13
REFLEKS SPINAL PADA KATAK Oleh : Nama : Andriani Diah irianti NIM : B1J012011 Rombongan : III Kelompok : 3 Asisten : Anisa Rahmawati LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014

Refleks ANI

Embed Size (px)

Citation preview

  • REFLEKS SPINAL PADA KATAK

    Oleh :

    Nama : Andriani Diah irianti NIM : B1J012011 Rombongan : III Kelompok : 3 Asisten : Anisa Rahmawati

    LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO

    2014

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sistem saraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan

    penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan tanggapan

    terhadap rangsangan tersebut. Sistem saraf merupakan jaringan khusus yang berhubungan

    dengan seluruh bagian tubuh. Perkembangannya sistem saraf pada hewan vertebrata

    mengatur fungsi alat-alat tubuh. Berdasarkan letaknya, sistem saraf terbagi menjadi dua

    bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (tepi) (Campbell et al., 2004).

    Menurut Goenarso (1989), Sistem saraf adalah suatu sistem penyampaian impuls yang

    diterima oleh reseptor dan dikirim ke pusat saraf untuk ditanggapi. Sistem saraf terdiri dari

    sistem saraf pusat dan saraf perifer. Aktifitas sistem saraf memerlukan kerja sama dari

    beberapa sel, antara lain dalam mekanisme gerak sensori dan reseptor. Rangkaian dari

    stimulus dalam sebuah situasi diaplikasikan ke dalam suatu gerak. Sistem saraf pusat terdiri

    atas otak dan dan batang spinal otak merupakan ujung anterior lubang neural yang

    membesar. Otak bekerja sama sebagai suatu rangkaian untuk memerima impuls.

    Sistem saraf pusat memiliki peran dalam mengatur keseluruhan fungsi alat tubuh

    serta dalam pengolahan berbagai respon dalam kehidupan serta efek yang akan dilakukan

    diatur di sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan batang spinal. Hewan

    vertebrata telah memiliki otak yang terdapat di dalam tulang kepalanya dan berfungsi

    dengan baik dalam pengolahan rangsang dan pemberian efek dari rangsang tersebut secara

    sistematis. Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer merupakan simpul-simpul saraf

    perpanjangan dari sistem saraf pusat yang berfungsi untuk menerima respon secara

    langsung dan penyaluran respon tersebut ke sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri

    dari saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Sistem saraf tepi letaknya berlekatan

    dengan sistem gerak tubuh terutama otot sehingga efek yang disalurkan dari respon yang

    diberikan langsung distimulus oleh otot sehingga timbulah gerak. Gerak yang ditimbulkan

    dari stimulus yang diberikan oleh sistem saraf terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerak yang

    disadari dan gerak refleks (Frandson, 1992).

    Gerak yang disadari timbul dari rangkaian penyaluran respon dan pengolahan di

    otak sehingga timbul ritme gerakan yang kita inginkan. Berbeda dengan gerak yang

    disadari, dalam gerak refleks biasanya hewan vertebrata terutama katak melakukan gerak

    yang tidak seperti biasanya dilakukan, karena rangkaian rangsang yang ditimbulkan lebih ke

  • arah cepat dan tanpa pengolahan respon di otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran.

    Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba (Wulangi, 1994).

    Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu

    rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung

    dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang bersangkutan. Gerak refleks dapat

    dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks kompleks adalah refleks

    yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan

    berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya

    melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi

    dua, yaitu refleks tulang belakang (refleks spinalis) dan refleks otak (Frandson, 1992).

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum refleks spinak pada katak adalah untuk mengetahui

    terjadinya refleks spinal pada katak (Fejervarya cancrivora).

  • II. MATERI DAN CARA KERJA

    2.1 Materi

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pinset, jarum, gunting, tempat

    penggantung , benang.

    Bahan yang digunakan yaitu katak, katak hijau (Fejervarya cancrivora), dan

    larutan asam sulfat 1%.

    2.2 Cara Kerja

    1. Otak katak dirusak dengan jarum preparat.

    2. Refleks katak diamati seperti pembalikan tubuh, penarikan kaki depan dan belakang

    kemudian dicelupakan kakinya pada larutan H2SO4 1% (masing-masing tiga kali

    perlakuan).

    3. Bagian medula spinalis dirusak dari mulai 1/4, 1/2, 3/4, dan semua bagian (total),

    kemudian refleks yang terjadi pada point sebelumnya diamati.

    4. Hasil dimasukkan ke dalam tabel.

  • III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Hasil

    Tabel 3.1.1 Pengamatan Gerak Reflek Spinal Katak (Fejervarya cancrivora)

    Penusukan Bagian

    Stimulus

    Pembalikan

    Tubuh

    Penarikan

    Kaki Depan

    Penarikan

    Kaki

    Belakang

    Pencelupan Kaki ke

    dalam larutan H2SO4

    Otak + + + +

    1/4 MS + + + +

    1/2 MS - + - -

    3/4 MS - - - -

    Total - - - -

    Keterangan : (+) = adanya respon

    (-) = tidak adanya respon

    MS = medula spinalis

  • 3.2 Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum pada perusakan otak katak, katak masih mampu

    membalikkan tubuh, menarik kaki depan, menarik kaki belakang, dan ketika kaki katak

    dicelupkan ke dalam H2SO4 masih memberikan respon yang positif. Hasil perlakuan

    perusakan medula spinalis , katak juga masih memberikan respon membalikan tubuh,

    menaikan kaki depan dan belakang serta pada saat kaki dicelupan ke dalam H2SO4 masih

    memberikan respon positif. Perlakuan berikutnya perusakan medula spinalis

    parkamemberikan respon negatif. Perusakan medula spinalis dan perusakan total katak

    sudah tidak bisa membalikan tubuh, sudah tidak menaikan kaki belakang dan kaki belakang

    serta pada waktu kaki dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 hasilnya katak tidak memberikan

    respon apapun (negatif). Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara alat-alat vestibular

    dan sumsum tulang belakang telah lumpuh total, tetapi mungkin ada sebab lain yang terjadi

    saat praktikum berlangsung, yaitu ketika diberi perlakuan perusakan medula spinalis, jarum

    preparat dimungkinkan merusak bagian saraf-saraf yang lain pada katak secara berlebih

    sehingga katak hanya memberikan sedikit respon dari perlakuan yang diberikan (Kimball,

    1988).

    Perlakuan perusakan tulang belakang dengan berbagai perlakuan sampai

    perusakan total, otot tidak melakukan respon. Otak merupakan pusat kesadaran, ingatan,

    kemauan dan kegiatan fisiologis neuron atau sel saraf. Oleh karena itu, jika otak dirusak

    maka tidak ada perintah untuk membalikkan badan ataupun untuk mengadakan gerak

    refleks. Namun jika masih adanya hubungan antara alat-alat vestibuler dengan sumsum

    tulang belakang maka masih adanya kesempatan untuk merespon jika diberi stimulus

    (Frandson, 1992). Menurut Frandson (1992), katak yang dirusak tulang belakangnya

    mengalami shock spinal yang diakibatkan oleh pemutusan sistem saraf sehingga katak

    menjadi lumpuh dan tidak memberikan respon. Percobaan ini menggunakan larutan H2SO4

    yang merupakan asam kuat dan berbahaya apabila terkena tubuh. Ketika kaki katak

    dicelupkan ke dalam larutan H2SO4, katak langsung menarik kakinya dan terlihat seperti

    melakukan gerakan menghapus larutan yang menempel di kaki, hal ini terjadi karena

    larutan H2SO4 memberikan rangsangan panas yang membakar kulit. Refleks yang diberikan

    katak saat perlakuan tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988), yaitu respon

    menarik kaki setelah dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 melibatkan sejumlah otot yang

    bekerja secara terpadu dan merupakan suatu refleks murni. Percobaan ini membuktikan

    bahwa dalam suatu sistem refleks diperlukan sumsum tulang belakang sebagai pusat

    koordinasi dan pengaturan gerak refleks. Menurut Prawirohartono (1990), sumsum tulang

  • belakang mempunyai fungsi sebagai penghubung impuls dari dan ke otak dan

    memungkinkan jalan terpendek untuk gerakan refleks.

    Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur

    impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang

    pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh

    sampai terjadi respon. Sumsum tulang belakang yang telah rusak total maka tidak ada lagi

    efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).

    Perusakan total sumsum tulang belakang pada katak menunjukkan respon negatif pada

    semua perlakuan kecuali pada perlakuan penarikan kaki depan. Hal ini tidak sesuai dengan

    pustaka yang menyatakan bahwa perusakan seluruh medula spinalis dapat menghilangkan

    refleks. Tidak adanya respon karena sistem syaraf perifer yang mengandung nervi spinalis

    pada medulla spinalis telah dirusak, sehingga sentrum syaraf tidak lagi menerima impuls

    yang dibuat oleh neuron afferent yang berasal dari stimulus yang diterima oleh reseptor

    (Goenarso, 1989).

    Menurut Kimball (1988), rusaknya otak menyebabkan hubungan antara alat-alat

    vastibuler dengan sumsum tulang belakang hilang, sehingga katak tersebut tidak dapat

    membalikan tubuhnya ketika ditelentangkan, sedangkan reflek dari kaki depan dan

    belakang menunjukkan sistem syaraf perifer yang mempengaruhi ekstrimitas masih

    bekerja. Reseptor menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu diubah

    menjadi potensial aksi, sehingga timbul respon, begitu juga refleks kaki ketika dimasukan

    ke dalam H2SO4. Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh sumsum tulang belakang dan

    bukan dari otak. Refleks merupakan respon efektor yang bersifat tanpa sadar (spontan)

    terhadap suatu stimulus tertentu. Refleks melibatkan bagian otak dan sistem syaraf

    otonom, dan refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Gerak refleks merupakan

    aktivitas yang cepat, otomatis dan tidak disadari (Frandson, 1992). Gerak reflek pada bagian

    anal berhubungan dengan dubur eksternal yang menjawab rangsangan atau sentuhan pada

    bagian kulit. Hal ini mengkombinasikan dasar urogical dan dapat memberi suatu penilaian

    yang berhubungan dengan perasaan.

    Sistem saraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau neuron.

    Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang spinal, dan sitem

    saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Kedua sistem

    ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi untuk

    aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan, sedangkan sistem saraf perifer berfungsi

    memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang

    menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984).

  • Sistem syaraf terdiri atas sel-sel syaraf atau neuron. Neuron dapat dibedakan atas

    badan sel atau perikariyon, nukleus, dendrite, akson hillock, akson (neurit), mielin sheath

    (Schwan cell) dan nodus renfier. Perikariyon adalah bagian neuron yang mengandung

    nukleus yang mengandung nukleus atau kariyon. Dendrit atau neuron adalah adalah

    lanjutan dari perikariyon. Akson mempunyai percabangan yang berasal dari badan akson

    utama. Cabang-cabang dan ujung akson terbagi lagi menjadi banyak cabang yang

    melakukan kontak dengan dendrit, badan sel syaraf yang lain, otot atau organ dalam (Kay,

    1998). Sistem syaraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem

    komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls saraf,

    impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang berbentuk arus ion.

    Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot seringkali di mediasi secara

    kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2002).

    Gambar 1. Sel Syaraf (Radiopoetro, 1977)

    Bagian-bagian sel syaraf antara lain:

    1. Dendrit

    2. Nukleus

    3. Nukleous

    4. Badan sel

    5. Akson

    6. Sel schwan

    7. Ujung akson

    Gerak reflek adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana.

    Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor yang

  • mengalirkan impuls saraf untuk reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya

    memerlukan dua tipe saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak reflek s terjadi

    apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron

    perantara (neuron penghubung). Gerak refleks bekerja bukan dibawah kesadaran dan

    kemauan seseorang. Pada gerak reflek impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu

    dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat

    saraf, diterima oleh sel saraf penghubung tanpa diolah didalam otak langsung dikirim

    tanggapan ke saraf motor untuk disamapikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar, jalur

    pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi secara

    disadari. Impuls pada gerkan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf

    sensori dibawa ke otak untuk selanjutnnya diolah oleh otak kemudian hasil olahan oleh

    otak berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motor sebagai sebagai perintah yang harus

    dilaksanakan oleh efektor (Wulandari, 2009).

    Menurut Kimball (1988), mekanisme terjadinya refleks spinal yaitu stimulus mula-

    mula diterima oleh reseptor yang kemudian diubah menjadi impuls di dalam neuron aferen.

    Neuron aferen berikutnya melanjutkan impuls ke sumsum tulang belakang yang kemudian

    diteruskan oleh neuron motoris untuk diwujudkan dalam bentuk gerak refleks atau gerak

    tidak sadar. Richard (1989) berpendapat bahwa mekanisme gerak refleks adalah sebagai

    berikut: reseptor saraf sensoris saraf konektor saraf motoris efektor atau

    reseptor stimulus neuron affektor saraf tulang belakang neuron effektor

    efektor refleks. Mekanisme gerak sadar adalah dimualai dari reseptor saraf sensoris

    otak saraf motorik efektor respon.

    Sumsum tulang belakang adalah sistem estafet utama informasi somatosensori ke

    dalam sistem saraf pusat (Chapman, 1998). Sumsum tulang belakang mempunyai dua

    fungsi yang penting, yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat

    refleks, dengan adanya sumsum tulang belakang maka pasangan saraf spinal dan kranial

    menghubungkan tiap reseptor dan efektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila

    sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukan

    respon terhadap stimulus/rangsang (Ville et al., 1988). Sumsum tulang belakang pada katak

    dapat mengatur lintasan kompleks dan cepat tanggap jika terdapat gangguan. Kapasitas

    yang luar biasa dari sumsum tulang belakang mungkin berasal dari modular kontrol yang

    sama. Pengontrol spinal dapat diatur dengan set kecil primitif dan generator pola. Seberapa

    dampak modularitas fleksibel perilaku motor muncul dan berkembang dan interaksi otak

    dan sumsum tulang belakang. Dasar saraf dari modularitas mempengaruhi perkembangan

  • keterampilan gerakan dan menentukan seberapa fleksibel sistem saraf berupaya dengan

    cedera dan penuaan (Hart and Simon, 2010).

    Fungsi alat-alat yang digunakan pada praktikum refleks spinal adalah pinset untuk

    membantu dalam proses pembedahan, jarum digunakan untuk merusak otak dan sum-sum

    tulang belakang katak dan gunting digunakan untuk menguliti atau pembedahan katak.

    Fungsi dari larutan H2SO4 yang digunakan pada acara praktikum reflek spinal pada katak

    adalah untuk memberikan rangsangan syaraf sehingga timbul reflek atau tidak. Hal tersebut

    dikarenakan larutan asam sulfat yang memiliki sifat panas jika tersentuh kulit sehingga jika

    syarafnya tidak rusak secara otomatis tubuh akan memberikan refleks. Menurut Depkes RI

    (1995), H2SO4 sebagai asam, sifat H2SO4 yaitu bila bercampur dengan air dan etanol akan

    menimbulkan panas, tidak berwarna, bau sangat tajam dan korosif (Depkes RI,1995).

  • IV. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Perusakan otak dan medula spinalis katak masih memberikan respon positif

    terhadap respon stimulus yang diberikan.

    2. Perusakan sumsum tulang belakang dan total pada katak menyebabkan koordinasi

    sistem saraf menjadi mati sehingga tidak terjadi refleks terhadap stimulus yang

    diberikan

    3. Pencelupan kaki katak pada H2S04 1% bertujuan untuk mempengaruhi respon yang

    nyata dari kaki katak karena H2S04 1% bersifat panas.

  • DAFTAR REFERENSI

    Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga, Jakarta.

    Chapman, V., Rie S. And Anthony H. D. 1998. Electrophysiological Characterization of Spinal Neuronal Response Properties in Anaesthetized Rats After Ligation of Spinal Nerves L5-L6. Journal Physiologi 503(3): 881-894.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 1995. Direktorat

    Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

    Frandson, F. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.

    Goenarso. 1989. Fisiologi Hewan. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati. ITB, Bandung.

    Gunawan M.S, Adi. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron (Neourotransmisi). Integral, 7 (1) : 38-43.

    Hart, C.B. and Simon F.G. 2010. A Neural Basis for Motor Primitive in The Spinal Cord. College of Medicine and School of Bioengginering and Health Science , Drexel University, Phidadelphia. 30(4):13221336.

    Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. The Benjamin Cummings Publishing Co.Inc, New York.

    Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology. Bios Scientific Publisher Limited, Spinger-

    Verlag New York, USA

    Kimball, J. W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.

    Prawirohartono, S. 1990. Buku Pelajaran Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.

    Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

    Richard, W.H dan Gordan. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins Publisher. New

    York.

    Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis

    Mikrokontroler AT 89S8252. Journal Neutrino 1(2): 209-219

    Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud, Jakarta.