68
Referat STRABISMUS 1. Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata Kedudukan bola atau posisi mata. Diperlukan penentuan kedudukan pergerakan bola mata, dan 9 posisi untuk diagnosis kelainan pergerakan mata. Dikenal beberapa bentuk kedudukan bola mata: a) Posisi primer, mata melihat lururs ke depan b) Posisi sekunder, mata melihat lurus ke atas, lurus ke bawah, ke kiri dan ke kanan c) Posisi tertier, mata melihat ke atas kanan, ke atas kiri, ke bawah kanan dan ke bawah kiri. Otot Luar Bola Mata Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 6 pasang otot mata luar. Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapang pandangan, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan dekat. Otot-otot bola mata ini mengerakan bola mata pada 3 buah sumbu pergerakan, yaitu sumbu antero-posterior, sumbu vertikal dan sumbu nasotemporal (horizontal). Fungsi masing- masing otot: o Otot rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata ke arah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor). o Otot rektus lateral, kontraksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata ke arah temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf abdusen).

Refrerat Strabismus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PONN

Citation preview

Page 1: Refrerat Strabismus

Referat

STRABISMUS

1. Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata

Kedudukan bola atau posisi mata. Diperlukan penentuan kedudukan pergerakan bola

mata, dan 9 posisi untuk diagnosis kelainan pergerakan mata. Dikenal beberapa bentuk

kedudukan bola mata:

a) Posisi primer, mata melihat lururs ke depan

b) Posisi sekunder, mata melihat lurus ke atas, lurus ke bawah, ke kiri dan ke kanan

c) Posisi tertier, mata melihat ke atas kanan, ke atas kiri, ke bawah kanan dan ke bawah

kiri.

Otot Luar Bola Mata

Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 6 pasang otot mata luar.

Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapang

pandangan, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan

dekat. Otot-otot bola mata ini mengerakan bola mata pada 3 buah sumbu pergerakan,

yaitu sumbu antero-posterior, sumbu vertikal dan sumbu nasotemporal (horizontal).

Fungsi masing-masing otot:

o Otot rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola

mata ke arah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).

o Otot rektus lateral, kontraksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola

mata ke arah temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf abdusen).

o Otot rektus superior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, aduksi dan intorsi

bola mata dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).

o Otot rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi

dan pada abduksi, dan aduksi 23 derajat pada depresi. Otot ini dipersarafi oleh saraf

ke III.

o Otot oblik superior, kontraksinya akan menghasilkan depresi intorsi bila berabduksi

39 derajat, depresi saat abduksi 51 derajat, dan bila sedang depresi akan berabduksi.

Otot ini yang dipersarafi saraf ke IV (saraf troklear).

Page 2: Refrerat Strabismus

Referat

o Oblik inferior, dengan aksi primernya ekstorsi dalam abduksi sekunder oblik inferior

adalah elevasi dalan aduksi dan abduksi dalam elevasi. M. Oblik inferior dipersarafi

saraf ke III.

Demikian kesimpulan dapat diuraikan sebagai berikut:

o Rektus medius: aksi aduksi

o Rektus lateralis: aksi abduksi

o Rektus superior: aksi primer elevasi dalam abduksi. Aksi sekunder intorsi dalam

aduksi dan aduksi dalam elevasi

o Rektus inferior: aksi primer depresi pada abduksi. Aksi sekunder ekstrosi pada

aduksi dan aduksi pada depresi.

o Oblik superior: aksi primer intorsi pada abduksi. Aksi sekunder depresi dalam

aduksi dan abduksi dalam depresi

o Oblik inferior: aksi primer ekstorsi dalam abduksi. Aksi sekunder elevasi dalam

aduksi dan abduksi dalam elevasi.Fungsi Otot Mata

Otot Kerja Primer Kerja SekunderMuskulus rektus lateralis (LR) Abduksi -Muskulus rektus medialis (MR) Aduksi -Muskulus rektus superior (SR) Elevasi Aduksi, intorsiMuskulus rektus inferior (IR) Depresi Aduksi,ekstorsiMuskulus oblikus superior (SO) Intorsi Depresi, abduksiMuskulus oblikus inferior (IO) Ekstorsi Elevasi, abduksi

Keenam otot ekstraokular berperan dalam

menentukan posisi mata mengelilingi tiga sumbu

rotasi. Kerja primer suatu otot adalah efek utama

yang ditimbulkan oleh rotasi mata. Efek yang lebih

kecil disebut efek kerja sekunder.

Agar gerakan kedua mata dalam arah yang sama

otot-otot agonis yang berkaitan harus menerima

persarafan yang setara (hukum Hering). Otot Ekstraokular

Page 3: Refrerat Strabismus

Referat

Otot-Otot Pasangan Searah Dalam Posisi MenatapJurusan penglihatan kardinal Mata kanan Mata kiri1. Ke atas kanan2. Ke kanan3. Ke kanan bawah4. Ke bawah kiri5. Ke kiri6. Ke atas kiri

m. rektus superiorm. rektus lateralism. rektus inferior

m. obliqus superiorm. rektus medialism. obliqus inferior

m. obliqus inferiorm. rektus medialism. obliqus superiorm. rektus inferiorm. rektus lateralism. rektus superior

Kedua sumbu penglihatan dipertahankan lurus dan sejajar dengan suatu refleks. Bila

refleks ini tidak dapat dipertahankan maka akan terdapat juling. Juling adalah satu

keadaan dimana kedudukan bola amata yang tidak normal. Yang dimaksdu dengan

sumbu penglihatan adalah garis yang menghubungkan titik nodal dan fovea sentral dan

garis yang menghubungkan titik fiksasi, sentral pupil dan fovea sentral. Strabismus

adalah suatu keadaan dimana kedudukan bola mata tidak kesatu arah. Pada strabismus

sumbu bola mata tidak berpotongan pada satu titik benda yang dilihat.

Faal penglihatan yang normal adalah apabila bayangan benda yang dilihat kedua mata

dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian secara serentak dikirim ke

susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Mata akan

melakukan gerakan konvergensi dan divergensi untuk dapat melihat bersama serentak

pada kedua mata. Pasien dengan juling akan mengeluh mata lelah atau astenopia,

penglihatan kurang pada satu mata, lihat ganda atau diplopia, dan sering menututp

sebelah mata. Penyulit supresi dini yang terjadi adalah terjadinya ambliopia dan fiksasi

eksternal.

Otot-otot Pasangan Searah dalam Posisi Menatap

Page 4: Refrerat Strabismus

Referat

Persarafan

Nervus okulomotorius (III)

mensarafi muskulus rektus

medialis, inferior, superior, dan

muskulus obliquus inferior. Nervus

abducens (VI) mensarafi muskulus

rektus lateralis. Nervus trokhlearis

(IV) mensarafi muskulus obliqus

superior.

Pendarahan

Pasokan darah ke otot ekstraokular berasal dari cabang-cabang muskular dari arteria

oftalmika. Muskulus rektus lateralis dan obliquus inferior juga dipasok berturut-turut

oleh cabang-cabang dari arteria lakrimalis dan arteria infraorbitalis.

2. Fusi

Fusi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau persatuan, peleburan, dan

penggabungan di otak yang berasal dari 2 bayangan mata sehingga secara mental

berdasarkan kemampuan otak didapatkan suatu penglihatan tunggal, yang berasal dari

sensasi/penghayatan masing-masing mata.

Kesan penglihatan tunggal ini mempunyai sifat ketajaman bentuk, warna dan cahaya

sedangkan ukuran dimensinya hanyalah panjang dan lebar. Untutk menghindari agar

tidak terjadi bayangan yang berasal dari titik yang tidak sefaal, maka terjadi pergerakan

refleks vergen/ konvergen dan divergen.

Dimana difusi adalah:

a) Kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berasal dari kedua

mata.

b) Fusi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada.

Diperlukan beberapa syarat agar penglihatan binokular menjadi sensasi tunggal, yaitu:

Bayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi.

Bayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral

Persarafan Otot Mata

Page 5: Refrerat Strabismus

Referat

Bayangan yang diteruskan ke dalam susunan saraf pusat dapat menilai kedua

bayangan menjadi bayangan tunggal.

Bila terjadi hal d iatas maka akan terdapat bayangan tunggal binokular, sedang bila salah

satu faktor diatas tidak terjadi maka akan terjadi penglihatan binokular yang tidak

tunggal.

Penglihatan tunggal dengan kedua mata ini dapat terjadi pada semua bayangan di kedua

makula dan luar makula sehingga terjadi penglihatan sentral dan perifer bersama-sama.

Penglihatan tunggal dengan kedua mata untutk daerah sentral selalu disertai dengan

penglihatan tunggal daerah perifer.

Reflek s Fusi

Usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar. Walaupun refleks ini

tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian penglihatan. Refleks fusi ini

dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah pada kedua mata atau terdapatnya

bayangan satu pada 2 titik retina tidak sekoresponden.

Supresi, dimana otak mengabaikan bayangan benda mata yang lainnya untuk mencegah

terjadinya diplopia. Supresi terjadi akibat:

a) Juling kongenital

b) Satu mata sering berdeviasi

c) Mata deviasi berganti dimana tidak akan terjadi diplopia karena akan terjadi supresi

pada salah satu mata

3. Strabismus

Strabismus (mata juling) adalah suatu kondisi dimana

kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi

pusat perhatian secara bersamaan. Suatu keadaaan

dimana kedudukan bola mata tampak tidak searah atau

memandang pada dua titik yang berbeda. Strabismus

merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa

Page 6: Refrerat Strabismus

Referat

terjadi pada arah atau jauh penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan

jarak penglihatan.

a) Etiologi

Strabismus ditimbulkan oleh kelainan motorik, kelainan sensorik dan kelainan

sentral. kelainan sensorik disebabkan oleh penglihatan yang buruk, ptosis, Katarak

Kongenital. Kelainan Sentral akibat kerusakan otak (strabismus konkomitan).

Kelainan Sensorik dan Sentral menimbulkan Strabismus Konkomitan atau non

paralitik. Kelainan motorik seperti paresis otot mata akan menyebabkan gerakan

abnormal mata yang menimbulkan strabismus paralitik.

Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi berat atau pandangan

yang lemah karena penyakit bisa berakhir pada strabismus. Ambliopia (berkurangnya

ketajaman penglihatan) dapat terjadi pada strabismus, biasanya terjadi pada

penekanan kortikal dari bayangan mata yang menyimpang.

b) Refleks di Dalam Strabismus

Dikenal beberapa refleks yang berhubungan dengan kedudukan mata:

Refleks fiksasi

Suatu refleks untuk melakukan fiksasi agar penglihatan menjadi baik. Pada

keadaan ini harus ada sinar, sensasi dan persepsi mata. Pada refleks relaksasi

mata kembali pada kedudukan semula atau mengambila kedudukan baru. Bayi

mulai ada refleks fiksasi pada usia 6 minggu dimana ia mulai mengikuti gerakan

benda di depan matanya. Refleks fiksasi dapat dibagi dalam:

- Refleks fiksasi akomodasi, yang perkembangannya bersamaan dan

tergantung pada perkembangan otot siliar, refleks akomodasi merupakan

refleks adaptasi dekat yaitu untuk melihat benda lebih baik pada keadaan

dekat/konvergensi terjadi kontraksi otot siliar, mencembungnya lensa,

konvergensi, dan kontriksi atau menciutnya pupil.

- Refleks fiksasi kompensasi, merupakan reaksi fisiologik dimana mata

berkaitan pada bidang horizontal susunan sistem labirirn, dan melalui refleks

ini didapatkan keternagan keduudkan tubuh sampai pada tiitk berat tubuh.

- Refleks fiksasi orientasi, dimana mata berkaitan dengan objek sekitar lainnya.

Page 7: Refrerat Strabismus

Referat

- Refleks fiksasi vergens, merupakan reaksi fisiologik berhubungan dengan

refleks fiksasi kompensasi dan orientasi.

- Refleks ambliopia, ambliopia yang terjadi akibat rangsangan daerah tepi

retina.

- Refleks fusi, usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar.

Walaupun refleks ini tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian

penglihatan. Refleks fusi ini dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah

pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada 2 titik retina tidak

sekoresponden.

c) Hukum-Hukum di Dalam Strabismus

Hukum secara ilmiah merupakan pernyataan yang ditemuakn nyata untuk semua

kejadian strabismus. Terdapat beberapa hukum yang berkaitan dengan strabismus

dan ambliopia:

Hukum desmarres. Bila sumbu penglihatan bersilang maka bayangannya tidak

bersilangan. Sebaiknya bila sumbu penglihatan pada mata tidak bersilangan

maka bayangannya akan bersilangan.

Hukum donder. Kedudukan mata terhadap tiitk fiksasi penglihatan ditentukan

oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau

disengaja. Bila perhatian tertarik pada benda yang bergerak maka derajat

perputaran bola mata ditentukan oleh jarak benda terhadap bidang medial dan

dengan bidang horizontal.

Hukum gullstrand. Bila pasien yang sedang berfiksasi jauh digerakkan kepalanya

maka refleks kornea pada kedua mata akan bergerak searah dengan arah

gerakan kepala, atau bergerak ke arah otot yang lebih lemah.

Hukum hering/Ewald hering, ahli fisiologi Jerman 1834-1918. Pada pergerakan

bersama kedua bola mata didapatkan rangsangan yang sama dan simultan pada

otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okulogirir untutk mengarahkan

kedudukan mata. Dasarnya adalah terdapatnya persarafan bilateral mata,

persarafan yang sama diteruskan pada kedua mata sehingga tidak terjadi

pergerakan satu mata bebas terhadap yang lainnya.

Page 8: Refrerat Strabismus

Referat

Hukum listing, (John benedict listing, dokter jerman). Bila terjadi perubahan garis

fiksasi bola mata dari posisi primer ke posisi lainnya, maka sudut torsi pada posisi

sekunder ini sama seperti bila mata itu kembali pada posisinya dengan berputar

pada sumbu yang tetap yang tegak lururs pada sumbu permulaan dan posisi

akhir dari garis fiksasi. Berdasarkan hukum ini secara fisiologik kesatuan otot

ekstraokular dapat melakukan bermacam-macam gerakan rotasi. Sehingga setiap

perubahan posisi dari primer ke posisi lainnya akan mengakibatkan mata

berputar menurut sumbu yang terletak di bidang ekuator yang disebut bidang

Listing.

Hukum Sherington. Otot mata luar seperti pada otot serat lintang menunjukkan

persarafan resiprokal pada otot antagonisnya. Pada kedudukan mata tertentu

setiap kontraksi otot selalu terjadi rangsangan antagonis yang berkekuatan sama

mengimbangi rangsangan tersebut. Pada pergerakan mata terjadi rangsangan

sama pada otot mata yang sinergistik dan pengendoran rangsangan yang sesuai

pada otot antagonistik. Bila mata kanan yang melakukan gerakan abduksi yang

merupakan rangsangan pada otot rektus lateral kanan maka akan terjadi

perlemahan rangsangan pada otot rektus medius kanan yang antagonis terhadap

rektus lateral kanan (contoh hukum Sherington).

d) Pemeriksaan Strabismus

Anamnesis

Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat:

o Riwayat keluarga: strabismus dan ambliopia sering ditemukan dalam keluarga

o Usia onset: ini merupakan faktor penting untuk prognosis jangka panjang.

Semakin dini onset strabismus, semakin buruk prognosis untuk fungsi

penglihatan binokularnya.

o Jenis onset: ketidaksesuaian penjajaran dapat terjadi di semua arah. Hal itu

dapat lebih besar di posisi-posisi menatap tertentu, termasuk posisi primer untuk

jauh atau dekat.

o Fiksasi: salah satu mata mungkin terus menerus menyimpang, atau mungkin

diamati fiksasi yang berpindah-pindah.

Page 9: Refrerat Strabismus

Referat

Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan harus dievaluasi

sekalipun hanya dapat dilakukan perkiraan

kasar atau perbandingan dua mata. Masing-

masing mata dievaluasi tersendiri, karena

pemeriksaan binokular tidak akan dapat

memperlihatkan gangguan penglihatan pada

salah satu mata. Untuk pasien yang sangat

muda, mungkin hanya dapat dipastikan bahwa mata dapat mengikuti suatu sasaran

yang bergerak. Sasaran harus berukuran sekecil mungkin sesuai dengan usia,

perhatian, dan tingkat kewaspadaan anak. Fiksasi dikatakan normal apabila fiksasi

tersebut bersifat sentral (foveal) dan dipertahankan terus sementara mata mengikuti

suatu target yang bergerak. Salah satu teknik untuk mengukur kuantitas ketajaman

penglihatan pada anak adalah forced-choice preferential looking.

Pada usia 2,5-3 tahun, dapat dilakukan uji ketajaman penglihatan pengenalan

menggunakan gambar Allen. Pada usia 4 tahun, banyak anak dapat memahami

permainan “E” jungkir balik (Snellen) dan uji pengenalan HOTV. Pada usia 5 atau 6

tahun, sebagian besar anak dapat berespons terhadap uji ketajaman penglihatan

alfabet Snellen.

Penentuan Kesalahan Refraksi

Dengan pemberian sikloplegia

Anak-anak: sulfas atropine 1% tiga hari berturut 1 tetes sehari dan refraksi

diperiksa pada hari ke empat.

Dewasa: homatropin 3%, 1 tetes tiap 15 menit 3 kali berturut-turut, pemeriksaan

refraksi 1 jam setelah tetes terakhir.

Inspeksi

Snellen Chart

Page 10: Refrerat Strabismus

Referat

Inspeksi saja dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau

intermitten, berpindah-pindah atau tidak, dan bervariasi atau konstan. Adanya ptosis

dan posisi kepala yang abnormal juga dapat diketahui. Harus diperhatikan kualitas

fiksasi masing-masing mata dan kedua mata bersama-sama. Gerakan-gerakan

nistagmoid menandakan fiksasi yang tidak stabil dan sering menunjukkan penurunan

ketajaman penglihatan.

Lipatan epikantus yang menonjol dan menghalangi seluruh atau sebagian sklera

nasal dapat menimbulkan gambaran esotropia (pseudoesotropia). Walaupun kondisi

ini membingungkan bagi orang awam serta sebagian dokter, namun anak-anak

pengidapnya memperlihatkan uji refleksi cahaya kornea yang normal. Lipatan

epikantus yang menonjol menghilang secara bertahap pada usia 4 atau 5 tahun.

Penentuan Sudut Strabismus (Susut Deviasi)

Uji prisma dan penutupan yang terdiri dari 4 bagian:

- Uji penutupan

Uji ini sering dipergunakan untuk mengetahui adanya tropia atau foria. Uji

pemeriksaan ini dilakukan untutk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan

dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu obyek. Bila telah terjadi fiksasi

kedua mata maka kiri

ditutup dengan lempeng

penutup. Di dalam keadaan

ini mungkin akan terjadi:

Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai kejulingan yang

manifes. Bila mata kanan bergerak ke nasal berarti mata kanan juling

keluar atau eksotropia. Bila mata kanan bergerak ke temporal berarti

mata kanan juling ke dalam atau esotropia.

Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin ambliopia

atau tidak dapat berfiksasi

Mata kanan tidak bergerak sama sekali, yang berarti bahwa mata kanan

berkedudukan normal, lurus atau telah berfiksasi.

- Uji membuka menutup

Page 11: Refrerat Strabismus

Referat

Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang

ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang

berbakat menjadi juling akan menggulir. Bila mata tersebut ditutup dan

dibuka akan terlihat pergerakan mata tersebut. Pada keadaan ini berarti

mata ini mengalami foria atau juling atau berubah kedudukan bila mata

ditutup.

- Uji penutupan berselang seling

Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata

berfiksasi normal maka mata yang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi

pergerakan bola mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.

- Uji penutupan plus-prisma

Untuk mengukur deviasi secara kuantitatif, diletakkan prisma dengan

kekuatan yang semakin tinggi di depan satu atau kedua mata sampai terjadi

netralisasi gerakan mata pada uji penutupan berselang-seling.

Uji batang maddox

Page 12: Refrerat Strabismus

Referat

Uji ini adalah suatu metode akurat untuk mengukur

penyimpangan apabila korespondensi retina normal.

Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mengukur

heteroforia tetapi juga dapat digunakan pada heterotropia.

Batang Maddox terdiri dari serangkaian silinder merah tipis

yang diletakkan berdampingan, ditaruh diatas suatu

penahan sirkular yang dapat dipegang di depan mata. Apabila suatu cahaya

sasaran melewati batang Maddox tersebut, bayangan cahaya tersebut adalah

suatu garis merah yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu silinder. Dengan

demikian, satu mata melihat cahaya secara langsung sedangkan yang lain melihat

bayangannya melalui batang Maddox.

Uji obyektif

Terdapat dua metode yang sering digunakan tergantung pada pengamatan posisi

refleksi cahaya oleh kornea. Hasil-hasil dari metode tersebut harus dimodifikasi

dengan memasukkan sudut kappa:

- Metode Hirschberg

Adanya juling ditentukan dengan menggunakan sentolop dan melihat refleks

sinar pada kornea. Pada uji ini mata disinari dengan sentolop dan akan

terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Refleks sinar pada mata normal

terletak pada kedua mata sama-sama di tengah pupil. Bila satu refleks sinar

di tengah pupil sedang pada mata yang lain di nasal berarti pasien juling ke

luar atau eksotropia dan sebaliknya bila refleks sinar sentolop pada kornea

berada di bagian temporal kornea berarti mata tersebut kuling ke dalam atau

esotropia. Setiap pergeseran letak refleks sinar dari sentral kornea 1 mm

berarti ada deviasi bola mata 7 derajat.

- Metode refleks prisma (uji krimsky)

Page 13: Refrerat Strabismus

Referat

Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakan di tengah cahaya

refleks kornea dengan prisma. Dengan uji Krimsky prisma dengan kekuatan

yang sesuai dengan beratnya juling dipegang di depan mata berfiksasi (dasar-

keluar untuk esotropia, dasar ke dalam untuk eksotropia, dasar ke dalam

untuk eksotropia, dasar ke bawah untuk hipotropia, dasar ke atas untuk

hypertropia) dan refleks cahaya

diobservasi agar dipusatkan pada

pupil mata yang nirfiksasi. Sudut

deviasi dan arah di baca langsung

dari prisma.

Lampu diletakan 33 cm di depan

penderita. Diletakkan prisma pada mata yang berfiksasi yang kekuatan

prismanya ditambah perlahan-lahan sehingga refleks sinar pada mata yang

juling terletak di tengah kornea. Kekuatan prisma yang diletakkan pada mata

yang fiksasi dan memberikan sinar ditengan pada mata yang juling

merupakan beratnya deviasi mata yang juling.

Uji Sudut Kappa

Untuk mengetahui apakah eksotropia atau esotropia

yang kecil disebabkan kelainan fisiologik mata. Sudut

kappa yaitu sudut antara sumbu anatomi mata

dengan sumbu penglihatan.

Duksi (Rotasi Monokular)

Dengan satu mata tertutup, mata yang lain mengikuti suatu sumber cahaya yang

bergerak dalam semua arah pandangan. Setiap penurunan gerakan rotasi

mengisyaratkan adanya kelemahan bidang kerja otot yang bersangkutan.

Versi (Gerakan Mata Konjugat)

Hukum Hering menyatakan bahwa otot-otot pasangan searah (yoke muscle)

menerima stimulasi yan setara pada setiap gerakan mata konjugat. Versi diperiksa

Page 14: Refrerat Strabismus

Referat

dengan menyuruh mata

pasien mengikuti suatu

sumber cahaya di sembilan

posisi diagnostik: primer-lurus

ke depan; sekunder-kanan,

kiri, atas dan bawah; dan

tersier-atas dan bawah, bawah

dan kanan, atas dan kiri, dan bawah dan kiri. Gerakan salah satu mata terhadap mata

yang lain dicatat sebagai suatu overaction atau underaction. Berdasarkan perjanjian,

pada posisi tersier, otot-otot oblikus dikatakan bekerja berlebihan (overacting) atau

kurang bekerja (underaction) dalam kaitannya dengan otot rektus pasangannya.

Fiksasi dalam bidang kerja suatu otot yang paretik menimbulkan overaction otot

pasangannya, karena diperlukan persarafan yang lebih besar untuk kontraksi otot

yang underacting. Sebaliknya, fiksasi oleh mata normal akan menyebabkan otot yang

lemah kurang bekerja.

Gerakan Disjungtif

Konvergensi

Suatu keadaan mengarahkan sumbu

penglihatan kedua mata pada satu titik

dekat, yang mengakibatkan pupil kedua

mata akan saling mendekat. Pada keadaan

ini terjadi suatu gerakan terkooordinasi dari

kedua mata ke arah titik fiksasi dekat. Secara

umum dapat dikatakan sebagai gerakan mengulirnya kedua mata menuju titik fiksasi

dekat, sehingga garis penglihatan diarahkan pada satu titik yang dekat.

Kekuatan konvergensi ditentukan dengan meter sudut (meter angle). Bila sesudah

benda berada 1 meter pada garis median kedua mata, maka sudut yang dibuat oleh

sumbu penglihatan dengan garis median yang bertemu pada tiitk 1 meter disebut

sebagai 1 meter sudut.

Untuk dapat mengetahui kekuatan konvergensi mata maka pasien disuruh melihat

pinsil yang terletak di bidang medial kedua mata yang kemudian didekatkan. Pada

Page 15: Refrerat Strabismus

Referat

suatu titik tertentu pinsil kelihatan ganda dan ini merupakan batas konvergensi mata

tersebut. Mata normal dapat melihat pinsil ini tunggal pada jarak 8 cm.

Insufisiensi Konvergensi

Biasanya terdapat pada anak dewasa. Keluhan pasien berupa mata lelah, sakit

kepala, penglihatan kabur terutama saat membaca dekat. Pengobatan dengan

mengatasi kelainan refraksi, latihan melihat dekat, anjurkan memakai penyinaran

yang baik saat membaca. Penyulit berupa gangguan fusi dekat.

Divergensi

Kedua mata berputar ke luar untuk melihat benda jauh. Mata akan searah bila dapat

mempertahankan fusi kedua mata. Kedudukan mata normal atau ortoforia.

Konvergensi dan divergensi berlangsung secara refleks untuk melihat tunggal dengan

kedua mata. Pada kedua mata hal ini terkait dengan adanya fusi.

Pemeriksaan Sensorik

- Pemeriksaan stereopsi: banyak pemeriksaan stereopsis dilakukan dengan

sasaran dan kaca Polaroid untuk memisahkan rangsangan. Sasaran yang dilihat

secara monokular memiliki petunjuk-petunjuk kedalaman yang hampir tidak

terlihat. Stereogram titik acak (random dot stereogram) tidak memilii petunjuk

kedalaman monokular. Masing-masing mata melihat suatu bidang titik-titik acak,

tetapi korelasi setiap titik dengan titik korespondensinya terbuat sedemikian

rupa sehingga apabila terdapat stereopsis, pasien akan melihat suatu bentuk tiga

dimensi.

- Pemeriksaan supresi: adanya supresi cepat diketahui dengan uji empat-titik

Worth. Di depan salah satu mata pasien ditaruh kaca yang berisi sebuah lensa

merah sedangkan di mata yang lain lensa hijau. Pasien melihat senter yang berisi

bintik-bintik merah, hijau, dan putih. Bintik-bintik warna adalah penanda untuk

persepsi melalui mata, dan titik putih, yang potensial dapat dilihat oleh kedua

mata dapat menandakan adanya diplopia. Jarak antara titik-titik dan jarak cahaya

dipegang menentukan ukuran daerah retina yang diperiksa. Daerah fovea dan

perifer mungkin diperiksa. Daerah fovea dan perifer mungkin diperiksa pada

jarak jau atau dekat.

Page 16: Refrerat Strabismus

Referat

- Potensial fusi: pada orang dengan deviasi yang bermanifestasi, status potensial

fusi penglihatan binokular dapat ditentukan dengan uji filter merah. Di depan

salah satu mata diletakkan sebuah filter merah. Pasien diminta melihat ke suatu

cahaya sasaran fiksasi yang terletak jauh atau dekat. Terlihat cahaya putih dan

merah. Di depan satu atau kedua mata diletakan sebuah prisma sebagai usaha

untuk membawa dua bayangan menjadi satu. Apabila terdapat potensial fusi,

kedua bayangan akan menyatu dan terlihat sebagai sebuah cahaya merah muda.

Apabila tidak terdapat potensi fusi, pasien tetap melihat satu cahaya merah dan

satu cahaya putih.

e) Klasifikasi

Berdasarkan variasi dari deviasi mata yang berfiksasi

o Konkomitan (komitan): sudut penyimpangan sama besarnya pada semua

arah pandangan. Dapat dikelompokkan menjadi akomodatif (berhubungan

dengan kelainan refraksi) dan nonakomodatif (tak ada hubungan dengan

kelainan refraksi).

o Nonkomitan/paralitik: Sudut deviasi tidak sama untuk semua arah.

Disebabkan hilangnya fungsi dari satu atau lebih dari satu otot mata luar.

Paralise ini dapat total atau sebagian (parese).

Berdasarkan manifestasinya

o Heteropia: strabismus yang manifest, terdiri dari eksotropia, esotropia,

hipertropia, insiklotropia dan eksiklotropia

o Heteroforia: strabismus yang laten, baru terlihat jika reflek fusi diganggu,

terdiri dari eksoforia, esoforia, hiperforia, insikloforia dan eksikloforia

Berdasarakan onset terjadinya

o Kongenital: sebelum usia 6 bulan

o Didapat: sesudah usia 6 bulan

Strabismus, merupakan deviasi manifes, dimana tidak mungkin untuk melakukan

penglihatan binokuler tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak pernah

dengan dua mata, pada waktu yang sama.

Macam strabismus/ Heterotropia/ Squint

Page 17: Refrerat Strabismus

Referat

Strabismus konvergen (esotropia, crossed eye, deviasi ke nasal)

Strabismus divergen (eksotropia, wall eye, deviasi ke temporal)

Hipertropia (deviasi mata ke atas)

Hipotropia (deviasi mata ke bawah)

Pada umumnya untuk deviasi yang vertikal, dikatakan hipertopia. Bila salah satu

mata terletak lebih tinggi dari sebelahnya, disebut hipertopia dari mata yang

letaknya lebih tinggi.

Heteroforia, keadaan dimana mata mempunyai kecenderungan untuk berdeviasi

kesalah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal.

Deviasinya laten, hanya dapat dilihat bila mata sebelahnya ditutup.

Macam Heteroforia

Esoforia : deviasi ke nasal

Eksoforia : deviasi ke temporal

Hiperforia : deviasi ke atas

Hipoforia : deviasi ke bawah

Sikloforia : gerakan memutar

- Sikloforia (+): memutar ke temporal

- Sikloforia (-): memutar ke nasal

f) Diagnosis dan Penatalaksanaan Strabismus

Strabismus Paralitika (Nonkomitan, Inkomitan)

- Sudut deviasi tidak sama untuk semua arah

- Disebabkan hilangnya fungsi dari satu atau lebih dari satu otot ekstraokuler

- Paralise ini dapat total atau sebagian (parese)

Tanda-tanda:

Page 18: Refrerat Strabismus

Referat

Gerakan mata terbatas, pada daerah otot yang lumpuh bekerja.

Deviasi, kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh

bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata

yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata

digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata

digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya

tak tampak.

Diplopia terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata

bila mata digerakkan kearah ini.

Ocular torticallis (head tilting): penderita biasanya memutar kearah kerja dari

otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa

strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa

berkurang.

Proyeksi yang salah: mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang

benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu

obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan

daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan

otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar

dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini

menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.

Vertigo, mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan

ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.

Diagnosa berdasarkan:

- Keterbatasan gerak

- Deviasi

- Diplopia

Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja dari otot

yang sakit. Pada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tidak begitu nyata

adanya diplopia merupakan tanda yang penting. Cara pemeriksaannya dengan tes

diplopi, dengan cara ini dapat diketahui:

- Pada arah mana didapat diplopia

Page 19: Refrerat Strabismus

Referat

- Apakah diplopianya bertambah kesatu arah

- Mata mana yang menderita

Dengan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang

salah. Caranya: penderita disuruh mengikuti gerak benda dengan matanya tanpa

menggerakkan kepalanya, yang digerakkan keatas, kebawah, kekanan, kekiri, secara

maksimal. Diperhatikan apakah timbul diplopia pada salah satu arah. Umpamanya

pada waktu melihat kekanan tampak diplopia. Dalam hal ini ada 2 kemungkinan:

o Mata kiri yang tertinggal karena eksotropia mata kiri = kelumpuhan m.rektus

internus

o Mata kanan yang tertinggal karena esotropia mata kanan = kelumpuhan m.rektus

eksternus.

Pada eksotropia mata kiri = paralise m.rektus internus pada mata kiri. Rangsangan

pada mata kanan difovea sentralis. Pada OS, retina terangsang disebelah kiri fovea

sentralis, jadi bayangan OS ada disebelah kanan dari bayangan OD yang melalui

fovea sentralis, dilapangan penglihatan. Disini terdapat crossed diplopia karena

bayangan palsunya terletak berlawanan dengan mata yang berdeviasi.

Pada esotropia OD = paralise m.rektus eksternus mata kanan. Rangsangan pada OS

tepat di fovea sentralis. Pada OD, fovea sentralis ketinggalan dalam gerakan dan

terangsang retinanya pada daerah sebelah kiri dari fovea sentralis. Jadi bayangannya

dilapangan penglihatan terletak disebelah kanan bayangan OS yang melalui fovea

sentralis. Disini diplopianya, disebut juga homonymous diplopia, karena bayangan

palsunya terletak pada sisi yang sama dengan mata yang berdeviasi.

Penderita strabismus paralitika sebaiknya dirujuk dahulu dengan seorang ahli saraf,

sebelum diberikan pengobatan pada matanya, yang sering kali merupakan keadaan

yang gawat seperti tumor diotak.

Esotropia Paralitikus (Abdusen Palcy, Noncomitant Esotropia)

Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala, tumor atau

peradangan dari susunan saraf serebral, pasien hipertensi sistemik atau diabetes.

Jarang ditemukan pada anak-anak, yang biasanya disebabkan trauma pada waktu

lahir, kelainan kongenital dari m.rektus lateralis atau persarafannya.

Page 20: Refrerat Strabismus

Referat

Tanda-tandanya:

Gangguan pergerakan mata kearah luar

Diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar

Kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh

Deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan

dengan otot yang lumpuh

Pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul

supresi, sehingga tidak timbul diplopia

Pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong,

penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan

bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina dikedua

mata yang tidak bersesuaian (corresponderend).

Pengobatan:

Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan, menurut kausanya,

kalau dapat dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. Bila terdapat diplopia,

mata yang sakit ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya.

Adapula yang menutup mata yang sehat untuk menghilangkan diplopianya.

Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan belum ada

perbaikan, baru dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis atau reseksi

dari m.rektus medialis, sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari

otot.

Kelumpuhan total dari saraf N.III (N.Okulomotorius)

Didapatkan:

Ptosis

Bola mata hampir tak dapat bergerak. Keterbatasan bergerak kearah atas,

kenasal dan sedikit kearah bawah.

Mata berdeviasi ketemporal, sedikit kebawah. Kepala berputar kearah bahu pada

sisi otot yang lumpuh.

Sedikit eksoftalmus, akibat paralise dari 3 mm rekti yang dalam keadaan normal

mendorong mata kebelakang.

Page 21: Refrerat Strabismus

Referat

Pupil midriasis, reaksi cahaya negatif, akomodasi lumpuh.

Ada crossed diplopia.

Hal tersebut terjadi oleh karena N.III mengurusi: m.rektus superior, m.rektus

medialis, m.rektus lateralis, m.obliqus inferior, m. sfingter pupil, mm.siliaris. bila ini

semua lumpuh tinggal m.rektus lateralis, m.obliqus superior yang bekerja, karena itu

mata berdeviasi kearah temporal sedikit kearah bawah dan intorsi (berputar kearah

nasal). Pupil lebar tak ada akomodasi.

Kelumpuhan N.III sering tidak sempurna hanya mengenai 2-3 otot saja. Dapat

disertai dengan kelumpuhan dari otot-otot lain. Bila terdapat kelumpuhan dari

semua otot-otot, termasuk otot iris dan badan siliar disebut oftalmoplegia totalis.

Kalau hanya terdapat kelumpuhan dari otot-otot mata luar disebut oftalmoplegia

eksterna, yang ini lebih sering terjadi. Kelumpuhan yang terbatas pada m.sfingter

pupil dan badan siliar disebut oftalmoplegia interna. Hal ini sering dijumpai misalnya

pada:

Pemakaian midriatika, sikloplegia, waktu mengadakan pemeriksaan fundus atau

refraksi

Kontusio bulbi

Akibat lues, difteri, diabetes, penyakit serebral

Penyebab: kelainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot.

Macam kelainan dapat eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan

pembuluh darah yang menyebabkan penekanan atau peradangan pada saraf. Jarang-

jarang disebabkan peradangan atau degenerasi primer. Pada umumnya disebabkan

oleh lues yang dapat menyebabkan tabes, ensefalitis, infeksi akut, keracunan,

diabetes mellitus, penyakit-penyakit sinus, sebagai penyebab lainnya.

Pengobatan: untuk menghindari diplopia, mata sakit ditutup. Ada pula yang

menutup mata yang sehat. Kalau setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh,

dilakukan operasi reseksi dari otot yang lumpuh disertai resesi dari otot lawannya.

Supaya tidak terjadi atrofi dari otot yang lumpuh. Hasil dari operasi ini sering

mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis mungkin dapat memuaskan.

Kelumpuhan m.rektus medialis

Page 22: Refrerat Strabismus

Referat

Menyebabkan strabismus divergens, gangguan gerak kearah nasal, cross diplopi.

Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal (aduksi). Kepala

dimiringkan ke arah otot yang sakit.

Kelumpuhan m. rektus superior

Terdapat keterbatasan gerak keatas, hipotropia, diplopia campuran (diplopi

vertikal dan crossed diplopia). Bayangan dari mata yang sakit terdapat diatas

bayangan mata yang sehat. Kelainan bertambah pada gerakan mata ke atas.

Kelumpuhan m. rektus inferior

Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopi campuran,

crossed, yang bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah. Bayangan dari

mata yang sakit terletak lebih rendah.

Kelumpuhan m.obliqus superior

Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama nasal inferior, strabismus

yang vertikal, diplopia campuran, terutama vertikal dan homonim yang

bertambah hebat bila mata digerakkan ke arah nasal inferior. Bayangan dari

mata yang sakit terletak lebih rendah.

Kelumpuhan m.obliqus inferior

Terdapat keterbatasan gerak keatas, terutama atas nasal, strabismus vertikal,

diplopia campuran, homonim. Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan ke

arah temporal atas. Bayangan dari mata yang sakit terletak lebih tinggi.

Strabismus Nonparalitik

Disini kekuatan aduksi dari semua otot normal dan mata yang berdeviasi mengikuti

gerak mata yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan

kekuatan yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan

deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat). Mata yang ditujukan pada obyek

disebut fixing eye, sedang mata yang berdeviasi disebut squinting eye.

Dibedakan strabismus nonparalitika:

- Nonakomodatif

- Akomodatif

Page 23: Refrerat Strabismus

Referat

- berhubungan dengan kelainan refraksi

Strabismus Nonparalitik Nonakomodatif

Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama.

Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Karena itu

penyebabnya tak ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot-

otot. Mungkin disebabkan oleh:

Insersi yang salah dari otot-otot yang bekerja horizontal

Gangguan keseimbangan gerak bola mata, dapat terjadi karena gangguan yang

bersifat sentral, berupa kelainan kwantitas rangsangan pada otot. Hal ini

disebabkan kesalahan persarafan terutama dari perjalanan supranuklear, yang

mengelola konvergensi dan divergensi. Kelainan ini dapat menimbulkan proporsi

yang tidak baik antara kekuatan konvergensi dan divergensi. Dibedakan:

- Kelebihan konvergensi (convergence excess): pada penglihatan jauh normal,

pada penglihatan dekat timbul strabismus konvergens.

- Kelebihan divergensi (divergence exess): pada penglihatan dekat normal.

pada penglihatan jauh timbul strabismus divergens.

- Kelemahan konvergensi (convergence insufficiency): pada penglihatan jauh

normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus divergens.

- Kelemahan divergensi (divergence insufficiency): pada penglihatan dekat

normal, pada penglihatan jauh timbul strabismus konvergens.

Kekurangan daya fusi: Kelainan daya fusi kongenital sering didapatkan. Daya fusi

ini berkembang sejak kecil dan selesai pada umur 6 tahun. Ini penting untuk

penglihatan binokuler tunggal yang menyebabkan mata melihat lurus. Tetapi bila

daya fusi ini terganggu secara kongenital atau terjadi gangguan koordinasi

motorisnya, maka akan menyebabkan strabismus.

Pada kasus yang idiopatis, kesalahan mungkin terletak pada dasar genetik.

Eksotropik dan esotropia sering merupakan keturunan autosomal dominan.

Tidak jarang strabismus nonakomodatif tertutup oleh faktor akomodatif,

Page 24: Refrerat Strabismus

Referat

sehingga bila kelainan refraksinya dikoreksi, strabismusnya hanya diperbaiki

sebagian saja.

Tanda-tanda:

o Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar merupakan beban

mental.

o Tak terdapat tanda-tanda astenopia.

o Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.

o Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata yang

berdeviasi. Pada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi

ambliopia ex anopsia. Bila deviasinya mulai pada umur muda dan sudut

deviasinya besar, maka bayangan di makula yang terdapat pada mata yang fiksasi

(fixing eye) terdapat di daerah luar makula pada mata yang berdeviasi (squiting

eye). Jadi terdapat abnormal retinal correspondence (binocular fals projection).

Pengobatan

Preoperatif: Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila

tercapai hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal

dengan stereopsis, disamping perbaikan kosmetik. Hal ini sukar dicapai karena

tergantung dari pada:

- Lamanya strabismus

- Umur anak pada waktu diperiksa

- Sikap orang tuanya

- Kelainan refraksi

Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau

lebih pada waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya kosmetis

saja. Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan

dengan:

Menutup mata yang normal (terapi oklusi = patching). Dengan demikian

penderita dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. Biasanya

ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam 4-10 minggu.

Page 25: Refrerat Strabismus

Referat

Penutupan ini mempunyai pengaruh baik pada pola sensorisnya retina, tetapi

tidak mempengaruhi deviasi. Sebaiknya terapi penutupan sudah dimulai sejak

usia 6 bulan, untuk hindarkan timbulnya ambliopia. Pada anak berumur

dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin 1 tetes satu bulan, sehingga

mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. Ada pula yang menetesinya setiap hari

dengan homatropin sehingga mata ini beberapa jam sehari tak dipakai.

Sedang pada anak-anak yang lebih besar, dilakukan penutupan matanya 2-4

jam sehari. Penetesan atau penutupan jangan dilakukan terlalu lama, karena

takut menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat ini.

Pengobatan dengan cara penutupan, pada anak yang sudah mengerti (3

tahun), harus dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan

penglihatan binokuler yang baik. Kalau pengobatan preoperatif sudah cukup

lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi.

Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya bila

masih ada strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan

latihan.

Prinsip operasinya:

o reseksi dari otot yang terlalu kuat

o resesi dari otot yang terlalu lemah

Strabismus Nonparalitika Akomodativa

Gangguan keseimbangan konvergensi dan divergensi dapat juga berdasarkan

akomodasi, jadi berhubungan dengan kelainan refraksi.

Dapat berupa:

Strabismus konvergens (esotropia)

Strabismus divergens (eksotropia)

Pemeriksaan yang dilakukan:

- Pemeriksaan refraksi harus dilakukan dengan sikloplegia, untuk menghilangkan

pengaruh dari akomodasi.

- Pengukuran derajat deviasi dengan tes Hirschberg, tes Krismky, tes Maddox

cross.

Page 26: Refrerat Strabismus

Referat

- Pemeriksaan kekuatan duksi, untuk mengukur kekuatan otot yang bergerak pada

arah horizontal (adduksi: m.rektus medialis; abduksi: m.rektus lateralis).

Pengobatan:

- Koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.

- Hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang

sehat.

- Meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).

- Memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.

Esotropia Nonakomodativa

Meliputi lebih dari setengahnya strabismus nonparalitika. Deviasinya sudah timbul

pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya sama kesemua arah

dan tak terpengaruhi oleh akomodasi, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi

atau kelumpuhan otot.

Penyebabnya mungkin insersi yang salah dari otot bekerja horizontal, kelainan

persarafan supranuklear atau kelainan genetik.

Pengobatan: Terapi penutupan secepat mungkin, di samping latihan ortoptik,

sebelum dilakukan tindakan operatif:

o resesi dari m.rektus medialis

o reseksi dari m.rektus lateralis

Strabismus Konvergens Nonparalitik Akomodatif (Konkomitan Akomodatif)

Dinamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. Kelainan ini

berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat.

Tampak pada umur muda, antara 1-4 tahun, dimana anak mulai mempergunakan

akomodasinya untuk melihat benda-benda dekat seperti mainan atau gambar-

gambar. Mula-mula timbul periodik, pada waktu penglihatan dekat atau bila

keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi tetap, baik pada penglihatan jauh

ataupun dekat.

Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang hipermetrop,

mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat

Page 27: Refrerat Strabismus

Referat

akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Akomodasi dan konvergensi erat

hubungannya, dengan penambahan akomodasi konvergensinya pun bertambah

pula. Pada anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada

penglihatan dekat, disebabkan rangsangan berlebihan untuk konvergensi. Lambat

laun kelainan deviasi ini bertambah sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat

tak dapat dipertahankan lagi, dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat.

Kemudian terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh.

Pengobatan:

Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan koreksi dari hipermetropia

totalis, dan kacamata dipakai terus-menerus. Karena terdapat akomodasi yang

berlebihan, juga dapat diberikan kacamata untuk dekat meskipun belum usia

presbiopia, untuk mengurangi akomodasinya. Jadi diberikan kacamata bifokal.

Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki visus pada

mata yang sakit, 1 tetes 1 bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari

atau penutupan mata yang sehat. Kacamata harus diperiksa berulang kali, karena

mungkin terdapat perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap.

Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan koreksi untuk

memperbaiki pola sensorik dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan

untuk dapat melihat binokuler.

Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan kelainan deviasinya

tidak begitu besar, dapat diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal.

Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya, maka dilakukan

operasi, untuk meluruskan matanya.

Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki penglihatan

binokuler. Pada esotropia untuk jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus,

(otot yang lemah). Pada esotropi jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot

yang kuat). Untuk esotropi yang hebat, lebih dari 30 derajat, terjadi jauh dekat,

dilakukan operasi kombinasi.

Strabismus Divergens Nonparalitik Akomodatif (Eksotropi Konkomitan Akomodatif)

Page 28: Refrerat Strabismus

Referat

Mata berdeviasi kearah temporal. Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat,

bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya

tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit

berdeviasi keluar. Dapat dimulai dengan:

- Kelebihan divergensi

- Kelemahan konvergensi

Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopi

hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan

konvergensi dan timbulah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk

penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga

eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang

biasanya merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak

jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi

kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.

Pengobatan:

- Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 0,5-0,75 dioptri untuk

memaksa mata itu berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-menerus.

- Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler, disamping terapi

oklusi.

- Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan yang memuaskan.

Pada eksotropia hanya untuk jarak jauh, dilakukan dari m.rektus lateralis, sedang

pada kelemahan dari daya konvergensi, yang timbulkan eksotropia pada jarak

dekat dilakukan reseksi dari m.rektus medialis. Untuk eksotropia yang menetap

untuk jauh dan dekat, dilakukan operasi kombinasi. Bila kelainan deviasinya tak

begitu besar, dapat dicoba dulu dengan kacamata prisma basis nasal.

Foria

Heteroforia

Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai

kecenderungan untuk berdeviasi kesalah satu arah, yang dapat diatasi oleh usaha

otot, untuk mempertahankan penglihatan binokuler tunggal (fusi). Heteroforia

Page 29: Refrerat Strabismus

Referat

hanya dapat dilihat bila salah satu mata di tutup. Penyebab foria dibagi 2, yaitu

refraktif dan nonrefraktif.

Penyebab refraktif

a) Hipermetropia: banyaknya akomodasi yang dibutuhkan untuk

penglihatan jauh dekat, supaya dapat melihat jelas, sehinggga juga terdapat

kelebihan konvergensi, yang mengakibatkan esoforia.

b) Miopia, terlalu sedikit akomodasi, konvergensi berkurang,

yang menyebabkan eksoforia.

Nonrefraktif, foria tampak pada keadaan anemia, histeria, infeksi lokal.

Pemeriksaan:

Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia

Kekuatan duksi, untuk mengetahui letak kelainan otot

Pemeriksaan refraksi dengan koreksinya, memakai sikloplegia

Macam dan derajat foria

Maddox rod test

Moddox cross test

Pengobatan:

1) Koreksi dari refraksi. Kacamata harus dipakai selama 2 bulan

2) Latihan prisma, untuk melatih otot-otot yang lemah

3) Kalau setelah 2 bulan tak ada perbaikan, diberikan kaca mata prisma, yang

kekuatannya dibagi sama besar di kedua mata

4) Bila kacamata biasa dan kacamata prisma belum member hasil, lakukan operasi

yaitu reseksi dari otot yang lemah atau resesi dari otot yang kuat.

Tindakan operatif pada kelainan deviasi:

1) Resesi dilakukan untuk memperlemah otot yang terlalu kuat.

Caranya: dibuat insisi konjungtiva diatas insersi otot. Ototnya diisolir dan

dibersihkan. Kemudian cek ligamentnya dipotong pada tempat insersi. Otot ini

kemudian dijahitkan lagi pada sklera, beberapa mm dibelakang tempat insersi

Page 30: Refrerat Strabismus

Referat

yang asli, sesuai keperluannya. Operasi ini dapat dilakukan dengan narkose

umum ataupun dengan anestesi lokal.

2) Reseksi dilakukan untuk memperkuat otot yang lemah.

Caranya: konjungtiva diinsisi diatas insersi dari otot-otot. Ototnya diisolir dan

dipotong dari sklera, 1 atau 2 dijahitkan pada otot itu, 4-10 mm dari insersi

asalnya, yang kemudian dijahitkan lagi pada sklera asalnya. Sisa dari otot

dipotong. Konjungtiva dijahit kembali.

Setelah operasi strabismus selesai dilakukan, harus diteruskan dengan latihan

ortoptik untuk memperbaiki penglihatan binokulernya. Dengan latihan ini

diusahakan menghilangkan supresi dengan merangsang fovea dari mata yang

berdeviasi atau menghilangkan retinal korespondensi yang abnormal, dengan

merangsang kedua macula secara serentak dengan gambar. Biasanya dipakai

gambar dari derajat fusi II, sehingga gambar itu tampak sebagai gambar yang

utuh.

Hiperforia

Dalam keadaan istirahat fungsional, salah satu mata mempunyai kecenderungan

untuk berdeviasi ke atas, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal.

Sampai suatu batas akan timbul astenopia, dimana terasa sakit kepala bila mata

melihat benda bergerak dan membaca.

Penyebab: lebih sering didapatkan pada usia diatas 30 tahun. Berhubungan dengan

kelelahan otot atau overaction dari otot, salah insersi otot. Pada anak-anak yang

mempunyai daya fusi yang kuat, kelainan-kelainan ini dapat diatasi.

Pengobatan:

Page 31: Refrerat Strabismus

Referat

a) Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan kacamata yang harus

dipakai terus-menerus.

b) Setelah 2 minggu atau 2 bulan tentukan keseimbangan ototnya lagi. Apabila

ternyata belum sembuh dari forianya lebih dari 1 prisma dioptri, diberikan di

samping kacamata biasa juga kacamata prisma yang kekuatannya dibagi rata

untuk kedua mata.

c) Latihan prisma basis atas pada hiperforia pada orang muda atau dewasa.

d) Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong atau hiperforianya lebih dari

10 prisma.

Esoforia

Kecenderungan mata untuk berdeviasi ke arah nasal yang dapat dikoreksi dengan

penglihatan binokuler tunggal. Penyebab bermacam-macam, yaitu :

a. Muskuler: overaction dari m.rectus internus, kelemahan dari m.rectus eksternus

salah insersi.

b. Akomodatif: hipermetropia dengan atau tanpa astigmatisme.

c. Kelainan persarafan: pada orang yang banyak berpikir. Esoforia lebih dari 3 prisma

dioptri memberi keluhan asutenopia.

Pengobatan:

- Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan kacamata yang harus

dipakai terus-menerus.

- Setelah 1 bulan tentukan keseimbangan ototnya lagi. Apabila ternyata belum

sembuh dan forianya masih ada, berikan tambahan kacamata prisma yang

kekuatannya dibagi rata untuk kedua mata dengan basis temporal.

- Latihan prisma basis nasal.

- Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong atau hiperforianya lebih dari

6 prisma.

Eksoforia

Kecenderungan mata untuk berdeviasi ke arah temporal yang dapat dikoreksi

dengan penglihatan binokuler tunggal. Pasian mengalami astenopia pada waktu

Page 32: Refrerat Strabismus

Referat

melihat benda bergerak juga pada waktu membaca. Eksoforia dapat disebabkan

oleh:

a) Akomodatif: hubungannya dengan miopia, karena pada orang dengan miopia

kurang melakukan akomodasi, konvergensi juga berkurang.

b) Eksoforia esensial: kelebihan kekuatan dari m.rectus eksternus, kelemahan dari

m.rectus internus, salah insersi.

c) Presbiopi atau hipermetropi yang mendapat koreksi kacamata.

Pengobatan:

1. Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan koreksi berlebihan

sebesar 0,5-0,75 untuk memaksa mata berakomodasi.

2. Setelah 1 bulan periksa lagi, derajat deviasi juga kekuatan duksinya. Apabila

masih ada forianya pasien diminta untuk melihat benda yang digerakan kearah

matanya atau membaca buku dengan menggerakan bukunya kearah matanya

atau dapat juga melakukan latihan dengan sinaptofor.

3. Bila latihan tidak berhasil berikan kacamata prisma dengan derajat prisma yang

dibagi rata dikedua mata dengan basis nasal.

4. Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong.

Pseudostrabismus

Kadang-kadang pasien terlihat seperti juling akan tetapi dengan pemeriksaan tidak

terdapat tanda-tanda juling, hal ini mungkin disebabkan adanya: Epikantus, dimana

terdapat lipatan vertikal kulit pangkal hidung yang menakibatkan bagain nasal sklera

tidak terlihat dengan jelas. Pasien terlihat seperti adanya juling ke dalam. Kelainan ini

adalah gambaran karakteristik pada pasien dengan ras Mongol.

Hipertelorisme dimana bola mata terdorong keluar ronga orbita sehingga terjadi

gambaran bola mata yang menyebar keluar dan strabismus divergen ptosis

monokular sehingga memberikan gambaran mata terletak tinggi pada satu sisi.

Kelainan pseudoptosis mungkin disebabkan karena kelainan pada sudut Kappa, jarak

interpupil dekat, dan lipatan epikantus nyata.

4. Ambliopia

Page 33: Refrerat Strabismus

Referat

Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai

optimal sesuai dengan usia dan inetelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan

refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau

bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan betuk, interaksi binokular abnormal,

atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan

pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.

Ambliopia ini dapat tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan organik yang

tidak sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya

rangsangan untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Suatu kausa ekstraneural

yang menyebabkan menurunnya tajam penglihatan (seperti katarak, astigmat,

strabismus atau suatu kelainan refraksi unilateral atau bilateral yang tidak dikoreksi)

merupakan mekanisme pemicu yang mengakibatkan suatu penurunan fungsi visual pada

orang yang sensistif. Besarnya ambliopia berhubungan dengan lamanya mengalami

kurangnya rangsangan untuk perkembangan penglihatan makula.

Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan

latihan untuk perbaikan penglihatan. Sebab ambliopia adalah anisometropia, juling,

oklusi dan katarak atau kekeruhan media penglihatan lainnya. Diduga terdapat 2 faktor

yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia yaitu supresi dan nirpaki (non

use). Ambliopia nirpaki terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino

kortikal pada saat kritis perkembangannya terutama pada usia sebelum 9 tahun. Supresi

yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan mengakibatkan

terdapatnya skotoma absolut pada penglihatan binokular (untuk mencegah terjadinya

diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan binokular (monokular kortikal

inhibisi) pada bayangan retina yang kabur. Supresi sama sekali tidak berkaitan dengan

perkembangan penglihatan. Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia,

seperti:

o Berkurangnya penglihatan satu mata

o Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding

o Hilangnya sensitifitas kontras

o Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik

o Adanya anisokoria

Page 34: Refrerat Strabismus

Referat

o Tidak mempengaruhi penglihatan warna

o Biasanya daya akomodasi menurun

o ERG dan EEG penderita ambliopia selalu normal yang berarti tidak terdapat kelainan

organik pada retina maupun korteks serebri

Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu periksa

pemeriksaaan tajam penglihatan terutama apabila memperlihatkan tanda-tanda juling.

a) Pemeriksaan Ambliopia

Pemeriksaan serta mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sehingga

sampai usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk

memberikan perawatan.

Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.

o Uji crowding phenomena (untuk mengetahui adanya ambliopia)

Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang

dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien

disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam

penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya

fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia.

o Uji Density Filter netral, (untuk mengetahui adanaya ambliopia)

Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik

berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia

dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai

filter densiti netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.

Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam

penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak

akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan

sebelumnya.

Dibuat terlebih dahulu gabungan filter (kodak # 96,N.D.2.00 dengan 0,50)

sehingga tajam penglihatan pada mata yang normal turun dari 20/20 menjadi

20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut

ditaruh pada mata yang diduga ambliopia.

Page 35: Refrerat Strabismus

Referat

Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan

berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut

ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan

pemakaian filter tersebut.

o Uji Worth’s Four Dot, (untuk fusi dan pengihatan stereosis)

Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina

abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kcamata

dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru mata kirr dan melihat pada

objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik putih

akan terlihat merah oelh mata kanan dan hijau oleh mata kiri. Lampu merah

hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh

mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat

sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata

juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila

terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan

atau 3 hijau bila mata krir yang domiann. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau

yang bersilangan berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak

bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.

o Visuskop

Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat

ditentukan bentuk fiksasi monokular pada ambliopia.

b) Penanganan Ambliopia

Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung pada saat

mulai dan lamanya. Saat yang rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan

ambliopia tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.

Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.

Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam perkembangannya. Bila

ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan

latihan untuk perbaikan penglihatan.

Pengobatan dapat dengan:

Page 36: Refrerat Strabismus

Referat

o Untuk memulihkan kembali ambliopia pada seorang pasien muda, harus

dilakukan suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopenik

o Oklusi mata yang sehat

o Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi

lensa +2,5 D sedang mata yang baik diberi atropin

o Penalisasi jauh dimana mata yang ambliopia dipaksa melihat jauh dengan

memberi atropin pada mata yang baik serta diberi lensa +2,5 D

o Latihan ortoptik bila terjadi juling

o Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu

pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila meperlihatkan tanda-tanda juling.

c) Ambliopia fungsional

Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat, seperti ambliopia fungsional, yang

terdapat pada satu mata, dengan tajam penglihatan yang kurang tanpa kelainan

organik, yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata. Anak-anak mempunyai risiko

terjadinya ambliopia fungsional ini. Setelah usia bertambah maka strabismus atau

setiap faktor lain yang potensial ambliopiagenik, seperti suatu katarak yang didapat,

tidak mungkin menyebabkan ambliopia. Pada peristiwa suatu defek visual yang

didapat setelah usia ini, walaupun bertahan berbulan-bulan atau bertahun-tahun,

visus akan kembali normal atau hampir normal setelah katarak atau kelainan lain

tersebut disingkirkan dan tindakan yang memadai dilakukan terhadap koreksi

optikal. Sampai usia 6 atau 7 tahun anak-anak sensitif terhadap ambliopia

fungsional, tetapi pada usia mereka, ambliopia juga paling sukses berhasil diobati.

Pada umumnya ambliopia apapun penyebabnya akan cepat berkembang dengan

bertambah mudanya terlihat penyebab. Bila ambliopia tetap tidak diobati sampai

anak berusia 6-9 tahun, defek visual mungkin tidak dapat membaik. Batas umur

untuk dapat diobati yang tepat untuk ambliopia tidak dapat ditentukan dengan pasti

dan mungkin akibat kurang jelasnya kepastian umur sensitif.

Mungkin terdapat variasi individual, usia serangan ambliopia yang tepat tidak dapat

ditentukan dengan pasti pada setiap kasus. Adalah merupakan dalil utama yang baik

untuk menyatakan bahwa seorang anak dengan setiap tingkat ambliopia fungsional

Page 37: Refrerat Strabismus

Referat

dapat memperoleh kembali visus dengan tingkat paling baik yang pernah dimiliki

pada mula ambliopia yang secara visual matang, asalkan tindakan pengobatan yang

tepat dilakukan atau asalkan ia kehilangan tajam penglihatan pada mata yang

dulunya diungulkan kepada suatu tingkat di bawah itu yang sekarang ini mata

ambliopik. Adalah masuk akal bahwa satu mata ambliopia, tanpa memperdulikan

usia anak, sekurang-kurangnya patut menerima satu usaha tuntas, tanpa perduli bila

pengobatan dimulai.

Bila balut-tutup mata beberapa minggu atau beberapa bulan tidak menghasilkan

perbaikan, maka dapat dikatakan terdapat ambliopia yang tidak dapat membaik.

Pengobatan terhadap ambliopia meliputi oklusi (komplit atau tak komplit, konstan

atau intermiten), penalisasi (jauh, dekat, atau kedua-duanya) dan pleoptik.

Pengobatan ambliopia yang paling baik dan paling efektif adalah oklusi mata yang

diunggulkan. Tipe pengobatan yang paling sesuai untuk seorang pasien tetentu

tergantung umur pasien, tipe ambliopia, dan derajat kooperasi yang dapat

diharapkan.

Pengobatan ambliopia harus dimulai, bila mungkin, dengan menyingkirkan atau

memodifikasi faktor ambliopiagenik. Ini berarti kacamata perlu diberikan untuk

hipermetropia tinggi bilateral dan untuk anisometropia sferis 1.0D dan silinder 1.5D.

Halangan pada media seperti katarak atau kekeruhan kornea harus disingkirkan dan

diberikan koreksi yang memadai. Bebat mata, dimana anak dibawah satu tahun

harus mendapat balut seluruh waktu (seluruh jam bangun) dimulai segera setelah

diagnosis dibuat. Ambliopia fungsional dapat dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk.

d) Ambliopia strabismik

Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak

sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut

untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai

ambliopia strabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu

mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.

Ambliopia strabismik ditemukan pada penderita esotropia dan jarang pada mata

dengan eksotropia. Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah:

Page 38: Refrerat Strabismus

Referat

strabismus manifes, strabismus monokular, stabismus dengan sudut deviasi kecil,

strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi diseluruh arah pandangannya.

Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melirik ke kanan dan mata kanan untuk

melirik ke kiri) merupakan anti uji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka

tidak akan terdapat ambliopia.

Pengobatan. Pada ambliopia strabismik pengobatan ialah dengan menutup mata

yang sehat dan dirujuk pada doter mata. Ambliopia strabismik dapat pulih kembali

pada usia dibawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik.

Penyulit strabismik ambliopia. Bila mata baru mengalami juling akan terjadi keluhan

diplopia atau penglihatan ganda. Bila berlangsung lama dapat terjadi korespondensi

retina yang abnormal. Korespondensi retina abnormal terjadi bila korteks serebri

sudah dapat menyesuaikan diri terhadap 2 titik yang tidak sekoresponden menjadi

satu titik yang sekoresponden. Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam

posisi juling tidak didapatkan keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar

diatasi bila mata sudah menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina

yang abnormal. Pada ambliopia dapat terjadi ambliopia supresi akibat proses mental

dimana bayangan pada satu mata diabaikan.

e) Ambliopia refraktif

Ambliopia pada ametropia atau anisometropia yang tidak dikoreksi (ambliopia

anisometropia) dan mata dengan isoametropia seperti pada hipermetropia dalam,

atau miopia berat, atau pada astigmatisme (ambliopia astigmatik). Ambliopia yang

terjadi pada mata dengan kelainan refraksi dalam yang tidak dikoreksi (ambliopia

ametropik) atau terdapatnya kelainan refraksi antara kedua mata (ambliopia

anisometropik). Penglihatan dapat baik setelah beberapa bulan memakai kacamata

koreksi.

Pengobatan adalah dengan menutup mata yang baik setelah mata yang ambliopia

mendapatkan kacamata yang sesuai.

f) Ambliopia anisometropik

Page 39: Refrerat Strabismus

Referat

Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata

yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua mata

tidak sama besar yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif di luar fokus

dibanding dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan

satu mata. Bayangan yang lebih suram akan di supres, biasanya pada mata yang

lebih ametropik.

Beda refraksi yang besar antara kedua mata menyebabkan terbentuknya bayangan

kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidakmampuan mata berfusi,

akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat unilateral yang

mengakibatkan bayangan benda menjadi kabur.

Ambliopia anisometropik terjadi bila terdapat perbedaan yang berat kelainan

refraksi kedua mata, lihat ambliopia refraktif. Ambliopia yang terjadi akibat

perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2.5 D,

mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binokular tunggal, demikian pula terjadi

pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis

maka dapat tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk melihat

dekat sedang yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif).

Pengobatan: Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil pemeriksaan

refraksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik.

Penyulit: Bila fusi tepi kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering

tidak terdeteksi sampai ada pemeriksaan tajam penglihatan di sekolah. Bila fusi tepi

tidak kuat maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotropia

atau sindrom monofiksasional.

g) Ambliopia ametropik

Mata dengan hipermetropia dan astigmat sering memperlihatkan ambliopia akibat

mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat objek dengan baik dan jelas. Ambliopia

ametropik, menurunnya tajam penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang

tidak dikoreksi (biasanya hipermetropia atau astigmat). Perbaikan tajam penglihatan

dapat terjadi beberapa bulan setelah kacamata dipergunakan.

Page 40: Refrerat Strabismus

Referat

Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya penderita

hipermetropia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat tinggi (3.0 D) karena penderita tidak

pernah melihat bayangan jelas. Dibutuhkan waktu untuk mengatasi ambliopia sangat

lama sesudah koreksi tajam penglihatan terbaik.

Pengobatan: Pengobatan ambliopia amteropik ialah dengan memberikan kacamata

hasil pemeriksaan refraksi secara objektif.

h) Ambliopia eks anopsia

Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan penglihatan bayi.

Dahulu ambliopia ini diduga karena juling, pada saat ini ambliopia eks anopsia disuga

disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran

melihat. Ambliopia eks anopsia dapat terjadi akibat adanya katarak kongenital.

Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah berumur 4 tahun maka tajam penglihatan

tidak akan kurang dari 20/20, sedangkan bila terjadi pada usia kurang dari 4 tahun

maka tajam penglihatan dapat lebih buruk.

Ambliopia akibat mata tidak dipergunakan dengan baik. Biasanya mengenai satu

mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan yang sangat buruk.

Menurunnya penglihatan pada satu mata akibat hilangnya kemampuan melihat

bentuk setelah fiksasi sentral tidak dipergunakan (akibat katarak, kekeruhan kornea

dan prosis).

Ambliopia eksanopsia diuga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak

untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata

akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi

pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau

terlambat diatasi.

Pengobatan dengan menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit

dibersihkan kekeruhan media penglihatannya. Katarak kongenital dapat

menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.

i) Ambliopia intoksikasi

Page 41: Refrerat Strabismus

Referat

Intoksikasi yang disebabkan pemakaian tembakau, alkohol. Timah atau bahan toksis

lainnya dapat mengakibatkan ambliopia. Biasanya terjadi neuritis optik toksis akibat

keracunan disertai terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang berubah-ubah.

Hilangnya tajam penglihatan sentral bilateral, yang diduga akibat keracunan

metilalkohol, yang dapat juga terjadi akibat gizi buruk.

j) Ambliopia histeria

Ambliopia yang terjadi akibat adanya histreia yang dapat mengenai satu mata, akan

tetapi lebih sering mengenai kedua mata. Pada pemeriksaan didapatkan lapang

pandangan yang menciut konsentris dan yang lebih karakteristik adalah gambaran

seperti spiral selama dilakukan pemeriksaan lapang pandangan. Kadang-kadang

disertai dengan gejala rangsangannya seperti blefarospasme, memejamkan mata,

dan lakrimasi. Reaksi pupil normal dengan gejala lainnya yang tidak nyata.

Secara umum dapat disimpulkan pada ambliopia Adalah sukar untuk mendapatkan

mata menjadi lurus pada mata juling yang sudah ambliopia atau sudah terjadi

korespondensi retina yang abnormal dimana telah terjadi penglihatan tunggal pada

mata yang juling tersebut. Oleh sebab itu bila kaita menemukan mata juling dengan

korespondensi retina abnormal atau terdapat ambliopia sebaiknya segera memberi

perawatan untuk mencegah keadaan menetap. Dalam keadaan ini perlu mengawasi

dengan baik mata anak bila terlihat juling.

Bila satu mata dengan esotropia atau juling ke dalam maka bayangan pada mata

tersebut akan terletak di sebelah nasal makula lutea sehingga benda tersebut

seakan-akan terletak di luar atau jauh bersebelahan dengan benda yang dilihat

dengan mata yang baik. Akibatnya akan terjadi gangguan penglihatan bayangan

kedua benda sekaligus secara tunggal. Kadang-kadang kedua bayangan ini sangat

mengganggu penderita untk menghindari hal ini mata yang tidak berfiksasi akan

melakukan supresi. Bila terjadi pergantian maka akan terlihat mata berfiksasi

bergantian. Bila skotoma supresi berjalan terus menerus pada mata yang juling,

maka mata ini akan mengalami ambliopia. Ambliopia akan mudah terjadi mata juling

terdapat pada anak berusia dibawah 5 tahun.

Page 42: Refrerat Strabismus

Referat

Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan

keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila mata sudah

menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina yang normal.

k) Ambliopia organik

Ambliopia dengan kalinan organik yang dapat menerangkan sebab tajam penglihatan

kurang (tidak memenuhi kriteria ambliopia secara murni). Ambliopia terjadi akibat

kerusakan fovea kongenital sehingga mengganggu penderita. Ambliopia organik

bersifat tidak reversibel.

5. Diplopia

Diplopia adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat denga satu atau dua

mata. Diplopa terjadi akibat penglihatan kedua mata serentak pada daerah retina yang

tidak sekoresponden. Rangsangan retina yang tidak sekoresponden ini terjadi oleh

gangguan kedudukan kedua sumbu bola mata yang tidak sejajar. Kelianan ini disebut

sebagai diplopia binokular. Diplopia binokular ini terjadi bila kedua mata melihat

bersama akan tetapi tidak terfokus baik. Diplopia ini dapat terjadi pada penyakit bola

mata, kerusakan kepala, penyakit serebelum, serebrum, meningen. Binokular diplopia

ini dapat disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan otot penggerak mata. Bayangan

dapat terletak berdampingan atau di atas atau dan di bawah satu terhadap lainnya.

Sehingga dikenal bentuk diplopia:

o Dipopia homonim, adalah suatu keadaan pada mata dengan juling ke dalam atau

esodeviasi, dimana bayangan terlihat oleh mata yang juling ke dalam terletak di

bagian luar sisi yang sama benda aslinya. Juling ini disebut diplopia tidak bersilang.

o Diplopia heteronim, atau diplopia bersilang, terjadi pada mata dengan juling ke luar

atau eksodeviasi. Dimana benda yang dilihat oleh mata kanan terletak di sebelah kiri,

sedang benda yang dilihat oleh mata kiri seakan-akan terletak di sebelah kanan.

Diplopia bersilang dapat dialami secara fisiologik bila kita mendekatkan benda

seperti pinsil pada mata kita. Pada satu kedudukan tertentu maka akan terlihat pinsil

menjadi ganda. Keadaan ini terjadi akibat mata tidak dapat lagi melihat benda

tersebut serentak dan menjadikan bayangan benda pada satu mata akan terletak di

sebelah temporal makula lutea.

Page 43: Refrerat Strabismus

Referat

o Diplopia monokular, adalah diplopia bila melihat dengan satu mata yang dapat

dikeluhkan seseorang dengan histeria, astigmat,pupil ganda, lensa subluksasi, dan

permulaan katarak.

Uji diplopia

Pasien memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan kaca filter hijau

pada mata kiri. Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan akan menyatakan letak

lampu merah dan hijau yang terlihat. Secara normal atau bila mata berkedudukan

ortoforia dan bayangan difokuskan pada makula maka lampu akan terlihat satu. Diplopia

bersilang bila letak bayangan lampu merah terletak di sebelah kiri bayangan biru, ini

terlihat pada mata eksotropia. Bila letak lampu merah di sebelah kanan lampu hijau ini

disebut diplopia homonim yang terjadi pada mata dengan esotropia.

Gangguan Lapang Pandangan

Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada daerah

oksipital otak. Gangguan pada jalur penglihatan akan mengakibatkan gangguan

fungsinya. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan dan lapang pandangan mata,

seperti:

o Retina bagian nasal dari makula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan,

o Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik

o Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optik,

o Lapang pandangan normal pada satu mata terletak 90 derajat temporal, 60 derajat

medial, 60 derajat atas, dan 75 derajat bawah.

Bermacam cara pemeriksaan lapang pandangan seperti uji konfrontasi dan pemeriksaan

kampimetri.

Bentuk kelainan pada lapang pandangan dapat berupa:

Membesarnya bintik buta fisiologik, terlihat pada papil edema, glaukoma, dan miopia

progresif. Lapang pandangan yang mengecil terlihat pada glaukoma, papilitis, keracunan

obat, dan histeria.

o Skotoma busur (arkuat), yang dapat terlihat pada glaukoma, iskemia papil saraf

optik, dan oklusi arteri retina sentral

Page 44: Refrerat Strabismus

Referat

o Skotoma sentral yang terlihat pada retinitis sentral

o Hemianopsia bitemporal, hilangnya setengah lapang pandangan temporal kedua

mata merupakan tanda khusus kelainan kiasma optik, dapat juga akibat meningitis

basal, kelainan sfnoid dan trauma kiasma

o Hemianopsia binasal, defek lapang pandangan setengah nasal dapat terjadi akibat

tekanan bagian temporal kiasma optik kedua mata atau atrofi papil saraf optik

sekunder akibat tekanan intrakranial yang meninggi

o Hemianopsia heteronim, hemianopsia besilang yang dapat binasal atau bitemporal

o Hemianopsia homonim, hilangnya lapang pandangan pada sisi yang sama pada

kedua mata yang dapat terlihat pada sisi temporal

o Hemianopsia altitudinal, hilangnya lapang pandangan sebagain atas atau bawah. Bila

binokular terlihat pada iskemik optik neuropati, sednag bila binokular dapat akibat

kerusakan kedua mata pada saraf optik, kiasma dan kelainan korteks.

Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optik.

Pada kiasma terjadi pesilangan serabut optik bagian nasal. Kelainan pada daerah ini

dapat disebabkan tekanan tumor intrasel ataupun supraselar. Kraniofaringioma dapat

merupakan penyebab utama penekanan kiasma.

6. Lapang Pandangan

Pemeriksaan lapang pandangan perifer tidak dipengaruhi oleh kelainan refraksi pasien.

Pemeriksaan lapang pandangan sentral dipengaruhi oleh kelainan refraksi sehingga

perlu dilakukan koreksi pada pemeriksaannya.

Nilai lapang pandangan dengan ksis-kisi Esterman.

Dasar penilaian adalah tidak sama nilai lapang pandangan di setiap bagiannya. Bagian

sentral berbeda dengan bagian perifer, demikian pula atas tidak sama dengan bawah.

Pada kisi-kisi Esterman lapang pandangan dibagi atas 100 bagian yang tidak sama besar

dengan masing-masing mempunyai nilai 1%. Setiap kotak yang dibuat dalam pembagian

kelompok mempunyai nilai sama. Kisi-kisi atau kotak ini akan memberi berbeda

walaupun luasnya sama pada bagian sentral dan perifer.

Perkiraan hilang lapang pandangan

Page 45: Refrerat Strabismus

Referat

Uji lapang pandangan dilakukan dengan memakai objek pemeriksaan 3 mm dan

dilakukan pada setiap 45 derajat meridian. Jumlah derajat setiap meridian dibagi 485

merupakan prosentase efisiensi lapang pandangan.

Contoh:

Lapang pandangan normal Derajat

TemporalTemporal bawahBawahNasalNasal bawahNasal atasAtasAtas temporal% lapang pandangan

8585555550554555485

Contoh :

Lapang pandangan Derajat

TemporalTemporal bawahBawahBawah nasalNasalNasal atasAtasTemporal atasJumlah

4525302525252535235

% efisiensi lapang pandangan 235 x 100/485 = 46%

Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang

dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah

bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan

untuk diperiksa.

Batas lapang pandangan perifer adalah 90 derajat temporal, 75 derajat inferior, 60

derajat nasal, dan 60 derajat superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun

kinetik.

Pemeriksaan ini berguna untuk:

o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan

Page 46: Refrerat Strabismus

Referat

o Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan

o Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat

o Memriksa adanya histeria atau malingering

Dikenal 2 cara pemeriksaan perimetri, yaitu:

o Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana

pemeriksaaan dilakukan dengan objek digerakan dari daerah tidak terlihat menjadi

terlihat oleh pasien.

o Perimetri statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold,

dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi denagn

menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien.

Pengujian Lapang Pandangan

o Uji konfrontasi, merupaka uji pemeriksaan lapang pandangan yang paling sederhana

karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang pandangan pasien dibandingkan

dengan lapang pandangan pemeriksa.

Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhadapan dengan bertatap mata pada

jarak 60 cm. Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien ditutp. Mata kiri pemeriksa

menatap mata kanan pasien. Pemeriksa menggerakkan jari dari arah temporalnya

dengan jarak yang sama dengan mata pasien ke arah sentral. Bila pemeriksa telah

melihat benda atau jari di dalam lapang pandangannya, maka bila lapang pandangan

pasien normal ia juga dapat melihat benda tersebut. Bila lapang pandangan pasien

menciut maka ia akan melihat benda atau jario tersebut bila benda telah berada

lebih ke tengah dalam lapang pandangan pemeriksa. Dengan cara ini dapat

dibandingkan lapang pandangan pemeriksa dengan lapang pandanagn pasien pada

semua arah.

o Uji perimeter atau kampimeter. Ini merupakan uji lapang pandangan dengan

memakai bidang parabola yang terletak 30 cm di depan pasien. Pasien diminta untuk

terus menatap titk pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral.

Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap

batas luar lapang pandangannya. Dengan alat ini juga dapat ditentukan letak bintik

buta pada lapang pandangan.