REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    1/21

    REFERAT

    PRURITUS

    Pembimbing:

    dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

    Disusun Oleh:

    Fani Adhikara G1A212143

    Tini Rohmantini G1A212144

    Ika Suhartati G1A212145

    Fahmi Ben Bella G1A212150

    Diggivio Indrianto 1210221052

    SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

    RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    2014

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    2/21

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    Telah dipresentasikan dan disetujui referat yang berjudul :

    PRURITUS

    Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik

    di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

    RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto

    Disusun oleh :

    Fani Adhikara G1A212143

    Tini Rohmantini G1A212144

    Ika Suhartati G1A212145

    Fahmi Ben Bella G1A212150

    Diggivio Indrianto 1210221052

    Disetujui dan disahkan:

    Tanggal September 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing

    dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    3/21

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pruritus adalah suatu sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan

    rangsangan untuk menggaruk. Pruritus merupakan gejala dan pelbagai

    penyakin kulit (1). Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua dengan

    usia 60 tahun atau lebih. Penyebab paling sering dari pruritus senilis

    adalah kulit yang sangat kering (xerosis kutis atau xerodermia). Selain itu

    juga disebabkan oleh degenerasi atrofi serta menurunnya fungsi kelenjar

    sebasea dan kelenjar keringat. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan,

    seperti gosokan dengan pakaian atau perubahan suhu di sekitar penderita.

    Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit. Oleh karenanya penting

    untuk mengetahui penyebab dari gejala tersebut.

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    4/21

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    5/21

    5

    lebih sensitif terhadap neurotransmitter-neuropeptida yang menginduksi

    sensasi gatal dibanding sensasi nyeri. Neurotransmitter-neuropeptida

    yang bertanggungjawab atas sensasi gatal antara lain histamin, serotonin,

    bradikinin, neuropeptida-P, protease, dan endothelin (yang menghasilkan

    oksida nitrat). Opioid juga dikenal sebagai salah satu modulator

    terjadinya pruritus. Sensitisasi reseptor -opioid menginisiasi pruritus,

    sedangkan blokade reseptor -opioid dan stimulasi reseptor-kappa

    menekan kejadian pruritus. Impuls kemudian ditransmisikan secara

    aferen lewat ganglion sensorium nervi spinalis menuju cornu dorsalis

    medulla spinalis lalu dilanjutkan ke traktus spinotalamikus. Proyeksi

    aferen ini lalu diteruskan ke thalamus untuk kemudian diterjemahkan di

    korteks gyrus postcentralis sebagai rasa gatal (pruritus). Pruritus yang

    terjadi karena adanya underlying diseaseatau penyakit penyerta sistemik

    bisa mempunyai mekanisme patofisiologi yang berbeda satu sama lain.3

    2.1.3 Klasifikasi Pruritus4

    a. Pruritoceptive itch akibat gangguan yang berasal dari kulit.

    Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.

    b. Neuropathic itch akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau

    sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.

    c. Neurogenic itch tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun

    terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan

    penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).

    d. Psikogenic itch akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.

    Bentuk Pruritus:1. Pruritus pada gravidarum

    Pruritus gravidarum diinduksi oleh hormon estrogen dan kadang-

    kadang ada hubungannya dengan kolestasis (obstruksi dan statis di

    dalam saluran empedu). Pruritus terutama terdapat pada trimester III

    akhir gravidarum dimulai dari abdomen atau badan kemudian

    generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea atau

    muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    6/21

    6

    karena garam empedu ada dalam kulit. Obyektif terlihat ekskoriasi

    karena garukan. Pruritus akan menghilang sesudah melahirkan, tetapi

    dapat residif pada kehamilan berikutnya.1,3

    2.

    Pruritus pada hepatikum

    Pruritus hepatikum merupakan gejala kutan yang utama pada

    penyakit hati dan biasanya disertai kolestasis. Pruritus dianggap

    berasosiasi dengan garam empedu. Intensitas perasaan gatal

    sebanding dengan konsentrasi garam empedu di darah, tidak

    sebanding dengan derajat warna kuning kulit.1,3

    Pruritus sebagai ekspresi kolestatis merupakan tanda adanya

    obstruksi pada empedu (obstruktive biliary disease). Perasaan gatal

    lebih banyak bila penyakit disertai ikterus. Obstruksi dapat

    berlokalisasi intra atau ekstra-hepatal.1,3

    Pruritus dapat pula sebagai efek samping obat yang

    memberikan obstruksi biliar intra-hepatal, misalnya klorpromazin,

    intra atau ekstra-hepatal, misalnya klorpromazin, metil-testosteron

    dan pil kontrasepsi. Bila ikterus tanpa pruritus, maka penyebabnya

    anemia hemolitik anhepatik atau hepatitik infeksiosa. Pada 20%

    penderita sirosis hepatis dapat timbul pruritus generalisata, yang

    disertai erupsi papular dan prurigo. Pada 10-40% penderita dewasa

    dengan hepatitis dapat timbul pruritus yang sinkron dengan elevasi

    garam asam biliar.1,3

    3. Pruritus pada Senilitas / Senilis

    Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin)

    mudak menjadi pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksiinflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan / perubahan

    suhu. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal

    dan perianal. Selain pruritus senilis sine materia pada orang tua ada

    pula pruritus yang merupakan permulaan dermatitis rksfoliativa

    generalisata (eritroderma). Kadang-kadang terdapat dermatitis

    seboroik atau pesoriasis.1

    4.

    Pruritus pada Sistem Endokrin

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    7/21

    7

    Pruritus terdapat pada Diabetes Mellitus, tirotoksikosis dan

    miksedema. Pruritus pada Diabetes Mellitus disebabkan oleh

    hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf dan

    kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau

    submammae pada wanita. Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina

    meningkat sehingga terjadi diabetes kulit oleh karena predisposisi

    berupa dermatitis, kandidiasis, dan furunkulosis. Pada hiperparatiroid

    terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam plasma sehingga terjadi

    defisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.1,3

    5. Pruritus pada penyakit Ginjal

    Pruritus generalisata mempunyai insiden 80% pada penyakit payah

    ginjal menahun disertai edema dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis)

    oleh karena terjadi atrofi kelenjar sebasea dan kelenjar sudorifera.

    Pada penyakit ginjal juga mengakibatkan gangguan metabolisme

    pada fosfor dan kalsium, magnesium dalam serum meningkat

    sehingga terjadi uremia yang menyebabkan terjadinya pruritus,

    penyebabnya oleh bahan-bahan yang mengalami retensi, ginjal gagal

    mensekresinya sehingga perlu dilakukan hemodialisis secara teratur

    dan intensif. Bila dengan hemodialisis tidak ada kemajuan, maka

    harus dipikirkan adanya hiperparatiroidia.1,3

    6. Pruritus pada neopalstik

    Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem

    limforetikuler menyebabkan penyakit Hodgkin dengan insidens

    sampai berbulan-bulan, sebelum penyakit gejala mendasari

    diketahui.

    1,3

    7. Pruritus pada Mikosis Fungoides

    Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad

    waktu lesi kulit masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi

    maligna. Pruritus dapat bersifat menetap dan intoleran.1

    8. Pruritus pada neurologik

    Defisit saraf sentral / perifer sebagai pengatur sensasi perabaan dapat

    menyebabkan pruritus.1

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    8/21

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    9/21

    9

    2.1.4 Manifestasi Klinis

    Anamnesis riwayat penyakit sekarang meliputi onset, lokasi,

    durasi, derajat keparahan, faktor yang memprovokasi, dan hubungannya

    dengan aktivitas seperti mandi, harus digali dari pasien dengan cermat.

    ROS (Review of Systems) dibutuhkan untuk melihat kemungkinan

    adanya penyakit sistemik yang mempengaruhi. Riwayat mengkonsumsi

    obat juga perlu ditanyakan untuk mengeksklusi pruritus karena obat.

    Riwayat penyalahgunaan alcohol juga diperlukan untuk mengetahui

    penyebab pruritus karena penyakit hati kronis bisa menimbulkan

    kolestasis. Stress emosional dapat menginisiasi terjadinya pruritus

    karena gangguan psikiatrik.3

    a. Pruritus Renal

    Gejala pruritus bisa berlangsung pada umumnya, gatal terus

    menerus dari pagi sampai malam hari, hingga gejala yang sangat

    jarang terjadi, pruritus timbul secara spontan sehingga menyebabkan

    ketidaknyamanan paroksismal. Penderita pruritus renal sebanyak

    46% mengalami gatal setiap hari, sedangkan pruritus timbul

    mingguan atau bulanan pada 52% pasien. Pruritus lokal terjadi pada

    56% pasien dan paling sering dirasakan di punggung, abdomen,

    kepala, dan tangan. Lokasi di kepala yang paling sering timbul

    adalah di vertex, dapat pula dijumpai ekskoriasi. Gejala eksaserbasi

    timbul pada malam hari, selama, atau setelah HD. Intensitas gatal

    bisa naik pada musim panas. Kadang dijumpai xerosis difus dan half-

    and-half nails, neuropati perifer, dan uremia. 3

    Gambar 1.Half-and-half nail

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    10/21

    10

    b. Pruritus Kolestasis

    Pruritus kolestatis timbul intermitten, ringan, dan bisa lokal

    maupun general. Rasa gatal memburuk pada tangan, kaki, dan sekitar

    baju yang ketat. Pruritus dan kelelahan paling sering timbul pada

    pasien dengan sirosis bilier primer. 3

    c.

    Pruritus Hematologis

    Hubungan antara pruritus hematologis dengan defisiensi besi

    masih diperdebatkan, rasa gatal ini timbul secara general, kadang

    bisa terkonsentrasi di perianal dan regio vulva. Pasien dengan

    polisitemia vera akan mengalami rasa gatal setelah mandi dengan air

    panas yang akan timbul beberapa menit setelah kontak dengan air.

    Sensasi gatal ini juga bisa timbul beberapa tahun setelah pasien

    menderita polisitemia. Gejala penyerta pada pruritus hematologis

    antara lain pusing, gangguan penglihatan, penurunan berat badan,

    keringat malam, vertigo, dan eritem pada jari-jari tangan kaki. Pasien

    pruritus hematologis mungkin pucat, hal ini berhubungan dengan

    anemia, seperti anemia defisiensi besi. Kulit kemerahan dijumpai

    pada pasien polisitemia vera, dengan distribusi antara lain di bibir,

    hidung, telinga, dan leher, serta hipertensi dan pembesaran lien.3

    d. Pruritus Endokrin

    Pada sebagian besar pasien, pruritus endokrin terjadi secara

    general dan disertai gejala klinis hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

    Pruritus yang berhubungan dengan diabetes mellitus jarang terjadi.

    Pasien dengan hipertiroidisme mempunyai kulit yang hangat, halus,

    dan baik, namun bisa juga terdapat urtikaria kronis dan angioedema,sedangkan pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kuku yang

    rapuh dan kering. 3

    e. Pruritus Gravidarum

    Pruritus terutama terdapat pada trimester akhir kehamilan, yang

    dimulai dari abdomen atau badan, kemudian generalisata. Ada

    kalanya pruritus disertai anoreksia, nausea, dan muntah. Penampakan

    objektif terlihat ekskoriasi karena garukan. Pruritus akan hilang

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    11/21

    11

    setelah penderita melahirkan tetapi dapat residif pada kehamilan

    berikutnya.3

    f.

    Pruritus yang berhubungan dengan keganasan

    Gejala pruritus pada pasien limfoma berbeda dengan pasien

    karsinoma. Pruritus pada karsinoma berlangsung dari sedang sampai

    berat dengan lokasi terbanyak di permukaan ekstensor ekstremitas

    superior dan permukaan anterior cruris. Pruritus pada lubang hidung

    mungkin berhubungan dengan tumor otak. Pruritus pasien limfoma

    biasanya muncul kurang lebih 5 tahun setelah terjadinya limfoma,

    paling sering pada penyakit non-hodgkin subtype sklerosis nodular.

    Rasa gatal ini tidak dapat ditoleransi, kontinyu, berat, dan sering

    disertai sensasi terbakar pada kulit, diawali pada ekstremitas inferior

    kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Jika terlokalisasi, pruritus

    hanya terasa pada aliran limfatik sekitar proses limfoma tersebut.

    Pruritus leukemia diawali secara general dan tidak lebih berat

    dibanding limfoma. 3

    2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab

    pruritus walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya

    kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan laboratoris yang bisa dilakukan

    untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta

    sistemik antara lain3:

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    12/21

    12

    Tabel 1. Pemeriksaan penunjang.3

    No Jenis pemeriksaan Temuan Penyerta sistemik Jenis pruritus

    1Hitung darahlengkap (CBC)

    - Hct > 65%-MCV, >98 fl

    Polisitemia Vera

    PruritusHematologis

    -

    RBC normal atau360 g/dl

    Anemia

    defisiensi besi

    4

    BUN (blood urea

    nitrogen), serumkreatinin

    - BUN > 40 mmol/latau >120mg%

    -

    Level serumkreatinin>90mol/l atau>10mg%

    CRF Pruritus Renal

    5AFPBilirubin direk,

    indirek

    level KolestasisPruritus

    kolestasis

    6 USG abdomenObstruksi bilier

    primerkolestasis

    7 Level TSH, T3-bebasTSH, T3-bebas Hipertiroidisme Pruritus

    endokrinTSH, T3-bebas hipotiroidisme

    8 Chest radiography

    Limfadenopati

    mediastinum

    Hodgkin

    lymphoma

    Pruritus

    malignansi

    2.1.6Penatalaksanaan

    Terapi pruritus didasarkan pada etiologi yang mendasarinya.

    Tanpa diketahui penyebabnya, terapi yang diberikan hanya bersifat

    paliatif dan hasilnya tidak begitu memuaskan. Secara umum, anti-

    pruritus utama adalah antihistamin, yang bekerja menghambat reseptor

    histamin agar tidak berikatan dengan histamin. Antihistamin berperan

    menggantikan histamin dengan cara menempati reseptor histamin

    sehingga reseptor histamin menjadi inaktif dan pruritus dapat dihindari.

    Antihistamin yang diberikan untuk pasien pruritus bisa disertai dengan

    zat sedatif agar pasien bisa sekaligus istirahat, seperti chlorpheniramine

    maleat (CTM), dosis dewasa 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg

    sehari); anak usia di bawah 1 tahun tidak direkomendasikan, usia 1-2

    tahun 1 mg 2x sehari, usia 2-5 tahun 1 mg setiap 4-6 jam (maksimal 6

    mg sehari), usia 6-12 tahun 2 mg setiap 4-6 jam (maksimal 12 mg

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    13/21

    13

    sehari) atau antihistamin lain bisa diberikan cetirizine diHcl 10 mg 1 kali

    sehari (dosis maksimal 10 mg/hari).3

    a.

    Pruritus Renal3

    1.

    Terapi sistemik : arang aktif (activated carchoal), merupakan

    pilihan terapi lini pertama pada pasien dengan pruritus renal.

    Mekanisme utamanya tidak diketahui dengan pasti, namun

    bersifat sebagai pengikat agen pruritogenik. Pemberian arang

    aktif tidak boleh dicampur dengan susu atau es krim karena akan

    menurunkan kadar absorbsinya. Efek samping pemberian arang

    aktif antara lain diare, emesis, nausea, melena,

    ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi, dan obstruksi

    gastrointestinal.

    a) Dewasa : 6 gr 4x1 (PO)

    b) Anak : 1th = dosis

    seperti pada orang dewasa.

    2. Topikal : salep capsaisin 0,025%. Berasal dari family

    Solanaceae, capsaisin menurunkan sensasi pruritus dengan cara

    menekan kinerja substansi P pada saraf sensoris perifer sehingga

    menurunkan transmisi sensasi pruritus. Capsaisin hanya

    digunakan secara topical.

    a) Dewasa : topical 3-4 kali sehari selama 3-4 minggu lalu

    dievaluasi.

    b) Anak : sama dengan dewasa.

    b. Pruritus Kolestasis3

    Kolestiramin menjadi pilihan utama terapi pruritus kolestasis,bekerja menghambat sirkulasi enterohepatik dengan cara berikatan

    dengan asam empedu di gastrointestinal.

    a) Dewasa : 4-16 gr peroral, 4 kali sehari dengan dosis terbagi.

    Diberikan 4 gr sebelum dan sesudah makan untuk mengimbangi

    kontraksi vesica felea. Pemberian tidak boleh >16 gr perhari.

    b) Anak : tidak direkomendasikan.

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    14/21

    14

    Kolestiramin bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas,

    menghambat penyerapan vitamin A, D, E, dan K, konstipasi, dan

    nausea.

    c.

    Pruritus Hematologis3

    Aspirin adalah terapi sistemik pilihan utama untuk pasien pruritus

    dengan polisitemia vera, bekerja dengan cara menurunkan kadar

    serotonin dan prostaglandin akibat degranulasi platelet.

    a) Dewasa : 300-500 mg 4 kali sehari peroral.

    b)

    Anak : tidak direkomendasikan

    Aspirin bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas, kerusakan hepar,

    hiperprotrombinemia, defisiensi vitamin K, asma, maupun gangguan

    perdarahan.

    d. Pruritus Endokrin3

    Pruritus pada hipotiroidisme bersifat sekunder, berhubungan dengan

    metabolisme yang kurang sehingga kulit menjadi xerosis. Terapi

    dapat diberikan emolien dan terapi sulih hormon (thyroid hormone-

    replacement). Pada pasien hipertiroidisme, pruritus diatasi dengan

    koreksi fungsi tiroid disamping pemberian antihistamin oral.

    e. Pruritus generalisata dapat pula menyerang daerah vagina.

    Pimecrolimus topikal bisa diberikan untuk mencegah terjadinya

    pruritus vaginal kronis. Berasal dari derivat ascomycin, substansi

    alami yang diproduksi oleh jamur Streptomyces hygroscopicus var

    ascomyceticus ini secara selektif menghambat produksi dan

    pengeluaran sitokin inflamatoar dari sel T aktif dengan cara

    berikatan dengan imunofilin sitosol reseptor makrofin-12.

    3

    2.1.7Prognosis dan Komplikasi

    Kesulitan tidur dan ide bunuh diri dapat dijumpai pada pasien

    dengan pruritus berat. Wanita hamil < 33 minggu yang tidak mendapat

    terapi pruritus adekuat dapat mengalami persalinan awal (preterm)

    bahkan kematian janin. Komplikasi lain yang dapat dijumpai antara lain

    liken simpleks kronis, nodul prurigo, ekskoriasi, maupun infeksi

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    15/21

    15

    sekunder. Pruritus renal merupakan pertanda independen terjadinya

    mortalitas 3 tahun kemudian pada pasien yang mendapat hemodialisis.

    Pasien Hodgkin lymphoma dengan pruritus generalisata berat juga

    mempunyai prognosis buruk. 3

    2.2 Pruritus senilis

    2.2.1 Definisi

    Rasa gatal yang terjadi pada orang tua dikarenakan proses degeneratif

    sehingga menyebabkan kulit menjadi kering sehingga terbentunya fisur

    (belahan kulit), yang terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik.

    Daerah yang paling sering terkena ialah daerah genitalia eksterna,

    perineal dan perianal.5

    2.2.2 Etiologi

    Dikarenakan proses penuaan, akan terjadi perubahan-perubahan fisik

    maupun fungsi dalam tubuh. Pada kulit akan mengalami perubahan

    struktur anatomis dan fungsi.5

    Perubahan struktur anatomis berupa:

    1. Lapisan epidermis5

    a. Lapisan keratinosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang,

    terjadi perubahan secara morfologis dan kandungan air pada

    stratum korneum berkurang sehingga kulit menjadi kering dan

    kasar.

    b. Lapisan stratum basal mengalami perubahan ukuran dan bentuk,

    reduplikasi pada lamina densa serta ruang antar sel keranositmenjadi bertambah lebar.

    c. Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian

    nutrisi berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila

    terjadi trauma akan mudah robek dan abrasi (bula).

    d. Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan

    terjadinya pigmentasi kulit tidak teratur, sebagian dampak

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    16/21

    16

    lainnya insiden neoplasma kulit meningkat yang disebabkan oleh

    sel melanositnya menyerap ultraviolet.

    e.

    Sel-sel Langerhans menurun, akibatnya: respon kekebalan seluler

    kulit terganggu sehingga pembentukan antigen terganggu,

    dampak lain terjadinya karsinoma kulit.

    2.

    Lapisan Dermis5

    a. Dermis atrofi, relatif aselular dan avaskular, sel mati berkurang

    sehingga reaksi hipersensitif menurun.

    b.

    Sel fibroblas mengandung banyak retikulum endoplasmik yang

    kasar.

    c.

    Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan,

    kemampuan membengkak berkurang dan susunannya tidak

    teratur sehingga kulit menjadi kendur (lax).

    d. Jumlah glikosaminoglikan (bahan dasar dermis) berkurang

    sehingga viscoelastisitas berubah.

    e. Serat-serat elastik mengalami degradasi, anyaman serat hilang,

    akibatnya kulit keriput dan kendur.

    3.

    Jaringan Subkutis

    a. Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal

    ini mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau

    ulserasi.

    b. Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih

    banyak pada daerah pinggang dan pada wanita pada paha.

    Perubahan fungsi

    5

    :a. Proliferasi dan penyembuhan5

    1. Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.

    2. Epidermal repair berkurang sehingga risiko infeksi sekundernya

    tinggi.

    3. Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.

    4. Anaplasia : hampir semua orang di atas 65 tahun mengalami

    tumor jinak (keratosis seboroika), penyebabnya :

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    17/21

    17

    a) Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.

    b) Paparan bahan karsinogen.

    c)

    Jumlah sel melanosit berkurangproteksinya berkurang.

    d)

    Jumlah sel Langerhans berkurang.

    b. Absorbsi dan Clearance Dermal5

    1.

    Permeabilitas meningkat.

    2. Dermal clearance-nya menurun

    a) Menurunkan sirkulasi pada dermis

    b)

    Dermatitis kontak menetap

    3. Cenderung timbul gangguan termoregulator

    c.

    Respon terhadap stimulasi eksternal5

    1. Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang,

    nilai ambang nyeri meningkat.

    a) Respon vaskular menurun yang akan mengakibatkan

    gangguan regulasi suhu tubuhhipotermi atau heat stroke

    b) Produksi keringat berkurang

    c) Produksi sebum menurun

    2.

    Sifat-sifat mekanis

    Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan

    (perubahan sifat mekanik) sehingga elastic recovery menurun

    (kulit lama kembali), hal ini mengakibatkan kulit mudah robek

    bila trauma.

    3. Respon Imun5

    a. Gangguan fungsi sel beta

    b.

    Gangguan imunitas selular, sehingga mudah mengalamiinfeksi virus, jamur dan keganasan.

    2.2.3 Patofisiologi

    Pada orang tua, terjadi perubahan struktur anatomi dari kulit yakni pada

    lapisan epidermis tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi

    perubahan secara morfologis dan kandungan air pada stratum korneum

    berkurang sehingga kulit menjadi kering dan kasar. Kulit kering tersebut

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    18/21

    18

    ditandai dengan berkurangnya kelembaban dalam stratum korneum. Air

    merupakan bahan utama untuk kelenturan kulit dan jika kadarnya rendah

    akan terjadi pecahan dan fisura pada kulit. Normalnya, air pada kulit

    >10%. Saat kulit menjadi terlalu kering, lapisan kulit terluar menjadi

    kaku dan dapat pecah. Pecahnya kulit dapat menjadi fisura ke dalam

    kulit yang dapat teriritasi, mengalami inflamasi dan terasa gatal. Rasa

    gatal tersebut timbul dari ujung saraf mirip sikat yang tidak bermielin

    yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea.

    Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamin

    oleh ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya

    mendorong untuk menggaruk yang lebih atau meningkat lingkaran

    setan pruritus.5

    2.2.4 Manifestasi Klinis5

    1. Garukan yang terus menerus.

    2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit (kutil).

    3. Infeksi, peruhahan pigmentasi kulit.

    4.

    Gatal yang amat sangat sehingga menyebabkan ketidakmampuan

    pada individu untuk melakukan aktivitas.

    2.2.5 Diagnosis Banding5

    1. Dermatitis kontak iritan subyektif

    Kelainan kulit tidak terlihat tetapi penderita merasa tersengat, pedih,

    atau panas terbakar setelah kontak dengan bahan kimia misalnya

    asam laktat.2. Pruritus pada DM

    3. Pruritus esensial

    Pruritus yang tidak disertai kelainan pada kulit.

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    19/21

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    20/21

  • 8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Djuanda, S. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik. Ilmu Penyakit

    Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI, 2007.

    2. Dorlan, W.A. Newman.Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC, 2002.

    3. Butler, David F. Pruritus and Systemic Disease. Madscape. [Online] Agustus

    21, 2014. [Cited: September 25, 2014.]

    http://emedicine.medscape.com/article/1098029-overview#a0104.

    4. Norman, RA. Xerosis and pruritus in the elderly: recognition and

    management.USA : NCBI, 2003, Dermatol Ther, Vol. 16, pp. 254259.

    5. Kharina.Pruritus Senilis. Sumatera Utara : Repository USU, 2014.