi, dilarang keras untuk dapat menikmati berbagai manfaat yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Penduduk dipisahkan dengan lingkungannya secara paksa, padahal mereka secara turun-temurun telah lama tinggal di wilayahnya.Tujuan utama konservasi, menurut Strategi Konservasi Sedunia(World Conservation Strategy),ada tiga, yaitu: a. Memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan.b. Mempertahankan keanekaan genetisc. Menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkelanjutan.Secara garis besar aspek konservasi dapat dijelaskan meliputi :1. Kawasan penyangga kehidupan yang perlu dilindungi agar terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam.3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang dilakukan antara lain dengan : Pemanfaatan jenis dan pembudidayaan jenis (domestifikasi jenis baik hewan maupun tumbuhan) yang ada dalam kawasan suaka alam. Eksplorasi jenis terus dilakukan diteruskan dengan menggali pemanfaatannya bagi umat manusia, termasuk menggali kemungkinan genetic improvment untuk meningkatkan produktivitas dan menghindari dampak negatif geopotitik pelestarian plasma nutfah. Pemanfaatan kawasan pelestarian alam untuk kepentingan pariwisata alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan budaya. Menjaga dan mencari bentuk kawasan budidaya (hutan produksi) dan kawasan lainnya agar dapat disesuaikan dengan karakteristik ekosistemnya seperti percampuran tanaman, pergiliran tanaman, agroforestry, silvofishery, silvopasture dan lain-lain dengan mengutamakan landasan konservasi daya alam. Pertimbangan Konservasi tanah dan air selalu digunakan dalam kesatuan ekosistem binaan. Budidaya jenis di dalam suatu ekosistem tertentu dilakukan juga dengan pertimbangan satwa liar yang bersifat migran.4. Biaya pelestarian suaka alam sangat tinggi. Faktor inilah yang menjadikan kegiatan pengelolaan konservasi sumberdaya tidak populer dan terkesan kuran mendapat perhatian yang memadai. Namun jika pemanfaatan objek konservasi baik melalui penemuan atau domestifikasi jenis yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat, pendayagunaan kawasan untuk kepentingan tertentu seperti pariwisata, pendidikan dan lain-lain sampai kepada upaya genetic improvment dapat dilakukan dan layak jual maka kegiatan konservasi tidak lagi spending money akan tetapi menjadi earning money. Dengan kata lain tidak hanya cukup dengan menyebut pengelolaan konservasi tetapi menjadi bisnis konservasi. Kegiatan Konservasi dengan pola pikir ini sudah harus memikirkan jumlah uang yang bisa diperoleh dari bisnis ini dan harapannya akan selalu meningkat. B. Pengertian DualismeDualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak jaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh Ren Descartes (1641), yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang. Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan fenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme, tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent.

a. Contoh Perkembangan Kondisi Dualisme sampai saat ini di Indonesia Permusuhan dan Persahabatan (Budaya Politik Minang Kabau)Permusuhan dalam persahabatan (hostile and Friendship) adalah istilah yang dilontarkan oleh Josselin de Jong (1960) untuk menggambarkan struktur budaya masyarakat Minangkabau. Istilah ini mengandung makna bahwa struktur sosial-budaya masyarakat Minangkabau itu sendiri sebenarnya mencirikan sifat dualisme, di mana akan selalu ada dua aliran yang satu sama lain berseberangan. Lalu apa yang terjadi seandaikan dua aliran yang berseberangan (dualisme), dipertemukan dalam sebuah wilayah dan masyarakat yang sama, apalagi kalau pertemuan tersebut cenderung selalu hadir setiap saat dalam kehidupan masyarakatnya. Kita bisa membayangkan, begitu besarnya potensi konflik yang ada ditengah masyarakat tersebut, yang suatu saat bisa saja meledak. Seandainya ditengah-tengah masyarakat tidak ada alat yang mampu menyatukan dua kubu yang seberangan ini, maka, potensi konflik tersebut bisa saja meledak dan menjadikan wilayah masyarakat ini menjadi medan pertempuran yang sebenarnya. Inilah yang justru terjadi di masyarakat Minangkabau sejak lama, di mana secara adat, ditemukan ada dua aliran politik yang berbeda dan bertemu dalam medan yang sama. Aliran pertama memegang prinsip aristrokratis (manitiak dari ateh-menetes dari atas) dengan aliran lainnya justru memegang prinsip demokratis atau egaliter (mambusek dari bumi-menyembur dari bumi atau dari bawah). Pada banyak kasus, berbagai fenomena di masyarakat Minangkabau menunjukkan pola budaya yang dualisme seperti ini, di mana di dalamnya terkandung dua komponen yang bersifat oposisi (oposisi binary). Walaupun demikian, sifat duelisme ini tidaklah menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berkonflik terus menerus (disharmoni), justru sebaliknya menciptakan masyarakat yang sangat harmonis dan dinamis. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Minangkabau memiliki kemampuan dalam mensintesiskan dualisme tersebut. Melalui cara pandang structural, tulisan ini mencoba memaparkan, bagaimana cara orang Minangkabau mensintesisikan dua aliran yang berseberang tersebut, melalui gerakan-gerakan politik para actor yang ada di dalamnya. Tidak banyak tulisan dan hasil penelitian tentang Minangkabau, baik yang dilakukan oleh peneliti Indonesia maupun peneliti asing, yang mencoba mengupas adanya dualisme dalam masyarakat Minangkabau khususnya dalam sistem sosial-politik yang dianutnya. Namun berbagai tulisan ini ada kecenderungan mengakui bahwa memang ada dualisme dalam masyarakat Minangkabau tersebut. Ini misalnya terungkap dengan berbagai istilah yang digunakan, seperti dualisme (Saanin, 1989), aturannya yang dipakai berubahubah (Benda-Backmann, 2001), aturan yang dipakai tidak jelas (Biezeveld, 2001), sulit diterka (Wahid, 1996), ambiguous (Sairin, 2002), dispute (Tanner, 1971). Saya bisa memaklumi, mengapa ketegasan dalam menyebut adanya fenomena demikian cenderung tidak populer. Salah satunya karena konsep dualisme ini cenderung dikonotasikan secara negatif, sehingga setiap peneliti mungkin akhirnya lebih baik menghindar daripada didemonstrasi oleh orang Minangkabau. Satu satunya yang secara tegas menyebutkan masyarakat minangkabau memiliki Pola dualisme hanyalah ditemui dalam tulisan Saanin (1989) yang melihat bahwa masyarakat Minangkabau cenderung memiliki psikologi yang terbelah dua (dualisme). Menurut Saanin (1989), ketika seseorang mempelajari Minangkabau, akan selalu dihadapkan pada masalah dualisme tersebut. Sifat dualisme seperti ini, misalnya terlihat jelas pada : a. Penerapan aturan antara cara adat (matrilineal) dengan cara agama (patrilineal).b. sistem politik (lareh) antara aristokratis dengan demokratis.c. Pola pengasuhan anak antara pengasuhan oleh ibu dengan pengasuhan oleh bapak. d. sistem pewarisan (harta dan gelar) antara pewarisan ke kemenakan dengan pewarisan ke anak. Ini hanya beberapa contoh bentuk dualisme dalam masyarakat Minangkabau tersebut. Sifat dasar masyarakatnya yang terbelah (dualisme) ini, tidaklah terbentuk begitu saja, tetapi secara struktural telah terbentuk sejak lama, yaitu sejak duo datuak pendiri adat Minangkabau menciptakan dua landasan adat (lareh) dalam masyarakatnya. Dalam tambo digambarkan, dua datuak ini yaitu Datuak Katamenggungan akhirnya menciptakan lareh Koto Piliang yang aristokratis (manitiak dari ateh), dan Datuak Prapatiah Nan Sabatang akhirnya menciptakan lareh Bodi Caniago yang demokratis (mambusek dari bumi). Sebagai dua tokoh penting, maka terbelahnya landasan adat masyarakat Minangkabau menjadi dua (dualisme) ini bisa dimaklumi, karena kedua tokoh ini digambarkan memang memiliki asal usul, kepribadian dan pola pikir yang berbeda. Datuak Katamenggungan digambarkan sebagai putra makhkota yang akan mewarisi kerajaan ayahnya yang berpola patrilineal, berwatak keras, dan memiliki pola pikir yang tegas sebagaimana layaknya seorang raja. Berbeda dengan Datuak Prapatiah Nan Sabatang yang justru terlahir dari rakyat biasa, suka merantau dan berwatak kerakyatan, serta memiliki pola pikir yang lembut dan egaliter. Perbedan-perbedaan ini lah yang sering menjadi pemicu munculnya persaingan dan pertentangan diantara duo datuak ini dalam memimpin Minangkabau pada waktu itu. Puncaknya, terjadi setelah ayah dan ibu mereka (Cati Bilang Pandai dan Indo Jalito) meninggal dunia, yaitu dengan terjadinya perang di Limo Kaum (Dobbin, 1983;Djamaris, 1991). Pada perkembangan kemudian, akhirnya kedua datuak ini lalu membentuk dua sistem politik (lareh) yang berbeda dan masing-masing nya saling berebut pengaruh dalam masyarakatnya. Masyarakat Minangkabau akhirnya terbelah dalam dua sistem politik (phratry dualism), dan disisi lain juga akhirnya membelah wilayah Minangkabau kedalam dua aliran tersebut, yang dikenal dengan istilah luhak (Batuah, 1966). Secara struktural, dua lareh yang diciptakan duo datuak ini lah yang kemudian menjadi landasan dasar kehidupan sosial-politik masyarakat Minangkabau, sampai sekarang ini (Maarif, 1996). Akan tetapi walau pun sifat terbelah dua (dualisme) ini selalu membayangi kehidupan masyarakatnya, justru hal ini tidak menimbulkan kondisi disharmoni dalam masyarakatnya. Banyak ahli bahkan melihat bahwa Minangkabau, justru memiliki kehidupan yang sangat dinamis2. Ini menunjukkan bahwa di dalam sifat yang terbelah itu, terselip juga nilai-nilai budaya yang mampu mensintesiskannya, sehingga dualisme ini justru menjadi sebuah kesatuan yang saling mendukung satu sama lain. Mengikuti tambo, maka menurut Navis (1984) dan juga Djamaris (1991), sintesis yang mengakhiri pertentangan antara duo datuak pendiri Minangkabau tersebut dilakukan melalui kehadiran tokoh Datuak Sakalok Dunia dan Banego-nego. Ini akhirnya melahirkan lareh baru yang disebut Lareh Nan Panjang, dimana sifat lareh ini sering dikatakan Koto Piliang bukan, Bodi Caniago antah (Koto Piliang bukan, tetapi dikatakan Bodi Caniago juga bukan). Pada perkembangan kemudian, pola menyelesaikan pertentangan (sintesis dualisme) gaya duo datuak tersebut, misalnya terlihat dengan hadirnya filosofi yang mendasari kehidupan masyarakatnya yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Menurut Syarifuddin (1984), filosofi lebih sebagai bentuk sintesis yang dilakukan oelh masyarakatnya dengan masuknya Islam menjadi agama baru dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Begitu juga pola pengasuhan anak disentesiskan menjadi anak dipangku kamanakan dibimbiang (anak dipangku kemenakan dibimbing), sedangkan sistesis dualisme dalam sistem pewarisan dilakukan melalui pewarisan harto pusako (harta komunal) kepada kemenakan (khususnya perempuan) dan harta pancarian (harta individual) diwariskan kepada anak. Kemampuan masyarakat Minangkabau dalam memecahkan dualisme agar tidak menjadi disharmoni inilah, dalam literatur sering digambarkan sebagai kesatuan dalam keragaman (Nasroen, 1954), permusuhan dalam persahabatan (hostile in friendship) (de Jong, 1960), dispute in harmony (Abdullah,1966; Tanner, 1971), dari dualisme menuju keesaan (Saanin, 1989). Oleh sebab itu, menurut Saanin Walaupun kelompok ini, berbeda fungsi dan peran satu sama lainnya, namun di masyarakat Minangkabau, ia menjadi satu kesatuan yang utuh yang selalu ada dan mewarnai setiap musyawarah yang mereka lakukan. Artinya, dua kelompok yang berseteru tidak akan ada tanpa kehadiran kelompok ketiga, sebaliknya kelompok ketiga tidak mungkin dimunculkan tanpa adanya perseteruan dua kelompok lainnya. Secara struktural, maka budaya politik Minangkabau ini dapat digambarkan sebagai struktur triadik. Struktur triadik sebagai ciri khas budaya politik Minangkabau ini akan selalu ditemui dan teraplikasinya dalam musyawarah dalam kelompok (internal), dan juga dalam musyawarah antar kelompok (eksternal). Inilah yang kemudian sering digambarkan oleh para ahli sebagai keragaman dalam kesatuan (Nasroen, 1955), atau hostile in friendship (de Jong, 1966), dari dualisme menjadi keesaan (Saanin, 1989).

3. KESERASIAN DALAM LINGKUNGAN HIDUP1. Identifikasi Kualitas Lingkungan HidupLingkungan biotik adalah segala makhluk hidup mulai dari organisme yang tidak kasat mata sampai pada hewan dan vegetasi raksasa yang terdapat dipermukaan bumi. Sedangkan lingkungan abiotik merupakan segala segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yang bukan berupa organisme.Adanya keinginan untuk mencapai sasaran pembangunan yang ideal ialah membntuk manusia Indonesia seutuhnya secara material dan spiritual. Setiap pembangunan perlu mengkaji komponen yang meliputi komponen biotik, abiotik dan kultur yaitu sebagai berikut:1. Pembangunan berwawasan lingkunganMerupakan pengelolaan sumber daya sebaik mungkin dengan pembangunan yang berkesinambungan serta peningkatan terhadap mutu hidup masyarakat. Sasaran pembangunan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pembangunan dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan. Kegiatan tersebut dapat bersifat secara alamiah, kimia maupun secara fisik.2. Kualitas Lingkungan hidupYaitu dengan memperhatikan kondisi lingkungan hidup sekitar yang berhubungan dengan mutu hidup. Kualitas hidup dapat ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu terpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati, terpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusiawi dan terpenuhinya kebebasan untuk memilih. Lingkungan harus dijaga agar dapat mendukung terhadap kualitas berupa tingkat hidup masyarakat yang lebih tinggi. Lingkungan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sumber daya serta mengurangi zat pencemaran dan ketegangan sosial terbatas. Batas kemampuan itu disebut daya dukung. Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup, daya dukung lingkungan ialah kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

2. Keterbatasan Ekologi dalam PembangunanBiolog lingkungan atau yang biasa dikenal dengan ekologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan erat dengan lingkungan. Ekologi berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan logos yang mempunyai arti ilmu pengetahuan. Jadi, ekologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan keadaan lingkungannya yang bersifat dinamis. Hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya sangat terbatas terhadap lingkungan yang bersangkutan, hubungan inilah yang disebut dengan keterbatasan ekologi. Dalam keterbatasan ekologi terjadi degradasi ekosistem yang disebabkan oleh dua hal yaitu peristiwa alami dan kegiatan manusia. Secara alami merupakan peristiwa yang terjadi bukan karena disebabkan oleh perilaku manusia. Sedangkan yang disebabkan oleh kegitan manusia yaitu degradasi ekosistem yang dapat terjadi diberbagai bidang meliputi bidang pertanian, pertambangan, kehutanan, konstruksi jalan raya, pengembangan sumber daya air dan adanya urbanisasi. 3. Analisa Lingkungan HidupBerdasarkan pada data yang diperoleh, Indonesia mempunyai hutan tropis dunia sebesar 10 persen. Sekitar 12% keadaan hutan di Indonesia yang merupakan bagian dari jumlah binatang yang tergolong jenis mamalia, 16% persen merupakan bagian dari spesies amphibi dan binatang sejenis reptil dan 25% dari bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519 merupakan bagian dari spesies burung. Sisanya merupakan endemik yang hanya dapat ditemui didaerah tersebut.Penyusutan luas hutan alam yang merupakan asli Indonesia mengalami kecepatan menurunan yang cukup memprihatinkan. Menurut World Resource Institute (1997), hingga saat ini hutan asli Indonesia. Selama periode 1985-1997 kerusakan hutan mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Pada periode 1997-2000 bertambah menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Berdasarkan pada hasil penelitian citra landsat pada tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan yang cukup serius. Diantaranya, hutan seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan [Badan Planologi Dephut,2003]. Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003 data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 2022 korban jiwa dan mengalami kerugian milyaran rupiah dengan 85% merupakan bencana banjir dan longsor.

4. Masalah-masalah pada lingkungan hidupDalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi permasalahan di sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:a. Pencemaran Sungai dan laut,Sungai dan laut dapat tercemar dari kegiatan manusia seperti penggunaan bahan logam berat, pembuangan limbah cair kapal dan pemanfaatan air panas. Secara biologis, fisik dan kimia senyawa seperti logam tidak dapat dihancurkan. Di berbagai sektor industri dan rumah tangga seperti pemakaian bahan-bahan dari plastik.b. Pencemaran Tanah, Tanah bisa dapat tercemar apabila penggunaan secara berlebihan terhadap pupuk dan bahan pestisida. Pencemaran tanah mempunyai ciri yaitu adanya perubahan tanah menjadi kering dan keras, hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar yang terdapat di dalam tanah. Selain itu, pencemara tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penghancuran secara sempurna.c. Pencemaran Hutan,Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila dalam pemanfaatannya tidak terkendali dengan baik. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Salah satu contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan secara liar. Jika kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus maka dapat mengakibatkan penggundulan hutan.

5. Penyebab dan dampak masalah lingkungan hidupPerubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, tempat penyedia makanan dan obat-obatan. Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.

6. Upaya-Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidupa. Usaha Mengatasi berbagai Masalah Lingkungan HidupPada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:a) Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.b) Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.c) Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.d) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.e) Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.f) Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.g) Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.

b. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan Hidup dan BerkelanjutanUntuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan perlu diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa. Pengelolaan sumber daya alam merupakan usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya alam, tetapi tidak merusak sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya harus memperhatikan pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam tersebut. Adanya peningkatan perkembangan kemajuan di bidang produksi tidak perlu mengorbankan lingkungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari keberadaan sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat. Dalam pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan lingkungan. Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang sifatnya relatif sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam agar berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat kemajuan. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.Dalam pengelolaan sumber daya alam agar tetap lestari maka dapat dilakukan uasaha atau upaya sebagai berikut:a) Menjaga kawasan tangkapan hujan seperti kawasan pegunungan yang harus selalu hijau karena daerah pegunungan merupakan sumber bagi perairan di darat.b) Untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk meningkatkan resapan air sebagia air tanah, maka diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.c) Reboisasi di daerah pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai reservoir air, tata air, peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.d) Adanya pengaturan terhadap penggunaan air bersih oleh pemerintah.e) Sebelum melakukan pengolahan diperlukan adanya pencegahan terhadap pembuangan air limbah yang banyak dibuang secara langsung ke sungai.f) Adanya kegiatan penghijauan di setiap tepi jalan raya, pemukiman penduduk, perkantoran, dan pusat-pusat kegiatan lain.g) Adanya pengendalian terhadap kendaraan bermotor yang memiliki tingkat pencemaran tinggi sehingga menimbulkan polusi.h) Memperbanyak penggunaan pupuk kandang dan organik dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan sehinnga tidak terjadi kerusakan pada tanah.i) Melakukan reboisasi terhadap lahan yang kritis sebagai suatu bentuk usaha pengendalian agar memiliki nilai yang ekonomis.j) Pembuatan sengkedan, guludan, dan sasag yang betujuan untuk mengurangi laju erosi.k) Adanya pengendalian terhadap penggunan sumber daya alam secara berlebihan.l) Untuk menambah nilai ekonomis maka penggunaan bahan mentah perlu dikurangi karena dianggap kurang efisien.m) Reklamasi lahan pada daerah yang sebelumnya dijadikan sebagai daerah penggalian.

c. Pengelolaan Daur Ulang Sumber Daya alamTingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dikurangi dengan cara melakukan pengembangan usaha seperti mendaur ulang bahan-bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah, sebenarnya dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan pengolahan yang baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk mengatasi masalah lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah dengan menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai berikut:a. Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu.b. Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai ekonomis.c. Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.

d. Pelestarian Flora dan FaunaUntuk menjaga kelestarian flora dan fauna, upaya yang dapat dilakukan adalah mendirikan tempat atau daerah dengan memberikan perlindungan khusus yaitu sebagai berikut:a) Hutan Suaka Alam merupakan daerah khusus yang diperuntukan untuk melindungi alam hayati.b) Suaka Marga Satwa merupakan salah satu dari daerah hutan suaka alam yang tujuannya sebagai tempat perlindungan untuk hewan-hewan langka agar tidak punah.c) Taman Nasional yaitu daerah yang cukup luas yang tujuannya sebagai tempat perlindungan alam dan bukan sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat rekreasi.d) Cagar alam merupakan daerah dari hutan suaka alam yang dijadikan sebagai tempat perlindungan untuk keadaan alam yang mempunyai ciri khusus termasuk di dalamnya meliputi flora dan fauna serta lingkungan abiotiknya yang berfungsi untuk kepentingn kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

BAB IIIPENUTUP

C. KesimpulanMetode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran.Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.Oleh karena itu dalampemilihan metode pembelajaranada beberapafaktor-faktoryangperludiperhatikan.Pengertian dan Definisi dari Konservasi menurut para ahli dapat dikemukakan bahwa Konservasi adalah upaya untuk menjaga kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Istilah Konservasi atauconservationdapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang.Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak jaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh Ren Descartes (1641), yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Penyebab terjadinya masalah lingkungan hidup adalah adanya kegiatan masyarakat seperti pembuangan limbah pabrik, sampah dari rumah tangga, penebangan dan kebakaran hutan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap sungai dan laut, tanah, hutan sehingga banyak flora dan fauna yang punah.

D. SaranBerdasarkan uraian pada kesimpulan, adapun saran sebagai berikut :1. Bahwa apa yang ada didalam makalah ini bukan semata-mata pemikiran kami, akan tetapi kami ambil dari berbagai reperensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami. Untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.2. Adapun yang menjadi saran kami supaya isi makalah ini lebih ditingkatkan lagi, dengan mencari sumber sumber lain sehingga apa yang diharapkan kita bersama dalam memahami Pengamatan Fenomena Lingkungan, Pemetaan Dan Analisis/Pola Persebaran bisa tercapai dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Soetomo.1993.Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar.Surabaya: Usaha NasionalRoestiyah. 2008.Strategi Belajar Mengajar dalam CBSA.Jakarta: Rineka Cipta.Dr.H. Totok Gunawan, M.S,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: Ganeca Exact.Sugandi, Dede. 2005. Geografi. Bandung: Regina.