318

RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota
Page 2: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota
Page 3: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah i

Kementerian Agama RIBadan Litbang dan DiklatPuslitbang Kehidupan KeagamaanJakarta, 2016

RELASI ANTARUMATBERAGAMA

DI BERBAGAI DAERAH

Editor:

Haidlor Ali Ahmad & M. Taufik Hidayatulloh

Page 4: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahii

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Relasi Antar Umat Beragama di Berbagai Daerah Ed. 1, Cet. 1.— Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan 2016 xviii + 296 hlm; 15 x 21 cm. ISBN : 978-602-8739-66-5

Hak cipta pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin sah dari penerbit Cetakan pertama, September 2016 Relasi Antar Umat Beragama di Berbagai Daerah Editor: Drs. H. Haidlor Ali Ahmad, MM & Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M.Si Hak penerbit pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta Desain cover dan Layout oleh : Suka, SE

Penerbit: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. M. H. Thamrin No. 6 Jakarta 10340 Telp./Fax. (021) 3920425 - 3920421 http://www.puslitbang1.kemenag.co.id

Page 5: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah iii

KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmatnya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia yang kita cintai ini dengan rasa aman dan damai. Dengan kondisi aman dan damai inilah kiranya kita semua dapat berbuat amal shaleh dalam kehidupan.

Telah banyak buku ditulis mengenai masalah kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Ada buku yang mengkaji secara teoritis masalah kerukunan umat beragama dengan berbingkai teori sosial atau teori konflik. Tidak sedikit pula buku kajian empiris berbasis penelitian yang mengambil fokus masalah kerukunan umat beragama di berbagai daerah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tema ‘relasi antarumat beragama’ merupakan tema yang sensitif di tengah pluralitas di negara ini. Berbagai isu ikut menambah panas tema ini, mulai dari isu konversi agama, hate speech, perda syariah, sampai isu penolakan pendirian rumah ibadah. Namun secara umum berbagai penelitian (beberapa tahun terakhir) menunjukkan kondisi kerukunan nasional dalam kondisi cukup harmonis.

Buku yang berjudul “Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah” ini ikut melengkapi khazanah referensi buku acuan yang berusaha memotret relasi antarumat beragama di berbagai daerah penelitian. Dengan segala kelebihannya, buku ini menyajikan realitas perdamaian dalam relasi antarumat beragama antara umat Islam dengan kalangan umat lain, baik

Page 6: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahiv

dengan Kristen, Katolik, Buddha maupun Khonghucu. Hal menarik yang diungkap berbagai tulisan ini adalah acuan yang digunakan dalam berinteraksi dalam lokus penelitian, yaitu semacam local wisdom yang menjadi dasar bagi bangunan ideal modal sosial setempat.

Buku ini terdiri atas enam tulisan. Tulisan pertama berbicara tentang relasi damai antara masyarakat Muslim dengan enclave Kristen di sebuah Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Relasi yang terbentuk di sana mewujud bukan saja tataran kehidupan sosial, namun juga diaplikasikan dalam tataran politik desa—yaitu dengan memberi atau membagi hak pengelolaan sawah bengkok kepada tokoh agama yang berbeda—Kiyai di kalangan Muslim dan Modin Kristen di kalangan Kristen. Isu yang sering mencuat adalah mengenai konversi agama. Adanya fenomena konversi agama di Kecamatan Mojowarno tidak disikapi dengan reaktif namun adaptif, yaitu dengan memegangi prinsif dalam bahasa Islam “masuk Islam adalah hidayah” dan dalam bahasa Kristen “konversi agama adalah karya Allah”.

Tulisan ke dua mengambil lokasi kajian di Kota Pematang Siantar. Pada kota ini, belum pernah mengalami gejolak konflik yang menguncang dasar-dasar kehidupan antarumat beragama, meskipun potensi konflik cukup tinggi berkat jumlah populasi Kristen dan Muslim yang relatif hampir sama atau seimbang. Kontribusi terbesar terletak pada local wisdom “dalihan na tolu” yang juga berarti harus menjaga keadaan harmonis dalam kekerabatan. Selain itu, hal menarik justru terlihat dari bounding kelompok agama dan etnis yang berbeda dengan daerah lainnya. Di sini, organisasi agama maupun suku tidak berhenti menjalin relasi di internal

Page 7: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah v

kelompoknya, melainkan meluas sampai ke eksternal kelompok masing-masing. Beberapa kegiatan menunjukkan keistimewaan relasi antarumat beragama di Siantar ini, yaitu dengan aktifnya Forkala, adanya coffe morning bagi para pemuka agama dan etnis, serta keaktifan membantu organisasi kelompok agama juga etnis yang lain. Hal inilah yang menjadikan relasi antarumat Kristen dengan Muslim di Siantar tidak mengalami konflik yang berarti.

Pada tulisan ke tiga, menyuguhkan kajian relasi antarumat beragama yaitu Muslim dengan Buddhis di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul yang sarat dengan ikatan “sabuk budaya” leluhur Jawa, yang melebihi ikatan keagamaan. Dalam kajian inilah kita akan mendapatkan informasi bahwa tingkat keberagamaan yang mengedepankan budaya dapat melahirkan cara beragama pluralistik-sinkretik.

Tulisan ke empat dan ke lima membahas tentang kerukunan umat beragama antara Muslim dengan Katolik, masing-masing di Kelurahan Muntilan, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Ende. Relasi antarumat beragama di kedua daerah penelitian sama-sama dijaga dengan kearifan lokal setempat. Bila di Kelurahan Muntilan sangat menonjol peran lembaga formal yang melakukan pertemuan rutin bulanan, sebaliknya di Kabupaten Ende unggul dengan peran lembaga non formal, khususnya tokoh setempat (tokoh agama dan tokoh adat) yang ditengahi oleh pemerintah yang dikenal juga dengan sebutan “Tiga Batu Tungku”.

Terakhir adalah tulisan tentang relasi antara Muslim dengan umat Khonghucu di Kota Tangerang. Relasi ini terjadi secara unik, di mana sebagai minoritas, masyarakat Tionghoa yang dominan beragama Khonghucu di Kawasan Benteng

Page 8: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahvi

menolak keras gagasan Cina Town dan terma “Cina”. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka menginginkan inklusifitas dalam berinteraksi sosial yang dicirikan dengan akulturasi budaya. Dengan kesadaran membangun interaksi yang lebih inklusif inilah, umat Khonghucu banyak berharap bahwa suasana kondusif dan harmonis tetap terjaga dalam relasi antarumat Muslim dengan Khonghucu di Tangerang.

Banyak pihak telah memberikan bantuan terutama dalam proses penulisan dan pengeditan buku ini. Untuk hal tersebut kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. Ucapan yang sama kami sampaikan kepada para penyumbang tulisan, para peneliti dan staf di Pusat Kehidupan Keagamaan yang telah sangat membantu. Tidak lupa pada editor buku yang telah berusaha mendekatkan tujuan para penulis kepada minat pengetahuan para pembaca.

Terakhir, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pembaca, terutama yang mengharapkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negeri ini dapat terus dapat dirawat.

Jakarta, September 2016 Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan H. Muharam Marzuki, Ph.D

Page 9: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah vii

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT

KEMENTERIAN AGAMA RI

Assalamualaikum w. w. Salam sejahtera untuk kita semua. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dilihat dari sisi etnis, bahasa, budaya dan agama. Kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia di satu sisi menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik (fragile nation). Fakta yang tidak bisa dipungkiri hingga sekarang masih sering ditemukan persoalan-persoalan konflik bernuansa etnik maupun agama, meski dalam skala kecil. Di sisi lain, kemajemukan itu juga menjadi pendorong lahirnya saling pengertian dan kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara, sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok keagamaan di berbagai daerah yang menjadi sasaran penelitian Puslitbang Kehidupan Kegamaan Badan Litbang dan Diklat Kementeian Agama, pada tahun 2015.

Kelompok-kelompok keagamaan dan daerah-daerah yang menjadi sasaran penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan yaitu: Muslim dan Kristen di Mojowarno Jombang Jawa Timur, Kristen dan Muslim di Siantar Sumatera Utara, Muslim dan Buddhis di Panggang Gunung Kidul DI Yogyakarta, Muslim dan Katolik di Muntilan Magelang Jawa Tengah, Katolik dan Muslim di Endeh NTT, serta Muslim dan Khonghucu di Benteng Tangerang.

Selama ini jumlah bahan bacaan dalam bentuk buku maupun informasi (berita) tentang kerukunan (good news)

Page 10: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahviii

tidak seimbang (terlalu sedikit) jika dibandingkan dengan jumlah bacaan tentang konflik (bad news). Oleh karena itu, buku-buku yang memuat tentang kerukunan, seperti buku Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah yang merupakan hasil penelitian ini sangat ditunggu-tunggu oleh para pembaca dari berbagai kalangan.

Buku ini diharapkan menjadi buku yang informatif, menyajikan informasi tentang relasi damai antarumat yang dibangun oleh kelompok-kelompok keagamaan di beberapa daerah secara bottom up. Apa modal sosial yang dikembangkan, dasar hukum dan ajaran agama yang dipilih menjadi acuan, serta kearifan lokal yang dipertahankan sehingga mereka mampu mewujudkan relasi damai antarumat beragama.

Kami menyambut baik dan memandang penting diterbitkannya buku ini. Sekurang-kurangnya karena tiga alasan. Pertama, penerbitan hasil penelitian seperti ini dapat dijadikan sebagai sarana sosialisasi hasil-hasil kelitbangan, sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi berbagai pihak yang memerlukan informasi tentang relasi damai antarumat beragama, sebagai counter terhadap tuduhan semakin berkembangnya intoleransi hubungan antarumat beragama di Indonesia; Kedua, melalui informasi yang dimuat dalam buku ini, diharapkan berbagai pihak dapat memperoleh pelajaran (lesson learned) dan mengetahui bagaimana masyarakat di beberapa daerah dapat mengembangkan relasi damai secara bottom up, meski masyarakat tersebut terdiri dari kelompok mayoritas dan minoritas yang berbeda agama. Dengan mempelajari bagaimana masyarakat di beberpa daerah tersebut membangun relasi damai secara bottom up, kiranya dapat

Page 11: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah ix

menginspirasi para pembaca, khususnya para pemuka agama untuk menjadikannya sebagai model bagi upaya membangun relasi damai antarumat di daerah-daerah lain, terutama di daerah konflik; Ketiga, penyebaran hasil penelitian merupakan tanggung jawab akademis para peneliti agar ke depan hasil-hasil penelitian semakin teruji, baik secara metodologis maupun substansi.

Ucapan terima kasih khususnya disampaikan kepada Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan dan umumnya kepada para peneliti yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Akhirnya, kami berharap dengan diterbitkan dan disebarluaskan buku ini, dapat memperkaya literatur tentang relasi damai (kerukunan) antarumat beragama di Indonesia dan bermanfaat bagi para pembaca dari semua kalangan.

Wassalam Jakarta, September 2016 Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D

Page 12: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahx

Page 13: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah xi

PROLOG

Memahami dan Merawat Pluralitas Kehidupan Beragama

Salah satu kebebasan yang dimiliki oleh warga negara Indonesia adalah dalam menentukan agama yang dipeluknya. Agama apapun yang dipilihnya boleh, dan bahkan pindah agama pun sebenarnya juga tidak ada larangan. Oleh karena itu, ada saja berita tentang seseorang atau sekelompok orang melakukan konversi agama, dan tidak ada yang melarangnya. Perpindahan agama itu dilakukan atas kemauan sendiri atau merupakan pengaruh dari orang lain.

Pilihan agama seseorang juga tidak rumit, dan bahkan kebanyakan dari pengaruh orang tua atau lingkungannya. Anaknya orang Islam biasanya secara otomatis memeluk Islam, dan demikian agama lain seperti Kristen., Katholik, Budha, Hindu maupun Khonghuchu. Memilih agama tidak dilakukan secara rumit, kecuali pada keadaan tertentu, misalnya berpindah agama oleh karena desakan keluarga, terkait pernikahan, waris, dan sejenisnya.

Proses keberagamaan seperti digambarkan secara singkat tersebut menjadikan pilihan agama seseorang tidak rumit. Tidak ada orang yang mengganggu atau ikut campur dalam menentukan pilihan agama seseorang. Masing-masing orang dipersilahkan memilihnya sendiri. Umpama ada pihak lain yang ikut campur biasanya adalah orang tua atau keluarganya.

Page 14: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahxii

Pada umumnya agama dipandang menjadi urusan pribadi setiap orang dan menjadi urusan dirinya sendiri dengan Tuhannya. Orang lain tidak perlu harus ikut campur. Namun demikian, pemerintah yang seharusnya melindungi semua warganya, tidak terkecuali dalam beragama, maka memberikan pelayanan dalam menjalankan agamanya. Keberadaan Kementerian Agama adalah merupakan salah satu bentuk dan sekaligus bukti pemberian pelayanan dimaksud.

Sekalipun masing-masing agama selalu menawarkan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang, dan bahkan bertolong menolong, akan tetapi oleh karena ajaran dari langit itu juga bersinggungan dengan kepentingan kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat sosial, politik, ekonomi, dan juga lainnya, maka akhirnya tidak menutup kemungkinan menjadi faktor penyebab pergesekan antar kelompok atau intern pemeluk agama itu sendiri.

Akibatnya, agama tidak sebatas sebagai sistem kepercayaan terhadap sesuatu yang bersifat ghaib, tetapi juga akan menjadi basis organisasi, kelompok, aliran, dan semacamnya. Agama pada posisinya seperti itu, maka sudah barang tentu akan mengikuti logika kehidupan masyarakat pada umumnya. Masing-masing kelompok, aliran, dan organisasi keagamaan akan mengikuti proses-proses sosial, seperti misalnya konflik, kompetisi, kooperasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu pada akhirnya berbicara agama juga akan bersangkut paut dengan kuasa menguasai, pengaruh mempengaruhi, kooptasi, hegemonil, bahkan konflik, atau teror, dan semacamnya.

Page 15: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah xiii

Berbagai peristiwa konflik yang membawa-bawa agama, seperti yangh pernah terjadi di Ambon, Kabupaten Sambas, Poso, Maluku Utara, Mataram, dan lain-lain di berbagai daerah adalah ketika agama menjadi bagian dari kehidupan social pada umumnya. Sebenarnya bukan agamanya itu sendiri yang menjadi sumber konflik, dan apalagi terkait isi ajarannya, melainkan adalah ketika agama sudah menjadi bagian dari gejala sosiologis di tengah masyarakat.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pemahaman mendalam tentang kehidupan beragama, lebih-lebih terhadap masyarakat yang bersifat plural adalah sangat diperlukan. Memang di dalam keadaan normal, masing-masing pemeluk

agama yang berbeda dapat hidup rukun, saling menghormati, berempati di antara sesama. Di antara pemeluk agama yang berbeda bisa saja saling bekerjasama, saling menyapa, dan bahkan membangun tempat ibadah berdekatan dan dikerjakan secara bergotong royong, tetapi tatkala agama sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial, akan sangat mungkin terjadi saling bergesekan yang tidak selalu mudah diselesaikan.

Apa yang dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, yaitu kajian tentang relasi antar umat beragama di beberapa tempat, yaitu di Mojowarno, Jombang, Jawa Timur; Siantar, Sumatera Utara, Gunung Kidul, Yogyakarta, Muntilan, Magelang, Jawa tengah, Ende, NTT; dan di Tangerang dan kemudian hasilnya diterbitkan dalam bentuk buku adalah amat menarik dan sedemikian penting untuk dibaca oleh kalangan luas.

Pada umumnya agama dipandang menjadi urusan pribadi setiap orang dan menjadi urusan dirinya sendiri dengan Tuhannya. Orang lain tidak perlu harus ikut campur. Namun demikian, pemerintah yang seharusnya melindungi semua warganya, tidak terkecuali dalam beragama, maka memberikan pelayanan dalam menjalankan agamanya. Keberadaan Kementerian Agama adalah merupakan salah satu bentuk dan sekaligus bukti pemberian pelayanan dimaksud.

Sekalipun masing-masing agama selalu menawarkan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang, dan bahkan bertolong menolong, akan tetapi oleh karena ajaran dari langit itu juga bersinggungan dengan kepentingan kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat sosial, politik, ekonomi, dan juga lainnya, maka akhirnya tidak menutup kemungkinan menjadi faktor penyebab pergesekan antar kelompok atau intern pemeluk agama itu sendiri.

Akibatnya, agama tidak sebatas sebagai sistem kepercayaan terhadap sesuatu yang bersifat ghaib, tetapi juga akan menjadi basis organisasi, kelompok, aliran, dan semacamnya. Agama pada posisinya seperti itu, maka sudah barang tentu akan mengikuti logika kehidupan masyarakat pada umumnya. Masing-masing kelompok, aliran, dan organisasi keagamaan akan mengikuti proses-proses sosial, seperti misalnya konflik, kompetisi, kooperasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu pada akhirnya berbicara agama juga akan bersangkut paut dengan kuasa menguasai, pengaruh mempengaruhi, kooptasi, hegemonil, bahkan konflik, atau teror, dan semacamnya.

Page 16: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahxiv

Selama ini untuk menjalin relasi antar umat beragama, terutama di kalangan para elitenya, di banyak tempat, diselenggarakan pertemuan, berdialog, dan kerjasama. Hal demikian itu memang penting, akan tetapi menjadi semakin sempurna manakala kemudian juga dilakukan penelitian secara mendalam terhadap kehidupan nyata tentang relasi antar umat beragama itu di beberapa tempat. Hasil penelitian dimaksud, selain berguna untuk memahami keadaan yang sebenarnya di lapangan, sekaligus juga penting untuk bekal merawat kehidupan beragama yang bersifat plural sebagaimana digambarkan tersebut. Wallahu a’lam

Jakarta, September 2016 Prof. Imam Suprayogo

Page 17: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah xv

Selama ini untuk menjalin relasi antar umat beragama, terutama di kalangan para elitenya, di banyak tempat, diselenggarakan pertemuan, berdialog, dan kerjasama. Hal demikian itu memang penting, akan tetapi menjadi semakin sempurna manakala kemudian juga dilakukan penelitian secara mendalam terhadap kehidupan nyata tentang relasi antar umat beragama itu di beberapa tempat. Hasil penelitian dimaksud, selain berguna untuk memahami keadaan yang sebenarnya di lapangan, sekaligus juga penting untuk bekal merawat kehidupan beragama yang bersifat plural sebagaimana digambarkan tersebut. Wallahu a’lam

Jakarta, September 2016 Prof. Imam Suprayogo

PRAKATA EDITOR Pesan Merawat Perdamaian

Haidlor Ali Ahmad & M. Taufik Hidayatulloh

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bangsa kita,

Indonesia merupakan bangsa besar yang beraneka ragam suku, bangsa dan agamanya. Dengan demikian, berbagai relasi antar manusia, antar kelompok, khususnya antarumat beragama berpotensi untuk meletup dan bergesek di antara berbagai elemennya. Konflik dalam masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya disebabkan oleh faktor agama—termasuk dalam hal ini relasi antarumat beragama. Dengan demikian, ada resiko besar dibalik berkah negara yang “berbhineka tunggal ika” yaitu resiko pluralitas yang harus dimaknai sebagai rahmat.

Bila persoalan agama ini mengandung potensi konflik, tiada jalan lain kecuali harus dicari langkah-langkah meminimalisirnya dengan cara membangun hubungan yang harmonis dan toleran antarumat beragama—terlebih antar sesama penganut agama yang sama—dalam masyarakat. Di sinilah editor melihat keistimewaan buku ini yang telah berhasil “memotret” relasi damai antarumat beragama dalam bingkai “nilai-nilai bersama” sebagai salah satu elemen modal sosial setempat. Di mana modal sosial tersebut telah nyata-nyata berhasil meminimalisir potensi konflik di antara umat berbeda agama.

Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan kumpulan hasil penelitian yang diadakan oleh Pusat Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI. Buku ini menyajikan realitas perdamaian dalam relasi antarumat

Page 18: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahxvi

beragama, antara umat Islam dengan kalangan umat lain, baik dengan Kristen, Katolik, Buddha maupun Khonghucu. Tentu saja temuan relasi damai di antara umat beragama di enam lokasi penelitian ini menjadi sangat penting di tengah berbagai isu panas, mulai dari isu konversi agama (di antaranya ; islamisasi atau kristenisasi), hate speech, perda syariah (syariah Islam, syariah Kristen atau syariah Hindu), sampai kepada isu penolakan pendirian rumah ibadah yang terkadang memicu konflik dalam beberapa skalanya.

Tidak lupa, bahwa mungkin dalam penyuntingan buku ini masih ditemukan berbagai kekurangan dan kelemahan di sana-sini, maka dari itu, Kami sebagai editor memohon masukan dan saran konstruktifnya bagi kesempurnaan buku di kemudian hari. Akhir kata, semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak, terutama bagi upaya membangun dialog antar agama, khususnya dalam menciptakan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.

Jakarta, September 2016 Drs. Haidlor Ali Ahmad, MA Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M.Si

Page 19: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah xvii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN ............................................... iii SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA .................................... v PROLOG .................................................................................... vii PRAKATA EDITOR ................................................................. xiii DAFTAR ISI .............................................................................. xv Relasi Damai Muslim dan Enclave Kristen di Mojowarno Jombang

Haidlor Ali Ahmad............................................................. 1

Berayun di Atas Jembatan Adat, Penyelamat Benturan Antar Umat Relasi Antarumat Beragama di Siantar, Sumatera Utara

M. Zainuddin Daulay ........................................................ 119

Bersanding dalam Budaya Relasi Muslim Buddhis di Panggang, Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Akmal Salim Ruhana ......................................................... 149

Relasi Antara Umat Islam dan Katolik di Kelurahan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah

Ibnu Hasan Muchtar dan Haris Burhani .......................... 183

Page 20: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerahxviii

Potret Damai antara Umat Katolik dan Umat Islam di Kabupaten Ende, NTT

Ahsanul Khalikin ............................................................... 231

Kemana Angin Bertiup Kesana Rumput Merunduk Membaca Pola Relasi Minoritas Khonghuchu China Benteng Tangerang

Elma Haryani dan Muhammad Adlin Sila ........................ 261

Page 21: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 1

Potret Damai antara Umat Katolik dan Umat Islam di Kabupaten Ende, NTT

Ahsanul Khalikin ............................................................... 231

Kemana Angin Bertiup Kesana Rumput Merunduk Membaca Pola Relasi Minoritas Khonghuchu China Benteng Tangerang

Elma Haryani dan Muhammad Adlin Sila ........................ 261

RELASI DAMAI MUSLIM DAN ENCLAVE KRISTEN

DI MOJOWARNO JOMBANG

OLEH: HAIDLOR ALI AHMAD

KEMENTERIAN AGAMA RI BADAN LITBANG DAN DIKLAT

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN JAKARTA 2016

Page 22: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah2

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan sejarah relasi antara Islam dan Kristen (khususnya di Indonesia) sejak dulu hingga sekarang selalu berada dalam persaingan untuk menambah jumlah pengikut. Walaupun terdapat enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu) tetapi hubungan paling ‘panas’ selama ini adalah antara Islam dan Kristen. (Daulay, 2015:234). Menurut Melissa Crouch (2014), sebagaimana dikutip Daulay, penyebab hubungan rawan antara Islam dengan Kristen (Protestan dan Katolik) di Indonesia adalah karena agama-agama itu merupakan agama dakwah (misioner) yang berupaya mengembangkan sayap sesuai dengan kitab suci masing-masing. Menurut Crouch, di Indonesia, agama Hindu, Buddha, dan Khonghucu bukanlah agama misioner, sedangkan di Negara lain agama ini merupakan agama misioner. Sedangkan menurut Habib Rizieq Sihab, Ketua Front Pembela Islam (FPI), seperti diacu Fatimah Husein (2005), bahwa hanya orang Kristen di Indonesia, bukan Hindu dan Buddha, yang mempunyai persoalan dengan Islam, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan rumah ibadah (Daulay, 2015: 234-235).

Isu kristenisasi (pemurtadan) sudah lama menjadi ‘momok’ yang menghantui hubungan Islam-Kristen di Indonesia. Sejak jaman penjajah Belanda hingga sekarang, isu tersebut sering mencedarai relasi Islam-Kristen, kendati sekarang faktanya tidak terjadi lagi kristenisasi secara massal, yang boleh dikatakan sudah berakhir sejak tahun 1970-an. Memang pada tahun 1960-an terjadi ‘kristenisasi’ di Indonesia,

Page 23: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 3

terutama di Jawa, akibat kebijakan politik pemerintah Orde Baru yang melarang ideologi komunis di Indonesia serta mewajibkan semua warga negara memeluk agama yang diakui pemerintah. Pada tahun 1960-an, tercatat sekitar dua juta pertambahan pemeluk agama Kristen di Indonesia sebagai dampak kebijakan politik pemerintah Soeharto tersebut. (Daulay, 2015:235).

Bagi kalangan Islam perpindahan massal orang Islam abangan ke agama Kristen merupakan pukulan berat. Di satu sisi perpindahan agama dalam Islam secara teologis adalah sesuatu yang terlarang, sementara di pihak lain perpindahan agama secara massal seperti itu juga dianggap memperkuat kedudukan politik orang Kristen di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Mujiburahman (2006) mengatakan, bahwa sejak peristiwa itulah momok kristenisasi menjadi isu paling hangat dalam dinamika politik di Indonesia. Sedangkan Bagir dan Hefner (2014) mengatakan, bahwa kejadian itu merupakan peristiwa traumatik yang terus tersimpan dalam memori kolektif umat Islam di Indonesia (Daulay, 2015:236).

Terdapat asumsi bahwa mempertahankan batas etnik (termasuk di dalamnya agama) tidaklah penting, karena akan terjadi dengan sendirinya akibat adanya faktor-faktor isolasi seperti: perbedaan ras, budaya, sosial, dan bahasa. Asumsi ini juga membatasi pemahaman berbagai faktor yang membentuk keragaman budaya; ini mengakibatkan kita berkesimpulan bahwa tiap-tiap kelompok etnik mengembangkan budaya dan bentuk-bentuk sosialnya dalam kondisi terisolasi. Kondisi terisolasi ini terbentuk akibat faktor ekologi setempat yang menyebabkan berkembangnya kondisi adaptasi dan daya cipta dalam kelompok tersebut (lihat Barth, 1988:12). Kondisi semacam ini di Indonesia telah menghasilkan berbagai etnik

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan sejarah relasi antara Islam dan Kristen (khususnya di Indonesia) sejak dulu hingga sekarang selalu berada dalam persaingan untuk menambah jumlah pengikut. Walaupun terdapat enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu) tetapi hubungan paling ‘panas’ selama ini adalah antara Islam dan Kristen. (Daulay, 2015:234). Menurut Melissa Crouch (2014), sebagaimana dikutip Daulay, penyebab hubungan rawan antara Islam dengan Kristen (Protestan dan Katolik) di Indonesia adalah karena agama-agama itu merupakan agama dakwah (misioner) yang berupaya mengembangkan sayap sesuai dengan kitab suci masing-masing. Menurut Crouch, di Indonesia, agama Hindu, Buddha, dan Khonghucu bukanlah agama misioner, sedangkan di Negara lain agama ini merupakan agama misioner. Sedangkan menurut Habib Rizieq Sihab, Ketua Front Pembela Islam (FPI), seperti diacu Fatimah Husein (2005), bahwa hanya orang Kristen di Indonesia, bukan Hindu dan Buddha, yang mempunyai persoalan dengan Islam, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan rumah ibadah (Daulay, 2015: 234-235).

Isu kristenisasi (pemurtadan) sudah lama menjadi ‘momok’ yang menghantui hubungan Islam-Kristen di Indonesia. Sejak jaman penjajah Belanda hingga sekarang, isu tersebut sering mencedarai relasi Islam-Kristen, kendati sekarang faktanya tidak terjadi lagi kristenisasi secara massal, yang boleh dikatakan sudah berakhir sejak tahun 1970-an. Memang pada tahun 1960-an terjadi ‘kristenisasi’ di Indonesia,

Page 24: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah4

yang berbeda-beda, tiap etnik dengan budayanya sendiri, dan membentuk masyarakatnya sendiri. Bahkan kondisi tersebut telah melahirkan sub-etnik yang eksklusif, seperti suku Badui di Banten, suku Naga di Tasikmalaya, dan orang Samin di Cepu.

Di satu sisi, ada pendapat umum yang mengatakan, bahwa tiap suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan cara yang tidak mengacuhkan suku atau bangsa-bangsa tetangganya. Di sisi lain, ada pendapat yang mengatakan, suatu suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan jalan isolasi geografis dan isolasi sosial (lihat Barth, 1988:9-10), sebagaimana dilakukan oleh suku Badui, suku Naga, dan orang Samin.

Penelitian empirik tentang sifat-sifat suatu batas budaya, menghasilkan dua temuan yang memperlihatkan ketidaktepatan dua pandangan tersebut. Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. Dengan kata lain, adanya perbedaan antaretnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembauran, kontak dan pertukaran informasi, namun lebih disebabkan oleh adanya proses-proses sosial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga perbedaan kategori tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seseorang; Kedua, dapat ditemukan hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, yang biasanya terjadi karena adanya status etnik yang terdikotomi. Dengan kata lain, ciri masing-masing kelompok etnik yang berbeda tersebut tidak ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan penerimaan sosial, tetapi sebaliknya justru karena didasari oleh terbentuknya sistem sosial tertentu. Interaksi

Page 25: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 5

yang demikian tidak akan mengakibatkan pembaruan dengan perubahan budaya dan akulturasi. Perbedaan-perbedaan budaya ini justru akan bertahan walaupun terjadi hubungan antaretnik dan ada saling ketergantungan antaretnik (lihat Barth, 1988:10).

Berkaitan dengan itu, ada dua kasus relasi sosial yang menarik untuk dikemukakan. Pertama, di Desa Wayame yang merupakan keajaiban di Maluku. Sejak konflik Ambon meletus 19 Januari 1999 hingga mencapai puncaknya dan meluas ke berbagai daerah di Maluku, gelombang kekerasan dan konflik tidak pernah menyentuh Wayame. Bahkan ketika konflik berlangsung pada periode yang keempat, Laskar Jihad pernah memiliki markas di Wayame. Baik komunitas Muslim maupun Kristen di desa itu bisa menerima karena para anggota Laskar Jihad mau mengikuti aturan yang ada di Wayame. Apalagi, pos Laskar Jihad di desa itu lebih diarahkan pada kerja-kerja sosial. Masyarakat Wayame sudah sejak awal mencoba membangun kesadaran kolektif untuk tidak terlibat dalam konflik. Salah satu basis kesadaran kolektif tersebut adalah ekonomi, di mana sebuah dusun di Wayame menjadi sumber penghasil kebutuhan pokok, sehingga masyarakat yang lain merasa membutuhkan. Tidak rusaknya sistem pela dan gandong di Wayame, merupakan fenomena dialektis. Karena Raja Wayame yang beragama Kristen ternyata memiliki ikatan persaudaraan dengan Raja Hitu dan Waka yang beragama Islam (Yuwono, 2008: 35).

Kedua, di Sulawesi Barat terdapat dua etnis dominan, yakni etnis Mandar yang beragama Islam yang menempati wilayah pantai dan etnis Mamasa yang beragama Kristen yang menghuni daerah pegunungan. Perbedaan tempat pemukiman dua etnis yang sedemikian rupa itu, menjadikan

yang berbeda-beda, tiap etnik dengan budayanya sendiri, dan membentuk masyarakatnya sendiri. Bahkan kondisi tersebut telah melahirkan sub-etnik yang eksklusif, seperti suku Badui di Banten, suku Naga di Tasikmalaya, dan orang Samin di Cepu.

Di satu sisi, ada pendapat umum yang mengatakan, bahwa tiap suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan cara yang tidak mengacuhkan suku atau bangsa-bangsa tetangganya. Di sisi lain, ada pendapat yang mengatakan, suatu suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan jalan isolasi geografis dan isolasi sosial (lihat Barth, 1988:9-10), sebagaimana dilakukan oleh suku Badui, suku Naga, dan orang Samin.

Penelitian empirik tentang sifat-sifat suatu batas budaya, menghasilkan dua temuan yang memperlihatkan ketidaktepatan dua pandangan tersebut. Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. Dengan kata lain, adanya perbedaan antaretnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembauran, kontak dan pertukaran informasi, namun lebih disebabkan oleh adanya proses-proses sosial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga perbedaan kategori tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seseorang; Kedua, dapat ditemukan hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, yang biasanya terjadi karena adanya status etnik yang terdikotomi. Dengan kata lain, ciri masing-masing kelompok etnik yang berbeda tersebut tidak ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan penerimaan sosial, tetapi sebaliknya justru karena didasari oleh terbentuknya sistem sosial tertentu. Interaksi

Page 26: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah6

dua etnis itu menjadi saling membutuhkan. Etnis Mamasa sebagai orang gunung yang memiliki mata air. Air yang berasal dari daerah pegunungan sangat dibutuhkan oleh orang yang tinggall di daerah aliran sungai hingga muara untuk mengairi pertanian dan kebutuhan hidup lainnya. Demikian pula hasil pertanian dan perkebunan di daerah pegunungan dibutuhkan oleh orang-orang pantai. Sebaliknya, etnis Mandar sebagai orang pantai yang memiliki daerah aliran sungai hingga muara merupakan pintu gerbang keluar masuknya orang gunung untuk dapat menuju daerah lain. Selain itu, hasil petanian di dataran rendah dan hasil para nelayan di daerah pesisir juga dibutuhkan oleh orang-orang gunung.

Karena kondisi saling membutuhkan itulah maka antara orang pantai etnis Mandar yang beragama Islam dan orang gunung etnis Mamasa yang beragama Kristen membuat kesepakatan (kearifan lokal) pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga. Yang menarik kearifan lokal itu disusun dari dua bahasa. Pitu uluna salu merupakan bahasa Mamasa yang secara leterligh berarti “tujuh hulunya sungai”, dan pitu ba’bana binanga dari bahasa Mandar yang berarti “tujuh muaranya sungai”. Yang dimaksud dari kearifan lokal tersebut adalah tujuh kelompok yang di atas dan tujuh kelompok di bawah masih satu rumpun, yang memiliki ikatan dan saling membutuhkan. Kearifan lokal yang sudah dibentuk oleh nenek moyang pada jaman dahulu (sejak jaman kerajaan) itu tetap terpelihara dan fungsional hingga sekarang. Sehingga jika sekarang antara dua kelompok etnis itu ada yang memprovokasi agar bermusuhan, mereka selalu merujuk kepada kearifan lokal pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga.

Page 27: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 7

Oleh karena itu, hingga sekarang kerukunan hidup antarumat beragama di Sulawesi Barat tetap terjaga dengan baik. Ketika datang berbagai macam etnis dengan beragam agama yang dianut, seperti Katolik, Hindu (yang datang melalui program transmigrasi bedol desa dari Bali) dan Buddha merekapun mengikuti tradisi penduduk asli yang sudah membangun kerukunan hidup bersama.

Dengan demikian idealnya relasi antarumat beragama di Indonesia adalah sebagaimana relasi antara umat Muslim dan Kristen di Wayame Ambon, atau seperti relasi antara etnis Mandar (Muslim) dengan etnis Mamasa (Kristen) di Sulawesi Barat yang memiliki acuan kearifan lokal yang dapat mereka pegangi bersama. Meskipun kedua ilustrasi di atas tidak menggambarkan relasi antara mayoritas dan minoritas, tapi sekurang-kurangnya ilustrasi tersebut dapat menggambarkan relasi yang ideal antarumat beragama yang berbeda. Kendatipun di beberapa daerah dijumpai adanya relasi antarumat beragama yang kurang kondusif bagi kerukunan.

Adanya perbedaan relasi antarumat beragama, di satu tempat atau daerah relasi antarumat berjalan baik, sementara di daerah lain berjalan kurang baik dan cenderung menimbulkan konflik. Hal inilah yang mendorong Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan penelitian terhadap relasi antarumat beragama mayoritas-minoritas. Meskipun penelitian ini lebih memilih relasi antarumat beragama yang cenderung harmonis. Dengan maksud agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh relasi antarumat beragama yang kondusif dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan di Kementerian Agama dan kementerian terkait lainnya bagi pemeliharaan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

dua etnis itu menjadi saling membutuhkan. Etnis Mamasa sebagai orang gunung yang memiliki mata air. Air yang berasal dari daerah pegunungan sangat dibutuhkan oleh orang yang tinggall di daerah aliran sungai hingga muara untuk mengairi pertanian dan kebutuhan hidup lainnya. Demikian pula hasil pertanian dan perkebunan di daerah pegunungan dibutuhkan oleh orang-orang pantai. Sebaliknya, etnis Mandar sebagai orang pantai yang memiliki daerah aliran sungai hingga muara merupakan pintu gerbang keluar masuknya orang gunung untuk dapat menuju daerah lain. Selain itu, hasil petanian di dataran rendah dan hasil para nelayan di daerah pesisir juga dibutuhkan oleh orang-orang gunung.

Karena kondisi saling membutuhkan itulah maka antara orang pantai etnis Mandar yang beragama Islam dan orang gunung etnis Mamasa yang beragama Kristen membuat kesepakatan (kearifan lokal) pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga. Yang menarik kearifan lokal itu disusun dari dua bahasa. Pitu uluna salu merupakan bahasa Mamasa yang secara leterligh berarti “tujuh hulunya sungai”, dan pitu ba’bana binanga dari bahasa Mandar yang berarti “tujuh muaranya sungai”. Yang dimaksud dari kearifan lokal tersebut adalah tujuh kelompok yang di atas dan tujuh kelompok di bawah masih satu rumpun, yang memiliki ikatan dan saling membutuhkan. Kearifan lokal yang sudah dibentuk oleh nenek moyang pada jaman dahulu (sejak jaman kerajaan) itu tetap terpelihara dan fungsional hingga sekarang. Sehingga jika sekarang antara dua kelompok etnis itu ada yang memprovokasi agar bermusuhan, mereka selalu merujuk kepada kearifan lokal pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga.

Page 28: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah8

Rumusan Masalah

Dari deskripsi di atas dapat dikemukakan beberpa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi? (2) Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan? (3) Bagaimana kondisi masing-masing kelompok dengan adanya relasi?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan: (1) Dasar pemikiran yang menjadi acuan antar kelompok dalam membangun relasi; (2) Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan; (3) Kondisi masing-masing kelompok dengan adanya relasi.

Penjelasan Konsep

1. Relasi (relation=hubungan), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003:79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalah hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003:90).

Page 29: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 9

Etnik bisa disamakan dengan kelompok agama, mengacu pada penjelasan Horowitz, bahwa seluruh konflik yang didasarkan atas identitas-identitas kelompok yang bersifat askriptif – ras, bahasa, agama, suku, atau kasta – dapat disebut konflik etnis. Konflik tersebut dapat dicirikan sebagai konflik yang bersifat: keagamaan, rasial, kebahasaan, dan sektarian (Varsney, 2009:5). Dengan demikian konsep relasi antarumat beragama dalam penelitian ini dapat disamakan dengan konsep relasi etnik, yaitu relasi-relasi antara berbagai kelompok keagamaan (antarumat beragama).

Acuan dalam interaksi, dalam interaksi sosial ada acuan yang digunakan, sebagai contoh antara etnis Mandar (Muslim) dan etnis Mamasa (Kristen) menggunakan acuan kearifan lokal pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga. Dengan menggunakan acuan kearifan lokal itu interaksi sosial dapat berlangsung sesuai dengan nilai-nilai ideal dari kesadaran kolektif yang mereka bangun bersama. Sehingga dalam interaksi itu mereka bisa saling dapat memenuhi kebutuhan mereka baik kebutuhan materi, ketenangan psikhis dan rohani.

Mengacu kepada Ashutosh Varshney dalam penelitian yang kemudian melahirkan buku Ethnic Conflict and Civil Life: Hindus and Muslim in India, ia menyusun kerangka teoritik, yang secara lebih spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ (jaringan yang mengintegrasikan umat Hindu dan Muslim) yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial.

Robert Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya.

Rumusan Masalah

Dari deskripsi di atas dapat dikemukakan beberpa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi? (2) Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan? (3) Bagaimana kondisi masing-masing kelompok dengan adanya relasi?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan: (1) Dasar pemikiran yang menjadi acuan antar kelompok dalam membangun relasi; (2) Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan; (3) Kondisi masing-masing kelompok dengan adanya relasi.

Penjelasan Konsep

1. Relasi (relation=hubungan), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003:79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalah hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003:90).

Page 30: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah10

Modal sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan atau network, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Diperlukan adanya suatu sosial network ikatan (jaringan) sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktifitas, komunitas. Putnam melonggarkan pemaknaan asosiasi horizontal, tidak hanya memberikan desiriable out come (hasil pendapatan yang diharapkan) melainkan juga underdesirible (Rokhani, 2015).

Iyer (2005) mendefinisikan modal sosial sebagaimana dikutip Ali Sadikin, sebagai institusi, hubungan, sikap dan nilai yang memfasilitasi interaksi antar individu antar kelompok masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat itu sendiri (Ali Sadikin 2012).

Sedangkan Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin menjelaskan modal sosial sebagai: A glue that holds societies together is generally recognized as necessary to a functional sosial order, along with a certain degree of common cultural identifications, a sense of belonging and shared behavioral norms. This internal coherence helps to define sosial capital. Without it, society at large would collapse, and there could be no talk of economic growth, environmental sustainability or human well-being. (Modal sosial adalah laksana lem yang merekatkan sebuah masyarakat untuk selalu bersama, itu bisa diartikan sebagai keberfungsian aturan sosial, selaras dengan identifikasi fungsi budaya, perasaan saling memiliki dan sepenanggungan, serta norma perilaku yang sama-sama dimiliki dan dilaksanakan. Tanpa adanya ini semua, maka masyarakat dalam ukuran yang lebih besar akan goncang

Page 31: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 11

dan berikutnya tidak akan mampu berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, keberlangsungan lingkungan atau bagaimana menggapai kesejahteraan sosial bersama). (Sumanto, 2014). Dalam penelitian ini definisi modal sosial peneliti gunakan adalah sebagaimana yang disusun oleh Dasgupta dan Serageldin.

Modal sosial yang digunakan oleh Varshney yaitu modal sosial yang menjembatani (bridging); bukan ikatan ‘intra-komunal’ (jaringan dan organisasi yang seluruh anggotanya Hindu atau seluruh anggotanya Muslim), oleh Putnam disebut sebagai modal sosial yang mengikat (bonding). Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan. (lihat Varshney, 2009).

Varshney dalam membangun kerangka pikir di atas adalah untuk konteks India, ketika kerangka pikir tersebut diterapkan untuk konteks Indonesia terasa ada yang kurang, yaitu: relasi kawin mawin dan relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan. (a) Relasi kawin mawin beda agama di daerah tertentu (misal di Pulau Sumba) menjadikan semakin erat hubungan antarumat beragama. Tapi di beberapa daerah lain, perkawinan beda

Modal sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan atau network, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Diperlukan adanya suatu sosial network ikatan (jaringan) sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktifitas, komunitas. Putnam melonggarkan pemaknaan asosiasi horizontal, tidak hanya memberikan desiriable out come (hasil pendapatan yang diharapkan) melainkan juga underdesirible (Rokhani, 2015).

Iyer (2005) mendefinisikan modal sosial sebagaimana dikutip Ali Sadikin, sebagai institusi, hubungan, sikap dan nilai yang memfasilitasi interaksi antar individu antar kelompok masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat itu sendiri (Ali Sadikin 2012).

Sedangkan Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin menjelaskan modal sosial sebagai: A glue that holds societies together is generally recognized as necessary to a functional sosial order, along with a certain degree of common cultural identifications, a sense of belonging and shared behavioral norms. This internal coherence helps to define sosial capital. Without it, society at large would collapse, and there could be no talk of economic growth, environmental sustainability or human well-being. (Modal sosial adalah laksana lem yang merekatkan sebuah masyarakat untuk selalu bersama, itu bisa diartikan sebagai keberfungsian aturan sosial, selaras dengan identifikasi fungsi budaya, perasaan saling memiliki dan sepenanggungan, serta norma perilaku yang sama-sama dimiliki dan dilaksanakan. Tanpa adanya ini semua, maka masyarakat dalam ukuran yang lebih besar akan goncang

Page 32: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah12

agama dapat memicu konflik, karena kawin beda agama akan mengakibatkan terjadinya koversi agama, dan dalam etnis tertentu konversi agama tidak bisa diterima; (b) Relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan di beberapa daerah dapat berlangsung secara ‘baik’ dan unik, misalnya relasi antarumat dalam sistem kekerabatan etnis Batak, dan dalam wilayah budaya negeri gung yang meliputi Yogyakarta dan Surakarta sebagai wilayah sentra budaya Jawa berdasarkan pembagian wilayah budaya Jawa menurut Koentjaraningrat (1984:25). dikenal adanya ‘keluarga pelangi’ Sementara di beberapa daerah lain relasi dalam kategori ini tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk itu, kerangka pikir dalam penelitian ini perlu ada penambahan (1) relasi kawin mawin dan (2) relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan.

Selain itu, Varshney dalam penelitiannya itu, tidak menggunakan konsep Linking, untuk melengkapi pisau analisis perlu dimasukkan konsep linking dalam kerangka konseptual penelitian ini. Mengenai definisi Linking sosial capital, Woolcock (2001) memberikan penjelasan, sebagai berikut: which reaches out to unlike people in dissimilar situations, such as those who are entirely outside the community, thus enabling members to leverage a far wider range of resources than are available within the community (Modal sosial linking adalah ikatan modal sosial yang angggotanya dari beragam latar belakang, semisal satu komunitas dengan pihak luar, dan ikatan yang demikian akan memungkinkan kita bisa mengakses beragam sumber untuk kepentingan komunitas) (Sumanto, 2014).

Page 33: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 13

2. Antarumat Beragama, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antara kelompok keagamaan mayoritas dan minoritas. Untuk menjelaskan tentang konsep kelompok keagamaan ini kita bisa meminjam penjelasan yang digunakan oleh Narroll (1964) dengan mengacu pada penjelasan Horowitz di atas. Dengan demikian yang dimaksud dengan kelompok keagamaan adalah sebagai ‘suatu populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain’. Di samping itu kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: (a) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan; (b) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; (c) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (d) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (lihat Barth, 1988:11).

3. Mayoritas (majority), jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

4. Minoritas (minority), golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang karena itu didiskriminasi oleh golongan lain itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:151). Menurut Reading (1986: 254), minority adalah subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial. Karena definisi yang disusun sebagaimana di atas terdapat konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tentang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading yang cenderung pada

agama dapat memicu konflik, karena kawin beda agama akan mengakibatkan terjadinya koversi agama, dan dalam etnis tertentu konversi agama tidak bisa diterima; (b) Relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan di beberapa daerah dapat berlangsung secara ‘baik’ dan unik, misalnya relasi antarumat dalam sistem kekerabatan etnis Batak, dan dalam wilayah budaya negeri gung yang meliputi Yogyakarta dan Surakarta sebagai wilayah sentra budaya Jawa berdasarkan pembagian wilayah budaya Jawa menurut Koentjaraningrat (1984:25). dikenal adanya ‘keluarga pelangi’ Sementara di beberapa daerah lain relasi dalam kategori ini tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk itu, kerangka pikir dalam penelitian ini perlu ada penambahan (1) relasi kawin mawin dan (2) relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan.

Selain itu, Varshney dalam penelitiannya itu, tidak menggunakan konsep Linking, untuk melengkapi pisau analisis perlu dimasukkan konsep linking dalam kerangka konseptual penelitian ini. Mengenai definisi Linking sosial capital, Woolcock (2001) memberikan penjelasan, sebagai berikut: which reaches out to unlike people in dissimilar situations, such as those who are entirely outside the community, thus enabling members to leverage a far wider range of resources than are available within the community (Modal sosial linking adalah ikatan modal sosial yang angggotanya dari beragam latar belakang, semisal satu komunitas dengan pihak luar, dan ikatan yang demikian akan memungkinkan kita bisa mengakses beragam sumber untuk kepentingan komunitas) (Sumanto, 2014).

Page 34: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah14

pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi (demografis). Untuk menggantikan kata ‘minoritas’ bisa menggunakan kata enclave yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan – misalnya – keberadaan suatu perkampungan dari penganut agama tertentu di tengah-tengan perkampungan-perkampungan penganut agama yang berbeda.

Kerangka Konseptual

Berangkat dari penjelasan konsep di atas maka dibuatlah sebuah ‘kerangka konseptual’ sebagai berikut:

Page 35: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 15

Gambar. 1 Relasi Antarumat Beragama

Konsep relasi? (Modal Sosial:

Fukuyama)

Umat Beragama Mayoritas

Modal sosial bon- ding:

(a) mampu

berkembang biak dan bertahan;

(b) mempunyai nilai budaya dan sadar akan kebersamaan;

(c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri;

(d) menentukan ciri kelompok sendiri yang diterima kelompok laindan dapat dibedakan dari kelompok lain.

Umat Beragama Minoritas

Modal sosial bon- ding:

(a) mampu

berkembang biak dan bertahan;

(b) mempunyai nilai budaya dan sadar akan kebersamaan;

(c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri;

(d) menentukan ciri kelompok sendiri yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok lain.

Assosiasional (a) asosiasi bisnis; (b) organisasi

profesi; (c) klub olah raga; (d) serikat buruh.

Quotidian (a) saling kunjung, (b) makan

bersama, (c) berpartisipasi

hari kemerdekaan;

(d) anak-anak bermain bersama.

Konteks Indonesia

(a) kawin mawin; (b) kekerabatan dalam marga/fam.

Modal Sosial Linking Dengan

Pemerintah

pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi (demografis). Untuk menggantikan kata ‘minoritas’ bisa menggunakan kata enclave yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan – misalnya – keberadaan suatu perkampungan dari penganut agama tertentu di tengah-tengan perkampungan-perkampungan penganut agama yang berbeda.

Kerangka Konseptual

Berangkat dari penjelasan konsep di atas maka dibuatlah sebuah ‘kerangka konseptual’ sebagai berikut:

Page 36: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah16

Prior Riset

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan,

1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama;

2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaitan dengan pembangunan rumah ibadah, sejauh mana pembangunan rumah ibadah mengikuti aturan, dan bagaimana umat lain menyikapi;

3) Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI; 4) Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Metodologi

Penelitian bersifat kasus dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan dengan informan kunci, yaitu para expert setempat, meliputi beberapa pejabat dan staf pegawai Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Kesbangpol, FKUB,

Page 37: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 17

pemuka agama, pemuka masyarakat dan anggota masyarakat sebagai pelaku ‘relasi/interaksi’ antarumat beragama; Teknik observasi digunakan untuk mengamati bagaimana relasi / interaksi antarumat beragama yang terjadi di masyarakat. Sedangkan studi dokumentasi dilakukan untuk mengkaji bahan-bahan tertulis non-pustaka. Selain itu, perlu juga dilakukan studi pustaka untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik trianggulasi dengan cara pemerikasaan melalui sumber-sumber lain. Menurut Patton (1987) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda, misalnya membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan, dengan dokumen, membandingkan apa yang dikatakan orang di muka umum dan ketika sendirian, membandingkan antara pendapat rakyat biasa dengan pejabat pemerintah, serta membandingkan antara informasi pada saat situasi penelitian dengan saat normal sepanjang waktu (Moleong, 2002:178).

Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan (klasifikasi) data dan reduksi data. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data.

Daerah Sasaran dan Alasan Pemilihannya

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mojowarno Jombang Jawa Timur. Dipilihnya Kecamatan

Prior Riset

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan,

1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama;

2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaitan dengan pembangunan rumah ibadah, sejauh mana pembangunan rumah ibadah mengikuti aturan, dan bagaimana umat lain menyikapi;

3) Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI; 4) Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Metodologi

Penelitian bersifat kasus dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan dengan informan kunci, yaitu para expert setempat, meliputi beberapa pejabat dan staf pegawai Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Kesbangpol, FKUB,

Page 38: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah18

Mojowarno sebagai sasaran penelitian ini karena di kecamatan tersebut terdapat enclave Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi. Pada mulanya pilihan sasaran penelitian ini adalah enclave Kristen di Dusun Bongsoreja Desa Grogol Kecamatan Diwek, tapi setelah peneliti mewawancarai beberapa informan kunci (expert setempat), yaitu Tf, Bs, dan Sty, peneliti memperoleh informasi bahwa enclave Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi jauh lebih menarik dibandingkan enclave Kristen di Bongsorejo. Meskipun di Bongsorejo terdapat bangunan gereja dari denominasi Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang sudah berusia seabad lebih, berangka tahun 1898, tetapi di Mojowarno terdapat bangunan GKJW yang lebih tua (1881). Selain gereja yang sudah tua usianya, di Mojowarno juga terdapat lembaga pendidikan Kristen dari TK hingga SMA, Rumah Sakit Kristen, dan tradisi Riyaya Undhuh-undhuh yang sudah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang.

Page 39: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 19

SEKILAS KECAMATAN MOJOWARNO

Letak Geografis

Kecamatan Mojowarno adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kecamatan ini terletak di sebelah selatan Kecamatan Mojoagung atau di sebelah utara Kecamatan Ngoro. Kota Kecamatan Mojowarno berjarak sekitar 25 km ke arah selatan dari ibu kota Kabupaten Jombang. Wilayah Kecamatan Mojowarno di sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Mojoagung; di sebelah timur Wonosalam dan Bareng; di sebelah selatan Ngoro dan Bareng; dan di sebelah barat Diwek dan Jogoroto.

Hingga tahun 1980-an Mojowarno masih merupakan daerah terpencil dan sepi. Tapi belakangan ini Mojowarno menjadi ramai, karena menjadi jalur alternatif bagi penduduk daerah atau kota yang berada di sebelah selatannya seperti Kota Blitar, Kediri, Pare dan Kandangan dengan Kota Mojokerto yang melakukan perjalanan menuju Mojokerto dan Surabaya atau sebaliknya. Yang memilih jalur alternatif Mojowarno adalah para pengendara kedaraan roda dua, kendaraan roda empat (pribadi), travel dan kendaraan angkutan barang yang berukuran kecil-sedang. Mereka memilih jalur tersebut karena selain jarak tempuhnya menjadi lebih dekat, juga untuk menghindari kemecetan di Kota Jombang. Dengan melalui jalan pintas Mojowarno bisa langsung menuju Mojoagung bahkan Mojotresno yang merupakan wilayah Kabupaten Mojokerto.

Mojowarno sebagai sasaran penelitian ini karena di kecamatan tersebut terdapat enclave Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi. Pada mulanya pilihan sasaran penelitian ini adalah enclave Kristen di Dusun Bongsoreja Desa Grogol Kecamatan Diwek, tapi setelah peneliti mewawancarai beberapa informan kunci (expert setempat), yaitu Tf, Bs, dan Sty, peneliti memperoleh informasi bahwa enclave Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi jauh lebih menarik dibandingkan enclave Kristen di Bongsorejo. Meskipun di Bongsorejo terdapat bangunan gereja dari denominasi Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang sudah berusia seabad lebih, berangka tahun 1898, tetapi di Mojowarno terdapat bangunan GKJW yang lebih tua (1881). Selain gereja yang sudah tua usianya, di Mojowarno juga terdapat lembaga pendidikan Kristen dari TK hingga SMA, Rumah Sakit Kristen, dan tradisi Riyaya Undhuh-undhuh yang sudah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang.

Page 40: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah20

Dengan semakin ramainya lalu lintas di Mojowarno, kegiatan ekonomi di kota kecamatan ini semakin tumbuh menggeliat, terutama usaha kuliner. Di antara usaha kuliner yang terkenal adalah Baso Nuklir dan Bebek Goreng. Dua tempat makan ini selain sebagai tempat makan siang pegawai setempat juga sebagai tempat makan mereka yang sedang dalam perjalanan.

Tabel. 1 Desa-desa di Kecamatan Mojowarno

dan Luas Wilayah

No NAMA DESA LUAS

WILAYAH (km2) 1 Mojowarno 4.43 2 Mojowangi 4.48 3 Mojojejer 3.71 4 Selorejo 3.46 5 Catakgayam 5.29 6 Sukomulyo 3.14 7 Sidokerto 4.38 8 Menganto 3.38 9 Gedangan 3.32

10 Gondek 4.61 11 Kedungpari 4.03 12 Karanglo 4.61 13 Latsari 3.58 14 Penggaron 3.63 15 Mojoduwur 4.54 16 Japanan 5.10 17 Rejoslamet 4.48 18 Wringinpitu 4.39 19 Grobogan 4.06

Jumlah 78.62

Page 41: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 21

Jumlah Desa

Kecamatan Mojowarno terbagi menjadi 19 desa. Ke 19 desa berikut luas wilayah dan kepala desanya dapat dilihat pada tabel 1.

Jumlah Penduduk

Penduduk Kecamatan Mojowarno berjumlah 101.992 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 52.006 jiwa dan perempuan 49.986 jiwa. Secara lebih rinci jumlah penduduk Kecamatan Mojowarno dilihat perdesa dan jenis kelamin dapat disimak pada tabel 2.

Mata Pencaharian

Kecamatan Mojowarno merupakan daerah agraris, meskipun menurut beberapa informan kami wilayah Kecamatan Mojowarno bukan merupakan daerah yang subur, tidak seperti daerah-daerah lain, misalnya kecamatan-kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Kediri.

Belum diketahui secara pasti apakah ada hubungannya antara kekurangsuburan ini dengan mata pencarian penduduk. Namun yang pasti, mayoritas penduduk Kecamatan Mojowarno yang dalam usia produktif, berprofesi sebagai pegawai swasta, yakni mencapai 20.339 orang; urutan berikutnya wiraswasta 11.720 orang; petani 10.332 orang; dan pegawai negeri sipil 790 orang.

Dengan semakin ramainya lalu lintas di Mojowarno, kegiatan ekonomi di kota kecamatan ini semakin tumbuh menggeliat, terutama usaha kuliner. Di antara usaha kuliner yang terkenal adalah Baso Nuklir dan Bebek Goreng. Dua tempat makan ini selain sebagai tempat makan siang pegawai setempat juga sebagai tempat makan mereka yang sedang dalam perjalanan.

Tabel. 1 Desa-desa di Kecamatan Mojowarno

dan Luas Wilayah

No NAMA DESA LUAS

WILAYAH (km2) 1 Mojowarno 4.43 2 Mojowangi 4.48 3 Mojojejer 3.71 4 Selorejo 3.46 5 Catakgayam 5.29 6 Sukomulyo 3.14 7 Sidokerto 4.38 8 Menganto 3.38 9 Gedangan 3.32

10 Gondek 4.61 11 Kedungpari 4.03 12 Karanglo 4.61 13 Latsari 3.58 14 Penggaron 3.63 15 Mojoduwur 4.54 16 Japanan 5.10 17 Rejoslamet 4.48 18 Wringinpitu 4.39 19 Grobogan 4.06

Jumlah 78.62

Page 42: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah22

Sarana Pendidikan

Pada masa lalu lembaga pendidikan Yayasan Bersama Pendidikan Kristen (YBPK) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Mojowarno. Sebelum zaman kemerdekaan satu-satunya sekolah rakyat (SR) setingkat sekolah dasar (SD) adalah SR YBPK. Oleh karena itu, banyak tokoh-tokoh Islam alumni SR YBPK.

Tabel. 2

Populasi Penduduk Mojowarno Dilihat Per Desa dan Jenis Kelamin Berdasarkan Data Tahun 2013

No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Mojowarno 3.507 3.032 6.089 2 Mojowangi 1.905 1.885 3.790 3 Mojojejer 2.364 2.284 4.648 4 Selorejo 2.370 2.344 4.714 5 Catakgayam 4.614 4.306 8.920 6 Sukomulyo 1.149 1.331 2.750 7 Sidokerto 3.113 2.979 6.092 8 Menganto 2.871 2.760 5.631 9 Gedangan 2.946 2.635 5.581 10 Gondek 2.926 2.755 5.681 11 Kedungpari 2.608 2.622 5.228 12 Karanglo 3.212 3.154 6.366 13 Latsari 1.855 1.880 3.735 14 Penggaron 2.272 2.221 4.493 15 Mojoduwur 3.028 2.850 5.878 16 Japanan 3.050 2.928 5.978 17 Rejoslamet 2.693 2.591 5.284 18 Wringinpitu 2.821 2.626 5.447 19 Grobogan 2.884 2.803 5.687

TOTAL 52.006 49.986 101.992

Page 43: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 23

Organisasi Kepemudaan Mawarno

SMP YBPK sebagai satu-satunya sekolah menengah pertama hingga berdiri SMP Pancasila pada tahun 1967. Akan tetapi meskipun sudah berdiri SMP Pancasila sebagai sekolah umum (nasionalis) yang berorientasi Islam, banyak anak-anak dari keluarga Muslim (termasuk informan kami) yang memilih masuk SMP YBPK. Karena SMP Kristen ini merupakan sekolah favorit dan terkenal hingga kecamatan lain. Oleh karena itu, murid-muridnya tidak hanya terbatas anak-anak Mojowarno tetapi juga dari kecamatan lain, seperti Kecamatan Gudo, Ngoro, Bareng dan Mojoagung. Pada waktu informan saya masuk SMP Kristen tersebut, jumlah murid kelas satu mencapai tujuh kelas atau sampai kelas G (Aff, wawancara, 25/5/16).

Mawarno merupakan organisasi paguyuban dan media aspirasi pemuda/pemudi Mojowarno yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, kesenian, olah raga dan terlibat juga dalam bidang politik (St, wawancara, 13/05/2015).

Kegiatan-kegiatan di dalam bidang politik misalnya: 1) Menjelang pemilu legislatif (pileg) untuk Daerah Tingkat II Kabupaten Jombang, Mawarno mengenalkan wakil-wakil rakyat Mojowarno dengan masyarakat pemilihnya. Agar masyarakat mengenal wakil-wakilnya, calon wakil rakyat untuk daerah pilihan (dapil) Mojowarno dihadirkan oleh Mawarno untuk menyampaikan visi-misinya. Kegiatan ini dibiayai oleh caleg yang bersangkutan. Kegiatan semacam juga dimanfaatkan oleh kepala desa terpilih sekarang, pada waktu pemilihan kepala desa yang lalu (St, wawancara, 13/05/2015).

Sarana Pendidikan

Pada masa lalu lembaga pendidikan Yayasan Bersama Pendidikan Kristen (YBPK) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Mojowarno. Sebelum zaman kemerdekaan satu-satunya sekolah rakyat (SR) setingkat sekolah dasar (SD) adalah SR YBPK. Oleh karena itu, banyak tokoh-tokoh Islam alumni SR YBPK.

Tabel. 2

Populasi Penduduk Mojowarno Dilihat Per Desa dan Jenis Kelamin Berdasarkan Data Tahun 2013

No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Mojowarno 3.507 3.032 6.089 2 Mojowangi 1.905 1.885 3.790 3 Mojojejer 2.364 2.284 4.648 4 Selorejo 2.370 2.344 4.714 5 Catakgayam 4.614 4.306 8.920 6 Sukomulyo 1.149 1.331 2.750 7 Sidokerto 3.113 2.979 6.092 8 Menganto 2.871 2.760 5.631 9 Gedangan 2.946 2.635 5.581 10 Gondek 2.926 2.755 5.681 11 Kedungpari 2.608 2.622 5.228 12 Karanglo 3.212 3.154 6.366 13 Latsari 1.855 1.880 3.735 14 Penggaron 2.272 2.221 4.493 15 Mojoduwur 3.028 2.850 5.878 16 Japanan 3.050 2.928 5.978 17 Rejoslamet 2.693 2.591 5.284 18 Wringinpitu 2.821 2.626 5.447 19 Grobogan 2.884 2.803 5.687

TOTAL 52.006 49.986 101.992

Page 44: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah24

Di bidang kesenian pada bulan Februari 2015, Mawarno mengadakan pentas seni teater di Balai Desa Mojowarno; Di bidang olah raga, pada tahun 2014 Mawarno mengadakan lomba bola voli putra se Jawa Timur. Kegiatan tersebut mendapat lesensi dari Dinas Parbupura Kabupaten Jombang. Ada 35 klub bola voli (berbasis instansi) ikut serta dalam kegiatan itu. Selain lomba bola voli, Mawarno juga pernah mengadakan lomba bilyard. Pada bulan November 2013, Mawarno ikut terlibat dalam penyelenggaraan Festival Prakarsa Rakyat tingkat nasional di Mojowarno (Str, wawancara, 17/05/2015).

Mawarno dalam melaksanakan kegiatan melibatkan Komunitas Pemuda Muslim Mojowarno (KPMM), Komisi Pembinaan Pemuda Mahasiswa (KPPM), Karang Taruna, Konsorsium Rakyat Jombang, Konsorsium Pencak Silat (Str, wawancara, 17/05/2015).

Sarana Kesehatan (RSKM)

Meskipun Mojowarno merupakan kecamatan yang terpencil tetapi di Mojowarno terdapat sarana kesehatan berupa rumah sakit yang cukup besar untuk ukuran kecamatan, yaitu Rumah Sakit Kristen Mojowarno (RSKM). RSKM tersebut merupakan aset milik GKJW Mojowarno. Menurut keterangan Adr, RSKM didirikan (peletakan batu pertama) pada 23 Maret 1892, kemudian diresmikan pada 6 Juni 1894. Di RSKM dulu pernah ada sekolah bidan dan perawat (Adr, wawancara via telpon, 15/06/2016). Konon RA Kartini pernah datang ke Mojowarno untuk mengikuti sekolah bidan, namun keinginannya tidak kesampaian (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Page 45: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 25

RSKM dulu cukup terkenal hingga daerah lain. Dulu pasien RSKM bukan hanya masyarakat setempat atau masyarakat sekitar, tetapi ada yang datang dari daerah lain, seperti dari Pulau Madura, bahkan ada yang dari luar Jawa, yaitu dari Lampung (Stk, wawancara, 19/05/2015). Peneliti percaya dengan apa yang disampaikan informan, karena pada tahun 1970-an, paman peneliti dari Kediri pernah menjadi pasien rawat inap di RSKM, meskipun hanya untuk bedah uci-uci (daging lebih). Padahal di dekat tempat tinggallnya di Kediri dan Pare banyak rumah sakit.

Kata Stk, dulu RSKM memiliki sesanti (motto) ‘Pangandelan kang Mitulungi’ (Keyakinan yang Menolong). Sehingga pada waktu itu banyak orang (pasien) yang mengatakan bahwa berobat di RSKM ‘sebelum disentuh dokter penyakitnya sudah sembuh’ (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Potensi Ekonomi

Mojowarno–sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Jombang–meskipun tanahnya tidak begitu subur seperti wilayah Kabupaten Kediri, tapi jika penduduknya diberdayakan, secara ekonomi Mojowarno akan dapat berkembang dengan pesat. Upaya untuk pemberdayaan penduduk dan pengembangan ekonomi ini, Camat Mojowarno merancanakan penanaman pohon belimbing secara massal. Sehingga Mojowarno akan dikenal sebagai penghasil buah belimbing. Buah belimbing yang dihasilkan akan dipilah-pilah menjadi tiga kategori kualitas. Buah belimbing kualitas 1, dengan kriteria buahnya masuk dalam kategori besar dengan bentuk sempurna tanpa cacat. Buah

Di bidang kesenian pada bulan Februari 2015, Mawarno mengadakan pentas seni teater di Balai Desa Mojowarno; Di bidang olah raga, pada tahun 2014 Mawarno mengadakan lomba bola voli putra se Jawa Timur. Kegiatan tersebut mendapat lesensi dari Dinas Parbupura Kabupaten Jombang. Ada 35 klub bola voli (berbasis instansi) ikut serta dalam kegiatan itu. Selain lomba bola voli, Mawarno juga pernah mengadakan lomba bilyard. Pada bulan November 2013, Mawarno ikut terlibat dalam penyelenggaraan Festival Prakarsa Rakyat tingkat nasional di Mojowarno (Str, wawancara, 17/05/2015).

Mawarno dalam melaksanakan kegiatan melibatkan Komunitas Pemuda Muslim Mojowarno (KPMM), Komisi Pembinaan Pemuda Mahasiswa (KPPM), Karang Taruna, Konsorsium Rakyat Jombang, Konsorsium Pencak Silat (Str, wawancara, 17/05/2015).

Sarana Kesehatan (RSKM)

Meskipun Mojowarno merupakan kecamatan yang terpencil tetapi di Mojowarno terdapat sarana kesehatan berupa rumah sakit yang cukup besar untuk ukuran kecamatan, yaitu Rumah Sakit Kristen Mojowarno (RSKM). RSKM tersebut merupakan aset milik GKJW Mojowarno. Menurut keterangan Adr, RSKM didirikan (peletakan batu pertama) pada 23 Maret 1892, kemudian diresmikan pada 6 Juni 1894. Di RSKM dulu pernah ada sekolah bidan dan perawat (Adr, wawancara via telpon, 15/06/2016). Konon RA Kartini pernah datang ke Mojowarno untuk mengikuti sekolah bidan, namun keinginannya tidak kesampaian (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Page 46: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah26

dengan kualitas 1 ini akan disalurkan ke super market; Kualitas 2, buahnya tidak begitu besar tapi tidak cacat dipasarkan di pasar tradisional; Kualitas 1, buahnya kecil-kecil atau cacat, bentuknya tidak sempurna diserahkan kepada ibu-ibu untuk dijadikan makanan/minuman olahan, dodol, kripik dan sirup (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Lebih dari itu Camat Mojowarno akan mencanangkan Mojowarno sebagai kawasan wisata buah belimbing. Misalnya, tanah (halaman) RSKM akan ditanami pohon belimbing, jika pohon belimbing tersebut sudah berbuah, akan dibangun kafe yang menyiapkan aneka olahan makanan dan minuman dari belimbing dan juga buah segar dan jus belimbing. Para pengunjung yang bezuk ke rumah sakit, akan dijadikan sebagai pasar bagi wisata kuliner belimbing. (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Langkah selanjutnya dari penanaman belimbing secara massal itu adalah program pemberdayaan masyarakat untuk ternak lebah madu. Karena pohon belimbing merupakan jenis pohon yang tidak pernah berhenti berbunga, dengan demikian akan tersedia makanan lebah sepanjang tahun. Dengan tersedianya makanan lebah dari bunga belimbing, maka Mojowarno akan dapat mempromosikan madu lebah spesial bunga belimbing (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Jika melihat perkembangan kota Kecamatan Mojowarno belakangan ini yang sangat mencengangkan, setidaknya bagi penulis. Jalan raya yang membelah Kota Mojowarno sekarang menjadi jalan yang hidup, dan cukup ramai. Para pengguna jalan raya, pengendara sepeda motor dan kendaraan pribadi roda empat dari Blitar, Kediri, Pare dan Kandangan yang menuju Surabaya banyak yang memilih melintas Kota Mojowarno, sebagai jalan pintas yang dapat

Page 47: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 27

memperpendek jarak dan waktu tempuh, serta menghidari kemacetan.

Dengan demikian pengembangan wisata kuliner buah belimbing di Mojowarno dapat dengan mudah dikembangkan karena dukungan kondisi lalu litas yang cukup padat dan ramai di Mojowarno. Selain itu Mojowarno jaga memiliki obyek wisata pemandian Sumber Boto (milik Perhutani), Candi Ngrimbi.

Rest area, difungsikan juga sebagai area wisata kuliner dan pusat oleh-oleh. Selain itu GKJW bisa dikembangkan sebagai obyek wisata religi (Samsun, wawancara,17/05/2015). Hal ini sangat mungkin karena sebagai bangunan gereja yang sudah berusia satu abad lebih. Apalagi jika sedang diselenggarakan upacara Riyaya Undhuh-undhuh, dan letak Mojowarno yang tidak terlalu jauh (sekitar 6 km) dari Makam Gus Dur.

Selain wisata kuliner buah belimbing, program selanjutnya Camat Mojowarno akan menggalakkan penanaman pepaya California dan kakao (coklat). Jika gerakan penanaman pohon tersebut dan budidaya lebah madu berhasil, masyarakat Mojowarno akan dapat hidup makmur dan sejahtera. Di Mojowarno juga akan dikembangkan agro wisata. Untuk itu telah disediakan lahan sekitar 3 ha, di dekat obyek wisata pemandian alam Suberboto milik Perhutani, untuk penanaman pepaya California dan kakao. Perusahaan Aqua Danone sudah bersedia menyediakan bibit belimbing, pepaya dan kakao (Ss, wawancara, 2015).

Ciputra bersedia untuk melatih para pemuda dalam bidang wirausaha (enterpreneurship), melakukan pendampingan membuat keripik dari bonggol pisang. Untuk

dengan kualitas 1 ini akan disalurkan ke super market; Kualitas 2, buahnya tidak begitu besar tapi tidak cacat dipasarkan di pasar tradisional; Kualitas 1, buahnya kecil-kecil atau cacat, bentuknya tidak sempurna diserahkan kepada ibu-ibu untuk dijadikan makanan/minuman olahan, dodol, kripik dan sirup (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Lebih dari itu Camat Mojowarno akan mencanangkan Mojowarno sebagai kawasan wisata buah belimbing. Misalnya, tanah (halaman) RSKM akan ditanami pohon belimbing, jika pohon belimbing tersebut sudah berbuah, akan dibangun kafe yang menyiapkan aneka olahan makanan dan minuman dari belimbing dan juga buah segar dan jus belimbing. Para pengunjung yang bezuk ke rumah sakit, akan dijadikan sebagai pasar bagi wisata kuliner belimbing. (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Langkah selanjutnya dari penanaman belimbing secara massal itu adalah program pemberdayaan masyarakat untuk ternak lebah madu. Karena pohon belimbing merupakan jenis pohon yang tidak pernah berhenti berbunga, dengan demikian akan tersedia makanan lebah sepanjang tahun. Dengan tersedianya makanan lebah dari bunga belimbing, maka Mojowarno akan dapat mempromosikan madu lebah spesial bunga belimbing (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Jika melihat perkembangan kota Kecamatan Mojowarno belakangan ini yang sangat mencengangkan, setidaknya bagi penulis. Jalan raya yang membelah Kota Mojowarno sekarang menjadi jalan yang hidup, dan cukup ramai. Para pengguna jalan raya, pengendara sepeda motor dan kendaraan pribadi roda empat dari Blitar, Kediri, Pare dan Kandangan yang menuju Surabaya banyak yang memilih melintas Kota Mojowarno, sebagai jalan pintas yang dapat

Page 48: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah28

pelatihan tersebut, instruktur mendampingi sampai peserta pelatihan benar-benar bisa (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Budaya Dominan

Mojowarno merupakan daerah terbuka sejak masih bernama Dagangan. Sejak pembukaan Hutan Keracil kemudian menjadi tempat yang menarik banyak dikunjungi para pedagang, karena posisinya sangat strategis, di sebelah selatan ada Ngoro dan sebelah timur ada Bareng.

Ngoro sebagai daerah pertanian milik Coolen dan Bareng merupakan daerah persil (daerah perkebunan atau persawahan yang relatif luas yang dibudidayakan untuk penanaman komoditas ekspor, seperti karet, kakau (coklat), kopi, dan nila). Karena posisinya yang sedemikian rupa, Mojowarno sebagai daerah baru menjadi pusat perdagangan hasil pertanian dan perkebunan dari kedua daerah tersebut. Karena ramainya para pedagang yang melakukan transaksi jual beli di daerah baru itu, tempat itu kemudian diberi nama Dagangan.

Para pedagang yang banyak berdatangan terutama dari sekitar daerah Surabaya, seperti Gresik, Sido’arjo, Bangkalan, dan ada pula arus pendatang dari barat (yakni dari Solo). Menurut beberapa informan kami, karena banyak pedagang yang berasal dari berbagai daerah dan menganut berbagai macam agama (beraneka warna agama), maka Dagangan kemudian diganti nama Mojowarno (Cyn, wawancara, 17/05/2015).

Meski Mojowarno banyak dikunjungi para pedagang dari daerah-daerah lain, terutama yang dominan hingga sekarang adalah pendatang dari Sido’arjo dan Gresik, yang

Page 49: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 29

sesungguhnya beretnis Jawa. Oleh sebab itu hingga sekarang budaya etnik di Mojowarno yang dominan merupakan budaya Jawa.

Jumlah Pemeluk Agama

Di Mojowarno terdapat sebuah bangunan gereja yang besar, rumah sakit dan lembaga pendidikan Kristen, dan sebelum tahun 1970-an di sepanjang jalan raya Mojowarno tidak ada bangunan masjid maupun mushala. Satu-satunya bangunan masjid yaitu masjid kecil yang dibangun Kyai Ihsan yang terletak di belakang bangunan GKJW. Sehingga masjid tersebut tidak pernah diketahui oleh orang luar Mojowarno.

Tabel. 3

Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan Mojowarno Dilihat Per Desa

No Nama Desa Islam Katolik Kristen Hindu Buddha Jumlah 1 Mojowarno 5.577 - 512 - - 6.089 2 Mojowangi 1.580 15 2.191 1 3 3.790 3 Mojojejer 4.243 - 401 - - 4.648 4 Selorejo 1.659 - 55 - - 4.714 5 Catakgayam 8.911 - 7 - 2 8.920 6 Sukomulyo 2.750 - - - - 2750 7 Sidokerto 6.092 - - - - 6.092 8 Menganto 5.623 - 6 - 2 5.631 9 Gedangan 5.581 - - - - 5.581

10 Gondek 5.676 - 5 - - 5.681 11 Kedungpari 5.215 - 13 - - 5.228 12 Karanglo 6.308 - 58 - - 6.366 13 Latsari 3.707 - 28 - - 3.735 14 Penggaron 4.237 - 256 - - 4.493 15 Mojoduwur 5.860 - 18 - - 5.878

pelatihan tersebut, instruktur mendampingi sampai peserta pelatihan benar-benar bisa (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Budaya Dominan

Mojowarno merupakan daerah terbuka sejak masih bernama Dagangan. Sejak pembukaan Hutan Keracil kemudian menjadi tempat yang menarik banyak dikunjungi para pedagang, karena posisinya sangat strategis, di sebelah selatan ada Ngoro dan sebelah timur ada Bareng.

Ngoro sebagai daerah pertanian milik Coolen dan Bareng merupakan daerah persil (daerah perkebunan atau persawahan yang relatif luas yang dibudidayakan untuk penanaman komoditas ekspor, seperti karet, kakau (coklat), kopi, dan nila). Karena posisinya yang sedemikian rupa, Mojowarno sebagai daerah baru menjadi pusat perdagangan hasil pertanian dan perkebunan dari kedua daerah tersebut. Karena ramainya para pedagang yang melakukan transaksi jual beli di daerah baru itu, tempat itu kemudian diberi nama Dagangan.

Para pedagang yang banyak berdatangan terutama dari sekitar daerah Surabaya, seperti Gresik, Sido’arjo, Bangkalan, dan ada pula arus pendatang dari barat (yakni dari Solo). Menurut beberapa informan kami, karena banyak pedagang yang berasal dari berbagai daerah dan menganut berbagai macam agama (beraneka warna agama), maka Dagangan kemudian diganti nama Mojowarno (Cyn, wawancara, 17/05/2015).

Meski Mojowarno banyak dikunjungi para pedagang dari daerah-daerah lain, terutama yang dominan hingga sekarang adalah pendatang dari Sido’arjo dan Gresik, yang

Page 50: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah30

16 Japanan 5.962 - 16 - - 5.978 17 Rejoslamet 5.276 - 8 - - 5.284 18 Wringinpitu 5.447 - - - - 5.447 19 Grobogan 5.683 - 4 - - 5.687

JUMLAH 98.38 15 3.578 1 7 101.99

Oleh karena itu tidak mengherankan, jika disebut kata Mojowarno, yang muncul adalah konotasi satu wilayah yang seluruh penduduknya beragama Kristen. Memang kecamatan ini memiliki populasi Kristen terbanyak di Kabupaten Jombang dan dikenal sebagai wilayah dengan penduduk beragama Kristen tertua di Jawa, khususnya Jawa Timur.

Namun faktanya komposisi penduduk menurut agama jauh dari apa yang ada dalam fikiran orang luar Mojowarno, baik dilihat di tingkat desa apalagi kecamatan. Secara lebih jelas jumlah penganut agama di Kecamatan Mojowarno dilihat perdesa dapat dicermati pada tabel 3, berikut:

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa di Desa Mojowarno jumlah penduduk Muslim mencapai 91,59 % dan Kristen 8,41 %. Hanya di Desa Mojowangi jumlah penduduk Kristen lebih banyak dibanding penduduk Muslim, jumlah penduduk Kristen mencapai 57,81 % dan penduduk Muslim 41,69 %. Sedangkan di tingkat kecamatan jumlah penduduk Muslim 96,47 % dan Kristen 3,51 %.

Rumah Ibadat

Sebagaimana di atas sudah disebutkan bahwa Kecamatan/Desa Mojowarno memiliki ikon sebuah bangunan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang cukup besar dan sudah tua, dibangun tahun 1879 dan diresmikan tahun 1881.

Page 51: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 31

Selain sebuah bangunan gereja besar (GKJW), umat Kristen Desa Mojowarno memiliki 5 blok rumah ibadah yang disebut sinagoge (Ghz, 16/05/2015).

Sedangkan umat Islam Mojowarno memiliki masjid tertua yaitu Masjid At-Taqwa yang terletak di RT 1/RW 4. Masjid tersebut didirikan oleh Kyai Ihsan alumni Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, atas perintah KH Hasyim Asyari pada tahun 1923. (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Hingga tahun 1980 di Mojowarno hanya ada 1 masjid dan 5 mushala. Kondisi mushala-mushala pada waktu itu masih berupa bangunan kecil non-permanen terbuat dari bambu.

Tabel. 4 Tempat Ibadah di Kecamatan Mojowarno

Dilihat Per Desa No Nama Desa Masjid Musholla/

Langgar Gereja Pura Vihara

1 Mojowarno 6 6 2 - - 2 Mojowangi 2 3 2 - - 3 Mojojejer 5 10 2 - - 4 Selorejo 3 19 - - - 5 Catakgayam 4 30 - - - 6 Sukomulyo 3 11 - - - 7 Sidokerto 5 16 - - - 8 Menganto 3 20 - - - 9 Gedangan 3 25 - - - 10 Gondek 6 21 - - - 11 Kedungpari 6 14 - - - 12 Karanglo 5 11 - - -

16 Japanan 5.962 - 16 - - 5.978 17 Rejoslamet 5.276 - 8 - - 5.284 18 Wringinpitu 5.447 - - - - 5.447 19 Grobogan 5.683 - 4 - - 5.687

JUMLAH 98.38 15 3.578 1 7 101.99

Oleh karena itu tidak mengherankan, jika disebut kata Mojowarno, yang muncul adalah konotasi satu wilayah yang seluruh penduduknya beragama Kristen. Memang kecamatan ini memiliki populasi Kristen terbanyak di Kabupaten Jombang dan dikenal sebagai wilayah dengan penduduk beragama Kristen tertua di Jawa, khususnya Jawa Timur.

Namun faktanya komposisi penduduk menurut agama jauh dari apa yang ada dalam fikiran orang luar Mojowarno, baik dilihat di tingkat desa apalagi kecamatan. Secara lebih jelas jumlah penganut agama di Kecamatan Mojowarno dilihat perdesa dapat dicermati pada tabel 3, berikut:

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa di Desa Mojowarno jumlah penduduk Muslim mencapai 91,59 % dan Kristen 8,41 %. Hanya di Desa Mojowangi jumlah penduduk Kristen lebih banyak dibanding penduduk Muslim, jumlah penduduk Kristen mencapai 57,81 % dan penduduk Muslim 41,69 %. Sedangkan di tingkat kecamatan jumlah penduduk Muslim 96,47 % dan Kristen 3,51 %.

Rumah Ibadat

Sebagaimana di atas sudah disebutkan bahwa Kecamatan/Desa Mojowarno memiliki ikon sebuah bangunan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang cukup besar dan sudah tua, dibangun tahun 1879 dan diresmikan tahun 1881.

Page 52: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah32

13 Latsari 3 13 - - - 14 Penggaron 3 8 1 - - 15 Mojoduwur 5 25 1 - - 16 Japanan 6 14 - - - 17 Rejoslamet 6 18 - - - 18 Wringinpitu 4 18 - - - 19 Grobogan 4 17 - - -

HALMUJ 28 413 2 - -

Pada tahun 1983 ketika mulai terjadi gelombang santrinisasi secara nasional kemudian di Mojowarno dibangun Masjid Al-Hikmah (1983), berikutnya Masjid Al-Hidayah di Kompleks KUA (1986), Masjid Nurul Huda (1988), dan masjid di Dusun Sidoluwih (1990). Sekarang di Desa Mojowarno terdapat 6 masjid dan 6 mushala (Bdm, wawancara, 16/06/2015). Secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel 4.

Page 53: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 33

SEJARAH MOJOWARNO,

MASUKNYA AGAMA ISLAM DAN KRISTEN

Sejarah Mojowarno

Sumber sejarah Mojowarno lebih banyak berupa legenda yang dituturkan dari mulut ke mulut (folklore). Berdasarkan penuturan Sunu Budiman, dulu Mojowarno merupakan sisa hutan yang belum dibuka, sementara di sekitar Mojowarno sudah menjadi perkampungan. Misalnya, ke arah Wonosalam terdapat Desa Ngrimbi. Di Desa tersebut berdiri sebuah candi yang bernama Candi Ngrimbi. Konon dari candi itu, orang dapat melihat (ngungak) ke arah pelabuhan Majapahit. Oleh karena itu ada yang menyebut Candi Ngrimbi dengan sebutan Candi Pengungakan. Hutan di Mojowarno (Hutan Keracil) dibuka sekitar tahun 1800, sementara berdasarkan buku Laporan Potensi Desa Mojowarno, Desa Mojowarno didirikan tahun 1845. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Pada awal dibukanya hutan Mojowarno, daerah sekitarnya merupakan daerah perkebunan, di sebelah timur, di lereng Gunung Arjuno (sekarang Kecamatan Bareng) merupakan daerah perkebunan kopi, teh dan karet; Di sebelah barat, pada tahun 1870 dibangun Pabrik Gula (PG) Cukir dan PG Selorejo. Pada tahun-tahun selanjutnya dibangun pabrik gula di berbagai tempat, sehingga di Jombang terdapat 17 pabrik gula termasuk PG Jombang. Namun sejak kedatangan tentara Jepang banyak pabrik gula yang dirusak oleh Jepang, sehingga pabrik gula di Jombang tinggall dua, yaitu PG Cukir dan PG Jombang. Pabrik gula yang dirusak Jepang bukan

13 Latsari 3 13 - - - 14 Penggaron 3 8 1 - - 15 Mojoduwur 5 25 1 - - 16 Japanan 6 14 - - - 17 Rejoslamet 6 18 - - - 18 Wringinpitu 4 18 - - - 19 Grobogan 4 17 - - -

HALMUJ 28 413 2 - -

Pada tahun 1983 ketika mulai terjadi gelombang santrinisasi secara nasional kemudian di Mojowarno dibangun Masjid Al-Hikmah (1983), berikutnya Masjid Al-Hidayah di Kompleks KUA (1986), Masjid Nurul Huda (1988), dan masjid di Dusun Sidoluwih (1990). Sekarang di Desa Mojowarno terdapat 6 masjid dan 6 mushala (Bdm, wawancara, 16/06/2015). Secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel 4.

Page 54: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah34

hanya pabrik gula di wilayah Jombang saja tetapi juga di daerah-daerah lain. Tujuan jepang merusak pabrik-pabrik tersebut adalah untuk diambil besinya, sebagai bahan baku industri %jataan guna menunjang peperangan yang dihadapi Jepang, terutama dalam menghadapi Sekutu.

Berkenaan dengan keberadaan daerah perkebunan dan pabrik gula yang nota benenya adalah milik pemeritah Hindia Belanda, posisi Mojowarno adalah sebagai tempat peristirahatan bagi orang-orang Belanda yang berada di daerah perkebunan dan pabrik gula tersebut. Sehingga di Mojowarno kemudian dibangun loji-loji dan dalam perkembangan selanjutnya dibangun gereja dan rumah sakit. Konon gereja Mojowarno dibangun oleh zending (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Meskipun menurut versi yang lain, gereja Mojowarno dibangun atas swadaya masyarakat.

Berdasarkan legenda yang berkembang di masyarakat (Babat Mojowarno) yang membuka hutan di Mojowarno adalah Abisai Dito Taruno dan kakaknya, Enos Singo Taruno. Kedua tokoh tersebut adalah pelarian dari sisa-sisa laskar Diponegoro, setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda ke Makassar. Kepala Desa Mojowarno kurang bisa menerima legenda tersebut. Menurut Sty, Mojowarno sudah ada sejak zaman Majapahit dan diyakini sebagai pintu gerbang Majapahit. Sehingga sejarah Mojowarno lebih tua dari kedua tokoh legenda tersebut. (Sty, wawancara, 13/05/2015). Demikian pula menurut Kyai Desa, siapa yang membuka hutan Mojowarno masih simpang siur (Hdy, 15/05/2015). Pendapat dua informan tersebut berbeda dengan pendapat Bdm. Bdm sependapat dengan cerita rakyat bahwa Mojowarno dibuka belakangan, dulu Mojowarno merupakan sisa hutan yang belum dibuka,

Page 55: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 35

yaitu Hutan Keracil. Sementara di sekitar Mojowarno sudah menjadi perkampungan. Misalnya, kearah Wonosalam terdapat Desa Ngrimbi (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Pembukaan Hutan Keracil dipimpin oleh Abisai Dito Taruno. Setelah selesai membuka hutan Keracil kemudian daerah yang dibuka itu diberi nama Desa Dagangan, artinya terbuka untuk umum. Karena Abisai sebagai kepala desa meskipun beragama Kristen, tapi berjiwa nasionalis, sehingga siapa saja – baik orang Kristen maupun Muslim – boleh datang dan menetap di Desa Dagangan. (Gi, Ss, dan Wtn, wawancara, 16/05 dan 17/052015). Pada perkembangan selanjutnya karena penduduk Desa Dagangan ini menganut bermacam-macam agama (warna-warni = warno-warno), sehingga kemudian nama Desa Dagangan diganti dengan Mojowarno (Cyn dan Gi, wawancara, 15/05 dan 16/05/2015).

Dusun Sidoluwih dibuka oleh Asmorojoyo. Menurut cerita dari mulut ke mulut, hutan yang dibuka oleh Asmorojoyo adalah sisa hutan yang dibuka oleh Abisai. Konon Asmorojoyo meminta kepada Abisai agar hutan di Mojowarno tidak dibabat semuanya agar sebagian ada yang disisakan. Sisa (luwihan) hutan itu kemudian dibuka oleh Asmorojoyo, sehinga kemudian diberi nama Dusun Sidoluwih (Mjr, wawancara, 17/05/2015).

Sejarah Agama Islam di Mojowarno

Beberapa informan kami mengatakan bahwa penduduk Mojowarno sebelum kedatangan agama Kristen sudah menganut agama Islam (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Hal ini dapat dibuktikan, bahwa desa atau dusun yang tidak dimasuki misi Kristen, yaitu Dusun Sidoluwih (Mojowarno)

hanya pabrik gula di wilayah Jombang saja tetapi juga di daerah-daerah lain. Tujuan jepang merusak pabrik-pabrik tersebut adalah untuk diambil besinya, sebagai bahan baku industri %jataan guna menunjang peperangan yang dihadapi Jepang, terutama dalam menghadapi Sekutu.

Berkenaan dengan keberadaan daerah perkebunan dan pabrik gula yang nota benenya adalah milik pemeritah Hindia Belanda, posisi Mojowarno adalah sebagai tempat peristirahatan bagi orang-orang Belanda yang berada di daerah perkebunan dan pabrik gula tersebut. Sehingga di Mojowarno kemudian dibangun loji-loji dan dalam perkembangan selanjutnya dibangun gereja dan rumah sakit. Konon gereja Mojowarno dibangun oleh zending (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Meskipun menurut versi yang lain, gereja Mojowarno dibangun atas swadaya masyarakat.

Berdasarkan legenda yang berkembang di masyarakat (Babat Mojowarno) yang membuka hutan di Mojowarno adalah Abisai Dito Taruno dan kakaknya, Enos Singo Taruno. Kedua tokoh tersebut adalah pelarian dari sisa-sisa laskar Diponegoro, setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda ke Makassar. Kepala Desa Mojowarno kurang bisa menerima legenda tersebut. Menurut Sty, Mojowarno sudah ada sejak zaman Majapahit dan diyakini sebagai pintu gerbang Majapahit. Sehingga sejarah Mojowarno lebih tua dari kedua tokoh legenda tersebut. (Sty, wawancara, 13/05/2015). Demikian pula menurut Kyai Desa, siapa yang membuka hutan Mojowarno masih simpang siur (Hdy, 15/05/2015). Pendapat dua informan tersebut berbeda dengan pendapat Bdm. Bdm sependapat dengan cerita rakyat bahwa Mojowarno dibuka belakangan, dulu Mojowarno merupakan sisa hutan yang belum dibuka,

Page 56: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah36

dan Dusun Kembangsore (Mojowangi) hingga sekarang 100% penduduknya beragama Islam.

Informan yang lain mengatakan bahwa, bersamaan dengan pembukaan Hutan Keracil menjadi Desa Dagangan oleh Abisai pada waktu itu pula agama Islam masuk Mojowarno, karena tidak semua pengikut Abisai masuk Kristen (Hd, wawancara, 18/05/2015). Bahkan isteri Abisai tetap beragama Islam, salah satu buktinya isteri Abisai dimakamkan secara Islam di pemakaman umum Desa Mojowarno.

Sebagai daerah baru Mojowarno sangat menarik bagi para pedagang dari berbagai daerah, pada mulanya yang datang kebanyakan adalah orang-orang/pedagang-pedagang Muslim (Hd, wawancara, 18/05/2015). Namun karena yang membuka Hutan Keracil (Mojowarno) adalah Abisai dan teman-temannya orang-orang Kristen yang terusir dari Ngoro oleh Coolen, maka Mojowarno kemudian menjadi tonggak berdirinya Kristen Jawa, khususnya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Meski demikian, para pendiri Kristen Jawa ini tidak melakukan pemaksaan terhadap orang Islam yang datang dan bermukim di Mojowarno.

Tentu saja ada beberapa pendatang Muslim yang tertarik untuk masuk Kristen, tapi tidak sedikit pula yang tetap bertahan pada pendiriannya sebagai penganut agama Islam. Kendatipun mereka tidak mampu menjalankan syariat, karena tidak bisa membaca Al Quran, dan tidak tahu bacaan shalat. Sebagai suatu perbandingan, sekaligus evidensi, ketika Gf datang ke Mojowangi (1980-an) dia menjumpai sekitar 14 KK Muslim di Mojowangi. Mereka tetap bertahan sebagai Muslim di tengah-tengah mayoritas Kristen di Desa Mojowangi, mekipun mereka tidak mampu melakukan ritual

Page 57: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 37

Islam sama sekali, karena tidak ada yang membimbingnya (Gf, wawancara, 18/05/2015). Kurang lebih seperti itu alasan KH Hasyim Asy’ari ketika datang ke Mojowarno, untuk melakukan kesepakatan dengan para pemuka Kristen dan Pemerintah Desa Mojowarno, untuk membimbing umat yang masih bertahan dengan iman Islamnya. Sehingga kesepakatan itu diterima oleh semua pihak, dan disahkan oleh Pemerintah Desa Mojowarno. Isi kesepaktan itu yang utama adalah ‘kyai desa’ (bukan pamong) yang bertugas membimbing dan melayani umat Islam di desa mendapat ‘sawah bengkok’ dari desa. Demikian pula ‘pinisepuh’ atau ‘modin Kristen’ (bukan pamong) yang bertugas membimbing dan melayani umat Kristen di desa juga mendapatkan hak yang sama atas ‘sawah bengkok’ dari desa. Kesepakatan ini berlangsung hingga sekarang, dan hanya ada di Desa Mojowarno ‘kyai desa’ dan ‘pinisepuh’ yang kedua-duanya tidak termasuk pamong dalam struktur pemerintahan desa, tapi mendapatkan ‘sawah bengkok’ (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Setelah kesepakatan itu diterima oleh semua pihak, KH Hasyim Asyári kemudian mengutus salah seorang santrinya, Kyai Ihsan yang berasal dari Madura, untuk bermukim di Mojowarno. Pada tahun 1984, KH Hasyim Asy’ari menyuruh muridnya itu untuk mendirikan masjid kecil, yang kemudian diberi nama Masjid At Taqwa, sebagai tempat beribadah, tempat belajar mengaji dan mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam yang lain. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Sejarah Agama Kristen di Mojowarno

Menurut cerita masyarakat setempat, sejarah datangnya agama Kristen di Mojowarno berasal dari Ngoro

dan Dusun Kembangsore (Mojowangi) hingga sekarang 100% penduduknya beragama Islam.

Informan yang lain mengatakan bahwa, bersamaan dengan pembukaan Hutan Keracil menjadi Desa Dagangan oleh Abisai pada waktu itu pula agama Islam masuk Mojowarno, karena tidak semua pengikut Abisai masuk Kristen (Hd, wawancara, 18/05/2015). Bahkan isteri Abisai tetap beragama Islam, salah satu buktinya isteri Abisai dimakamkan secara Islam di pemakaman umum Desa Mojowarno.

Sebagai daerah baru Mojowarno sangat menarik bagi para pedagang dari berbagai daerah, pada mulanya yang datang kebanyakan adalah orang-orang/pedagang-pedagang Muslim (Hd, wawancara, 18/05/2015). Namun karena yang membuka Hutan Keracil (Mojowarno) adalah Abisai dan teman-temannya orang-orang Kristen yang terusir dari Ngoro oleh Coolen, maka Mojowarno kemudian menjadi tonggak berdirinya Kristen Jawa, khususnya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Meski demikian, para pendiri Kristen Jawa ini tidak melakukan pemaksaan terhadap orang Islam yang datang dan bermukim di Mojowarno.

Tentu saja ada beberapa pendatang Muslim yang tertarik untuk masuk Kristen, tapi tidak sedikit pula yang tetap bertahan pada pendiriannya sebagai penganut agama Islam. Kendatipun mereka tidak mampu menjalankan syariat, karena tidak bisa membaca Al Quran, dan tidak tahu bacaan shalat. Sebagai suatu perbandingan, sekaligus evidensi, ketika Gf datang ke Mojowangi (1980-an) dia menjumpai sekitar 14 KK Muslim di Mojowangi. Mereka tetap bertahan sebagai Muslim di tengah-tengah mayoritas Kristen di Desa Mojowangi, mekipun mereka tidak mampu melakukan ritual

Page 58: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah38

pada jaman Belanda. Dari Ngoro agama Kristen berkembang ke utara, yaitu Desa Kertorejo, kemudian Mojowarno setelah dibukanya Hutan Keracil (Hdy, 15/05/2015). Secara lebih rinci, sejarah agama Kristen di Jawa umumnya dan di Mojowarno khususnya, sebagaimana dikutip oleh Prasasti dari Akkeren (1994:69) berawal dari keberadaan komunitas Kristen pertama di Jawa Timur, tepatnya di Ngoro yang sudah ada sejak tahun 1827, ditandai dengan dibukanya persil Ngoro oleh Conrad Laurent Coolen.

Mengenal Conrad Laurent Coolen

Conrad Laurent Coolen lahir di Semarang tahun 1785 (Widagdo, 2010), ia adalah seorang indo, ayahnya seorang Rusia dan ibunya keturunan ningrat dari Solo (Prasasti, 2011). Profesi Coolen pada mulanya sebagai tentara Belanda divisi altileri, pada masa pemerintahan Deandels (Guilloot: 1985: 31 dikutip Prasasti, 2011). Kemudian ia keluar dari dinas ketentaraan dan bekerja sebagai sinder blandong (pengawas hutan) di daerah Mojoagung. Menurut Wolterbeek (1939: 20), pada tahun 1827, Coolen keluar dari pekerjaannya sebagai sinder blandong, dan memohon izin kepada pemerintah Hindia Belanda untuk membuka Hutan Ngoro. Nortier (1981: 6) mencatat permohonan itu diizinkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 3 Juli 1827 (Prasasti, 2011).

Dalam pelaksanaan pembudidayaan tanah persil, Coolen tidak mentaati aturan yang diterapkan pemerintah, tentang komoditi yang seharusnya ditanam. Menurut Guillot (1985: 32) tanaman yang seharusnya ditanam di persil adalah tanaman ekspor, seperti tebu, kopi, cokelat, dan nila. Coolen justru menanam padi seperti umumnya para petani Jawa.

Page 59: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 39

Sehingga Ngoro tumbuh menjadi seperti daerah pedesaan di Jawa. Pembudidayaan padi ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani Jawa untuk bermukim di Ngoro. Bagi para pendatang, desa baru ini memiliki sumber penghidupan yang lebih baik dari tempat mereka sebelumnya. Guillot menyebut para pendatang itu antara lain dari daerah aliran Sungai Brantas yang padat penduduknya, dari Jawa Tengah dan dari utara dan Madura (Prasasti, 2011).

Persil milik Coolen di Ngoro, adalah ‘bumi merdeka’ selama 30 tahun. Di tanah persil itu Coolen dapat bertindak seperti ‘raja’, ia dapat memungut pajak dari rakyatnya tanpa campur tangan Pemerintah Hindia Belanda. Persil Coolen juga menjadi tempat semacam suaka politik dan kriminal bagi para pelarian. Coolen dapat menampung dan melindungi mereka karena pemerintah tidak berani memasuki wilayah itu. Oleh sebab itu banyak dari para pelarian politik dan penjahat yang minta perlindungan. Terdapat sejumlah orang sisa-sisa laskar Pangeran Diponegoro dan para penjahat (bromocorah) yang datang dan membantu Coolen dalam membuka Hutan Ngoro untuk dijadikan pemukiman dan persawahan (Wahjono, 2006: 75).

Setelah berhasil membangun perkampungan Jawa, Coolen kemudian merasa terpanggil untuk mengajarkan agama Kristen kepada penduduk yang tinggall di wilayahnya itu, terutama kepada pembantu-pembantunya dengan menggunakan budaya Jawa (lihat Tim Pencatat Sejarah GKJW Mojowarno, 2011: 5). Guillot (1985:32) menjelaskan bahwa Coolen mengajarkan agama Kristen dengan mengambil contoh-contoh yang terdapat dalam cerita wayang dan legenda setempat (Prasasti, 2011).

pada jaman Belanda. Dari Ngoro agama Kristen berkembang ke utara, yaitu Desa Kertorejo, kemudian Mojowarno setelah dibukanya Hutan Keracil (Hdy, 15/05/2015). Secara lebih rinci, sejarah agama Kristen di Jawa umumnya dan di Mojowarno khususnya, sebagaimana dikutip oleh Prasasti dari Akkeren (1994:69) berawal dari keberadaan komunitas Kristen pertama di Jawa Timur, tepatnya di Ngoro yang sudah ada sejak tahun 1827, ditandai dengan dibukanya persil Ngoro oleh Conrad Laurent Coolen.

Mengenal Conrad Laurent Coolen

Conrad Laurent Coolen lahir di Semarang tahun 1785 (Widagdo, 2010), ia adalah seorang indo, ayahnya seorang Rusia dan ibunya keturunan ningrat dari Solo (Prasasti, 2011). Profesi Coolen pada mulanya sebagai tentara Belanda divisi altileri, pada masa pemerintahan Deandels (Guilloot: 1985: 31 dikutip Prasasti, 2011). Kemudian ia keluar dari dinas ketentaraan dan bekerja sebagai sinder blandong (pengawas hutan) di daerah Mojoagung. Menurut Wolterbeek (1939: 20), pada tahun 1827, Coolen keluar dari pekerjaannya sebagai sinder blandong, dan memohon izin kepada pemerintah Hindia Belanda untuk membuka Hutan Ngoro. Nortier (1981: 6) mencatat permohonan itu diizinkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 3 Juli 1827 (Prasasti, 2011).

Dalam pelaksanaan pembudidayaan tanah persil, Coolen tidak mentaati aturan yang diterapkan pemerintah, tentang komoditi yang seharusnya ditanam. Menurut Guillot (1985: 32) tanaman yang seharusnya ditanam di persil adalah tanaman ekspor, seperti tebu, kopi, cokelat, dan nila. Coolen justru menanam padi seperti umumnya para petani Jawa.

Page 60: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah40

Untuk tujuan pengenalan ajaran Kristen, Coolen mengadakan pementasan wayang kulit secara rutin setiap hari Minggu, dalangnya Coolen sendiri. Cerita wayang yang dipentaskan diambil dari cerita-cerita dalam kitab suci Kristen. Selain menggunakan media wayang kulit, Coolen juga menggunakan media lain untuk mengenalkan agama Kristen, yaitu menggunakan tembang, yang selalu ia lantunkan setiap dia sedang menanam atau mengurus tanamannya. Tembang yang ia gunakan erat kaitannya dengan tradisi menanam padi di Jawa. Ia menyebut Dewi Sri, yang dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai dewi padi. Coolen juga menyebut Gunung Semeru, yang dalam kultur Jawa, gunung dipandang sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para dewa. Kemudian dia kaitkan dengan ajaran Kristen, dengan menyebut “Di atas segalanya, kami mendambakan kasih dan kekuatan Yesus, Yang Maha Kuasa”. Oleh sebab itu Guillot (1985:31) menggolongkan Coolen sebagai kyai Jawa, karena cara yang digunakan dalam menyebarkan Kristen lebih mirip dengan kyai Jawa dari pada zendeling Belanda (Prasasti, 2011).

Mengenal Abisai Dito Taruno

Sejarah masuknya Kristen ke Mojowarno tidak terlepas dari cerita rakyat tentang tokoh Abisai Dito Taruno dan Enos Singo Taruno. Menurut cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, Abisai dan Enos adalah tokoh sisa-sisa laskar Pangeran Diponegoro yang mencari tambahan ilmu kepada Coolen di Ngoro (Gi, wawancara, 16/05/2015). Versi lain mengatakan bahwa Abisai Dito Taruno berasal dari Gunung Kendeng dan merupakan seorang bromocorah (residivis) yang menjadi buronan pemerintah Belanda. Kemudian ia meminta

Page 61: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 41

perlindungan dan bersembunyi di tempat Coolen. Pada mulanya Abisai dan Enos bersama teman lainnya mendapat kepercayaan dari Coolen (Wahjono, 2006: 76).

Setelah berguru kepada Coolen, Abisai ingin masuk Kristen dan minta dibaptis, tapi tidak direstui oleh Coolen. Menurut Coolen orang Jawa tidak boleh dibaptis karena kalau dibaptis akan menjadi seperti orang Belada, sehingga tidak ada bedanya antara orang Jawa dengan orang Belanda (Gi, wawancara, 16/05/2015). Dalam pengajaran agama Kristen oleh Coolen di Ngoro memang tidak pernah mengajarkan pembaptisan. Menurut Coolen pembaptisan bisa menjadikan orang Jawa melupakan kebudayaan mereka. Menurut Nortier (1981: 14) Coolen khawatir dengan pembaptisan, masyarakat Jawa akan bertingkah laku seperti orang Belanda dan akan kehilangan watak Jawanya (Prasasti, 2011).

Karena Abisai ingin dibaptis, ia pergi ke Surabaya untuk meneruskan belajar agama Kristen dan mewujudkan keinginanannya agar bisa dibaptis. Setelah dibaptis Abisai kembali ke Ngoro. Namun setelah Coolen mengetahui Abisai sudah dibaptis, Coolen marah dan Abisai diusir, sehingga Abisai mencari tempat baru kemudian membuka Hutan Keracil (Gi, wawancara, 16/05/2015). Tetapi menurut manuskrip yang ditulis oleh Simsim Mestoko, ‘Permulaan orang Kristen Ngoro menerima tanda baptis pada tahun 1254’ Abisai diusir oleh Coolen bukan karena masalah baptis, tetapi karena ia berlaku curang (ngenthit) mengambil uang dengan cara memanipulasi harga. Pada waktu itu Abisai disuruh oleh Coolen untuk membeli kerbau. Abisai melaporkan harganya lebih tinggi dari harga yang sebenarnya. Setelah Coolen mengetahui kecurangan Abisai, ia marah dan Abisai diusir dari Ngoro (Tim Pencatat Sejarah GKJW Mojowarno, 2011: 6).

Untuk tujuan pengenalan ajaran Kristen, Coolen mengadakan pementasan wayang kulit secara rutin setiap hari Minggu, dalangnya Coolen sendiri. Cerita wayang yang dipentaskan diambil dari cerita-cerita dalam kitab suci Kristen. Selain menggunakan media wayang kulit, Coolen juga menggunakan media lain untuk mengenalkan agama Kristen, yaitu menggunakan tembang, yang selalu ia lantunkan setiap dia sedang menanam atau mengurus tanamannya. Tembang yang ia gunakan erat kaitannya dengan tradisi menanam padi di Jawa. Ia menyebut Dewi Sri, yang dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai dewi padi. Coolen juga menyebut Gunung Semeru, yang dalam kultur Jawa, gunung dipandang sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para dewa. Kemudian dia kaitkan dengan ajaran Kristen, dengan menyebut “Di atas segalanya, kami mendambakan kasih dan kekuatan Yesus, Yang Maha Kuasa”. Oleh sebab itu Guillot (1985:31) menggolongkan Coolen sebagai kyai Jawa, karena cara yang digunakan dalam menyebarkan Kristen lebih mirip dengan kyai Jawa dari pada zendeling Belanda (Prasasti, 2011).

Mengenal Abisai Dito Taruno

Sejarah masuknya Kristen ke Mojowarno tidak terlepas dari cerita rakyat tentang tokoh Abisai Dito Taruno dan Enos Singo Taruno. Menurut cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, Abisai dan Enos adalah tokoh sisa-sisa laskar Pangeran Diponegoro yang mencari tambahan ilmu kepada Coolen di Ngoro (Gi, wawancara, 16/05/2015). Versi lain mengatakan bahwa Abisai Dito Taruno berasal dari Gunung Kendeng dan merupakan seorang bromocorah (residivis) yang menjadi buronan pemerintah Belanda. Kemudian ia meminta

Page 62: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah42

Setelah diusir dari Ngoro, Abisai masuk Hutan Bayeman (sebelah barat Hutan Dagangan) dan tinggall di sana selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Hutan Gebang Klanthing (sebelah timur Sungai Konto) selama satu tahun. Setelah itu, ia pindah lagi ke Hutan Dagangan selama enam bulan sebelum kedatangan Karolus Wiryoguno dan rombongannya (Wahjono, 2006: 76).

Sebelum Hutan Keracil dibuka, terlebih dahulu dibuat perundingan untuk memilih tempat pemukiman yang terletak di sebelah barat Sungai Jiken. Setelah hutan dibuka, tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian selatan disebut Mojowarno untuk pemukiman Abisai dan kawan-kawannya. Sedangkan di bagian sebelah utara disebut Mojowangi untuk Karolus Wiryoguno bersama rombongannya (Wahjono, 2006: 76).

Misteri Makam Abisai dan Enos

Makam Abisai dan Enos membujur dari arah barat ke timur. Belakangan telah dipugar dengan kijing porselin dan nisannya berupa salib. Abisai dan Enos selain dianggap sebagai yang membuka hutan Mojowarno juga diklaim sebagai orang yang menyebarkan agama Kristen di Mojowarno (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Page 63: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 43

Makam Abisai Dito Taruno dan Enos Singo Taruno

Kuburan dua tokoh ini kadang-kadang ada yang menziarahi. Pernah ada peziarah yang datang dari Banten. Di antara peziarah itu ada yang mengatakan bahwa dua tokoh tersebut beragama Islam. Orang-orang yang memiliki ilmu ghaib yang mengaku bisa melakukan kontak dengan ruh Abisai dan Enos mengatakan bahwa kedua tokoh tersebut beragama Islam dan kuburannya sebenarnya membujur dari arah utara ke selatan. Kepala Desa Mojowarno mengatakan, bahwa pada waktu dia melakukan tirakatan menjelang pemilihan kepala desa, ia pernah diketoki (melihat penampakan) kedua tokoh legenda itu persis Pangeran Diponegoro. Ia yakin jika kedua tokoh legenda itu beragama Islam, karena tidak jauh dari makam tersebut di belakang gereja hingga tembus polsek banyak pohon sawo yang sudah tua usianya. Menurutnya tanaman sawo di daerah Jombang adalah ciri-ciri lingkungan Muslim. Tanaman sawo sebagai ciri-ciri lingkungan Muslim juga terdapat di wilayah Kabupaten Kediri. Biasanya di halaman depan masjid/mushala atau di depan rumah orang Islam ada

Setelah diusir dari Ngoro, Abisai masuk Hutan Bayeman (sebelah barat Hutan Dagangan) dan tinggall di sana selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Hutan Gebang Klanthing (sebelah timur Sungai Konto) selama satu tahun. Setelah itu, ia pindah lagi ke Hutan Dagangan selama enam bulan sebelum kedatangan Karolus Wiryoguno dan rombongannya (Wahjono, 2006: 76).

Sebelum Hutan Keracil dibuka, terlebih dahulu dibuat perundingan untuk memilih tempat pemukiman yang terletak di sebelah barat Sungai Jiken. Setelah hutan dibuka, tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian selatan disebut Mojowarno untuk pemukiman Abisai dan kawan-kawannya. Sedangkan di bagian sebelah utara disebut Mojowangi untuk Karolus Wiryoguno bersama rombongannya (Wahjono, 2006: 76).

Misteri Makam Abisai dan Enos

Makam Abisai dan Enos membujur dari arah barat ke timur. Belakangan telah dipugar dengan kijing porselin dan nisannya berupa salib. Abisai dan Enos selain dianggap sebagai yang membuka hutan Mojowarno juga diklaim sebagai orang yang menyebarkan agama Kristen di Mojowarno (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Page 64: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah44

tanaman Sawo. Hampir tidak pernah dijumpai adanya tanaman sawo di depan rumah orang non-Muslim. Meskipun sekarang keberadaan tanaman sawo ini semakin langka.

Konon ceritanya Abisai dan Enos sepulang dari berguru diberi bibit sawo oleh gurunya. (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Munjari, seorang tokoh agama Islam dan mantan Kepala Dusun Sidoluwih yang menjadi kepala dusun sejak zaman sebelum kemerdekaan, mengatakan bahwa dulu makam Abisai dan Enos merupakan makam yang tidak terurus, sehingga tertutup timbunan sampah dan semak belukar. Kata Munjari: ‘Setahu saya kedua makam itu dulu membujur dari arah utara ke selatan’ (Mjr, wawancara, 16/05/2015). Menurut penuturan seorang santri (murid) Gus Husein, ‘Kalau mau menghormati, hormatilah yang di selatan’. Maksudnya makam Buyut Troyowongso (Mojowarno) dan makam Buyut Morojoyo (Sidoluwih), karena kedua makam ini lebih tua dari makam Abisai dan Enos (Sty, wawancara, 13/05/2015). Tapi menurut Mjr makam Abisai dan Enos lebih tua dari makam Buyut Troyowongso (Mjr, wawancara, 16/05/2015).

Dengan berkembangnya pendapat-pendapat itu, makam kedua tokoh legenda ini sempat menimbulkan gesekan bahkan ada inisiatif untuk melakukan pembongkaran. Tapi Sty tidak setuju dengan rencana pembongkaran tersebut, dengan alasan ‘Jika ternyata kuburan itu memang asli membujur arah barat-timur, umat Islam akan merasa malu; Sebaliknya jika ternyata membujur arah utara-selatan maka umat Kristen yang merasa malu’. Bahkan Sty berkeras hati tidak setuju adanya pembongkaran makam dan mengatakan ‘Kita tidak usah ngurus agamanya Abisai dan Enos’ (Sty, wawancara, 14/05/8015).

Page 65: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 45

Kyai Desa Mojowarno menambahkan, legenda dan makam Abisai masih menjadi perdebatan. Meski demikian, masyarakat Muslim Mojowarno tidak ingin menjadikan teka-teki ketokohan Abisai dan makamnya menjadi masalah yang besar dan menimbulkan gesekan antara Islam dan Kristen (Hdy, 15/05/2015).

Sejarah Pembangunan Gedung GKJW Mojowarno

Tempat penyelenggaraan kebaktian jemaat Kristen Mojowarno pada mulanya di rumah Abisai Dito Taruno pada saat pembukaan Hutan Keracil atau setelah ada pemukiman dan banyak orang Kristen datang ke Mojowarno (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Jumlah jemaatnya pada waktu itu ada 55 orang. Adapun orang yang memiliki ide untuk mendirikan bangunan tempat ibadah adalah Paulus Tosari. Paulus Tosari (1848-1882), seorang pamulang (guru) injil yang berasal dari Madura (Ghozali, wawancara, 16/05/2015). Sebelum memeluk agama Kristen ia adalah seorang santri dengan nama Kasan.

tanaman Sawo. Hampir tidak pernah dijumpai adanya tanaman sawo di depan rumah orang non-Muslim. Meskipun sekarang keberadaan tanaman sawo ini semakin langka.

Konon ceritanya Abisai dan Enos sepulang dari berguru diberi bibit sawo oleh gurunya. (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Munjari, seorang tokoh agama Islam dan mantan Kepala Dusun Sidoluwih yang menjadi kepala dusun sejak zaman sebelum kemerdekaan, mengatakan bahwa dulu makam Abisai dan Enos merupakan makam yang tidak terurus, sehingga tertutup timbunan sampah dan semak belukar. Kata Munjari: ‘Setahu saya kedua makam itu dulu membujur dari arah utara ke selatan’ (Mjr, wawancara, 16/05/2015). Menurut penuturan seorang santri (murid) Gus Husein, ‘Kalau mau menghormati, hormatilah yang di selatan’. Maksudnya makam Buyut Troyowongso (Mojowarno) dan makam Buyut Morojoyo (Sidoluwih), karena kedua makam ini lebih tua dari makam Abisai dan Enos (Sty, wawancara, 13/05/2015). Tapi menurut Mjr makam Abisai dan Enos lebih tua dari makam Buyut Troyowongso (Mjr, wawancara, 16/05/2015).

Dengan berkembangnya pendapat-pendapat itu, makam kedua tokoh legenda ini sempat menimbulkan gesekan bahkan ada inisiatif untuk melakukan pembongkaran. Tapi Sty tidak setuju dengan rencana pembongkaran tersebut, dengan alasan ‘Jika ternyata kuburan itu memang asli membujur arah barat-timur, umat Islam akan merasa malu; Sebaliknya jika ternyata membujur arah utara-selatan maka umat Kristen yang merasa malu’. Bahkan Sty berkeras hati tidak setuju adanya pembongkaran makam dan mengatakan ‘Kita tidak usah ngurus agamanya Abisai dan Enos’ (Sty, wawancara, 14/05/8015).

Page 66: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah46

Gedung GKJW Mojowarno

Pada mulanya tempat ibadah itu sangat sederhana hanya berupa sebuah gubug kecil. Kemudian gubug kecil ini diperluasan karena pertambahan jumlah jemaat, meski masih tetap merupakan bangunan yang sangat sederhana.

Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut berkembang pendapat bahwa, bangunan gereja Mojowarno dibangun atas inisiatif warga melalui kebersamaan atau swadaya masyarakat

Page 67: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 47

penganut agama Kristen. Dari swadaya masyarakat terkumpul dana sebesar 25 Golden. Untuk pembangunan gereja Mojowarno, tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintah Hindia Belanda (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Menurut versi yang lain, bangunan GKJW yang membangun adalah pemerintah Hindia Belanda (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Pada waktu Jellesma menjadi pendeta dan memimpin kebaktian di Mojowarno, jumlah jemaat semakin bertambah dengan pesat, sehingga dibutuhkan pengembangan bangunan rumah ibadah. Pada waktu itu, Jellesma menggunakan uang pribadinya sebesar 20 Golden untuk membeli rumah. Bahan bangunan dari rumah ibadah yang lama kemudian disatukan dengan bahan bangunan rumah yang baru dibeli sehingga terwujud bangunan rumah ibadah yang cukup untuk menampung jemaat.

Setelah Jellesma meninggal digantikan oleh Hoezoo. Hoezoo kemudian merenovasi bangunan rumah ibadah itu dengan menggunakan kerangka kayu dan lantai plester. Pada tahun 1878 Pdt. Kruyt mendapat bantuan untuk pembangunan gedung meski dana bantuan itu belum cukup untuk membangun gedung yang diinginkan. Sehingga pembangunan itu baru bisa dilaksanakan setahun kemudian, tepatnya pada 24 Februari 1879. Peletakan batu pertama pembangunan rumah ibadah itu dilakukan oleh putri bungsu Kruyt yang baru berumur 4 tahun, yaitu Christina Katharina Kruyt.

Tambahan dana bantuan terus mengalir dari Gubernur Jenderal dan Raad Indie disamping memberikan dana juga ikut serta mencarikan dana. Sehingga akhirnya terkumpul dana sebesar 1000 Goden. Pada bulan Desember 1880

Gedung GKJW Mojowarno

Pada mulanya tempat ibadah itu sangat sederhana hanya berupa sebuah gubug kecil. Kemudian gubug kecil ini diperluasan karena pertambahan jumlah jemaat, meski masih tetap merupakan bangunan yang sangat sederhana.

Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut berkembang pendapat bahwa, bangunan gereja Mojowarno dibangun atas inisiatif warga melalui kebersamaan atau swadaya masyarakat

Page 68: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah48

pembangunan rumah ibadah tersebut dapat diselesaikan, dan diresmikan pada 3 Maret 1881. Menurut keterangan Kepala Desa Mojowangi, pembangunan gereja tersebut menghabiskan biaya sekitar 5000 Golden. (Hd, wawancara, 18/05/2015). Setelah bangunan gereja itu diresmikan, pengurus dari Dana Perdamaian Darah Salib menghadiahkan sebuah lonceng dari Jerman (Bahtiar, dkk., 2014).

Sejarah GKJW

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) adalah gereja yang hanya ada di Jawa Timur. Embrio GKJW ini berasal dari masyarakat pedesaan Kristen kemudian berkembang ke beberapa pedesaan dan perkotaan di Jawa Timur. Perkembangan gereja pun tidak terlepas dari pola pembentukan komunitas Kristen awal-awal seperti desa-desa Kristen di wilayah Hutan Keracil, Distrik Japan (sebutan untuk Mojokerto saat itu dan sekarang Mojowarno, Jombang) pada awal abad 19 lalu (Wiryoadiwismo, dkk., 2011: 1).

Embrio jemaat GKJW adalah 55 orang jemaat yang melakukan kebaktian di rumah Abisai Dito Taruno (Bahtiar, dkk., 2014). Pada tahun 1931, GKJW seluruh Jawa Timur membentuk pemerintahan GKJW melalui Majelis Agung di Mojowarno. Sidang Majelis Agung GKJW memiliki sesanti (semboyan) ‘Patunggilan Kang Nyawiji’ (Gi, wawancara, 16/05/2015). Sekarang GKJW seluruh Jawa Timur terdiri dari 160 jemaat, dan kebanyakan cikal bakalnya dari Mojowarno. KaNtor pusatnya di Malang (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Page 69: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 49

KEHIDUPAN KEAGAMAN

DI MOJOWARNO

Kehidupan Sosial Keagamaan

Desa Mojowarno memiliki ikon berupa bangunan gereja (GKJW), rumah sakit (RSK) dan lembaga pendidikan Kristen (YBPK). Selain ikon tersebut, Kecamatan Mojowarno memiliki populasi Kristen terbanyak di Kabupaten Jombang dan dikenal sebagai wilayah dengan penduduk beragama Kristen tertua di Jawa, khususnya Jawa Timur. Sehingga ada kesan bagi orang luar bahwa Mojowarno adalah daerah mayoritas Kristen. Bahkan saat disebut kata Mojowarno, yang muncul adalah konotasi satu wilayah yang seluruh penduduknya beragama Kristen. Meskipun faktanya mayoritas penduduk Mojowarno, baik di tingkat desa apalagi kecamatan mayoritas adalah Muslim. (Tf dan Hdy, wawancara, 13/05/2015 dan 15/05/2015).

Persepsi masyarakat luar yang seperti itu tidak membuat umat Islam Mojowarno merasa risih dan tidak berupaya menepis. Kecuali jika ada orang yang ingin tau ‘apa benar Mojowarno sebagai daerah mayoritas Kristen?’ Orang Islam di Mojowarno baru akan menjelasnya faktanya. Pada umumnya, umat Islam Mojowarno dari kalangan Nahdliyin, sehingga sepanjang suatu hal tidak mengganggu aqidah tidak akan dipermasalahkan (Hdy, wawancara, 15/05/2013).

Dulu %tase penduduk Desa Mojowarno banyak yang Kristen, tapi sekarang lebih banyak yang Muslim. Hal ini disebabkan karena umat Kristen tumbuh cenderung secara alami, sementara umat Islam cenderung tumbuh karena

pembangunan rumah ibadah tersebut dapat diselesaikan, dan diresmikan pada 3 Maret 1881. Menurut keterangan Kepala Desa Mojowangi, pembangunan gereja tersebut menghabiskan biaya sekitar 5000 Golden. (Hd, wawancara, 18/05/2015). Setelah bangunan gereja itu diresmikan, pengurus dari Dana Perdamaian Darah Salib menghadiahkan sebuah lonceng dari Jerman (Bahtiar, dkk., 2014).

Sejarah GKJW

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) adalah gereja yang hanya ada di Jawa Timur. Embrio GKJW ini berasal dari masyarakat pedesaan Kristen kemudian berkembang ke beberapa pedesaan dan perkotaan di Jawa Timur. Perkembangan gereja pun tidak terlepas dari pola pembentukan komunitas Kristen awal-awal seperti desa-desa Kristen di wilayah Hutan Keracil, Distrik Japan (sebutan untuk Mojokerto saat itu dan sekarang Mojowarno, Jombang) pada awal abad 19 lalu (Wiryoadiwismo, dkk., 2011: 1).

Embrio jemaat GKJW adalah 55 orang jemaat yang melakukan kebaktian di rumah Abisai Dito Taruno (Bahtiar, dkk., 2014). Pada tahun 1931, GKJW seluruh Jawa Timur membentuk pemerintahan GKJW melalui Majelis Agung di Mojowarno. Sidang Majelis Agung GKJW memiliki sesanti (semboyan) ‘Patunggilan Kang Nyawiji’ (Gi, wawancara, 16/05/2015). Sekarang GKJW seluruh Jawa Timur terdiri dari 160 jemaat, dan kebanyakan cikal bakalnya dari Mojowarno. KaNtor pusatnya di Malang (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Page 70: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah50

banyaknya arus pendatang di Mojowarno. Semakin menurunnya %tase penduduk Kristen juga disebabkan generasi muda Kristen banyak yang keluar dari Mojowarno untuk mencari kerja, mereka banyak yang bekerja di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Jakarta. Apalagi jika orang tua mereka sudah tidak ada, mereka banyak yang tidak pulang kembali ke Mojowarno (Gi, wawancara, 16/5/2015). Menurut peneliti – jika informasi Gi ini benar – dengan melihat %tase jumlah umat beragama masa lalu, maka wajar kalau di Mojowarno yang muncul adalah ikon-ikon Kristen (GKJW).

Tingkat Religiusitas Masyarakat

Tingkat religiusitas umat Muslim di Mojowarno jika dilihat dari sisi ketaatan dalam menjalankan syariat, menurut Kepala Desa Mojowarno lebih banyak yang belum menjalankan syariah (abangan) dari pada yang taat. Meskipun orang abangan belum menjalankan syariah, tetapi jika ada yang menghina Islam mereka siap untuk membela (Sty, wawancara, 15/05/2015).

Menurut Ketua Muslimat Ranting Desa Mojowarno, umat Islam yang awam, banyak yang berpandangan bahwa semua agama sama (pararelisme). Oleh karena itu, Ketua Muslimat itu, dalam pengajiannya sering berpesan kepada mereka, bahwa sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah Islam (‘Inna al-dinna inda Allahi al-Islam’). Agar umat Muslim di Mojowarno melalui ibu-ibu Muslimah dapat meneguhkan imannya, bahwa agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah. Hal ini bukan untuk merusak kerukunan antarumat, tetapi untuk meluruskan kerukunan. Karena kerukunan bukan mencampuradukkan

Page 71: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 51

keimanan atau agama, tetapi kerukunan adalah merukunkan hubungan antarumat beragama (Hyt, wawancara, 21/05/2015).

Sedangkan di kalangan umat Kristen Mojowangi, menurut Feriana Kurnianto, Kepala Dusun Mojowangi dan Ketua Komisi Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa Mojowarno, lebih banyak yang taat beragama daripada yang kurang taat. Ketaatan beragama umat Kristen ini selain tercermin dalam kebaktian di gereja juga tercermin dalam kegiatan keagamaan di rumah sakit (RSK) dan kegiatan menyanyikan lagu-lagu rohani. (Tf dan Knt, wawancara, 13/05 dan 18/05/2015).

Kehidupan Keagamaan Islam

Mojowarno – sebagai sebagai suatu desa atau kecamatan dengan ikon Kristen – meski penduduknya mayoritas Muslim, kegiatan keagamaan Islam memang kurang menonjol apabila dibandingkan dengan kegiatan keagamaan Kristen.

Meski demikian kaum bapak memiliki kegiatan tahlil rutin, di setiap RW terdapat kelompok tahlil dengan jadwal yang berbeda-beda; Kaum ibu juga memiliki kelompok tahlil sendiri; Di kalangan pemuda ada kelompok baca barzanji, demikian pula di kalangan remaja putri (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Kegiatan keagamaan Islam kelihatan marak di dusun-dusun yang penduduknya 100% Muslim. Misal, di Dusun Sidoluwih Mojowarno, banyak jamiyah istighosah dan tahlil bagi kalangan orang-orang tua dan pemuda. Sedangkan untuk kalangan pemuda pemudi ada perkumpulan banjari, kesenian Islam dengan menggunakan peralatan seperti rebana dan ishari (terbangan), diba’iyah (untuk pemudi Muslim), Sintud

banyaknya arus pendatang di Mojowarno. Semakin menurunnya %tase penduduk Kristen juga disebabkan generasi muda Kristen banyak yang keluar dari Mojowarno untuk mencari kerja, mereka banyak yang bekerja di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Jakarta. Apalagi jika orang tua mereka sudah tidak ada, mereka banyak yang tidak pulang kembali ke Mojowarno (Gi, wawancara, 16/5/2015). Menurut peneliti – jika informasi Gi ini benar – dengan melihat %tase jumlah umat beragama masa lalu, maka wajar kalau di Mojowarno yang muncul adalah ikon-ikon Kristen (GKJW).

Tingkat Religiusitas Masyarakat

Tingkat religiusitas umat Muslim di Mojowarno jika dilihat dari sisi ketaatan dalam menjalankan syariat, menurut Kepala Desa Mojowarno lebih banyak yang belum menjalankan syariah (abangan) dari pada yang taat. Meskipun orang abangan belum menjalankan syariah, tetapi jika ada yang menghina Islam mereka siap untuk membela (Sty, wawancara, 15/05/2015).

Menurut Ketua Muslimat Ranting Desa Mojowarno, umat Islam yang awam, banyak yang berpandangan bahwa semua agama sama (pararelisme). Oleh karena itu, Ketua Muslimat itu, dalam pengajiannya sering berpesan kepada mereka, bahwa sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah Islam (‘Inna al-dinna inda Allahi al-Islam’). Agar umat Muslim di Mojowarno melalui ibu-ibu Muslimah dapat meneguhkan imannya, bahwa agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah. Hal ini bukan untuk merusak kerukunan antarumat, tetapi untuk meluruskan kerukunan. Karena kerukunan bukan mencampuradukkan

Page 72: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah52

Duror berisi sejarah Nabi, yang dinyanyikan diiringi musik banjari (Slch, wawancara, 17/05/2015).

Anak-anak Muslim dari kecil dibentengi dengan diberi pelajaran aqidah dan syariah sekuat mungkin, supaya tidak terpengaruh oleh ajaran agama lain (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Beberapa keluarga petani Muslim ada juga yang menyelenggarakan upacara turun tanam kebetan, sebagai tradisi Jawa pra Islam, yang diberi corak keislaman, berupa do’a menurut agama Islam. Meskipun nama tradisi ini menggunakan nama warisan Coolen dari Ngoro. Tradisi kebetan di kalangan Islam tidak menonjol, tidak seperti di kalangan Kristen (GKJW) yang ada rangkaiannya dengan ritual keleman dan Riyaya Undhuh-undhuh (lihat kebetan, keleman dan Riyaya Undhuh-undhuh dalam tradisi Kristen).

Organisasi Kepemudaan Muslim dan Kegiatannya

Di Mojowarno terdapat organisasi kepemudaan Muslim yang diberi nama Komunitas Pemuda Muslim Mojowarno (KPMM). Sejarah berdirinya KPMM bermula dari ide almarhum Kyai Masruhan yang concern terhadap keberadaan pemuda Muslim Mojowarno yang tidak terwadahi. Jika keadaan yang demikian itu dibiarkan, dihawatirkan pemuda-pemuda Muslim Mojowarno akan terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang negatif. Sebagai individu yang memiliki hobi musik, dan tidak hanya sebagai penggemar tetapi juga bisa memainkan beberapa alat musik, Kyai Masruhan berupaya memfasilitasi pemuda-pemuda Muslim membentuk komunitas musik – seperti Kyai Kanjeng milik Emha Ainun Najib – yang memasukkan berbagai macam alat

Page 73: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 53

musik, seperti rebana, gamelan dan alat musik band. (Str, wawancara, 17/05/2015).

Pembentukan komunitas musik ini cukup berhasil sehingga KPMM sering diundang pentas ke desa-desa lain. Tetapi setelah Kyai Masruhan meninggal dunia, KPMM tidak lagi mengadakan kegiatan di bidang musik dan sempat mengalami kevakuman. Pada tahun 2012 KPMM mengeliat dari kevakuman, mengadakan berbagai aktivitas, di bidang olah raga dan musik, meskipun tidak manggung lagi seperti sedia kala. Di antara kegiatan musik yang dilakukan yaitu mengadakan kegiatan lomba atau festival patrol keliling. (Str, wawancara, 17/05/2015). Kata patrol berasal dari kata patroli yaitu keliling kampung untuk menjaga keamanan desa. Patrol dulu merupakan bagian dari sistem keamanan di pedesaan, di mana para petugas keamanan keliling desa dengan iringan alat musik patrol (kentongan bambu). Aktivitas patrol di daerah lain, misalnya di Kediri, sebagian masyarakat menyebut ronda. Sekarang kegiatan patrol dilakukan pada bulan Ramadlan untuk membangunkan umat Muslim makan sahur. Karena sekarang patrol merupakan aktivitas pemuda-pemuda Muslim, maka patrol ini dianggap sebagai kesenian tradisional Islam.

Kegiatan festival patrol merupakan kegiatan yang paling menonjol yang diselenggarakan oleh KPMM dan menjadi aktivitas kesenian yang kemudian sering dilombakan. Festival patrol mulai disenggarakan pada tahun 2012. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama di Provinsi Jawa Timur, karena lomba patrol biasanya dilakukan di panggung. Festival patrol ini dilangsungkan secara berturut-turut setiap tahun hingga tahun 2014 (Str, wawancara, 20/05/2015).

Duror berisi sejarah Nabi, yang dinyanyikan diiringi musik banjari (Slch, wawancara, 17/05/2015).

Anak-anak Muslim dari kecil dibentengi dengan diberi pelajaran aqidah dan syariah sekuat mungkin, supaya tidak terpengaruh oleh ajaran agama lain (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Beberapa keluarga petani Muslim ada juga yang menyelenggarakan upacara turun tanam kebetan, sebagai tradisi Jawa pra Islam, yang diberi corak keislaman, berupa do’a menurut agama Islam. Meskipun nama tradisi ini menggunakan nama warisan Coolen dari Ngoro. Tradisi kebetan di kalangan Islam tidak menonjol, tidak seperti di kalangan Kristen (GKJW) yang ada rangkaiannya dengan ritual keleman dan Riyaya Undhuh-undhuh (lihat kebetan, keleman dan Riyaya Undhuh-undhuh dalam tradisi Kristen).

Organisasi Kepemudaan Muslim dan Kegiatannya

Di Mojowarno terdapat organisasi kepemudaan Muslim yang diberi nama Komunitas Pemuda Muslim Mojowarno (KPMM). Sejarah berdirinya KPMM bermula dari ide almarhum Kyai Masruhan yang concern terhadap keberadaan pemuda Muslim Mojowarno yang tidak terwadahi. Jika keadaan yang demikian itu dibiarkan, dihawatirkan pemuda-pemuda Muslim Mojowarno akan terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang negatif. Sebagai individu yang memiliki hobi musik, dan tidak hanya sebagai penggemar tetapi juga bisa memainkan beberapa alat musik, Kyai Masruhan berupaya memfasilitasi pemuda-pemuda Muslim membentuk komunitas musik – seperti Kyai Kanjeng milik Emha Ainun Najib – yang memasukkan berbagai macam alat

Page 74: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah54

Maksud dan tujuan diadakan festival patrol adalah untuk: 1) Nguri-uri (melestarikan) kebudayaan leluhur; 2) Tujuan syiar – dalam festival ada kriteria lagu-lagu Islam yang merupakan lagu wajib – seperti lagu Tombo Ati dan Ilir-ilir (Str, wawancara, 20/05/2015).

Kehidupan Keagamaan Kristen

Kehidupan keagamaan Kristen (GKJW) di Mojowarno secara kasat mata kelihatan demikian marak, terutama ketika sedang dilangsungkannya perayaan Riyaya Undhuh-undhuh. Maraknya kehidupan keagamaan Kristen di Mojowarno ini dapat dimaklumi karena embrio jemaat GKJW Mojowarno sudah muncul sejak awal pembukaan Hutan Keracil menjadi Desa Mojowarno. Maraknya kehidupan keagamaan Kristen di Mojowarno juga karena GKJW Mojowarno memiliki sumber dana yang lebih dari cukup. Dewasa ini, menurut penuturan Sty, GKJW Mojowarno memiliki kekayaan berupa sawah tidak kurang dari 10 hektar yang terdapat di Desa Mojowarno, Mojowangi, dan Mojojejer (Sty, 13/05/2015). Bahkan menurut seorang pendeta GKJW Mojowarno, kekayaan GKJW lebih besar dari yang diketahui Sty, yaitu mencapai 15 hektar (Stk, wawancara, 19/05/2015). Selain itu, GKJW Mojowarno masih memiliki SDM philanthropist yang menyumbangkan dana cukup besar melalui lelang hasil pertanian dan karya seni pada acara Riyaya Undhuh-undhuh.

Selain sumber dana berupa materi dari hasil panen (sawah) dan philanthropist dari jemaat waktu Riyaya Undhuh-undhuh, GKJW Mojowarno masih memiliki aset kekayaan lain berupa sebuah lembaga pendidikan, yaitu Yayasan Bersama Pendidikan Kristen (YBPK) dan Rumah Sakit Kristen (RSK).

Page 75: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 55

Pendidikan Agama

Dengan adanya lembaga pendidikan YBPK, anak-anak Kristen (GKJW) mendapatkan pendidikan agama melalui pendikan agama di sekolah dan Sekolah Minggu di gereja. Sedangkan anak-anak Muslim mendapatkan pendidikan agama melalui pendidikan agama dalam keluarga dan di masjid-masjid atau mushala.

Sejak dulu di sekolah Kristen terdapat murid-murid beragama Islam, tapi tidak disediakan guru agama Islam. Setelah berdirinya SMP Pancasila (tahun 1967), sebuah lembaga pendidikan dengan nama netral (nasionalis) tapi berorientasi Islam, ada juga anak-anak Kristen yang menjadi siswa di SMP Pancasila. Sekarang ini (tahun 2015) ada 5 orang murid beragama Kristen di SMP Pancasila. Sebagaimana di YBPK, di SMP Pancasila juga tidak disediakan guru agama Kristen. Pada waktu pendidikan agama Islam murid beragama Kristen diberi kebebasan, boleh mengikuti boleh juga tidak. Meskipun hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Sisdiknas, tetapi selama ini tidak ada orang tua murid yang melakukan protes, baik terhadap sekolah Kristen maupun SMP Pancasila (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Dulu Munjari sekolah di Sekolah Rakyat (SR) Kristen, tetapi di rumah diajar mengaji Al Quran oleh orang tua. Agar anak-anak Muslim tidak terbawa masuk Kristen dibentengi aqidah yang ditanamkan oleh orang tua melalui pendidikan agama di rumah (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Sekarang untuk membina anak-anak Muslim, jumlah TPQ dalam satu RW ada yang sampai 4 lembaga (Sty, 15/05/2015).

Maksud dan tujuan diadakan festival patrol adalah untuk: 1) Nguri-uri (melestarikan) kebudayaan leluhur; 2) Tujuan syiar – dalam festival ada kriteria lagu-lagu Islam yang merupakan lagu wajib – seperti lagu Tombo Ati dan Ilir-ilir (Str, wawancara, 20/05/2015).

Kehidupan Keagamaan Kristen

Kehidupan keagamaan Kristen (GKJW) di Mojowarno secara kasat mata kelihatan demikian marak, terutama ketika sedang dilangsungkannya perayaan Riyaya Undhuh-undhuh. Maraknya kehidupan keagamaan Kristen di Mojowarno ini dapat dimaklumi karena embrio jemaat GKJW Mojowarno sudah muncul sejak awal pembukaan Hutan Keracil menjadi Desa Mojowarno. Maraknya kehidupan keagamaan Kristen di Mojowarno juga karena GKJW Mojowarno memiliki sumber dana yang lebih dari cukup. Dewasa ini, menurut penuturan Sty, GKJW Mojowarno memiliki kekayaan berupa sawah tidak kurang dari 10 hektar yang terdapat di Desa Mojowarno, Mojowangi, dan Mojojejer (Sty, 13/05/2015). Bahkan menurut seorang pendeta GKJW Mojowarno, kekayaan GKJW lebih besar dari yang diketahui Sty, yaitu mencapai 15 hektar (Stk, wawancara, 19/05/2015). Selain itu, GKJW Mojowarno masih memiliki SDM philanthropist yang menyumbangkan dana cukup besar melalui lelang hasil pertanian dan karya seni pada acara Riyaya Undhuh-undhuh.

Selain sumber dana berupa materi dari hasil panen (sawah) dan philanthropist dari jemaat waktu Riyaya Undhuh-undhuh, GKJW Mojowarno masih memiliki aset kekayaan lain berupa sebuah lembaga pendidikan, yaitu Yayasan Bersama Pendidikan Kristen (YBPK) dan Rumah Sakit Kristen (RSK).

Page 76: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah56

Ritual Pengolahan Tanah (GKJW)

Ritual Kebetan dan Keleman

Pada saat akan turun ke sawah atau memulai mengerjakan sawah, masyarakat Kristen Mojowarno melakukan ritual kebetan, berupa do’a (gebed) bersama untuk meminta perlindungan dan agar tidak ada halangan selama bekerja mengolah tanah hingga menanam padi. Coolen, dalam mengadopsi ritual pengolahan tanah dari tradisi Jawa pra Islam, memberikan warna kekristenan, berupa do’a (Belanda: gebed) menurut agama Kristen yang kemudian menjadi nama dari tradisi ini.

Menurut keterangan yang tercantum dalam buku ‘Ngulati Toyo Wening’ sebelum adanya tradisi kebetan dan keleman, pada zaman Conrad Laurant Coolen di Ngoro ada tata cara bagi para petani tidak diperkenankan turun mengolah sawah sebelum melakukan ritual dan menyampaikan puji-pujian kepada Tuhan. Upacara tersebut dimulai oleh Coolen turun ke sawah lebih dahulu untuk memulai membajak sawah sambil memuji Tuhan dan berdo’a memohon pertolongan kepada Sang Pencipta dalam mengerjakan sawah sampai selesai. Setelah Coolen selesai melantunkan tembang yang berisi puji-pujian dan do’a sambil membajak, para petani baru turun beramai-rama bergotong royong mengerjakan sawah mereka sambil melantunkan tembang sebagaimana yang diajarkan Coolen.

Kata kebetan berasal dari bahasa Belanda gebed (do’a). Karena lidah Jawa mengalami kesulitan menyebut kata gebed, kemudian bergeser menjadi kebet. Dalam bahasa Jawa kata untuk menyebut suatu kegiatan biasanya diberi akhiran ‘an’. Contoh: slametan, kendurenan, kondangan dan jagongan.

Page 77: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 57

Demikian pula kata kebet sebagai kata dasar, diberi akhiran ‘an’, menjadi kebetan.

Warga yang menyelenggarakan upacara kebetan (turun tanam) sudah biasa mengundang tetangga tanpa melihat latar belakang agama. Dulu ada yang menyelenggarakan secara bersama-sama di sawah, dengan do’a secara bergantian. Tapi kebetan bersama di sawah sekarang sudah jarang dilakukan (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Sebagai rangkaian ritual pengolahan tanah, setelah ritual kebetan kemudian diadakan ritual keleman, yaitu ritual tasyakuran pada waktu padi mulai beranak (Sty, wawancara, 13/05/2015). Dalam tradisi kebetan dan keleman, disajikan kue pleret, yaitu kue yang berbentuk seperti ulat sebagai simbol hama, dan kue horok-horok yang wujudnya seperti pasir (tanah) sebagai simbol kesuburan. Rituat kebetan maupun keleman dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan agar tanaman padi terhindar dari hama dan bisa tumbuh subur (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

GKJW yang memiliki misi memelihara (nguri-uri) tradisi Jawa menjadikan tradisi ritual pengolahan tanah sebagai tradisi GKJW. Tradisi tersebut sebagai suatu rangkaian, yakni ritual kebetan (turun tanam), kemudian dilajutkan dengan ritual keleman (pada saat padi mulai bunting) dan puncaknya setelah musim panen diadakan ritual persembahan yaitu Riyaya Undhuh-undhuh (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015). Pelaksanaan tradisi keleman sama dengan kebeten biasa mengundang tetangga meski berbeda agama (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Ritual Pengolahan Tanah (GKJW)

Ritual Kebetan dan Keleman

Pada saat akan turun ke sawah atau memulai mengerjakan sawah, masyarakat Kristen Mojowarno melakukan ritual kebetan, berupa do’a (gebed) bersama untuk meminta perlindungan dan agar tidak ada halangan selama bekerja mengolah tanah hingga menanam padi. Coolen, dalam mengadopsi ritual pengolahan tanah dari tradisi Jawa pra Islam, memberikan warna kekristenan, berupa do’a (Belanda: gebed) menurut agama Kristen yang kemudian menjadi nama dari tradisi ini.

Menurut keterangan yang tercantum dalam buku ‘Ngulati Toyo Wening’ sebelum adanya tradisi kebetan dan keleman, pada zaman Conrad Laurant Coolen di Ngoro ada tata cara bagi para petani tidak diperkenankan turun mengolah sawah sebelum melakukan ritual dan menyampaikan puji-pujian kepada Tuhan. Upacara tersebut dimulai oleh Coolen turun ke sawah lebih dahulu untuk memulai membajak sawah sambil memuji Tuhan dan berdo’a memohon pertolongan kepada Sang Pencipta dalam mengerjakan sawah sampai selesai. Setelah Coolen selesai melantunkan tembang yang berisi puji-pujian dan do’a sambil membajak, para petani baru turun beramai-rama bergotong royong mengerjakan sawah mereka sambil melantunkan tembang sebagaimana yang diajarkan Coolen.

Kata kebetan berasal dari bahasa Belanda gebed (do’a). Karena lidah Jawa mengalami kesulitan menyebut kata gebed, kemudian bergeser menjadi kebet. Dalam bahasa Jawa kata untuk menyebut suatu kegiatan biasanya diberi akhiran ‘an’. Contoh: slametan, kendurenan, kondangan dan jagongan.

Page 78: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah58

Riyaya Undhuh-undhuh

Riyaya Undhuh-undhuh adalah hari raya persembahan yang sejarahnya berasal dan tumbuh dari kelompok Kristen GKJW. Hari raya ini berkembang menjadi tradisi GKJW sekitar tahun 1930, setelah jemaat Mojowarno menyatakan diri menjadi jemaat dewasa pada tahun 1923 (Wiryoadiwismo, dkk, 2011: 1). Menurut Sty, tradisi undhuh-undhuh merupakan rangkaian dari tradisi kebetan (turun tanam) dan tradisi keleman (waktu padi mulai beranak). Rangkaian tradisi ini merupakan tradisi Jawa pra Islam yang diklaim oleh Coolen di Ngoro sebagai tradisi Kristen (Sty, wawancara, 13/05/2015). Menurut Hdy orang Islam di Mojowarno tidak merasa memiliki tradisi undhuh-undhuh dan tradisi ini memang milik Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Apa yang dikatakan Sty ada benarnya, bahwa dalam tradisi Jawa pra Islam terdapat ritual pengolahan tanah, seperti ritual turun tanam yang di Mojowarno disebut kebetan, di daeran lain disebut wiwit; Ritual pada waktu padi mulai beranak di Mojowarno disebut keleman; dan ritual panen padi di Mojowarno dilakukan setelah selesai panen dan diberi nama undhuh-undhuh. Tradisi Jawa pra Islam ini tampak, misalnya sebagaimana yang pernah peneliti amati di Kediri, dalam ujub (ikrar dan do’a) dipersembahkan kepada ruh-ruh gaib dan Dewi Sri. Sedangkan do’anya menggunakan bahasa Jawa. Setelah diadopsi oleh masyarakat petani Muslim, secara pelan-pelan ikrar kepada ruh-ruh gaib dihilangkan, dan do’anya diganti dengan do’a versi Islam. Jika Coolen di Ngoro ikut mengadopsi tradisi Jawa pra-Islam itu sebenarnya sah-sah saja. Itu merupakan salah satu cara Coolen dalam menyiarkan agama Kristen di Ngoro.

Page 79: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 59

Wtn dan Rhd menguatkan, menurut pandangan GKJW dulu tradisi-tradisi tersebut adalah tradisi animisme dan dinamisme, misalnya dalam ritual kebeten maupun keleman ada cok bakal (sesajen) yang diletakan di pojokan sawah untuk roh-roh yang menjaga sawah. Oleh GKJW tradisi tersebut dikristenkan, sehingga sekarang do’a-do’a juga menurut do’a Kristen (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

Berdasarkan teologi Kristen, Riyaya Undhuh-undhuh mengacu kepada ajaran Nabi Musa kepada bangsa Israel pada waktu panen yang pertama sebagaimana yang tersurat dalam kitab Ulangan 26:1-2. Inti ajarannya adalah ketika bangsa Israel menempati tanah warisan leluhurnya Abraham, hendaknya mereka memberikan persembahan hasil panen pertamanya yang terbaik (Gi, wawancara, 18/05/2015).

Kata undhuh-undhuh berasal dari kata undhuh (bahasa Jawa) yang berarti memetik. Bagi umat Kristen Mojowarno Riyaya Undhuh-undhuh adalah mempersembahkan sebagian dari hasil kerjanya dengan kerelaan hatinya kepada Tuhan. Adapun inti dari Riyaya Undhuh-undhuh adalah sebagai wujud pernyataan syukur atas kelimpahan berkat yang diterima dari Tuhan, sekaligus untuk meningkatkan pengelolaan tanah sawah jika masih ada kekurangannya untuk pekerjaan yang akan datang. Dalam Riyaya Undhuh-undhuh umat GKJW Mojowarno memiliki sesanti (semboyan) yang dikutip dari Lukas 6: 38, ‘Padha weweha supaya kowe diwenehi’ (Hendaknya semua memberi supaya kamu juga diberi) (Tata Panembah Riyadin Undhuh-undhuh GKJW Mojowarno, 17 Mei 2015).

Riyaya Undhuh-undhuh

Riyaya Undhuh-undhuh adalah hari raya persembahan yang sejarahnya berasal dan tumbuh dari kelompok Kristen GKJW. Hari raya ini berkembang menjadi tradisi GKJW sekitar tahun 1930, setelah jemaat Mojowarno menyatakan diri menjadi jemaat dewasa pada tahun 1923 (Wiryoadiwismo, dkk, 2011: 1). Menurut Sty, tradisi undhuh-undhuh merupakan rangkaian dari tradisi kebetan (turun tanam) dan tradisi keleman (waktu padi mulai beranak). Rangkaian tradisi ini merupakan tradisi Jawa pra Islam yang diklaim oleh Coolen di Ngoro sebagai tradisi Kristen (Sty, wawancara, 13/05/2015). Menurut Hdy orang Islam di Mojowarno tidak merasa memiliki tradisi undhuh-undhuh dan tradisi ini memang milik Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Apa yang dikatakan Sty ada benarnya, bahwa dalam tradisi Jawa pra Islam terdapat ritual pengolahan tanah, seperti ritual turun tanam yang di Mojowarno disebut kebetan, di daeran lain disebut wiwit; Ritual pada waktu padi mulai beranak di Mojowarno disebut keleman; dan ritual panen padi di Mojowarno dilakukan setelah selesai panen dan diberi nama undhuh-undhuh. Tradisi Jawa pra Islam ini tampak, misalnya sebagaimana yang pernah peneliti amati di Kediri, dalam ujub (ikrar dan do’a) dipersembahkan kepada ruh-ruh gaib dan Dewi Sri. Sedangkan do’anya menggunakan bahasa Jawa. Setelah diadopsi oleh masyarakat petani Muslim, secara pelan-pelan ikrar kepada ruh-ruh gaib dihilangkan, dan do’anya diganti dengan do’a versi Islam. Jika Coolen di Ngoro ikut mengadopsi tradisi Jawa pra-Islam itu sebenarnya sah-sah saja. Itu merupakan salah satu cara Coolen dalam menyiarkan agama Kristen di Ngoro.

Page 80: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah60

Tradisi Undhuh-undhuh dinilai baik untuk mendukung kemandirian jemaat lalu menular ke jemaat sekitarnya. (Wiryoadiwismo, dkk., 2011:1). Semua GKJW menyelenggarakan upacara Undhuh-undhuh, tetapi yang paling lengkap hanya Undhuh-undhuh di GKJW Mojowarno. Lebih dari itu, perayaan Undhuh-undhuh GKJW Mojowarno telah menjadi agenda pariwisata Provinsi Jawa Timur (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

Dalam tradisi Undhuh-undhuh terdapat unsur ritual, olah raga, budaya, dan penggalangan dana. Acara ritual dilaksanakan secara ekslusif oleh umat GKJW; Pertandingan olah raga dimulai dari hari H-3 berupa pertandingan bola voli dan catur. Pertandingan olah raga terbuka untuk umum; Pentas budaya banyak melibatkan umat lain. Pada malam seni budaya diadakan panggung seni budaya lintas agama. Pada tahun ini (2015) hadir dari grup seni Islam dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jombang. Meskipun beberapa grup seni Islam antara lain dari Pondok Pesantren Tebu Ireng tidak bisa hadir karena bersamaan dengan peringatan Isra Mi’raj (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/8015); Di puncak acara Undhuh-unduh, sebagai acara penggalangan dana, dengan diadakan lelang hasil pertanian dan karya seni seperti lukisan dan pahatan yang dipersembahkan. Uang hasil lelang digunakan untuk dana operasional gereja dan untuk warga miskin (Gi, Kbr dan Stk, wawancara, 16/05, 18/05 dan 19/05/15).

Page 81: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 61

“Bangunan” berbentuk perahu dihiasi untaian padi ketan.

Pada pagi hari (hari H) diadakan karnaval, mengarak ‘bangunan’ seperti kendaraan hias, dalam hal ini kebanyakan yang dijadikan kerangka adalah gerobak dorong yang dibentuk seperti perahu, dihias menggunakan untaian padi ketan. Bangunan digunakan untuk mengangkut hasil bumi yang dipersembahkan oleh tiap-tiap blok (sinagoge).

“Bangunan’ tersebut mengangkut hasil bumi yang akan dipamerkan dan dilelang. Sekarang yang dipamerkan bukan hanya hasil bumi saja tetapi juga karya seni seperti lukisan dan pahatan, dan yang dipamerkan tidak terbatas dari Mojowarno saja, tetapi juga dari kecamatan lain. Karnaval ‘bangunan’ dan hasil panen diiringi musik live.

Pembuatan ‘bangunan’ tiap-tiap blok (sinagoge) ada partisipasi dari pemuda-pemuda Muslim sekitar, demikian pula waktu mengarak bangunan dan hasil panen juga banyak melibatkan pemuda Muslim, termasuk yang ikut memainkan

Tradisi Undhuh-undhuh dinilai baik untuk mendukung kemandirian jemaat lalu menular ke jemaat sekitarnya. (Wiryoadiwismo, dkk., 2011:1). Semua GKJW menyelenggarakan upacara Undhuh-undhuh, tetapi yang paling lengkap hanya Undhuh-undhuh di GKJW Mojowarno. Lebih dari itu, perayaan Undhuh-undhuh GKJW Mojowarno telah menjadi agenda pariwisata Provinsi Jawa Timur (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

Dalam tradisi Undhuh-undhuh terdapat unsur ritual, olah raga, budaya, dan penggalangan dana. Acara ritual dilaksanakan secara ekslusif oleh umat GKJW; Pertandingan olah raga dimulai dari hari H-3 berupa pertandingan bola voli dan catur. Pertandingan olah raga terbuka untuk umum; Pentas budaya banyak melibatkan umat lain. Pada malam seni budaya diadakan panggung seni budaya lintas agama. Pada tahun ini (2015) hadir dari grup seni Islam dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jombang. Meskipun beberapa grup seni Islam antara lain dari Pondok Pesantren Tebu Ireng tidak bisa hadir karena bersamaan dengan peringatan Isra Mi’raj (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/8015); Di puncak acara Undhuh-unduh, sebagai acara penggalangan dana, dengan diadakan lelang hasil pertanian dan karya seni seperti lukisan dan pahatan yang dipersembahkan. Uang hasil lelang digunakan untuk dana operasional gereja dan untuk warga miskin (Gi, Kbr dan Stk, wawancara, 16/05, 18/05 dan 19/05/15).

Page 82: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah62

alat-alat musik pengiring (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015). Hasil bumi yang dipamerkan ada juga yang berasal dari umat Muslim. Dalam hal ini, Ss mengatakan, bahwa setiap Riyaya Undhuh-undhuh ibunya selalu ngundhuh (memotong) pisang dan menyiapkan telor agar bisa dibawa oleh Ss kecil, ke acara Undhuh-undhuh (Ss, wawancara, 17/06/2015).

Pada waktu Riyaya Undhuh-Undhuh umat Kristen Mojowarno yang ada di perantauan, banyak yang mudik, sehingga upacara tradisinal ini maraknya melebihi hari Natal. Oleh karena itu jadwal penyelenggaraan Riyaya Undhuh-undhuh diatur sedemikian rupa, yaitu hari Minggu bulan Mei, yang dekat dengan hari libur nasional. Agar orang-orang Mojowarno yang di perantauan memiliki cukup waktu untuk pulang kampung sehingga bisa ikut serta merayakan. Riyaya Undhuh-Undhuh tahun ini (2015) diselenggarakan tanggal 16-17 Mei, dekat dengan libur nasional hari Kamis (14/05) dan hari Sabtu (16/05). (Wtn, wawancara, 17/05/2016).

Biaya penyelenggaraan Riyaya Undhuh-undhuh mencapai Rp 200-300 juta. Biaya penyelenggaraan di setiap blok sekitar Rp 15 juta. Sedangkan di pusat, GKJW Mojowarno menghabiskan dana sekitar Rp 150 juta. Pemda Kabupaten Jombang cukup perhatian dengan penyelenggaraan Undhuh-undhuh. Setiap tahun pemda selalu memberikan sumbangan, meskipun sumbangan dari pemda selalu turun belakangan, setelah pelaksanaan undhuh-undhuh selesai. Tahun 2014 yang lalu pemda memberikan sumbangan Rp 50 juta. Tahun 2015 sekarang ini belum ketahuan karena dananya belum turun (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

Dalam upacara undhuh-undhuh, warga sekitar diundang, tanpa melihat latar belakang agama. Tampak ada

Page 83: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 63

upaya merangkul umat Islam agar masyarakat bisa hidup rukun (Tf, wawancara, 13/05/2015). Pada acara puncak – sebagaimana dapat peneliti amati – keberadaan stand-stand dan pedagang terbuka untuk umum, bukan hanya para pedagang dari Mojowarno dan kecamatan sekitarnya, atau dari Kabupaten Jombang saja tetapi ada pula pedagang dari kabupaten Kediri. Demikian pula para pengunjung adalah masyarakat umum dan banyak pula perempuan yang mengenakan pakaian Muslimah.

Panitia penyelenggara undhuh-undhuh tahun 2014 mengundang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Mojowarno, dalam undangan diberi catatan nada lagu rohani gereja, IPNU Mojowarno tidak bersedia hadir. Tapi setelah catatan nada lagunya diralat menjadi lagu bebas, IPNU Mojowarno baru bersedia datang (Sty, 23/05/2015). Dalam hal ini tampak, bahwa pihak IPNU Mojowarno dalam berpartisipasi ingin tetap menjaga aqidah dan tidak masuk dalam ranah iman Kristen yang ada dalam lagu rohani. Pihak penyelenggara rupa-rupanya memaklumi sehingga meralat lagu rohani menjadi lagu bebas.

Komisi Pembinaan Pemuda Mahasiswa (KPPM)

KPPM merupakan organiasai pemuda dan mahasiswa GKJW. Lingkup KPPM Mojowarno meliputi 5 blok dan 1 ‘panthan’ (bakal gereja), yaitu: blok Mojowarno, Mojowangi, Mojojejer, Mojoroto, Mojodukuh dan panthan Mojotengah.

Kegiatan yang dilakukan meliputi peribadatan, upacara gereja, bakti sosial (baksos) membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu, menjalin hubungan dengan LSM (Setara Muda dan Gusdurian) meski belum

alat-alat musik pengiring (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015). Hasil bumi yang dipamerkan ada juga yang berasal dari umat Muslim. Dalam hal ini, Ss mengatakan, bahwa setiap Riyaya Undhuh-undhuh ibunya selalu ngundhuh (memotong) pisang dan menyiapkan telor agar bisa dibawa oleh Ss kecil, ke acara Undhuh-undhuh (Ss, wawancara, 17/06/2015).

Pada waktu Riyaya Undhuh-Undhuh umat Kristen Mojowarno yang ada di perantauan, banyak yang mudik, sehingga upacara tradisinal ini maraknya melebihi hari Natal. Oleh karena itu jadwal penyelenggaraan Riyaya Undhuh-undhuh diatur sedemikian rupa, yaitu hari Minggu bulan Mei, yang dekat dengan hari libur nasional. Agar orang-orang Mojowarno yang di perantauan memiliki cukup waktu untuk pulang kampung sehingga bisa ikut serta merayakan. Riyaya Undhuh-Undhuh tahun ini (2015) diselenggarakan tanggal 16-17 Mei, dekat dengan libur nasional hari Kamis (14/05) dan hari Sabtu (16/05). (Wtn, wawancara, 17/05/2016).

Biaya penyelenggaraan Riyaya Undhuh-undhuh mencapai Rp 200-300 juta. Biaya penyelenggaraan di setiap blok sekitar Rp 15 juta. Sedangkan di pusat, GKJW Mojowarno menghabiskan dana sekitar Rp 150 juta. Pemda Kabupaten Jombang cukup perhatian dengan penyelenggaraan Undhuh-undhuh. Setiap tahun pemda selalu memberikan sumbangan, meskipun sumbangan dari pemda selalu turun belakangan, setelah pelaksanaan undhuh-undhuh selesai. Tahun 2014 yang lalu pemda memberikan sumbangan Rp 50 juta. Tahun 2015 sekarang ini belum ketahuan karena dananya belum turun (Wtn dan Rhd, wawancara, 17/05/2015).

Dalam upacara undhuh-undhuh, warga sekitar diundang, tanpa melihat latar belakang agama. Tampak ada

Page 84: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah64

serings. Selain itu KPPM juga mengelola parkir di RSK (Knt, wawancara, 18/05/2014).

Tradisi Lokal (Desa)

a. Ritual Membangun Rumah

Waktu nyemplong (menggali tanah untuk fondasi), dilakukan upacara slametan ada tumpeng dan do’a; waktu mengangkat balungan (kerangka bangunan) diadakan slametan ada padi seikat dan batang tebu yang masih ada daunnya diikat dengan kain putih pada salah satu kuda-kuda dengan paku emas (Hdy dan Cyn, wawancara, 15/05/2015).

Dalam kegiatan saya (gotong royong membangun rumah) antara penganut agama Islam dan Kristen membaur (Hidayat, 15/05/2015). Demikian pula rewang (gotong royong dalam acara hajatan) antara warga Islam dan Kristen saling membantu, (Setiyo dan Hidayat, wawancara, 15/05/2015). Di kalangan masyarakat pedesaan rewang dilakukan dalam bentuk bersih-bersih rumah orang yang punya hajat, menyiapkan tenda (tarup), meja dan kursi tamu undangan, menyiapkan makanan dan minuman hingga among tamu (menerima tamu) undangan. Jika ada warga yang jarang hadir dalam gotong royong baik dalam saya maupun rewang biasanya warga atau orang tersebut akan mendapat sanksi sosial, tidak peduli apa agama orang itu.

Lembaga Sosial Keagamaan Desa

Di Desa Mojowarno terdapat organisasi rukun kematian yang dibentuk di setiap RW dan diberi nama Mardi Rukun Balasungkawa. Rukun Kematian dibentuk berdasarkan

Page 85: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 65

wilayah (RW), bukan berdasarkan agama. Rukun Kematian Mardi Rukun sudah berbadan hukum, keanggotannya terbuka untuk semua warga tanpa melihat latar belakang agama. Meskipun anggotanya kebanyakan Muslim (Gi, wawancara, 16/05/2015), sesuai dengan proporsi jumlah penganut agama di Mojowarno.

Maksud dan tujuan didirikan rukun kematian ini adalah untuk membantu anggota masyarakat (warga desa) yang sedang tertimpa musibah kematian. Bantuan tersebut meliputi pengurusan jenazah, pengadaan kain kafan dan penggalian tanah kuburan (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Secara akidah tata cara pemulasaraan jenazah antara jenazah Muslim dan Kristen berbeda. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pemulasaraan jenazah ditangani oleh pengurus atau anggota yang seagama. Sedangkan warga atau anggota yang berbeda agama datang untuk berbalasungkawa atau memberikan penghormatan yang terakhir. Dengan tata cara seperti itu, rukun kematian ini bisa berjalan dengan baik dan hubungan antarumat beragama tetap guyub dan rukun (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Konversi Agama

Di Mojowarno banyak terjadi konversi agama. Konversi agama biasanya terjadi melalui pernikahan. Karena ada larangan nikah berbeda agama, maka sebelum nikah salah satu calon pasangan hidup itu mengalah dan mengikuti agama calon pasangannya.

Terjadinya konversi agama dari Islam ke Kristen kebanyakan melalui perkawinan, meskipun pada waktu menjelang pernikahan, calon pengantin lelaki masuk Islam

serings. Selain itu KPPM juga mengelola parkir di RSK (Knt, wawancara, 18/05/2014).

Tradisi Lokal (Desa)

a. Ritual Membangun Rumah

Waktu nyemplong (menggali tanah untuk fondasi), dilakukan upacara slametan ada tumpeng dan do’a; waktu mengangkat balungan (kerangka bangunan) diadakan slametan ada padi seikat dan batang tebu yang masih ada daunnya diikat dengan kain putih pada salah satu kuda-kuda dengan paku emas (Hdy dan Cyn, wawancara, 15/05/2015).

Dalam kegiatan saya (gotong royong membangun rumah) antara penganut agama Islam dan Kristen membaur (Hidayat, 15/05/2015). Demikian pula rewang (gotong royong dalam acara hajatan) antara warga Islam dan Kristen saling membantu, (Setiyo dan Hidayat, wawancara, 15/05/2015). Di kalangan masyarakat pedesaan rewang dilakukan dalam bentuk bersih-bersih rumah orang yang punya hajat, menyiapkan tenda (tarup), meja dan kursi tamu undangan, menyiapkan makanan dan minuman hingga among tamu (menerima tamu) undangan. Jika ada warga yang jarang hadir dalam gotong royong baik dalam saya maupun rewang biasanya warga atau orang tersebut akan mendapat sanksi sosial, tidak peduli apa agama orang itu.

Lembaga Sosial Keagamaan Desa

Di Desa Mojowarno terdapat organisasi rukun kematian yang dibentuk di setiap RW dan diberi nama Mardi Rukun Balasungkawa. Rukun Kematian dibentuk berdasarkan

Page 86: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah66

lebih dulu, tetapi tidak lama kemudian setelah kawin ia kembali ke Kristen dan mengajak isterinya masuk Kristen. Proses konversi agama seperti ini, kebanyakan terjadi bagi pasangan yang tinggall di Dusun Mojowangi yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

Ada pula pasangan suami-isteri yang berasal dari penganut agama yang berbeda, setelah bertahun-tahun hidup sebagai keluarga Muslim, kemudian suami menuntut hak beragamanya kepada isteri. Kurang lebih tuntutannya sebagaimana dikontohkan oleh informan kami: ‘Aku sudah mengikuti agamamu sekian tahun, sekarang sudah tiba waktunya kamu ganti mengikuti agamaku’. Kalau terjadi hal yang seperti itu, biasanya isteri pasrah, dengan pertimbangan keutuhan keluarga, nasib anak-anak jika orang tua bercerai, apa lagi jika isteri tidak memiliki sumber penghasilan sendiri (Tf dan Bsy, 13/05/2015).

Menurut informan kami, penyebab banyaknya perempuan yang terbawa masuk Kristen karena: 1) Isteri tidak berdaya, karena secara ekonomi bergantung kepada suami, apalagi jika sudah mempunyai anak; 2) Karena dasar dan pengetahuan agama (isteri) sangat rendah. (Tf dan Bsy, wawancara, 13/05/2015). Secara umum beberapa informan kami mengatakan: ‘konversi agama karena pernikahan’ (Sty, Tf, Bsy, dan Gi, wawancara, 13/05 dan 16/5/2015). Informan yang lain menambahkan, bahwa yang menyebabkan seseorang pindah agama, adalah karena kecewa kepada pemuka agama, atau kecewa dengan keluarga karena rumah tangganya tidak harmonis. Sebagai salah seorang pelaku konversi agama ia menandaskan, bahwa konversi agama kebanyakan melalui pernikahan, karena “cinta itu buta”. (Sgn, wawancara, 19/05/2015).

Page 87: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 67

Selain itu, ada juga konversi agama karena faktor pendidikan, sekolah gratis di lembaga pendidikan Kristen. Masyarakat Mojowarno dalam menyekolahkan anak biasanya orang tua laki-laki tidak memikirkan, terserah ‘opo jare si mbokne bocah’ (apa kata ibunya anak). Sementara orang tua perempuan sudah memperoleh informasi sekolah di lembaga pendidikan Kristen gratis. Setelah anak memperoleh pendidikan gratis, kemudian merasa berhutang budi, maka sang anak pun kemudian masuk Kristen (Sty, wawancara, 15/05/2015).

Jumlah mereka yang melakukan konversi agama, antara yang masuk Islam dan yang masuk Kristen dapat dikatakan fifty-fifty (Tf dan Bsy, wawancara, 13/05/2015). Masyarakat Mojowarno dapat dikatakan tidak pernah mempermasalahkan konversi agama (Tf dan Bsy, wawancara, 13/05/2015). Demikian pula ketika seseorang kembali lagi ke agamanya yang lama (Sty, wawancara, 15/05/2015). Dengan kata lain, ketika terjadi konversi agama hanya menjadi masalah atau pembicaraan intern keluarga, lebih luas lagi hanya intern agama, dan tidak pernah menimbulkan masalah apalagi ketegangan antaragama.

Memang ada rasa berat hati bagi keluarga yang ditinggallkan oleh anggota keluarganya pindah ke agama lain, terutama bagi orang tua yang ditinggallkan oleh anaknya. Informasi serupa pernah peneliti peroleh dari seorang informan beragama Katolik di Wai Kanan Lampung, ketika anaknya masuk Islam. Pada mulanya ia merasa sangat kehilangan dan sangat berat sekali. Tapi lama kelamaan, perasaan itu hilang, terutama setelah ia menyadari bahwa agama itu merupakan pilihan dan azasi masing-masing individu.

lebih dulu, tetapi tidak lama kemudian setelah kawin ia kembali ke Kristen dan mengajak isterinya masuk Kristen. Proses konversi agama seperti ini, kebanyakan terjadi bagi pasangan yang tinggall di Dusun Mojowangi yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

Ada pula pasangan suami-isteri yang berasal dari penganut agama yang berbeda, setelah bertahun-tahun hidup sebagai keluarga Muslim, kemudian suami menuntut hak beragamanya kepada isteri. Kurang lebih tuntutannya sebagaimana dikontohkan oleh informan kami: ‘Aku sudah mengikuti agamamu sekian tahun, sekarang sudah tiba waktunya kamu ganti mengikuti agamaku’. Kalau terjadi hal yang seperti itu, biasanya isteri pasrah, dengan pertimbangan keutuhan keluarga, nasib anak-anak jika orang tua bercerai, apa lagi jika isteri tidak memiliki sumber penghasilan sendiri (Tf dan Bsy, 13/05/2015).

Menurut informan kami, penyebab banyaknya perempuan yang terbawa masuk Kristen karena: 1) Isteri tidak berdaya, karena secara ekonomi bergantung kepada suami, apalagi jika sudah mempunyai anak; 2) Karena dasar dan pengetahuan agama (isteri) sangat rendah. (Tf dan Bsy, wawancara, 13/05/2015). Secara umum beberapa informan kami mengatakan: ‘konversi agama karena pernikahan’ (Sty, Tf, Bsy, dan Gi, wawancara, 13/05 dan 16/5/2015). Informan yang lain menambahkan, bahwa yang menyebabkan seseorang pindah agama, adalah karena kecewa kepada pemuka agama, atau kecewa dengan keluarga karena rumah tangganya tidak harmonis. Sebagai salah seorang pelaku konversi agama ia menandaskan, bahwa konversi agama kebanyakan melalui pernikahan, karena “cinta itu buta”. (Sgn, wawancara, 19/05/2015).

Page 88: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah68

Salah satu cara untuk merendam agar konversi agama tidak menimbulkan masalah – jika konversi itu dikarenakan pernikahan – antara lain pernikahannya tidak diadakan pesta. Hal semacam ini pernah dilakukan oleh seorang pemuka agama Islam ketika anaknya dipersunting oleh seorang pemuda Kristen (Sty, wawancara, 15/05/2015).

Di Mojowarno, konversi agama dianggap hal biasa, karena yang mencari jiwa bukan misi, tetapi Roh Kudus sendiri. Orang yang ingin mejadi Kristen karena melihat keteladanan, sedangkan keteladanan datang dari Yesus. (Gi, wawancara, 16/05/2015). Terjadinya konversi agama, baik dari Islam ke Kristen atau sebaliknya itu bukan karena misi GKJW, tapi karena Tuhan, sehingga hal itu diserahkan kepada Tuhan. Kita manusia hanya bisa berupaya menjaga. Demikian pula konversi yang terjadi dalam internal Kristen, misalnya Gereja Protestan di Indonesia (GPdI), yang mengajak umat melalui do’a penyembuhan. Meskipun pendeta-pendeta GPdI rajin mengunjungi umat, tapi orang-orang GKJW yang sudah masuk GPdI ada juga yang kembali ke GKJW. Demikian pula Betani pada tahun 1970-an juga melancarkan misinya melalui do’a penyembuhan. Tapi ketika jemaat tidak juga kunjung sembuh akhirnya mereka kembali lagi. Demikian pula dengan orang-orang yang tidak puas dengan pengajaran di GKJW mereka berpindah masuk ke denominasi lain. Tetapi ketika di tempat baru itu mereka tidak memperoleh kepuasan, mereka kembali lagi ke GKJW (Gi, wawancara, 26/05/2015).

Demikian pula pandangan pemuka Islam terhadap konversi agama, jika ada orang Islam yang masuk Kristen, mereka tidak gandoli (mencegah). Sebaliknya jika ada warga Kristen yang ingin masuk Islam juga tidak merasa menyuruh. Karena para pemuka agama Islam yakin bahwa seseorang

Page 89: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 69

masuk Islam karena adanya ‘hidayah’ (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Menurut pandangan Kristen konversi agama sebagai karya Allah (Tuhan), manusia tidak pernah mampu menentukan agamanya, kalau Tuhan tidak berkarya. Berkenaan adanya umat Kristen yang melakukan konversi, bukan karena pemuka-pemuka Kristen tidak berbuat. Tapi pemuka Kristen memahami, konversi agama sebagai karya Tuhan. Menurut informan kami, buktinya adalah Dusun Kembangsore yang 100% penduduknya Muslim, ada juga yang melakukan konversi masuk Kristen. Pemuka-pemuka Kristen tidak pernah khawatir jumlah umatnya menurun, karena percaya bahwa Tuhan ada di tengah-tengah kehidupan mereka. Faktanya meskipun %tasenya menurun, tapi jumlah umat Kristen terus bertambah. Sehingga tidak perlu ada kecemasan yang berlebihan, karena yang demikian akan membuat opsi negatif (Hd, wawancara, 19/05/2015).

Karena konversi agama banyak terjadi di Mojowarno, dan jumlah pelakunya – baik yang dari Islam ke Kristen maupun sebaliknya – seimbang (fifty-fifty), ditambah pandangan pemuka kedua agama sebagaimana sudah dideskripsikan di atas, maka konversi agama di Mojowarno dianggap hal biasa dan bukan merupakan potensi konflik antarumat beragama.

****

Salah satu cara untuk merendam agar konversi agama tidak menimbulkan masalah – jika konversi itu dikarenakan pernikahan – antara lain pernikahannya tidak diadakan pesta. Hal semacam ini pernah dilakukan oleh seorang pemuka agama Islam ketika anaknya dipersunting oleh seorang pemuda Kristen (Sty, wawancara, 15/05/2015).

Di Mojowarno, konversi agama dianggap hal biasa, karena yang mencari jiwa bukan misi, tetapi Roh Kudus sendiri. Orang yang ingin mejadi Kristen karena melihat keteladanan, sedangkan keteladanan datang dari Yesus. (Gi, wawancara, 16/05/2015). Terjadinya konversi agama, baik dari Islam ke Kristen atau sebaliknya itu bukan karena misi GKJW, tapi karena Tuhan, sehingga hal itu diserahkan kepada Tuhan. Kita manusia hanya bisa berupaya menjaga. Demikian pula konversi yang terjadi dalam internal Kristen, misalnya Gereja Protestan di Indonesia (GPdI), yang mengajak umat melalui do’a penyembuhan. Meskipun pendeta-pendeta GPdI rajin mengunjungi umat, tapi orang-orang GKJW yang sudah masuk GPdI ada juga yang kembali ke GKJW. Demikian pula Betani pada tahun 1970-an juga melancarkan misinya melalui do’a penyembuhan. Tapi ketika jemaat tidak juga kunjung sembuh akhirnya mereka kembali lagi. Demikian pula dengan orang-orang yang tidak puas dengan pengajaran di GKJW mereka berpindah masuk ke denominasi lain. Tetapi ketika di tempat baru itu mereka tidak memperoleh kepuasan, mereka kembali lagi ke GKJW (Gi, wawancara, 26/05/2015).

Demikian pula pandangan pemuka Islam terhadap konversi agama, jika ada orang Islam yang masuk Kristen, mereka tidak gandoli (mencegah). Sebaliknya jika ada warga Kristen yang ingin masuk Islam juga tidak merasa menyuruh. Karena para pemuka agama Islam yakin bahwa seseorang

Page 90: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah70

KERUKUNAN BERAGAMA

DAN POTENSI KONFLIK

Kerukunan Beragama

Masyarakat beragama di Mojowarno selalu berupaya agar selalu hidup rukun dan tidak sampai terjadi konflik. Karena sejak pembukaan Hutan Kerajil menjadi Desa Mojowarno sudah dibangun nilai-nilai kerukuan, yang kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya secara turun temurun agar selalu dan saling menjaga kerukunan, serta melanjutkan keguyuban. Bahkan upaya memelihara kerukunan tidak hanya di Mojowarno tapi juga untuk Kabupaten Jombang. Misalnya, ketika di daerah-daerah lain terjadi konflik yang disertai kekerasan, Banser Jombang disebar keseluruh wilayah kabupaten Jombang untuk menjaga seluruh gereja yang ada di Jombang termasuk GKJW Mojowarno. Bantuan Banser tidak hanya menjaga gereja pada waktu darurat konflik kekerasan, pada waktu GKJW Mojowarno menyelenggarakan pesta Riyaya Undhuh-Undhuh banyak juga bantuan dari Banser Jombang (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Pada waktu terjadi konflik kekerasan di Ambon dan Poso, masyarakat Mojowarno tidak terpenggaruh. Orang-orang Kristen Mojowarno sadar bahwa orang-orang Kristen di Ambon dan Poso adalah saudara, tetapi biarlah itu adalah masalah mereka. Pada waktu berkecamuk konflik di daerah lain para pemuka agama seluruh Jombang termasuk Mojowarno diundang ke Kabupaten, untuk mengikuti

Page 91: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 71

sosialisasi tentang kerukunan umat beragama. Sedangkan hubungan antarumat di tingkat akar rumput di Mojowarno selalu melakukan silaturrahmi. Lebih dari itu, sesama warga Mojowarno meskipun berbeda agama dari dahulu hingga sekarang tetap bersaudara (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Dalam ajaran Kristen, yang terdapat dalam The Ten Comandements (Taurat) yang disempurnakan dengan hukum kasih ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati’ dan ‘Kasihilah saudaramu dengan sepenuh hati’ (Matius, 88 ayat 37-39).

Kepala Desa Mojowangi berpendapat bahwa untuk menjaga kerukunan umat beragama dengan cara memberi porsi kepada masing-masing pemeluk agama untuk melakukan tata ibadahnya sesuai dengan iman dan kepercayaannya (Hd, wawancara, 18/05/2015).

Kelakar anak-anak muda Mujowarno “Kalau mau belajar toleransi agama belajarlah ke Mojowarno”. Menurut tokoh muda ketua Mawarno, kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) Memegang teguh adat istiadat; 2) Saling menghargai; 3) Mengutamakan komunikasi; 4) Jika ada masalah (antarumat) diselesaikan sendiri (dalam keluarga/desa sendiri) (Str, wawancara, 17/05/2015).

Di Mojowarno sejak awal berdirinya Desa Mojowarno, sudah bisa menjaga umat untuk menjalin kerukunan. Abisai tidak mengharuskan pengikutnya masuk Kristen. Sekarang kerukunan antarumat tetap terjaga karena; 1) Orang Mojowarno saling menghargai; 2) Saling menghormati; dan 3) selalu hadir. Misalnya, dalam acara tahlilan yang dilakukan umat Islam, tetangga yang beragama Kristen ikut hadir,

KERUKUNAN BERAGAMA

DAN POTENSI KONFLIK

Kerukunan Beragama

Masyarakat beragama di Mojowarno selalu berupaya agar selalu hidup rukun dan tidak sampai terjadi konflik. Karena sejak pembukaan Hutan Kerajil menjadi Desa Mojowarno sudah dibangun nilai-nilai kerukuan, yang kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya secara turun temurun agar selalu dan saling menjaga kerukunan, serta melanjutkan keguyuban. Bahkan upaya memelihara kerukunan tidak hanya di Mojowarno tapi juga untuk Kabupaten Jombang. Misalnya, ketika di daerah-daerah lain terjadi konflik yang disertai kekerasan, Banser Jombang disebar keseluruh wilayah kabupaten Jombang untuk menjaga seluruh gereja yang ada di Jombang termasuk GKJW Mojowarno. Bantuan Banser tidak hanya menjaga gereja pada waktu darurat konflik kekerasan, pada waktu GKJW Mojowarno menyelenggarakan pesta Riyaya Undhuh-Undhuh banyak juga bantuan dari Banser Jombang (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Pada waktu terjadi konflik kekerasan di Ambon dan Poso, masyarakat Mojowarno tidak terpenggaruh. Orang-orang Kristen Mojowarno sadar bahwa orang-orang Kristen di Ambon dan Poso adalah saudara, tetapi biarlah itu adalah masalah mereka. Pada waktu berkecamuk konflik di daerah lain para pemuka agama seluruh Jombang termasuk Mojowarno diundang ke Kabupaten, untuk mengikuti

Page 92: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah72

demikian juga dalam acara Natal, tetangga yang beragama Islam juga bersedia hadir. (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di Mojowarno dibangun kesepakatan untuk menghormati hari Minggu dan hari Jum’at. Jika ada warga yang mengadakan hajatan pada hari Minggu dianjurkan untuk tidak menggunakan pengeras suara yang mengarah ke luar agar tidak mengganggu yang sedang menjalankan sekolah Minggu atau beribadah di gereja. Demikian pula pada hari Jum’at jangan sampai ada kegiatan yang mengganggu kekhusukan umat Islam yang sedang melakukan sholat Jum’at (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di Mojowarno, pada hari lebaran banyak keluarga-keluarga Kristen yang menyediakan kue untuk tamu, karena meskipun beragama Kristen juga didatangi oleh tetangganya yang Muslim untuk saling maaf-memaafkan (Sgn, wawancara, 19/0/2015).

Masyarakat Muslim tidak tahu apakah GKJW itu Kristen atau Katolik, termasuk Kepala Desa juga tidak tahu. Seorang pamong desa yang waktu kecilnya pernah sekolah di sekolah Kristen di Kompleks GKJW juga tidak bisa membedakan antara Kristen dan Katolik. Secara umum masyarakat Muslim di Mojowarno tidak mengetahui banyak tentang agama saudara, teman dan tetangganya (kecuali pelaku konversi agama) tapi mereka dapat hidup berdampingan secara harmoni. Di Mojowarno tidak pernah ada dialog atariman (interfaith), kecuali di Jombang atau di pesantren-pesantren, antara lain di Pondok Pesantren Tebuireng (Tf, Sty, Hdy dan Cyn, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Page 93: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 73

Ternyata untuk bisa hidup rukun tidak harus memahami secara mendalam tentang agama lain, kecuali cukup sekedar tahu event-event perayaan hari besar keagamaannya. Menurut beberapa informan kami baik dari kalangan Islam dan Kristen, ketika sedang diselenggarakan perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh semula beberapa grup kesenian dari kalangan Islam siap berpartisipasi dalam pentas seni, kemudian banyak yang membatalkan kehadirannya karena kebetulan waktunya bersamaan dengan peringatan Isra Miraj. Bahkan tidak jauh dari GKJW tempat penyelenggaraan perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh, di Masjid At Taqwa dilaksanakan peringatan Isra Miraj, ini juga dimaklumi oleh pihak GKJW, panitia penyelenggara perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh dan masyarakat/jemaat GKJW (Hdy dan Knt, wawancara, 15/05 dan 18/05/2015).

Kerukunan Antarumat Beragama

Di Mojojejer terdapat bangunan masjid dan gereja yang nyaris berdampingan (Tf, wawancara, 13/05/2015). Kerukunan antarumat beragama di Mojowarno juga tercermin dari makam umum desa. Di mana makam Muslim dan Kristen berada dalam satu tempat yang sama, sebagaimana yang peneliti saksikan di makam Desa Mujowarno dan makam Dusun Sidoluwih.

demikian juga dalam acara Natal, tetangga yang beragama Islam juga bersedia hadir. (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di Mojowarno dibangun kesepakatan untuk menghormati hari Minggu dan hari Jum’at. Jika ada warga yang mengadakan hajatan pada hari Minggu dianjurkan untuk tidak menggunakan pengeras suara yang mengarah ke luar agar tidak mengganggu yang sedang menjalankan sekolah Minggu atau beribadah di gereja. Demikian pula pada hari Jum’at jangan sampai ada kegiatan yang mengganggu kekhusukan umat Islam yang sedang melakukan sholat Jum’at (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di Mojowarno, pada hari lebaran banyak keluarga-keluarga Kristen yang menyediakan kue untuk tamu, karena meskipun beragama Kristen juga didatangi oleh tetangganya yang Muslim untuk saling maaf-memaafkan (Sgn, wawancara, 19/0/2015).

Masyarakat Muslim tidak tahu apakah GKJW itu Kristen atau Katolik, termasuk Kepala Desa juga tidak tahu. Seorang pamong desa yang waktu kecilnya pernah sekolah di sekolah Kristen di Kompleks GKJW juga tidak bisa membedakan antara Kristen dan Katolik. Secara umum masyarakat Muslim di Mojowarno tidak mengetahui banyak tentang agama saudara, teman dan tetangganya (kecuali pelaku konversi agama) tapi mereka dapat hidup berdampingan secara harmoni. Di Mojowarno tidak pernah ada dialog atariman (interfaith), kecuali di Jombang atau di pesantren-pesantren, antara lain di Pondok Pesantren Tebuireng (Tf, Sty, Hdy dan Cyn, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Page 94: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah74

Makam Dusun Sidoluwih, makam Muslim dan Kristen berada dalam satu tempat.

Kerukunan di dalam pergaulan non-ibadah tidak dibatasi, saling menghargai, sepanjang bukan kegiatan ibadah tidak dipersoalkan (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Dalam berceramah, pengajian, hanya menekankan masalah keislaman, tidak pernah mempermasalahkan agama Kristen, dan tidak pernah berbicara tentang Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Sedangkan di kalangan Kristen (GKJW), yang berupaya melestarikan tradisi setempat, juga mengembangkan kebersamaan, misalnya dalam tradisi megengan (menjelang bulan Ramadlan) juga menjalankan tradisi nyekar (tabur bunga) di makam leluhur; Dalam tradisi bersih desa, dan malam renungan 17 Agustus, diadakan do’a bersama, secara bergantian. Do’a Islam dipimpin oleh kyai desa, sedangkan do’a Kristen dipimpin oleh seorang pinituwo atau pinisepuh

Page 95: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 75

(modin Kristen). Pada waktu do’a secara Islam orang Kristen diam, demikian pula sebaiknya (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Orang Mojowarno senang hidup rukun dan saling hormat menghormati. Pada waktu acara saur bersama yang dilakukan oleh Hj. Sinta Nuriah dan rombongan di halaman GKJW tahun 1913, Shalawat Tombo Ati dikumandangkan di halaman GKJW. Orang-orang Kristen banyak yang hadir meskipun tidak ikut membaca shalawat. (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Untuk menghormati tamu, wanita jemaat gereja juga mengenakan kerudung (Kbr, wawancara, 18/05/2015).

Untuk menangkal timbulnya konflik antarumat beragama, jika ada kegiatan atau aktivitas yang mengarah pada timbulnya konflik, pamong desa akan melakukan upaya antisipasi. Ada semangat untuk menjaukan diri dari konflik ‘dohno sewu kilan’ (jauhkan seribu jengkal) yang dalam bahasa Islam berbunyi ‘naudzubillah min dzalik’ (Ya Allah jauhkanlah kami dari itu) (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Hidup berdampingan antara Islam dan Kristen yang sudah dikembangkan oleh Abisai, sekarang terus dipelihara oleh penduduk Mojowarno, misalnya dalam upacara bersih desa pada 1 Suro atau Muharam diadakan do’a bersama. Kepala desa memberikan kebebasan kepada umat Muslim untuk melakukan ritual secara Islam dengan melakukan pembacaan tahil dan yang Kristen melakukan kebaktian. Dalam acara malam renungan menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus juga diadakan do’a bersama. Demikian pula di dusun-dusun yang penduduknya terdiri dari penganut agama Islam dan Kristen juga diadakan do’a bersama (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Makam Dusun Sidoluwih, makam Muslim dan Kristen berada dalam satu tempat.

Kerukunan di dalam pergaulan non-ibadah tidak dibatasi, saling menghargai, sepanjang bukan kegiatan ibadah tidak dipersoalkan (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Dalam berceramah, pengajian, hanya menekankan masalah keislaman, tidak pernah mempermasalahkan agama Kristen, dan tidak pernah berbicara tentang Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Sedangkan di kalangan Kristen (GKJW), yang berupaya melestarikan tradisi setempat, juga mengembangkan kebersamaan, misalnya dalam tradisi megengan (menjelang bulan Ramadlan) juga menjalankan tradisi nyekar (tabur bunga) di makam leluhur; Dalam tradisi bersih desa, dan malam renungan 17 Agustus, diadakan do’a bersama, secara bergantian. Do’a Islam dipimpin oleh kyai desa, sedangkan do’a Kristen dipimpin oleh seorang pinituwo atau pinisepuh

Page 96: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah76

Untuk menjaga kerukunan, terutama untuk menghormati saudara-saudaranya yang Muslim, Imam Ghozali tidak mau memelihara anjing. Jika memelihara anjing dia takut saudara-saudaranya yang Muslim tidak mau datang ke rumahnya dan juga tidak mau makan makanan yang ia sediakan atau yang ia kirimkan (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Penduduk Sidoluwih yang 100% Muslim, dulu banyak memiliki kerabat yang beragama Kristen di Mojowarno, tapi mereka sekarang sudah banyak yang masuk Islam. Bonawi (salah seorang warga Sidoluwih) memiliki saudara di Mojowangi yang beragama Kristen. Pada hari raya Idul Fitri, Natal dan pada waktu ada hajatan dan kematian mereka biasa saling kunjung mengunjungi. (Mjr dan Slch, wawancara, 17/05/2015).

Hubungan Islam dengan Kristen di Mojowarno berjalan dengan baik karena di antara kedua kelompok penganut kedua agama ini tidak pernah melakukan saling ‘cacat-cacatan’(menjelek-jelekan) (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) kebersamaan (saling memberi); 2) saling menghargai haknya masing-masing; dan 3) saling mengerti (Hd, wawancara, 18/05/2015). Himbauan jangan sampai mengolok-olok agama lain (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Untuk menjaga kerukunan, ketika Masjid Pancasila Mojowarno direnovasi, jika ada warga Kristen yang membantu, diterima dengan baik. Karena mereka adalah tetangga (Smm, wawancara, 21/05/2015). Hubungan antarumat Islam-Kristen, cukup baik baik karena ada hubungan saudara/kekarabatan (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Page 97: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 77

Bagi masyarakat Mojowarno orang atau kelompok orang yang tidak seiman itu bukan lawan, sehingga dalam hubungan kemasyarakatan, sepanjang mereka tidak mengganggu, tidak ada masalah. Hidup dalam bertetangga harus berhubungan dengan baik. Tidak pernah saling mempermasalahkan sehingga tidak ada masalah. Dalam pengajian tidak pernah membicarakan agama lain. (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Masyarakat Muslim tidak tahu apakah GKJW itu Kristen atau Katolik, termasuk Kepala Desa juga tidak tahu. Seorang pamong desa yang waktu kecilnya pernah sekolah di sekolah Kristen di Kompleks GKJW juga tidak bisa membedakan antara Kristen dan Katolik. Secara umum masyarakat Muslim di Mojowarno tidak mengetahui banyak tentang agama saudara, teman dan tetangganya itu (kecuali para pelaku konversi agama), tapi mereka dapat hidup berdampingan secara harmoni. Di Mojowarno tidak pernah ada dialog atariman (interfaith), kecuali di Jombang atau di pesantren-pesantren, antara lain di PP Tebuireng (Tf, Sty, Hdy dan Cyn, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Ternyata untuk bisa hidup rukun tidak harus memahami secara mendalam tentang agama lain, kecuali cukup sekedar tahu event-event perayaan hari besar keagamaannya. (Hdy dan Knt, wawancara, 15/05 dan 18/05/2015).

Trust terhadap Komunitas

Sekolah Kristen bagi masyarakat Muslim Mojowarno bukan dianggap sebagai ancaman (Sty, wawancara, 15/05/2015). Banyak anak-anak Muslim yang sekarang sudah

Untuk menjaga kerukunan, terutama untuk menghormati saudara-saudaranya yang Muslim, Imam Ghozali tidak mau memelihara anjing. Jika memelihara anjing dia takut saudara-saudaranya yang Muslim tidak mau datang ke rumahnya dan juga tidak mau makan makanan yang ia sediakan atau yang ia kirimkan (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Penduduk Sidoluwih yang 100% Muslim, dulu banyak memiliki kerabat yang beragama Kristen di Mojowarno, tapi mereka sekarang sudah banyak yang masuk Islam. Bonawi (salah seorang warga Sidoluwih) memiliki saudara di Mojowangi yang beragama Kristen. Pada hari raya Idul Fitri, Natal dan pada waktu ada hajatan dan kematian mereka biasa saling kunjung mengunjungi. (Mjr dan Slch, wawancara, 17/05/2015).

Hubungan Islam dengan Kristen di Mojowarno berjalan dengan baik karena di antara kedua kelompok penganut kedua agama ini tidak pernah melakukan saling ‘cacat-cacatan’(menjelek-jelekan) (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) kebersamaan (saling memberi); 2) saling menghargai haknya masing-masing; dan 3) saling mengerti (Hd, wawancara, 18/05/2015). Himbauan jangan sampai mengolok-olok agama lain (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Untuk menjaga kerukunan, ketika Masjid Pancasila Mojowarno direnovasi, jika ada warga Kristen yang membantu, diterima dengan baik. Karena mereka adalah tetangga (Smm, wawancara, 21/05/2015). Hubungan antarumat Islam-Kristen, cukup baik baik karena ada hubungan saudara/kekarabatan (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Page 98: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah78

menjadi pemuka Islam di Mojowarno dulu pernah sekolah di Sekolah Rakyat (SR) atau Sekolah Dasar (SD) dan SMP Kristen, karena dulu tidak ada sekolah lain selain sekolah Kristen. Antara lain yang pernah sekolah di sekolah Kristen, yaitu: H. Munjari, pemuka Islam Dusun Sidoluwih (Mjr, wawancara, 17/05/2015).

Potensi Konflik

Mojowarno, sebagai daerah yang harmonis, bukan berarti tidak ada potensi konflik sama sekali. Potensi konflik yang ada antara lain, tokoh Abisai dan Enos dan makamnya masih penuh misteri. Makam Abisai dan Enos sekarang membujur dari Barat ke Timur dan diberi nisan berbentuk salib. Menurut penuturan Bdm dari H. Abdul Bakri, Kepala Dusun Sidoluwih Tahun 1942-1988, makam Abisai dan Enos dulu membujur dari arah utara ke selatan, dan makam tersebut tidak terawat. Kemudian bersamaan dengan peringatan 100 tahun GKJW makam Abisai dan Enos dipugar dan hasilnya kedua makam tersebut membujur dari arah barat ke timur (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Menurut Budiman, tokoh Abisai dan Enos pernah diklaim sebagai ulama yang berasal dari Sido’arjo yang akan menyebarkan Islam ke daerah Kediri, kemudian singgah dan meninggal di Mojowarno. Sehingga timbul inisiatif untuk membongkar makam kedua tokoh tersebut. Di pihak Kristen juga ada upaya untuk membangun makam Abisai dan Enos sebagai tempat ziarah Kristen. Bahkan untuk rencana pembangunan itu sudah terkumpul dana. Namun upaya pembongkaran dan pembangunan makam itu, kedua-duanya

Page 99: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 79

ditolak oleh Pamong Desa Mojowarno (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Orang Islam Mojowarno sebenarnya tidak peduli dengan makam Abisai dan Enos tersebut membujur dari arah barat ke timur atau dari arah utara ke selatan. Meskipun sekarang ada sebagian masyarakat Islam dan Kristen yang berziarah ke makam tersebut. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Pada masa Kepala Desa Dedy, ada pendatang dari Lamongan yang membuat selebaran, yang isinya antara lain berbunyi ‘Abisai bukan tokoh Kristen dan aslinya makam Abisai dan Enos tidak membujur dari arah barat ke timur. Makam tersebut akan diputar arah dari Utara ke Selatan’. Selebaran tersebut sedikit banyak telah menimbulkan gesekan antara umat Islam dan Kristen. Kasus tersebut dapat diselesaikan di tingkat desa (Gi, wawancara,16/05/2015)

Potensi konflik lainnya yaitu insiden malam Natal tahun 2013. Pada waktu itu terjadi peristiwa di Kafe 88 Mojowarno, seorang priya Mojowangi bernama Harjo yang sudah cukup usia tertembak secara tidak disengaja oleh temannya sendiri, seorang pemuda Mojowarno, bernama Miko Teguh Jatmiko. Gara-gara Miko memainkan pistol milik seorang oknum polisi. Menurut penuturan para saksi pistol tersebut sudah dikosongkan, mungkin masih tersisa satu peluru, sehingga tiba-tiba meledak mengenai Harjo (Tf dan Str, wawancara, 20/05/2015). Namun karena Miko berasal dari Desa Mojowarno (yang berpenduduk mayoritas beragama Islam) dan Harjo dari Desa Mojowangi (yang mayoritas penduduknya beragama Kristen), maka berita yang tersebar menjadi berkembang ‘seorang pemuda Muslim Mojowarno menembak seorang Kristen dari Mojowangi’. Padahal antara

menjadi pemuka Islam di Mojowarno dulu pernah sekolah di Sekolah Rakyat (SR) atau Sekolah Dasar (SD) dan SMP Kristen, karena dulu tidak ada sekolah lain selain sekolah Kristen. Antara lain yang pernah sekolah di sekolah Kristen, yaitu: H. Munjari, pemuka Islam Dusun Sidoluwih (Mjr, wawancara, 17/05/2015).

Potensi Konflik

Mojowarno, sebagai daerah yang harmonis, bukan berarti tidak ada potensi konflik sama sekali. Potensi konflik yang ada antara lain, tokoh Abisai dan Enos dan makamnya masih penuh misteri. Makam Abisai dan Enos sekarang membujur dari Barat ke Timur dan diberi nisan berbentuk salib. Menurut penuturan Bdm dari H. Abdul Bakri, Kepala Dusun Sidoluwih Tahun 1942-1988, makam Abisai dan Enos dulu membujur dari arah utara ke selatan, dan makam tersebut tidak terawat. Kemudian bersamaan dengan peringatan 100 tahun GKJW makam Abisai dan Enos dipugar dan hasilnya kedua makam tersebut membujur dari arah barat ke timur (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Menurut Budiman, tokoh Abisai dan Enos pernah diklaim sebagai ulama yang berasal dari Sido’arjo yang akan menyebarkan Islam ke daerah Kediri, kemudian singgah dan meninggal di Mojowarno. Sehingga timbul inisiatif untuk membongkar makam kedua tokoh tersebut. Di pihak Kristen juga ada upaya untuk membangun makam Abisai dan Enos sebagai tempat ziarah Kristen. Bahkan untuk rencana pembangunan itu sudah terkumpul dana. Namun upaya pembongkaran dan pembangunan makam itu, kedua-duanya

Page 100: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah80

yang tertembak dan yang tidak sengaja menembak sama-sama beragama Kristen (Str, wawancara, 20/05/2015).

Hal ini menunjukkan bahwa berita yang menyangkut dua desa mayoritas Muslim dan mayoritas Kristen dengan mudah bisa melenceng atau sengaja diplintir sehingga menjadi potensi konflik.

Sekitar tahun 1970-an ada misi Kristen yang membagi-bagikan beras, tapi masyarakat Muslim tidak mudah tergoda. Demikian pula anak-anak warga Muslim yang belajar di sekolah Kristen jika tidak mampu bayar SPP dibebaskan. Pegawai RSK dulu harus beragama Kristen (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Informan yang lain menguatkan, bahwa pada tahun 1979-1980 ada pendeta yang mengajak warga Muslim masuk Kristen (Mdk, wawancara, 21/05/2015). Demikian pula menurut Smm, dulu ada misi yang dilakukan oleh GKJW secara door to door. Orang Islam yang bekerja di RSK disuruh masuk Kristen dan akan disekolahkan. Ada pula misi dengan cara memberi sembako dan kebutuhan lain terhadap warga Muslim yang miskin. Tapi sekarang misi seperti itu sudah tidak ada lagi (Smm, wawancara, 16/05/2015).

Potensi konflik lainnya, menurut salah seorang informan, GKJW hingga sekarang masih melakukan misi dengan membagi-bagikan beras (5 kg) dan mie instan (2 bungkus) kepada ibu-ibu lanjut usia. Meskipun setelah tidak dibagi lagi mereka kembali ke Islam. Sebagai ketua ormas Islam sering mendapat undangan dari GKJW atau RSK, yang meminta agar warga Muslim antara 10-25 orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan cuma-cuma (Hyt, wawancara, 21/05/2015).

Page 101: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 81

Apa yang disampaikan informan kami ini merupakan sisi pandang salah seorang pemuka ormas Islam, yang melihat hal itu sebagai suatu misi. Tapi di sisi lain (GKJW) melakukannya sebagai salah satu kegiatan bakti sosial (baksos). Sebagaimana dikatakan oleh Ketua KPPM, bahwa salah satu bentuk kegiatan baksos yang dilakukan KPPM adalah membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu (Knt, wawancara, 18/05/2014).

yang tertembak dan yang tidak sengaja menembak sama-sama beragama Kristen (Str, wawancara, 20/05/2015).

Hal ini menunjukkan bahwa berita yang menyangkut dua desa mayoritas Muslim dan mayoritas Kristen dengan mudah bisa melenceng atau sengaja diplintir sehingga menjadi potensi konflik.

Sekitar tahun 1970-an ada misi Kristen yang membagi-bagikan beras, tapi masyarakat Muslim tidak mudah tergoda. Demikian pula anak-anak warga Muslim yang belajar di sekolah Kristen jika tidak mampu bayar SPP dibebaskan. Pegawai RSK dulu harus beragama Kristen (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Informan yang lain menguatkan, bahwa pada tahun 1979-1980 ada pendeta yang mengajak warga Muslim masuk Kristen (Mdk, wawancara, 21/05/2015). Demikian pula menurut Smm, dulu ada misi yang dilakukan oleh GKJW secara door to door. Orang Islam yang bekerja di RSK disuruh masuk Kristen dan akan disekolahkan. Ada pula misi dengan cara memberi sembako dan kebutuhan lain terhadap warga Muslim yang miskin. Tapi sekarang misi seperti itu sudah tidak ada lagi (Smm, wawancara, 16/05/2015).

Potensi konflik lainnya, menurut salah seorang informan, GKJW hingga sekarang masih melakukan misi dengan membagi-bagikan beras (5 kg) dan mie instan (2 bungkus) kepada ibu-ibu lanjut usia. Meskipun setelah tidak dibagi lagi mereka kembali ke Islam. Sebagai ketua ormas Islam sering mendapat undangan dari GKJW atau RSK, yang meminta agar warga Muslim antara 10-25 orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan cuma-cuma (Hyt, wawancara, 21/05/2015).

Page 102: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah82

ACUAN RELASI

ANTAR KELOMPOK KEAGAMAAN

Masyarakat Mojowarno yang terdiri dari mayoritas Muslim dan enclave Kristen, tetapi ikon yang dimiliki Mojowarno adalah ikon GKJW (sebagaimana di depan sudah dideskripsikan). Hal itu tidak menimbulkan kecemburuan bagi mayoritas Muslim, justru mayoritas Muslim dan enclave Kristen bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Faktor-faktor yang menyebabkan terwujudnya kehidupan bersama yang harmonis antara dua kelompok keagamaan ini dapat dianalisis melalui keteraturan sosial (sosial order) sebagaimana dikemukakan Francis Fukuyama.

Fukuyama dalam bukunya ‘Trust: the Sosial Virtues and Prosperity’ sebagaimana dikutip Bahrul Hayat (2012) mengatakan bahwa, keteraturan sosial (sosial order) merupakan hal yang secara alamiah maupun rasional akan terjadi pada komunitas masyarakat karena manusia secara alamiah adalah makhluk sosial yang insting dan dorongan dasarnya menciptakan aturan moral untuk mengikatkan mereka satu sama lain secara spontan dan membentuk komunitas.

Kehadiran agama sering sekali sangat membantu proses ini, meskipun agama bukanlah sine qua non dari terbentuknya keteraturan sosial. Masyarakat sejati diikat bersama oleh nilai-nilai dan norma yang disepakati dan diterapkan oleh anggota masyarakatnya. Semakin dalam dan kuat ikatan nilai tersebut, semakin kuat pula sense of community masyarakat tersebut (Hayat, 2012: 147).

Page 103: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 83

Selanjutnya Fukuyama dalam Lawrence E. Harison and Samuel P. Hatington Cultural Matters: How Values Shape Human Progress (2000) mengatakan bahwa, norma untuk membentuk keteraturan sosial dapat diciptakan berdasarkan otoritas atau kekuasaan terpusat dan hirarkhis maupun sebagai hasil interaksi sosial yang spontan dan terdesentralisasi. Norma yang diciptakan berdasarkan otoritas diwujudkan dalam bentuk kitab suci, dan hukum serta aturan tertulis.

Sementara itu norma yang muncul secara spontan dalam masyarakat bersifat informal yang tidak tertulis atau dipublikasikan. Disamping melihat terbentuknya norma dari kontinum hirarkhis-spontan, norma juga dapat dilihat dari kontinum rasional dan arasional. Norma rasional dimaksudkan apabila norma yang disepakati merupakan hasil perdebatan rasional, sedangkan norma arasional adalah adalah norma yang bersifat fungsional seperti keyakinan dan ajaran agama yang terbentuk tanpa melibatkan perdebatan yang rasional (Hayat, 2012: 147-148).

Fukuyama merumuskan dunia norma (universe of norm) sebagai sumber terbentuknya keteraturan sosial dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran sebagaimana terlihat pada gambar 2.

Menurut Fukuyama, dengan memperhatikan kuadran di atas, ketaraturan sosial akan terwujud melalui empat norma, sebagai berikut: a) norma yang lahir dari proses rasional-spontan seperti lahirnya common law dan kesepakatan sosial yang lahir dari masyarakat; b) norma yang lahir dari proses arasional-spontan seperti nilai dan tradisi masyarakat yang membudaya; c) norma yang lahir dari proses arasional-spontan seperti nilai agama dalam kitab suci dan ajaran agama

ACUAN RELASI

ANTAR KELOMPOK KEAGAMAAN

Masyarakat Mojowarno yang terdiri dari mayoritas Muslim dan enclave Kristen, tetapi ikon yang dimiliki Mojowarno adalah ikon GKJW (sebagaimana di depan sudah dideskripsikan). Hal itu tidak menimbulkan kecemburuan bagi mayoritas Muslim, justru mayoritas Muslim dan enclave Kristen bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Faktor-faktor yang menyebabkan terwujudnya kehidupan bersama yang harmonis antara dua kelompok keagamaan ini dapat dianalisis melalui keteraturan sosial (sosial order) sebagaimana dikemukakan Francis Fukuyama.

Fukuyama dalam bukunya ‘Trust: the Sosial Virtues and Prosperity’ sebagaimana dikutip Bahrul Hayat (2012) mengatakan bahwa, keteraturan sosial (sosial order) merupakan hal yang secara alamiah maupun rasional akan terjadi pada komunitas masyarakat karena manusia secara alamiah adalah makhluk sosial yang insting dan dorongan dasarnya menciptakan aturan moral untuk mengikatkan mereka satu sama lain secara spontan dan membentuk komunitas.

Kehadiran agama sering sekali sangat membantu proses ini, meskipun agama bukanlah sine qua non dari terbentuknya keteraturan sosial. Masyarakat sejati diikat bersama oleh nilai-nilai dan norma yang disepakati dan diterapkan oleh anggota masyarakatnya. Semakin dalam dan kuat ikatan nilai tersebut, semakin kuat pula sense of community masyarakat tersebut (Hayat, 2012: 147).

Page 104: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah84

lainnya; dan d) norma yang lahir dari proses rasional-hirarkhis seperti peraturan perundangan yang disusun oleh otoritas pemerintahan (Hayat, 2012: 149).

Gambar. 2

Kuadran Norma Sumber Keteraturan Sosial

a. Common law dan Kesepakatan Sosial yang Lahir dari Masyarakat

Kesepakatan pertama dilakukan oleh KH Hasyim Asy’ari tahun 1923, ketika Kyai Hasyim berinisiatif akan memberikan pelayanan terhadap penduduk Mojowarno yang tetap bertahan pada keyakinannya sebagai Muslim. Untuk itu KH Hasyim mengutus santrinya, Kyai Ihsan menjadi ‘kyai desa’ di Mojowarno dan membangun masjid di sana. Agar kyai desa yang dikirim ke Mojowarno memiliki sumber kehidupan, KH Hasyim mengadakan

rasional

hirarkhis

spontan

arasional

hukum formal tertulis

Kesepakatan Sosial

hukum dan

ajaran agama

tradisi dan

budaya

Page 105: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 85

kesepakatan dengan pemerintah desa dan pemuka Kristen. Hasilnya antara lain yang masih langgeng hingga sekarang adalah pemberian hak garap sawah bengkok kyai desa dan pinisepuh (modin Kristen) meskipun kedua-duanya bukan termasuk pamong desa (Sty dan Hdy, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Kesepakatan lain antara Islam-Kristen di Mojowarno yang dibangun adalah kesepakatan untuk saling menghormati, yakni menghormati hari Minggu dan hari Jum’at. Jika ada warga yang mengadakan hajatan pada hari Minggu dianjurkan untuk tidak menggunakan pengeras suara yang memancar ke luar agar tidak mengganggu yang sedang menjalankan kebaktian dan sekolah Minggu. Demikian pula pada hari Jum’at tidak boleh ada kegiatan yang mengganggu kekhusukan umat Islam yang sedang menunaikan ibadah sholat Jum’at (Stk, wawancara, 19/05/2015). Dari kesepakatan-kesepakatan tersebut menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai. Sebagaimana Lurah Mojowangi katakan, kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) kebersamaan (saling memberi); 2) saling menghargai haknya masing-masing; dan 3) saling mengerti (Hd, wawancara, 18/05/2015).

b. Nilai dan Tradisi Masyarakat yang Membudaya

(1) Kearifan Lokal

Masyarakat beragama di Mojowarno selalu berupaya agar tidak sampai terjadi konflik. Karena sejak pembukaan Hutan Keracil menjadi Desa Mojowarno sudah dibangun nilai-nilai kerukunan. Abisai tidak mengharuskan pengikutnya masuk Kristen. Kearifan lokal itu kemudian

lainnya; dan d) norma yang lahir dari proses rasional-hirarkhis seperti peraturan perundangan yang disusun oleh otoritas pemerintahan (Hayat, 2012: 149).

Gambar. 2

Kuadran Norma Sumber Keteraturan Sosial

a. Common law dan Kesepakatan Sosial yang Lahir dari Masyarakat

Kesepakatan pertama dilakukan oleh KH Hasyim Asy’ari tahun 1923, ketika Kyai Hasyim berinisiatif akan memberikan pelayanan terhadap penduduk Mojowarno yang tetap bertahan pada keyakinannya sebagai Muslim. Untuk itu KH Hasyim mengutus santrinya, Kyai Ihsan menjadi ‘kyai desa’ di Mojowarno dan membangun masjid di sana. Agar kyai desa yang dikirim ke Mojowarno memiliki sumber kehidupan, KH Hasyim mengadakan

rasional

hirarkhis

spontan

arasional

hukum formal tertulis

Kesepakatan Sosial

hukum dan

ajaran agama

tradisi dan

budaya

Page 106: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah86

diwariskan kepada generasi berikutnya secara turun temurun agar selalu dan saling menjaga kerukunan dan melanjutkan keguyuban. (Gi dan Stk, wawancara, 16/05 dan 19/05/2015).

Kearifan lokal yang mengutamakan ‘guyub lan rukun’ yang menghasilkan kehidupan bersama yang tentrem ini tetap dipelihara oleh masyarakat hingga sekarang. Oleh karena itu meskipun ada masjid dan gereja letaknya berdekatan tidak menimbulkan masalah (Smm, wawancara, 21/05/2015). Bangunan masjid dan gereja yang nyaris berdampingan terdapat di Desa Mojojejer (Tf, wawancara, 13/05/2015).

Dalam pelaksanaan upacara bersih desa pada tanggal 1 Suro (Muharam) dan dalam acara malam renungan menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus juga terdapat kearifan lokal dalam wujud do’a bersama, terutama di dusun-dusun yang penduduknya terdiri dari penganut agama Islam dan Kristen (Gi, wawancara, 16/05/2015). Kepala desa memberikan kebebasan kepada umat Muslim untuk melakukan ritual secara Islam dan umat Kristen melakukan kebaktian. Menurut Kepala Desa Mojowangi, untuk menjaga kerukunan umat beragama yaitu dengan cara memberi porsi kepada masing-masing pemeluk agama untuk melakukan tata ibadatnya sesuai dengan iman dan kepercayaannya (Hd, wawancara, 18/05/2015). Dalam tradisi bersih desa, dan malam renungan 17 Agustus, Kepala Desa mengatur do’a bersama, dilaksanakan secara bergantian. Do’a Islam dipimpin oleh kyai desa, sedangkan do’a Kristen dipimpin oleh seorang pinituwo atau pinisepuh (modin Kristen). Pada waktu do’a secara Islam orang Kristen diam, demikian pula sebaiknya. Ritual

Page 107: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 87

Kristen dilaksanakan dari sore hingga jam 19.00. Kemudian dilanjutkan dengan ritual menurut agama Islam. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Relasi antarumat (Islam-Kristen) di Mojowarno yang harmonis terbangun dari filosofi layaknya relasi dalam hidup bersama berumah tangga (bebrayan). (Sty, wawancara, 15/05/2015). Bebrayan dapat dimaknai hidup satu desa ibarat hidup dalam satu keluarga (Hdy, wawancara, 16/05/2015). Desa Mojowarno ibarat sebuah keluarga besar yag terdiri dari keluarga kecil, seperti hidup bebrayan. (Gi, wawancara, 16/05/2015). Hidup bebrayan antara umat Islam dan Kristen, tidak ada larangan bergaul dengan yang berbeda agama. Anak-anak sudah tahu sendiri waktunya ibadat (Hdy, wawancara, 16/05/2015).

Kearifan lokal juga diwujudkan dalam kebijakan Kepala Desa Mojowarno ketika menyikapi kontroversi makam Abisai Dito Taruno dan Enos Singo Taruno, tentang siapa sebenarnya kedua tokoh tersebut. Ada yang mengatakan bahwa dua tokoh tersebut beragama Islam. Meski pendapatnya ini tidak didukung oleh bukti yang kuat kecuali ‘mistik’. Dengan adanya pendapat-pendapat itu kemudian makam kedua tokoh legenda ini sempat menimbulkan gesekan bahkan ada inisiatif akan dilakukan pembongkaran. Tapi Kepala Desa Mojowarno–memiliki kearifan lokal–tidak setuju dengan rencana pembongkaran tersebut, dengan alasan ‘Jika ternyata kuburan itu memang asli membujur arah Barat ke Timur, umat Islam akan merasa malu; sebaliknya jika ternyata membujur arah Utara ke Selatan maka umat Kristen yang merasa malu’. Sehingga ia berkeras hati tidak setuju adanya

diwariskan kepada generasi berikutnya secara turun temurun agar selalu dan saling menjaga kerukunan dan melanjutkan keguyuban. (Gi dan Stk, wawancara, 16/05 dan 19/05/2015).

Kearifan lokal yang mengutamakan ‘guyub lan rukun’ yang menghasilkan kehidupan bersama yang tentrem ini tetap dipelihara oleh masyarakat hingga sekarang. Oleh karena itu meskipun ada masjid dan gereja letaknya berdekatan tidak menimbulkan masalah (Smm, wawancara, 21/05/2015). Bangunan masjid dan gereja yang nyaris berdampingan terdapat di Desa Mojojejer (Tf, wawancara, 13/05/2015).

Dalam pelaksanaan upacara bersih desa pada tanggal 1 Suro (Muharam) dan dalam acara malam renungan menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus juga terdapat kearifan lokal dalam wujud do’a bersama, terutama di dusun-dusun yang penduduknya terdiri dari penganut agama Islam dan Kristen (Gi, wawancara, 16/05/2015). Kepala desa memberikan kebebasan kepada umat Muslim untuk melakukan ritual secara Islam dan umat Kristen melakukan kebaktian. Menurut Kepala Desa Mojowangi, untuk menjaga kerukunan umat beragama yaitu dengan cara memberi porsi kepada masing-masing pemeluk agama untuk melakukan tata ibadatnya sesuai dengan iman dan kepercayaannya (Hd, wawancara, 18/05/2015). Dalam tradisi bersih desa, dan malam renungan 17 Agustus, Kepala Desa mengatur do’a bersama, dilaksanakan secara bergantian. Do’a Islam dipimpin oleh kyai desa, sedangkan do’a Kristen dipimpin oleh seorang pinituwo atau pinisepuh (modin Kristen). Pada waktu do’a secara Islam orang Kristen diam, demikian pula sebaiknya. Ritual

Page 108: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah88

pembongkaran makam dan mengatakan ‘Kita tidak usah ngurus agamanya Abisai dan Enos’ (Sty, wawancara, 13/05/2015). Legenda ketokohan dan makam Abisai maupun Enos masih menjadi perdebatan. Meski demikian, masyarakat Muslim Mojowarno tidak ingin menjadikan teka-teki ketokohan Abisai dan Enos berikut makamnya menjadi masalah yang besar dan menimbulkan gesekan antara Islam dan Kristen (Hdy, wawancara, 16/05/2015).

(2) Nilai-nilai Budaya (Kebersamaan)

Nilai budaya yang dijadikan acuan bersama oleh masyarakat Mojowarno untuk mempertahankan kerukunan adalah nilai kebersamaan. Hingga sekarang kerukunan antarumat tetap terjaga karena orang Mojowarno saling menghargai; saling menghormati; dan selalu hadir (pen: kebersamaan), misalnya, dalam acara tahlilan yang dilakukan umat Islam, tetangga yang beragama Kristen ikut hadir, demikian juga dalam acara Natal, tetangga yang beragama Islam juga bersedia hadir (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di kalangan Kristen (GKJW)–yang berupaya melestarikan tradisi setempat–juga mengembangkan kebersamaan, misalnya dalam tradisi megengan (menjelang bulan Ramadlan) juga mejalankan tradisi nyekar (tabur bunga) di makam leluhur (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Di Mojowarno, pada hari lebaran banyak keluarga-keluarga Kristen yang menyediakan kue untuk tamu, karena meskipun beragama Kristen juga didatangi oleh tetangganya yang Muslim untuk saling maaf-memaafkan (Sgn, wawancara, 19/05/2015). Kerukunan di dalam pergaulan non-ibadat tidak dibatasi, saling menghargai,

Page 109: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 89

sepanjang bukan kegiatan ibadat tidak dipersoalkan (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Nilai kebersamaan juga ada pada tingkat individu dan keluarga, sebagai ilustrasi, Gi dalam upaya menjaga kebersamaan dan kerukunan, terutama untuk menghormati saudara-saudaranya yang Muslim, ia tidak mau memelihara anjing. Jika memelihara anjing dia takut saudara-saudaranya yang Muslim tidak mau datang ke rumahnya dan juga tidak mau makan makanan yang ia sediakan atau yang ia kirimkan (Gi, wawancara, 16/05/2015). Demikian pula untuk menjaga kerukunan dan kebersamaan, ketika Masjid Amal Bakti Pancasila Mojowarno direnovasi, bantuan dari warga Kristen diterima dengan baik oleh panitia pembangunan dan masyarakat Muslim Mojowarno. Dengan alasan karena mereka adalah tetangga (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Penduduk Sidoluwih yang 100% Muslim, dulu banyak memiliki kerabat yang beragama Kristen di Mojowarno, tapi mereka sekarang sudah banyak yang masuk Islam. Bnw (salah seorang warga Sidoluwih) memiliki saudara di Mojowangi yang beragama Kristen. Pada hari raya Idul Fitri, Natal dan pada waktu ada hajatan dan kematian mereka biasa saling kunjung-mengunjungi. (Mjr dan Slch, wawancara, 17/05/2015).

Pada waktu terjadi konflik kekerasan di Ambon dan Poso, masyarakat Mojowarno tidak terpengaruh. Orang-orang Kristen Mojowarno sadar bahwa orang-orang Kristen di Ambon dan Poso adalah saudara, tetapi masyarakat Kristen Mojowarno memandang konflik Ambon dan Poso adalah masalah mereka. Pada waktu berkecamuk konflik di daerah lain para pemuka agama

pembongkaran makam dan mengatakan ‘Kita tidak usah ngurus agamanya Abisai dan Enos’ (Sty, wawancara, 13/05/2015). Legenda ketokohan dan makam Abisai maupun Enos masih menjadi perdebatan. Meski demikian, masyarakat Muslim Mojowarno tidak ingin menjadikan teka-teki ketokohan Abisai dan Enos berikut makamnya menjadi masalah yang besar dan menimbulkan gesekan antara Islam dan Kristen (Hdy, wawancara, 16/05/2015).

(2) Nilai-nilai Budaya (Kebersamaan)

Nilai budaya yang dijadikan acuan bersama oleh masyarakat Mojowarno untuk mempertahankan kerukunan adalah nilai kebersamaan. Hingga sekarang kerukunan antarumat tetap terjaga karena orang Mojowarno saling menghargai; saling menghormati; dan selalu hadir (pen: kebersamaan), misalnya, dalam acara tahlilan yang dilakukan umat Islam, tetangga yang beragama Kristen ikut hadir, demikian juga dalam acara Natal, tetangga yang beragama Islam juga bersedia hadir (Stk, wawancara, 19/05/2015).

Di kalangan Kristen (GKJW)–yang berupaya melestarikan tradisi setempat–juga mengembangkan kebersamaan, misalnya dalam tradisi megengan (menjelang bulan Ramadlan) juga mejalankan tradisi nyekar (tabur bunga) di makam leluhur (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Di Mojowarno, pada hari lebaran banyak keluarga-keluarga Kristen yang menyediakan kue untuk tamu, karena meskipun beragama Kristen juga didatangi oleh tetangganya yang Muslim untuk saling maaf-memaafkan (Sgn, wawancara, 19/05/2015). Kerukunan di dalam pergaulan non-ibadat tidak dibatasi, saling menghargai,

Page 110: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah90

seluruh Jombang termasuk Mojowarno diundang ke kabupaten, untuk mengikuti sosialisasi tentang kerukunan umat beragama. Hubungan antarumat di tingkat akar rumput di Mojowarno selalu melakukan silaturrahmi. Karena sesama warga Mojowarno meskipun berbeda agama dari dahulu hingga sekarang tetap bersaudara (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Orang Mojowarno senang hidup rukun dan saling hormat menghormati. Pada waktu acara sahur bersama yang dilakukan oleh LSM Gusdurian juga dihadiri Hj. Sinta Nuriah di halaman GKJW tahun 1913, Shalawat Tombo Ati dikumandangkan di halaman GKJW. Orang-orang Kristen banyak yang hadir meskipun tidak ikut membaca shalawat. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Kelakar anak-anak muda Mojowarno “Kalau mau belajar toleransi beragama belajarlah ke Mojowarno”. Menurut tokoh muda ketua Mawarno, kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) Memegang teguh adat istiadat; 2) Saling menghargai; 3) Mengutamakan komunikasi; 4) Jika ada masalah (antarumat) diselesaikan sendiri (dalam keluarga/desa sendiri) (Str, wawancara, 17/05/2015). Hal itu mudah dilakukan karena di Mojowarno tidak ada orang lain, tidak ada pendatang dari luar, sehingga antara orang Islam dan Kristen tetap saudara (Sty, wawancara, 13/05/2015). Hal ini dikuatkan oleh seorang pemuka Islam dengan mengatakan hubungan antarumat Islam-Kristen cukup baik karena ada hubungan persaudaraan dan kekerabatan (Smm, wawancara, 21/05/2016).

Page 111: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 91

c. Nilai Agama dalam Kitab Suci dan Ajaran Agama Lainnya

Pemuka Islam di Mojowarno mengembangkan pandangan (pen: bersumber dari hadits) bahwa memiliki tetangga termasuk yang beragama Kristen adalah “wajib jaga getihe lan bandhane” (wajib menjaga jiwa dan harta Bandanya) (Bdm, wawancara, 16/05/2015). Seorang informan Kristen mengatakan, bahwa dalam ajaran Kristen yang terdapat dalam The Ten Comandements (Taurat) yang disempurnakan dengan hukum kasih ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati’ dan ‘Kasihilah saudaramu dengan sepenuh hati’ (Matius, 88 ayat 47-39) (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Nilai-nilai agama yang ada itu kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hubungan Islam dengan Kristen di Mojowarno berjalan dengan baik. Di antara kedua kelompok penganut kedua agama ini tidak pernah melakukan saling ‘cacat-cacatan’ (saling menjelek-jelekan) (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Sikap yang baik yang dimiliki masyarakat itu, selalu diingatkan dengan adanya himbauan dari pamong desa ‘jangan sampai mengolok-olok agama lain’ (Smm, wawancara, 21/05/2015). Para pemuka agama Islam dalam berceramah atau dalam pengajian hanya menekankan masalah keislaman, tidak pernah mempermasalahkan agama Kristen, dan tidak pernah berbicara tentang Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Untuk menangkal timbulnya konflik antarumat beragama, jika ada kegiatan atau aktivitas yang mengarah pada timbulnya konflik, pamong desa akan melakukan upaya antisipasi. Ada semangat untuk menjauhkan diri dari

seluruh Jombang termasuk Mojowarno diundang ke kabupaten, untuk mengikuti sosialisasi tentang kerukunan umat beragama. Hubungan antarumat di tingkat akar rumput di Mojowarno selalu melakukan silaturrahmi. Karena sesama warga Mojowarno meskipun berbeda agama dari dahulu hingga sekarang tetap bersaudara (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Orang Mojowarno senang hidup rukun dan saling hormat menghormati. Pada waktu acara sahur bersama yang dilakukan oleh LSM Gusdurian juga dihadiri Hj. Sinta Nuriah di halaman GKJW tahun 1913, Shalawat Tombo Ati dikumandangkan di halaman GKJW. Orang-orang Kristen banyak yang hadir meskipun tidak ikut membaca shalawat. (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

Kelakar anak-anak muda Mojowarno “Kalau mau belajar toleransi beragama belajarlah ke Mojowarno”. Menurut tokoh muda ketua Mawarno, kunci kerukunan di Mojowarno adalah: 1) Memegang teguh adat istiadat; 2) Saling menghargai; 3) Mengutamakan komunikasi; 4) Jika ada masalah (antarumat) diselesaikan sendiri (dalam keluarga/desa sendiri) (Str, wawancara, 17/05/2015). Hal itu mudah dilakukan karena di Mojowarno tidak ada orang lain, tidak ada pendatang dari luar, sehingga antara orang Islam dan Kristen tetap saudara (Sty, wawancara, 13/05/2015). Hal ini dikuatkan oleh seorang pemuka Islam dengan mengatakan hubungan antarumat Islam-Kristen cukup baik karena ada hubungan persaudaraan dan kekerabatan (Smm, wawancara, 21/05/2016).

Page 112: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah92

konflik ‘dohno sewu kilan’ (jauhkan seribu jengkal) yang dalam bahasa Islam berbunyi ‘naudzubillah min dzalik’ (Ya Allah jauhkanlah kami dari itu) (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

d. Peraturan Perundangan yang Disusun oleh Otoritas Pemerintahan

Masyarakat beragama di Mojowarno termasuk masyarakat yang taat kepada hukum formal tertulis, dalam hal ini yang cukup mereka kenal adalah peraturan bupati dan sosialisasi-sosialisasi peraturan perundangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah yang ada kaitannya dengan kerukunan. Masyarakat Mojowarno –sebagai masyarakat desa – tidak begitu mementingkan fasal-fasal peraturan-peraturan tersebut. Bagi mereka cukup mengingat substansi atau pesan-pesan dari peraturan-peraturan itu.

Page 113: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 93

RELASI ANTAR KELOMPOK KEAGAMAAN

Relasi Masa Silam

KH Hasyim Asyari telah membangun relasi bukan hanya dengan sesama umat Islam Mojowarno sebagai tanggungjawab seorang kyai untuk membina umatnya, tapi Kyai Hasyim juga membangun relasi yang baik dengan umat Kristen dan juga pemerintah Desa Mojowarno.

Dalam upaya mempertahankan dan melayani umat Muslim di tengah-tengah perkembangan misi Kristen yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, KH Hasyim Asyari mengutus santrinya Kyai Ihsan agar menetap di Mojowarno untuk mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat. Untuk itu KH Hasyim Asy’ari menitipkan Kyai Ihsan kepada Kepala Desa Mojowarno, agar Kyai Ihsan secara ekonomi dapat hidup tenang di Mojowarno. Untuk itu Kyai Hasyim mengusulkan kepada pemerintah Desa Mojowarno dan pihak Kristen, agar “kyai desa” yang membimbing umat Islam di desa dan “pinisepuh” atau “modin Kristen” (guru Injil) diberi hak garap tanah bengkok layaknya pamong desa. Atas usul Kyai Hasyim maka lahirlah kebijakan pemerintah desa, di mana kyai desa dan pinisepuh (guru Injil) diberi hak garap tanah bengkok seperti pamong desa. (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Keberhasilan KH Hasyim Asyari melakukan lobi terhadap pemerintah desa dan umat Kristen pada masa lalu agar dapat membina umat Islam di Mojowarno ini merupakan modal sosial bonding sesama umat Islam, modal sosial bridging dengan umat Kristen dan modal sosial linking dengan pemerintah desa.

konflik ‘dohno sewu kilan’ (jauhkan seribu jengkal) yang dalam bahasa Islam berbunyi ‘naudzubillah min dzalik’ (Ya Allah jauhkanlah kami dari itu) (Bdm, wawancara, 16/05/2015).

d. Peraturan Perundangan yang Disusun oleh Otoritas Pemerintahan

Masyarakat beragama di Mojowarno termasuk masyarakat yang taat kepada hukum formal tertulis, dalam hal ini yang cukup mereka kenal adalah peraturan bupati dan sosialisasi-sosialisasi peraturan perundangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah yang ada kaitannya dengan kerukunan. Masyarakat Mojowarno –sebagai masyarakat desa – tidak begitu mementingkan fasal-fasal peraturan-peraturan tersebut. Bagi mereka cukup mengingat substansi atau pesan-pesan dari peraturan-peraturan itu.

Page 114: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah94

Keberhasilan lobi yang dilakukan Kyai Hasyim ini telah menjadi salah satu kunci penyebab kerukunan antara umat Muslim dan Kristen (GKJW) di Mojowarno. Karena dengan diperolehnya hak garap sawah bengkok bagi kyai desa dan modin Kristen (sebagai sentral elit agama di desa), sumber kehidupan mereka tidak lagi bergantung kepada preBandel (dana umat). Sebaliknya jika kehidupan elit agama tergantung pada preBandel, maka umat sebagai SDM penghasil preBandel akan menjadi perebutan yang serius dan akhirnya akan menjadi sumber konflik. Yang demikian tidak terjadi di Mojowarno.

1. Relasi Asosiasional

a. Lembaga Resmi Desa

Dilihat dari empat lembaga resmi desa (yang peneliti peroleh informasinya) yaitu kelompok tani, PKK (Dasa Wisma), rukun kematian (Mardi Rukun), dan karang taruna. Anggota keempat lembaga resmi desa itu terdiri dari warga desa terkait. Anggota kelompok tani adalah warga tani; PKK kaum ibu; rukum kematian ditentukan berdasarkan wilayah (RW); dan karang taruna pemuda-pemudi. Keanggotaan kesemua lembaga resmi desa tersebut tanpa membeda-bedakan agama. Dalam pelaksanaan program kegiatannya terjadi kerja sama dan berbaur antara warga/pemuda-pemudi Muslim dan Kristen (Sty, wawancara, Hdy dan Gi, 13/05, 15/05, dan 16/05/2015).

Lembaga resmi desa di Mojowarno, seperti kelompok tani, PKK (Dasa Wisma), rukun kematian (Mardi Rukun), dan karang taruna, merupakan modal sosial bridging antarumat dan utamanya antara umat Muslim dan Kristen,

Page 115: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 95

dan sekalius juga merupakan modal sosial lingking antara umat beragama dengan pemerintah desa.

b. Yayasan Bersama Pendidikan Kristen (YBPK)

Dulu anak-anak Mojowarno baik Kristen maupun Islam sekolah di YBPK. Oleh karena itu tidak jarang ada anak Muslim yang menunaikan shalat Jum’at dengan mengenakan kaos YBPK yang dalam logonya terdapat gambar salib. (Gi, wawancara, 16/05/2015). Termasuk Mjr pemuka agama Islam di Dusun Sidoluwih ketika sekolah SR (sekarang SD) juga di YBPK. Ia mengatakan dulu kalau hari Natal dia selalu berkunjung kepada teman-teman sekolahnya yang beragama Kristen. Demikian pula sebaliknya ketika Idul Fitri teman-temannya yang beragama Kristen juga berkunjung ke rumahnya (Mjr, wawancara, 17/05/2015). Camat Mojowarno juga alumni SMPK Mojowarno (Ss, wawancara, 17/05/2015).

Sekolah yang ada di bawah naungan YBPK ini selain merupakan modal sosial bonding bagi para siswa beragama Kristen, juga merupakan modal sosial bridging antara siswa-siswa beragama Kristen dan siswa-siswa yang beragama Islam yang sekolah di YBPK.

c. Rumah Sakit Kristen Mojowarno (RSKM)

Sekarang RSKM menerima karyawan beragama Islam (Tf dan Bs, wawancara, 13/05/2015). Gi menambahkan bahwa RSKM sekarang melayani BPJS, dan memiliki karyawan sekitar 300-400 orang, di antaranya beragama Islam (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Keberhasilan lobi yang dilakukan Kyai Hasyim ini telah menjadi salah satu kunci penyebab kerukunan antara umat Muslim dan Kristen (GKJW) di Mojowarno. Karena dengan diperolehnya hak garap sawah bengkok bagi kyai desa dan modin Kristen (sebagai sentral elit agama di desa), sumber kehidupan mereka tidak lagi bergantung kepada preBandel (dana umat). Sebaliknya jika kehidupan elit agama tergantung pada preBandel, maka umat sebagai SDM penghasil preBandel akan menjadi perebutan yang serius dan akhirnya akan menjadi sumber konflik. Yang demikian tidak terjadi di Mojowarno.

1. Relasi Asosiasional

a. Lembaga Resmi Desa

Dilihat dari empat lembaga resmi desa (yang peneliti peroleh informasinya) yaitu kelompok tani, PKK (Dasa Wisma), rukun kematian (Mardi Rukun), dan karang taruna. Anggota keempat lembaga resmi desa itu terdiri dari warga desa terkait. Anggota kelompok tani adalah warga tani; PKK kaum ibu; rukum kematian ditentukan berdasarkan wilayah (RW); dan karang taruna pemuda-pemudi. Keanggotaan kesemua lembaga resmi desa tersebut tanpa membeda-bedakan agama. Dalam pelaksanaan program kegiatannya terjadi kerja sama dan berbaur antara warga/pemuda-pemudi Muslim dan Kristen (Sty, wawancara, Hdy dan Gi, 13/05, 15/05, dan 16/05/2015).

Lembaga resmi desa di Mojowarno, seperti kelompok tani, PKK (Dasa Wisma), rukun kematian (Mardi Rukun), dan karang taruna, merupakan modal sosial bridging antarumat dan utamanya antara umat Muslim dan Kristen,

Page 116: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah96

Pasien RSKM terdiri dari 90% beragama Islam. Hal ini dapat dimaklumi, karena letak RSKM berada di tengah-tengah penduduk mayoritas Muslim. Oleh karena itu ada ulama yang memberikan saran agar pihak RSKM menyediakan tempat shalat (mushala) di dalam kompleks RSKM. Maksud saran tersebut adalah untuk memudahkan keluarga pasien yang beragama Islam yang menjaga pasien rawat inap dan yang membezuk melakukan shalat lima waktu. Atas saran tersebut pihak RSKM akan membangun mushala di dekat rumah sakit. Karena pihak RSKM merasa keberatan jika dibangun mushala di dalam komplek rumah sakit (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Berkenaan dengan dinamika kerukunan antarumat, RSKM sudah mengalami kemajuan dan sekarang sudah menjadi modal sosial bridging antara umat Kristen dan Muslim, dan keikutsertaan melayani BPJS menjadikan RSK sebagaikan modal sosial lingking dengan pemerintah.

d. Klub Olahraga

Di Mojowarno terdapat klub olah raga, yaitu bulu tangkis, sepak bola dan futsal. Klub olah raga sebagai organisasi civil society, tentu saja keanggotaannya terbuka untuk umum, tidak mengenal batas agama. Bahkan ruang lingkupnya juga tidak dibatasi wilayah desa maupun kecamatan, sehingga anggotanya ada yang berasal dari kecamatan lain, seperti Jogoroto dan Bareng. (Sty dan Hdy, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Klub olah raga ini merupakan modal sosial bridging bagi umat Islam dan Kristen.

Page 117: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 97

e. Organisasi Pemuda

1) Mawarno

Mawarno merupakan organisasi paguyuban dan media aspirasi pemuda/pemudi Mojowarno yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, kesenian dan terlibat dalam politik (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Mawarno dalam melaksanakan program kegiatan melibatkan KPMM (organisasi pemuda Muslim), KPPM (organisasi pemuda dan mahasiswa Kristen), Karang Taruna, Konsorsium Rakyat Jombang, Korsursium Pencak Silat (Str, wawancara, 17/05/2015).

Karena dalam melaksanakan kegiatan melibatkan organisasi pemuda Muslim dan organisasi pemuda dan mahasiswa Kristen, maka Mawarno merupakan modal sosial bridging pemuda Muslim dan Kristen.

2) Komunitas Pemuda Muslim Mojowarno (KPMM)

KPMM merupakan organisasi pemuda Muslim Mojowarno, di antara program-program kegiatannya, yaitu festival patrol yang tidak hanya diikuti oleh pemuda-pemuda Muslim saja tetapi juga diikuti oleh pemuda-pemuda dan anak-anak Kristen. (Str, wawancara, 20/05/2015).

Dengan demikian KPMM dengan program kegiatannya antara lain festival patrol, selain menjadi modal sosial bonding sesama pemuda Muslim juga menjadi modal sosial

Pasien RSKM terdiri dari 90% beragama Islam. Hal ini dapat dimaklumi, karena letak RSKM berada di tengah-tengah penduduk mayoritas Muslim. Oleh karena itu ada ulama yang memberikan saran agar pihak RSKM menyediakan tempat shalat (mushala) di dalam kompleks RSKM. Maksud saran tersebut adalah untuk memudahkan keluarga pasien yang beragama Islam yang menjaga pasien rawat inap dan yang membezuk melakukan shalat lima waktu. Atas saran tersebut pihak RSKM akan membangun mushala di dekat rumah sakit. Karena pihak RSKM merasa keberatan jika dibangun mushala di dalam komplek rumah sakit (Smm, wawancara, 21/05/2015).

Berkenaan dengan dinamika kerukunan antarumat, RSKM sudah mengalami kemajuan dan sekarang sudah menjadi modal sosial bridging antara umat Kristen dan Muslim, dan keikutsertaan melayani BPJS menjadikan RSK sebagaikan modal sosial lingking dengan pemerintah.

d. Klub Olahraga

Di Mojowarno terdapat klub olah raga, yaitu bulu tangkis, sepak bola dan futsal. Klub olah raga sebagai organisasi civil society, tentu saja keanggotaannya terbuka untuk umum, tidak mengenal batas agama. Bahkan ruang lingkupnya juga tidak dibatasi wilayah desa maupun kecamatan, sehingga anggotanya ada yang berasal dari kecamatan lain, seperti Jogoroto dan Bareng. (Sty dan Hdy, wawancara, 13/05 dan 15/05/2015).

Klub olah raga ini merupakan modal sosial bridging bagi umat Islam dan Kristen.

Page 118: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah98

bridging antara pemuda-pemuda dan anak-anak Muslim dan Kristen.

3) Komisi Pembinaan Pemuda Mahasiswa (KPPM)

KPPM sebagai organisasi pemuda dan mahasiswa GKJW meliputi 5 blok dan 1 ‘panthan’ (bakal gereja), yaitu: blok Mojowarno, Mojowangi, Mojojejer, Mojoroto, Mojodukuh dan panthan Mojotengah. KPPM merupakan modal sosial bonding sesama generasi muda Kristen.

Namun di luar kegiatan peribadatan dan upacara gereja, KPPM masih memiliki program kegiatan bakti sosial (baksos) membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu (tanpa memandang agama), menjalin hubungan dengan LSM (Setara Muda dan Gusdurian) meski belum serings. Maka KPPM juga merupakan modal sosial bridging antara umat Kristen dengan Islam, dengan catatan jika baksos yang dilakukan KPPM tidak dipandang sebagai misi terselubung oleh sebagian masyarakat Muslim.

2. Relasi Quotidian

a. Perayaan Hari Besar Nasioanal

Dalam merayakan hari kemerdekaan, terutama dalam acara malam renungan antara umat Islam dan Kristen berbaur (Tf, Bs, dan Hdy, wawancara, 13/03 dan 15/5/2015). Malam renungan hari kemerdekaan di Mojowarno telah menjadi modal sosial bridging bagi umat Muslim dan Kristen, dan sekaligus sebagai modal sosial lingking dengan pemerintah.

Page 119: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 99

b. Tradisi Desa

1) Bersih Desa

Dalam tradisi desa, misalnya tradisi bersih desa yang dipusatkan di balai desa, semua diberi kesempatan, dengan jadwal pada sore hari hingga jam 19.00 untuk umat Kristen dengan ritual dan do’a menurut agama Kristen; setelah jam 19.00 untuk umat Islam dengan ritual dan do’a menurut agama Islam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara makan bersama-sama (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Dengan demikian tradisi desa bersih desa ini merupakan modal sosial bridging antara umat Islam dan Kristen di Mojowarno dan modal sosial linking antara umat beragama dengan pemerintah desa.

2) Saya dan Rewang

Dalam kegitan saya (gotong royong membangun rumah) dan rewang (ikut serta membantu warga yang sedang melaksanakan hajatan) antara warga penganut agama Islam dan Kristen membaur (Sty dan Hdy, 13/05 dan 15/05/2015). Saya dan rewang merupakan modal sosial bridging antara warga Muslim dan Kristen.

3) Kenduri (Makan Bersama)

Keduri atau keduren (makan bersama) dalam acara slametan atau hajatan di Mojowarno atau umumnya orang Jawa adalah suatu kehormatan baik bagi yang menyediakan jamuan maupun bagi yang dijamu. Oleh karena itu Gi tidak mau memelihara anjing, ia khawatir saudara-saudaranya yang Muslim tidak mau datang ke

bridging antara pemuda-pemuda dan anak-anak Muslim dan Kristen.

3) Komisi Pembinaan Pemuda Mahasiswa (KPPM)

KPPM sebagai organisasi pemuda dan mahasiswa GKJW meliputi 5 blok dan 1 ‘panthan’ (bakal gereja), yaitu: blok Mojowarno, Mojowangi, Mojojejer, Mojoroto, Mojodukuh dan panthan Mojotengah. KPPM merupakan modal sosial bonding sesama generasi muda Kristen.

Namun di luar kegiatan peribadatan dan upacara gereja, KPPM masih memiliki program kegiatan bakti sosial (baksos) membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu (tanpa memandang agama), menjalin hubungan dengan LSM (Setara Muda dan Gusdurian) meski belum serings. Maka KPPM juga merupakan modal sosial bridging antara umat Kristen dengan Islam, dengan catatan jika baksos yang dilakukan KPPM tidak dipandang sebagai misi terselubung oleh sebagian masyarakat Muslim.

2. Relasi Quotidian

a. Perayaan Hari Besar Nasioanal

Dalam merayakan hari kemerdekaan, terutama dalam acara malam renungan antara umat Islam dan Kristen berbaur (Tf, Bs, dan Hdy, wawancara, 13/03 dan 15/5/2015). Malam renungan hari kemerdekaan di Mojowarno telah menjadi modal sosial bridging bagi umat Muslim dan Kristen, dan sekaligus sebagai modal sosial lingking dengan pemerintah.

Page 120: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah100

rumahnya apalagi makan dan minum di rumahnya (Gi, 16/05/15).

Informasi Hdy menguatkan bahwa di Mojowarno orang Kristen tidak banyak yang memelihara anjing. Karena orang-orang Islam biasa melihat-lihat keluarga Kristen yang memelihara anjing. Jika orang Islam diundang untuk makan bersama oleh keluarga Kristen yang memelihara anjing biasanya tidak mau datang. Dalam acara hajatan, siapapun yang mengadakan (Muslim atau Kristen) mengundang para tetangga tidak perduli apa agamanya (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Keduri atau makan bersama dalam hajatan selain merupakan modal sosial bonding umat seagama juga merupakan modal sosial bridging bagi Islam-Kristen.

4) Ritual Kematian

Dalam ritual kematian Islam, seperti pembacaan tahlil hari pertama hingga hari ke tujuh tidak ada undangan, tetapi tetangga atau masyarakat sekitar datang sendiri, tidak terkecuali yang beragama Kristen. Tetapi dalam ritual kematian hari ke-40, hari ke-100, pendak dan 1000 hari, shohibul hajat mengundang tetangga. Dalam hal ini ada shohibul hajat yang mengundang tetangga yang beragama Kristen. Meski dalam ritual kematian umat Kristen tidak ada yang mengundang tetangganya yang Muslim (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Dengan demikian ritual kematian Islam menjadi modal sosial bridging bagi umat Islam dan Kristen, tetapi ritual kematian Kristen hanya menjadi modal sosial bonding bagi sesama umat Kristen.

Page 121: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 101

c. Perayaan Hari Besar Keagamaan

1) Tradisi Idul Fitri

Dalam perayaan tradisi Idul Fitri, orang Kristen ikut merayakan dalam artian melakukan kunjungan kepada tetangga Muslim (Sty, wawancara, 13/03/2015). Pada malam takbiran banyak anak-anak dan pemuda Kristen yang ikut terlibat. Dulu waktu lebaran antar warga Muslim dan Kristen saling kunjung. Meski pada hari Natal tidak ada tradisi saling kunjung. (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Tradisi Idul Fitri, saling kunjung dan saling maaf-memaafkan (di luar ritual shalat Ied) di beberapa daerah telah menjadi tradisi masyarakat secara umum. Di Desa Temuwangi, Kecamatan Pedan, Kabupaten Kalten, Jawa Tengah, informan kami seorang guru SD beragama Hindu mengatakan bahwa tradisi Idul Fitri, saling kunjung dan saling memaafkan sudah menjadi tradisi Jawa, sehingga kami merasa ikut memiliki dan biasa melakukannya (Ahmad, 1991). Demikian pula di Mojowarno, salah seorang mualaf mengatakan, bahwa dulu sebelum dia masuk Islam, pada waktu Idul Fitri selalu menyedikan makanan (kue) bagi para tamu yang berkunjung ke rumahnya untuk saling maaf-memaafkan (Sgn, wawancara, 19/05/2015).

Oleh karena itu, tradisi Idul Fitri di Mojowarno, meliputi malam takbiran, tradisi saling kunjung dan saling memaafkan selain sebagai modal sosial bonding bagi sesama umat Muslim juga merupakan modal sosial bridging antara umat Muslim dan Kristen.

rumahnya apalagi makan dan minum di rumahnya (Gi, 16/05/15).

Informasi Hdy menguatkan bahwa di Mojowarno orang Kristen tidak banyak yang memelihara anjing. Karena orang-orang Islam biasa melihat-lihat keluarga Kristen yang memelihara anjing. Jika orang Islam diundang untuk makan bersama oleh keluarga Kristen yang memelihara anjing biasanya tidak mau datang. Dalam acara hajatan, siapapun yang mengadakan (Muslim atau Kristen) mengundang para tetangga tidak perduli apa agamanya (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Keduri atau makan bersama dalam hajatan selain merupakan modal sosial bonding umat seagama juga merupakan modal sosial bridging bagi Islam-Kristen.

4) Ritual Kematian

Dalam ritual kematian Islam, seperti pembacaan tahlil hari pertama hingga hari ke tujuh tidak ada undangan, tetapi tetangga atau masyarakat sekitar datang sendiri, tidak terkecuali yang beragama Kristen. Tetapi dalam ritual kematian hari ke-40, hari ke-100, pendak dan 1000 hari, shohibul hajat mengundang tetangga. Dalam hal ini ada shohibul hajat yang mengundang tetangga yang beragama Kristen. Meski dalam ritual kematian umat Kristen tidak ada yang mengundang tetangganya yang Muslim (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Dengan demikian ritual kematian Islam menjadi modal sosial bridging bagi umat Islam dan Kristen, tetapi ritual kematian Kristen hanya menjadi modal sosial bonding bagi sesama umat Kristen.

Page 122: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah102

2) Tradisi Natal

Pada waktu perayaan Natal, umat Kristen Mojowarno yang berada di perantauan banyak yang mudik, meski tidak sebanyak pada waktu perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh. Dalam perayaan Natal juga ada tradisi saling kunjung-mengunjung dan tidak terbatas bagi umat Kristen saja, tetapi sebagian umat Muslim ada juga yang ikut melakukannya.

Tradisi saling kunjung yang melibatkan sebagian umat Muslim ini ada sejak dulu. Informan kami yang pernah bersekolah di YBPK yang sekarang sudah berusia lanjut dan menjadi pemuka Islam mengatakan, bahwa kami bersama teman-teman Muslim sudah biasa berkunjung ke rumah teman-teman yang beragama Kristen pada waktu perayaan Natal. Demikian pula sebaliknya pada waktu perayaan Idul Fitri teman-teman Kristen melakukan hal yang sama.

Tradisi pulang kampung bagi umat Kristen pada waktu perayaan Natal merupakan modal sosial bonding sesama Kristen. Sedangkan tradisi saling kunjung yang juga dilakukan oleh sebagian umat Muslim merupakan modal sosial bridging bagi umat Kristen dan Muslim.

d. Tradisi GKJW

1) Kebetan dan Keleman

Warga yang menyelenggarakan upacara kebetan (turun tanam) sudah biasa mengundang tetangga tanpa melihat latar belakang agama. Jika yang menyelenggarakan warga Muslim do’anya menurut agama Islam, undangan dari

Page 123: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 103

kalangan Kristen diam; sebaliknya jika yang menyelenggarakan warga Kristen do’anya menurut agama Kristen dan undangan dari kalangan Islam diam. Dulu ada yang menyelenggarakan secara bersama-sama di sawah, dengan do’a secara bergantian. Tapi kebetan bersama di sawah sekarang sudah jarang dilakukan (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Selain tradisi kebetan juga ada tradisi keleman (upacara tasyakuran pada waktu padi mulai beranak). Pelaksanaan tradisi keleman sama dengan kebeten biasa mengundang tetangga meski berbeda agama (Setiyo, wawancara, 13/05/2015).

Tradisi kebetan dan keleman yang dilestarikan GKJW menjadi modal sosial bonding sesama warga GKJW dan modal sosial bridging antara umat Kristen dan Islam.

2) Riyaya Undhuh-undhuh

Pada waktu diselenggarakan Riyaya Undhuh-undhuh umat Kristen Mojowarno yang ada di perantauan, banyak yang mudik, sehingga upacara tradisional ini maraknya melebihi hari Natal. (Gi, Kb, dan Stk, wawancara, 16/5, 18/5, dan 19/5/2015).

Dalam pelaksanaan dari H-3 ada pertandingan olah raga, bola voli dan catur yang terbuka untuk umum; pembuatan ‘bangunan’, malam kesenian, keberadaan stand-stand dan para pedagang banyak melibatkan umat lain. Para pengunjungnya masyarakat umum dan banyak pula pengunjung perempuan yang mengenakan pakaian Muslimah.

2) Tradisi Natal

Pada waktu perayaan Natal, umat Kristen Mojowarno yang berada di perantauan banyak yang mudik, meski tidak sebanyak pada waktu perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh. Dalam perayaan Natal juga ada tradisi saling kunjung-mengunjung dan tidak terbatas bagi umat Kristen saja, tetapi sebagian umat Muslim ada juga yang ikut melakukannya.

Tradisi saling kunjung yang melibatkan sebagian umat Muslim ini ada sejak dulu. Informan kami yang pernah bersekolah di YBPK yang sekarang sudah berusia lanjut dan menjadi pemuka Islam mengatakan, bahwa kami bersama teman-teman Muslim sudah biasa berkunjung ke rumah teman-teman yang beragama Kristen pada waktu perayaan Natal. Demikian pula sebaliknya pada waktu perayaan Idul Fitri teman-teman Kristen melakukan hal yang sama.

Tradisi pulang kampung bagi umat Kristen pada waktu perayaan Natal merupakan modal sosial bonding sesama Kristen. Sedangkan tradisi saling kunjung yang juga dilakukan oleh sebagian umat Muslim merupakan modal sosial bridging bagi umat Kristen dan Muslim.

d. Tradisi GKJW

1) Kebetan dan Keleman

Warga yang menyelenggarakan upacara kebetan (turun tanam) sudah biasa mengundang tetangga tanpa melihat latar belakang agama. Jika yang menyelenggarakan warga Muslim do’anya menurut agama Islam, undangan dari

Page 124: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah104

Selain itu, Riyaya Undhuh-Undhuh ini telah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang dan pada waktu malam pagelaran wayang kulit (Riyaya Undhuh-Undhuh tahun 2015) dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur.

Dengan kembalinya umat Kristen dari perantauan agar bisa berpartisipasi dalam acara Riyaya Undhuh-Undhuh, maka Riyaya Undhuh-Undhuh ini merupakan modal sosial bonding bagi jemaat GKJW. Demikian pula, jika dilihat dalam pelaksanaan dari ‘H-4’ ada pertandingan oleh raga, bola voli dan catur yang terbuka untuk umum, dan pembuatan ‘bangunan’ yang melibatkan pemuda-pemuda Muslim; Pada hari ‘H-1’ diadakan malam kesenian banyak grup kesenian dari umat lain yang ikut berpartisipasi: dan pada hari ‘H’ dari acara karnaval pada pagi hari banyak melibatkan tenaga dan pemusik dari umat lain, serta pada acara puncak keberadaan stand-stand dan para pedagang juga banyak melibatkan umat lain, demikian para pengunjungnya dapat dipastikan kebanyakan umat Muslim, karena mayoritas penduduk Mojowarno beragama Islam. Sehingga Riyaya Undhuh-Undhuh ini juga merupakan modal sosial bridging antara umat GKJW dengan umat lain, terutama umat Islam.

Selain itu karena upacara Riyaya Undhuh-Undhuh ini telah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang dan pada waktu malam pagelaran wayang kulit dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur, dengan demikian upacara tradisional ini juga berfungsi sebagai modal sosial linking antara umat Kristen dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur.

Page 125: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 105

e. Anak-Anak Bermain Bersama

Anak-anak bermain bersama, tidak ada batasan, berbaur antara anak-anak Muslim dengan anak-anak Kristen. Jika waktunya mengaji masuk TPQ, anak-anak Muslim sadar sendiri, kemudian pulang dan mandi, siap-siap pergi ke TPQ. Demikian pula anak-anak muda Muslim biasa berolah raga dekat gereja dan berbaur dengan temannya yang beragama Kristen (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Bermain bersama merupakan modal sosial bridging bagi anak-anak/para pemuda Muslim dan Kristen.

f. Dalam Hubungan Kawin-mawin

Jika terjadi kawin lintas kelompok agama, yang kemudian menimbulkan konversi agama dari salah satu calon pasangan tidak berpengaruh terhadap relasi antarkeluarga (Hdy, 15/05/2015).

Gi 15 bersaudara, hanya dia sendiri yang masuk GKJW, ketika dia berusia 24 tahun. Meski demikian tidak ada perubahan sikap dari saudara-saudaranya. Bahkan ketika saudara-saudaranya, kakak-kakaknya sekalipun, jika akan melamarkan anaknya, hampir selalu minta tolong kepadanya untuk menjadi juru bicara (Gi, wawancara, 16/05/2015).

Hubungan kawin-mawin dari calon yang semula berbeda agama, kemudian mengakibatkan terjadinya konversi agama, untuk beberapa kasus bisa dengan cepat menjadi modal sosial bridging antara dua keluarga yang berbeda agama (Islam-Kristen). Sedangkan untuk beberapa kasus lainnya, menunggu beberapa waktu. Biasanya hubungan dua keluarga berbeda agama itu akan mencair

Selain itu, Riyaya Undhuh-Undhuh ini telah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang dan pada waktu malam pagelaran wayang kulit (Riyaya Undhuh-Undhuh tahun 2015) dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur.

Dengan kembalinya umat Kristen dari perantauan agar bisa berpartisipasi dalam acara Riyaya Undhuh-Undhuh, maka Riyaya Undhuh-Undhuh ini merupakan modal sosial bonding bagi jemaat GKJW. Demikian pula, jika dilihat dalam pelaksanaan dari ‘H-4’ ada pertandingan oleh raga, bola voli dan catur yang terbuka untuk umum, dan pembuatan ‘bangunan’ yang melibatkan pemuda-pemuda Muslim; Pada hari ‘H-1’ diadakan malam kesenian banyak grup kesenian dari umat lain yang ikut berpartisipasi: dan pada hari ‘H’ dari acara karnaval pada pagi hari banyak melibatkan tenaga dan pemusik dari umat lain, serta pada acara puncak keberadaan stand-stand dan para pedagang juga banyak melibatkan umat lain, demikian para pengunjungnya dapat dipastikan kebanyakan umat Muslim, karena mayoritas penduduk Mojowarno beragama Islam. Sehingga Riyaya Undhuh-Undhuh ini juga merupakan modal sosial bridging antara umat GKJW dengan umat lain, terutama umat Islam.

Selain itu karena upacara Riyaya Undhuh-Undhuh ini telah menjadi agenda pariwisata Kabupaten Jombang dan pada waktu malam pagelaran wayang kulit dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur, dengan demikian upacara tradisional ini juga berfungsi sebagai modal sosial linking antara umat Kristen dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur.

Page 126: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah106

setelah lahirnya seorang cucu, atau anak dari pasangan yang melakukan konversi agama. Sehingga pada akhirnya konversi agama melalui perkawinan akan menjadi modal sosial bridging antara dua keluarga yang berbeda agama (Muslim dan Kristen).

Page 127: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 107

KONDISI MASING-MASING KELOMPOK

DENGAN ADANYA RELASI

Secara Biologis Mampu Bertahan dan Berkembang

Dulu %tase penduduk Kristen Mojowarno lebih banyak dibandingkan dengan penduduk Muslim. Tetapi sekarang penduduk Muslim jauh lebih banyak (96,47%), dibandingkan penduduk Kristen (3, 51%). Hal ini disebabkan karena umat Kristen tumbuh cenderung secara alami, sementara umat Islam cenderung tumbuh karena banyaknya arus pendatang di Mojowarno. Semakin menurunnya %tase penduduk Kristen juga disebabkan generasi muda Kristen banyak yang keluar dari Mojowarno untuk mencari kerja, mereka banyak yang bekerja di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Jakarta. Apalagi jika orang tua mereka sudah tidak ada, mereka banyak yang tidak pulang kembali ke kampung halaman, kecuali pada hari Natal dan Riyaya Undhuh-Undhuh. Meski demikian jumlah jemaat GKJW semakin betambah (Gi, wawancara, 16/05/2015). Faktanya meskipun %tasenya menurun, tapi jumlah umat Kristen terus bertambah. Sehingga tidak perlu ada kecemasan yang berlebihan, karena yang demikian akan membuat opsi negatif (Hd, wawancara, 19/05/2015).

Upaya bertahan dan berkembang di kalangan Muslim sudah dibina sejak jaman dahulu. KH Hasyim Asyari mempunyai program melayani umat dengan mengutus santri (murid)-nya KH Ihsan ke Mojowarno dan menitipkannya kepada kepala desa, supaya dijamin kehidupannya dengan

setelah lahirnya seorang cucu, atau anak dari pasangan yang melakukan konversi agama. Sehingga pada akhirnya konversi agama melalui perkawinan akan menjadi modal sosial bridging antara dua keluarga yang berbeda agama (Muslim dan Kristen).

Page 128: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah108

diberikan bengkok (tanah garapan) seperti layaknya pamong desa.

Setelah KH Ihsan meninggal, kemudian tugas beliau diteruskan oleh keturunannya, yaitu Muhammad Anas (anak), Masrukan (cucu), KH Abdul Bari (anak) dan sekarang Arifin Hidayat (cucu). Meskipun untuk yang sekarang belum resmi, belum melalui proses pemilihan dan penetapan dari desa (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Hingga sekarang jabatan kyai desa ini tetap diberi bengkok oleh Pemerintah Desa Mojowarno (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Demikian juga pada komunitas GKJW bisa terus berkembang jumlahnya, karena pada komunitas GKJW juga terdapat pinisepuh atau modin Kristen yang mendapat hak garap sawah bengkok seperti kyai desa dan pamong. Dengan adanya jaminan kehidupan ini, modin Kristen bisa membimbing umat GKJW Mojowarno di samping di GKJW juga terdapat seorang pendeta.

Mempunyai Nilai Budaya dan Sadar akan Kebersamaan Secara Internal

Pada komunitas Muslim, kaum bapak memiliki kegiatan tahlil rutin, di setiap RW terdapat kelompok tahlil dengan jadwal yang berbeda-beda; Kaum ibu juga memiliki kelompok tahlil sendiri; Di kalangan pemuda ada kelompok baca barzanji, demikian pula di kalangan remaja putri (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Bagi anak-anak Muslim sarana pendidikan agama luar sekolah yang cukup. Di Mojowarno terdapat Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dengan jumlah yang cukup memadai. Dalam setiap RW terdapat TPQ, ada

Page 129: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 109

banyak RW yang memiliki TPQ lebih dari satu, bahkan sampai empat (lihat Sty, wawancara, 15/05/2015).

Di Dusun Sidoluwih Mojowarno, banyak jamiyah istighosah dan tahlil bagi kalangan orang-orang tua dan pemuda; sedangkan untuk kalangan pemuda pemudi ada perkumpulan banjari, kesenian Islam dengan mengunakan peralatan seperti rebana (Slch, wawancara, 17/05/2015). Kesenian untuk identitas Islam antara lain kesenian banjari dan ishari (terbangan), diba’iyah (untuk pemudi Muslim), Sintud Duror berisi sejarah Nabi, yang dinyanyikan diiringi musik banjari (Slch, wawancara, 17/05/2015).

Anak-anak Muslim dari kecil dibentengi dengan diberi pelajaran aqidah dan syariah sekuat mungkin, supaya tidak terpengaruh oleh ajaran agama lain (Hdy, wawancara, 15/05/2015).

Di Kristen ada ibadat kelompok (kebaktian keliling) dari rumah ke rumah, untuk menentukan tempat kegiatan ini bersamaan dengan kegiatan arisan (Sty dan Gi, wawancara, 13/05 dan 16//2015). Di RSKM juga terdapat kegiatan keagamaan, seperti menyanyikan lagu-lagu rohani.

Membentuk Jaringan Komunikasi dan Interaksi Sendiri

Keberadaan KPMM sebagai wadah kreatifitas pemuda Muslim Mojowarno, meski mengalami dinamika pasang-surut. Tetapi hingga sekarang KPMM masih eksis dan masih memiliki program kegiatan rutin, antara lain, mengadakan kegiatan festival patrol. (Str, wawancara, 17/05/2015).

Di GKJW ada Pengurus Harian Majelis Jemaat (PMHJ), GKJW Mojowarno membawahi beberapa jemaat (4 desa),

diberikan bengkok (tanah garapan) seperti layaknya pamong desa.

Setelah KH Ihsan meninggal, kemudian tugas beliau diteruskan oleh keturunannya, yaitu Muhammad Anas (anak), Masrukan (cucu), KH Abdul Bari (anak) dan sekarang Arifin Hidayat (cucu). Meskipun untuk yang sekarang belum resmi, belum melalui proses pemilihan dan penetapan dari desa (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Hingga sekarang jabatan kyai desa ini tetap diberi bengkok oleh Pemerintah Desa Mojowarno (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Demikian juga pada komunitas GKJW bisa terus berkembang jumlahnya, karena pada komunitas GKJW juga terdapat pinisepuh atau modin Kristen yang mendapat hak garap sawah bengkok seperti kyai desa dan pamong. Dengan adanya jaminan kehidupan ini, modin Kristen bisa membimbing umat GKJW Mojowarno di samping di GKJW juga terdapat seorang pendeta.

Mempunyai Nilai Budaya dan Sadar akan Kebersamaan Secara Internal

Pada komunitas Muslim, kaum bapak memiliki kegiatan tahlil rutin, di setiap RW terdapat kelompok tahlil dengan jadwal yang berbeda-beda; Kaum ibu juga memiliki kelompok tahlil sendiri; Di kalangan pemuda ada kelompok baca barzanji, demikian pula di kalangan remaja putri (Hdy, wawancara, 15/05/2015). Bagi anak-anak Muslim sarana pendidikan agama luar sekolah yang cukup. Di Mojowarno terdapat Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dengan jumlah yang cukup memadai. Dalam setiap RW terdapat TPQ, ada

Page 130: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah110

yaitu: Mojowangi, Mojojajar, Mojoroto, Mojodukuh, dan Mojotengah (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Jaringan komunikasi dan interaksi internal kelompok di kalangan anak-anak muda GKJW antara lain KPPM yang merupakan organisasi kepemudaan underbow GKJW Mojowarno. Kegiatan yang dilakukan meliputi peribadatan, upacara gereja, bakti sosial (baksos) membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu, menjalin hubungan dengan LSM (Setara Muda dan Gusdurian) meski belum serings. Selain itu KPPM juga mengelola parkir di RSKM (Knt, wawancara, 18/05/2014).

Membentuk Ciri Kelompok Sendiri

Meskipun relasi antara komunitas Muslim dengan komunitas Kristen dari anak-anak hingga orang lanjut usia sedemikian sering, tapi tidak menjadikan dua komunitas ini lebur sehingga tidak tampak ciri masing-masing. Pada masing-masing komunitas masih menunjukan ciri-ciri baik secara fisik maupun non fisik. Dalam komunitas Muslim secara fisik masih kental adanya simbol-simbol keislaman, seperti pakaian Muslim, bagi laki-laki memakai songkok, baik songkok hitam (yang telah menjadi songkok nasional), songkok haji, baju koko, dan sarung. Bagi perempuan masih banyak dan cenderung semakin banyak yang mengenakan pakaian Muslimah. Bahkan ketika mereka mengunjungi bazar di halaman Gereja GKJW tetap taat mengenakan baju yang menutup aurat, baju Muslimah. Ciri fisik lainnya, banyak rumah-rumah kaum Muslimin yang memajang hiasan-hiasan Islami, berupa kaligrafi ayat-ayat Al Quran, foto-foto masjid dan Masjidil Haram. Ciri non fisik, ziarah kubur, dan kalimah-

Page 131: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 111

kalimah thayibah yang menjadi ucapan spontanitas jika menghadapi sesuatu, seperti subhanallah, alhamdulillah, dan Allahu Akbar, serta mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raajiuun ketika mendengar berita duka cita; Demikian pula pada komunitas GKJW, di rumah-rumah mereka terdapat simbol-simbol Kristen, seperti salib, dan foto atau gambar Yesus. Simbol-simbol Kristen ini tampak jelas dalam karnaval mengusung bangunan dalam perayaan Riyaya Undhuh-Undhuh. Ciri non fisik, yang masih kental berupa uncapan spontanitas Haleluya dan puji Tuhan.

yaitu: Mojowangi, Mojojajar, Mojoroto, Mojodukuh, dan Mojotengah (Sty, wawancara, 13/05/2015).

Jaringan komunikasi dan interaksi internal kelompok di kalangan anak-anak muda GKJW antara lain KPPM yang merupakan organisasi kepemudaan underbow GKJW Mojowarno. Kegiatan yang dilakukan meliputi peribadatan, upacara gereja, bakti sosial (baksos) membagi-bagikan sembako kepada warga tidak mampu, menjalin hubungan dengan LSM (Setara Muda dan Gusdurian) meski belum serings. Selain itu KPPM juga mengelola parkir di RSKM (Knt, wawancara, 18/05/2014).

Membentuk Ciri Kelompok Sendiri

Meskipun relasi antara komunitas Muslim dengan komunitas Kristen dari anak-anak hingga orang lanjut usia sedemikian sering, tapi tidak menjadikan dua komunitas ini lebur sehingga tidak tampak ciri masing-masing. Pada masing-masing komunitas masih menunjukan ciri-ciri baik secara fisik maupun non fisik. Dalam komunitas Muslim secara fisik masih kental adanya simbol-simbol keislaman, seperti pakaian Muslim, bagi laki-laki memakai songkok, baik songkok hitam (yang telah menjadi songkok nasional), songkok haji, baju koko, dan sarung. Bagi perempuan masih banyak dan cenderung semakin banyak yang mengenakan pakaian Muslimah. Bahkan ketika mereka mengunjungi bazar di halaman Gereja GKJW tetap taat mengenakan baju yang menutup aurat, baju Muslimah. Ciri fisik lainnya, banyak rumah-rumah kaum Muslimin yang memajang hiasan-hiasan Islami, berupa kaligrafi ayat-ayat Al Quran, foto-foto masjid dan Masjidil Haram. Ciri non fisik, ziarah kubur, dan kalimah-

Page 132: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah112

PENUTUP

Kesimpulam

1. Yang menjadi acuan masyarakat Mojowarno dalam membangun relasi meliputi hukum formal, terutama yang berkaitan dengan kerukunan. Namun sebagai masyarakat desa yang awam, mereka tidak mementingkan bunyi fasal-fasalnya, kecuali hanya mengingat subsansinya; Kesepakatan sosial yang dibangun oleh KH Hasyim Asy’ari, dan kesepakatan saling menghormati; Nilai-nilai agama, mereka mengacu pada norma-norma agama masing-masing untuk saling menjaga dan melindungi; dan juga nilai budaya kearifan lokal dan nilai kebersamaan.

2. Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan yang merupakan modal sosial bonding, bridging, dan linking ada dalam pranata baik yang bersifat asosiasional, maupun quotidian dan hubungan kawin mawin, ini semua dapat terwujud karena ada trust antara penganut agama Islam dengan enclave Kristen dan demikian pula sebaliknya.

3. Kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi, dahulu jumlah umat Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi lebih besar dibandingkan dengan jumlah umat Islam. Tapi sekarang secara prosentasi berbalik. Karena umat Kristen tumbuh secara alami, sementara umat Islam berkembang pesat dengan semakin pesatnya jumlah pendatang. Namun demikian jumlah umat Kristen terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Kondisi ini diterima secara positif oleh kalangan Kristen yang sebenarnya juga tidak terlepas dari acuan nilai

Page 133: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 113

agama yang mereka fahami, dalam bahasa Islam “Masuk Islam adalah hidayah” dan dalam bahasa Kristen “konversi agama adalah karya Allah”.

Rekomendasi

1. Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok keagamaan di Mojowarno dalam membangun relasi yang dapat menciptakan kehidupan bersama secara harmonis hendaknya dapat dilestarikan dan dapat dijadikan model atau contoh bagi pemeliharaan kerukunan di daerah lain.

2. Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas dengan minoritas (enclave) yang terwujud melalui modal sosial bonding, bridging, dan linking dalam kehidupan baik yang bersifat asosiasional, quotidian maupun dalam hubungan kawin-mawin hendaknya juga dapat dipertahankan dan dijadikan contoh bagi masyarakat beragama di daerah lain.

3. Kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi, meskipun secara %tase umat Kristen menurun, tapi jumlah nominalnya selalu bertambah dari tahun ke tahun. Yang demikian disikapi secara positif oleh pemuka Kristen yang sebenarnya juga tidak terlepas dari nilai agama yang mereka pegangi, dalam bahasa Islam “masuk Islam adalah hidayah” dan dalam bahasa Kristen “konversi agama adalah karya Allah”. Hal ini patut dikontoh oleh umat manapun di negeri ini agar tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat mengganggu kerukunan.

PENUTUP

Kesimpulam

1. Yang menjadi acuan masyarakat Mojowarno dalam membangun relasi meliputi hukum formal, terutama yang berkaitan dengan kerukunan. Namun sebagai masyarakat desa yang awam, mereka tidak mementingkan bunyi fasal-fasalnya, kecuali hanya mengingat subsansinya; Kesepakatan sosial yang dibangun oleh KH Hasyim Asy’ari, dan kesepakatan saling menghormati; Nilai-nilai agama, mereka mengacu pada norma-norma agama masing-masing untuk saling menjaga dan melindungi; dan juga nilai budaya kearifan lokal dan nilai kebersamaan.

2. Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan yang merupakan modal sosial bonding, bridging, dan linking ada dalam pranata baik yang bersifat asosiasional, maupun quotidian dan hubungan kawin mawin, ini semua dapat terwujud karena ada trust antara penganut agama Islam dengan enclave Kristen dan demikian pula sebaliknya.

3. Kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi, dahulu jumlah umat Kristen di Desa Mojowarno dan Mojowangi lebih besar dibandingkan dengan jumlah umat Islam. Tapi sekarang secara prosentasi berbalik. Karena umat Kristen tumbuh secara alami, sementara umat Islam berkembang pesat dengan semakin pesatnya jumlah pendatang. Namun demikian jumlah umat Kristen terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Kondisi ini diterima secara positif oleh kalangan Kristen yang sebenarnya juga tidak terlepas dari acuan nilai

Page 134: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah114

BAHAN BACAAN

Pustaka:

Ahmad, Haidlor Ali, 8000, “Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Di Pondok Pesantren, Studi Kasus di PP Al Khoiriyah Seblak Jombang Jawa Timur”, Penamas. Jakarta.

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press.

Daulay, Richard M., 2015, Agama dan Politik di Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia,.

Hayat, Bahrul, Ph.D., 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri.

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kecamatan Mojowarno, Kajian Sosial Budaya dan Politik Kecamatan Mojowarno Tahun 2014.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: CV Rajawali.

Serat Ngulati Toyo Wening, 2 Maret 1928.

Sunoto, Heru, 2014. Modal Sosial: Definisi, Konsep-konsep Utama dari Pemikiran Modal Sosial, dan Analisis terhadap Masalah

Page 135: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 115

Kemasyarakatan. Bandung, Program Pascasarjana Spesialis -1 Pekerjaan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS).

Tim Pencatat Sejarah GKJW Mojowarno, 2011, Sejarah Riyaya Undhuh-Undhuh Jemaat Mojowarno. GKJW Jemaat Mojowarno.

Tosari, Kiyai Paulus, 1927, Rasa Sejati. Bandung: A.C. Nix & Co.

Varshney, Ashutosh, 2009. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama.

Wahjono, R. Hadi, 2006, Bau Aris R. Karolus Wiryoguno Penerima Ilmu ´Musqab Gaib’. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen.

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008.

Internet:

agama.kompasiana.com/kyai-sadrach-dari-pesantren-menuju-gereja-3.26 Desember 2010, (diunduh, 27/05/2015).

Garjito, Puspo, Paulus Tosar (Suatu Studi Historis-Teologis terhadap Pola Pekabarab Injil Paulus Tosari dan Peranannya bagi Perkembangan Gereja Kristen Jawi Wetan). (diunduh, 27/05/2015).

https://febrina.wordpress.com/kiai-sadrach-sketsa-kelam-perjumpaan-tradisi-jawa-dengan -kristen-kolonial (diunduh, 27/05/2015).

BAHAN BACAAN

Pustaka:

Ahmad, Haidlor Ali, 8000, “Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Di Pondok Pesantren, Studi Kasus di PP Al Khoiriyah Seblak Jombang Jawa Timur”, Penamas. Jakarta.

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press.

Daulay, Richard M., 2015, Agama dan Politik di Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia,.

Hayat, Bahrul, Ph.D., 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri.

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kecamatan Mojowarno, Kajian Sosial Budaya dan Politik Kecamatan Mojowarno Tahun 2014.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: CV Rajawali.

Serat Ngulati Toyo Wening, 2 Maret 1928.

Sunoto, Heru, 2014. Modal Sosial: Definisi, Konsep-konsep Utama dari Pemikiran Modal Sosial, dan Analisis terhadap Masalah

Page 136: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah116

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kiai_Ibrahim_Tunggul_Wulung&oldid=7741165 (diunduh, 27/05/2015).

https:/alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/20/modal-sosial-dan-pembangunan-ekonomi-regional/Posted by aliwear ⋅ 20 Mei 2012 (diunduh, 11/06/2015: 15.32).

id.wikipedia.org/wiki/Paulus_Tosari. (diunduh, 27/05/ 2015).

id,wikipedia.org/wiki/Kiai_Sadrach (diunduh, 27/05/ 2015).

Isnaeni, Hendri F., Rasa Sejati Paulus Tosari. historia.id (diunduh, 27/05/2015).

Prasasti, Shinta Dwi. Conrad Laurens Coolen, Tokoh Pembentuk Komunitas Kristen Pertama di Ngoro, Jawa Timur. Blog Prasasti Shinta (diunduh, 27/05/2015).

Pusaka, Pandu, Benarkah Topomini “Mojo”Selalu Terkait dengan Wilwatikta. 20 Juli 2011 (diunduh, 27/05/2015).

Rokhani, SP.,M.Si. http://www.slideshare.net/vanyaluph/ modal-sosial-dalam-pemberdayaan-masyarakat. (diunduh, 12/05/2015: 09.14).

Ronata, Devi, Tokoh Lokal Penyebar Injil di Jawa (Paulus Tosari), 26 Desember 2013, (diunduh 27/05/2015).

Widagdo, Handoko, Pekabaran Injil di Jawa, 25 Desember 2010. Baltyra.com (diunduh, 27/05/ 2015).

Widiandono, Do’an, ‘GKJW Mojowarno Masih Simpan Alkitab Berhuruf Jawa, Jawa Pos, 23 Desember 2003. Posted by Patunggilan Ingkang Nyawiji, 22 April 2005 (diunduh, 27/05/2015).

www.voa-Islam.com/.../ibrah-dari-pembantaian-6000-ulama-pemurtadan.(diunduh, 27/05/2015)

Page 137: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 117

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/10/13/80723/warga-sesalkan-isu-tobadak-berkembang-liar-desak-pemerintah-turut-tangan.html

Dokumen:

Booklet Undhuh-Undhuh GKJW Mojowarno Tahun 2015.

Tata Panembah Riyadin Undhuh-unduh GKJW Mojowarno, 17 Mei 2015.

-o0o-

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kiai_Ibrahim_Tunggul_Wulung&oldid=7741165 (diunduh, 27/05/2015).

https:/alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/20/modal-sosial-dan-pembangunan-ekonomi-regional/Posted by aliwear ⋅ 20 Mei 2012 (diunduh, 11/06/2015: 15.32).

id.wikipedia.org/wiki/Paulus_Tosari. (diunduh, 27/05/ 2015).

id,wikipedia.org/wiki/Kiai_Sadrach (diunduh, 27/05/ 2015).

Isnaeni, Hendri F., Rasa Sejati Paulus Tosari. historia.id (diunduh, 27/05/2015).

Prasasti, Shinta Dwi. Conrad Laurens Coolen, Tokoh Pembentuk Komunitas Kristen Pertama di Ngoro, Jawa Timur. Blog Prasasti Shinta (diunduh, 27/05/2015).

Pusaka, Pandu, Benarkah Topomini “Mojo”Selalu Terkait dengan Wilwatikta. 20 Juli 2011 (diunduh, 27/05/2015).

Rokhani, SP.,M.Si. http://www.slideshare.net/vanyaluph/ modal-sosial-dalam-pemberdayaan-masyarakat. (diunduh, 12/05/2015: 09.14).

Ronata, Devi, Tokoh Lokal Penyebar Injil di Jawa (Paulus Tosari), 26 Desember 2013, (diunduh 27/05/2015).

Widagdo, Handoko, Pekabaran Injil di Jawa, 25 Desember 2010. Baltyra.com (diunduh, 27/05/ 2015).

Widiandono, Do’an, ‘GKJW Mojowarno Masih Simpan Alkitab Berhuruf Jawa, Jawa Pos, 23 Desember 2003. Posted by Patunggilan Ingkang Nyawiji, 22 April 2005 (diunduh, 27/05/2015).

www.voa-Islam.com/.../ibrah-dari-pembantaian-6000-ulama-pemurtadan.(diunduh, 27/05/2015)

Page 138: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah118

Page 139: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 119

BERAYUN DI ATAS JEMBATAN ADAT, PENYELAMAT BENTURAN ANTARUMAT:

RELASI ANTARUMAT BERAGAMA DI SIANTAR, SUMATERA UTARA

Oleh: M. Zainuddin Daulay

KEMENTERIAN AGAMA RI

BADAN LITBANG DAN DIKLAT PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN

TAHUN 2016

Page 140: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah120

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Siantar adalah sebuah kota di Sumatera Utara yang memiliki kemajemukan agama, budaya, tradisi, suku, dan lainnya. Kota Siantar, dahulu asalnya adalah salah satu kerajaan tertua di daerah simalungun dan sudah lama berpenduduk majemuk. Menurut sejarahnya, Siantar memiliki sejarah kemajemukan agama yang unik. Yaitu awalnya daerah ini homogen, raja-raja dan penduduk masih belum beragama atau menganut animisme. Dari sisi etnis, cikal-bakal kerajaan Siantar, yaitu Kerajaan Nagur, sekitar tahun 500-an, rajanya bermarga Damanik. Sementara marga-marga Simalungun lainnya, diperkirakan baru berkembang di wilayah ini abad VIII , pada zaman raja Nauwaluh.

Pada masa pemerintahan raja Sang Nauwaluh sebagai raja yang ke XIV, kerajaan Siantar berkembang sedemikian rupa, perdagangan demikian pesat di daerah pesisir Timur. Masyarakat waktu itu berdatangan dari berbagai penjuru, pedagang/pelaut dari barat maupun pedagang dari Timur, seperti India, Persia, Spanyol, Cina, Jepang, dan lain-lain. Kemajuan kerajaan Siantar bukan hanya mengundang daya tarik dari luar, dari dalam negeri sendiri, Toba, Melayu, Mandailing berdatangan sehingga penduduk Siantar manjadi heterogen. Sudah barang tentu kondisi ini membawa iklim baru terhadap keadaan penduduk. Terutama semenjak Raja Sang Nauwaluh memeluk agama Islam pada tahun 1901. Meskipun raja telah memeluk Islam, dalam menjalankan pemerintahannya ia menganjurkan kepada

Page 141: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 121

petugas agama Islam, agar tidak memaksakan rakyat untuk memeluk suatu agama. Kepada rakyat diberi kebebasan untuk meneliti suatu agama, memilih dan menganut suatu agama yang diyakininya. Raja membimbing rakyat dengan menanamkan ajaran yang benar, norma-norma yang baik penuh dengan kebijksanaan, demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat sekaligus menanamkan pencegahan perluasan pengaruh Kolonial Belanda.

Raja Sang Nauwaluh mengembangkan Islam dengan kepribadiannya yang menarik, bukan dengan kekerasan, akan tetapi berdasarkan sikap yang lemah lembut dan bijaksana. Dengan cara itu penyebaran agama Islam di Simalungun berkembang pesat. Selain di Siantar, pengembangan/penyebar luasan ajaran Islam terjadi di daerah Simalungun lainnya, di daerah perbatasan dengan Melayu, daerah Batu Bara, Tanjung Kasau, dan Negeri Bandar. Ditinjau dari sisi kehidupan sosial, saat itu tidak ada gejolak, kota ini terbilang aman, nyaman dan tertib, masyarakat berasal dari berbagai lapisan sosial dan agama, namun hidup berdampingan dalam damai.

Mendengar raja Sang Nauwaluh memeluk Islam dan perkembangan Islam makin pesat, Pemerintah Kolonial Belanda dengan terang-terangan marah dan mengambil langkah menghambat perkembangan atau penyiaran Islam di daerah Simalungun, karena penyiaran agama Islam dipandang membangkitkan semangat nasionalisme. Asisiten Residen Simalungun dan Tanah Karo membuat laporan tentang situasi di Simalungun waktu itu: “........De bevolking is nog bijna geheel heidensch doch in de aan de Maleische lande grenzende streken heeft de Islam reeds vasten voet gekregen en breidt zijn invloed langzaam maar uit....” Artinya: Penduduk hampir semua masih belum beragama, tetapi didekat negeri-negeri

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Siantar adalah sebuah kota di Sumatera Utara yang memiliki kemajemukan agama, budaya, tradisi, suku, dan lainnya. Kota Siantar, dahulu asalnya adalah salah satu kerajaan tertua di daerah simalungun dan sudah lama berpenduduk majemuk. Menurut sejarahnya, Siantar memiliki sejarah kemajemukan agama yang unik. Yaitu awalnya daerah ini homogen, raja-raja dan penduduk masih belum beragama atau menganut animisme. Dari sisi etnis, cikal-bakal kerajaan Siantar, yaitu Kerajaan Nagur, sekitar tahun 500-an, rajanya bermarga Damanik. Sementara marga-marga Simalungun lainnya, diperkirakan baru berkembang di wilayah ini abad VIII , pada zaman raja Nauwaluh.

Pada masa pemerintahan raja Sang Nauwaluh sebagai raja yang ke XIV, kerajaan Siantar berkembang sedemikian rupa, perdagangan demikian pesat di daerah pesisir Timur. Masyarakat waktu itu berdatangan dari berbagai penjuru, pedagang/pelaut dari barat maupun pedagang dari Timur, seperti India, Persia, Spanyol, Cina, Jepang, dan lain-lain. Kemajuan kerajaan Siantar bukan hanya mengundang daya tarik dari luar, dari dalam negeri sendiri, Toba, Melayu, Mandailing berdatangan sehingga penduduk Siantar manjadi heterogen. Sudah barang tentu kondisi ini membawa iklim baru terhadap keadaan penduduk. Terutama semenjak Raja Sang Nauwaluh memeluk agama Islam pada tahun 1901. Meskipun raja telah memeluk Islam, dalam menjalankan pemerintahannya ia menganjurkan kepada

Page 142: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah122

Melayu (Siantar) agama Islam sudah dapat tempat berpijak dan memperbesar pengaruhnya secara pelan tetapi dengan langkah yang pasti. Terbukti kemudian, Islam pernah menjadi agama mayoritas di Siantar.

Perkembangan Islam yang pesat, tidak menyenangkan kolonial. Pada tahun 1902, pemerintah kolonial mengirim seorang Missionaris Jerman, ia meminta izin penyebaran Injil di daerah Siantar / Simalungun. Permintaan tersebut ditolak oleh Raja Sang Nauwaluh Damanik. Dengan tindakan yang dilakukan oleh Raja Sang Nauwaluh, pemerintah Belanda merasa tersinggung dan dianggap sebagai suatu penghinaan terhadap bangsa kulit putih. Di sisi lain terlihat semakin meningkatnya kesetian semua harajoan (kerajaan) sekitarnya dan rakyat terhadap kepemimpinan Sang Nauwaluh yang mengakibatkan Pemerintah Kolonial Belanda mencari-cari alasan untuk menjatuhkan sang raja. Antara lain dia dituduh memaksa rakyatnya memeluk agama Islam. Tuduhan yang tidak beralasan dan tidak terbukti ini dijadikan dasar oleh kolonial Belanda untuk menangkap sang raja dan menginterogasi. Konon dalam interogasi tersebut Belanda menawarkan jika ia mau masuk Kristen, dia tidak dihukum dan akan kembali menjadi raja. Tawaran ini ditolak Sang Nauwaluh, kemudian dia dibuang ke Bengkalis hingga wafat di sana. Pengganti pemangku tahta oleh Belanda diangkat putra Sang Nauwaluh sendiri yang masih kecil dan sebelumnya dipersiapkan dan dididik di sebuah Sekolah Kristen.

Anak Sang Nauwaluh yang menggantikannya adalah Kadim, kemudian namanya berganti dengan Tuan Waldemar, dan menganut agama Kristen. Pada masa ini dibuat perjanjian antara Kerajaan Siantar dengan Belanda pada tanggal 16

Page 143: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 123

Oktober 1907. Isi perjanjian tersebut, antara lain: Raja harus mematuhi semua perintah dan peraturan Gubernur Jenderal, raja harus mengakui kerajaannya menjadi bagian kerajaan Hindia Belanda, raja tidak boleh mengadakan hubungan dengan pihak asing, raja tidak memiliki wilayah laut dan pantai, struktur pemerintahan berlaku hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan peradaban Belanda serta segala sesuatu harus mendapatkan persetujuan Residen atau wakilnya. Akibat perjanjian tersebut, kedudukan raja makin lemah. Di masa ini pula dilakukan kegiatan memBandung penyiaran agam Islam di daerah Simalungun dan pengusiran terhadap para pendatang, terutama para da’i pengembang ajaran Islam. Selanjutnya pengembangan misi Kristen digalakkan, hingga kemudian sampai saat ini Kota Siantar mayoritas penduduknya menganut Kristen.

Meskipun pernah mengalami benturan atau dibenturkan oleh kolonial, bahkan juga oleh pemerintah masa Orde Baru, namun hubungan antara umat Kristen dan Islam Siantar khususnya, dan antarumat beragama umumnya adalah tergolong baik di sini. Dalam arti tidak pernah terdengan gejolak yang besar, umat beragama umumnya hidup tenang, aman, rukun dan damai sehingga ada ungkapan masyarakat: “... jika Siantar bergolak pertanda bahwa hubungan umat beragama di negeri ini sudah sangat gawat.” Dengan kata lain, Siantar dapat dijadikan barometer hubungan antarumat beragama di Indonesia. Pertanyaannya apa yang membuat relasi ini tidak goyah, dapat bertahan lama, meskipun perkembangan penduduk semakin heterogen? Terdapat asumsi bahwa hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, biasanya terjadi karena didasari oleh terbentuknya sistem sosial tertentu. Perbedaan-perbedaan

Melayu (Siantar) agama Islam sudah dapat tempat berpijak dan memperbesar pengaruhnya secara pelan tetapi dengan langkah yang pasti. Terbukti kemudian, Islam pernah menjadi agama mayoritas di Siantar.

Perkembangan Islam yang pesat, tidak menyenangkan kolonial. Pada tahun 1902, pemerintah kolonial mengirim seorang Missionaris Jerman, ia meminta izin penyebaran Injil di daerah Siantar / Simalungun. Permintaan tersebut ditolak oleh Raja Sang Nauwaluh Damanik. Dengan tindakan yang dilakukan oleh Raja Sang Nauwaluh, pemerintah Belanda merasa tersinggung dan dianggap sebagai suatu penghinaan terhadap bangsa kulit putih. Di sisi lain terlihat semakin meningkatnya kesetian semua harajoan (kerajaan) sekitarnya dan rakyat terhadap kepemimpinan Sang Nauwaluh yang mengakibatkan Pemerintah Kolonial Belanda mencari-cari alasan untuk menjatuhkan sang raja. Antara lain dia dituduh memaksa rakyatnya memeluk agama Islam. Tuduhan yang tidak beralasan dan tidak terbukti ini dijadikan dasar oleh kolonial Belanda untuk menangkap sang raja dan menginterogasi. Konon dalam interogasi tersebut Belanda menawarkan jika ia mau masuk Kristen, dia tidak dihukum dan akan kembali menjadi raja. Tawaran ini ditolak Sang Nauwaluh, kemudian dia dibuang ke Bengkalis hingga wafat di sana. Pengganti pemangku tahta oleh Belanda diangkat putra Sang Nauwaluh sendiri yang masih kecil dan sebelumnya dipersiapkan dan dididik di sebuah Sekolah Kristen.

Anak Sang Nauwaluh yang menggantikannya adalah Kadim, kemudian namanya berganti dengan Tuan Waldemar, dan menganut agama Kristen. Pada masa ini dibuat perjanjian antara Kerajaan Siantar dengan Belanda pada tanggal 16

Page 144: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah124

akan tetap bertahan (identitas tidak luntur) walaupun terjadi hubungan antaretnik karena ada saling ketergantungan antar kelompok (Barth, 1988:10).

Realitas yang terjadi di Siantar dan juga di tempat lainnya, menjadi pendorong bagi Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan penelitian terhadap relasi umat beragama. Khusus penelitian di Siantar diorientasikan terhadap relasi umat Kristen yang mayoritas dengan umat Islam sebagai minoritas. Yaitu Apa yang membuat hubungan di antara dua kelompok agama ini cenderung terjaga baik, apa benar asumsi Barth berlaku di sini atau ada sistem yang lain. Jika benar seperti asumsi Barth, bagaimana bentuk sesungguhnya sistem dimaksud, sistem margakah atau ada bentuk sistem yang lain-lain. Penelitian ini lebih fokus pada relasi antarumat beragama yang harmonis. Dengan maksud agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model yang kondusif dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan di Kementerian Agama dan kementerian terkait lainnya bagi upaya pemeliharaan dan penguatan kerukunan antarumat beragama ke depan di Indonesia.

Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi?

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?,

3. Bagaimana kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Page 145: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 125

Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan gambaran latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mempelajari dan memperoleh gambaran yang jelas tentang relasi komunitas Kristen dan Islam di Kota Siantar. Dalam kaitan ini ingin diungkap dasar pemikiran dua komunitas dimaksud dalam membangun relasi; bentuk-bentuk relasi yang terjalin di antara mereka; kondisi masing-masing kelompok setelah terjalin relasi.

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a) Manfaat praktis: memberikan informasi dan masukan bagi pimpinan dan penyusun kebijakan di lingkungan Kementerian Agama dan instansi lain, terutama dalam kaitannya dengan pembinaan hubungan antarumat beragama, khususnya Kristen dan Islam di Kota Siantar; b) Manfaat akademis: menambah khazanah studi tentang umat beragama di Indonesia dalam hal ini kajian tentang relasi komunitas Kristen dan Islam.

Landasan Konsep

Ada beberapa konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Relasi (relation=hubungan). Relasi adalah jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003:79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalah hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam

akan tetap bertahan (identitas tidak luntur) walaupun terjadi hubungan antaretnik karena ada saling ketergantungan antar kelompok (Barth, 1988:10).

Realitas yang terjadi di Siantar dan juga di tempat lainnya, menjadi pendorong bagi Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan penelitian terhadap relasi umat beragama. Khusus penelitian di Siantar diorientasikan terhadap relasi umat Kristen yang mayoritas dengan umat Islam sebagai minoritas. Yaitu Apa yang membuat hubungan di antara dua kelompok agama ini cenderung terjaga baik, apa benar asumsi Barth berlaku di sini atau ada sistem yang lain. Jika benar seperti asumsi Barth, bagaimana bentuk sesungguhnya sistem dimaksud, sistem margakah atau ada bentuk sistem yang lain-lain. Penelitian ini lebih fokus pada relasi antarumat beragama yang harmonis. Dengan maksud agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model yang kondusif dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan di Kementerian Agama dan kementerian terkait lainnya bagi upaya pemeliharaan dan penguatan kerukunan antarumat beragama ke depan di Indonesia.

Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi?

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?,

3. Bagaimana kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Page 146: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah126

konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003:90).

2. Antarumat Beragama. Yang dimaksud dengan antarumat beragama dalam penelitian ini adalah antara kelompok keagamaan mayoritas dan minoritas. Penjelasan tentang konsep kelompok keagamaan ini digunakan konsep Narroll dengan mengacu pada penjelasan Horowitz bahwa identitas-identitas kelompok adalah yang bersifat akscriptif, seperti ras, bahasa, agama, suku, atau kasta (Dalam Varsney, 2009:5). Lebih jauh yang dimaksud dengan kelompok keagamaan adalah ‘suatu populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain’. Di samping itu kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. b) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, c) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, d) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (Barth, 1988:11).

3. Mayoritas (majority). Mayoritas adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

4. Minoritas (minority). Minoritas adalah golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang

Page 147: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 127

karena itu didiskriminasi oleh golongan lain itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:151). Menurut Reading, minority adalah subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial (Reading, 1986: 254). Karena definisi yang disusun oleh Koentjaraningrat dkk (2003), ada konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tetang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading dan cenderung pada pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi.

Kerangka Teori

Ada banyak acuan teori tentang pengkajian/penelitian interaksi. Salah satunya dan digunakan dalam penelitian ini adalah yang diperkenalkan oleh Ashutosh Varshney lewat bukunya Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslim in India. Di sini ia memperkenalkan teori ikatan ‘inter-komunal’ (jaringan yang mengintegrasikan umat Hindu dan Muslim; bukan ikatan ‘intra-komunal’ (jaringan dan organisasi yang seluruh anggotanya Hindu atau seluruh anggotanya Muslim). Oleh Robert Putnam ikatan ‘inter-komunal’ ini, ia sebut sebagai modal sosial yang menjembatani atau “bridging”. Sementara ikatan ‘intra-komunal’ ia sebut sebagai modal sosial yang mengikat atau “bonding”. Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling

konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003:90).

2. Antarumat Beragama. Yang dimaksud dengan antarumat beragama dalam penelitian ini adalah antara kelompok keagamaan mayoritas dan minoritas. Penjelasan tentang konsep kelompok keagamaan ini digunakan konsep Narroll dengan mengacu pada penjelasan Horowitz bahwa identitas-identitas kelompok adalah yang bersifat akscriptif, seperti ras, bahasa, agama, suku, atau kasta (Dalam Varsney, 2009:5). Lebih jauh yang dimaksud dengan kelompok keagamaan adalah ‘suatu populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain’. Di samping itu kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. b) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, c) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, d) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (Barth, 1988:11).

3. Mayoritas (majority). Mayoritas adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

4. Minoritas (minority). Minoritas adalah golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang

Page 148: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah128

kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan. (Varshney, 2009).

Dalam penelitian ini dipelajari bagaimana bentuk dua ikatan tersebut berjalan di Siantar, khususnya antara komunitas Kristen dan Islam.

Studi Terdahulu

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum begitu banyak dilakukan. Di antara penelitian-penelitian dengan tema yang jarang ini, antara lain:

1) Puslitbang Kehidupan Keagamaan: a) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; b) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaiatan dengan pembangunan rumah ibadah

2) Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI;

3) Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Page 149: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 129

Metodologi

Penelitian ini merupakan bentuk Case Study and Field Research (penelitian kasus dan penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lapangan yang dimaksudkan di sini adalah tempat di mana lokasi penelitian berlangsung, yakni di Kota Siantar, Sumatera Utara dengan fokus pada Kecamatan Siantar Selatan. Penelitian berlangsung pada bulan Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara mendalam, dan pengamatan. Data-data dari hasil studi pustaka diperoleh antara lain dari: a) Laporan Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Siantar, menyangkut profil daerah penelitian, geografi dan demografi, perekonomian, pendidikan, sosial dan sebagainya; b) Laporan Tahunan Kantor Kemenag Kota Siantar mengenai data-data di seputar keagamaan; c) Hasil Penelitian terdahulu tentang Masyarakat Siantar.

Wawancara dilakukan secara mendalam kepada sejumlah informan yakni mulai dari para pejabat terkait di Kantor Kemenag Kota Siantar; Kesbang Linmas Kota Siantar, Kesra Kota Siantar; Kepala Kua Siantar Selatan; Camat Siantar Selatan; beberapa Lurah Siantar Selatan, Penyuluh Agama Islam dan Kristen Kota Siantar; Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Kota Siantar; Pengurus LPTQ Kota Siantar; sejumlah Pengurus Ormas keagamaan Islam; jamaah masjid; Pengurus sejumlah gereja di Kota Siantar; Jemaat gereja; sejumlah tokoh Kristen Siantar; Tokoh Buddha, aktivis sosial dan masyarakat yang dianggap banyak mengetahui berbagai persoalan yang dikaji. Adapun pengamatan dilakukan antara lain terhadap pemukiman warga beda agama yang berdekatan tempat tinggall, lokasi masjid, lokasi gereja, pasar, dan tempat bermain anak-anak.

kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan. (Varshney, 2009).

Dalam penelitian ini dipelajari bagaimana bentuk dua ikatan tersebut berjalan di Siantar, khususnya antara komunitas Kristen dan Islam.

Studi Terdahulu

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum begitu banyak dilakukan. Di antara penelitian-penelitian dengan tema yang jarang ini, antara lain:

1) Puslitbang Kehidupan Keagamaan: a) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; b) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaiatan dengan pembangunan rumah ibadah

2) Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI;

3) Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Page 150: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah130

Seluruh data yang berhasil dikumpulkan, diolah melalui tahap: seleksi, editing, klasifikasi, dan komparasi. Setelah data-data diproses, selanjutnya ditempuh tahap merangkai fakta, yaitu melakukan analisis dengan menggunakan bantuan landasan teori. Hasil rangkaian dan analisis kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan, yang merupakan tahap rekonstruksi dari laporan penelitian. Dengan rekonstruksi ini, hasil penelitian bisa diketahui oleh publik dan menjadi dasar bagi penarikan kebijakan.

Page 151: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 131

SEKILAS TENTANG

LOKUS PENELITIAN

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Letak Pematangsiantar cukup strategis karena dilintasi oleh jalan raya lintas sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 237.434 jiwa (2013). Kota Pematangsiantar hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat (di tepi Danau Toba) sehingga sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Banyak tokoh nasional berasal dari daerah ini, antara lain Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di sini pada 22 Juli 1917. Kota Siantar pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, dalam ketertiban pengaturan lalu lintas, kota ini meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.

Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yang dihormati masyarakat karena arif dan bijak serta gigih menetang kolonial Belanda, yaitu raja Sang Nauwaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja hingga tahun 1906. Nama asli Kota Siantar berasal kata Siattar. Penamaan tersebut masih terkait dengan kerajaan yang didirikan oleh nenek moyang raja Sang Nauwaluh. Dalam

Seluruh data yang berhasil dikumpulkan, diolah melalui tahap: seleksi, editing, klasifikasi, dan komparasi. Setelah data-data diproses, selanjutnya ditempuh tahap merangkai fakta, yaitu melakukan analisis dengan menggunakan bantuan landasan teori. Hasil rangkaian dan analisis kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan, yang merupakan tahap rekonstruksi dari laporan penelitian. Dengan rekonstruksi ini, hasil penelitian bisa diketahui oleh publik dan menjadi dasar bagi penarikan kebijakan.

Page 152: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah132

bahasa Simalungun “attar” ditambah akhiran an artinya kata yang menunjuk sebuah wilayah (areal tanah). Sedangkan kata pematang berarti parhutaan. Dulu Raja yang berkuasa di Siattar tinggall di Rumah Bolon atau Huta, sehingga tempat tinggall raja disebut pematang. Penggabungan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya Istana Raja Siattar. Dari sisi penyebutan sehari-hari, Siantar lebih sering digunakan dari Pematang Siantar.

Bulan April memiliki arti penting bagi warga Kota Pematangsiantar dan sekitarnya. Karena setiap bulan April kota ini merayakan hari jadinya. Peringatan hari jadi Kota Pematangsiantar dihitung mulai dari kelahiran Raja Siantar Sang Nauwaluh Damanik, 24 April 1871. Pemerintah Kota Pematang Siantar dan DPRD Siantar telah sepakat membuat tahun kelahiran Sang Nauwaluh itu menjadi hari kelahiran Siantar. Jika dihitung dari tahun 1871 itu, hingga sekarang usia kota Siantar sudah mencapai 144 tahun.

Bukan tanpa makna pemerintah dan masyarakat Kota Siantar memilih hari jadinya dari hari kelahiran raja Sang Nauwaluh, raja ke-14 dari keturunan raja-raja Siantar yang seluruhnya berjumlah 15 raja. Antara lain, selain arif, bijaksana, dan gigih melawan kolonial Belanda, juga raja ini terkenal sebagai raja yang berpandangan multikulturalisme dan peletak dasar kehidupan multikultural di Siantar dan sekitarnya.

Raja Sang Nauwaluh tidak semata menunjuk adanya pengakuan tentang perbedaan-perbedaan. Namun, terlibat aktif dalam kebijakan yang memperdulikan kemajemukan. Dengan kata lain meskipun ia pemeluk agama Islam, namun ia juga mengakui keberadaan dan hak agama lain dan berusaha “memberi tempat” terhadap kelompok yang berbeda

Page 153: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 133

tersebut guna tercapainya kebersamaan dan kedamaian dalam kerajaannya. Berdasarkan ungkapan Awisaragih bahwa raja Sang Naualuh Damanik dalam hidupnya terutama sekali setelah dinobatkan menjadi raja, ia selalu berupaya untuk mengangkat dan mempertahankan hak azasi serta adat rakyat (Shihab, 1999:41-42).

Di masa kekuasaan Sang Nauwaluh, Siantar berkembang pesat menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru. Raja tidak pernah menolak pendatang di daerahnya, asalkan mereka tidak mengganggu ketertiban. Mereka diizinkan memakai adat kebudayaan daerah asalnya. Lahan tanah yang dipakainya adalah bersifat pinjam/bukan milik. Ia tidak berhak untuk menjual atau mewariskan kepada anaknya. Tetapi bagi pendatang yang bersedia menjadi warga daerah ini, mempunyai hak yang sama dengan penduduk asli dan biasanya mereka memakai salah satu dari marga di daerah ini. Kemudian berjanji akan mengikuti adat istiadat daerah ini. Setelah itu, dia berhak atas lahan tanah yang dipakainya dan menjadi miliknya sendiri dan boleh dijual atau diwariskan kepada keturunannya.

Setelah raja Sang Nauwaluh ditangkap dan diasingkan, Belanda menjadikan Pematang Siantar daerah kekuasaannya pada tahun 1907. Sejak itu banyak perubahan dlakukan, terutama memecah wilayah kerajaan. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan. Pada zaman penjajahan Jepang status ini dihapus. Setelah proklamasi Kemerdekaan

bahasa Simalungun “attar” ditambah akhiran an artinya kata yang menunjuk sebuah wilayah (areal tanah). Sedangkan kata pematang berarti parhutaan. Dulu Raja yang berkuasa di Siattar tinggall di Rumah Bolon atau Huta, sehingga tempat tinggall raja disebut pematang. Penggabungan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya Istana Raja Siattar. Dari sisi penyebutan sehari-hari, Siantar lebih sering digunakan dari Pematang Siantar.

Bulan April memiliki arti penting bagi warga Kota Pematangsiantar dan sekitarnya. Karena setiap bulan April kota ini merayakan hari jadinya. Peringatan hari jadi Kota Pematangsiantar dihitung mulai dari kelahiran Raja Siantar Sang Nauwaluh Damanik, 24 April 1871. Pemerintah Kota Pematang Siantar dan DPRD Siantar telah sepakat membuat tahun kelahiran Sang Nauwaluh itu menjadi hari kelahiran Siantar. Jika dihitung dari tahun 1871 itu, hingga sekarang usia kota Siantar sudah mencapai 144 tahun.

Bukan tanpa makna pemerintah dan masyarakat Kota Siantar memilih hari jadinya dari hari kelahiran raja Sang Nauwaluh, raja ke-14 dari keturunan raja-raja Siantar yang seluruhnya berjumlah 15 raja. Antara lain, selain arif, bijaksana, dan gigih melawan kolonial Belanda, juga raja ini terkenal sebagai raja yang berpandangan multikulturalisme dan peletak dasar kehidupan multikultural di Siantar dan sekitarnya.

Raja Sang Nauwaluh tidak semata menunjuk adanya pengakuan tentang perbedaan-perbedaan. Namun, terlibat aktif dalam kebijakan yang memperdulikan kemajemukan. Dengan kata lain meskipun ia pemeluk agama Islam, namun ia juga mengakui keberadaan dan hak agama lain dan berusaha “memberi tempat” terhadap kelompok yang berbeda

Page 154: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah134

Pematangsiantar kembali menjadi daerah otonomi. Berdasarkan UU No.18/1965 Siantar menjadi Kotamadya sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 dan No. 6 tahun 2007, wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjai 8 (Delapan) kecamatan yaitu: 1) Kecamatan Siantar Marihat, 2) Kecamatan Siantar Marimbun, 3) Siantar Selatan, 4) Kecamatan Siantar Barat, 5) Kecamatan Siantar Utara, 6) Kecamatan Siantar Timur, 7) Kecamatan Siantar Martoba, dan 8) Siantar Sitalasari. Selain itu terdapat 53 kelurahan, dengan tipe Swasembada. Anggota legislatif (DPRD) Kota Pematangsiantar sebanyak 30 orang terdiri dari 5 (lima) Fraksi, yaitu: Fraksi PDI-P sebanyak 4 orang, Fraksi Demokrat 11 orang, Fraksi PAN 4 orang, Fraksi Kebangsaan 6 orang, dan Fraksi Karya Peduli Nurani sebanyak 5 orang. Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Pematang Siantar ada sebanyak 6.070 orang, terdiri dari golongan IV sebanyak 1.952 orang, Golongan III sebanyak 2.885 orang, Golongan II sebanyak 1.136 orang dan golongan I sebanyak 97 orang. Jumlah Pegawai Negeri Sipil untuk instansi vertikal di Kota Pematangsiantar ada sebanyak 2.202 orang, yang terdiri dari Golongan I sebanyak 400 orang, Golongan II sebanyak 942 orang, Golongan III sebanyak 700 orang serta Golongan IV 160 orang. Adapun pejabat Walikota yang pernah memimpin Kota Pematang Siantar sejak Tahun 1956 sampai sekarang sebanyak 17 orang. Sejak pemilihan langsung diberlakukan, Walikota Pematang Siantar dijabat oleh kalangan Kristen.

Kecamatan Siantar Selatan yang menjadi Fokus Penelitian ini mempunyai luas wilayah 2,020 Km2. Berjarak dari Kantor Camat ke Kantor Walikota sekitar 2 Km. Batas-batas wilayah kecamatan, sebelah Utara berbatasan dengan

Page 155: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 135

Kecamatan Siantar Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siantar Timur. Jumlah kelurahan tercatat 6 buah, yaitu: 1) Aek Nauli , 2) Martimbang, 3) Kristen, 4) Toba, 5) Karo, dan 6) Simalungun.

Dalam bidang keagamaan, tercatat komposisi pemeluk agama di Kota Pematangsiantar berdasarkan sensus 2010: Islam 2.883 orang, Kristen 15.341 orang, Katolik 1.146 orang, Hindu 43 orang, Buddha 2.496 orang, dan lainnya 11 Orang. Adapun jumlah rumah ibadat pada tahun 2013: masjid sebanyak 110 buah, langgar/musholla sebanyak 49 buah, gereja sebanyak 169 buah, kuil sebanyak 1 buah, vihara sebanyak 8 buah. Jemaah haji yang diberangkatkan pemerintah mencapai 123 orang dan pulang kembali sebanyak 121 orang.

Kondisi kehidupan beragama warga masyarakat di kota Siantar, termasuk Siantar Selatan secara umum cukup kondusif terutama karena adanya peran aktif lembaga adat, lembaga agama, serta tersedianya ruang yang mempertemukan tokoh tokoh Agama dan masyarakat di tempat pertemuan formal maupun non formal. Selain itu, tersedia memadai kebutuhan sarana ibadah, penyuluh agama, lembaga pendidikan dan lembaga lintas agama, warisan budaya, dan sebagainya.

Namun, sebagai daerah yang memiliki dinamika cukup tinggi, terjadi juga tarik menarik kepentingan keagamaan di sini, khususnya antara Kristen dan Islam. Antara lain muncul isu dominasi Kristen menguasai jabatan pemerintahan. Dari empat puluh jabatan eselon dua di pemerintahan Kota pematang Siantar, sebanyak 35 jabatan

Pematangsiantar kembali menjadi daerah otonomi. Berdasarkan UU No.18/1965 Siantar menjadi Kotamadya sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 dan No. 6 tahun 2007, wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjai 8 (Delapan) kecamatan yaitu: 1) Kecamatan Siantar Marihat, 2) Kecamatan Siantar Marimbun, 3) Siantar Selatan, 4) Kecamatan Siantar Barat, 5) Kecamatan Siantar Utara, 6) Kecamatan Siantar Timur, 7) Kecamatan Siantar Martoba, dan 8) Siantar Sitalasari. Selain itu terdapat 53 kelurahan, dengan tipe Swasembada. Anggota legislatif (DPRD) Kota Pematangsiantar sebanyak 30 orang terdiri dari 5 (lima) Fraksi, yaitu: Fraksi PDI-P sebanyak 4 orang, Fraksi Demokrat 11 orang, Fraksi PAN 4 orang, Fraksi Kebangsaan 6 orang, dan Fraksi Karya Peduli Nurani sebanyak 5 orang. Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Pematang Siantar ada sebanyak 6.070 orang, terdiri dari golongan IV sebanyak 1.952 orang, Golongan III sebanyak 2.885 orang, Golongan II sebanyak 1.136 orang dan golongan I sebanyak 97 orang. Jumlah Pegawai Negeri Sipil untuk instansi vertikal di Kota Pematangsiantar ada sebanyak 2.202 orang, yang terdiri dari Golongan I sebanyak 400 orang, Golongan II sebanyak 942 orang, Golongan III sebanyak 700 orang serta Golongan IV 160 orang. Adapun pejabat Walikota yang pernah memimpin Kota Pematang Siantar sejak Tahun 1956 sampai sekarang sebanyak 17 orang. Sejak pemilihan langsung diberlakukan, Walikota Pematang Siantar dijabat oleh kalangan Kristen.

Kecamatan Siantar Selatan yang menjadi Fokus Penelitian ini mempunyai luas wilayah 2,020 Km2. Berjarak dari Kantor Camat ke Kantor Walikota sekitar 2 Km. Batas-batas wilayah kecamatan, sebelah Utara berbatasan dengan

Page 156: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah136

diisi oleh kalangan Kristen dan hanya 5 posisi yang diisi oleh kalangan Islam. Untuk jabatan Camat, dari delapan posisi yang tersedia, empat diisi oleh Kalangan Kristen dan dua posisi lainnya diisi oleh kelompok Islam.

Tak terelakkan, nuansa ini berimbas terhadap kehidupan beragama seperti melambungnya isu kristenisasi di satu pihak dan radikalisasi di pihak lainnya. Juga mulai dirasakan oleh kalangan Islam adanya pengurangan terhadap tradisi saling menghormati seperti halnya waktu yang lalu. Dulu di pasar utama Kota Siantar ada perda yang mengatur penjualan daging babi terpisah jauh dari penjualan daging hewan lainnya, sekarang sudah berdekatan dan tidak ada upaya pemerintah merespons keluhan kalangan Islam tentang hal tersebut. Bahkan pada tanggal 3 November muncul persoalan pelecehan jilbab oleh seorang pegawai Dinas Olahraga dan Pariwisata yang beragama kristen kepada seorang pegawai Islam di Kantor Dinas yang sama. Persoalan ini berujung pada digantinya Kepala Dinas Olah Raga dan Budaya, yakni Tuahman Saragih karena dipandang tidak responsif terhadap persoalan tersebut sehingga isu sempat memanas di seantero Kota Siantar.

Komposisi umat beragama di Siantar Selatan tahun 2014 seperti berikut: Islam 2.874 orang, Kristen 15.295 orang, Katolik 1.163 orang, Hindu 43 orang, Buddha 2.489 orang, Khonghucu 3 orang. Adapun ketersediaan sarana ibadah di kecamatan ini: masjid 4 unit, musholla 2 unit, gereja 18 unit, vihara/klenteng 2 unit. Tokoh Islam Kecamatan Siantar Selatan tercatat ulama satu orang, muballigh satu orang dan khatib 6 orang. Selain itu terdapat Majelis Ta’lim 1 buah, Remaja Masjid 1 buah, Wirid Yasin Kaum Bapak 3 buah, wirid Yasin kaum Ibu 5 buah, dan TPA satu buah. Sementara untuk

Page 157: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 137

tingkat Kota, terdapat ormas-ormas Islam seperti: Formasi, FSUI, FPI, BMKT, NU, Muhammadiyah, dan lain-lain.

Sektor industri menjadi tulang punggung perekonomian di Kota Pematang Siantar, khususnya industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 % atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 % atau Rp 385 miliar.

diisi oleh kalangan Kristen dan hanya 5 posisi yang diisi oleh kalangan Islam. Untuk jabatan Camat, dari delapan posisi yang tersedia, empat diisi oleh Kalangan Kristen dan dua posisi lainnya diisi oleh kelompok Islam.

Tak terelakkan, nuansa ini berimbas terhadap kehidupan beragama seperti melambungnya isu kristenisasi di satu pihak dan radikalisasi di pihak lainnya. Juga mulai dirasakan oleh kalangan Islam adanya pengurangan terhadap tradisi saling menghormati seperti halnya waktu yang lalu. Dulu di pasar utama Kota Siantar ada perda yang mengatur penjualan daging babi terpisah jauh dari penjualan daging hewan lainnya, sekarang sudah berdekatan dan tidak ada upaya pemerintah merespons keluhan kalangan Islam tentang hal tersebut. Bahkan pada tanggal 3 November muncul persoalan pelecehan jilbab oleh seorang pegawai Dinas Olahraga dan Pariwisata yang beragama kristen kepada seorang pegawai Islam di Kantor Dinas yang sama. Persoalan ini berujung pada digantinya Kepala Dinas Olah Raga dan Budaya, yakni Tuahman Saragih karena dipandang tidak responsif terhadap persoalan tersebut sehingga isu sempat memanas di seantero Kota Siantar.

Komposisi umat beragama di Siantar Selatan tahun 2014 seperti berikut: Islam 2.874 orang, Kristen 15.295 orang, Katolik 1.163 orang, Hindu 43 orang, Buddha 2.489 orang, Khonghucu 3 orang. Adapun ketersediaan sarana ibadah di kecamatan ini: masjid 4 unit, musholla 2 unit, gereja 18 unit, vihara/klenteng 2 unit. Tokoh Islam Kecamatan Siantar Selatan tercatat ulama satu orang, muballigh satu orang dan khatib 6 orang. Selain itu terdapat Majelis Ta’lim 1 buah, Remaja Masjid 1 buah, Wirid Yasin Kaum Bapak 3 buah, wirid Yasin kaum Ibu 5 buah, dan TPA satu buah. Sementara untuk

Page 158: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah138

KONSERVATISME MAKNA RELASI

Sampai saat penelitian ini dilakukan, masyarakat Kota Pematang Siantar masih menempatkan adat khususnya dalihan natolu sebagai media yang paling penting untuk merukunkan umat. Esensi adat ini, pondasinya diletakkan oleh raja-raja Siantar sejak dahulu.

Adat ini dinilai tetap relevan menjembatani umat di tengah perubahan dan dinamika sosial yang tinggi. Seperti dinyatakan oleh Chaidir Sitompul, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM: “Di Siantar ini adat dalihan na tolu yang merukunkan masyarakat, bukan yang lain, belakangan ada tambahan lembaga baru yang kelihatannya cukup berperan tetapi belum cukup teruji yaitu Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB), tetapi peran adat dalihan na tolu ini sudah teruji sejak waktu lama, maka dipandang belum dapat tergantikan.” Menurut yang bersangkutan, ketika terjadi kasus jilbab bulan November 2014, yang sempat membuat tegang masyarakat kota Siantar, akhirnya penyelesaian adat juga yang membuat reda permasalahan.

Para ketua adat dikumpulkan bermusyawarah untuk mencari solusi terbaik dan kata akhir para ketua-ketua adat ini didengarkan dan dilaksanakan, sehingga walupun dalam pelaksanaannya mungkin terasa pahit, namun dengan jalan itulah benturan antarumat dapat dielakkan. Begitu juga di awal reformasi, kerukunan masyarakat Siantar pernah dicoba dengan ancaman bom di rumah pendeta, tetapi dengan kekuatan adat, persoalan dapat diredam hingga saat ini Siantar tidak pernah mengalami gangguan berarti.

Page 159: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 139

Tentang peran adat ini diakui oleh hampir semua pihak, baik kalangan Islam maupun Kristen. Ketua MUI Ali Lubis, Ketua MUI Kota Siantar mengatakan: “Dilihat dari komposisi Kristen dan Islam yang hampir berimbang, Kelompok Kristen hanya berjumlah sedikit lebih banyak, mestinya konflik besar di Siantar terjadi. Tetapi karena faktor adat dalihan na tolu, hubungan Islam dan Kristen baik. Pengalaman saya sejak tahun 80-an menikahkan pasangan yang asalnya berbeda agama sekitar 250 pasang pernikahan. Sebagaian besar pasangan tersebut berpindah ke Islam sebagai syarat untuk menikah dan hampir tidak ada yang kembali ke agama Kristen.

Barangkali kalau di tempat lain hal ini akan menjadi persoalan besar dan konflik, tetapi di sini tidak terjadi karena diredam oleh adat dalihan na tolu. Hal yang sama dibenarkan pihak Kristen. Pendeta Arnold mengatakan: “kerukunan di Siantar baik karena budaya marga. Meski beda agama, karena ada adat marga hubungan tidak terganggu, tidak ada istilah takut karena minoritas.” Lebih jauh dikatakan “dengan adanya adat ini, maka perpecahan karena agama di Siantar ini sangat jauh kemungkinannya terjadi”.

Kuatnya peranan adat, bukan berarti nilai yang lain seperti agama, nilai hukum tidak berperan sama sekali. Semuanya cukup berperan dan hidup di tengah masyarakat. Akan tetapi nilai adat, khususnya dalihan na tolu dalam hal relasi antar kelompok mendapat tempat pada posisi yang lebih tinggi. Seperti diungkapkan Armaya Siregar, Ketua adat Partogar (Perkumpulan dalihan na tolu marga Siregar): Bahwa di Partogar ada Islam, Kristen, Katolik sebagaimana di dalihan na tolu lainnya. Tetapi tidak pernah konflik karena agama, dalihan na tolu ini merekatkan semua agama. Di dalam

KONSERVATISME MAKNA RELASI

Sampai saat penelitian ini dilakukan, masyarakat Kota Pematang Siantar masih menempatkan adat khususnya dalihan natolu sebagai media yang paling penting untuk merukunkan umat. Esensi adat ini, pondasinya diletakkan oleh raja-raja Siantar sejak dahulu.

Adat ini dinilai tetap relevan menjembatani umat di tengah perubahan dan dinamika sosial yang tinggi. Seperti dinyatakan oleh Chaidir Sitompul, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM: “Di Siantar ini adat dalihan na tolu yang merukunkan masyarakat, bukan yang lain, belakangan ada tambahan lembaga baru yang kelihatannya cukup berperan tetapi belum cukup teruji yaitu Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB), tetapi peran adat dalihan na tolu ini sudah teruji sejak waktu lama, maka dipandang belum dapat tergantikan.” Menurut yang bersangkutan, ketika terjadi kasus jilbab bulan November 2014, yang sempat membuat tegang masyarakat kota Siantar, akhirnya penyelesaian adat juga yang membuat reda permasalahan.

Para ketua adat dikumpulkan bermusyawarah untuk mencari solusi terbaik dan kata akhir para ketua-ketua adat ini didengarkan dan dilaksanakan, sehingga walupun dalam pelaksanaannya mungkin terasa pahit, namun dengan jalan itulah benturan antarumat dapat dielakkan. Begitu juga di awal reformasi, kerukunan masyarakat Siantar pernah dicoba dengan ancaman bom di rumah pendeta, tetapi dengan kekuatan adat, persoalan dapat diredam hingga saat ini Siantar tidak pernah mengalami gangguan berarti.

Page 160: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah140

komunitas agama sulit ketemu komunitas agama-agama yang lain, tetapi di dalam adat dalihan na tolu ini bisa ketemu. Dalihan na tolu tidak boleh membahas substansi agama orang lain karena ada prinsif: “ Yang lebih tahu agama kami adalah kami dan yang lebih tahu agama kamu adalah kamu”.

Bentuk- Bentuk Relasi (Bridging)

a. Adat Dalihan Na Tolu

Dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu. Na artinya yang, tolu artinya tiga. Jadi arti dalihan natolu adalah tiga tiang tungku. Ketiga dalihan/tungku yang ditanam berdekatan berfungsi sebagai tungku tempat alat masak yang dijerangkan. Besar dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain, dan tingginya harus sama dan harmonis.

Dalihan na tolu bukan sekedar tungku nan tiga prasarana memasak, tetapi menyangkut seluruh kehidupan yang bersumber dari dapur. Istilah dalihan bagi sub sub Suku Batak tidak sama tapi prinsipnya adalah sama. Misal Batak Karo dan Batak Pakpak Dairi adalah daliken, sedang batak Toba, Batak Simalungun dan Angkola Padang Lawas, Sipirok-Mandailing istilahnya adalah dalihan.

Masing-masing dalihan berdiri sendiri dan ditata agar tetap harmonis. Seperti itu keadaan kekerabatan Suku Batak ditata pandangan hidupnya. Yakni terdiri dari suhut, hula hula dan boru masing masing mempunyai pribadi dan harga diri tahu akan hak dan kewajiban sebagai pelaksana tanggung jawab. Peranan marga dalam menentukan tempat dan kedudukan sangat penting dalam pertalian Dalihan na

Page 161: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 141

tolu. Kekerabatan dalam rumusan dirumuskan sebagai berikut: 1) hula-hula elek marboru maksudnya agar hula hula selalu menjaga sikap membujuk sayang terhadap boru, karena borulah sebagian dari penanggung jawab kegiatan, 2) setiap boru dalam hikmat nya harus somba marhula hula, maksudnya adalah agar setiap boru hendaklah bersikap sembah atau hormat kepada hula-hula, 3) Sedang pusat kejadian yaitu suhut dengan kawan semarga nya disebut sabutuha hendaklah bersikap manat mardongan tubu, maksudnya agar sesama marga hendaklah bersikap prihatin dan hati hati.

Dengan tata hubungan ini, setiap kelompok selalu berhidmat, dan dengan ini segala sesuatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan sempurna. Hidmat kewajiban seperti inilah yang selalu menjadi agar keadaan tetap harmonis dalam kekerabatan, sebagai mana tiang tungku tiga yang diletakkan harmonis satu sama yang lain. Banyak implikasi dalihan na tolu terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Siantar. Selain yang disebutkan di atas, juga tumbuhnya berbagai perkumpulan marga dan aktifitas pertemuan yang seringsif, perkumpulan ini berperan menyelesaikan persoalan di internal kelompok maupun antar kelompok.

b. Forum Kerukunan Umat Beragama

Forum Kerukunan Umat Beragama di Kota Pematang Siantar berperan menjadi relasi penghubung dan merukunkan umat. Selain telah memiliki kantor sendiri, FKUB ini mempunyai pengurus dan kegiatan aktif. Kegiatan-kegiatannya didukung pendanaannya oleh

komunitas agama sulit ketemu komunitas agama-agama yang lain, tetapi di dalam adat dalihan na tolu ini bisa ketemu. Dalihan na tolu tidak boleh membahas substansi agama orang lain karena ada prinsif: “ Yang lebih tahu agama kami adalah kami dan yang lebih tahu agama kamu adalah kamu”.

Bentuk- Bentuk Relasi (Bridging)

a. Adat Dalihan Na Tolu

Dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu. Na artinya yang, tolu artinya tiga. Jadi arti dalihan natolu adalah tiga tiang tungku. Ketiga dalihan/tungku yang ditanam berdekatan berfungsi sebagai tungku tempat alat masak yang dijerangkan. Besar dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain, dan tingginya harus sama dan harmonis.

Dalihan na tolu bukan sekedar tungku nan tiga prasarana memasak, tetapi menyangkut seluruh kehidupan yang bersumber dari dapur. Istilah dalihan bagi sub sub Suku Batak tidak sama tapi prinsipnya adalah sama. Misal Batak Karo dan Batak Pakpak Dairi adalah daliken, sedang batak Toba, Batak Simalungun dan Angkola Padang Lawas, Sipirok-Mandailing istilahnya adalah dalihan.

Masing-masing dalihan berdiri sendiri dan ditata agar tetap harmonis. Seperti itu keadaan kekerabatan Suku Batak ditata pandangan hidupnya. Yakni terdiri dari suhut, hula hula dan boru masing masing mempunyai pribadi dan harga diri tahu akan hak dan kewajiban sebagai pelaksana tanggung jawab. Peranan marga dalam menentukan tempat dan kedudukan sangat penting dalam pertalian Dalihan na

Page 162: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah142

pemerintah kota. Menurut penjelasan Ketuanya, Ali Lubis, minimal dua kali setahun FKUB melakukan kegiatan lintas agama. Selain dari sisi kegiatan, susunan kepengurusan FKUB Kota Siantar juga mencerminkan terjalinnya relasi yang baik. Dari tujuh balas orang pengurus, hanya 6 orang dari kalangan Islam, namun untuk jabatan Ketua umum selalu mereka pilih dari kalangan Islam.

c. Kedai Kopi

Kedai kopi merupakan media pertemuan penting lintas kelompok masyarakat di Siantar. Meskipun tidak direncanakan, para tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda biasa berkumpul di kedai kopi selain untuk menyuruput kopi, mereka juga berbincang akrab membahas berbagai hal dari soal politik hingga hal kecil yang terjadi di masyarakat. Salah satu kedai kopi yang ramai dan favorit dikunjungi di kota ini adalah kedai kopi Kok Tong. Letaknya di sekitar Jalan Wahidin dan Jalan Surabaya atau tak jauh dari lokasi toko roti Ganda yang cukup terkenal di Siantar. Kedai kopi ini sudah ada sejak tahun 1925. Di kedai ini mereka biasa membicarakan berbagai hal selama mungkin. Menurut penuturan Arnold "Di sini, mereka biasanya minum kopi waktu pagi dan sore hari. Nongkrong dan berbincang-bincangnya boleh selama yang dimau,"

Dengan tradisi seperti itu, maka kedai kopi di daerah ini menjelma menjadi media penghubung lintas kelompok masyarakat. Hal ini di akui berbagai kalangan, baik Kristen maupun Islam. Karena tradisi ini pula secara kuantitas kedai kopi banyak bermunculan dan ramai dikunjungi masyarakat di berbagai sudut kota Siantar.

Page 163: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 143

d. Kesbang Linmas

Kesbang Linmas di Kota Siantar berperan menjadi bridging antar kelompok masyarakat. Peran ini terlihat antara lain: 1) mendirikan forum komunikasi lembaga adat Kota Pematang Siantar aktif membina forum forum-forum lintas agama seperti Forum Pembauran Kebangsan. Seminggu sekali diadakan coffe morning di Kesbang Linmas, menghadirkan pengurus lembaga-lembaga adat, pengurus persatuan marga, etnis dan berbagai kelompok lannya.

Dalam pertemuan ini dibahas berbagai hal yang inti pokoknya agar kerukunan dan kebersamaan masyarakat tetap terjaga dan terpelihara baik. Menurut Ibu Siregar, sekretaris Kesbang Linmas, forum ini selalu ramai dihadiri oleh tokoh yang diundang. Tidak jarang persoalan yang timbul di masyararakat dapat dicarikan solusinya di forum ini. Bahkan ide-ide aktual untuk kehidupan masyarakat sering muncul di sini.

e. Permainan Anak-Anak

Permainan anak-anak sudah jarang menjadi media penghubung antar kelompok agama di Siantar. Hal ini karena sarana dan prasarana telah jauh berkurang akibat perkembangan pembangunan dan dinamika masyarakat.

Tetapi meski demikian bukan berarti telah habis sama sekali. Paling tidak menurut beberapa tokoh, sepak bola masih merupakan permainan yang masih aktif di kalangan anak-anak lintas agama. Permainan sepak bola tersedia di sejumlah sekolah dan juga di lingkungan tempat tinggall. Hal ini diakui oleh sejumlah anak yang peneliti jumpai di Kecamatan Siantar Selatan.

pemerintah kota. Menurut penjelasan Ketuanya, Ali Lubis, minimal dua kali setahun FKUB melakukan kegiatan lintas agama. Selain dari sisi kegiatan, susunan kepengurusan FKUB Kota Siantar juga mencerminkan terjalinnya relasi yang baik. Dari tujuh balas orang pengurus, hanya 6 orang dari kalangan Islam, namun untuk jabatan Ketua umum selalu mereka pilih dari kalangan Islam.

c. Kedai Kopi

Kedai kopi merupakan media pertemuan penting lintas kelompok masyarakat di Siantar. Meskipun tidak direncanakan, para tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda biasa berkumpul di kedai kopi selain untuk menyuruput kopi, mereka juga berbincang akrab membahas berbagai hal dari soal politik hingga hal kecil yang terjadi di masyarakat. Salah satu kedai kopi yang ramai dan favorit dikunjungi di kota ini adalah kedai kopi Kok Tong. Letaknya di sekitar Jalan Wahidin dan Jalan Surabaya atau tak jauh dari lokasi toko roti Ganda yang cukup terkenal di Siantar. Kedai kopi ini sudah ada sejak tahun 1925. Di kedai ini mereka biasa membicarakan berbagai hal selama mungkin. Menurut penuturan Arnold "Di sini, mereka biasanya minum kopi waktu pagi dan sore hari. Nongkrong dan berbincang-bincangnya boleh selama yang dimau,"

Dengan tradisi seperti itu, maka kedai kopi di daerah ini menjelma menjadi media penghubung lintas kelompok masyarakat. Hal ini di akui berbagai kalangan, baik Kristen maupun Islam. Karena tradisi ini pula secara kuantitas kedai kopi banyak bermunculan dan ramai dikunjungi masyarakat di berbagai sudut kota Siantar.

Page 164: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah144

PENUTUP

Kesimpulan

Kota Pematang Siantar, merupakan salah satu kota yang penting sebagai barometer kerukunan dan relasi masyarakat lintas agama yang baik di Indonesia. Karena selain penduduknya majemuk dari sisi etnis dan agama, Siantar juga merupakan kota yang sangat dinamis, namun tidak pernah mengalami gejolak konflik yang berarti, meskipun potensi konfliknya cukup besar, terutama antara Kristen dan Islam yang jumlahnya hampir berimbang. Hal ini karena kota Siantar merupakan ibukota kerajaan zaman dahulu yang mewariskan tradisi adat, khususnya dalihan natolu yang masih bertahan hingga sekarang. Bertahannya tradisi ini tidak lepas dari peran pemerintah daerah, tokoh agama dan masyarakat yang sangat perduli terhadap budaya ini.

Bounding-bounding kelompok agama maupun etnis sebenarnya berkembang juga di Siantar, sama seperti di daerah lainnya. Namun, berbeda dengan daerah lain, bahwa organsasi-organisasi agama, suku dan lain-lain tidak berhenti menjalin relasi terbatas di internal kelompoknya.

Hal ini bisa terjadi, karena pemerintah kota bersama dengan tokoh agama dan masyarakat mampu membentuk dan mengembangkan tradisi baru untuk menjembatani organisasi atau perkumpulan internal agama, etnik, suku, dan marga. Seperti mendirikan Forkala, memberdayakan FKUB, membuat kegiatan coffe morning untuk seluruh pemuka agama

Page 165: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 145

dan etnis, aktif mengunjungi dan membantu organisasi kelompok agama dan etnis sekalipun berbeda dengan agama dan etnik nya sendiri. Hal inilah yang membuat relasi kelompok agama, utamanya antara Kristen dan Islam tidak pernah mengalami konflik yang berarti.

Meskipun demikian, tidak sedikit yang mengkhawatirkan dan mencemaskan kondisi ini bertahan dalam jangka waktu lama, terutama makin banyak anak muda yang kurang perduli dan merantau, menyebabkan budaya luhur ini kian terdesak. Dalam hal ini faktor masyarakat pengampu budaya makin melupakan budaya, sementara para pendatang tidak mampu manyatu dengan budaya setempat.

Faktor lain yang dikhawatirkan adalah adanya kecenderungan tindakan sekelompok oknum yang menggandengkan kepentingan kelompok di pemerintahan, kurang responsnya pemerintah menampung keresahan kelompok agama tertentu, sehingga ada kecenderungan mereka mencari jalan sendiri dan ke depan dikhawatirkan akan membawa masyarakat ke persimpangan jalan yang berbeda dari jalan atau jembatan sebelumnya.

Saran

Ada kemungkinan jika isu-isu yang berkembang dalam persoalan hubungan antarumat beragama terus berkembang dan dibiarkan, maka jembatan adat tempat berayun masyarakat selama ini, lambat laun kian tergerus. Jika hal itu terjadi, maka persoalannya bukan lagi sekedar terkikisnya pilar relasi, melainkan bisa muncul kasus konflik agama seperti terjadi di daerah lain. Status barometer kerukunan yang disematkan selama ini ke kota Siantar bisa

PENUTUP

Kesimpulan

Kota Pematang Siantar, merupakan salah satu kota yang penting sebagai barometer kerukunan dan relasi masyarakat lintas agama yang baik di Indonesia. Karena selain penduduknya majemuk dari sisi etnis dan agama, Siantar juga merupakan kota yang sangat dinamis, namun tidak pernah mengalami gejolak konflik yang berarti, meskipun potensi konfliknya cukup besar, terutama antara Kristen dan Islam yang jumlahnya hampir berimbang. Hal ini karena kota Siantar merupakan ibukota kerajaan zaman dahulu yang mewariskan tradisi adat, khususnya dalihan natolu yang masih bertahan hingga sekarang. Bertahannya tradisi ini tidak lepas dari peran pemerintah daerah, tokoh agama dan masyarakat yang sangat perduli terhadap budaya ini.

Bounding-bounding kelompok agama maupun etnis sebenarnya berkembang juga di Siantar, sama seperti di daerah lainnya. Namun, berbeda dengan daerah lain, bahwa organsasi-organisasi agama, suku dan lain-lain tidak berhenti menjalin relasi terbatas di internal kelompoknya.

Hal ini bisa terjadi, karena pemerintah kota bersama dengan tokoh agama dan masyarakat mampu membentuk dan mengembangkan tradisi baru untuk menjembatani organisasi atau perkumpulan internal agama, etnik, suku, dan marga. Seperti mendirikan Forkala, memberdayakan FKUB, membuat kegiatan coffe morning untuk seluruh pemuka agama

Page 166: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah146

berubah menjadi sekedar sebutan yang hanya dapat dikenang.

Dalam rangka antisipasi, maka pemerintah kota perlu segera melakukan upaya sosialisasi intensif adat dalihan na tolu kepada para kalangan muda dan para pendatang. Selain itu, Pemerintah Kota Siantar perlu lebih responsif mendengar keluhan masyarakat dari kelompok manapun, baik yang menyangkut isu-isu ketidakadilan berbasis agama di lingkungan pemda maupun di tengah masyarakat, terutama menyangkut kelompok agama minoritas.

Kankemenag Kota Siantar dan Pemerintah Kota Siantar perlu lebih memberdayakan lembaga baru Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar lembaga baru ini bisa menjadi penyangga lembaga adat dalihan na tolu sebagai jembatan berayun antar kelompok untuk menghindari benturan antarumat.

Page 167: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 147

BAHAN BACAAN

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press.

Hayat, Bahrul, Ph.D., 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri.

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Varshney, Ashutosh, 2009.Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama.

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008.

berubah menjadi sekedar sebutan yang hanya dapat dikenang.

Dalam rangka antisipasi, maka pemerintah kota perlu segera melakukan upaya sosialisasi intensif adat dalihan na tolu kepada para kalangan muda dan para pendatang. Selain itu, Pemerintah Kota Siantar perlu lebih responsif mendengar keluhan masyarakat dari kelompok manapun, baik yang menyangkut isu-isu ketidakadilan berbasis agama di lingkungan pemda maupun di tengah masyarakat, terutama menyangkut kelompok agama minoritas.

Kankemenag Kota Siantar dan Pemerintah Kota Siantar perlu lebih memberdayakan lembaga baru Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar lembaga baru ini bisa menjadi penyangga lembaga adat dalihan na tolu sebagai jembatan berayun antar kelompok untuk menghindari benturan antarumat.

Page 168: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah148

Page 169: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 149

BERSANDING DALAM BUDAYA Relasi Muslim-Buddhis di Panggang,

Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Oleh: Akmal Salim Ruhana

KEMENTERIAN AGAMA RI BADAN LITBANG DAN DIKLAT

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN TAHUN 2015

Page 170: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah150

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ‘rahasia’ tetap terpeliharanya kerukunan antarumat beragama di Indonesia, menurut Atho Mudzhar (2011:142-143), adalah adanya keseimbangan mayoritas-minoritas dalam pemelukan agama di berbagai daerah di Indonesia. Sebagaimana diketahui, meski secara nasional Islam dipeluk mayoritas penduduk Indonesia, namun di beberapa provinsi, agama Kristen, Katolik, dan Hindu adalah mayoritas. Hal itu terjadi di Sulawesi Utara, Papua Barat dan Papua yang mayoritas penduduknya Kristen, juga di NTT yang mayoritas penduduknya Katolik, dan Bali yang mayoritas penduduknya Hindu.

Gambaran serupa juga terjadi di tingkatan kabu-paten/kota, sehingga agama yang mayoritas di suatu level bisa menjadi minoritas di level lainnya. Keseimbangan kondisi ini menyebabkan adanya sikap ‘saling kontrol’ atau saling menjaga diri di antara agama-agama yang pemeluknya tersebar di berbagai wilayah Indonesia tersebut. Dengan demikian, potensi ketidakrukunan dalam suatu masyarakat dapat dikendalikan dan kondisi kerukunan terpelihara.

Fenomena praktiknya kian unik, karena dalam banyak kasus seperti terjadi kondisi “saling balas” dan solidaritas negatif. Ketika terjadi kasus penolakan pendirian gereja di Bogor (yang notabene daerah mayoritas Islam), beberapa tahun lalu, ada sebagian masyarakat yang mempersulit pendirian masjid di Kupang. Lalu, terbitnya perda-perda bernuansa syariat Islam di beberapa kota diresponi penerbitan perda ‘syariat Kristen’ di Manokwari.

Page 171: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 151

Kasus terbaru, kabar mengenai adanya gangguan terhadap umat minoritas Islam di Tolikara, Papua, langsung mendapat respon protes dari umat Islam di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan, di Joyotakan, Solo, sekelompok massa menggeruduk bangunan tempat ibadat milik GIDI keesokan harinya. Kondisi resiprokal ini menunjukkan relasi antarumat beragama mayoritas-minoritas di Indonesia yang cukup dinamis.

Relasi antarumat beragama sejatinya sesuatu yang niscaya dalam masyarakat Indonesia yang multikultur dan multirelijius. Berelasi berarti bersosialisasi atau berinteraksi, sementara itu penduduk Indonesia adalah masyarakat yang memeluk agama. Maka interaksi antar warga masyarakat berarti sekaligus relasi antarumat beragama. Searah dengan itu, fenomena mayoritas-minoritas pemelukan agama pada suatu wilayah juga sesuatu yang niscaya. Selain penjejakan historis, pergerakan penduduk (migrasi) ke berbagai pelosok negeri untuk urusan ekonomi, politik, dan lainnya, menyebabkan peta demografi keagamaan ikut bergerak.

Meski terjadi satu-dua kasus ketidakrukunan antarumat beragama, gambaran relasi antarumat beragama pada umumnya berlangsung kondusif rukun. Hasil survei nasional kerukunan umat beragama yang dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan tahun 2012 menunjukkan hal itu. Penelitian kuantitatif di 33 provinsi dengan 3.300 responden dan margin of error ± 1.7 % itu menunjukkan bahwa indeks kerukunan secara rata-rata nasional sebesar 3,67 (dalam rentang 1-5). Hal ini menegaskan kondisi kerukunan nasional yang berada dalam rentang cukup harmonis (Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012:63).

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ‘rahasia’ tetap terpeliharanya kerukunan antarumat beragama di Indonesia, menurut Atho Mudzhar (2011:142-143), adalah adanya keseimbangan mayoritas-minoritas dalam pemelukan agama di berbagai daerah di Indonesia. Sebagaimana diketahui, meski secara nasional Islam dipeluk mayoritas penduduk Indonesia, namun di beberapa provinsi, agama Kristen, Katolik, dan Hindu adalah mayoritas. Hal itu terjadi di Sulawesi Utara, Papua Barat dan Papua yang mayoritas penduduknya Kristen, juga di NTT yang mayoritas penduduknya Katolik, dan Bali yang mayoritas penduduknya Hindu.

Gambaran serupa juga terjadi di tingkatan kabu-paten/kota, sehingga agama yang mayoritas di suatu level bisa menjadi minoritas di level lainnya. Keseimbangan kondisi ini menyebabkan adanya sikap ‘saling kontrol’ atau saling menjaga diri di antara agama-agama yang pemeluknya tersebar di berbagai wilayah Indonesia tersebut. Dengan demikian, potensi ketidakrukunan dalam suatu masyarakat dapat dikendalikan dan kondisi kerukunan terpelihara.

Fenomena praktiknya kian unik, karena dalam banyak kasus seperti terjadi kondisi “saling balas” dan solidaritas negatif. Ketika terjadi kasus penolakan pendirian gereja di Bogor (yang notabene daerah mayoritas Islam), beberapa tahun lalu, ada sebagian masyarakat yang mempersulit pendirian masjid di Kupang. Lalu, terbitnya perda-perda bernuansa syariat Islam di beberapa kota diresponi penerbitan perda ‘syariat Kristen’ di Manokwari.

Page 172: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah152

Temuan kuantitatif ini diperkuat berbagai potret dan fakta-fakta kualitatif tentang kondisi kerukunan di dalam masyarakat Indonesia. Gambaran kerukunan antarumat beragama dalam situs-situs keagamaan dapat ditemukan di berbagai daerah. Ada masjid yang bersebelahan satu tembok dengan gereja, ada pura yang menyediakan ruang untuk shalat, dan sebagainya (Pusat Kerukunan Umat Beragama, , 2014).

Demikian halnya, berbagai inisiatif masyarakat dalam memelihara kerukunan dapat dilihat dari kegiatan Peacemaking dan Peacekeeping dengan pendekatan Participatory Action Research yang dilakukan para pemuda di 16 kota di Indonesia (Asry, dkk., 2013). Fakta-fakta empirik di atas menunjukkan relasi antarumat beragama yang harmonis di tengah keberagaman pemeluk agama dengan komposisi mayoritas-minoritasnya. Suatu kondisi yang unik—setidaknya jika merujuk pada perkembangan hubungan umat beragama mayoritas vs minoritas di beberapa negara Eropa belakangan ini.

Persis pada titik unik itu penelitian ini hendak didudukkan. Penelitian ini hendak mengelaborasi relasi antarumat beragama yang berjalan harmonis di tengah ‘stigma’ mayoritas-minoritas itu. Secara khusus, penelitian ini hendak memotret dan mendalami relasi harmonis antarumat beragama minoritas Buddha di tengah keberadaan umat mayoritas Islam di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 173: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 153

B. Permasalahan

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian “bagaimana relasi antarumat beragama minoritas-mayoritas di Kecamatan Panggang?”. Untuk itu, disusun beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1) apa yang mendasari pemikiran kelompok agama Islam dan Buddha di Kecamatan Panggang dalam membangun relasi antar mereka?; 2) apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas Islam dan minoritas Buddha di Kecamatan Panggang itu?; dan 3) bagaimana kondisi masing-masing kelompok setelah adanya relasi tersebut?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui dan mendeskripsikan apa yang mendasari pemikiran kelompok agama Islam dan Buddha di Kecamatan Panggang dalam membangun relasi?; 2) mengetahui dan mendiskripsikan bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas Islam dan minoritas Buddha itu?; dan 3) mengetahui dan mendiskripsikan kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi tersebut?

D. Kajian Terdahulu

Kajian tentang relasi antarumat beragama di Indonesia telah cukup banyak dilakukan, baik dalam bingkai konflik maupun kedamaian. Ada yang memetakan dalam lingkup relasi umum antarumat beragama, atau biasa menggunakan terma kerukunan umat beragama, maupun potret-potret kasus

Temuan kuantitatif ini diperkuat berbagai potret dan fakta-fakta kualitatif tentang kondisi kerukunan di dalam masyarakat Indonesia. Gambaran kerukunan antarumat beragama dalam situs-situs keagamaan dapat ditemukan di berbagai daerah. Ada masjid yang bersebelahan satu tembok dengan gereja, ada pura yang menyediakan ruang untuk shalat, dan sebagainya (Pusat Kerukunan Umat Beragama, , 2014).

Demikian halnya, berbagai inisiatif masyarakat dalam memelihara kerukunan dapat dilihat dari kegiatan Peacemaking dan Peacekeeping dengan pendekatan Participatory Action Research yang dilakukan para pemuda di 16 kota di Indonesia (Asry, dkk., 2013). Fakta-fakta empirik di atas menunjukkan relasi antarumat beragama yang harmonis di tengah keberagaman pemeluk agama dengan komposisi mayoritas-minoritasnya. Suatu kondisi yang unik—setidaknya jika merujuk pada perkembangan hubungan umat beragama mayoritas vs minoritas di beberapa negara Eropa belakangan ini.

Persis pada titik unik itu penelitian ini hendak didudukkan. Penelitian ini hendak mengelaborasi relasi antarumat beragama yang berjalan harmonis di tengah ‘stigma’ mayoritas-minoritas itu. Secara khusus, penelitian ini hendak memotret dan mendalami relasi harmonis antarumat beragama minoritas Buddha di tengah keberadaan umat mayoritas Islam di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 174: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah154

hubungan antarumat beragama. Baik dilakukan peneliti kampus, untuk tujuan akademis dan penguatan keilmuan, maupun kalangan peneliti pemerintah yang banyak berhubungan dengan penyiapan bahan kebijakan.

Mujiburrahman (2006), misalnya, mengkaji relasi antara muslim dan Kristen di masa Orde Baru. Dalam kajian-disertasinya ini antara lain dijelaskan bahwa hubungan Kristen-Islam di Indonesia selama ini diwarnai oleh kecurigaan antar kelompok yang cukup dalam. Ada perasaan ‘saling terancam’ satu dengan lainnya. Kalangan Muslim dihantui ketakutan berlebihan bahwa umat Kristen akan melakukan segala cara untuk usaha Kristenisasi, di sisi lain umat Kristen dihantui ketakutan yang juga berlebihan bahwa umat Islam akan melakukan segala cara untuk mendirikan Negara Islam. Negara, dalam konteks relasi Islam-Kristen ini, kerap menjadi lahan pertikaian ketakutan berlebihan kedua kelompok tersebut.

Kajian lain dilakukan Fu Xie (2006), yang melihat hubungan antara orang Kristen dan Islam dalam masyarakat sipil di Kota Sukabumi dan Kota Bandung. Di antara temuannya, orang Kristen sebagai kelompok minoritas di kedua kota yang diteliti, lebih berperilaku inklusif dibandingkan dengan orang Islam. Hal ini seturut dengan teori Blau yang mengatakan bahwa semakin besar ukuran suatu kelompok maka semakin kecil kemungkinan anggota kelompok tersebut untuk berhubungan dengan kelompok lain.

Temuan lain, di kota besar (Bandung), seorang yang aktif di organisasi non-agama akan mempunyai trust terhadap agama lain yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini sesuai dengan teori Varshney yang mengatakan

Page 175: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 155

bahwa di kota-kota besar interaksi sehari-hari tidaklah efektif untuk meningkatkan hubungan, dan cara yang efektif adalah interaksi asosiasional.

Selanjutnya, Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq (2009) mengkaji relasi Kristen dan Islam (khususnya Muham-madiyah) di Ende, Nusa Tenggara Timur. Kajian ini menun-jukkan gambaran toleransi antara minoritas Islam dengan mayoritas Kristen (Katolik maupun Protestan) di NTT dalam wadah pendidikan Muhammadiyah. Digambarkan, SMA Muhammadiyah di Ende, misalnya, diterima baik oleh masyarakat yang mayoritas beragama Katolik. Lebih dari itu, dua pertiga murid SMA Muhammadiyah itu beragama Katolik, yang mana bagi mereka disediakan guru agama Katolik. Kajian ini memunculkan istilah “Krismuha” (Kristen-Muhammadiyah), wujud relasi ‘konvergensi teologis-sosiologis-paedagogis’ antara Kristen / Katolik dan Muhammadiyah.

Sementara itu, Umi Maftukhah (2014), mengkaji hubungan antarumat beragama di Losari, Magelang. Dengan menggunakan empat prasyarat fungsional ala Parson (adaptation, goal attainment, integration, dan latent pattern maseringance), ditemukan bahwa masyarakat Losari yang diteliti memenuhi ke empat prasyarat itu. Anggota masyarakat mendahulukan kepentingan umum dibanding pribadi (adaptation), yang ditujukan bukan untuk pribadi melainkan untuk tujuan bersama (goal attainment). Mereka juga meleburkan berbagai identitas demi menjaga menghindari konflik dan menjaga kebersamaan (integration), dan meski melebur namun tetap mempertahankan sesuatu dalam dirinya (latent pattern maseringance), yakni nilai agama

hubungan antarumat beragama. Baik dilakukan peneliti kampus, untuk tujuan akademis dan penguatan keilmuan, maupun kalangan peneliti pemerintah yang banyak berhubungan dengan penyiapan bahan kebijakan.

Mujiburrahman (2006), misalnya, mengkaji relasi antara muslim dan Kristen di masa Orde Baru. Dalam kajian-disertasinya ini antara lain dijelaskan bahwa hubungan Kristen-Islam di Indonesia selama ini diwarnai oleh kecurigaan antar kelompok yang cukup dalam. Ada perasaan ‘saling terancam’ satu dengan lainnya. Kalangan Muslim dihantui ketakutan berlebihan bahwa umat Kristen akan melakukan segala cara untuk usaha Kristenisasi, di sisi lain umat Kristen dihantui ketakutan yang juga berlebihan bahwa umat Islam akan melakukan segala cara untuk mendirikan Negara Islam. Negara, dalam konteks relasi Islam-Kristen ini, kerap menjadi lahan pertikaian ketakutan berlebihan kedua kelompok tersebut.

Kajian lain dilakukan Fu Xie (2006), yang melihat hubungan antara orang Kristen dan Islam dalam masyarakat sipil di Kota Sukabumi dan Kota Bandung. Di antara temuannya, orang Kristen sebagai kelompok minoritas di kedua kota yang diteliti, lebih berperilaku inklusif dibandingkan dengan orang Islam. Hal ini seturut dengan teori Blau yang mengatakan bahwa semakin besar ukuran suatu kelompok maka semakin kecil kemungkinan anggota kelompok tersebut untuk berhubungan dengan kelompok lain.

Temuan lain, di kota besar (Bandung), seorang yang aktif di organisasi non-agama akan mempunyai trust terhadap agama lain yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini sesuai dengan teori Varshney yang mengatakan

Page 176: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah156

dan norma-norma bermasyarakat. Relasi yang menegaskan adanya kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.

Penelitian dan kajian terkait topik ini juga telah sering dilakukan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Di antara sejumlah penelitian itu adalah terkait pengaruh sikap keberagamaan dan tingkat kepercayaan (trust) terhadap kerjasama antarumat beragama (2008). Penelitian kuantitatif ini antara lain menyimpulkan bahwa tingkat inklusivitas sikap keber-agamaan memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat kerjasama umat beragama sebesar 0,223 secara signifikan. Demikian halnya, tingkat kepercayaan (trust) yang berdimensi hubungan sosial memiliki pengaruh terhadap kerjasama sebesar 0,306, dan merupakan pengaruh langsung terbesar dari model analisis penelitian ini. Maka direkomendasikan penguatan program-program pengembangan inklusivitas beragama, dan peningkatan trust antar warga dengan membangun sarana/wahana yang memungkinkan pertemuan sesering mungkin antarumat beragama.

Kajian terkait hubungan antarumat beragama lainnya adalah peta kerukunan umat beragama, yang telah dilakukan dalam beberapa tahun. Tahun 2009 dilakukan pemetaan kerukunan umat beragama di berbagai daerah Indonesia (Ali. 2009). Kajian kualitatif ini memotret kondisi kerukunan kehidupan beragama di 10 daerah pedesaan/perkebunan di Indonesia.

Selain berhasil mengelaborasi kondisi kehidupan beragama, hubungan antarumat beragama, juga terinventarisasi potensi-potensi konflik, kecenderungan hubungan antarumat beragama, institusi-institusi lokal yang berperan dalam menjaga kerukunan, usaha-usaha yang

Page 177: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 157

dilakukan dalam menjaga integrasi sosial, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung lahirnya kondisi integrasi sosial kemasyarakatan. Kemudian tahun 2012 dilakukan Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama, yang juga memetakan secara kuantitatif kondisi kerukunan beragama di 33 provinsi. Hasilnya, sebagaimana diulas di atas, penelitian kuantitatif di 33 provinsi dengan 3.300 responden ini menunjukkan indeks kerukunan secara rata-rata nasional sebesar 3,67 (untuk rentang 1-5). Hal ini menegaskan kondisi kerukunan nasional yang berada dalam rentang cukup harmonis. Relasi antarumat beragama pada umumnya (secara rerata nasional) berjalan baik atau harmonis.

Kajian lain yang sangat relevan dan bahkan dilakukan dengan objek dan lokus yang sama dengan penelitian kali ini dilakukan oleh Sri Wahyuni (2009). Tidak seperti kajian-kajian relasi antaragama yang kerap menghadapkan Islam dan Kristen, Sri mengkaji relasi Buddha. Kajian ini menyimpulkan bahwa umat Buddha di Girikarto Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, sangat mengerti tentang pluralitas agama dan toleransi. Menurut mereka, masing-masing pemeluk agama harus saling menghormati, tolong menolong, tanpa rasa saling curiga dan diskriminasi. Dalam praktiknya, mereka juga hidup berdampingan dengan toleran dan harmonis. Namun di sisi lain, sikap toleransi mereka juga dilandasi oleh sikap apriopri terhadap agamanya masing-masing, atau keyakinan terhadap agama yang kurang begitu kuat. Mereka tidak membeda-bedakan para pemeluk agama, namun mereka juga tidak peduli ia beragama apa, karena mereka juga tidak terlalu konsisten dengan ajaran agamanya. Mereka lebih disatukan dengan tradisi dan adat kejawen. Sehingga, bentuk pemahaman dan sikap pluralisme mereka berupa sinkretisme. Temuan ini akan mengantarkan kajian kali ini.

dan norma-norma bermasyarakat. Relasi yang menegaskan adanya kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.

Penelitian dan kajian terkait topik ini juga telah sering dilakukan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Di antara sejumlah penelitian itu adalah terkait pengaruh sikap keberagamaan dan tingkat kepercayaan (trust) terhadap kerjasama antarumat beragama (2008). Penelitian kuantitatif ini antara lain menyimpulkan bahwa tingkat inklusivitas sikap keber-agamaan memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat kerjasama umat beragama sebesar 0,223 secara signifikan. Demikian halnya, tingkat kepercayaan (trust) yang berdimensi hubungan sosial memiliki pengaruh terhadap kerjasama sebesar 0,306, dan merupakan pengaruh langsung terbesar dari model analisis penelitian ini. Maka direkomendasikan penguatan program-program pengembangan inklusivitas beragama, dan peningkatan trust antar warga dengan membangun sarana/wahana yang memungkinkan pertemuan sesering mungkin antarumat beragama.

Kajian terkait hubungan antarumat beragama lainnya adalah peta kerukunan umat beragama, yang telah dilakukan dalam beberapa tahun. Tahun 2009 dilakukan pemetaan kerukunan umat beragama di berbagai daerah Indonesia (Ali. 2009). Kajian kualitatif ini memotret kondisi kerukunan kehidupan beragama di 10 daerah pedesaan/perkebunan di Indonesia.

Selain berhasil mengelaborasi kondisi kehidupan beragama, hubungan antarumat beragama, juga terinventarisasi potensi-potensi konflik, kecenderungan hubungan antarumat beragama, institusi-institusi lokal yang berperan dalam menjaga kerukunan, usaha-usaha yang

Page 178: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah158

Lalu, apa distingsi kajian kali ini? Angle pengkajian yang berupaya mendalami dasar pijak relasi mayoritas-minoritas di lokasi penelitian, dan sisi kekinian kajian topik ini, kiranya menjadi pembeda dan belum dikaji. Kajian kali ini hendak hadir dalam state of the arts wacana ini untuk melengkapi dan memutakhirkan kajian yang ada sebelumnya.

E. Konsep dan Teori

Kajian ini menggunakan konsep “relasi” sebagaimana didefinisikan Koentjaraningrat (2003:79), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Interaksi itu sendiri didefinisikan dengan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 2003:90).

Adapun “kelompok keagamaan”, yang dalam kajian ini adalah kelompok mayoritas Islam dan minoritas Buddha, didefinisikan dengan populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain. Di samping itu, kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan; b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan d. menentukan ciri

Page 179: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 159

kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain (Barth, 1988:11).

Teori ikatan antar warga yang dikemukakan Ashutosh Varshney akan digunakan dalam menganalisis. Varshney membagi ikatan antar warga menjadi dua bentuk, a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; dan b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpartisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), atau bermain bersama di lingkungan. Relasi kelompok mayoritas dan minoritas akan dilihat dalam bentuk-bentuk ikatan tersebut.

Selain itu, digunakan teori modal sosial (sosial capital), di mana jaringan sosialnya terdiri atas bonding, bridging, dan linking. Bonding kapital sosial bisa berupa nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat (custom). Pengertian sosial bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat dalam suatu sistem kemasyarakatan. Bridging sosial capital bisa berupa institusi maupun mekanisme. Sosial bridging (jembatan sosial) merupakan ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai kelemahan sehingga memutuskan untuk membangaun kekuatan di luar dirinya.

Adapun linking sosial capital bisa berupa hubungan/jaringan sosial yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan

Lalu, apa distingsi kajian kali ini? Angle pengkajian yang berupaya mendalami dasar pijak relasi mayoritas-minoritas di lokasi penelitian, dan sisi kekinian kajian topik ini, kiranya menjadi pembeda dan belum dikaji. Kajian kali ini hendak hadir dalam state of the arts wacana ini untuk melengkapi dan memutakhirkan kajian yang ada sebelumnya.

E. Konsep dan Teori

Kajian ini menggunakan konsep “relasi” sebagaimana didefinisikan Koentjaraningrat (2003:79), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Interaksi itu sendiri didefinisikan dengan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 2003:90).

Adapun “kelompok keagamaan”, yang dalam kajian ini adalah kelompok mayoritas Islam dan minoritas Buddha, didefinisikan dengan populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain. Di samping itu, kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan; b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan d. menentukan ciri

Page 180: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah160

sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat (Lawang, 2004). Fakta-fakta sosial relasi antarumat beragama di lokasi penelitian dipandang sebagai sosial capital bagi kerukunan, dan turut diuji dengan konsep dan teori ini.

F. Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci, meliputi: tokoh dan umat beragama Islam dan Buddha; perangkat RT, RW/Dukuh, Desa, dan Kecamatan; pejabat berkaitan pada Kementerian Agama Kabupaten Gunung Kidul dan Kanwil Agama Provinsi DI Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan langsung mengamati relasi / interaksi antarumat beragama di Panggang, termasuk live in di rumah warga / tokoh masyarakat. Adapun studi dokumentasi dilakukan di awal, saat proses, dan setelah pengumpulan data lapangan, sebagai bekal dan pengayaan bagi temuan lapangan.

Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data dengan cara pemeriksaan melalui sumber-sumber lain. Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan data serta reduksi data. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data. Pengumpulan data lapangan dilakukan langsung di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta, selama 12 hari, mulai 15 hingga 26 Mei 2015.

Page 181: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 161

SEKILAH DAERAH PENELITIAN

Gambaran Geodemografis

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan beribukota Wonosari. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, berjarak ± 39 km. Dengan luas wilayah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten ini dibagi atas 18 kecamatan dan 114 desa.

Gambar 1. Peta Kabupaten Gunung Kidul

sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat (Lawang, 2004). Fakta-fakta sosial relasi antarumat beragama di lokasi penelitian dipandang sebagai sosial capital bagi kerukunan, dan turut diuji dengan konsep dan teori ini.

F. Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci, meliputi: tokoh dan umat beragama Islam dan Buddha; perangkat RT, RW/Dukuh, Desa, dan Kecamatan; pejabat berkaitan pada Kementerian Agama Kabupaten Gunung Kidul dan Kanwil Agama Provinsi DI Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan langsung mengamati relasi / interaksi antarumat beragama di Panggang, termasuk live in di rumah warga / tokoh masyarakat. Adapun studi dokumentasi dilakukan di awal, saat proses, dan setelah pengumpulan data lapangan, sebagai bekal dan pengayaan bagi temuan lapangan.

Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data dengan cara pemeriksaan melalui sumber-sumber lain. Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan data serta reduksi data. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data. Pengumpulan data lapangan dilakukan langsung di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta, selama 12 hari, mulai 15 hingga 26 Mei 2015.

Page 182: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah162

Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul, di sebelah Barat dibatasi Kabupaten Bantul dan Sleman (Provinsi DIY); sebelah Utara dibatasi Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Prop. Jawa Tengah); sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Prop. Jawa Tengah); dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Sebagai lokus penelitian, kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Panggang. Data statistik mengantarkan ‘kompas target lokasi’ ke kecamatan ini. Di sini terdapat desa yang dihuni banyak pemeluk atau umat Buddha. Kecamatan Panggang merupakan satu dari delapan balas kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Berada kurang lebih 38 km barat daya Wonosari, kecamatan ini berbatasan wilayah dengan Kecamatan Playen dan Kecamatan Imogiri (Kabupaten Bantul) di Utara, dengan Kecamatan Paliyan dan Saptosari di Timur, dengan Samudra Indonesia di Selatan, dan Kecamatan Purwosari di Barat.

Secara administratif, kecamatan yang berpenghuni 29.965 jiwa (2014) ini memiliki 6 desa/kelurahan, yakni: Desa Girikarto dengan 3.459 jiwa, Desa Girisekar dengan 2.434 jiwa, Desa Girimulyo dengan 5.506 jiwa, Desa Giriwungu dengan 3.928, Desa Girisuko dengan 7.346 jiwa, dan Desa Giriharjo dengan 5.459 jiwa.

Mata pencaharian penduduk terutama adalah bertani atau berladang. Dari pengamatan, setiap pagi mulai sekitar jam 07.00 sebagian penduduk tua-muda berjalan kaki menuju ke ladang, atau sebagiannya memilih menggunakan kendaraan roda dua. Mereka hampir seharian berada di ladang. Ada yang mengurus ternak sapi, mengambil kelapa dari pohonnya, dan kebanyakan lainnya mengurus tanaman di kebunnya atau kebun orang lain yang diurusnya. Sekitar

Page 183: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 163

Gambar 2. Tradisi kenduri, mendo’akan arwah leluhur di Bulan Ruwah

pukul 17.00 sore mereka baru pulang, dengan sejumput hasil tanam atau sekedar kayu untuk bahan bakar tungkunya. Demikian setiap hari Senin-Minggu. Selain petani, sebagian lain penduduk bekerja sebagai pekerja bangunan, PNS, pedagang, dan lain-lain.

Tingkat pendidikan penduduk yang umumnya masih rendah, membuat tingkat ekonomi pun umumnya rendah. Hanya beberapa dari mereka yang bekerja ke kota, dan berpenghasilan memadai. Meski demikian, mereka tampak mencintai pekerjaan dan hidup sederhana.

Hampir semua penduduk beretnis Jawa, selain hanya beberapa saja yang bersuku lainnya, seperti dari Padang atau Sunda, yang biasanya pendatang yang berdagang atau bekerja di pemerintahan atau TNI/ Polri. Karena itu, budaya dan adat Jawa dominan di daerah ini. Kebanyakan penduduk mengamalkan budaya Kejawen, dengan adanya praktik seperti: sedekah bumi dua kali setahun yakni pada saat mau menanam dan saat memanen. Lalu setiap bulan Ruwah ada tradisi "ruwahan" atau Nyadran.

Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul, di sebelah Barat dibatasi Kabupaten Bantul dan Sleman (Provinsi DIY); sebelah Utara dibatasi Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Prop. Jawa Tengah); sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Prop. Jawa Tengah); dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Sebagai lokus penelitian, kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Panggang. Data statistik mengantarkan ‘kompas target lokasi’ ke kecamatan ini. Di sini terdapat desa yang dihuni banyak pemeluk atau umat Buddha. Kecamatan Panggang merupakan satu dari delapan balas kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Berada kurang lebih 38 km barat daya Wonosari, kecamatan ini berbatasan wilayah dengan Kecamatan Playen dan Kecamatan Imogiri (Kabupaten Bantul) di Utara, dengan Kecamatan Paliyan dan Saptosari di Timur, dengan Samudra Indonesia di Selatan, dan Kecamatan Purwosari di Barat.

Secara administratif, kecamatan yang berpenghuni 29.965 jiwa (2014) ini memiliki 6 desa/kelurahan, yakni: Desa Girikarto dengan 3.459 jiwa, Desa Girisekar dengan 2.434 jiwa, Desa Girimulyo dengan 5.506 jiwa, Desa Giriwungu dengan 3.928, Desa Girisuko dengan 7.346 jiwa, dan Desa Giriharjo dengan 5.459 jiwa.

Mata pencaharian penduduk terutama adalah bertani atau berladang. Dari pengamatan, setiap pagi mulai sekitar jam 07.00 sebagian penduduk tua-muda berjalan kaki menuju ke ladang, atau sebagiannya memilih menggunakan kendaraan roda dua. Mereka hampir seharian berada di ladang. Ada yang mengurus ternak sapi, mengambil kelapa dari pohonnya, dan kebanyakan lainnya mengurus tanaman di kebunnya atau kebun orang lain yang diurusnya. Sekitar

Page 184: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah164

Kehidupan Sosial Keagamaan

Mayoritas penduduk di Kecamatan Panggang saat ini beragama Islam. Selain itu, ada penduduk beragama Kristen, Katolik, dan Buddha. Sejauh data yang tersedia pada BPS dan Kementerian Agama setempat, tidak ada penduduk beragama Hindu dan Khonghucu di Kecamatan Panggang. Namun uniknya, di antara kecamatan di Gunung Kidul, di Kecamatan Panggang inilah, atau tepatnya di Desa Giri Karto, terdapat konsentrasi penduduk beragama Buddha. Dan dari 370 orang umat Buddha di Kecamatan Panggang itu, 331 orang di antaranya bermukim di Desa Girikarto dan sisanya (39 orang) berada di Desa Giriwungu. Berikut datanya (Tabel 1).

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemelukan Agama di Kecamatan Panggang dan Desa Girikarto 2014

Kecamatan Panggang Desa Girikarto

Islam 28.966 96,67% 3.601 90,84%

Kristen 418 1,39% 8 0,20%

Katolik 211 0,7% 24 0,60%

Hindu 0 - 0 -

Buddha 370 1,23% 331 8,35%

Khonghucu 0 - 0 -

29.965 100% 3.964 100%

Sumber: Data Cacah Penduduk 2014, Disdukcapil Kab. Gunung Kidul

Page 185: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 165

Menurut penuturan sesepuh Desa Girikarto, pada awalnya penduduk di Panggang (dan khususnya Girikarto) adalah pemeluk "Islam Abangan" atau "Islam KTP", atau tepatnya para penganut Islam Kejawen. Mereka mengaku beragama Islam namun tidak taat melaksanakan ajaran Islam, dan cukup konsisten dan komitmen terhadap amalan tradisi Kejawen. Lalu, karena adanya perkembangan kondisi perpolitikan nasional dan kekuasaan lokal, agama Buddha mulai masuk ke Panggang sekitar tahun 1979. Ajaran dan agama Buddha masuk melalui upaya tokoh-tokoh Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), sebuah organisasi tempat bernaung para penganut Kejawen. Selengkapnya dikisahkan Mud (22 Mei 2015),

“Di sini kan riwayatnya begini, kebanyakan dulu orang-orang sini punya keyakinan ada keraton yang namanya di sana Gerindra, Gerindro lah, bukan Gerindra-nya Pak Prabowo lho ya.. dulu itu ada yang namanya Gerindo lah.. Gerakan Rakyat Indonesia. Gerindo waktu dulu yang menyopiri adalah Ndoro Wisnu, orang Keraton Yogya. Itu pokoknya pada waktu itu, apa namanya, punya keyakinannya mengkristal. Gerindo itu nama perkumpulan. Lambangnya itu seperti bulat, seperti roda bergerigi. Lha, orang-orang sini asal disebut Gerindo itu bangkit. Nah, tahun 80 itu ada tokoh merangkul pemuka Gerindo. Pemuka Gerindo dirangkul gak tahu cara mainnya. Tapi kan memang dulu itu kan di sini juga terus terangnya masalah ekonomi. Ya ini kadang-kadang dihasut dengan... ya orang Jawa lah, dikasih apa segala macem, mungkin tertarik atau terpikat di sana.. Nah, sehingga orang yang dimuka itu menyebutkan ‘sing jenengi wargo Gerindo iku ya agomo Buddha.’

Kehidupan Sosial Keagamaan

Mayoritas penduduk di Kecamatan Panggang saat ini beragama Islam. Selain itu, ada penduduk beragama Kristen, Katolik, dan Buddha. Sejauh data yang tersedia pada BPS dan Kementerian Agama setempat, tidak ada penduduk beragama Hindu dan Khonghucu di Kecamatan Panggang. Namun uniknya, di antara kecamatan di Gunung Kidul, di Kecamatan Panggang inilah, atau tepatnya di Desa Giri Karto, terdapat konsentrasi penduduk beragama Buddha. Dan dari 370 orang umat Buddha di Kecamatan Panggang itu, 331 orang di antaranya bermukim di Desa Girikarto dan sisanya (39 orang) berada di Desa Giriwungu. Berikut datanya (Tabel 1).

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemelukan Agama di Kecamatan Panggang dan Desa Girikarto 2014

Kecamatan Panggang Desa Girikarto

Islam 28.966 96,67% 3.601 90,84%

Kristen 418 1,39% 8 0,20%

Katolik 211 0,7% 24 0,60%

Hindu 0 - 0 -

Buddha 370 1,23% 331 8,35%

Khonghucu 0 - 0 -

29.965 100% 3.964 100%

Sumber: Data Cacah Penduduk 2014, Disdukcapil Kab. Gunung Kidul

Page 186: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah166

Dengan begitu maka berduyun-duyun masyarakat desa ini berpindah dari agama Islam (KTP) ke agama Buddha. Meski demikian, dilanjutkan Mud,

[Pak Wisnu sendiri] oh nggak Buddha. Karena apa? Saya terakhir kali ikut itu, istilahe pasowanan, ngadep Ngodro Wisnu. Di sana mengarahkan tidak ke Buddha tidak ke Islam. tapi KTP itu harus kosong. Lha, tapi sayup-sayup saya dengar itu adalah kepercayaan, yang sang hiyang. Di sana sebenarnya maunya aliran kepercayaan. Karena Pemerintah tahu hal itu kan lalu ditutup, gak boleh berkembang... Pernah ada masalah KTP kosong, lalu diselesaikan Pemerintah, KTP gak boleh kosong, harus diisi apapun agamanya. Akhirnya habis, gak ada aliran kepercayaan... Lha, akhirnya, di sini semua habis ini.. ke Buddha, tahun 80-an. Hanya tinggall 9 orang satu pedukuhan yang Islam, tidak berubah. Nah, saya tekuni yang 9 orang, dari tahun 1920.”

Perkembangan Buddha dengan peningkatan jumlah pemeluknya itu terus berlangsung. Pembimbingan dan pemberdayaan umat Buddha di desa ini kemudian dilakukan oleh para biksu atau bante dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) yang berpusat di Siraman, Wonosari. Bantuan-bantuan materil secara rutin terus mengalir, termasuk renovasi dan pengembangan vihara untuk memenuhi kebutuhan tempat peribadatan.

Titik balik terjadi ketika memasuki era reformasi (1998). Perubahan kebijakan dalam kepemimpinan nasional dan gelombang dakwah Islam yang terus masuk menjadikan mulai banyaknya umat Buddha yang berpindah (kembali) ke Islam. Pemeluk Buddha terus menerus turun. Jika sebelumnya berjumlah seribuan, kini menurun drastis hingga tersisa

Page 187: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 167

sekitar 400-an orang saja. Pasalnya, ‘Islamisasi’ gencar dilakukan, sementara Buddha cenderung diam.

Pengurangan jumlah umat Buddha di Girikarto, menurut Mardi (21 Mei 2015), ketua RT yang juga sesepuh/pemuka agama Buddha, karena banyaknya praktik perkawinan lintas agama, di mana kebanyakan orang Buddha ‘mengalah’ masuk Islam saat akan menikah. Selain itu, banyak juga yang pindah agama karena ikut agama anak. Kasusnya terjadi ketika sang orang tua sudah sepuh dan khawatir tidak ada yang mengurus masa tuanya kelak, maka ia ikut berpindah masuk agama sang anak yakni Islam. Hal ini diamini Mud, pemuka agama Islam, meski ditambahkannya bahwa rekonversi ke Islam sebagai hasil dakwah yang dilakukannya bersama kaum muslimin lain. Disampaikannya juga, kembalinya banyak warga desa ke agama Islam karena semakin semaraknya kegiatan di masjid-masjid, sehingga mereka tertarik untuk ikut. Terlebih kegiatan di vihara tidak lebih aktif dari sebelumnya. Di samping itu, kegiatan Peringatan Hari Besar Islam kerap diacarakan secara besar, mengundang penceramah dan jamaah dari luar desa. Hal ini menjadikan acara kian semarak dan memancing minat banyak orang terlibat. Belum lagi ketika Idul Adha, daging kurban dibagikan secara merata ke semua warga, baik muslim maupun bukan.

Di Desa Girikarto memang cukup banyak masjid. Di desa ini terdapat 5 masjid dan 8 mushala, yang tersebar di sejumlah pedukuhan dan RT. Adapun umat Kristen memiliki gereja di daerah Petung. Untuk umat Buddha, terdapat 4 buah vihara. Yang terbesar adalah Vihara Girisurya, di daerah Wiloso. Yang lainnya, Vihara Bhakri Wira Dharma di

Dengan begitu maka berduyun-duyun masyarakat desa ini berpindah dari agama Islam (KTP) ke agama Buddha. Meski demikian, dilanjutkan Mud,

[Pak Wisnu sendiri] oh nggak Buddha. Karena apa? Saya terakhir kali ikut itu, istilahe pasowanan, ngadep Ngodro Wisnu. Di sana mengarahkan tidak ke Buddha tidak ke Islam. tapi KTP itu harus kosong. Lha, tapi sayup-sayup saya dengar itu adalah kepercayaan, yang sang hiyang. Di sana sebenarnya maunya aliran kepercayaan. Karena Pemerintah tahu hal itu kan lalu ditutup, gak boleh berkembang... Pernah ada masalah KTP kosong, lalu diselesaikan Pemerintah, KTP gak boleh kosong, harus diisi apapun agamanya. Akhirnya habis, gak ada aliran kepercayaan... Lha, akhirnya, di sini semua habis ini.. ke Buddha, tahun 80-an. Hanya tinggall 9 orang satu pedukuhan yang Islam, tidak berubah. Nah, saya tekuni yang 9 orang, dari tahun 1920.”

Perkembangan Buddha dengan peningkatan jumlah pemeluknya itu terus berlangsung. Pembimbingan dan pemberdayaan umat Buddha di desa ini kemudian dilakukan oleh para biksu atau bante dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) yang berpusat di Siraman, Wonosari. Bantuan-bantuan materil secara rutin terus mengalir, termasuk renovasi dan pengembangan vihara untuk memenuhi kebutuhan tempat peribadatan.

Titik balik terjadi ketika memasuki era reformasi (1998). Perubahan kebijakan dalam kepemimpinan nasional dan gelombang dakwah Islam yang terus masuk menjadikan mulai banyaknya umat Buddha yang berpindah (kembali) ke Islam. Pemeluk Buddha terus menerus turun. Jika sebelumnya berjumlah seribuan, kini menurun drastis hingga tersisa

Page 188: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah168

Pundung, Vihara Dharma Ratna di Nglaos, dan Vihara Giri Ratana di Petung.

Yang unik dalam profil keberagamaan masyarakat di sini adalah tingkat religiusitasnya yang dapat dikategorikan "abangan". Indikasinya, penduduk di sini mudah sekali keluar-masuk agama-agama. Dari Islam ke Buddha, lalu Islam lagi. Lalu, meski mengaku beragama pun jarang pergi ke vihara ataupun masjid. Profil seorang Laks (23 Mei 2015), misalnya, menarik dicermati sebagai contoh. Keluarga besar Laks (sejak kakek-nenek sampai orang tuanya) beragama Buddha semua. Laks sendiri beragama Islam karena semasa TK sampai SD disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah Islam. Di desa Girikarto ada sekolah TK Islam yang khusus untuk anak Islam. Lalu ada PAUD milik MBI (Buddha) yang gratis. Karena sekolah TK Islam dipandang mahal oleh sebagian masyarakat, maka ada beberapa murid yang beragama Islam ikut sekolah di Sekolah milik MBI (Buddha) ini. Kini murid PAUD terdiri atas 10 orang Buddhis, 3 muslim, dan 1 Katolik. Di PAUD ini tidak diajarkan pelajaran agama, melainkan hanya pelajaran umum, meski gurunya semua beragama Buddha. Laks sudah biasa shalat lima waktu dan sudah pernah khatam (tamat) membaca Quran. Mendapat calon suami seorang Buddhis taat (dari keluarga Buddha yang taat), Laks kemudian ‘terpaksa’ berpindah ke Buddha dulu agar bisa menikah. Harapannya setelah nikah bisa kembali ke Islam. Namun, hingga saat ini Laks tetap di Buddha. Ketika ditanya, “...sebagai yang pernah mengalami agama-agama, enakan di Islam atau di Buddha?”, Laks menjawab,

“Kalau aku sih Mas ya, kalau aku enakan di Buddha. Karena gak menuntut gini, gini, gini. Mau ke vihara atau

Page 189: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 169

enggak, boleh.. Mau dana atau gak, boleh.. Mau gini gak gini, boleh... hehe.”

Tergambar sedemikian ringan memahami beragama, berganti identitas agama, bahkan berpindah keyakinan. Hal ini didukung fakta lain yang juga dapat menujukkan tingkat keberagamaan masyarakat di sini. Ketika saatnya shalat Jum’at tiba, dari pengamatan peneliti di Masjid UH, ternyata ketika khatib naik ke mimbar baru ada lima orang jemaah yang sudah hadir. Jemaah yang akhinya kira-kira berjumlah tiga puluhan baru berdatangan ketika khatib sedang menyam-paikan khutbahnya. Yang unik lagi, banyak warga yang menghabiskan waktu siang pada hari Jum’at di ladang, alias mereka menyengaja tidak ikut Jum’atan.

Dalam amatan dan simpulan Sri Wahyuni (2009:33), masyarakat Muslim (dan juga Buddha) di Girikarto memiliki sikap apriori terhadap agamanya masing-masing, atau keyakinan terhadap agamanya kurang begitu kuat. Mereka tidak membeda-bedakan para pemeluk agama, namun mereka juga tidak peduli ia beragama apa, karena mereka juga tidak terlalu konsisten dengan ajaran agamanya. Mereka lebih disatukan dengan tradisi dan adat kejawen.

Masyarakat banyak yang menganut kejawen dan tradisi sesajennya, termasuk tradisi-tradisi di seputar siklus hidup (kematian, kelahiran dan tradisi perkawinan). Ada tradisi ngesur tanah, pada hari meninggalnya seseorang, hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus dari hari kematian, selalu dibuat sesajen dan kenduri. Ada juga tradisi terkait kelahiran, seperti tradisi tujuhbulanan dan delapanbulanan dengan dawetan.

Pundung, Vihara Dharma Ratna di Nglaos, dan Vihara Giri Ratana di Petung.

Yang unik dalam profil keberagamaan masyarakat di sini adalah tingkat religiusitasnya yang dapat dikategorikan "abangan". Indikasinya, penduduk di sini mudah sekali keluar-masuk agama-agama. Dari Islam ke Buddha, lalu Islam lagi. Lalu, meski mengaku beragama pun jarang pergi ke vihara ataupun masjid. Profil seorang Laks (23 Mei 2015), misalnya, menarik dicermati sebagai contoh. Keluarga besar Laks (sejak kakek-nenek sampai orang tuanya) beragama Buddha semua. Laks sendiri beragama Islam karena semasa TK sampai SD disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah Islam. Di desa Girikarto ada sekolah TK Islam yang khusus untuk anak Islam. Lalu ada PAUD milik MBI (Buddha) yang gratis. Karena sekolah TK Islam dipandang mahal oleh sebagian masyarakat, maka ada beberapa murid yang beragama Islam ikut sekolah di Sekolah milik MBI (Buddha) ini. Kini murid PAUD terdiri atas 10 orang Buddhis, 3 muslim, dan 1 Katolik. Di PAUD ini tidak diajarkan pelajaran agama, melainkan hanya pelajaran umum, meski gurunya semua beragama Buddha. Laks sudah biasa shalat lima waktu dan sudah pernah khatam (tamat) membaca Quran. Mendapat calon suami seorang Buddhis taat (dari keluarga Buddha yang taat), Laks kemudian ‘terpaksa’ berpindah ke Buddha dulu agar bisa menikah. Harapannya setelah nikah bisa kembali ke Islam. Namun, hingga saat ini Laks tetap di Buddha. Ketika ditanya, “...sebagai yang pernah mengalami agama-agama, enakan di Islam atau di Buddha?”, Laks menjawab,

“Kalau aku sih Mas ya, kalau aku enakan di Buddha. Karena gak menuntut gini, gini, gini. Mau ke vihara atau

Page 190: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah170

Di dalam lingkungan yang “abangan” tersebut sesungguhnya telah muncul kesadaran untuk memperbaiki keberagamaan masyarakat. Ada sejumlah orang yang terus mengembangkan dakwah agama Islam di tengah masyarakat Girikarto yang sedang bergeliat itu.

Selain da’i-da’i di masjid masing-masing, atau dari lembaga-lembaga semisal Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan PDHI (Persatuan Djamaah Hadji Indonesia), ada juga ustad muda yang sedang terus mengembangkan dakwah melalui pesantrennya, Darush Sholihin, yakni Ustadz Muh. AT. Meski pesantrennya ada di wilayah Girisekar, namun jangkauan dakwahnya meluas hingga desa dan kecamatan lain di Gunung Kidul.

Di pesantrennya ini, selain mengadakan pengajian TKA/TPA harian, ada pengajian mingguan, program Qurban, bazzar, donasi, hingga penerbitan buku. Ustadz muda kreatif ini menggunakan jaringan perkawanan-maya dari lamannya rumaysho.com untuk mengundang simpati dan donasi untuk membiayai berbagai upaya dakwahnya di Gunung Kidul itu. Banyak upayanya yang berhasil, seperti semakin banyaknya yang tertarik dengan ajaran Islam, kemauan berjilbab, dan praktik beragama praktis lainnya. Hanya saja, ini ganjalannya, di kalangan tertentu geliat dakwahnya ini menimbulkan kecurigaan dan respon negatif. Ada pihak yang curiga menge-nai sumber pendanaan pesantren dan aktivitas dakwahnya. Program “pelunasan utang” jemaah juga menimbulkan tanda tanya masyarakat.

Beberapa orang di Girikarto misalnya berkomentar yang menduga Pesantren DS mendapat bantuan dana dari Arab Saudi atau pihak lain. “Ustadznya tak kelihatan usahanya, tapi bisa membangun dan memberi sumbangan pada

Page 191: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 171

proposal-proposal yang masuk.” Bahkan ada yang menengarainya sebagai kelompok teroris, dengan melihat cara berpakaian atau berkerudung santri puterinya. Tuduhan-tuduhan ini terjawab ketika peneliti mewawancarai Ust Muh AT (23 Mei 2015), bahwa dana berasal dari “hamba Allah” (anonim) yang menyampaikan donasinya via penawaran program dakwah di laman-laman maya yang dikelolanya. Para donatur itu tampak mendapat menfaat dan tertarik dengan berbagai postingan yang uptodate dalam laman-laman itu. Lalu, ajaran dakwahnya yang berbau salafi sedikit-banyak bertabrakan dengan kebiasaan masyarakat dan tradisi keagamaan masyarakat yang membudaya.

Minoritas Seberapa Bertahan?

Di tengah mayoritas muslim yang cukup agresif, seberapa bertahan komunitas minoritas Buddha di Girikarto, Panggang, Gunung Kidul? Pertanyaan ini menarik diajukan untuk menjawab kepenasaranan akan kondisi terus menurunnya populasi umat Buddha di Panggang dari tahun ke tahun belakangan ini. Pertanyaan ini juga sekaligus mengukur seberapa memadai modal sosial (sosial capital) kelompok-kelompok keagamaan dalam berelasi satu sama lain.

Sebagaimana dijelaskan di atas, populasi umat Buddha kecenderungannya terus menurun, sejak era reformasi hingga kini. Jika awal tahun 1980-an ada ribuan pemeluk Buddha di Girikarto, dan mulai tahun 1998-an mulai berkurang, kini diperkirakan tinggall sekitar 400-an orang saja, atau bahkan data resminya saat ini di berjumlah 370 di Kecamatan

Di dalam lingkungan yang “abangan” tersebut sesungguhnya telah muncul kesadaran untuk memperbaiki keberagamaan masyarakat. Ada sejumlah orang yang terus mengembangkan dakwah agama Islam di tengah masyarakat Girikarto yang sedang bergeliat itu.

Selain da’i-da’i di masjid masing-masing, atau dari lembaga-lembaga semisal Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan PDHI (Persatuan Djamaah Hadji Indonesia), ada juga ustad muda yang sedang terus mengembangkan dakwah melalui pesantrennya, Darush Sholihin, yakni Ustadz Muh. AT. Meski pesantrennya ada di wilayah Girisekar, namun jangkauan dakwahnya meluas hingga desa dan kecamatan lain di Gunung Kidul.

Di pesantrennya ini, selain mengadakan pengajian TKA/TPA harian, ada pengajian mingguan, program Qurban, bazzar, donasi, hingga penerbitan buku. Ustadz muda kreatif ini menggunakan jaringan perkawanan-maya dari lamannya rumaysho.com untuk mengundang simpati dan donasi untuk membiayai berbagai upaya dakwahnya di Gunung Kidul itu. Banyak upayanya yang berhasil, seperti semakin banyaknya yang tertarik dengan ajaran Islam, kemauan berjilbab, dan praktik beragama praktis lainnya. Hanya saja, ini ganjalannya, di kalangan tertentu geliat dakwahnya ini menimbulkan kecurigaan dan respon negatif. Ada pihak yang curiga menge-nai sumber pendanaan pesantren dan aktivitas dakwahnya. Program “pelunasan utang” jemaah juga menimbulkan tanda tanya masyarakat.

Beberapa orang di Girikarto misalnya berkomentar yang menduga Pesantren DS mendapat bantuan dana dari Arab Saudi atau pihak lain. “Ustadznya tak kelihatan usahanya, tapi bisa membangun dan memberi sumbangan pada

Page 192: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah172

Gambar 3. Sembahyang sebelum Sekolah Minggu Buddhis

Panggang (yakni 371 orang di Desa Girikarto dan 39 orang di Desa Giriwungu).

Telah disinggung di atas, bahwa di antara penyebab penurunan jumlah umat Buddha di Girikarto, Panggang ini adalah, pertama, berpindahnya pemeluk Buddha ke Islam karena pernikahannya dengan seorang muslim. Baik aturan agama maupun UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mengatur bahwa perkawinan hanya sah jika kedua calon mempelai seagama.

Menyiasati keberbedaan agama, biasanya sang mempelai pria atau wanita yang beragama Buddha ‘mengalah’ untuk masuk Islam sebelum perkawinan. Memang setelah berkeluarga sebagian ada yang kembali ke agama asal, sehingga keluarga tersebut multi agama, namun kebanyakan tetap pada agama Islam.

Page 193: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 173

Hal ini menyebabkan komunitas umat Buddha perlahan namun pasti terus berkurang. Kedua, orang tua yang sudah sepuh ditengarai banyak yang berpindah agama mengikuti anaknya yang muslim duluan. Hal ini dilatari kekhawatiran tidak ada yang mengurus ketika dirinya meninggal kelak. Ketiga, pindah agama menjadi muslim karena ikut pimpinan. Ada kasus di mana seorang yang telah menjabat pimpinan dan membimbing sekelompok umat di suatu vihara berpindah ke Islam. Hal ini mempengaruhi pengikutnya untuk juga “ikut-ikutan” pindah ke Islam. Meski kasusnya tidak banyak, namun dalam konteks satu pedukuhan, hal ini dinilai cukup efektif. Dan keempat, pindah ke Muslim karena tertarik dengan banyaknya aktivitas sosial dan kegiatan bersama, seperti aktivitas Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Utamanya di kalangan pemuda, hal ini cukup efektif karena secara psikologi perkembangan masa muda masa-masanya aktif dan berkreativitas.

Lalu, apa mekanisme pertahanan atau penguatan diri (sosial bonding) yang dilakukan pemuka agama Buddha terhadap umatnya? Pertama, penguatan iman umat akan ajaran Buddha melalui pembinaan rohani berkala satu minggu sekali. Selain melakukan ritual do’a-do’a yang dilakukan secara bersama-sama, juga diberikan petuah-petuah dari ajaran Sang Buddha. Upaya penerapan nilai-nilai agama. Biasa digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Di Vihara Giri Surya, misalnya, disediakan buku “Tata Cara Sembahyang Agama Buddha Indonesia Berbahasa Jawa”, untuk menjadi panduan bagi umat. Ibadat Minggu ini biasa diikuti segenap umat Buddha di viharanya masing-masing, ataupun juga bisa dilakukan sendiri di rumah masing-masing. Kedua, penguatan ekonomi umat dengan pemberian bantuan sosial yang biasanya diberikan dari MBI (Majelis Buddhayana

Gambar 3. Sembahyang sebelum Sekolah Minggu Buddhis

Panggang (yakni 371 orang di Desa Girikarto dan 39 orang di Desa Giriwungu).

Telah disinggung di atas, bahwa di antara penyebab penurunan jumlah umat Buddha di Girikarto, Panggang ini adalah, pertama, berpindahnya pemeluk Buddha ke Islam karena pernikahannya dengan seorang muslim. Baik aturan agama maupun UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mengatur bahwa perkawinan hanya sah jika kedua calon mempelai seagama.

Menyiasati keberbedaan agama, biasanya sang mempelai pria atau wanita yang beragama Buddha ‘mengalah’ untuk masuk Islam sebelum perkawinan. Memang setelah berkeluarga sebagian ada yang kembali ke agama asal, sehingga keluarga tersebut multi agama, namun kebanyakan tetap pada agama Islam.

Page 194: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah174

Indonesia). Ketiga, sebagai upaya penguatan soliditas dan solidaritas sesama jemaah, diperbanyak acara-acara pertemuan. Semisal, ada arisan mingguan yang diikuti oleh ibu-ibu Buddhis pada setiap malam Minggu. Lalu ada juga arisan dua mingguan yang diikuti pemuda-pemudi Buddhis. Selain itu, setiap Minggu pagi ada ibadat bersama di vihara dan Sekolah Minggu Buddhis (SMB).

Di kalangan muslim, upaya sosial bonding juga dilakukan. Ada pengajian mingguan di masjid-masjid, acara yasinan atau tahlilan di rumah-rumah jemaah, penyelenggaraan sekolah agama untuk anak-anak muslim, dan lain-lain. Selain itu, ada juga arisan Qurban, selain untuk mempersiapkan pembelian bersama hewan qurban, juga dalam maksud menguatkan ukhuwah Islamiyah melalui pertemuan-pertemuan dalam arisan tersebut.

Meski dalam posisinya yang minoritas dan terus menyusut, umat Buddha di Girikarto tetap tenang dan tak tampak kekhawatiran yang berlebihan. Bahkan Mur, pemuka agama Buddha, mengatakan dengan tenang, “Meski tinggall saya sendiri yang Buddhis, tidak apa-apa, asalkan nilai-nilai Buddha diterapkan oleh semua manusia, " katanya.

‘Sabuk’ Relasi Muslim-Buddhis

Jika upaya sosial bonding berfokus pada penguatan soliditas internal untuk pertahanan eksistensi kelompok, sosial bridging lebih melintas batas identitas kelompok untuk pemer-kuatan kehidupan bersama. Dalam konteks relasi mayoritas muslim dan minoritas Buddha di Panggang, jaring-jaring yang menguatkan ikatan antar warga berbeda identitas tampak nyata. Dalam civic engagement sebagaimana dibagi dua oleh

Page 195: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 175

Gambar 4. Gotong-royong warga membangun bale RT

Ashutosh Varshney, asosiasional dan quotidian, temuan lapangan penelitian ini mengonfirmasi teori tersebut.

Secara "asosiasional", relasi antara Muslim-Buddhis terjalin dengan adanya sejumlah forum bersama yang merekat-kan relasi antar warga (baca: antarumat), seperti: arisan warga "sepuluhan", arisan RW/dukuh, organisasi pemelihara kambing oleh Bapak-bapak, dan tim bola voli di setiap RT yang berlomba antar-RT setiap 17-an. Adapun secara "quotidian" yang terjadi adalah adanya budaya saling kunjung saat “kenduren reroyo” (Idul Fitri), makan bersama dalam acara kenduren ruwahan atau sedekah bumi, saling partisipasi saat hari besar keagamaan, saling mengunjungi, budaya sambatan jika ada tetangga yang membangun rumah, serta gotong royong warga membangun fasilitas publik.

Indonesia). Ketiga, sebagai upaya penguatan soliditas dan solidaritas sesama jemaah, diperbanyak acara-acara pertemuan. Semisal, ada arisan mingguan yang diikuti oleh ibu-ibu Buddhis pada setiap malam Minggu. Lalu ada juga arisan dua mingguan yang diikuti pemuda-pemudi Buddhis. Selain itu, setiap Minggu pagi ada ibadat bersama di vihara dan Sekolah Minggu Buddhis (SMB).

Di kalangan muslim, upaya sosial bonding juga dilakukan. Ada pengajian mingguan di masjid-masjid, acara yasinan atau tahlilan di rumah-rumah jemaah, penyelenggaraan sekolah agama untuk anak-anak muslim, dan lain-lain. Selain itu, ada juga arisan Qurban, selain untuk mempersiapkan pembelian bersama hewan qurban, juga dalam maksud menguatkan ukhuwah Islamiyah melalui pertemuan-pertemuan dalam arisan tersebut.

Meski dalam posisinya yang minoritas dan terus menyusut, umat Buddha di Girikarto tetap tenang dan tak tampak kekhawatiran yang berlebihan. Bahkan Mur, pemuka agama Buddha, mengatakan dengan tenang, “Meski tinggall saya sendiri yang Buddhis, tidak apa-apa, asalkan nilai-nilai Buddha diterapkan oleh semua manusia, " katanya.

‘Sabuk’ Relasi Muslim-Buddhis

Jika upaya sosial bonding berfokus pada penguatan soliditas internal untuk pertahanan eksistensi kelompok, sosial bridging lebih melintas batas identitas kelompok untuk pemer-kuatan kehidupan bersama. Dalam konteks relasi mayoritas muslim dan minoritas Buddha di Panggang, jaring-jaring yang menguatkan ikatan antar warga berbeda identitas tampak nyata. Dalam civic engagement sebagaimana dibagi dua oleh

Page 196: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah176

Dari pengamatan dan live in di lokasi, ikatan quotidian tampak lebih kuat dibanding asosiasional. Pergaulan sehari-hari antar warga berbeda agama tampak lebih menonjol mendekatkan, dibanding forum-forum (yang bahkan tak ada forum lintas agama di sini). Hal ini cocok atau mengonfirmasi pendapat Varshney, bahwa dalam kategori masyarakat perde-saan kerjasama sehari-hari (quotidian) lebih menonjol dibanding kerjasama asosiasional. Berbanding terbalik kondisinya dengan di perkotaan.

Di luar itu, terjadinya kawin-mawin antaragama juga menguatkan sosial bridging ikatan antar warga. Searah dengan itu, di Girikarto ada beberapa keluarga yang beranggota keluarga yang multi agama, di mana sang suami Islam, istri Budha, dan anak Katolik. Uniknya, meski ada kasus, namun tidak menonjol adanya masalah soal perbedaan agama dalam keluarga multi agama tersebut. Lebih-lebih, secara umum, masyarakat di sini tampak mudah sekali berpindah agama atau berganti keyakinan. Cara beragama yang cenderung pluralistik-sinkretik seperti itu, secara teoritik, lebih mudah terjalinnya sosial bridging, karena nilai-nilai kelompok menjadi lebih longgar atau bahkan membaur.

Last but not least, yang menguatkan kerukunan di daerah ini adalah adanya nilai-nilai budaya [Jawa, kejawen] yang dipertahankan. Meski beragama Islam ataupun Buddha, masyarakat masih melakukan acara kenduren ruwahan, sedekah bumi, dlsb. secara bersama-sama, sebagai penghormatan kepada leluhur. Bahkan, ada mekanisme kontrol, jika ada yang tidak ikut akan ditegur oleh kawan lainnya atau bahkan dihukum sosial, dikucilkan.

Page 197: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 177

Mengapa Mau Berelasi-Harmonis?

Dari paparan di atas, tampak bahwa terbangun relasi antara umat Buddha dan Islam di Girikarto, Panggang, Gunung Kidul. Merujuk pada konsep “relasi” sebagaimana didefinisikan Koentjaraningrat, maka di antara kedua umat yang notabene mayoritas dan minoritas itu telah melakukan interaksi, dan bentuk-bentuk aksi-reaksi dalam bermasya-rakat.

Relasi antarumat tercipta lebih karena adanya kebutuhan bersama untuk hidup bersama, guyub, rukun, saling tolong menolong. Selain itu, masyarakat di sini juga telah menyejarah mengalami pluralitas agama dan toleransi. Hal ini misalnya tersirat dari pernyataan Mur, pemuka agama Buddha,

“Kalau masalah kerukunan di sini itu gak ada bandingnya, Mas, dibanding kalau lain kecamatan. Lain kecamatan kan kadangkala itu ada bentrok. Kalau di sini gak ada. [kenapa?] ya karena... ya meskipun lain agama kepercayaan orang sini kan satu jalan, Tuhan, sama, Tuhannya sama. Yang bedanya ya pada waktu kita ibadah, atau kalau kita berdo’a di vihara, kalau Islam di masjid. Lain tempatnya tapi kan tujuannya sama, Tuhan.”

Modal sosial dalam agama Islam dan Buddha tentang budaya damai cukup tersedia. Namun modal sosial berupa budaya bersama juga sangat menonjol. Bahwa meskipun ber-agama berbeda, masyarakat sangat menjunjung budaya Jawa/Kejawen, dengan mengatakan “karena itu sudah kebiasaan orang tua kami." ‘Sabuk budaya’ ini bahkan melampaui keberbedaan identitas agama dan lainnya. Dapat dikatakan, nilai agama dan pranata hukum tidak lebih menonjol.

Dari pengamatan dan live in di lokasi, ikatan quotidian tampak lebih kuat dibanding asosiasional. Pergaulan sehari-hari antar warga berbeda agama tampak lebih menonjol mendekatkan, dibanding forum-forum (yang bahkan tak ada forum lintas agama di sini). Hal ini cocok atau mengonfirmasi pendapat Varshney, bahwa dalam kategori masyarakat perde-saan kerjasama sehari-hari (quotidian) lebih menonjol dibanding kerjasama asosiasional. Berbanding terbalik kondisinya dengan di perkotaan.

Di luar itu, terjadinya kawin-mawin antaragama juga menguatkan sosial bridging ikatan antar warga. Searah dengan itu, di Girikarto ada beberapa keluarga yang beranggota keluarga yang multi agama, di mana sang suami Islam, istri Budha, dan anak Katolik. Uniknya, meski ada kasus, namun tidak menonjol adanya masalah soal perbedaan agama dalam keluarga multi agama tersebut. Lebih-lebih, secara umum, masyarakat di sini tampak mudah sekali berpindah agama atau berganti keyakinan. Cara beragama yang cenderung pluralistik-sinkretik seperti itu, secara teoritik, lebih mudah terjalinnya sosial bridging, karena nilai-nilai kelompok menjadi lebih longgar atau bahkan membaur.

Last but not least, yang menguatkan kerukunan di daerah ini adalah adanya nilai-nilai budaya [Jawa, kejawen] yang dipertahankan. Meski beragama Islam ataupun Buddha, masyarakat masih melakukan acara kenduren ruwahan, sedekah bumi, dlsb. secara bersama-sama, sebagai penghormatan kepada leluhur. Bahkan, ada mekanisme kontrol, jika ada yang tidak ikut akan ditegur oleh kawan lainnya atau bahkan dihukum sosial, dikucilkan.

Page 198: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah178

PENUTUP

Simpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam membangun relasi antarumat beragama, umat Islam dan Buddha di Panggang melandaskan pada kebutuhan bersama untuk guyub, hidup rukun. Selain ada landasan perintah teologis untuk hidup bersama dalam damai, masing-masing umat agama terikat kuat dalam “sabuk budaya” leluhur Jawa, yang bahkan di atas ikatan keagamaan.

2. Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas Islam dan minoritas Buddha di Panggang, adalah sebagai-mana konsep ikatan warga Varshney. Ada ikatan asosia-sional dalam bentuk arisan warga "sepuluhan", arisan RW/dukuh, organisasi pemelihara kambing oleh Bapak-bapak, dan tim bola voli RT. Ada juga ikatan "quotidian" berupa budaya saling kunjung saat “kenduren reroyo”, makan bersama dalam kenduren ruwahan atau sedekah bumi, saling partisipasi saat hari besar keagamaan, saling mengunjungi, budaya sambatan, serta gotong royong warga.

3. Dengan adanya relasi bersifat sosial bridging, yakni dalam lingkup asosiasional dan quotidian di atas, kedua kelompok umat beragama dapat hidup bersama dalam damai. Sosial bonding yang dilakukan masing-masing kelompok agama tidak mendorong pada eksklusivisme kelompok,

Page 199: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 179

melainkan sebentuk pemerkuatan eksistensi untuk mendukung tujuan bersama yang dicitakan.

Rekomendasi

Penelitian ini memberikan saran pertimbangan sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah dan Kantor Kementerian Agama perlu terus mengembangkan budaya damai antar warga dengan menekankan pada pengembangan nilai-nilai agama dan budaya lokal. Eksplorasi dan implementasi nilai-nilai tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk program dialog berkala, pembentukan wadah kerukunan warga, ataupun pendampingan kegiatan masyarakat. Penyuluh agama dan tenaga sosial dapat diberdayakan dalam hal ini.

2. Peneliti dan akademisi penting mengkaji lebih dalam fenomena ‘inkompatibiltas’ ajaran agama dan praktik budaya masyarakat. Secara praktis, dapat dilakukan penguatan konsep dan praktik “Islam Nusantara yang Berkemajuan” sebagai piranti pribumisasi ajaran agama dalam konteks budaya Indonesia yang beragam dan unik.

PENUTUP

Simpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam membangun relasi antarumat beragama, umat Islam dan Buddha di Panggang melandaskan pada kebutuhan bersama untuk guyub, hidup rukun. Selain ada landasan perintah teologis untuk hidup bersama dalam damai, masing-masing umat agama terikat kuat dalam “sabuk budaya” leluhur Jawa, yang bahkan di atas ikatan keagamaan.

2. Bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas Islam dan minoritas Buddha di Panggang, adalah sebagai-mana konsep ikatan warga Varshney. Ada ikatan asosia-sional dalam bentuk arisan warga "sepuluhan", arisan RW/dukuh, organisasi pemelihara kambing oleh Bapak-bapak, dan tim bola voli RT. Ada juga ikatan "quotidian" berupa budaya saling kunjung saat “kenduren reroyo”, makan bersama dalam kenduren ruwahan atau sedekah bumi, saling partisipasi saat hari besar keagamaan, saling mengunjungi, budaya sambatan, serta gotong royong warga.

3. Dengan adanya relasi bersifat sosial bridging, yakni dalam lingkup asosiasional dan quotidian di atas, kedua kelompok umat beragama dapat hidup bersama dalam damai. Sosial bonding yang dilakukan masing-masing kelompok agama tidak mendorong pada eksklusivisme kelompok,

Page 200: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah180

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka:

Ahmad, Haidlor Ali (ed.), Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2013.

Ali, Mursyid, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009.

Asry, M. Yusuf, dkk., Masyarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013.

Barth, Fredrik. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press, 1988.

Endraswara, Suwardi, Agama Jawa: Laku Batin Menuju Sangkan Paran, Yogyakarta: Lembu Jawa, 2012.

Fu Xie, “Hubungan antara Orang Kristen dan Islam dalam Masyarakat Sipil (Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung), disertasi, Jakarta: Fisip UI, 2006.

Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia 2012, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012

Lawang, Robert M.Z. Kapita Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar. Depok: Fisip UI Press, 2004.

Page 201: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 181

Mudzhar, Mohamad Atho, Islam in a Globalized World, Jakarta: The Center for Research and Development of Religious Life, The Office of Research and Development, and Training, Ministry of Religious Affairs Republic of Indonesia, 2011.

Maftukhah, Umi, “Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Masyarakat Plural (Studi Kerukunan Antarumat Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Buddha di Dusun Losari, Kelurahan Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang,” skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Mujiburrahman, Feeling Threatened: Muslim-Christian Relations in Indonesia's New Order. Leiden: Amsterdam University Press, 2006.

Mulkan, Abdul Munir, dkk. Kebatinan dan Dakwah kepada Orang Jawa, Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan, 1987.

Mu’ti, Abdul, dan Fajar Riza Ul Haq, Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan, Jakarta: Al-Wasat Publishing House, 2009.

Pedoman Dasar Umat Buddha Mahayana, Bandung: Angkatan Muda Vihara Buddha Gaya, tt.

Pelangi Agama di Ufuk Indonesia: Fakta dan Cerita Kerukunan Beragama, Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama, Setjen Kementerian Agama, 2014.

Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.

Tim Peneliti, Penelitian tentang Kerjasama Antarumat Beragama di Indonesia (Pengaruh Karakteristik Individu, Status Sosial Ekonomi, Sikap Keberagamaan dan Tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka:

Ahmad, Haidlor Ali (ed.), Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2013.

Ali, Mursyid, Pemetaan Kerukunan Kehidupan Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009.

Asry, M. Yusuf, dkk., Masyarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2013.

Barth, Fredrik. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press, 1988.

Endraswara, Suwardi, Agama Jawa: Laku Batin Menuju Sangkan Paran, Yogyakarta: Lembu Jawa, 2012.

Fu Xie, “Hubungan antara Orang Kristen dan Islam dalam Masyarakat Sipil (Studi di Kota Sukabumi dan Kota Bandung), disertasi, Jakarta: Fisip UI, 2006.

Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia 2012, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012

Lawang, Robert M.Z. Kapita Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar. Depok: Fisip UI Press, 2004.

Page 202: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah182

Kepercayaan/trust terhadap Kerjasama Antarumat Beragama). Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2008.

Wahyuni, Sri, “Pluralisme Agama dan Toleransi Bagi Umat Buddha di Kecamatan Panggang Gunung Kidul,” Laporan Hasil Penelitian, 2009.

Internet:

http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pesatnya-penyebaran-islam-di-eropa-dan-amerika.html.

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2013/07/05/241532/tradisi-nyadran-masih-semarak-di-pedesaan, diakses pada 22 Juli 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kejawen, diakses pada 21 Juli 2015.

http://panjimas.com/news/2015/07/19/masjid-di-papua-dibakar-umat-islam-geruduk-gereja-liar-gidi-di-solo/, diakses pada 21 Juli 2015.

http://www.pewresearch.org/fact-tank/2015/04/23/why-muslims-are-the-worlds-fastest-growing-religious-group/, diakses 22 Juli 2015.

Page 203: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 183

RELASI ANTARA UMAT ISLAM DAN KATOLIK DI KELURAHAN MUNTILAN, MAGELANG,

JAWA TENGAH

Oleh: Ibnu Hasan Muchtar

Haris Burhani

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN

BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA R.I

2016

Kepercayaan/trust terhadap Kerjasama Antarumat Beragama). Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2008.

Wahyuni, Sri, “Pluralisme Agama dan Toleransi Bagi Umat Buddha di Kecamatan Panggang Gunung Kidul,” Laporan Hasil Penelitian, 2009.

Internet:

http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pesatnya-penyebaran-islam-di-eropa-dan-amerika.html.

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2013/07/05/241532/tradisi-nyadran-masih-semarak-di-pedesaan, diakses pada 22 Juli 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kejawen, diakses pada 21 Juli 2015.

http://panjimas.com/news/2015/07/19/masjid-di-papua-dibakar-umat-islam-geruduk-gereja-liar-gidi-di-solo/, diakses pada 21 Juli 2015.

http://www.pewresearch.org/fact-tank/2015/04/23/why-muslims-are-the-worlds-fastest-growing-religious-group/, diakses 22 Juli 2015.

Page 204: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah184

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tiap suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan cara yang tidak mengacuhkan suku atau bangsa-bangsa tetangganya. Di sisi lain, ada pendapat yang mengatakan, suatu suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan jalan isolasi geografis dan isolasi sosial (Barth, 1988:9-10), sebagaimana dilakukan oleh suku Badui, suku Naga, dan orang Samin.

Penelitian empirik tentang sifat-sifat suatu batas budaya, menghasilkan dua temuan yang memperlihatkan ketidaktepatan dua pandangan tersebut. Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. Dengan kata lain, adanya perbedaan antaretnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembauran, kontak dan pertukaran informasi, namun lebih disebabkan oleh adanya proses-proses sosial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga perbedaan kategori tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seseorang; Kedua, dapat ditemukan hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, yang biasanya terjadi karena adanya status etnik yang terdikotomi.

Berdasarkan hal tersebut, ciri masing-masing kelompok etnik yang berbeda tidak ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan penerimaan sosial, tetapi sebaliknya justru karena didasari oleh terbentuknya sistem sosial

Page 205: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 185

tertentu. Interaksi yang demikian tidak akan mengakibatkan pembaruan dengan perubahan budaya dan akulturasi. Perbedaan-perbedaan budaya ini justru akan bertahan walaupun terjadi hubungan antaretnik dan ada saling ketergantungan antaretnik (Barth, 1988:10).

Relasi antarumat beragama di Indonesia adalah sebagaimana relasi antara umat Muslim dan Kristen di Wayame Ambon, atau seperti relasi antara etnis Mandar (Muslim) dengan etnis Mamasa (Kristen) di Sulawesi Barat mamuju yang memiliki acuan kearifan lokal yang dapat mereka pegangi bersama.

Kabupaten Magelang, tepatnya di kelurahan Muntilan terdapat komunitas agama minoritas yang berada di tengah-tengah komunitas agama mayoritas, yaitu mayoritas Muslim dan minoritas Katolik. Relasi antarumat beragama kedua komunitas tersebut berlangsung harmoni. Sejarah keberadaan umat katolik di Muntilan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Keagamaan Katolik di Jawa.

Asal-usul Muntilan sebagai salah satu sumber karya suci Misi Katolik, “Betlehem Van Java”, merupakan suatu fenomena khusus yang tidak bisa dan tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Begitu pula dengan karya Pastor Fransiskus Van Lith, SJ yang tidak pernah direncanakan dan dipertimbangkan sebelumnya. Sebelum kedatangan Romo Van Lith, di Muntilan sebenarnya sdah ada karya misioner Katolik yang berkedudukan di Magelang yaitu Romo F. Voogel, SJ yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di Muntilan untuk mengadakan Misa di sana.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah merupakan format ideal bagi bangsa Indonesia yang

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tiap suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan cara yang tidak mengacuhkan suku atau bangsa-bangsa tetangganya. Di sisi lain, ada pendapat yang mengatakan, suatu suku atau bangsa mampu mempertahankan budayanya dengan jalan isolasi geografis dan isolasi sosial (Barth, 1988:9-10), sebagaimana dilakukan oleh suku Badui, suku Naga, dan orang Samin.

Penelitian empirik tentang sifat-sifat suatu batas budaya, menghasilkan dua temuan yang memperlihatkan ketidaktepatan dua pandangan tersebut. Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. Dengan kata lain, adanya perbedaan antaretnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembauran, kontak dan pertukaran informasi, namun lebih disebabkan oleh adanya proses-proses sosial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga perbedaan kategori tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seseorang; Kedua, dapat ditemukan hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, yang biasanya terjadi karena adanya status etnik yang terdikotomi.

Berdasarkan hal tersebut, ciri masing-masing kelompok etnik yang berbeda tidak ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan penerimaan sosial, tetapi sebaliknya justru karena didasari oleh terbentuknya sistem sosial

Page 206: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah186

dilahirkan hasil dari perjuangan para pendiri bangsa. Tidak jarang kita mendengar dari barbagai pihak yang mengemukakan bahwa NKRI adalah harga mati, NKRI adalah final. Untuk mempertahankan eksistensi NKRI ini tentu segenap warga bangsa harus menyadari bahwa persatuan dan kesatuan adalah satu-satunya cara untuk mempertahankannya dengan memelihara dan menegakkan kesepakatan bersama bahwa Indonesia tegak berdasarkan Pancasilan dan UUD Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia bukan negara berdasarkan agama dan bukan juga negara skuler, tetapi Indonesia tegak berdasarkan Pancasila yang merupakan hasil konsensus yang dicapai dengan jiwa toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa oleh dua kelompok besar yang dikenal kelompok Islam dan kelompok nasionalis (Sayuti, 2001 dalam Bahrul Hayat 2013). Alamsyah Ratu Perwiranegara ketika menjabat Menteri Agama sering mengatakan bahwa Pancasila yang sekarang ini merupakan “hadiah” atau “pengorbanan” umat Islam bagi persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ungkapan ini bukan dimaksudkan bahwa Pancasila itu milik satu golongan tertentu atau mengakui sebagai golongan yang paling Pancasilais, namun sebagai ungkapan yang dimaksudkan untuk melahirkan sense of belonging dan sense of responsibility dari seluruh bangsa Indonesia (Negara, 1982 dalam Bahrul Hayat, 2013).

Sebagai dasar negara, Pancasila telah memuat prinsip keberagamaan substansial dan menegaskan diri sebagai negara yang menganut paham religius dan keberagamaan yang kuat, sehingga setiap warga negara diwajibkan untuk memiliki satu keyakinan agama yang menjadi patokannya sesuai dengan keyakinan masing-masing, baik memilih

Page 207: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 187

sebagai penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Mohamad Suhaidi, 2014).

Mengharapkan kehidupan umat beragama yang harmonis di Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi historis, geografis maupun kemajemukan agama dan masyarakat di Indonesia. Kondisi faktual masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius dan berpegang pada kepercayaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya, ajaran setiap agama dalam konteks hubungan sosial umat beragama, sangat mengakomudasi kehidupan yang majemuk dan mengajarkan sikap toleran serta melakukan kerjasama (Hayat, 2013).

Namun dalam waktu dekade tarakhir berdasarkan penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2008 terhadap surat kabar daerah selama periode 8003−8007 menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 333 insiden konflik terkait isu keagamaan di 10 provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 368 (83 %) insiden konflik berupa aksi damai, sedangkan 76 (17 %) kasus lainnya berupa aksi kekerasan. Dalam periode yang sama, insiden kekerasan yang terkait isu keagamaan itu telah berdampak pada korban manusia sebanyak 233 orang (7 orang tewas, 178 orang luka, dan 48 orang mengungsi), serta kerusakan property sedikitnya 104 bangunan (79 rumah, 11 rumah ibadat, dan 14 bangunan lainnya). Dari 76 insiden kekerasan yang terjadi, 41 insiden (53,9 %) terkait dengan isu moral dan 21 insiden (27,6 %) lainnya terkait dengan isu sektarian atau konflik internal umat beragama.

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang riak-riak yang berkenaan dengan hubungan internal maupun antarumat beragama dalam waktu sepuluh tahun terakhir sering terjadi

dilahirkan hasil dari perjuangan para pendiri bangsa. Tidak jarang kita mendengar dari barbagai pihak yang mengemukakan bahwa NKRI adalah harga mati, NKRI adalah final. Untuk mempertahankan eksistensi NKRI ini tentu segenap warga bangsa harus menyadari bahwa persatuan dan kesatuan adalah satu-satunya cara untuk mempertahankannya dengan memelihara dan menegakkan kesepakatan bersama bahwa Indonesia tegak berdasarkan Pancasilan dan UUD Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia bukan negara berdasarkan agama dan bukan juga negara skuler, tetapi Indonesia tegak berdasarkan Pancasila yang merupakan hasil konsensus yang dicapai dengan jiwa toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa oleh dua kelompok besar yang dikenal kelompok Islam dan kelompok nasionalis (Sayuti, 2001 dalam Bahrul Hayat 2013). Alamsyah Ratu Perwiranegara ketika menjabat Menteri Agama sering mengatakan bahwa Pancasila yang sekarang ini merupakan “hadiah” atau “pengorbanan” umat Islam bagi persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ungkapan ini bukan dimaksudkan bahwa Pancasila itu milik satu golongan tertentu atau mengakui sebagai golongan yang paling Pancasilais, namun sebagai ungkapan yang dimaksudkan untuk melahirkan sense of belonging dan sense of responsibility dari seluruh bangsa Indonesia (Negara, 1982 dalam Bahrul Hayat, 2013).

Sebagai dasar negara, Pancasila telah memuat prinsip keberagamaan substansial dan menegaskan diri sebagai negara yang menganut paham religius dan keberagamaan yang kuat, sehingga setiap warga negara diwajibkan untuk memiliki satu keyakinan agama yang menjadi patokannya sesuai dengan keyakinan masing-masing, baik memilih

Page 208: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah188

dan mencuat menjadi berita nasional bahkan sampai ke manca negara akibat dari pemberitaan oleh media massa, namun jika dibandingkan dengan luasnya wilayah Indonesia maka riak-riak yang terjadi tidak sebanding dengan banyaknya wilayah yang sangat kondusif, aman dan sangat toleran. Di antara wilayah-wilayah itu salah satunya adalah di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang khususnya di wilayah Kelurahan Muntilan yang penduduknya terdapat dua komunitas yang cukup berimbang yaitu komunitas Muslim dan Komunitas Katolik pada lingkungan tertentu.

Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi di Muntilan?

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?

3. Bagaimana kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi di Muntilan?

2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?

3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Page 209: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 189

Metodologi

Penelitian dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan dengan informan kunci, yaitu para expert setempat, meliputi beberapa pejabat dan staf pegawai Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Kesbangpol, FKUB, pemuka agama, pemuka masyarakat dan anggota masyarakat sebagai pelaku relasi / interaksi antarumat beragama.

Teknik observasi digunakan untuk mengamati bagaimana relasi/interaksi antarumat beragama yang terjadi di masyarakat. Sedangkan studi dokumentasi dilakukan untuk mengkaji bahan-bahan tertulis non-pustaka. Selain itu, perlu juga dilakukan studi pustaka untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik trianggulasi dengan cara pemerikasaan melalui sumber-sumber lain. Menurut Patton (1987) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda, misalnya membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan, dengan dokumen, membandingkan apa yang dikatakan orang di muka umum dan ketika sendirian, membandingkan antara pendapat rakyat biasa dengan pejabat pemerintah, serta membandingkan antara informasi pada saat situasi penelitian dengan saat normal sepanjang waktu (Moleong, 2002:178).

dan mencuat menjadi berita nasional bahkan sampai ke manca negara akibat dari pemberitaan oleh media massa, namun jika dibandingkan dengan luasnya wilayah Indonesia maka riak-riak yang terjadi tidak sebanding dengan banyaknya wilayah yang sangat kondusif, aman dan sangat toleran. Di antara wilayah-wilayah itu salah satunya adalah di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang khususnya di wilayah Kelurahan Muntilan yang penduduknya terdapat dua komunitas yang cukup berimbang yaitu komunitas Muslim dan Komunitas Katolik pada lingkungan tertentu.

Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi di Muntilan?

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?

3. Bagaimana kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan apa yang mendasari pemikiran antar kelompok dalam membangun relasi di Muntilan?

2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk-bentuk relasi antar kelompok keagamaan mayoritas–minoritas?

3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi masing-masing kelompok setelah ada relasi?

Page 210: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah190

Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan (klasifikasi) data dan reduksi data. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data.

Page 211: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 191

RELASI ANTARUMAT BERAGAMA

1. Relasi (relation=hubungan), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003:79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalahhubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003:90).

2. Etnik bisa disamakan dengan kelompok agama, mengacu pada penjelasan Horowitz, bahwa seluruh konflik yang didasarkan atas identitas-identitas kelompok yang bersifat akscriptif – ras, bahasa, agama, suku, atau kasta – dapat disebut konflik etnis. Konflik tersebut dapat dicirikan sebagai konflik yang bersifat: keagamaan, rasial, kebahasaan, dan sektarian (Varsney, 2009:5). Dengan demikian konsep relasi antarumat beragama dalam penelitian ini dapat disamakan dengan konsep relasi etnik, yaitu relasi-relasi antara berbagai kelompok keagamaan (antarumat beragama).

3. Acuan dalam interaksi, dalam interaksi sosial ada acuan yang digunakan, sebagai contoh antara etnis Mandar (Muslim) dan etnis Mamasa (Kristen) menggunakan acuan kearifan lokal pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga. Dengan

Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan (klasifikasi) data dan reduksi data. Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data.

Page 212: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah192

menggunakan acuan kearifan lokal itu interaksi sosial dapat berlangsung sesuai dengan nilai-nilai ideal dari kesadaran kolektif yang mereka bangun bersama.Sehingga dalam interkasi itu mereka bisa saling dapat memenuhi kebutuhan mereka baik kebutuhan materi, ketenangan fisik dan rohani.

Mengacu kepada Ashutosh Varshney ketika akan melakukan penelitian yang kemudian melahirkan buku Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslim in India, ia menyusun kerangka teoritik, yang secara lebih spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ (jaringan dan yang mengintegrasikan umat Hindu dan Muslim) yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial yang menjembatani (bridging); bukan ikatan ‘intra-komunal’ (jaringan dan organisasi yang seluruh anggotanya Hindu atau seluruh anggotanya Muslim), oleh Putnam disebut sebagai modal sosial yang mengikat (bonding).

Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan. (lihat Varshney, 2009). Varshney dalam membangun kerangka pikir di atas adalah untuk konteks India, ketika kerangka pikir tersebut diterapkan untuk konteks Indonesia terasa ada yang kurang, yaitu: relasi kawin mawin dan relasi antarumat beragama

Page 213: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 193

dalam sistem kekerabatan. (a) Relasi kawin mawin beda agama di daerah tertentu (misal di Pulau Sumba) menjadikan semakin erat hubungan antarumat beragama. Tapi di beberapa daerah lain, perkawinan beda agama dapat memicu konflik, karena kawin beda agama akan mengakibatkan terjadinya koversi agama, dan pada etnis tertentu konversi agama tidak bisa diterima; (b) Relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan di beberapa daerah dapat berlangsung secara ‘baik’ dan unik, misalnya relasi antarumat dalam sistem kekerabatan etnis Batak, dan dalam wilayah budaya negeri gung dikenal adanya ‘keluarga pelangi’. Sementara di beberapa daerah lain relasi dalam kategori ini tidak bisa berjalan dengan baik.

Untuk itu, kerangka pikir dalam penelitian ini perlu ada penambahan (1) relasi kawin mawin dan (2) relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan.

1. Antarumat Beragama, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antara kelompok keagamaan mayoritas dan minoritas. Untuk menjelaskan tentang konsep kelompok keagamaan ini kita bisa meminjam penjelasan yang digunakan oleh Narroll (1964) dengan mengacu pada penjelasan Horowitz di atas. Dengan demikian yang dimaksud dengan kelompok keagamaan adalah sebagai ‘suatu populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain’. Di samping itu kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan d) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang

menggunakan acuan kearifan lokal itu interaksi sosial dapat berlangsung sesuai dengan nilai-nilai ideal dari kesadaran kolektif yang mereka bangun bersama.Sehingga dalam interkasi itu mereka bisa saling dapat memenuhi kebutuhan mereka baik kebutuhan materi, ketenangan fisik dan rohani.

Mengacu kepada Ashutosh Varshney ketika akan melakukan penelitian yang kemudian melahirkan buku Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslim in India, ia menyusun kerangka teoritik, yang secara lebih spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ (jaringan dan yang mengintegrasikan umat Hindu dan Muslim) yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial yang menjembatani (bridging); bukan ikatan ‘intra-komunal’ (jaringan dan organisasi yang seluruh anggotanya Hindu atau seluruh anggotanya Muslim), oleh Putnam disebut sebagai modal sosial yang mengikat (bonding).

Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan. (lihat Varshney, 2009). Varshney dalam membangun kerangka pikir di atas adalah untuk konteks India, ketika kerangka pikir tersebut diterapkan untuk konteks Indonesia terasa ada yang kurang, yaitu: relasi kawin mawin dan relasi antarumat beragama

Page 214: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah194

diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (lihat Barth, 1988:11).

2. Mayoritas (majority), jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

3. Minoritas (minority), golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang karena itu didiskriminasi oleh golongan lain itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:151). Menurut Reading, minority adalah subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial (Reading, 1986: 254). Karena definisi yang disusun oleh Koentjaraningrat dkk., ada konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tetang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading dan cenderung pada pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi.

Penelitian relevan

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; 2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih

Page 215: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 195

melihat perselisihan antarumat berkaitan dengan pembangunan rumah ibadah, sejauh mana pembangunan rumah ibadah mengikuti aturan, dan bagaimana umat lain menyikapi; 3) Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI; 4) Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (lihat Barth, 1988:11).

2. Mayoritas (majority), jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

3. Minoritas (minority), golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang karena itu didiskriminasi oleh golongan lain itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:151). Menurut Reading, minority adalah subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial (Reading, 1986: 254). Karena definisi yang disusun oleh Koentjaraningrat dkk., ada konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tetang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading dan cenderung pada pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi.

Penelitian relevan

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagamaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; 2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih

Page 216: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah196

SEKILAS LOKASI PENELITIAN

Geografis

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi jawa tengah yang letaknya antara 110”01’51” dan 110 86’52” Bujur Timur dan antara 7 19 14 dan 7 38 16 Lintang selatan. Kabupaten Magelang mempunyai luas wilayah 108.573 Ha Dengan luas yang terbesar adalah kecamatan Kajoran ,yaitu 8,341 Ha atau 7,68% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan.Sedangkan luas wilayah terrendah adalah kecamatan Ngeluwar,luas wilayahnya sebesar 2.244 Ha atau 2,06% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan. Kecamatan Muntilan kategori sedang dengan luas wilayah 28,61 km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Admistrasi Kabupaten Magelang serta posisi Kab magelang di wilayah Provinsi jawa Tengah di bawah ini :

Page 217: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 197

Wilayah Kecamatan Muntilah terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten Magelang. Keberadaan wilayah Kecamatan Muntilan dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan Sawangan

- Sebelah Timur : Kecamatan Dukun dan Salam

- Sebelah Selatan : Kecamatan Borobudur

- Sebelah Barat : Kecamatan Mungkid

Kecamatan Muntilan terdiri dari 13 Desa dan 1 Kelurahan. Dengan luas yang terbesar adalah Desa Gondosuli, yaitu 3,23 km2 atau 11,29 % dari luas kecamatan Muntilan secara keseluruhan. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Desa Tanjung,luas wilayahnya sebesar 1,13 km2 atau 3,95% dari luas Kecamatan Muntilan secara keseluruhan.

Kelurahan Muntilan berada di pusat kota di Ibukota Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang, terletak di ketinggian tanah dari permukaan laut 397 meter dengan suhu udara rata-rata 30 C. Kelurahan Muntilan merupakan salah satu kelurahan dari 5 (lima) kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Magelang dan satu-satunya kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Muntilan. Kelurahan Muntilan berasal dari perubahan status Desa Muntilan menjadi Kelurahan Muntilan pada tahun 1981, dasar hukum pembentukan

Kelurahan Muntilan adalah Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Dati II Magelang Nomor 14 Tahun 1981 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Kelurahan di Wilayah Kabupaten Dati II Magelang, ditetapkan pada tanggal 24 Oktober 1981 dan tanggal tersebut dijadikan sebagai moment lahirnya Pemerintahan Kelurahan Muntilan.

SEKILAS LOKASI PENELITIAN

Geografis

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi jawa tengah yang letaknya antara 110”01’51” dan 110 86’52” Bujur Timur dan antara 7 19 14 dan 7 38 16 Lintang selatan. Kabupaten Magelang mempunyai luas wilayah 108.573 Ha Dengan luas yang terbesar adalah kecamatan Kajoran ,yaitu 8,341 Ha atau 7,68% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan.Sedangkan luas wilayah terrendah adalah kecamatan Ngeluwar,luas wilayahnya sebesar 2.244 Ha atau 2,06% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan. Kecamatan Muntilan kategori sedang dengan luas wilayah 28,61 km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Admistrasi Kabupaten Magelang serta posisi Kab magelang di wilayah Provinsi jawa Tengah di bawah ini :

Page 218: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah198

Demografis

Hasil dari Sensus tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Magelang 1.100.265 jiwa. Sedangkan Hasil Sensus 2010 Penduduk Kabupaten Magelang mencapai 1.181.723 jiwa. Dari Kurun Waktu 10 Tahun penduduk Kabupaten Magelang meningkat dengan pertumbuhan 0,72 % per tahun. Penyebaran penduduk yang terpadat Kecamatan Mertoyudan mempunyai jumlah penduduk terbanyak 104,934 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.310 jiwa/km2, Jumlah penduduk terkecil Kecamatan Kajoran 51.477 jiwa kepadatan 617 jiwa/km2 .

Sosial Budaya dan Keagamaan

Kondisi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Magelang tidak bisa dilepaskan dari karakteristik lingkup budaya Negeri Gung, yang terpengaruh oleh tradisi Kraton Yogyakarta sehingga sifat kegotongroyongan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sangat menonjol. Sebagai perwujudannya adalah media kesenian yang mencerminkan budaya masyarakat Kabupaten Magelang antara lain Topeng Ireng, Kubro, Jathilan, Dayakan, Kuntulan dan lain lain.

Ragam kehidupan keagamaan dicirikan dengan interaksi penduduk yang beraneka agama dan beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Sebaran penduduk berdasarkaan agama dan jumlah tempat ibadah dapat dilihat pada tabel 1.

Jumlah penduduk menurut agama dan rumah ibadat dapat dirinci sebagai berikut: Islam 3.927 orang (11 Masjid, 11 Mushalla), Katolik 1.949 orang (4 Gereja, 4 Kapel), Kristen 102 orang (tidak memiliki Gereja), Hindu 30 orang (tidak memiliki

Page 219: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 199

Pura), Buddha 103 orang (tidak memiliki Vihara), Khonghucu – orang (1 Klenteng) dan Kepercayaan 2 orang (tidak memiliki tempat ibadah).

Tabel. 1 Jumlah Penduduk Menurut Agama

dan Tempat Ibadat di Kecamatan Muntilan

Sumber: KUA Kecamatan Muntilan, 2014 (diolah)

Kondisi Politik, Ekonomi, Sosial Budaya

Hasil perhitungan perolehan suara dalam Pemilu anggota DPR 2014 secara berurutan 5 besar: PDI Perjuangan, PAN, PKS, Gerindra dan PKB (Kecamatan Muntilan dalam Angka 2014). Kehidupan politik masyakat di kelurahan Muntilan berlangsung kondusif. Perbedaan pilihan partai politik dalam Pemilu legislatif maupun pilkada tetap

Demografis

Hasil dari Sensus tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Magelang 1.100.265 jiwa. Sedangkan Hasil Sensus 2010 Penduduk Kabupaten Magelang mencapai 1.181.723 jiwa. Dari Kurun Waktu 10 Tahun penduduk Kabupaten Magelang meningkat dengan pertumbuhan 0,72 % per tahun. Penyebaran penduduk yang terpadat Kecamatan Mertoyudan mempunyai jumlah penduduk terbanyak 104,934 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.310 jiwa/km2, Jumlah penduduk terkecil Kecamatan Kajoran 51.477 jiwa kepadatan 617 jiwa/km2 .

Sosial Budaya dan Keagamaan

Kondisi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Magelang tidak bisa dilepaskan dari karakteristik lingkup budaya Negeri Gung, yang terpengaruh oleh tradisi Kraton Yogyakarta sehingga sifat kegotongroyongan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sangat menonjol. Sebagai perwujudannya adalah media kesenian yang mencerminkan budaya masyarakat Kabupaten Magelang antara lain Topeng Ireng, Kubro, Jathilan, Dayakan, Kuntulan dan lain lain.

Ragam kehidupan keagamaan dicirikan dengan interaksi penduduk yang beraneka agama dan beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Sebaran penduduk berdasarkaan agama dan jumlah tempat ibadah dapat dilihat pada tabel 1.

Jumlah penduduk menurut agama dan rumah ibadat dapat dirinci sebagai berikut: Islam 3.927 orang (11 Masjid, 11 Mushalla), Katolik 1.949 orang (4 Gereja, 4 Kapel), Kristen 102 orang (tidak memiliki Gereja), Hindu 30 orang (tidak memiliki

Page 220: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah200

menjunjung tinggi untuk hidup rukun. Partisipasi masyarakatnya untuk untuk datang ke TPS pada pemilu pun tergolong cukup baik.

Secara ekonomi Kelurahan Muntilan terbagi menjadi 2 (dua) kawasan ekonomi yaitu di sebelah selatan adalah kawasan perdagangan, pertokoan, dan perkantoran. Sedangkan di sebelah utara adalah kawasan pertanian dan perikanan.

Kelurahan Muntilan merupakan kelurahan yang ada di wilayah Magelang mempunya sarana pendidikan tertua terutama sekolah-sekolah yang dikelola oleh Yayasan-yayasan Katolik. Sarana pendidikan (sekolah) dirinci sebagai berikut: Play Group 6 buah, Taman Kanak-kanak 6 buah, SD/MI 5 buah, SLTP/MTS 4 buah, dan SLTA 1 buah dan SMK 1 buah.

Masyarakat Muntilan dikenal dengan memegang budaya jawa yang kental. Hal ini ditandai dengan masih dilestarikannya beberapa kesenian daerah di antaranya Jatilan, Karawitan, seni-seni tradisional lain. Selain seni tradisional, terdapat kelompok Band siswa SMP, SMA, dan SMP di bawah yayasan-yayasan Katolik di Muntilan.

Sejarah Keagamaan Katolik di Muntilan

Muntilan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Keagamaan Katolik di Jawa. Asal-usul Muntilan sebagai salah satu sumber karya suci Misi Katolik, “Betlehem Van Java”, merupakan suatu fenomena khusus yang tidak bisa dan tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Begitu pula dengan karya Pastor Fransiskus Van Lith, SJ yang tidak pernah direncanakan dan dipertimbangkan sebelumnya.

Page 221: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 201

Sebelum kedatangan Romo Van Lith, di Muntilan sebenarnya sudah ada karya misioner Katolik yang berkedudukan di Magelang yaitu Romo F. Voogel, SJ yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di Muntilan untuk mengadakan Misa di sana. Hasil karya Pastor Voogel ini adalah dibapisnya 135 orang Muntilan pada bulan Desember 1895.

Kondisi umat di Muntilan ini ternyata sangat menyedihkan karena kurangnya koordinasi umat,jarak yang harus ditempuh, masalah pembinaan mentalitas umat, dan penyelewengan oleh para oknum yang mencari keuntungan sendiri. Semua itu mewarnai kehidupan karya Misi Katolik di Muntilan masa itu.

Cahaya terang mulai nampak bagi kegelapan yang menyelimutinya. Ada pepatah mengatakan bahwa Tuhan akan mengabulkan apabila manusia sendirian yang berusaha keras merubah nasibnya. Gereja mulai memikirkan hal ini dan berusaha mendasarkan beberapa gembala yang benar-benar rela bertekad untuk menuai benih Kristus di Jawa. Para gembala ini di antaranya adalah Pastor Fransiskus Van Lith dan Pastor Y.Y.Hoevenaar. Keduanya secara aktif terlibat dalam karya misi di Muntilan pada tahun 1897.

Pastor Van Lith segera menangkap titik kelemahan yang dimiliki karya misi sampai kegagalanya saat itu. Pastor Van Lith mengatakan bahwa karya misi akan berhasil apabila dilakukan langsung dengan masyarakat bumiputera, kemudian bersama memajukan mereka.

Dalam rangka memajukan misinya maka Romo Van Lith mendirikan Sekolah-sekolah yaitu Kweekschool A dan Kweekschool B pada tahun 1906. Dengan keberhasilan para

menjunjung tinggi untuk hidup rukun. Partisipasi masyarakatnya untuk untuk datang ke TPS pada pemilu pun tergolong cukup baik.

Secara ekonomi Kelurahan Muntilan terbagi menjadi 2 (dua) kawasan ekonomi yaitu di sebelah selatan adalah kawasan perdagangan, pertokoan, dan perkantoran. Sedangkan di sebelah utara adalah kawasan pertanian dan perikanan.

Kelurahan Muntilan merupakan kelurahan yang ada di wilayah Magelang mempunya sarana pendidikan tertua terutama sekolah-sekolah yang dikelola oleh Yayasan-yayasan Katolik. Sarana pendidikan (sekolah) dirinci sebagai berikut: Play Group 6 buah, Taman Kanak-kanak 6 buah, SD/MI 5 buah, SLTP/MTS 4 buah, dan SLTA 1 buah dan SMK 1 buah.

Masyarakat Muntilan dikenal dengan memegang budaya jawa yang kental. Hal ini ditandai dengan masih dilestarikannya beberapa kesenian daerah di antaranya Jatilan, Karawitan, seni-seni tradisional lain. Selain seni tradisional, terdapat kelompok Band siswa SMP, SMA, dan SMP di bawah yayasan-yayasan Katolik di Muntilan.

Sejarah Keagamaan Katolik di Muntilan

Muntilan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Keagamaan Katolik di Jawa. Asal-usul Muntilan sebagai salah satu sumber karya suci Misi Katolik, “Betlehem Van Java”, merupakan suatu fenomena khusus yang tidak bisa dan tidak pernah diperhatikan sebelumnya. Begitu pula dengan karya Pastor Fransiskus Van Lith, SJ yang tidak pernah direncanakan dan dipertimbangkan sebelumnya.

Page 222: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah202

alumnusnya yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia, sesuai dengan harapan Pastor Van Lith, maka segera menyusul beberapa sekolah lain yang dibuka di Muntilan dengan beberapa jenis : Holandsch Inlandsch Kweekschool (1912), Normaalschool (1912), Holandsch Inlandsch School dua buah (1917), Holland Chineesche School (1917), Schakelschool (1924), beberapa sekolah desa atau Vookschool (sejak 1917) dan Vervolgschool serta sekolah untuk calon imam.

Begitu majunya bidang pendidikan di sini sehingga sejarah misi Katolik sering disebut sebagai sejarah pendidikan. Dan untuk menangani semuanya itu, maka dibentuk suatu yayasan yang disebut Xaverius College pada tahun 1912. Disamping itu para Bruder FIC dari Belanda juga tiba untuk membantu karya Pastor Van Lith dalam pendidikan ini pada tahun 1922. Di samping bidang pendidikan, bidang kesehatan juga mendapat perhatian Pastor Van Lith denga mendirikan Rumah sakit sederhana di Muntilan pada tahun 1922. Kemudian biadang ekonomi engan maksud menaikkan kesejahteraan hidup umat. Bidang kerasulan awam juga mendapat perhatian sebagai pembantu dan pendamping imam dalam berhubungan dengan umat, lebih-lebih sejak jumlah umat sudah melebihi batas jangkauan para imam.

Hasil penuaian pertama dari benih ini terjadi di wilayah Yogyakarta, tepatnya di Desa Kalibawang di mana pada bulan Desember 1903 secara massal sebanyak 171 orang dipermandikan dengan air Sendang Sono. Untuk itu sampai sekarang Sendang Sono bukan hanya dianggap sebagai empat legendaris tetapi juga tempat suci bagi umat Katolik dan untuk menghormati Bunda Maria ( Lourdes Van Java ).

Perkembangan umat terus terjadi hingga akhirnya Muntilan menjadi pusat kaderisasi dan penggemblengan bagi

Page 223: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 203

totoh-tokoh gereja. Dengan karya misi ini, Muntilan tidak hanya dikenal dan berguna bagi Gereja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.

Pada tahun 1950, Gereja St. Antonius Muntilan meliputi wilayah hampir seluruh Kedu Selatan, yang meliputi kecamatan Muntilan, Salam, Srumbung, Ngluwar, Dukun, Mungkid, Sawangan, Borobudur, dan Mertoyudan. Tahun demi tahun umat terus bertambah banyak maka terjadi pemekaran yang dulu stasi berubah menjadi Paroki.

Jumlah pemeluk agama Katolik paroki Muntilan saat ini : 3900 orang dengan jumlah rumah ibadat : 2 Gereja, 8 Kapel. Terdapat Ormas Keagamaan Wanita Katolik dan beberapa kelompok kategorial; Orang Muda Katolik (OMK), Kelompok Ibu-ibu Paroki,Pembinaan Iman Anak, Pembinaan Iman Remaja, Pembinaan Iman Lansia.

Kehidupan umat beragama, hubungan intern atau antarumat beragama, kerjasama antarumat beragama, kerjasama antar tokoh agama / tokoh masyarakat, peran tokoh agama / tokoh masyarakat dan kondisi KUB di Paroki Muntilan terjalin baik. Hal tersebut terjadi karena adanya motto yang disampaikan Mgr. Albertus Soegija Pranata, SJ yaitu seratus % Katolik dan seratus % warga negara yang Pancasilais. Motto tersebut sudah dijiwai umat sehingga kerjasama intern dan antarumat terlaksana dengan baik. Hal tersebut nampak jelas pada kehidupan masyarakat di mana kerjasama inter dan antarumat terjadi misalnya : Anggota Credit Union (CU) terdiri dari berbagai latar belakang agama. Kerjasama juga terjadi pada even-even tertentu. Suasana aman, nyaman dan tenteram sangat terasa.

alumnusnya yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia, sesuai dengan harapan Pastor Van Lith, maka segera menyusul beberapa sekolah lain yang dibuka di Muntilan dengan beberapa jenis : Holandsch Inlandsch Kweekschool (1912), Normaalschool (1912), Holandsch Inlandsch School dua buah (1917), Holland Chineesche School (1917), Schakelschool (1924), beberapa sekolah desa atau Vookschool (sejak 1917) dan Vervolgschool serta sekolah untuk calon imam.

Begitu majunya bidang pendidikan di sini sehingga sejarah misi Katolik sering disebut sebagai sejarah pendidikan. Dan untuk menangani semuanya itu, maka dibentuk suatu yayasan yang disebut Xaverius College pada tahun 1912. Disamping itu para Bruder FIC dari Belanda juga tiba untuk membantu karya Pastor Van Lith dalam pendidikan ini pada tahun 1922. Di samping bidang pendidikan, bidang kesehatan juga mendapat perhatian Pastor Van Lith denga mendirikan Rumah sakit sederhana di Muntilan pada tahun 1922. Kemudian biadang ekonomi engan maksud menaikkan kesejahteraan hidup umat. Bidang kerasulan awam juga mendapat perhatian sebagai pembantu dan pendamping imam dalam berhubungan dengan umat, lebih-lebih sejak jumlah umat sudah melebihi batas jangkauan para imam.

Hasil penuaian pertama dari benih ini terjadi di wilayah Yogyakarta, tepatnya di Desa Kalibawang di mana pada bulan Desember 1903 secara massal sebanyak 171 orang dipermandikan dengan air Sendang Sono. Untuk itu sampai sekarang Sendang Sono bukan hanya dianggap sebagai empat legendaris tetapi juga tempat suci bagi umat Katolik dan untuk menghormati Bunda Maria ( Lourdes Van Java ).

Perkembangan umat terus terjadi hingga akhirnya Muntilan menjadi pusat kaderisasi dan penggemblengan bagi

Page 224: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah204

Jumlah Sekolah berciri khas katolik TK 3 buah, SDK 2 buah, SMPK 2 buah, SMAK 2 buah, dan SMK 1 buah. Gambaran tingkat religiusitas cukup baik karena masing-masing sekolah memiliki kegiatan dalam pembinaan rohani siswa. Secara umum tingkat religiusitas umat Paroki Muntilan kisaran delapan puluh % baik, terlihat pada acara do’a-do’a mereka sangat aktif.

Page 225: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 205

RELASI ANTAR KELOMPOK KEAGAMAAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah merupakan format ideal bagi bangsa Indonesia yang dilahirkan hasil dari perjuangan para pendiri bangsa. Tidak jarang kita mendengar dari barbagai pihak yang mengemukakan bahwa NKRI adalah harga mati, NKRI adalah final. Untuk mempertahankan eksistensi NKRI ini tentu segenap warga bangsa harus menyadari bahwa persatuan dan kesatuan adalah satu-satunya cara untuk mempertahankannya dengan memelihara dan menegakkan kesepakatan bersama bahwa Indonesia tegak berdasarkan Pancasilan dan UUD Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia bukan negara berdasarkan agama dan bukan juga negara skuler, tetapi Indonesia tegak berdasarkan Pancasila yang merupakan hasil konsensus yang dicapai dengan jiwa toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa oleh dua kelompok besar yang dikenal kelompok Islam dan kelompok nasionalis (Sayuti, 2001 dalam Bahrul Hayat 2013). Alamsyah Ratu Perwiranegara ketika menjabat Menteri Agama sering mengatakan bahwa Pancasila yang sekarang ini merupakan “hadiah” atau “pengorbanan” umat Islam bagi persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Ungkapan ini bukan dimaksudkan bahwa Pancasila itu milik satu golongan tertentu atau mengakui sebagai golongan yang paling Pancasilais, namun sebagai ungkapan yang dimaksudkan untuk melahirkan sense of belonging dan sense of responsibility dari seluruh bangsa Indonesia (Negara, 1982 dalam Bahrul Hayat, 2013).

Jumlah Sekolah berciri khas katolik TK 3 buah, SDK 2 buah, SMPK 2 buah, SMAK 2 buah, dan SMK 1 buah. Gambaran tingkat religiusitas cukup baik karena masing-masing sekolah memiliki kegiatan dalam pembinaan rohani siswa. Secara umum tingkat religiusitas umat Paroki Muntilan kisaran delapan puluh % baik, terlihat pada acara do’a-do’a mereka sangat aktif.

Page 226: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah206

Sebagai dasar negara, Pancasila telah memuat prinsip keberagamaan substansial dan menegaskan diri sebagai negara yang menganut paham religius dan keberagamaan yang kuat, sehingga setiap warga negara diwajibkan untuk memiliki satu keyakinan agama yang menjadi patokannya sesuai dengan keyakinan masing-masing, baik memilih sebagai penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Suhaidi, 2014).

Mengharapkan kehidupan umat beragama yang harmonis di Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi historis, geografis maupun kemajemukan agama dan masyarakat di Indonesia. Kondisi faktual masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius dan berpegang pada kepercayaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya, ajaran setiap agama dalam konteks hubungan sosial umat beragama, sangat mengakomodasi kehidupan yang majemuk dan mengajarkan sikap toleran serta melakukan kerjasama (Bahrul Hayat, 2013).

Namun dalam waktu dekade tarakhir berdasarkan penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2008 terhadap surat kabar daerah selama periode 8003−8007 menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 333 insiden konflik terkait isu keagamaan di 10 provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 368 (83 %) insiden konflik berupa aksi damai, sedangkan 76 (17 %) kasus lainnya berupa aksi kekerasan. Dalam periode yang sama, insiden kekerasan yang terkait isu keagamaan itu telah berdampak pada korban manusia sebanyak 233 orang (7 orang tewas, 178 orang luka, dan 48 orang mengungsi), serta kerusakan property sedikitnya 104 bangunan (79 rumah, 11 rumah ibadat, dan 14 bangunan lainnya). Dari 76 insiden kekerasan yang terjadi, 41 insiden

Page 227: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 207

(53,9 %) terkait dengan isu moral dan 21 insiden (27,6 %) lainnya terkait dengan isu sektarian atau konflik internal umat beragama.

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang riak-riak yang berkenaan dengan hubungan internal maupun antarumat beragama dalam waktu sepuluh tahun terakhir sering terjadi dan mencuat menjadi berita nasional bahkan sampai ke manca negara akibat dari pemberitaan oleh media massa, namun jika dibandingkan dengan luasnya wilayah Indonesia maka riak-riak yang terjadi tidak sebanding dengan banyaknya wilayah yang sangat kondusif, aman dan sangat toleran.

Di antara wilayah-wilayah itu salah satunya adalah di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang khususnya di wilayah Kelurahan Muntilan yang penduduknya terdapat dua komunitas yang cukup berimbang yaitu komunitas Muslim dan Komunitas Katolik pada lingkungan tertentu. Untuk melihat lebih jauh relasi antar kedua komunitas dimaksud ditinjau dari berbagai sudut berikut:

Acuan relasi antar kelompok keagamaan

Dari hasil penelusuran ke wilayah sasaran penelitian dan menjumpai berbagai kalangan warga kedua komunitas baik Muslim maupun umat Katolik dapat dikemukan bahwa dari sejumlah acuan relasi sosial yang dikemukakan oleh Fukuyama maka untuk kasus di Kelurahan Muntilan ini kesepakatan bersama/kesepahaman bersama menjadi acuan kedua belah komunitas bukan berdasarkan kearifan lokal, pranata hukum ataupun nilai-nilai agama.

Kesepakatan/kesepahaman bersama yang menjadi acuan dari hubungan antra kedua kelompok komunitas ini

Sebagai dasar negara, Pancasila telah memuat prinsip keberagamaan substansial dan menegaskan diri sebagai negara yang menganut paham religius dan keberagamaan yang kuat, sehingga setiap warga negara diwajibkan untuk memiliki satu keyakinan agama yang menjadi patokannya sesuai dengan keyakinan masing-masing, baik memilih sebagai penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Suhaidi, 2014).

Mengharapkan kehidupan umat beragama yang harmonis di Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi historis, geografis maupun kemajemukan agama dan masyarakat di Indonesia. Kondisi faktual masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius dan berpegang pada kepercayaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya, ajaran setiap agama dalam konteks hubungan sosial umat beragama, sangat mengakomodasi kehidupan yang majemuk dan mengajarkan sikap toleran serta melakukan kerjasama (Bahrul Hayat, 2013).

Namun dalam waktu dekade tarakhir berdasarkan penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2008 terhadap surat kabar daerah selama periode 8003−8007 menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 333 insiden konflik terkait isu keagamaan di 10 provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 368 (83 %) insiden konflik berupa aksi damai, sedangkan 76 (17 %) kasus lainnya berupa aksi kekerasan. Dalam periode yang sama, insiden kekerasan yang terkait isu keagamaan itu telah berdampak pada korban manusia sebanyak 233 orang (7 orang tewas, 178 orang luka, dan 48 orang mengungsi), serta kerusakan property sedikitnya 104 bangunan (79 rumah, 11 rumah ibadat, dan 14 bangunan lainnya). Dari 76 insiden kekerasan yang terjadi, 41 insiden

Page 228: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah208

tidak secara spesifik atau detail tertuang dalam suatu perjanjian tertulis, namun kesepahaman ini sudah berlaku turun temurun sejak lama beberapa generasi sebelumnya. Acuan ini didasarkan atas kesadaran bersama pentingnya hidup rukun, damai sehingga dapat terwujud masyarakat yang tenteram saling percaya mempercayai.

Kepentingan-kepentingan yang bersifat kebersamaan lebih diutamakan daripada kepentingan individual maupun kelompok, sehingga masing-masing kelompok berdasarkan agama yang berbeda secara sungguh-sungguh menjaga, memelihara dan meningkatkan kebersamaan khususnya dalam bidang sosial kemasyarakatan tidak dalam urusan keberagmaan yang diserahkan pada komunitas masing-masing penganut agama.

Dari pihak Muslim khususnya dari warga Organisasi Kemasyarakatan Muhammadiyah yang bermukim di wilayah lingkungan/Rukun Warga 8 kampung Kauman dan di lingkungan/Rukun Warga 11 kampung. Kelurahan Muntilan dengan jelas mengatakan pemisahan antara urusan sosial kemasyarakatan dan urusan keagamaan dengan mengutip sebuah ayat Al-Qur’anul Karim “Lakum Dienukum Waliyadien” bagimu agamamu bagiku agamaku. (Pengurus Ponpes Muhammadiyah dan Anggota Dewan Paroki, wawancara, 14 Mei 2013).

Satu-satunya modal sosial yang dikemukan di atas yang menjadi landasan atau acuan masing-masing pihak menjadi pilihan dengan alasan bahwa tidak ditemukan landasan hukum, kearifan lokal maupun nilai-nilai agama yang dapat melanggengkan kebersamaan karena tidak

Page 229: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 209

terdapat landasan hukum formal yang menyangkut keberamaan ini, dan tidak terdapat titik temu jika nilai-nilai agama yang diacu karena masing mempunyai prinsif yang berbeda, begitu pula berkeanaan dengan kearifan lokal yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat dalam penafsirannya jika dikaitkan dengan ritual agama.

Adapun cara mempertahankan modal sosial yang telah disepakati bersama ini adalah dengan cara masing-masing menjaga dan melestarikannya melalui pertemuan rutin bulanan atau waktu yang disepakati bersama dan dengan sungguh-sungguh menghindari persoalan-persoalan yang dapat menimbulkan perselisihan terutama dalam kaitannya dengan urusan keagamaan. Misalnya pihak muslim sangat hati-hati jika mendatangkan penceramah dari luar daerah mereka diperingatkan untuk tidak menyampaikan isi ceramah yang dapat menyinggung komunitas Katolik dan bahkan untuk tidak menyampaikan hal-hal yang khilafiah yang berbeda pendapat di kalangan Muslim sendiri.

Pengembangan kesepakatan bersama ini dilakukan melalui institusi perangkat kelurahan/desa misalnya melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), PKK dengan Dasawismanya, Rukun Warga (RW) melalu Rukun Tetangganya (RT) dan yang lainnya. Rukun Warga (RW) misalnya telah membentuk Paguyuban RW yang pertemuannya dilakukan 2 bulan sekali, dalam pertemuan tersebut yang dihadiri juga oleh Lurah dan jajarannya disampaikan dan atau dibahas hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pemerintah yang perlu

tidak secara spesifik atau detail tertuang dalam suatu perjanjian tertulis, namun kesepahaman ini sudah berlaku turun temurun sejak lama beberapa generasi sebelumnya. Acuan ini didasarkan atas kesadaran bersama pentingnya hidup rukun, damai sehingga dapat terwujud masyarakat yang tenteram saling percaya mempercayai.

Kepentingan-kepentingan yang bersifat kebersamaan lebih diutamakan daripada kepentingan individual maupun kelompok, sehingga masing-masing kelompok berdasarkan agama yang berbeda secara sungguh-sungguh menjaga, memelihara dan meningkatkan kebersamaan khususnya dalam bidang sosial kemasyarakatan tidak dalam urusan keberagmaan yang diserahkan pada komunitas masing-masing penganut agama.

Dari pihak Muslim khususnya dari warga Organisasi Kemasyarakatan Muhammadiyah yang bermukim di wilayah lingkungan/Rukun Warga 8 kampung Kauman dan di lingkungan/Rukun Warga 11 kampung. Kelurahan Muntilan dengan jelas mengatakan pemisahan antara urusan sosial kemasyarakatan dan urusan keagamaan dengan mengutip sebuah ayat Al-Qur’anul Karim “Lakum Dienukum Waliyadien” bagimu agamamu bagiku agamaku. (Pengurus Ponpes Muhammadiyah dan Anggota Dewan Paroki, wawancara, 14 Mei 2013).

Satu-satunya modal sosial yang dikemukan di atas yang menjadi landasan atau acuan masing-masing pihak menjadi pilihan dengan alasan bahwa tidak ditemukan landasan hukum, kearifan lokal maupun nilai-nilai agama yang dapat melanggengkan kebersamaan karena tidak

Page 230: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah210

disosialisasikan. Demikian pula halnya dengan Rukun Tetangga (Rt) pada tiap Rukun Warga yang berjumlah sebanyak 12 lingkungan/Rukun Warga dengan jumlah 47 Rukun Tetangga (Rt), masing-masing pada tingkat rukun tetangganya melaksanakan pertemuan rutin bulanan dengan apa yang disebut populernya Rtan, pertemuan ini dilakukan dengan cara bergilir dari rumah ke rumah lintas komunitas yang berada di rukun tetangga masing-masing.

Berbagai hal dibahas dalam pertemuan terutama yang menyangkut kepentingan bersama masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungan masing-masing. Disarikan dari hasil wawancara dengan Lurah Kelurahan Muntilan, Ketua RW. 09 dan Ketua Rt. 01 RW. 01 pada tanggal 14 dan 14 Mei 2015.

Bentuk-bentuk Relasi (modal sosial bridging)

Selain acuan relasi sosial sebagaimana dikemukakan di atas Ashutosh Varshney menyusun kerangka teoritik yang secara spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial yang menjembatani (bridging). Varshney membagi jaringan dimaksud menjadi dua bentuk:

a. Asosiasional:

Dalam kaitannya dengan penelitian ini dapat dikemukan bahwa kebersamaan/relasi yang dapat ditemukan dalam dua komunitas yang sedang diteliti yang bersifat bridging setidaknya ada 4 (empat) hal yang dapat digunakan

Page 231: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 211

oleh kedua belah pihak yaitu koperasi melalui kepengurusan Rukun Tetangga (RT), arisan warga untuk Bapak-bapak sedangkan untuk ibu-ibu melalui PKK, dan organisasi petani (kelompok tani) serta kelompok / organisasi kesenian rakyat.

Walaupun tidak terdapat pada setiap lingkungan atau Rukun Warga yang berjumlah 12 RW/Lingkungan dalam Kelurahan Muntilan, dari ke empat asosiasional di atas namun dapat dijelaskan keberadaannya di beberapa tempat, misalnya: untuk koperasi setidaknya terdapat pada setiap Rukun Tetangga (RT) dan bahkan pada setiap Rukun Warga (RW) dalam bentuk yang berbeda-beda, ada yang baru bersifat simpan pinjam dan ada yang sudah merambah pada bisnis jual beli dan pengorganisasian soal pakaian seragam olah raga. Yang bersifat simpan pinjam misalnya ada di Rt. 02 Rw. 02 Kampung Pele, ada juga di Rt. 03/07 Kampung Balerejo dan di tempat-tempat lainnya, kemudian perhitungan sisa hasil usaha (SHU) diperhitungkan setahun sekali menjelang Hari Raya Idul Fitri yang dibagikan kepada seluruh peserta yang terdiri dari kepala keluarga dalam Rukun Tetangga bersangkutan terlepas dari latar belakang agama yag berbeda yang dapat digunakan sebagai tambahan persiapan perayaan hari raya.

Hal serupa tejadi juga di setiap rukun tetangga pada Rukun Warga / lingkungan / kampung-kampung yang berada di lingkungan Kelurahan Muntilan dalam bentuk yang berbeda-beda. (dirangkum dari hasil wawancara dengan Ketua Rw. 09, Rw. 07, Ketua Rt. 01/01, Prodiakon pada Rw. 02 dan Rw. 07).

disosialisasikan. Demikian pula halnya dengan Rukun Tetangga (Rt) pada tiap Rukun Warga yang berjumlah sebanyak 12 lingkungan/Rukun Warga dengan jumlah 47 Rukun Tetangga (Rt), masing-masing pada tingkat rukun tetangganya melaksanakan pertemuan rutin bulanan dengan apa yang disebut populernya Rtan, pertemuan ini dilakukan dengan cara bergilir dari rumah ke rumah lintas komunitas yang berada di rukun tetangga masing-masing.

Berbagai hal dibahas dalam pertemuan terutama yang menyangkut kepentingan bersama masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungan masing-masing. Disarikan dari hasil wawancara dengan Lurah Kelurahan Muntilan, Ketua RW. 09 dan Ketua Rt. 01 RW. 01 pada tanggal 14 dan 14 Mei 2015.

Bentuk-bentuk Relasi (modal sosial bridging)

Selain acuan relasi sosial sebagaimana dikemukakan di atas Ashutosh Varshney menyusun kerangka teoritik yang secara spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial yang menjembatani (bridging). Varshney membagi jaringan dimaksud menjadi dua bentuk:

a. Asosiasional:

Dalam kaitannya dengan penelitian ini dapat dikemukan bahwa kebersamaan/relasi yang dapat ditemukan dalam dua komunitas yang sedang diteliti yang bersifat bridging setidaknya ada 4 (empat) hal yang dapat digunakan

Page 232: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah212

Kegiatan arisan, hal ini terdapat pada setiap rukun tetangga (RT) pada setiap lingkungan atau Rukun Warga. Kegiatan arisan ini tidak dilaksanakan dalam kesempatan tersendiri namun merupakan bagian dari kegiatan rutin yang dilakukan warga pada kesempatan pertemuan RTnan (istilah populernya/pertemuan warga dalam satu rukun tetangga) untuk arisan bapak-bapak, dalam kesempatan itulah berbagai masalah dibahas dari soal keamanan, pesan kebijakan dari kelurahan misalnya termasuk di dalamnya kegiatan arisan bulanan yang dibuka pada kesempatan pertemuan warga se-rukun tetangga dimaksud.

Selain kegiatan arisan yang termasuk dalam siklus pertemuan warga se rukun tetangga (RT), kegiatan arisan ini pula termasuk dalam bagian dari kegiatan ibu-ibu lingkungan yang tergabung di dalam kelompok Penggerak Kesejahteraan Keluarga PKK. Kelompok PKK ini ada pada setiap level dimulai dari RT, RW dan Kelurahan yang secara keseluruhan di bawah pembinaan langsung dari ibu Lurah Muntilan. (Lurah Muntilan, wawancara, 15 Mei 2015).

Sedangkan untuk Kelompok Tani, sebagaimana dikemukakan dalam Sekilas Profil Kelurahan Muntilan bahwa secara ekonomi Kelurahan Muntilan terbagi menjadi 2 (dua) kawasan ekonomi yaitu di sebelah Selatan adalah kawasan perdagangan, pertokoan dan perkantoran, sedangkan di sebelah Utara adalah kawasan pertanian dan perikanan.

Page 233: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 213

Tabel 2.

Daftar Kelompok Tani yang ada di Kelurahan Muntilan

No Kelompok tani

Alamat Anggota (orang)

Komoditas Luas (Ha)

1 Ngudi Makmur I

Tlatar 50 - Padi - Sayuran - Cabe

25

2 Ngudi Makmur II

Kadirojo 31 - Padi - Sayuran - Cabe

11.65

3 Ngudi MakmurIII

Kaweron 60 - Padi - Sayuran - Cabe

23

4 Ngudi Makmur IV

Ngaglik 18 - Padi - Sayuran - Cabe

7.5

5 Ngudi Makmur V

Pepe 30 - Padi - Sayuran - Cabe

9.9

Jumlah 189 77.05 Sumber: Sekilas Profil Kelurahan Muntilan Tahun 2013

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pucungrejo dan Gunungpring Kecamatan Muntilan, sedangkan di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun. Di wilayah inilah selain ada pemukiman / perkampungan penduduk Kelurahan Muntilan yang terdiri dari dua komunitas agama Islam dan Katolik juga terdapat lahan pertanian di mana sebagian besar penduduknya adalah petani.

Kegiatan arisan, hal ini terdapat pada setiap rukun tetangga (RT) pada setiap lingkungan atau Rukun Warga. Kegiatan arisan ini tidak dilaksanakan dalam kesempatan tersendiri namun merupakan bagian dari kegiatan rutin yang dilakukan warga pada kesempatan pertemuan RTnan (istilah populernya/pertemuan warga dalam satu rukun tetangga) untuk arisan bapak-bapak, dalam kesempatan itulah berbagai masalah dibahas dari soal keamanan, pesan kebijakan dari kelurahan misalnya termasuk di dalamnya kegiatan arisan bulanan yang dibuka pada kesempatan pertemuan warga se-rukun tetangga dimaksud.

Selain kegiatan arisan yang termasuk dalam siklus pertemuan warga se rukun tetangga (RT), kegiatan arisan ini pula termasuk dalam bagian dari kegiatan ibu-ibu lingkungan yang tergabung di dalam kelompok Penggerak Kesejahteraan Keluarga PKK. Kelompok PKK ini ada pada setiap level dimulai dari RT, RW dan Kelurahan yang secara keseluruhan di bawah pembinaan langsung dari ibu Lurah Muntilan. (Lurah Muntilan, wawancara, 15 Mei 2015).

Sedangkan untuk Kelompok Tani, sebagaimana dikemukakan dalam Sekilas Profil Kelurahan Muntilan bahwa secara ekonomi Kelurahan Muntilan terbagi menjadi 2 (dua) kawasan ekonomi yaitu di sebelah Selatan adalah kawasan perdagangan, pertokoan dan perkantoran, sedangkan di sebelah Utara adalah kawasan pertanian dan perikanan.

Page 234: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah214

Pemerintah Daerah dalam hal ini Kelurahan Muntilan dalam rangka memberikan pengayoman dan pemberdayaan terhadap warganya yang kebetulan berprofesi sebagai petani untuk meningkatkan produktifitasnya maka juga telah dibentuk kelompok-kelompok tani yang terdapat wilayah pertaniannya, setidaknya ada 5 (lima) kelompok tani yang ada di wilayah Kelurahan Muntilan yaitu:

Bentuk terakhir dari jaringan asosiasional yang bersifat sebagai bridging antara dua kelompok yang berbeda agama yang ada di wilayah penelitian adalah organisasi kesenian rakyat. Kelompok kesenian rakyat ini berada di sebagian lingkungan atau rukun warga dengan anggota dari masyarakat yang bertempat tinggall di wilayah di mana jenis kesenian itu dibentuk yang anggotanya dari lintas asal usul etnis dan agama. Kesenian rakyat ini selain tempat berkumpulnya warga masyarakat dimaksudkan untuk melestarikan jenis-jenis kesenian tradisional yang akhir-akhir ini semakin tidak lagi dilirik. Misalnya kelompok kesenian Jatilan yang terdiri dari pemuda dan dewasa dan kelompok kesenian Topeng Ireng dari kelompok ibu-ibu di RW. 02/Kampung Pepe.

Kelompok kesenian ini dipentaskan pada waktu-waktu tertentu seperti tujuh balas agustusan, perayaan natal bahkan peringatan hari raya umat Islam dan atau kalau ada warga yang mengundang untuk pentas dalam rangka hajatan keluarga seperti pernikahan.

Page 235: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 215

Tabel 3.

Daftar Organisasi Kesenian Rakyat di Kelurahan Muntilan

No Nama

Organisasi Alamat Ketua

Thn Berdiri

Jenis Kesenian

1 Krido Toronggoseto

Wonolelo Purhadi 2000 Jatilan

2 Karawitan Wonolelo YB. Sudono

2004 Jatilan

3 Jatilan Tlatar Supanto 1980 Karawitan 4 Jatilan Pepe Suradi 1980 Seni

Tradisional 5 Krido

Sono/Jatilan Kadirojo Budi

Suryono 2002 Seni

Tradisional 6 Kobrosiswo Kaweron Iswadi 2005 Seni

Tradisional 7 Mocopatan Pastoral Winarko 2008 Seni

Tradisional 8 Band – SMPK Jl. Kartini

3 Sumiyati 2006 Seni Musik

9 Band – STM PL

Jl. Talun Rohayadi 2000 Seni Musik

10 Band – SMA Marsudiri

Jl. Talun S Budi 2001 Seni Musik

11 Kobrosiswo Anak-anak

Balerejo Sukoco 2008 Seni Tradisional

Sumber: Sekilas Profil Kelurahan Muntilan Tahun 2013

Jika kelompok kesenian ini diundang oleh perorangan maka akan dikenakan uang kas ala kadarnya dan tentu disediakan makan setidaknya 2 kali. Jika pentasnya dalam rangka peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan maka hanya makan bersama dengan iuran dari masyarakat. Selain itu juga sebagai wahana hiburan masyarakat yang

Pemerintah Daerah dalam hal ini Kelurahan Muntilan dalam rangka memberikan pengayoman dan pemberdayaan terhadap warganya yang kebetulan berprofesi sebagai petani untuk meningkatkan produktifitasnya maka juga telah dibentuk kelompok-kelompok tani yang terdapat wilayah pertaniannya, setidaknya ada 5 (lima) kelompok tani yang ada di wilayah Kelurahan Muntilan yaitu:

Bentuk terakhir dari jaringan asosiasional yang bersifat sebagai bridging antara dua kelompok yang berbeda agama yang ada di wilayah penelitian adalah organisasi kesenian rakyat. Kelompok kesenian rakyat ini berada di sebagian lingkungan atau rukun warga dengan anggota dari masyarakat yang bertempat tinggall di wilayah di mana jenis kesenian itu dibentuk yang anggotanya dari lintas asal usul etnis dan agama. Kesenian rakyat ini selain tempat berkumpulnya warga masyarakat dimaksudkan untuk melestarikan jenis-jenis kesenian tradisional yang akhir-akhir ini semakin tidak lagi dilirik. Misalnya kelompok kesenian Jatilan yang terdiri dari pemuda dan dewasa dan kelompok kesenian Topeng Ireng dari kelompok ibu-ibu di RW. 02/Kampung Pepe.

Kelompok kesenian ini dipentaskan pada waktu-waktu tertentu seperti tujuh balas agustusan, perayaan natal bahkan peringatan hari raya umat Islam dan atau kalau ada warga yang mengundang untuk pentas dalam rangka hajatan keluarga seperti pernikahan.

Page 236: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah216

murah meriah, walaupun yang mempunyai hajat harus sedikit mengeluarkan biaya ala kadarnya. (Sudarto Rw. 02 Kampung Pepe, wawancara, 17 Mei 2015).

b. Quotidian

Bagian kedua dari 2 (dua) bentuk jaringan yang dikemukan Varshney adalah bentuk jaringan keseharian yang bersifat mengikat tetapi tidak memerlukan organisasi atau berbentuk interaksi kehidupan keseharian yang sederhana dan rutin, misalnya dalam bentuk 1). perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan, 2). kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian, 3). acara makan bersama dan saling memberi hadiah serta 4). saling membantu ketika ada hajatan dan ketika membangun sebuah bangunan rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Dari berbagai jaringan yang bersifat keseharian dan terus menerus namun tidak terlembaga dalam bentuk organisasi di atas, terungkap dari hasil wawancara dan penelusuran serta pengamatan langsung di lapangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan

Di wilayah penelitian Kelurahan Muntilan bentuk jaringan ini berjalan dengan sangat baik setidaknya ada 3 (tiga) event besar yang selalu dilakukan bersama seluruh komunitas terlepas dari latar belakang asal usul etnis dan agama, yaitu event perayaan Hari Besar Keagamaan dan Hari Besar Nasional, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Hari Raya Natal dan Tujuh Balas Agustusan.

Page 237: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 217

Pada saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha misalnya pelaksanaan shalatnya baik yang dilaksanakan di lapangan maupun di masjid-masjid karena ini ritual keagamaan maka hal ini hanya dilaksanakan oleh komunitas yang beragama Islam komunitas lain tidak ikut campur.

Namun ketika sesudahnya saat waktunya saling bersilaturrahim maka terjadilah interaksi saling kunjung mengunjungi satu dengan yang lainnya baik antara sesama muslim maupun saudara-saudara yang beragama Katolik dan lainnya melakukan kunjungan ke rumah-rumah saudara-saudaranya yang muslim tentu terjadi interaksi yang sangat baik terjadi acara makan bersama, saling memaafkan dan bahkan komunitas Katolik juga ikut bersama tradisi memberikan uang ala kadarnya ke anak-anak yang sedang merayakan hari keceriannya.

Pada saat perayaan Natal hal yang sama dilakukan oleh sebagian komunitas yang beragama Islam dalam membantu kelancaran dan keamanan, tidak menghadiri pada saat pelaksanaan ritual Misa di Gereja akan tetapi keterlibatan sebagian pemuda Muslim misalnya dalam pengamanan dan penertiban kendaraan bermotor jemaat yang sedang melaksanakan ibadatnya.

Sedangkan pada event perayaan Hari Besar Nasional tujuh balasan Agustus, maka pada kesempatan ini semua warga lintas agama ambil bagian ikut terlibat dalam perayaan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing sejak dari persiapan sampai pelaksanaannya. Pada event ini pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masing RW / lingkungan dengan membentuk Panitia Pelaksana. Untuk pelaksanaan upacara dilakukan di Lapangan Pemda yang

murah meriah, walaupun yang mempunyai hajat harus sedikit mengeluarkan biaya ala kadarnya. (Sudarto Rw. 02 Kampung Pepe, wawancara, 17 Mei 2015).

b. Quotidian

Bagian kedua dari 2 (dua) bentuk jaringan yang dikemukan Varshney adalah bentuk jaringan keseharian yang bersifat mengikat tetapi tidak memerlukan organisasi atau berbentuk interaksi kehidupan keseharian yang sederhana dan rutin, misalnya dalam bentuk 1). perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan, 2). kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian, 3). acara makan bersama dan saling memberi hadiah serta 4). saling membantu ketika ada hajatan dan ketika membangun sebuah bangunan rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Dari berbagai jaringan yang bersifat keseharian dan terus menerus namun tidak terlembaga dalam bentuk organisasi di atas, terungkap dari hasil wawancara dan penelusuran serta pengamatan langsung di lapangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan

Di wilayah penelitian Kelurahan Muntilan bentuk jaringan ini berjalan dengan sangat baik setidaknya ada 3 (tiga) event besar yang selalu dilakukan bersama seluruh komunitas terlepas dari latar belakang asal usul etnis dan agama, yaitu event perayaan Hari Besar Keagamaan dan Hari Besar Nasional, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Hari Raya Natal dan Tujuh Balas Agustusan.

Page 238: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah218

terdapat di Lingkungan/Rukun Warga 09 yaitu Kampung Kauman yang dikoordinir oleh kelurahan dengan peserta upacara Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kelurahan, guru-guru, murid dan tokoh masyarakat setempat. Pelaksanaan peringatan tujuh balasan pada tingkat Rukun Warga/Lingkungan dilakukan oleh masing-masing dengan melibatkan semua rukun tetangga yang ada di wilayahnya. Berbagai pertandingan olahraga diadakan oleh semua kelompok usia, pertandingan kesenian dilakukan pada event ini dan puncaknya pada malam tanggal 18 agustusan, kemeriahan bersama dapat dinikmati dengan pertunjukan kesenian yang ada, pembagian hadiah bagi para pemenang dari setiap cabang yang dipertandingkan dan diakhiri dengan makan bersama. (Lurah Muntilan, wawancara, 15 Mei 2015).

2. Kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian,

Budaya saling menghadiri dan memberikan bantuan, ucapan selamat dan ucapan bela sungkawa pada acara pernikahan dan kematian sudah menjadi tradisi atau budaya bangsa Indonesia dan dapat terlihat di berbagai wilayah dan terjadi pada setiap etnis yang ada di masyarakat kita. Namun tradisi ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di wilayah penlitian Kelurahan Muntilan khususnya pada saat terjadi kematian baik dari kalangan komunitas Muslim maupun dari komunitas Katolik. Dalam hal saling menghadiri respsi pernikahan di antara kedua komunitas berjalan sebagaimana di tempat-tempat lain jika mendapat undangan karena saling kenal atau karena bertempat tinggall dalam satu wilayah.

Page 239: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 219

Kehadiran untuk memberikan ucapan selamat dilakukan baik respsi dilakukan di tempat tinggall maupun di tempat-tempat biasa digunakan untuk resepsi pernikahan seperti di gedung pertemuan atau di tempat lain dengan hadir secara fisik atau pun dengan menyampaikan bantuan melalui kiriman yang dititipkan kepada tetangga atau sahabat yang hadir.

Adapun bentuk bantuan yang diberikan kepada yang mempunyai hajat pernikahan saat ini secara umum dan lebih banyak dalam bentuk uang yang dimasukkan ke dalam amplop dengan ucapan selamat di dalamnya. Namun demikian bentuk bantuan yang masih berupa beras, bahan-bahan lain yang dapat dimasak/disajikan untuk menjamu para undangan masih juga terdapat di wilayah ini khsusnya jika resepsi pernikahannya dilaksanakan di tempat tinggall. Tradisi ini berlaku bagi semua warga terlepas dari latar belakang asal usul etnis dan agama.

Bentuk lain bantuan yang dilakukan bersama misalnya sumbangan kesenian yang di gelar pada malam resepsi berupa kesenian Jatilan atau Jaranan. Kesenian rakyat ini terdiri dari berbagai macam seni di antaranya yang ada di Kampung Pepe/RW. 02 yang diketuai oleh Suradi dengan anggota yang terdiri dari masyarakat yang ada di Kampung Pepe dan dari latar belakang agama yang berbeda sebagai mana disebut di atas.

Khusus bantuan dan saling mengunjungi ketika warga ada yang mendapat musibah kematian, ditemukan hal yang berbeda dari tempat-tempat lainnya yang lazim dilakukan oleh masyarakat. Di Kecamatan Muntilan khususnya di Kelurahan Muntilan setidaknya terdapat 4

terdapat di Lingkungan/Rukun Warga 09 yaitu Kampung Kauman yang dikoordinir oleh kelurahan dengan peserta upacara Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kelurahan, guru-guru, murid dan tokoh masyarakat setempat. Pelaksanaan peringatan tujuh balasan pada tingkat Rukun Warga/Lingkungan dilakukan oleh masing-masing dengan melibatkan semua rukun tetangga yang ada di wilayahnya. Berbagai pertandingan olahraga diadakan oleh semua kelompok usia, pertandingan kesenian dilakukan pada event ini dan puncaknya pada malam tanggal 18 agustusan, kemeriahan bersama dapat dinikmati dengan pertunjukan kesenian yang ada, pembagian hadiah bagi para pemenang dari setiap cabang yang dipertandingkan dan diakhiri dengan makan bersama. (Lurah Muntilan, wawancara, 15 Mei 2015).

2. Kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian,

Budaya saling menghadiri dan memberikan bantuan, ucapan selamat dan ucapan bela sungkawa pada acara pernikahan dan kematian sudah menjadi tradisi atau budaya bangsa Indonesia dan dapat terlihat di berbagai wilayah dan terjadi pada setiap etnis yang ada di masyarakat kita. Namun tradisi ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di wilayah penlitian Kelurahan Muntilan khususnya pada saat terjadi kematian baik dari kalangan komunitas Muslim maupun dari komunitas Katolik. Dalam hal saling menghadiri respsi pernikahan di antara kedua komunitas berjalan sebagaimana di tempat-tempat lain jika mendapat undangan karena saling kenal atau karena bertempat tinggall dalam satu wilayah.

Page 240: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah220

(empat) kelompok masyarakat yang berpengaruh dan berimbang keberadaan dan kekuatannya baik dari segi populasi maupun pengaruhnya. Keempat kelompok dimaksud adalah: 1. Kelompok Muhammadiyah, 2. Kelompok Tradisional/Nahdlatul Ulama (NU), 3. Kelompok Modernis (Ponpes Al-Iman) dan yang nasional/netral dan 4. Kelompok Katolik (Paroki Muntilan).

Dua kelompok pertama dan ketiga, Muhammadiyah dan Kelompok Ponpes Al-Iman/netral menyikapi relasi antarumat beragama yang berbeda di Kelurahan Muntilan sangat jelas dan tegas hubungan dengan tetangga yang beragama Katolik sangat baik dan sangat kondusif. Hubungan kemasyarakatan yang bersifat sosial berjalan dengan baik pertemuan rutin tangkat rukun tetangga (Rt), arisan, gotong royong, saling menghadiri acara pernikahan bahkan hadir memberikan bantuan jika ada yang mendapat musibah seperti kematian. Namun ketika sudah memasuki wilayah keagamaan maka kelompok ini mengambil jarak jelas dan berpegang teguh pada kitab sucinya yaitu Al-Qur’an yang berbunyi “Lakum dienukum Waliyadien” Agamamu Bagimu dan Agamaku Bagiku. Misal pada saat perayaan hari Natal bagi umat Katolik kelompok ini membiarkan mereka berjalan dan memperingatinya sesuai agama yang mereka anut dan tidak ikut-ikutan menghadiri dan bahkan mengucapkan selamat Natal.

Tradisi mendo’akan yang meninggal nampaknya juga sudah menjadi budaya/tradisi umat Katolik mereka juga melakukan peringatan hari ke 1- 3, ke 7, ke 40, ke 100, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari. Pada acara peringatan

Page 241: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 221

seperti ini maka pihak warga Katolik juga mengundang umat Islam untuk hadir dan bersama-sama ikut mendo’akan yang telah meninggal.

Pada posisi ini masih terdapat sebagian warga muslim ikut hadir dan bahkan pada masyarakat Katolik yang berkecukupan mereka mengundang secara khusus warga muslim untuk tahlilan dan mendo’akan keluarga mereka yang meninggal pada waktu khusus terpisah dari waktu kehadiran umat Katolik untuk sembahyangan.

Bagi umat Katolik yang tingkat kehidupannya biasa saja mereka mengundang umat Islam bersamaan waktu dengan umat Katolik yang melaksanakan sembahyangan untuk arwah yang meninggal dan sebagian umat Islam menghadiri undangan mereka dengan dalih bahwa menghadiri undangan itu wajib, bahwa apakah do’a kita dikabulkan atau tidak diserahkan kepada Allah SWT. {Ahmad (nama samaran), wawancara, 20 Mei 2015 di RW. 07/Kampung Balerejo}.

Umat Katolik sebagian besar telah memahami perbedaan pendapat di kalangan umat Islam bahwa dalam hal-hal tertentu menyangkut soal keagamaan ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan seperti mengucapkan selamat Hari Raya Natal dan ikut mendo’akan umat Katolik jika meninggal dalam acara tahlilan. Oleh karena itu jika mereka mengundang tetangga yang beragama Islam pada acara-acara yang dilakukan umat Katolik khususnya perayaan natal dan do’a kematian hadir dan tidak hadirnya umat Islam umat Katolik sudah memahaminya.

(empat) kelompok masyarakat yang berpengaruh dan berimbang keberadaan dan kekuatannya baik dari segi populasi maupun pengaruhnya. Keempat kelompok dimaksud adalah: 1. Kelompok Muhammadiyah, 2. Kelompok Tradisional/Nahdlatul Ulama (NU), 3. Kelompok Modernis (Ponpes Al-Iman) dan yang nasional/netral dan 4. Kelompok Katolik (Paroki Muntilan).

Dua kelompok pertama dan ketiga, Muhammadiyah dan Kelompok Ponpes Al-Iman/netral menyikapi relasi antarumat beragama yang berbeda di Kelurahan Muntilan sangat jelas dan tegas hubungan dengan tetangga yang beragama Katolik sangat baik dan sangat kondusif. Hubungan kemasyarakatan yang bersifat sosial berjalan dengan baik pertemuan rutin tangkat rukun tetangga (Rt), arisan, gotong royong, saling menghadiri acara pernikahan bahkan hadir memberikan bantuan jika ada yang mendapat musibah seperti kematian. Namun ketika sudah memasuki wilayah keagamaan maka kelompok ini mengambil jarak jelas dan berpegang teguh pada kitab sucinya yaitu Al-Qur’an yang berbunyi “Lakum dienukum Waliyadien” Agamamu Bagimu dan Agamaku Bagiku. Misal pada saat perayaan hari Natal bagi umat Katolik kelompok ini membiarkan mereka berjalan dan memperingatinya sesuai agama yang mereka anut dan tidak ikut-ikutan menghadiri dan bahkan mengucapkan selamat Natal.

Tradisi mendo’akan yang meninggal nampaknya juga sudah menjadi budaya/tradisi umat Katolik mereka juga melakukan peringatan hari ke 1- 3, ke 7, ke 40, ke 100, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari. Pada acara peringatan

Page 242: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah222

Namun demikian sebaliknya umat Katolik senantiasa berusaha untuk hadir pada kesempatan peringatan Hari Raya I’dul Fitri dan kesempatan peringatan lainnya karena hal juga mendapat anjuran dari Romo Paroki yang disampaikan pada kesempatan-kesempatan khutbah mereka. (Kristina (Prodiakon), RW. 07 Balerejo, wawancara, 19 Mei 2015).

3. Acara makan bersama dan saling memberi hadiah

Relasi yang sangat baik antara umat Katolik dan umat Islam di Kelurahan Muntilan bukan hanya ditunjukkan dalam kesempatan saling menghadiri jika ada undangan pernikahan, acara ta’ziah/hadir pada saat kematian dan hadir bersama pada perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan.

Namun juga pada kesempatan-kesempatan tertentu mereka dapat makan bersama-sama seperti pada pertemuan rukun tetangga (RT), pada acara bersama memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pada malam tanggal 17 Agustusan danpada kesempatan lain misalnya pada perayaan ulang tahun yang mereka saling memberikan hadiah. (disarikan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak baik komunitas Muslim maupun Katolik, antara 12 – 22 Mei 2015).

4. Saling membantu saat hajatan, membangun rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Selain bentuk-bentuk jaringan seperti dikemukakan di atas, di wilayah penelitian ini juga terdapat bentuk

Page 243: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 223

jaringan lainnya seperti saling membantu pada saat ada hajatan dan dalam pembangunan rumah tinggall dan atau rumah ibadat. Pembangunan rumah ibadat misalnya seperti yang terjadi pada saat pembangunan Masjid Baiturrahman yang terletak di RW. 02, dan Masjid Al-Hidayah di RW. 01 dan Mushalla Al-Amin di Kampung Pepe, komunitas umat Katolik ikut pula membantu walaupun hanya berupa tenaga. (Muryanto, Riyanto dan FX. Paijan, wawancara, 14 dan 15 Mei 2015).

Bentuk bantuan lain yang saling diberikan adalah ketika salah satu warga sedangan melaksanakan hajatan baik itu pernikahan, sunatan anak dan hajatan lainnya para tetangga saling membantu baik tenaga maupun bantuan materiil lainnya.

c. Relasi dalam hubungan kawin-mawin

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Pasal 2 (1) disebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. (UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

Dalam konteks masyarakat di Kelurahan Muntilan yang perbedaan jumlah penduduk antara yang menganut agama Islam dengan yang menganut agama Katolik, selisih perbandingannya 3 : 1 atau 1/3 dari jumlah penduduk kelurahan Muntilan sebanyak 6113 jiwa, 1.949 jiwa penduduknya menganut agama Katolik. Sejak zaman Belanda,

Namun demikian sebaliknya umat Katolik senantiasa berusaha untuk hadir pada kesempatan peringatan Hari Raya I’dul Fitri dan kesempatan peringatan lainnya karena hal juga mendapat anjuran dari Romo Paroki yang disampaikan pada kesempatan-kesempatan khutbah mereka. (Kristina (Prodiakon), RW. 07 Balerejo, wawancara, 19 Mei 2015).

3. Acara makan bersama dan saling memberi hadiah

Relasi yang sangat baik antara umat Katolik dan umat Islam di Kelurahan Muntilan bukan hanya ditunjukkan dalam kesempatan saling menghadiri jika ada undangan pernikahan, acara ta’ziah/hadir pada saat kematian dan hadir bersama pada perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan.

Namun juga pada kesempatan-kesempatan tertentu mereka dapat makan bersama-sama seperti pada pertemuan rukun tetangga (RT), pada acara bersama memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pada malam tanggal 17 Agustusan danpada kesempatan lain misalnya pada perayaan ulang tahun yang mereka saling memberikan hadiah. (disarikan dari hasil wawancara dengan berbagai pihak baik komunitas Muslim maupun Katolik, antara 12 – 22 Mei 2015).

4. Saling membantu saat hajatan, membangun rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Selain bentuk-bentuk jaringan seperti dikemukakan di atas, di wilayah penelitian ini juga terdapat bentuk

Page 244: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah224

misionaris dari agama Katolik masuk dan tinggall di wilayah sekitar Kauman Kelurahan Muntilan mulailah terjadi peristiwa kawin mawin antar kedua komunitas.

Pada awalnya daerah Muntilan adalah daerah dengan penduduk Muslim sangat dominan, setelah datang para gembala di antaranya adalah Pastor Fransiskus Van Lith dan Pastor Y.Y. Hoevenaar sebagaimana disebut di atas, keduanya secara aktif terlibat dalam karya misi di Muntilan pada tahun 1897. Namun sebelum kedatangan Romo Van Lith, di Muntilan sebenarnya sudah ada karya misioner Katolik yang berkedudukan di Magelang yaitu Romo F. Voogel, SJ yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di Muntilan untuk mengadakan Misa di sana. Hasil karya Pastor Voogel ini adalah dibaptisnya 135 orang Muntilan pada bulan Desember 1895. (Muntilan awal misi Katolik di Jawa Kenangan 100 Tahun Paroki Santo Antonius Muntilan 1894 -1994).

Sejak aktifnya Pastor Fransiskus Van Lith maka mulai berdiri sekolah-sekolah Katolik di Muntilan dan saat ini setidaknya ada 3 (tiga) Yayasan yang masih aktif dalam menjalankan misinya yaitu:

1. Yayasan Pangudi Luhur yang dikelola oleh Bruder FIC, mempunyai sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SMK, sedangkan SMA Van Lith khusus untuk anak didik dari umat Katolik yang datang dari seluruh penjuru tanah air dan mereka tinggall di Asrama.

2. Yayasan Marsudirini yang dikelola oleh Suster OSF, sama dengan yayasan di atas, yayasan ini juga memiliki sekolah-sekolah dari tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, dan SMA Marsudirini.

Page 245: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 225

3. Yayasan Kanisius yang dikelola oleh Pastor/Romo SJ. Yayasan ini hanya memiliki sekolah dari tingkatan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Menengah Pertama Kanisius (SMPK).

Pada saat-saat awal berdirinya sekolah-sekolah di atas sampai pada awal tahun 2000an banyak orang tua Muslim yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah ini dan mereka sendiri banyak yang bekerja di berbagai bidang pada yayasan dan bidang usaha milik umat Katolik seperti sebagai tukang kebun, tukang masak, kerja pada bidang percetakan dan pada bidang-bidang lainnya sehingga banyak keluarga muslim yang berpindah agama disebabkan oleh baik karena kesadaran sendiri maupun karena himpitan ekonomi. Sebagaimana disampaikan oleh seorang Imam sebuah Mushalla dan salah satu Ketua Rw/Lingkungan di Kelurahan Muntilan yang menceriterakan pengalaman pribadi masing-masing karena ada saudara sepupunya yang berpindah agama karena himpitan ekonomi, mereka akan di PHK jika keluarga/anak-anak dan istrinya tidak masuk agama Katolik.

Perkawinan antar agama sangat lumrah terjadi sebelum lahirnya Undang-Undang tentang Perkawinan Tahun 1974. Sejak lahirnya undang-undang ini yang mengharuskan sahnya perkawinan jika dilaksanakan dalam satu agama maka perkawinan dari asal agama yang berbeda antara komunitas Katolik dan komuntas Muslim sudah jarang terjadi walaupun masih ada. Peristiwa perkawinan dari asal berbeda agama ini masih tetap ada dan setidaknya pada tahun 2015 ini sudah 4 peristiwa pernikahan, pernikahan ini terjadi disebabkan karena sudah terjadi kecelakaan “hamil di luar nikah” terlebih dahulu diebabkan karena pergaulan bebas anak muda.

misionaris dari agama Katolik masuk dan tinggall di wilayah sekitar Kauman Kelurahan Muntilan mulailah terjadi peristiwa kawin mawin antar kedua komunitas.

Pada awalnya daerah Muntilan adalah daerah dengan penduduk Muslim sangat dominan, setelah datang para gembala di antaranya adalah Pastor Fransiskus Van Lith dan Pastor Y.Y. Hoevenaar sebagaimana disebut di atas, keduanya secara aktif terlibat dalam karya misi di Muntilan pada tahun 1897. Namun sebelum kedatangan Romo Van Lith, di Muntilan sebenarnya sudah ada karya misioner Katolik yang berkedudukan di Magelang yaitu Romo F. Voogel, SJ yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di Muntilan untuk mengadakan Misa di sana. Hasil karya Pastor Voogel ini adalah dibaptisnya 135 orang Muntilan pada bulan Desember 1895. (Muntilan awal misi Katolik di Jawa Kenangan 100 Tahun Paroki Santo Antonius Muntilan 1894 -1994).

Sejak aktifnya Pastor Fransiskus Van Lith maka mulai berdiri sekolah-sekolah Katolik di Muntilan dan saat ini setidaknya ada 3 (tiga) Yayasan yang masih aktif dalam menjalankan misinya yaitu:

1. Yayasan Pangudi Luhur yang dikelola oleh Bruder FIC, mempunyai sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SMK, sedangkan SMA Van Lith khusus untuk anak didik dari umat Katolik yang datang dari seluruh penjuru tanah air dan mereka tinggall di Asrama.

2. Yayasan Marsudirini yang dikelola oleh Suster OSF, sama dengan yayasan di atas, yayasan ini juga memiliki sekolah-sekolah dari tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, dan SMA Marsudirini.

Page 246: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah226

(Pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) Kelurahan Muntilan, wawancara, 14 Mei 2015).

Dari penjelasan berbagai narasumber baik dari komunitas Katolik maupun dari komunitas muslim tentang dampak dari perkawinan asal beda agama dan pengaruhnya terhadap relasi antar kedua kelompok bahwa dari sisi keluarga masing-masing nampaknya tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima keadaan yang sering disebut istilah pasrah karena sudah terjadi dan tidak berusaha untuk menghalang-halangi misalnya. Sedangkan untuk masyarakat sendiri tidak terlihat ada dampak yang berarti secara langsung kepada masyarakat. Tidak terjadi perubahan relasi antarumat yang ada di tingkat lingkungan maupun yang lebih luas. Dari pihak keluarga masing-masing mereka tetap diterima sebagai bagian dari keluarga besar (Romo Kepala Paroki Muntilan, Kristiono Purwadi, 19 Mei 2015).

Perkawinan adalah peristiwa yang sangat sakral dan sangat suci bagi pandangan setiap pemeluk agama oleh karena itu di dalam Islam dinyatakan bahwa: Pernikahan adalah perintah agama dan merupakan sunnah rasul sabdanya: “Nikah itu adalah sunnahku barang siapa yang abai dengan sunnahku maka ia bukan bagian dari golonganku”.

Di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4), ayat 3 berbunyi: “Dan jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bila kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga dan empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. Atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan agama masyarakat di

Page 247: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 227

Kelurahan Muntilan maka semakin berkurangnya peristiwa pernikahan antar kedua mempelai yang berasal dari penganut agama berbeda awalnya.

d. Relasi dalam kekerabatan (marga/fam)

Kampung Pepe atau RW. 02 adalah salah satu lingkungan yang penduduknya saat ini hampir berimbang antara penganut Islam dan Katolik. Pada awalnya kampung ini adalah muslim namun dengan berjalannya waktu semakin gencarnya misi yang dikembangkan oleh para misioner melalui berbagai cara maka berkembanglah umat Katolik di wilayah ini. Secara pasti kapan mulai ada umat katolik di Kampung Pepe tidak dapat ditelusuri secara pasti namun demikian ada sekelumit cerita yang dituturkan oleh para orang tua, bahwa merasuknya iman Katolik di daerah ini pada awalnya karena ada warga yang bekerja ikut Pastor. Warga dimaksud yaitu Karsopawiro dan Nayapawira. Benih iman yang tersemaikan dilubuk hati kedua orang tersebut akhirnya berkembang ke segenap keluarga, dan bahkan ke antar tetangga yang masih tetangga dekat. (Muntilan Awal Misi Katolik di Jawa, 1994). Jika terjadi kawin-mawin lintas kelompok agama apakah menimbulkan kerenggangan atau justru menimbulkan keeratan relasi antar kelompok.

(Pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) Kelurahan Muntilan, wawancara, 14 Mei 2015).

Dari penjelasan berbagai narasumber baik dari komunitas Katolik maupun dari komunitas muslim tentang dampak dari perkawinan asal beda agama dan pengaruhnya terhadap relasi antar kedua kelompok bahwa dari sisi keluarga masing-masing nampaknya tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima keadaan yang sering disebut istilah pasrah karena sudah terjadi dan tidak berusaha untuk menghalang-halangi misalnya. Sedangkan untuk masyarakat sendiri tidak terlihat ada dampak yang berarti secara langsung kepada masyarakat. Tidak terjadi perubahan relasi antarumat yang ada di tingkat lingkungan maupun yang lebih luas. Dari pihak keluarga masing-masing mereka tetap diterima sebagai bagian dari keluarga besar (Romo Kepala Paroki Muntilan, Kristiono Purwadi, 19 Mei 2015).

Perkawinan adalah peristiwa yang sangat sakral dan sangat suci bagi pandangan setiap pemeluk agama oleh karena itu di dalam Islam dinyatakan bahwa: Pernikahan adalah perintah agama dan merupakan sunnah rasul sabdanya: “Nikah itu adalah sunnahku barang siapa yang abai dengan sunnahku maka ia bukan bagian dari golonganku”.

Di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4), ayat 3 berbunyi: “Dan jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bila kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga dan empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. Atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan agama masyarakat di

Page 248: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah228

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas, penelitian ini menyimpulkan beberapa hal di antaranya:

1. Kesepakatan bersama/kesepahaman bersama yang sudah berlaku turun temurun menjadi acuan kedua belah komunitas bukan berdasarkan kearifan lokal, pranata hukum ataupun nilai-nilai agama. Namun tidak secara sepesifik atau detail tertuang dalam suatu perjanjian tertulis.

2. Kebersamaan dan relasi dua komunitas bersifat bridging setidaknya ada 4 (empat) hal yang dapat digunakan oleh kedua belah pihak yaitu koperasi melalui kepengurusan Rukun Tetangga (RT), arisan warga untuk Bapak-bapak sedangkan untuk ibu-ibu melalui PKK, dan organisasi petani (kelompok tani) serta kelompok / organisasi kesenian rakyat.

3. Sampai saat ini di kedua kelompok terdapat relasi antarumat beragama Muslim dan Katolik berjalan baik dibuktikan adanya perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan, kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian, acara makan bersama dan saling memberi hadiah saat di antara mereka menyelenggarakan pesta/hajatan, dan saling membantu dan gotong royong pembangunan rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Page 249: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 229

Rekomendasi

1. Perlu ditingkatkan relasi antar kedua komunitas Muslim dan Katolik di Muntilan dengan mengkampanyekan hidup damai antar kelompok agama yang bersumber dari nilai agama yang universal dan kearifan lokal.

2. Perlu revitalisasi kearifan local masyarakat setempat untuk mendukung relasi antar kelompok agama agar berjalan dengan baik.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas, penelitian ini menyimpulkan beberapa hal di antaranya:

1. Kesepakatan bersama/kesepahaman bersama yang sudah berlaku turun temurun menjadi acuan kedua belah komunitas bukan berdasarkan kearifan lokal, pranata hukum ataupun nilai-nilai agama. Namun tidak secara sepesifik atau detail tertuang dalam suatu perjanjian tertulis.

2. Kebersamaan dan relasi dua komunitas bersifat bridging setidaknya ada 4 (empat) hal yang dapat digunakan oleh kedua belah pihak yaitu koperasi melalui kepengurusan Rukun Tetangga (RT), arisan warga untuk Bapak-bapak sedangkan untuk ibu-ibu melalui PKK, dan organisasi petani (kelompok tani) serta kelompok / organisasi kesenian rakyat.

3. Sampai saat ini di kedua kelompok terdapat relasi antarumat beragama Muslim dan Katolik berjalan baik dibuktikan adanya perayaan bersama hari-hari besar nasional dan keagamaan, kunjungan/saling menghadiri pada saat pesta pernikahan dan kematian, acara makan bersama dan saling memberi hadiah saat di antara mereka menyelenggarakan pesta/hajatan, dan saling membantu dan gotong royong pembangunan rumah tinggall dan atau rumah ibadat.

Page 250: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah230

BAHAN BACAAN

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press.

Hayat, Bahrul, Ph.D., 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri.

Koentjaraningrat, 1984.Budaya Jawa.Jakarta: PN Balai Pustaka.

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi.Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: CV Rajawali.

Varshney, Ashutosh, 2009.Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama.

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008.

Page 251: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 231

RELASI ANTARA UMAT

KATOLIK DAN ISLAM DI KABUPATEN ENDE, NTT

Oleh: Ahsanul Khalikin

KEMENTERIAN AGAMA RI BADAN LITBANG DAN DIKLAT

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN TAHUN 2015

BAHAN BACAAN

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press.

Hayat, Bahrul, Ph.D., 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri.

Koentjaraningrat, 1984.Budaya Jawa.Jakarta: PN Balai Pustaka.

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi.Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: CV Rajawali.

Varshney, Ashutosh, 2009.Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama.

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008.

Page 252: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah232

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masyarakat Ende sejak abad ke-15 mulai bersentuhan dengan para pendatang. Mereka di antaranya adalah ; pedagang Arab, penguasa Majapahit, misionaris Katolik dari Portugal, pedagang dari Bugis, bahkan pedagang dari Tiongkok. Interaksi dengan kalangan pendatang itu menumbuhkan kultur budaya terbuka terhadap etnis lainnya sampai dengan saat ini. Karakter jiwa masyarakat Ende yang terbuka terhadap tamu dan pendatang pada dasarnya dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa memandang asal-usul suku-agama-ras dan antar golongan (Nganggo: 2015).

Kabupaten Ende dengan jumlah penduduk 268.658 jiwa (BPS; 2010), dipandang istimewa, karena menjadi tempat persandingan keberagaman. Penduduk Ende dilihat dari agama yang dianut, terdiri dari penganut Katolik, Islam, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Kemenag Kab. Ende; 2013). Pluralitas Ende juga terlihat dari komposisi etnis yang menghuninya di antaranya : Ende, Ngao, Lio, Cina, Padang, Bali, Madura, Arab, Sabu, Timor, Rote, Sikka, Flores Timur, Ngada, Manggarai, dan etnis lainnya (BPS, 2003). Dengan kata lain, nilai ke-Indonesia-an yang beragam etnis, ras, budaya, agama, saling berdampingan dan terikat kuat. Budaya saling menghargai dan damai sudah berjalan sejak lama dalam masyarakat Ende.

Page 253: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 233

Kemampuan masyarakat Ende dalam mempertahankan budaya multikulturalisme tersebut diperoleh dengan cara mengasuh suku atau bangsa-bangsa tetangganya diakui sebagai salah satu strategi yang tepat. Bersanding dengan strategi lainnya dengan jalan isolasi geografis dan isolasi sosial (Barth, 1988: 9-10).

Meskipun demikian, pandangan tersebut mendapatkan kritikan. Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. Dengan kata lain, adanya perbedaan antaretnik tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembauran, kontak dan pertukaran informasi, namun lebih disebabkan oleh adanya proses-proses sosial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga perbedaan kategori tetap dipertahankan walaupun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan di antara unit etnik dalam perjalanan hidup seseorang; Kedua, dapat ditemukan hubungan sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting antara dua kelompok etnik yang berbeda, yang biasanya terjadi karena adanya status etnik yang terdikotomi.

Terlepas dari perdebatan tersebut, adanya keragaman pada masyarakat Ende memastikan bahwa relasi antarumat beragama sudah lama berlangsung dengan segala dinamikanya. Hal menarik inilah yang menjadi alasan penulis memilih lokasi Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam melakukan penelitian relasi antarumat beragama.

Rumusan Masalah

1. Apa yang mendasari pemikiran antarumat beragama dalam membangun relasi?

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masyarakat Ende sejak abad ke-15 mulai bersentuhan dengan para pendatang. Mereka di antaranya adalah ; pedagang Arab, penguasa Majapahit, misionaris Katolik dari Portugal, pedagang dari Bugis, bahkan pedagang dari Tiongkok. Interaksi dengan kalangan pendatang itu menumbuhkan kultur budaya terbuka terhadap etnis lainnya sampai dengan saat ini. Karakter jiwa masyarakat Ende yang terbuka terhadap tamu dan pendatang pada dasarnya dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa memandang asal-usul suku-agama-ras dan antar golongan (Nganggo: 2015).

Kabupaten Ende dengan jumlah penduduk 268.658 jiwa (BPS; 2010), dipandang istimewa, karena menjadi tempat persandingan keberagaman. Penduduk Ende dilihat dari agama yang dianut, terdiri dari penganut Katolik, Islam, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu (Kemenag Kab. Ende; 2013). Pluralitas Ende juga terlihat dari komposisi etnis yang menghuninya di antaranya : Ende, Ngao, Lio, Cina, Padang, Bali, Madura, Arab, Sabu, Timor, Rote, Sikka, Flores Timur, Ngada, Manggarai, dan etnis lainnya (BPS, 2003). Dengan kata lain, nilai ke-Indonesia-an yang beragam etnis, ras, budaya, agama, saling berdampingan dan terikat kuat. Budaya saling menghargai dan damai sudah berjalan sejak lama dalam masyarakat Ende.

Page 254: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah234

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antarumat beragama mayoritas–minoritas?

3. Bagaimana kondisi masing-masing antarumat beragama setelah adanya relasi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa yang mendasari pemikiran antarumat beragama dalam membangun relasi.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk relasi antarumat beragama mayoritas–minoritas.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kondisi masing-masing antarumat beragama setelah ada relasi.

Penjelasan Konsep

1. Relasi (relation=hubungan), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003: 79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalah hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003: 90).

Page 255: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 235

2. Etnik bisa disamakan dengan kelompok agama, mengacu pada penjelasan Horowitz, bahwa seluruh konflik yang didasarkan atas identitas-identitas kelompok yang bersifat akscriptif – ras, bahasa, agama, suku, atau kasta – dapat disebut konflik etnis. Konflik tersebut dapat dicirikan sebagai konflik yang bersifat: keagamaan, rasial, kebahasaan, dan sektarian (Varsney, 2009: 5). Dengan demikian konsep relasi antarumat beragama dalam penelitian ini dapat disamakan dengan konsep relasi etnik, yaitu relasi-relasi antara berbagai kelompok keagamaan (antarumat beragama).

3. Acuan dalam interaksi, dalam interaksi sosial ada acuan yang digunakan, sebagai contoh antara etnis Mandar (Muslim) dan etnis Mamasa (Kristen) menggunakan acuan kearifan lokal pitu uluna salu, pitu ba’bana binanga. Dengan menggunakan acuan kearifan lokal itu interaksi sosial dapat berlangsung sesuai dengan nilai-nilai ideal dari kesadaran kolektif yang mereka bangun bersama. Sehingga dalam interkasi itu mereka bisa saling dapat memenuhi kebutuhan mereka baik kebutuhan materi, ketenangan psicis, dan rohani.

Mengacu kepada Ashutosh Varshney ketika akan melakukan penelitian yang kemudian melahirkan buku Ethnic Conflict and Civil Life: Hindus and Muslim in India, ia menyusun kerangka teoritik, yang secara lebih spesifik difokuskan pada ikatan ‘inter-komunal’ (jaringan dan yang mengintegrasikan umat Hindu dan Muslim) yang oleh Robert Putnam disebut sebagai modal sosial yang menjembatani (bridging); bukan ikatan ‘intra-komunal’ (jaringan dan organisasi yang seluruh anggotanya Hindu

2. Apa saja bentuk-bentuk relasi antarumat beragama mayoritas–minoritas?

3. Bagaimana kondisi masing-masing antarumat beragama setelah adanya relasi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa yang mendasari pemikiran antarumat beragama dalam membangun relasi.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk relasi antarumat beragama mayoritas–minoritas.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kondisi masing-masing antarumat beragama setelah ada relasi.

Penjelasan Konsep

1. Relasi (relation=hubungan), yaitu jaringan yang terwujud karena interaksi antara satuan-satuan yang aktif. (Koentjaraningrat, dkk., 2003: 79). Definisi ini menunjukkan bahwa hakekat dari relasi atau hubungan adalah adanya ‘interaksi’. Adapun yang dimaksud dengan interaksi (interaction) adalah hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua kelompok orang atau lebih atas dasar adanya aksi dan interaksi. Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ yaitu jaringan hubungan antara dua orang atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, dkk., 2003: 90).

Page 256: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah236

atau seluruh anggotanya Muslim), oleh Putnam disebut sebagai modal sosial yang mengikat (bonding).

Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan (lihat Varshney, 2009).

Varshney dalam membangun kerangka pikir di atas adalah untuk konteks India, ketika kerangka pikir tersebut diterapkan untuk konteks Indonesia terasa ada yang kurang, yaitu: relasi kawin mawin dan relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan. (a) Relasi kawin mawin beda agama di daerah tertentu (misal di Pulau Sumba) menjadikan semakin erat hubungan antarumat beragama. Namun demikian di beberapa daerah lain, perkawinan beda agama dapat memicu konflik, karena kawin beda agama akan mengakibatkan terjadinya koversi agama, dan pada etnis tertentu konversi agama tidak bisa diterima; (b) Relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan di beberapa daerah dapat berlangsung secara ‘baik’ dan unik, misalnya relasi antarumat dalam sistem kekerabatan etnis Batak, dan dalam wilayah budaya negeri gung dikenal adanya ‘keluarga pelangi’. Sementara di beberapa daerah lain relasi dalam kategori ini tidak bisa

Page 257: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 237

berjalan dengan baik. Untuk itu, kerangka pikir dalam penelitian ini perlu ada penambahan (1) relasi kawin mawin dan (2) relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan.

4. Antarumat Beragama, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antara kelompok keagamaan mayoritas dan minoritas. Untuk menjelaskan tentang konsep kelompok keagamaan ini kita bisa meminjam penjelasan yang digunakan oleh Narroll (1964) dengan mengacu pada penjelasan Horowitz di atas. Dengan demikian yang dimaksud dengan kelompok keagamaan adalah sebagai ‘suatu populasi yang merupakan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain’. Di samping itu kelompok keagamaan dikenal sebagai populasi yang: a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, d) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. (lihat Barth, 1988:11).

5. Mayoritas (majority) diartikan sebagai jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:144).

6. Minoritas (minority), golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan yang karena itu didiskriminasi oleh golongan lain itu (Koentjaraningrat, dkk., 2003:151). Menurut Reading, minority adalah

atau seluruh anggotanya Muslim), oleh Putnam disebut sebagai modal sosial yang mengikat (bonding).

Selanjutnya Varshney membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional, yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan (organisasi), misalnya asosiasi bisnis, organisasi profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b) quotidian (keseharian) yaitu bentuk keseharian ikatan kewargaan (tidak memerlukan organisasi), atau berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-upacara (merayakan hari kemerdekaan), mengizinkan anak-anak mereka untuk bermain bersama di lingkungan (lihat Varshney, 2009).

Varshney dalam membangun kerangka pikir di atas adalah untuk konteks India, ketika kerangka pikir tersebut diterapkan untuk konteks Indonesia terasa ada yang kurang, yaitu: relasi kawin mawin dan relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan. (a) Relasi kawin mawin beda agama di daerah tertentu (misal di Pulau Sumba) menjadikan semakin erat hubungan antarumat beragama. Namun demikian di beberapa daerah lain, perkawinan beda agama dapat memicu konflik, karena kawin beda agama akan mengakibatkan terjadinya koversi agama, dan pada etnis tertentu konversi agama tidak bisa diterima; (b) Relasi antarumat beragama dalam sistem kekerabatan di beberapa daerah dapat berlangsung secara ‘baik’ dan unik, misalnya relasi antarumat dalam sistem kekerabatan etnis Batak, dan dalam wilayah budaya negeri gung dikenal adanya ‘keluarga pelangi’. Sementara di beberapa daerah lain relasi dalam kategori ini tidak bisa

Page 258: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah238

subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial (Reading, 1986: 254). Karena definisi yang disusun oleh Koentjaraningrat dkk., ada konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tetang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading dan cenderung pada pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi (demografis). Untuk menggantikan kata ‘minoritas’ bisa menggunakan kata enclave yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan – misalnya – keberadaan suatu perkampungan dari penganut agama tertentu di tengah-tengah perkampungan penganut agama yang berbeda.

Prior Riset

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagmaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; 2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaiatan dengan pembangunan rumah ibadah, sejauh mana pembangunan rumah ibadah mengikuti aturan, dan bagaimana umat lain menyikapi; studi yang lainnya seperti Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI; Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Page 259: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 239

Metode

Penelitian bersifat kasus dengan pendekatan kualitatif karena itu menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan dengan menggali informasi kepada informan kunci, yaitu para expert setempat, meliputi beberapa pejabat dan staf pegawai Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Kesbangpol, FKUB, pemuka agama, pemuka masyarakat dan anggota masyarakat sebagai pelaku ‘relasi / interaksi’ antarumat beragama. Teknik observasi digunakan untuk mengamati relasi antarumat beragama yang terjadi di masyarakat. Sedangkan studi dokumentasi dilakukan untuk mengkaji bahan-bahan tertulis non-pustaka. Selain itu, dilakukan juga studi pustaka untuk mendukung data yang sudah diperoleh.

Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik triangulasi dengan cara pemeriksaan melalui sumber-sumber lain. Menurut Patton (1987) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda, misalnya membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan, dengan dokumen, membandingkan apa yang dikatakan orang di muka umum dan ketika sendirian, membandingkan antara pendapat rakyat biasa dengan pejabat pemerintah, serta membandingkan antara informasi pada saat situasi penelitian dengan saat normal sepanjang waktu (Moleong, 2002:178).

Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitik, melalui proses seleksi, tahap editing, pengolahan dan pengelompokan (klasifikasi) data dan reduksi data.

subpopulasi yang mempunyai arti secara sosial (Reading, 1986: 254). Karena definisi yang disusun oleh Koentjaraningrat dkk., ada konotasi diskriminasi, oleh karena itu, pengertian tetang ‘minoritas’ (minority) dalam penelitian ini menggunakan definisi yang disusun oleh Reading dan cenderung pada pengertian fakta sosial, yang dilihat dari sisi jumlah populasi (demografis). Untuk menggantikan kata ‘minoritas’ bisa menggunakan kata enclave yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan – misalnya – keberadaan suatu perkampungan dari penganut agama tertentu di tengah-tengah perkampungan penganut agama yang berbeda.

Prior Riset

Studi-studi terdahulu tentang relasi antarumat beragama belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian dengan tema yang mendekati yang pernah dilakukan antara lain oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 1) Kerjasama Antarumat Beragama di Berbagai Daerah di Indonesia (2008), penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini mengambil fokus pada sikap keberagmaan, tingkat kepercayaan, dan korelasi antara tingkat pendidikan dengan kerjasama; 2) Hubungan Umat Beragama: Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah (2012), penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih melihat perselisihan antarumat berkaiatan dengan pembangunan rumah ibadah, sejauh mana pembangunan rumah ibadah mengikuti aturan, dan bagaimana umat lain menyikapi; studi yang lainnya seperti Saifuddin Asrori, Relasi Antarumat Beragama di Indonesia (2007), Desertasi pada FISIP UI; Penelitian Abdul Mukti dan Fajar Riza Ul Haq Relasi Kristen-Muhammadiyah di Ende NTT.

Page 260: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah240

Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data.

Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah yang terdapat komunitas agama minoritas yang berada di tengah-tengah komunitas agama mayoritas, yaitu: mayoritas Katolik berelasi dengan minoritas Muslim di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 261: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 241

GAMBARAN UMUM KABUPATEN ENDE

Kondisi Geografis dan Demografis

Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 2.046,59 km². Secara geografis Kabupaten Ende memiliki letak yang cukup strategis yaitu di bagian tengah Pulau Flores yang diapit oleh empat kabupaten dibagian barat: Nagekeo, Ngada, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur dengan dua Kabupaten yakni Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Secara administratif, Kabupaten Ende meliputi 21 kecamatan, 191 desa dan 23 kelurahan.

Jumlah penduduk Kabupaten Ende hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009 sebanyak 258.658 jiwa yang terdiri dari atas 135.544 jiwa penduduk perempuan dan 123.114 jiwa penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk pada tahun 2009 ini 126 jiwa per km2, dengan kepadatan penduduk terdapat pada Kecamatan Ende Tengah sebesar 3.615 jiwa per km² dan yang terendah pada Kecamatan Detukeli dengan kepadatan penduduknya 30 jiwa per km².

Jumlah Kepala Keluarga penduduk adalah sebesar 57.550 Rukun Tetangga (RT) dengan rata-rata penduduk per RT tidak terlalu bervariasi yakni antara 3-6 jiwa pada setiap kecamatan, sedangkan rata-rata penduduk per RT untuk Kabupaten Ende yaitu 4 jiwa per RT.

Komposisi penduduk berdasarkan usia 0 -14 tahun (anak-anak); laki-laki 39,00%, perempuan 31,40%; usia 15 – 49 tahun (dewasa) laki-laki 44,00%, perempuan 50,50%; usia = 50 (lanjut usia) tahun laki-laki 17,00%, perempuan 18,10%. Hal ini

Selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan dilakukan analisis dan interpretasi data.

Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah yang terdapat komunitas agama minoritas yang berada di tengah-tengah komunitas agama mayoritas, yaitu: mayoritas Katolik berelasi dengan minoritas Muslim di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 262: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah242

menunjukkan bahwa penduduk berusia produktif (15 – 49 tahun) lebih tinggi, yakni sebesar 112.844 jiwa atau 44,00% dari total penduduk Kabupaten Ende.

Tabel 1. Jumlah penduduk di Kabupaten Ende

KECAMATAN Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah

(km²)

Kepadatan Penduduk

1. Nangapanda 19.842 213,17 93 2. Maukaro 6.638 102,60 65 3. Pulau Ende 8.805 63,03 140 4. Ende 17.114 179,50 95 5. Ende Selatan 20.967 12,65 1657 6. Ende Timur 16.167 38,76 417 7. Ende Tengah 26.861 7,43 3615 8. Endi Utara 19.434 48,55 400 9. Ndona 12.816 106,47 120

10. Ndona Timur 5.110 40,24 127 11. Wolowaru 16.916 66,84 253 12. Wolojitu 6.093 32,90 185 13. Lio Timur 7.905 46,79 169 14. Kelimutu 8.211 85,23 96 15. Ndori 5.271 5,94 887 16. Maurole 10.395 155,94 67 17. Kota Baru 11.323 253,84 45 18. Detukeli 6.820 224,12 30 19. Detusoko 14.427 204,65 70 20. Wewaria 17.543 157,95 111

Jumlah

2009 258.658 2.046,60 126 2008 254.604 2.046,60 124 2007 250.957 2.046,60 123

Sumber: BPS, Ende Dalam Angka Tahun 2010

Page 263: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 243

Menurut lapangan usaha utama bagi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, kelompok lapangan usaha primer (pertanian) menempati urutan teratas dengan jumlah sebesar 78,049 jiwa menyusul kelompok tersier (perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa-jasa) sebesar 25.304 jiwa dan kelompok sekunder (pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi) sebesar 16.751 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa banyak tenaga kerja di Kabupaten Ende yang bekerja di sektor pertanian.

Kehidupan Sosial Budaya

Pembangunan infrastruktur di bidang pendidikan dalam rangka penyelenggaraan proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu sumber daya manusia di daerah merupakan komitmen dan pengelolaan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Jumlah sekolah dari berbagai jenjang pendidikan dapat diidentifikasi sebagaimana Tabel 2.

Pluralitas Ende juga terlihat dari komposisi etnis yang menghuninya. Masyarakat Ende terdiri dari 32,17 % etnik Ende, 2,13 % etnik Ngao, 47 % etnik Lio, 1,5 % etnis Cina, 1,36% etnis Padang, 1 % etnis Bali, 1 % etnis Madura, 3 % etnis Arab, 2 % etnis Sabu, 0,5 % etnis Timor, 0,5 % etnis Rote, 1,5 % etnis Sikka, 1 % etnis Flores Timur, 1,5 % etnis Ngada, 1,2 % etnis Manggarai, dan etnis lain-lain sebanyak 2 % (Ende dalam angka 2003).

Masyarakat di Kabupaten Ende masih memegang kuat kebudayaan-kebudayaan daerah seperti pada upacara meminang, perkawinan, kematian, membuka ladang, panen hasil tanaman pertanian. Di ibukota kabupaten, kebudayaan-

menunjukkan bahwa penduduk berusia produktif (15 – 49 tahun) lebih tinggi, yakni sebesar 112.844 jiwa atau 44,00% dari total penduduk Kabupaten Ende.

Tabel 1. Jumlah penduduk di Kabupaten Ende

KECAMATAN Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah

(km²)

Kepadatan Penduduk

1. Nangapanda 19.842 213,17 93 2. Maukaro 6.638 102,60 65 3. Pulau Ende 8.805 63,03 140 4. Ende 17.114 179,50 95 5. Ende Selatan 20.967 12,65 1657 6. Ende Timur 16.167 38,76 417 7. Ende Tengah 26.861 7,43 3615 8. Endi Utara 19.434 48,55 400 9. Ndona 12.816 106,47 120

10. Ndona Timur 5.110 40,24 127 11. Wolowaru 16.916 66,84 253 12. Wolojitu 6.093 32,90 185 13. Lio Timur 7.905 46,79 169 14. Kelimutu 8.211 85,23 96 15. Ndori 5.271 5,94 887 16. Maurole 10.395 155,94 67 17. Kota Baru 11.323 253,84 45 18. Detukeli 6.820 224,12 30 19. Detusoko 14.427 204,65 70 20. Wewaria 17.543 157,95 111

Jumlah

2009 258.658 2.046,60 126 2008 254.604 2.046,60 124 2007 250.957 2.046,60 123

Sumber: BPS, Ende Dalam Angka Tahun 2010

Page 264: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah244

kebudayaan daerah tersebut sedikit terpengaruh dengan budaya-budaya luar, karena terjadi infiltrasi kebudayaan yang mempengaruhi berbagai kemajuan seperti semakin mudah dan cepatnya semua lapisan masyarakat mengakses informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik, perkembangan transportasi yang memudahkan perpindahan penduduk dari dan ke Kabupaten Ende.

Tabel 2. Data Sekolah di Kabupaten Ende

No Tingkat Sekolah Sekolah Guru Murid 1 Taman Kanak-

Kanak 76 159 2.891

2 Sekolah Dasar (SD) - - - SD 325 2.264 38.846 SDLB 1 12 58 MI 10 49 1.086

3 SLTP - - - SLTP 54 822 11.239 MTs 5 94 783

4 SM Kejuruan - - - SMKN 1 1 40 1.001 SMKN 2 1 106 1.038 SMKN 3 1 23 118 SMK Swasta 5 90 5.191 SLTA - - - SMU 17 454 6.715 MA 2 57 630

Hal ini dapat terlihat semakin banyaknya penduduk yang berasal dari luar kabupaten misalnya; Ngada, Manggarai, Flores Timur, Lembata, Sumba, Timor, Jawa, Padang, Makassar, Ambon, Toraja, yang juga turut mempengaruhi dinamika kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Ende (portal, endekab.go.id/selayang pandang/sosial budaya.html).

Page 265: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 245

Kehidupan Keagamaan

Sejarah penganut agama di Ende dengan agama Katolik sebagai mayoritas berasal dari misionaris orang Portugis, sedangkan agama Islam masuk ke Ende melalui perantara pedagang dari Gujarat. Mereka masuk ke desa-desa pelosok Ende.

Tabel 3. Penduduk Ende Berdasarkan Agama KECAMATAN Katolik Islam Kristen Hindu Buddha Jumlah

1. Nangapanda 11.747 6.758 30 - - 18.535 2. Pulau Ende - 8.571 - - - 8.571 3. Maukaro 6.879 439 - - - 7.318 4. Ende 15.053 2.356 - - - 17.409 5. Ende Selatan 10.509 12.140 1.699 16 - 24.364 6. Ende Timur 11.704 10.130 1.115 250 - 23.199 7. Ende Tengah 13.894 8.240 1.970 100 - 24.204 8. Endi Utara 5.697 9.120 115 - - 14.932 9. Ndona 10.499 2.681 11 - - 13.191

10. Ndona Timur 4.000 7 - - - 4.007 11. Wolowaru 12.278 5.766 11 - - 18.055 12. Wolojita 2.405 827 - - - 3.232 13. Lio Timur 4.508 466 11 - - 4.985 14. Kelimutu 9.547 302 - - - 9.849 15. Ndori 2.475 4.062 - - - 6.537 16. Maurole 6.535 1.122 42 - - 7.699 17. Kotabaru 11.534 120 - - - 11.654 18. Detukeli 6.997 - - - - 6.997 19. Lepembusu

Kelisoke - - - - - -

20. Detusoko 16.459 447 36 - - 16.942 21. Wewaria 17.797 402 15 - - 18.214

Jmh

2011 194.707 65.299 5.155 314 7 265.482 2010 180.517 73.956 5.055 366 - 259.894 2009 181.627 73.949 5.155 366 - 261.097

Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende.

kebudayaan daerah tersebut sedikit terpengaruh dengan budaya-budaya luar, karena terjadi infiltrasi kebudayaan yang mempengaruhi berbagai kemajuan seperti semakin mudah dan cepatnya semua lapisan masyarakat mengakses informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik, perkembangan transportasi yang memudahkan perpindahan penduduk dari dan ke Kabupaten Ende.

Tabel 2. Data Sekolah di Kabupaten Ende

No Tingkat Sekolah Sekolah Guru Murid 1 Taman Kanak-

Kanak 76 159 2.891

2 Sekolah Dasar (SD) - - - SD 325 2.264 38.846 SDLB 1 12 58 MI 10 49 1.086

3 SLTP - - - SLTP 54 822 11.239 MTs 5 94 783

4 SM Kejuruan - - - SMKN 1 1 40 1.001 SMKN 2 1 106 1.038 SMKN 3 1 23 118 SMK Swasta 5 90 5.191 SLTA - - - SMU 17 454 6.715 MA 2 57 630

Hal ini dapat terlihat semakin banyaknya penduduk yang berasal dari luar kabupaten misalnya; Ngada, Manggarai, Flores Timur, Lembata, Sumba, Timor, Jawa, Padang, Makassar, Ambon, Toraja, yang juga turut mempengaruhi dinamika kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Ende (portal, endekab.go.id/selayang pandang/sosial budaya.html).

Page 266: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah246

Keberagamaan di bagian pesisir pantai atau perkotaan Ende mayoritas beragama Islam. Di bagian lebih ke dalam terjadi penyebaran yang berimbang. Sedangkan di daerah pegunungan mayoritas penduduk beraagama Katolik.

Tabel 4. Sarana Ibadah di Kabupaten Ende KECAMATAN Islam Kristen Katolik Hindu Buddha

Masjid Mus- halla

Gereja Gereja Kapel

1. Nangapanda 19 5 1 2 4 - - 2. Pulau Ende 12 7 - - - - - 3. Maukaro 1 - - 1 1 - - 4. Ende 1 1 - 1 3 - - 5. Ende Selatan 10 16 1 1 - - - 6. Ende Timur 5 6 2 2 1 1 - 7. Ende Tengah 8 7 - 2 - 1 - 8. Endi Utara 6 5 3 1 3 1 - 9. Ndona 10 5 - 2 4 - -

10. Ndona Timur - - - - 3 - - 11. Wolowaru 11 12 1 2 2 - - 12. Wolojita 3 1 - 1 1 - - 13. Lio Timur 3 2 - 1 1 - - 14. Kelimutu 1 - - 1 4 - - 15. Ndori 9 5 - 1 2 - - 16. Maurole 4 1 1 1 2 - - 17. Kotabaru 1 - - 2 2 - - 18. Detukeli - - - 1 1 - - 19. Lepembusu

Kelisoke - - - - 2 - -

20. Detusoko - - 1 2 2 - - 21. Wewaria 2 1 - 2 2 - -

Jumlah 106 74 10 26 40 3 -

Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende.

Penduduk Ende yang memeluk agama pada tahun 2011 sebanyak 265.482 jiwa, terdiri dari 70,06% penganut Katolik, 26,46% Islam, 3,04% Protestan, dan kurang lebih 1 % Hindu, Buddha, Khonghucu (Kantor Kemenag Kab. Ende

Page 267: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 247

2013). Secara lengkap jumlah pemeluk agama penduduk Ende disajikan pada tabel 3.

Untuk memenuhi kebutuhan beribadat, masyarakat Ende memerlukan sarana dan prasarana peribadatan yang sifatnya melibatkan jemaat, masing-masing pemeluk agama memiliki rumah ibadat masing-masing yang secara keseluruhan dapat dilihat sebagaimana tabel 4.

Tabel 5. Tokoh Agama di Kabupaten Ende KECAMATAN Islam Katolik Kristen Hindu Buddha

1. Nangapanda 114 16 - - - 2. Pulau Ende 103 - - - - 3. Maukaro 9 9 - - - 4. Ende 11 2 - - - 5. Ende Selatan 115 63 3 - - 6. Ende Timur 59 17 6 - - 7. Ende Tengah 76 397 - - - 8. Endi Utara 60 20 11 - - 9. Ndona 84 42 - - -

10. Ndona Timur 0 - 1 - - 11. Wolowaru 100 38 - - - 12. Wolojita 25 2 - - - 13. Lio Timur 26 2 - - - 14. Kelimutu 7 11 - - - 15. Ndori 70 6 - - - 16. Maurole 32 11 1 - - 17. Kotabaru 7 10 - - - 18. Detukeli 0 11 - - - 19. Lepembusu

Kelisoke 0 - - - -

20. Detusoko 0 16 1 - - 21. Wewaria 15 10 - - -

Jmh

2010 913 683 24 - - 2009 719 602 13 - - 2008 837 132 13 - -

Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende.

Keberagamaan di bagian pesisir pantai atau perkotaan Ende mayoritas beragama Islam. Di bagian lebih ke dalam terjadi penyebaran yang berimbang. Sedangkan di daerah pegunungan mayoritas penduduk beraagama Katolik.

Tabel 4. Sarana Ibadah di Kabupaten Ende KECAMATAN Islam Kristen Katolik Hindu Buddha

Masjid Mus- halla

Gereja Gereja Kapel

1. Nangapanda 19 5 1 2 4 - - 2. Pulau Ende 12 7 - - - - - 3. Maukaro 1 - - 1 1 - - 4. Ende 1 1 - 1 3 - - 5. Ende Selatan 10 16 1 1 - - - 6. Ende Timur 5 6 2 2 1 1 - 7. Ende Tengah 8 7 - 2 - 1 - 8. Endi Utara 6 5 3 1 3 1 - 9. Ndona 10 5 - 2 4 - -

10. Ndona Timur - - - - 3 - - 11. Wolowaru 11 12 1 2 2 - - 12. Wolojita 3 1 - 1 1 - - 13. Lio Timur 3 2 - 1 1 - - 14. Kelimutu 1 - - 1 4 - - 15. Ndori 9 5 - 1 2 - - 16. Maurole 4 1 1 1 2 - - 17. Kotabaru 1 - - 2 2 - - 18. Detukeli - - - 1 1 - - 19. Lepembusu

Kelisoke - - - - 2 - -

20. Detusoko - - 1 2 2 - - 21. Wewaria 2 1 - 2 2 - -

Jumlah 106 74 10 26 40 3 -

Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende.

Penduduk Ende yang memeluk agama pada tahun 2011 sebanyak 265.482 jiwa, terdiri dari 70,06% penganut Katolik, 26,46% Islam, 3,04% Protestan, dan kurang lebih 1 % Hindu, Buddha, Khonghucu (Kantor Kemenag Kab. Ende

Page 268: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah248

Peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi masyarakat tentu memerlukan peran kunci dari tokoh-tokoh agama. Sebaran dan jumlah pemuka agama di Ende disajikan pada tabel 5.

Page 269: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 249

RELASI ANTAR KELOMPOK KEAGAMAAN

Relasi Antar kelompok Keagamaan

1. Kearifan lokal

Kearifan lokal di Ende menurut beberapa informan masih tetap bertahan hingga hari ini. Sebagai contoh adalah rumah adat yang tetap lestari berkat kepedulian masyarakat adat, Pemerintah Daerah Kabupaten Ende bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Selain rumah adat, kearifan lokal juga terlihat dari keberadaan gawi (tarian) adat dan juga tenunan ikat khas Ende.

Kearifan lokal lainnya adalah metode Tiga Batu Tungku dalam menyelesaikan permasalahan. Metode ini dimotori oleh Bupati Ende Bapak Marselinus Y.W. Petu. Istilah Tiga Batu Tungku menurut masyarakat Ende merujuk kepada tiga pihak yang terdiri atas ; Pemerintah, Tokoh Agama dan Tokoh Adat. Dengan demikian, dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi, maka permasalahan tersebut harus melibatkan tiga pihak sebagai pengambil kebijakan, yaitu ; Pemerintah Daerah Kabupaten Ende. Pemerintah Daerah kerjasama turun ke tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat.

Sebagai contoh, Pemerintah Daerah Kabupaten Ende ketika suatu waktu berniat ingin membangun rumah ibadah dengan dana besar yang berasal dari Dana Alokasi Umum, maka langkah pertama yang terlebih dahulu harus hadapi tokoh adat dan tokoh agama. Teristimewanya

Peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi masyarakat tentu memerlukan peran kunci dari tokoh-tokoh agama. Sebaran dan jumlah pemuka agama di Ende disajikan pada tabel 5.

Page 270: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah250

karena tanah yang akan digunakan merupakan tanah adat desa.

2. Kesepakatan bersama

Warga masyarakat Ende memiliki suatu filosofi kebersamaan. Tidak ada istilah jarak antara mayoritas dengan minoritas, semua agama adalah sama. Kehidupan sosial di sana kaya dengan perbedaan, sesama warga masyarakat dianggap sebagai keluarga besar. Filosofi tersebut tetap terjaga sampai hari ini disebabkan terus di rawat secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Beberapa contoh dapat dimajukan untuk membuktikan betapa filosofi kebersamaan tersemai di relung hati masyarakat Ende yaitu dalam hal kawin mawin, pembangunan rumah ibadat atau mengadakan pesta.

Untuk contoh pembangunan rumah ibadah semisal membangun gereja Katolik, orang Muslim juga ikut berperan membantu sebisanya. Dari sisi itu kelihatan kebersamaan masyarakat meskipun berbeda agama di Kabupaten Ende betul-betul tinggi.

Dalam hal kawin mawin, ada keluarga pihak laki-laki yang mengambil keluarga perempuan berbeda agama, dan ada pihak perempuan yang mengambil keluarga laki-laki berbeda agama. Kemudian dari perkawinan tersebut ada yang masuk Islam dan ada juga yang masuk Katolik tanpa paksaan. Contoh lain, tokoh muslim ketika mengadakan pesta selalu mengundang umat Katolik datang, Dari

Page 271: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 251

kedatangan warga meski berbeda agama semakin mengukuhkan kebersamaan di Ende.

3. Pranata hukum

Pranata hukum yang berlaku efektif adalah Tiga Batu Tungku. Menurut informan, bila ada persoalan maka ditangani terlebih dahulu oleh tokoh adat dan tokoh agama serta pemerintah, sebelum persoalan tersebut diambil alih oleh aparat kepolisian

Dalam menyelesaikan persoalan, masyarakat Ende sangat menjunjung tinggi adat yang berlaku. Sehingga demikian, adat menjadi salah satu alat pengendalian masyarakat Ende. Sekalipun seseorang pendidikan tinggi, namun tetap mempercayai penyelesaian secara adat.

4. Nilai-nilai agama.

Ketaatan beribadah di kalangan Katolik, Kristen maupun Muslim berada dalam kategori cukup tinggi. Mereka taat beribadah tanpa melihat besar kecilnya jemaat. Ketaatan tersebut berdampak kepada pelayanan terhadap sesama tanpa membeda-bedakan agama. Sebagaimana paparaan sebelumnya bahwa ketika masyarakat ada yang mau membangun sarana umum maka semua masyarakat ikut membantu mewujudkannya.

karena tanah yang akan digunakan merupakan tanah adat desa.

2. Kesepakatan bersama

Warga masyarakat Ende memiliki suatu filosofi kebersamaan. Tidak ada istilah jarak antara mayoritas dengan minoritas, semua agama adalah sama. Kehidupan sosial di sana kaya dengan perbedaan, sesama warga masyarakat dianggap sebagai keluarga besar. Filosofi tersebut tetap terjaga sampai hari ini disebabkan terus di rawat secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Beberapa contoh dapat dimajukan untuk membuktikan betapa filosofi kebersamaan tersemai di relung hati masyarakat Ende yaitu dalam hal kawin mawin, pembangunan rumah ibadat atau mengadakan pesta.

Untuk contoh pembangunan rumah ibadah semisal membangun gereja Katolik, orang Muslim juga ikut berperan membantu sebisanya. Dari sisi itu kelihatan kebersamaan masyarakat meskipun berbeda agama di Kabupaten Ende betul-betul tinggi.

Dalam hal kawin mawin, ada keluarga pihak laki-laki yang mengambil keluarga perempuan berbeda agama, dan ada pihak perempuan yang mengambil keluarga laki-laki berbeda agama. Kemudian dari perkawinan tersebut ada yang masuk Islam dan ada juga yang masuk Katolik tanpa paksaan. Contoh lain, tokoh muslim ketika mengadakan pesta selalu mengundang umat Katolik datang, Dari

Page 272: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah252

Modal Sosial yang Menjadi Acuan Relasi

1. Alasan Modal Sosial

Kearifan lokal merupakan suatu modal sosial yang dimiliki masyarakat Ende. Latar belakang sejarah Ende dari masa silam hingga sekarang yang rukun ditandai dengan memperlakukan sama semua orang. Bila ada pesta bersama, dimaklumi bagi kalangan non Muslim untuk memakan daging babi, kemudian setelah itu mereka bersihkankan diri baru duduk bersama-sama lagi dengan Muslim.

Walaupun umat Muslim tidak makan daging babi, namun toleransi orang Muslim tetap ada. Tidak ada sekat di antara mereka, masing-masing memiliki aqidah dalam hal keyakinan. Namun demikian, rasa keluargaan, kepedulian, kebersamaan, dan saling memahami tetap terjaga.

2. Cara Mempertahankan Modal Sosial

Salah satu sarana untuk mempersatukan relasi antarumat beragama selain melalui wadah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) selain dengan memfungsikan lembaga adat.

Pertama, adalah Gawi (tarian adat) untuk mempersatukan pihak yang sedang berseteru. Gawi merupakan salah satu tarian adat yang dilengkapi syair yang memiliki arti sangat mendalam dalam bentuk adat untuk mengharminiskan perbedaan. Di dalam tarian gawi ada syair-syair yang sifatnya mengayomi semua masyarakat supaya tidak berpisah. Kedua, kawin mawin

Page 273: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 253

yang merupakan salah satu media untuk mempersatukan masyarakat yang berbeda.

3. Institusi/Kultur Dikembangkan

Orang Ende ketika diganggu bisa terusik meskipun demikian, pada prinsifnya hormat terhadap orang lain sejauh saling mengerti, saling menghargai, dan saling menghormati.

Bilapun ada suatu kasus pencederaan salah satu pihak agama yang berpotensi merusak kerukunan yang sudah terbina, maka difungsikanlah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Ende. Dalam forum ini semua permasalahan berkaitan dengan kerukunan umat akan dibahas dan diselesaikan. Mengingat FKUB ini merupakan lembaga baru, maka sedang terus dikembangkan agar dapat memberi manfaat bagi masyarakat setempat.

4. Bentuk-Bentuk Relasi (Modal Sosial Bridging)

a. Asosiasional:

Koperasi, Arisan Warga

Menurut informan, bentuk relasi seperti arisan atau perkumpulan secara kekeluargaan tanpa memandang perbedaan agama telah ada. Arisan khusus di antara mereka sendiri seperti arisan Flores artinya orang Ende, Larantuka, Maumere atau kabupaten juga telah ada. Ada juga arisan suatu organisasi tanpa memandang agama seperti LSM, ada arisan yang sifatnya saling

Modal Sosial yang Menjadi Acuan Relasi

1. Alasan Modal Sosial

Kearifan lokal merupakan suatu modal sosial yang dimiliki masyarakat Ende. Latar belakang sejarah Ende dari masa silam hingga sekarang yang rukun ditandai dengan memperlakukan sama semua orang. Bila ada pesta bersama, dimaklumi bagi kalangan non Muslim untuk memakan daging babi, kemudian setelah itu mereka bersihkankan diri baru duduk bersama-sama lagi dengan Muslim.

Walaupun umat Muslim tidak makan daging babi, namun toleransi orang Muslim tetap ada. Tidak ada sekat di antara mereka, masing-masing memiliki aqidah dalam hal keyakinan. Namun demikian, rasa keluargaan, kepedulian, kebersamaan, dan saling memahami tetap terjaga.

2. Cara Mempertahankan Modal Sosial

Salah satu sarana untuk mempersatukan relasi antarumat beragama selain melalui wadah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) selain dengan memfungsikan lembaga adat.

Pertama, adalah Gawi (tarian adat) untuk mempersatukan pihak yang sedang berseteru. Gawi merupakan salah satu tarian adat yang dilengkapi syair yang memiliki arti sangat mendalam dalam bentuk adat untuk mengharminiskan perbedaan. Di dalam tarian gawi ada syair-syair yang sifatnya mengayomi semua masyarakat supaya tidak berpisah. Kedua, kawin mawin

Page 274: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah254

membantu masyarakat Kabupaten Ende. Kalau hanya untuk Islam juga mereka miliki arisan dalam bentuk besar, kecil seperti koperasi Al Wathan, atau Koperasi Al Hikmah. Arisan-arisan itu kebanyakan permanen. Begitu ada kegiatan pesta nikah atau pesta adat boleh jadi ada sumbangan dari arisan atau koperasi itu tanpa memandang agama.

Klub Olah Raga;

Klub sepak bola sangat banyak dijumpai di masyarakat yang berkompetisi untuk kejuaraan tertentu. Syarat keanggotaan klub sepak bola ini tidak memandang agama tertentu.

b. Quotidian

Dalam hal kunjung mengunjung terhadap teman berbeda agama, makan bersama tetangga berbeda agama, anak-anak berbeda agama bermain bersama, memberikan hadiah ulang tahun berbeda agama, dan lebih-lebih budaya bantuan bersama dalam membangun rumah meskipun berbeda agama.

Di masyarakat Ende ada satu kebiasaan besar melalui minum air petu (air panas). Orang mau pesta kawin minum air petu, mau bangun rumah minum air petu, caranya sebelumnya memberitahukan berupa undangan terlebih dahulu. Mereka sudah siapkan kolekte untuk tempat sumbangan setelah minum air petu.

Di Ende bila membuat sesuatu pesta seperti; nikah anak, sunatan anak, bangun rumah dan lain sebagainya, akan dianggap sombong bila tidak melakukan minum air petu (adat istiadat),

Page 275: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 255

Hubungan kawin-mawin

Dalam hal kawin mawin bisa terjadi keberatan keluarga terutama ketika berbicara masalah uang belanja. Namun demikian hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar di Ende. Masyarakat seolah-olah ingin memberikan informasi kepada umum bahwa mereka benar-benar mempertahankan adat istiadat bukan hanya sekedar seremonial belaka.

Dalam kekerabatan (marga/fam)

Kasus dalam hal kawin mawin yang berbeda agama selalu ada. Meskipun pada awalnya masing-masing pihak mempertahankan harkat dan budayanya, namun kemudian menyetujuinya.

Terutama sekali yang mengajukan keberatan lebih banyak muncul dari kalangan Muslim ketika si istri masuk ke Katolik pihak laki-laki. Menyangkut proses tersebut menimbulkan kesepakatan lebih lama.

5. Identitas Masing-Masing Kelompok (Modal Sosial Bonding)

a. Mampu Bertahan dan Berkembang Biak

Dalam hal perkembangan populasi Islam tidak kelihatan menurun atau naiknya. Populasi Muslim bertambah secara alamiah dari angka kelahiran, kematian, kepindahan dan kedatangan. Sebaliknya, tingkat pertumbuhan di kalangan Katolik justru kelihatan naik. Ukurannya adalah pada keberhasilan program KB. Ketika Muslim taat mengikuti program KB, sebaliknya di kalangan Katolik tidak tidak

membantu masyarakat Kabupaten Ende. Kalau hanya untuk Islam juga mereka miliki arisan dalam bentuk besar, kecil seperti koperasi Al Wathan, atau Koperasi Al Hikmah. Arisan-arisan itu kebanyakan permanen. Begitu ada kegiatan pesta nikah atau pesta adat boleh jadi ada sumbangan dari arisan atau koperasi itu tanpa memandang agama.

Klub Olah Raga;

Klub sepak bola sangat banyak dijumpai di masyarakat yang berkompetisi untuk kejuaraan tertentu. Syarat keanggotaan klub sepak bola ini tidak memandang agama tertentu.

b. Quotidian

Dalam hal kunjung mengunjung terhadap teman berbeda agama, makan bersama tetangga berbeda agama, anak-anak berbeda agama bermain bersama, memberikan hadiah ulang tahun berbeda agama, dan lebih-lebih budaya bantuan bersama dalam membangun rumah meskipun berbeda agama.

Di masyarakat Ende ada satu kebiasaan besar melalui minum air petu (air panas). Orang mau pesta kawin minum air petu, mau bangun rumah minum air petu, caranya sebelumnya memberitahukan berupa undangan terlebih dahulu. Mereka sudah siapkan kolekte untuk tempat sumbangan setelah minum air petu.

Di Ende bila membuat sesuatu pesta seperti; nikah anak, sunatan anak, bangun rumah dan lain sebagainya, akan dianggap sombong bila tidak melakukan minum air petu (adat istiadat),

Page 276: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah256

mengikuti KB tersebut dengan harapan supaya tumbuh berkembangnya populasinya. semakin banyak.

b. Mempunyai Nilai Budaya dan Sadar Akan Kebersamaan Secara Internal;

Budaya yang dibangun bersama di Ende bertujuan untuk dikembangkan, bukannya untuk dirubah. Bersama dengan seluruh elemen di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat bersama-sama dengan pemerintah daerah. Tradisi pengembangan budaya tersebut dari generasi ke generasi terus diupayakan.

c. Membentuk Jaringan Komunikasi dan Interaksi Sendiri (Internal Kelompok);

Di masyarakat Ende, kalau sudah senang sama orang, rasa gembira, rasa riang terjadi. Ada istilah baku peluk, baku cium tanpa memandang agama menandakan tidak ada jaga jarak di antara masyarakat. Dalam pergaulan sosial kemasyarakatan jarak itu hampir tidak kelihatan. Contoh; orang pulang ibadat haji, yang membuat pagar betis itu muda mudi Katolik buat kenyaman. Sebaliknya, pada saat natal yang membuat pagar betis adalah remaja masjid. Jadi bentuk kerinduan untuk memelihara kebersamaan selalu ada, biasanya semacam sudah ada organisasi khusus. Mereka sudah tahu yang akan terjadi dengan spontanitas.

Dari aktivitas masyarakat tersebut secara internal maupun eksternal tampak telah terbentuknya jaringan komunikasi tertentu.

Page 277: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 257

d. Mampu Mempertahankan Ciri Kelompok Sendiri.

Terkait perlakuan yang (diskriminatif) terhadap agama yang berbeda nampaknya tidak ada. Kalaupun ada hanya berangkat dari pribadi orang tertentu. Bahkan ada kasus di mana seorang ketua yayasan hidup di lingkungan keluarga Islam, meskipun dia sendiri berasal dari keluarga Katolik, ketika dia meninggal berwasiat meminta dikuburkan secara islam (dimandikan, dikafankan, dibacakan surat yasin).

Kasus tersebut menimbulkan perdebatan, meskipun demikian menandakan adanya pertahanan ciri kelompok sendiri terutama di kalangan umat beragama.

mengikuti KB tersebut dengan harapan supaya tumbuh berkembangnya populasinya. semakin banyak.

b. Mempunyai Nilai Budaya dan Sadar Akan Kebersamaan Secara Internal;

Budaya yang dibangun bersama di Ende bertujuan untuk dikembangkan, bukannya untuk dirubah. Bersama dengan seluruh elemen di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat bersama-sama dengan pemerintah daerah. Tradisi pengembangan budaya tersebut dari generasi ke generasi terus diupayakan.

c. Membentuk Jaringan Komunikasi dan Interaksi Sendiri (Internal Kelompok);

Di masyarakat Ende, kalau sudah senang sama orang, rasa gembira, rasa riang terjadi. Ada istilah baku peluk, baku cium tanpa memandang agama menandakan tidak ada jaga jarak di antara masyarakat. Dalam pergaulan sosial kemasyarakatan jarak itu hampir tidak kelihatan. Contoh; orang pulang ibadat haji, yang membuat pagar betis itu muda mudi Katolik buat kenyaman. Sebaliknya, pada saat natal yang membuat pagar betis adalah remaja masjid. Jadi bentuk kerinduan untuk memelihara kebersamaan selalu ada, biasanya semacam sudah ada organisasi khusus. Mereka sudah tahu yang akan terjadi dengan spontanitas.

Dari aktivitas masyarakat tersebut secara internal maupun eksternal tampak telah terbentuknya jaringan komunikasi tertentu.

Page 278: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah258

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dasar pemikiran antarumat beragama masyarakat Ende dalam membangun relasi sejak dahulu hingga sekarang ini adalah berbagai kearifan lokal. Warga masyarakat Ende menganut filosofi kebersamaan. Berkat adat istiadat, tidak ada jarak antara mayoritas-minoritas agama lain. Mereka menganggap semua masyarakat adalah bagian dari keluarga besar yang berlaku secara turun temurun.

Bila ada masalah dalam masyarakat, pengambilan keputusannya ditempuh dengan menggunakan metode Tiga Batu Tungku. Istilah Tiga Batu Tungku menurut masyarakat Ende adalah Pemerintah Daerah, Tokoh Agama dan Tokoh Adat.

2. Bentuk-bentuk relasi antarumat beragama masyarakat Ende adalah:

Asosiasional: Bentuk relasi seperti arisan atau perkumpulan relatif banyak di antaranya; a) arisan kekeluargaan tanpa memandang perbedaan agama. B) arisan khusus orang-orang Flores artinya orang Ende, Larantoka, Maumere atau kabupaten lainnya. c) arisan masing-masing suku. d) arisan untuk memperkuat suatu organisasi seperti LSM. e) arisan yang sifatnya saling membantu masyarakat Ende. Sementara dalam hal klub/perkumpulan persepakbolaan sangat banyak dijumpai, tidak memandang agama tertentu.

Page 279: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 259

Quotidian: kunjung mengunjungi sahabat yang berbeda agama, makan bersama berbeda agama, anak-anak bermain bersama berbeda agama, memberikan hadiah ulang tahun berbeda agama, bahkan masih ada budaya bantuan bersama membangun rumah meskipun berbeda agama.

Hubungan kawin-mawin: Dalam hal kawin mawin bisa terjadi keberatan keluarga. Hal itu dianggap wajar belaka.

Kekerabatan (marga/fam): Kasus kawin mawin yang berbeda agama selalu ada, pada mulanya masing-masing pihak mempertahankan harkat dan budayanya. Namun dengan menjunjung tinggi kebersamaan akhirnya mencair juga hubungan yang ada.

3. Kondisi masing-masing antarumat beragama setelah ada relasi sejauh ini cukup harmonis dan penuh toleransi. Contoh; kawin mawin, pembangunan rumah ibadat.

Rekomendasi

Masing-masing kalangan beragama memiliki perbedaan namun dipersatukan oleh filosofi kebersamaan. Adat budaya Ende bila diganggu akan berpengaruh luas sehingga harus dijaga dari penodaan. Harapan ke depan kita menginginkan adat bisa tumbuh kembang dengan baik. Berdasarkan hal tersebut maka setiap komponen masyarakat agar terus melestarikan adat demi terciptanya kerukunan hidup antarumat beragama.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dasar pemikiran antarumat beragama masyarakat Ende dalam membangun relasi sejak dahulu hingga sekarang ini adalah berbagai kearifan lokal. Warga masyarakat Ende menganut filosofi kebersamaan. Berkat adat istiadat, tidak ada jarak antara mayoritas-minoritas agama lain. Mereka menganggap semua masyarakat adalah bagian dari keluarga besar yang berlaku secara turun temurun.

Bila ada masalah dalam masyarakat, pengambilan keputusannya ditempuh dengan menggunakan metode Tiga Batu Tungku. Istilah Tiga Batu Tungku menurut masyarakat Ende adalah Pemerintah Daerah, Tokoh Agama dan Tokoh Adat.

2. Bentuk-bentuk relasi antarumat beragama masyarakat Ende adalah:

Asosiasional: Bentuk relasi seperti arisan atau perkumpulan relatif banyak di antaranya; a) arisan kekeluargaan tanpa memandang perbedaan agama. B) arisan khusus orang-orang Flores artinya orang Ende, Larantoka, Maumere atau kabupaten lainnya. c) arisan masing-masing suku. d) arisan untuk memperkuat suatu organisasi seperti LSM. e) arisan yang sifatnya saling membantu masyarakat Ende. Sementara dalam hal klub/perkumpulan persepakbolaan sangat banyak dijumpai, tidak memandang agama tertentu.

Page 280: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah260

BAHAN BACAAN

Anonim, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pusat Statistik, 2010. Kabupaten Ende Dalam Angka Tahun 2010, Penerbit BPS Kabupaten Ende.

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya.Jakarta: UI-Press.

Karel Steenbrink, 2006. Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808 – 1942, Sebuah Profil Sejarah Jilid 2: Pertumbuhan yang Spektakuler dari Minoritas yang Percaya Diri 1903 -1942, Penerbit Ledalero, Maumere.

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kompas, Atika Walujani Moedjiono (Ed), 2011. Ekspedisi Jejak Peradaban NTT, Laporan Jurnalistik Kompas, Penerbit Buku Kompas.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Varshney, Ashutosh, 2009. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Litbang Agama, Departemen Agama.

Yosef Nganggo, 2015. Toleransi Beragama di Kabupaten Ende, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Ende.

Page 281: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 261

KE MANA ANGIN BERTIUP KESANA RUMPUT MERUNDUK

Membaca Pola Relasi Minoritas Khonghuchu Cina Benteng Tangerang

Oleh : ELMA HARYANI

MUHAMMAD ADLIN SILA

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN BADAN LITBANG DAN DIKLAT

KEMENTERIAN AGAMA RI 2016

BAHAN BACAAN

Anonim, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pusat Statistik, 2010. Kabupaten Ende Dalam Angka Tahun 2010, Penerbit BPS Kabupaten Ende.

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya.Jakarta: UI-Press.

Karel Steenbrink, 2006. Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808 – 1942, Sebuah Profil Sejarah Jilid 2: Pertumbuhan yang Spektakuler dari Minoritas yang Percaya Diri 1903 -1942, Penerbit Ledalero, Maumere.

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kompas, Atika Walujani Moedjiono (Ed), 2011. Ekspedisi Jejak Peradaban NTT, Laporan Jurnalistik Kompas, Penerbit Buku Kompas.

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Varshney, Ashutosh, 2009. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj.Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Litbang Agama, Departemen Agama.

Yosef Nganggo, 2015. Toleransi Beragama di Kabupaten Ende, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Ende.

Page 282: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah262

PENDAHULUAN

Tangerang merupakan sebuah kabupaten atau kota yang warga Tionghoa nya menempati peringkat dua setelah penduduk asli. Banyaknya warga Tionghoa di Tangerang ini telah memunculkan fenomena bahwa Tangerang merupakan daerah konsentrasi Tionghoa.

Keberadaan Tionghoa di Tangerang telah menyebar sedemikian rupa. Beberapa keturunan Tionghoa bertebaran di Tangerang seperti Teluk Naga, Mauk, Pasar Kemis, Sepatan, Kresek. Mereka biasanya hadir ke wilayah itu lebih melalui wilayah sungai. Sedangkan mereka yang datang dari daratan (Jakarta) mereka tinggal di Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Batu Ceper, Cikupang, Ciledug, Cipondoh, Serpong, Pondok Aren, Curug, Jatiuwung, Ciputat, Legok, Tigaraksa dan Balaraja (Eriska, 2008:23).

Salah satu kampung Cina yang menjadi ikon kota Tangerang adalah apa yang disebut Cina Benteng. Pemukiman Cina Benteng di wilayah Tangerang, khususnya kawasan Pasar Lama Tangerang sudah ada sejak beberapa abad lalu. Menurut penulis Portugis, Tome Pires, komunitas Cina di Tangerang ada sejak 1513. Kehadiran warga Cina di Tangerang sudah ada jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia. Saat ini keturunan Tionghoa di wilayah Tangerang sudah meluas sedemikian rupa, hampir di semua kecamatan di wilayah Tangerang ada warga Tionghoa. Di Tangerang, keberadaan Tionghoa telah menjadi kelompok terbesar kedua setelah pribumi.

Untuk mengenal - eksistensi Tionghoa di Tangerang, maka kita perlu mengenal terlebih dahulu keberadaan Cina

Page 283: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 263

Benteng di Tangerang. Untuk keperluan lebih mengenal Cina Benteng dari sisi dimensi hubungan keagamaan, maka penelitian ini diperlukan. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pola relasi antar kelompok keagamaan, khususnya di komunitas Cina Benteng di tangerang.

Penelitian dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah: bagaimana pola relasi beragama pada komunitas Cina Benteng di tengerang. Rumusan diperjelas dengan pertanyaan rinci: 1) bagaimana deskripsi Cina Benteng di Tangerang; 2) bagaimana konstruksi akulturasi budaya keagamaan yang terjadi di Cina Benteng dengan memotret keberadaan institusi keagamaannya ; 3) bagaimana pola relasi sosial-budaya yang terbangun di antara warga Cina Banteng dan umat beragama lain.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan menggunakan pendekatan induktif dalam melakukan analisis. Teknik pengumpulan data terutama menekankan pada teknik studi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi. Komunitas Cina Benteng dipilih sebagai kasus mengingat komunitas ini mempunyai karakteristik khusus yaitu kampung tempat konsentrasi komunitas Tionghoa yang sudah berjalan berabad-abad dan mempunyai kaitan sejarah secara langsung dengan pembangunan kota Batavia atau Jakarta, sekaligus Cina Benteng merupakan simbol eksistensi diaspora keturunan Tionghoa di Kota Tangerang dan sekitarnya.

Lebih jauh data dikumpulkan dengan cara survei langsung ke lokasi, penelusuran referensi melalui kepustakaan dan internet dan wawancara dengan beberapa tokoh atau narasumber keturunan Tionghoa di lokasi. Data

PENDAHULUAN

Tangerang merupakan sebuah kabupaten atau kota yang warga Tionghoa nya menempati peringkat dua setelah penduduk asli. Banyaknya warga Tionghoa di Tangerang ini telah memunculkan fenomena bahwa Tangerang merupakan daerah konsentrasi Tionghoa.

Keberadaan Tionghoa di Tangerang telah menyebar sedemikian rupa. Beberapa keturunan Tionghoa bertebaran di Tangerang seperti Teluk Naga, Mauk, Pasar Kemis, Sepatan, Kresek. Mereka biasanya hadir ke wilayah itu lebih melalui wilayah sungai. Sedangkan mereka yang datang dari daratan (Jakarta) mereka tinggal di Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Batu Ceper, Cikupang, Ciledug, Cipondoh, Serpong, Pondok Aren, Curug, Jatiuwung, Ciputat, Legok, Tigaraksa dan Balaraja (Eriska, 2008:23).

Salah satu kampung Cina yang menjadi ikon kota Tangerang adalah apa yang disebut Cina Benteng. Pemukiman Cina Benteng di wilayah Tangerang, khususnya kawasan Pasar Lama Tangerang sudah ada sejak beberapa abad lalu. Menurut penulis Portugis, Tome Pires, komunitas Cina di Tangerang ada sejak 1513. Kehadiran warga Cina di Tangerang sudah ada jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia. Saat ini keturunan Tionghoa di wilayah Tangerang sudah meluas sedemikian rupa, hampir di semua kecamatan di wilayah Tangerang ada warga Tionghoa. Di Tangerang, keberadaan Tionghoa telah menjadi kelompok terbesar kedua setelah pribumi.

Untuk mengenal - eksistensi Tionghoa di Tangerang, maka kita perlu mengenal terlebih dahulu keberadaan Cina

Page 284: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah264

diolah dan dikonstruksi untuk menjawab permasalahan penelitian yang dirumuskan.

Beberapa kajian mengenai Cina Benteng bisa disebutkan antara lain: penelitian Anita Sugianta, et al , “Analisa Perubahan Sosial Masyarakat Lebak Wangi (Perbandingan Era Reformasi dan Orde Baru).” Penelitian yang difokuskan pada masalah perubahan sosial pada masyarakat Lebak Wangi tersebut menghasilkan beberapa temuan berikut. Masyarakat Cina Benteng yang sudah bermukim di bantaran sungai Cisadane sejak 1830 dikenal sebagai masyarakat etnis Tionghoa dengan taraf kehidupan yang rendah, namun tetap setia dalam menjaga serta melestarikan adat istiadat dan tradisi leluhur bangsa Tionghoa, mereka sejak dulu sudah berakulturasi dengan penduduk setempat.

Berbagai peristiwa politik, dampak perluasan pembangunan, majunya pendidikan dan teknologi serta kehidupan yang modern selama periode orde baru dan era reformasi telah membawa perubahan-perubahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Cina Benteng. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada masyarakat Cina Benteng Sewan Lebak Wangi telah terjadi perubahan-perubahan sosial, walaupun perubahan yang terjadi telah membawa dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka, tetapi secara keseluruhan tidak merubah sistim sosial mereka (Sugianta, 2012).

Kedua, penelitian Hudaepah berjudul: “Perempuan Cina Benteng: Studi kasus perempuan Cina Benteng di Kampung Kandang Genteng, Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Page 285: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 265

Banten” (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008). Penelitian ini difokuskan pada keterlibatan perempuan-perempuan Cina Benteng yang hidupnya miskin dalam bekerja mencari nafkah, serta perjuangan mereka untuk ke luar dari kemiskinan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perempuan Cina Benteng di sektor domestik dan publik serta otonomi perempuan Cina Benteng dalam alokasi pendapatan keluarga. Selain itu mendeskripsikan etos kerja perempuan Cina Benteng dan nilai-nilai luhur apa saja yang dianut oleh perempuan Cina Benteng dalam menjalankan peranannya dalam keluarga dan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mempertahankan kehidupan keluarganya keterlibatan perempuan-perempuan Cina Benteng dalam mencari nafkah cukup besar.

Ketiga adalah penelitian Muhammad Arif, Model Kerukunan Sosial Pada Masyarakat Multikultural Cina Benteng (Kajian Historis Dan Sosiologis), penelitian memfokuskan pada perspektif historis dan sosiologis model kerukunan sosial pada masyarakat Cina Benteng. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya beberapa bukti dari proses asimilasi dan akulturasi seperti di atas menunjukkan adanya kerukunan sosial, bahwa masyarakat Cina Benteng dapat hidup bersama dan bahkan menyatu dengan masyarakat Betawi (Arif, 2014).

Adapun Penelitian ini secara khusus akan melihat pola relasi umat Khonghucu Cina Benteng dengan kelompok sosial dan kelompok agama yang lain yang berada di sekitar Cina Benteng.

diolah dan dikonstruksi untuk menjawab permasalahan penelitian yang dirumuskan.

Beberapa kajian mengenai Cina Benteng bisa disebutkan antara lain: penelitian Anita Sugianta, et al , “Analisa Perubahan Sosial Masyarakat Lebak Wangi (Perbandingan Era Reformasi dan Orde Baru).” Penelitian yang difokuskan pada masalah perubahan sosial pada masyarakat Lebak Wangi tersebut menghasilkan beberapa temuan berikut. Masyarakat Cina Benteng yang sudah bermukim di bantaran sungai Cisadane sejak 1830 dikenal sebagai masyarakat etnis Tionghoa dengan taraf kehidupan yang rendah, namun tetap setia dalam menjaga serta melestarikan adat istiadat dan tradisi leluhur bangsa Tionghoa, mereka sejak dulu sudah berakulturasi dengan penduduk setempat.

Berbagai peristiwa politik, dampak perluasan pembangunan, majunya pendidikan dan teknologi serta kehidupan yang modern selama periode orde baru dan era reformasi telah membawa perubahan-perubahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Cina Benteng. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada masyarakat Cina Benteng Sewan Lebak Wangi telah terjadi perubahan-perubahan sosial, walaupun perubahan yang terjadi telah membawa dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka, tetapi secara keseluruhan tidak merubah sistim sosial mereka (Sugianta, 2012).

Kedua, penelitian Hudaepah berjudul: “Perempuan Cina Benteng: Studi kasus perempuan Cina Benteng di Kampung Kandang Genteng, Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Page 286: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah266

Mengenal Cina Benteng

Sejarah komunitas Tionghoa di Tangerang memang sulit dipisahkan dengan kawasan Pasar Lama (Jalan Ki Samaun dan sekitarnya) yang berada di tepi sungai dan merupakan permukiman pertama masyarakat Cina di sana. Mereka tinggall di tiga gang, yang sekarang dikenal sebagai Gang Kalipasir, Gang Tengah (Cirarab), dan Gang Gula (Cilangkap).

Pada akhir tahun 1800-an, sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan Pasar Baru dan sejak itu mulai menyebar ke daerah-daerah lainnya. Pasar Baru pada tempo dulu merupakan tempat transaksi (sistem barter) barang orang-orang Cina yang datang lewat sungai dengan penduduk lokal (Hasil wawancara dengan Tagara Wijaya, atau Oey Tjie Hoeng (77), yang menjabat Ketua Umum Klenteng Boen Sen Bio 1967-1978, Jum’at, tanggal 15 Mei 2015)

Tahun 1740, terjadi pemberontakan orang Cina menyusul keputusan Gubernur Jenderal Valkenier untuk menangkapi orang-orang Cina yang dicurigai. Mereka akan dikirim ke Sri Lanka untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik VOC. Pemberontakan itu dibalas serangan serdadu kompeni ke perkampungan-perkampungan Cina di Batavia (Jakarta). Sedikitnya 10.000 orang tewas dan sejak itu banyak orang Cina mengungsi untuk mencari tempat baru di daerah Tangerang, seperti Mauk, Serpong, Cisoka, Legok, dan bahkan sampai Parung di daerah Bogor. Itulah sebabnya banyak orang Cina yang tinggall di pedesaan di pelosok Tangerang-di luar peCinan di Pasar Lama dan Pasar Baru.

Sebagai kawasan permukiman Cina, di Pasar Lama dibangun kelenteng tertua, Boen Tek Bio, yang didirikan

Page 287: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 267

tahun 1684 dan merupakan bangunan paling tua di Tangerang. Lima tahun kemudian, 1869, di Pasar Baru dibangun kelenteng Boen San Bio (Nimmala). Kedua kelenteng itulah saksi sejarah bahwa orang-orang Cina sudah berdiam di Tangerang lebih dari tiga abad silam.

Mengapa komunitas Tionghoa di Tangerang ini disebut Cina Benteng? Berdasarkan informasi yang ditemukan di lapangan, komunitas Tionghoa ini pemukimannya ini berada di dekat sebuah benteng Belanda, maka komunitas ini yang sering disebut sebagai Cina Benteng.

Disebutkan bahwa benteng yang dimaksud adalah Benteng Makassar karena Benteng ini dahulu dijaga orang yang konon berasal dari Makassar. Benteng tersebut digunakan sebagai benteng pertahanan Belanda dari serangan Kesultanan Banten. Lebih lanjut mengenai asal-usul kata Cina Benteng, menurut sinolog dari Universitas Indonesia, Eddy Prabowo Witanto MA, tidak terlepas dari kehadiran Benteng Makassar. Benteng yang dibangun pada zaman kolonial Belanda itu-sekarang sudah rata dengan tanah-terletak di tepi Sungai Cisadane, di pusat Kota Tangerang.

Pada saat itu, banyak orang Cina Tangerang yang kurang mampu tinggall di luar Benteng Makassar. Mereka terkonsentrasi di daerah sebelah utara, yaitu di Sewan dan Kampung Melayu. Mereka berdiam di sana sejak tahun 1700-an. Dari sanalah muncul, istilah “Cina Benteng”.

Kehadiran orang Tionghoa di Tangerang pertama kali ditengarai sekitar tahun 1407, tahun-tahun dalam literature lain disebutkan tahun-tahun kedatangan Panglima Cheng Ho yang melakukan ekspedisi ke Nusantara. Dalam sejarah Kota

Mengenal Cina Benteng

Sejarah komunitas Tionghoa di Tangerang memang sulit dipisahkan dengan kawasan Pasar Lama (Jalan Ki Samaun dan sekitarnya) yang berada di tepi sungai dan merupakan permukiman pertama masyarakat Cina di sana. Mereka tinggall di tiga gang, yang sekarang dikenal sebagai Gang Kalipasir, Gang Tengah (Cirarab), dan Gang Gula (Cilangkap).

Pada akhir tahun 1800-an, sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan Pasar Baru dan sejak itu mulai menyebar ke daerah-daerah lainnya. Pasar Baru pada tempo dulu merupakan tempat transaksi (sistem barter) barang orang-orang Cina yang datang lewat sungai dengan penduduk lokal (Hasil wawancara dengan Tagara Wijaya, atau Oey Tjie Hoeng (77), yang menjabat Ketua Umum Klenteng Boen Sen Bio 1967-1978, Jum’at, tanggal 15 Mei 2015)

Tahun 1740, terjadi pemberontakan orang Cina menyusul keputusan Gubernur Jenderal Valkenier untuk menangkapi orang-orang Cina yang dicurigai. Mereka akan dikirim ke Sri Lanka untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik VOC. Pemberontakan itu dibalas serangan serdadu kompeni ke perkampungan-perkampungan Cina di Batavia (Jakarta). Sedikitnya 10.000 orang tewas dan sejak itu banyak orang Cina mengungsi untuk mencari tempat baru di daerah Tangerang, seperti Mauk, Serpong, Cisoka, Legok, dan bahkan sampai Parung di daerah Bogor. Itulah sebabnya banyak orang Cina yang tinggall di pedesaan di pelosok Tangerang-di luar peCinan di Pasar Lama dan Pasar Baru.

Sebagai kawasan permukiman Cina, di Pasar Lama dibangun kelenteng tertua, Boen Tek Bio, yang didirikan

Page 288: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah268

Tangerang disebutkan bahwa sebuah perahu datang dari Cina memuat sekira 100 orang dan terdampar di muara Sungai Cisadane. Rombongan itu dipimpin Tjen Tjie Lung atau Halung. Pada saat itu, wilayah tersebut diperintah oleh penguasa lokal bernama Sanghyang Anggalarang dari Kerajaan Pajajaran. Konon dalam perahu itu ada gadis dengan rupa cantik. Sanghyang Anggalarang mempersuntingnya dengan kompensasi 9 bidang tanah. Sejak saat itu muncul peranakan Cina di kawasan itu.

Gelombang kedua kedatangan Tionghoa pembentuk komunitas Cina Benteng terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740. Saat itu komunitas Tionghoa dituduh melakukan pemberontakan terhadap VOC, maka komunitas Tionghoa terusir dari Batavia dan pelarian Tionghoa terkonsentrasi di sekitar sungai Cisadane ini yang kemudian membentuk komunias Cina Benteng dan membentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar seperti Tionghoa di Pondok Aren, Pondok Pinang, Pondok Cabe, Pondok Jagung.

Komunitas Tionghoa ini seiring perjalanan waktu mencoba membaur dengan orang pribumi dan sebagian melakukan perkawinan dengan orang pribumi. Maka kemudian lahirlah generasi Cina Benteng yang berkulit hitam yang sedikit membedakan dengan keturunan Tionghoa lainnya.

Percampuran warga Tionghoa dengan pribumi menghasilkan budaya unik. Saat pernikahan misalnya, perempuan Betawi biasanya menggunakan kembang goyang. Sedang lelaki Tionghoa memakai topi dengan rambut yang dikuncir. Selain itu juga melahirkan seni budaya perpaduan seperti cokek dan musik gambang keromong. Bahkan lontong

Page 289: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 269

cap gomeh pun demikian. Hingga kini masyarakat Cina Benteng di Tangerang mencapai 300 ribuan. Mereka tersebar di tiga kecamatan: Karawaci, Neglasari, dan Tangerang.

Tuduhan memberontak terhadap Belanda inilah menyebabkan warga Tionghoa ini terpinggirkan. Kemiskinan mulai melanda warga Cina Benteng pada abad ke-19. Saat itu, kolonial Belanda memberlakukan hierarki terhadap warga jajahannya. Maka sejak itupun keturunan Tionghoa mulai terjepit. Karena terdesak secara ekonomi, mereka lalu menjual tanah kepada sesama Cina yang datang tahun 1870-an. Belakangan, para Cina pendatang menjadi tuan tanah baru. Bedanya dengan Cina Benteng, mereka masih “totok”. Kulit lebih putih, dan mata lebih sipit. Akhirnya, pada abad ke-19 Cina Benteng dan peranakannya jatuh.

Kedatangan warga Tionghoa besar-besaran terjadi lagi ketika Cina mengalami revolusi tahun 1920-1930. Mereka datang secara bergelombang dan tinggall di daerah-daerah tertentu di daerah Tangerang. Mereka yang datang melalui laut tinggall di wilayah-wilayah seperti Teluk Naga, Mauk, Pasar Kemis, Sepatan, Kresek. Sedangkan mereka yang datang dari daratan (Jakarta) mereka tinggal di Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Batu Ceper, Cikupang, Ciledug, Cipondoh, Serpong, Pondok Aren, Curug, Jatiuwung, Ciputat, Legok, Tigaraksa dan Balaraja (Erisca, 2008).

Meskipun saat ini Kawasan Pecinan Tangerang sudah berubah drastis, tapi masih ada sisa-sisa bentuk rumah kuno yang bertengger di setiap gang-gang. Di sana terdapat pula gedung tua yang dijadikan sarang walet. Letaknya tak jauh dari jalan raya, dekat Sungai Cisadane.Semakin dalam menyusuri gang satu per satu, akhirnya kita menemukan Kelenteng Boen tek Bio yang jadi rumah ibadah mereka.Saat

Tangerang disebutkan bahwa sebuah perahu datang dari Cina memuat sekira 100 orang dan terdampar di muara Sungai Cisadane. Rombongan itu dipimpin Tjen Tjie Lung atau Halung. Pada saat itu, wilayah tersebut diperintah oleh penguasa lokal bernama Sanghyang Anggalarang dari Kerajaan Pajajaran. Konon dalam perahu itu ada gadis dengan rupa cantik. Sanghyang Anggalarang mempersuntingnya dengan kompensasi 9 bidang tanah. Sejak saat itu muncul peranakan Cina di kawasan itu.

Gelombang kedua kedatangan Tionghoa pembentuk komunitas Cina Benteng terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740. Saat itu komunitas Tionghoa dituduh melakukan pemberontakan terhadap VOC, maka komunitas Tionghoa terusir dari Batavia dan pelarian Tionghoa terkonsentrasi di sekitar sungai Cisadane ini yang kemudian membentuk komunias Cina Benteng dan membentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar seperti Tionghoa di Pondok Aren, Pondok Pinang, Pondok Cabe, Pondok Jagung.

Komunitas Tionghoa ini seiring perjalanan waktu mencoba membaur dengan orang pribumi dan sebagian melakukan perkawinan dengan orang pribumi. Maka kemudian lahirlah generasi Cina Benteng yang berkulit hitam yang sedikit membedakan dengan keturunan Tionghoa lainnya.

Percampuran warga Tionghoa dengan pribumi menghasilkan budaya unik. Saat pernikahan misalnya, perempuan Betawi biasanya menggunakan kembang goyang. Sedang lelaki Tionghoa memakai topi dengan rambut yang dikuncir. Selain itu juga melahirkan seni budaya perpaduan seperti cokek dan musik gambang keromong. Bahkan lontong

Page 290: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah270

itu, kelenteng terlihat ramai dengan ragam aktivitas umat yang hendak beribadah. Adapun pola hidup orang-orang Cina Benteng adalah sangat sederhana.

Fenomena Cina Benteng, dari aspek lain sering disebut sebagai bukti nyata betapa kebudayaan Tionghoa dapat berbaur dengan kebudayaan lokal. Lebih dari itu, keberadaan Cina Benteng seakan menegaskan bahwa tidak semua orang Cina memiliki posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi.

Salah seorang pengamat Tionghoa Indonesia David Kwa lebih melihat fenomena Cina Benteng sebagai contoh dan bukti nyata proses pembauran yang terjadi secara alamiah. Masyarakat Cina Benteng hampir tidak pernah mengalami friksi dengan etnis lainnya. Kenyataan ini membuat David yakin, persoalan sentimen etnis lebih bernuansa politis yang dikembangkan oleh orang-orang yang punya kepentingan politik.

Realitas Cina Benteng yang tinggall di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukkan, masyarakat etnis Cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, Ridwan Saidi, pengamat budaya dari Betawi, melihat realitas Cina Benteng sebagai wajah lain Indonesia. Ada yang kaya, tetapi tidak sedikit pula yang miskin. Bagi mereka, wajar kalau perayaan Tahun Baru Imlek menjadi pengharapan agar rezeki di tahun baru ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Wajar pula bahwa meski sudah berakulturasi begitu dalam, mereka tetap membeli bunga sedap malam dan bersembahyang di kelenteng-kelenteng.

Page 291: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 271

Komunitas Cina Benteng memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, seperti Budha, Khonghucu dan Tao. Maka, di pecinan ini terdapat beberapa tempat ibadah seperti Klenteng Boen Tek Bio dan Vihara Padumuttara. Klenteng Boen Tek Bio digunakan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan Budha, Khonghucu dan Tao. Klenteng ini juga berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial warga seperti kerja bakti dan perayaan-perayaan lain. Sedangkan Vihara Padumuttara hanya digunakan sebagai tempat ibadah bagi penganut Budha.

Sebagai gambaran keberagamaan penduduk di sekitar Cina benteng ini dapat dilihat dari data kecamatan Sukasari, di mana kawasan Cina Benteng berada, yang menunjukkan: 1) dari jumlah penduduk, suku Tionghoa di Sukasari berjumlah 30 % dari total jumlah penduduk kecamatan itu 19.279 jiwa pada tahun 2010; 2) secara berturut-turut pemeluk agama di kecamatan Sukasari tergambar: 13.599 (Muslim), 3.472 (buddha), 1.398 (Kristen), 763 (katholik), 38 (Hindu), 9 (Khonghucu). Ini menunjukkkan bahwa warga Tionghoa di wilayah ini banyak menganut agama Buddha.

Pasang Surut Relasi Cina Benteng Dengan Pribumi

Sejarah Cina Benteng menjadi saksi sejarah terjadinya pola relasi yang pernah terjadi antara keturunan Tionghoa dengan kelompok lain. Kehadiran awal warga Tionghoa dari periode 1407-1740 berjalan relatif damai. Masa itu bersamaan dengan perkembangan Islam di Indonesia yang sebagiannya ajaran Islam justru dibawa oleh keturunan Tionghoa.Saat itu warga keturunan Tionghoa hadir di Tangerang dengan tanpa perlawanan dari masyarakat lokal.

itu, kelenteng terlihat ramai dengan ragam aktivitas umat yang hendak beribadah. Adapun pola hidup orang-orang Cina Benteng adalah sangat sederhana.

Fenomena Cina Benteng, dari aspek lain sering disebut sebagai bukti nyata betapa kebudayaan Tionghoa dapat berbaur dengan kebudayaan lokal. Lebih dari itu, keberadaan Cina Benteng seakan menegaskan bahwa tidak semua orang Cina memiliki posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi.

Salah seorang pengamat Tionghoa Indonesia David Kwa lebih melihat fenomena Cina Benteng sebagai contoh dan bukti nyata proses pembauran yang terjadi secara alamiah. Masyarakat Cina Benteng hampir tidak pernah mengalami friksi dengan etnis lainnya. Kenyataan ini membuat David yakin, persoalan sentimen etnis lebih bernuansa politis yang dikembangkan oleh orang-orang yang punya kepentingan politik.

Realitas Cina Benteng yang tinggall di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukkan, masyarakat etnis Cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, Ridwan Saidi, pengamat budaya dari Betawi, melihat realitas Cina Benteng sebagai wajah lain Indonesia. Ada yang kaya, tetapi tidak sedikit pula yang miskin. Bagi mereka, wajar kalau perayaan Tahun Baru Imlek menjadi pengharapan agar rezeki di tahun baru ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Wajar pula bahwa meski sudah berakulturasi begitu dalam, mereka tetap membeli bunga sedap malam dan bersembahyang di kelenteng-kelenteng.

Page 292: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah272

Suasana terbalik ketika pada tahun 1740, Keturunan Tionghoa dianggap berkhianat kepada VOC. Mereka dibantai dan terusir dari Batavia dan pelarian Tionghoa terkonsentrasi di sekitar sungai Cisadane ini yang kemudian membentuk komunitas Cina Benteng dan membentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar seperti Tionghoa di Pondok Aren, Pondok Pinang, Pondok Cabe, Pondok Jagung. Sejak itu perkembangan Cina Benteng betul-betul diisolasi sedemikian rupa sehingga komunitas Tionghoa Cina benteng menjadi miskin. Sebagian mereka menjual harta kekayaan yang tersisa yang mereka miliki.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 terjadi kerusuhan etnis di Tangerang yang melibatkan antara masyarakat Cina dan penduduk pribumi. Saat itu penduduk pribumi menaruh kecurigaan terhadap masyarakat Cina terkait dengan keberpihakannya pada Belanda. Salah satu indikasinya adalah salah seorang tentara dari Cina Benteng yang pro-NICA, yakni Poh An Tuy, mengirim tentara dan mengungsikan masyarakat Cina Benteng yang selamat ke Batavia. Penduduk pribumi pendatang, terutama masyarakat Jawa dan Madura, beserta beberapa kelompok keagamaan dari masyarakat Sunda dan Betawi, melakukan peyerangan terhadap orang-orang Cina Benteng karena dianggap terlalu loyal terhadap NICA (Adi, 2009).

Kerusuhan tersebut berhasil diredam oleh tentara gabungan NICA dan Poh An Tuy yang membela orang Cina Benteng. Orang-orang Cina Benteng merasa sangat kehilangan ketika Belanda meninggalkan Tangerang pada tahun 50-an dan menyerahkan kota itu kepada Republik, karena mereka kehilangan pelindung mereka, maka terjadilah penyerangan dan perampasan terhadap orang-orang Cina Benteng. Tidak

Page 293: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 273

sedikit di antara orang-orang Cina Benteng yang sebelumnya kemudian berubah menjadi miskin karena harta leluhur mereka dirampas.

Kehidupan orang-orang Cina Benteng terbilang sejahtera pada zaman kolonial Belanda. Warga Cina Benteng sempat bersitegang dengan penduduk pribumi setelah Proklamasi Kemerdekaan. Pada 23 Juni 1946, rumah-rumah etnis Tionghoa di Tangerang menjadi sasaran kemarahan penduduk. Penduduk yang didukung oleh kaum Republik menjarah rumah-rumah warga Cina Benteng. Kemarahan penduduk pribumi dipicu oleh ulah seorang tentara NICA dari etnis Tionghoa yang menurunkan Bandera Merah Putih dan menggantinya dengan Bandera Belanda.

Rosihan Anwar dalam harian Merdeka tanggal 13 Juni 1946 menulis bahwa pada saat itu hubungan warga Cina Benteng dan pribumi mengalami kemunduran paling ekstrem. Terlebih setelah Poh An Tuy, kelompok pemuda Cina Benteng pro-NICA, mengirim pasukan bersenjata dan mengungsikan masyarakat Cina Benteng yang selamat ke Batavia. Namun akhirnya kerusuhan pro-kemerdekaan itu berhasil diredam oleh koalisi antara tentara Poh An Thuy and tentara Kolonial Belanda.

Saat itu, semua etnis Cina Benteng nyaris terusir, dan ketika kembali, mereka tidak lagi mendapatkan tanah mereka dalam keadaan utuh. Tanah-tanah para tuan tanah diserobot pribumi. Tidak sedikit di antara mereka yang mendapati rumah-rumah yang mereka tinggallkan telah rata dengan tanah.

Suasana terbalik ketika pada tahun 1740, Keturunan Tionghoa dianggap berkhianat kepada VOC. Mereka dibantai dan terusir dari Batavia dan pelarian Tionghoa terkonsentrasi di sekitar sungai Cisadane ini yang kemudian membentuk komunitas Cina Benteng dan membentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar seperti Tionghoa di Pondok Aren, Pondok Pinang, Pondok Cabe, Pondok Jagung. Sejak itu perkembangan Cina Benteng betul-betul diisolasi sedemikian rupa sehingga komunitas Tionghoa Cina benteng menjadi miskin. Sebagian mereka menjual harta kekayaan yang tersisa yang mereka miliki.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 terjadi kerusuhan etnis di Tangerang yang melibatkan antara masyarakat Cina dan penduduk pribumi. Saat itu penduduk pribumi menaruh kecurigaan terhadap masyarakat Cina terkait dengan keberpihakannya pada Belanda. Salah satu indikasinya adalah salah seorang tentara dari Cina Benteng yang pro-NICA, yakni Poh An Tuy, mengirim tentara dan mengungsikan masyarakat Cina Benteng yang selamat ke Batavia. Penduduk pribumi pendatang, terutama masyarakat Jawa dan Madura, beserta beberapa kelompok keagamaan dari masyarakat Sunda dan Betawi, melakukan peyerangan terhadap orang-orang Cina Benteng karena dianggap terlalu loyal terhadap NICA (Adi, 2009).

Kerusuhan tersebut berhasil diredam oleh tentara gabungan NICA dan Poh An Tuy yang membela orang Cina Benteng. Orang-orang Cina Benteng merasa sangat kehilangan ketika Belanda meninggalkan Tangerang pada tahun 50-an dan menyerahkan kota itu kepada Republik, karena mereka kehilangan pelindung mereka, maka terjadilah penyerangan dan perampasan terhadap orang-orang Cina Benteng. Tidak

Page 294: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah274

Cina Benteng pasca Pengakuan Kembali Khonghucu sebagai Agama Resmi

Di era pasca 1998 pengakuan identitas Tionghoa secara resmi diakui oleh negara. Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Keputusan Presiden RI no 6 tahun 2000 tanggal 17 januari 2000 pencabutan inpres no 14 th 1967 tentang pembatasan kegiatan agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina), Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bp Suryadi Soedirdja tgl 31 maret 2000 no 477/805/Sj. Peraturan tersebut mencabut surat edaran mendagri no. 477 / 74054 tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan kegiatan Agama, Kepercayaan dan adat istiadat Cina, Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 55 tahun 2007 oleh Presiden DR H Susilo Bambang Yudhoyono tertanggal 5 oktober 2007. Tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Bagian ke 6 adalah masalah Pendidikan Agama khonghucu, terbagi menjadi 3 pasal yakni pasal 45, 46 dan 47; semua perundang-undangan di atas memberi dasar hukum bagi jaminan pengakuan dan kebebasan.

Geliat atribusi dan sakramentasi yang sempat ditangguhkan aktifitasnya kemudian pada pasca reformasi menemukan kembali puing-puing yang berceceran bahkan hampir hilang untuk disatukan ke dalam puzzle kebudayaan Tionghoa Indonesia. Perayaan Imlek, kesenian Barongsai yang adalah juga indikasi kasat mata untuk melihat etnis Tionghoa kini dan perkembangannya yang semakin progresif. Liputan-liputan media juga turut serta memberikan pemahaman kepada masyarakat akan eksistensi warga Tionghoa Indonesia dan kontribusi mereka dalam memainkan dinamisasi kehidupan bernegara.

Page 295: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 275

Keterbukaan dan persamaan di antara semua warga negara secara otomatis membawa keuntungan dan manfaat bagi keberadaan entitas Tionghoa termasuk peranannya yang lebih besar dalam berbagai lapangan kehidupan di Indonesia. Jika di negara Orde Baru etnis Tionghoa ditempatkan pada sektor ekonomi an-sich.

Kini, peranan etnis Tionghoa mulai tersebar ke berbagai sektor. Hal ini merupakan perkembangan yang positif, seakan kembali pada partisipasi etnis Tionghoa dalam membangun bangsa di era Presiden Soekarno dan progresifitas etnis Tionghoa dalam berpolitik di zaman pergerakan di paruh awal abad ke-20.

Adapun Kelenteng tertua di Tangerang yang didirikan tahun 1684 itu, menjadi salah satu pusat perayaan tahun baru Imlek bagi warga keturunan Tionghoa yang dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Di tempat pemukiman keturunan Tionghoa di Kampung Sewan, Cikupa Banten mereka merayakan Imlek dengan mengunjungi keluarga. Perayaan Imlek oleh keturunan Tionghoa di Tangerang merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun, meski tak semua dari mereka beragama Khonghucu.

Meskipun demikian di level realisasi hak sipil bagi warga Tionghoa khususnya yang beragama Khonghucu mereka masih merasakan sikap-sikap diskriminasi dalam beberapa hal. Ketua Majelis Khonghucu Indonesia (Makin) Ciapus Kabupaten Tigaraksa Banten, Yap Tjun Teh mencontohkan diskriminasi masih dirasakan oleh umat Khonghucu terasa ketika warga keturunan mengurus KTP misalnya. Majelis Tinggi Agama Khonghucu (MATAKIN) menyebutkan diskriminasi terhadap hak sipil umat Khonghucu seperti ini masih terjadi di sejumlah daerah.

Cina Benteng pasca Pengakuan Kembali Khonghucu sebagai Agama Resmi

Di era pasca 1998 pengakuan identitas Tionghoa secara resmi diakui oleh negara. Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Keputusan Presiden RI no 6 tahun 2000 tanggal 17 januari 2000 pencabutan inpres no 14 th 1967 tentang pembatasan kegiatan agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina), Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bp Suryadi Soedirdja tgl 31 maret 2000 no 477/805/Sj. Peraturan tersebut mencabut surat edaran mendagri no. 477 / 74054 tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan kegiatan Agama, Kepercayaan dan adat istiadat Cina, Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 55 tahun 2007 oleh Presiden DR H Susilo Bambang Yudhoyono tertanggal 5 oktober 2007. Tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Bagian ke 6 adalah masalah Pendidikan Agama khonghucu, terbagi menjadi 3 pasal yakni pasal 45, 46 dan 47; semua perundang-undangan di atas memberi dasar hukum bagi jaminan pengakuan dan kebebasan.

Geliat atribusi dan sakramentasi yang sempat ditangguhkan aktifitasnya kemudian pada pasca reformasi menemukan kembali puing-puing yang berceceran bahkan hampir hilang untuk disatukan ke dalam puzzle kebudayaan Tionghoa Indonesia. Perayaan Imlek, kesenian Barongsai yang adalah juga indikasi kasat mata untuk melihat etnis Tionghoa kini dan perkembangannya yang semakin progresif. Liputan-liputan media juga turut serta memberikan pemahaman kepada masyarakat akan eksistensi warga Tionghoa Indonesia dan kontribusi mereka dalam memainkan dinamisasi kehidupan bernegara.

Page 296: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah276

Boen Tek Bio Sang Penjaga Gawang Budaya

Klenteng Boen Tek Bio Tangerang dikenal luas sebagai kelenteng tertua di antara tiga kelenteng paling tua yang ada di Tangerang. Kelenteng diperkirakan telah berumur lebih dari tiga abad, meski tidak ada data pasti tentang kapan persis berdirinya kelenteng ini.

Komunitas Tionghoa di perkampungan Petak Sembilan diperkirakan mendirikan kelenteng ini secara bergotong royong pada sekitar tahun 1684 dalam bentuk yang masih sangat sederhana. Kemudian pada tahun 1844 kelenteng ini mengalami renovasi dengan mendatangkan ahlinya dari negeri Tiongkok.

Kelenteng Boen Tek Bio, yang secara harfiah berarti tempat ibadah sastra kebajikan, merupakan kelenteng besar tua dan berpengaruh di Tangerang, bersama dengan Kelenteng Boen Hay Bio (berdiri 1694) dan Kelenteng Boen San Bio (1689).

Untuk masuk ke kelenteng Boen Tek Bio, kendaraan harus diparkir di tepi Jalan Ki Samaun, dan berjalan sejauh 100 meter ke kawasan pasar lama. Keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang tidak lepas dari sejarah kedatangan orang Tionghoa di kota Tangerang yang terjadi pada abad ke-15. Pada 1407, seperti dicatat dalam buku sejarah Sunda Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan), rombongan Tjen Tjie Lung (Halung) yang membawa tujuh kepala keluarga dengan sembilan orang gadis, terdampar di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kampung Teluk Naga. Tujuan mereka semula adalah Jayakarta.

Pada waktu meminta pertolongan kepada Sanghyang Anggalarang, penguasa daerah di bawah Sanghyang Banyak

Page 297: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 277

Citra dari Parahyangan, konon para pegawai penguasa jatuh cinta pada gadis-gadis itu dan kesembilan gadis itu pun mereka kawini. Rombongan itu kemudian mendapat sebidang tanah di daerah Kampung Teluk Naga itu.

Di awal abad ke 18 kaum Tionghoa menyebut wilayah Tangerang dengan nama “Boen-Teng”, sehingga orang Tionghoa yang tinggall di sana disebut sebagai Cina Boen Teng, yang lama kelamaan sebutan itu kemudian berubah menjadi Cina Benteng. Versi lain menyebutkan bahwa ketika itu di tepi Sungai Cisadane, dekat pusat Kota Tangerang sekarang, pernah berdiri Benteng Makassar. Orang-orang Tionghoa yang kurang mampu terpaksa harus tinggall di luar benteng, yaitu di daerah Sewan (di belakang bendungan Pintu Air Sepuluh) dan Kampung Melayu. Dari sana kemudian muncul istilah Cina Benteng.

Mengenal sedikit Klenteng Boen Tek Bio, klenteng ini diperkirakan berdiri sekitar tahun 1750. Para penghuni perkampungan Petak Sembilan secara gotong-royong mengumpulkan dana untuk mendirikan sebuah klenteng yang diberi nama Boen Tek Bio (Boen=Sastra, Tek=Kebajikan, dan Bio=Tempat Ibadah). Bio yang pertama berdiri diperkirakan masih sederhana sekali yaitu berupa tiang bambu dan beratap rumbia. Awal abad ke-19 setelah perdagangan di Tangerang meningkat, dan umat Boen Tek Bio semakin banyak, klenteng ini lalu mengalami perubahan bentuk seperti yang bisa dilihat sekarang.

Sebagai tuan rumah klenteng ini adalah Dewi Kwan Im, yang di sebelah kiri dan kanannya juga dibangun tempat untuk dewa-dewa lain. Berbeda dengan kebanyakan klenteng yang ada di Indonesia maupun yang ada di negeri Tiongkok, Klenteng Boen Tek Bio mempunyai satu tradisi yang

Boen Tek Bio Sang Penjaga Gawang Budaya

Klenteng Boen Tek Bio Tangerang dikenal luas sebagai kelenteng tertua di antara tiga kelenteng paling tua yang ada di Tangerang. Kelenteng diperkirakan telah berumur lebih dari tiga abad, meski tidak ada data pasti tentang kapan persis berdirinya kelenteng ini.

Komunitas Tionghoa di perkampungan Petak Sembilan diperkirakan mendirikan kelenteng ini secara bergotong royong pada sekitar tahun 1684 dalam bentuk yang masih sangat sederhana. Kemudian pada tahun 1844 kelenteng ini mengalami renovasi dengan mendatangkan ahlinya dari negeri Tiongkok.

Kelenteng Boen Tek Bio, yang secara harfiah berarti tempat ibadah sastra kebajikan, merupakan kelenteng besar tua dan berpengaruh di Tangerang, bersama dengan Kelenteng Boen Hay Bio (berdiri 1694) dan Kelenteng Boen San Bio (1689).

Untuk masuk ke kelenteng Boen Tek Bio, kendaraan harus diparkir di tepi Jalan Ki Samaun, dan berjalan sejauh 100 meter ke kawasan pasar lama. Keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang tidak lepas dari sejarah kedatangan orang Tionghoa di kota Tangerang yang terjadi pada abad ke-15. Pada 1407, seperti dicatat dalam buku sejarah Sunda Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan), rombongan Tjen Tjie Lung (Halung) yang membawa tujuh kepala keluarga dengan sembilan orang gadis, terdampar di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kampung Teluk Naga. Tujuan mereka semula adalah Jayakarta.

Pada waktu meminta pertolongan kepada Sanghyang Anggalarang, penguasa daerah di bawah Sanghyang Banyak

Page 298: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah278

sudah berlangsung selama ratusan tahun yaitu apa yang dikenal dengan nama Gotong Toapekong. Setiap 12 tahun sekali yaitu saat tahun Naga menurut kalendar Cina, di dalam Kota Tangerang berlangsung arak-arakan joli Ka Lam Ya, Kwan Tek Kun dan terakhir Joli Ema Kwan Im. Pesta tahun Naga ini dimeriahkan oleh pertunjukan Barongsai dan Wayang Potehi yang berhasi menyedot ribuan pengunjung. Pesta ini terakhir kali diadakan tahun 1976.

Sebagai lembaga keagamaan Boen tek Bio memiliki 4 (empat) jenis pelayanan yaitu; pelayanan keagamaan (Khonghucu dan Buddha), pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelayanan sosial. Di mana dalam memberikan pelayanan memiliki program-program yang tidak hanya untuk intern komunitas Cina benteng melainkan juga memiliki program-program sosial untuk umum; seperti memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi umum (terdapat Balai Pengobatan), ikut berpartisipasi dalam merayakan perayaan keagamaan seperti Isra’ mikraj ataupun Lebaran memberi bantuan berupa sandang pangan bagi yang membutuhkan. Hal tersebut juga dirasakan manfaat keberadaan Boen Tek Bio oleh masyarakat bukan keturunan Tionghoa disekitarnya sebagaimana di sampaikan oleh bapak Usman seorang tukang becak yang sudah hampir balasan tahun menjadi tukang becak di area tersebut. (Hasil wawancara dengan bp.Usman rabu, 20 mei 2015)

Menolak Gagasan Cina Town dan penolakan terma ‘Cina’

Orang Cina Benteng merasa keberatan dipanggil dengan sebutan “orang Cina.”Penyebutan Cina bagi mereka seperti penghinaan (pejorative term) dan terasa sensitive.

Page 299: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 279

Mereka lebih suka dipanggil dengan sebutan orang Tionghoa. Sebutan Cina terkesan mengolok dan mengejek orang Tionghoa sebagai orang asing, apalagi sebutan Cina itu mengandung konotasi negatif terkait dengan peran orang Tionghoa di Tanah Air, seperti orang yang lebih mementingkan usaha ekonomi dan dianggap kurang peduli dengan orang pribumi.

Sebutan Cina juga semakin berkonotasi negatif dengan terjadinya G 30 S/PKI yang menganggap Cina sebagai sebagai pengekspor ideologi atheisme. Dalam konteks seperti ini warga Etnis Cina Benteng lebih suka disebut sebagai warga Tionghoa.

Perkampungan Cina Benteng pernah diusulkan untuk menjadi daerah perkampungan khusus Cina Town pada masa Walikota Tangerang H. Arief R Wismansyah (tahun 2014) sebagaimana laiknya kantong-kantong komunitas Tionghoa di berbagai negara seperti Singopura dan Australia. Usulan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk menciptakan kawasan kota tua "Cina Town" di wilayahnya. Sampai kini, rencana itu belum terealisasi meski sedianya Kota Tangerang merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai macam situs bangunan bersejarah. "Tangerang memang sepantasnya menjadi ikon kota tua, sebagaimana halnya wilayah Jakarta".

Keunikan dan beberapa peninggalan bersejarah yang banyak terdapat di Kota Tangerang ini menjadi salah satu alasan penting adanya ide “Cina Town” tersebut; wilayah ini memiliki 9 bangunan tua yang menyimpan banyak sejarah. Seperti Masjid Kalipasir, Klenteng Boen Tek Bio, Klenteng Boen San Bio, Benteng Heritage, tiga bangunan Lembaga Pemasyarakatan dan Stasiun Kereta Api Tangerang. Apalagi posisi ke 9 (Sembilan) bangunan tua bernilai sejarah yang

sudah berlangsung selama ratusan tahun yaitu apa yang dikenal dengan nama Gotong Toapekong. Setiap 12 tahun sekali yaitu saat tahun Naga menurut kalendar Cina, di dalam Kota Tangerang berlangsung arak-arakan joli Ka Lam Ya, Kwan Tek Kun dan terakhir Joli Ema Kwan Im. Pesta tahun Naga ini dimeriahkan oleh pertunjukan Barongsai dan Wayang Potehi yang berhasi menyedot ribuan pengunjung. Pesta ini terakhir kali diadakan tahun 1976.

Sebagai lembaga keagamaan Boen tek Bio memiliki 4 (empat) jenis pelayanan yaitu; pelayanan keagamaan (Khonghucu dan Buddha), pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelayanan sosial. Di mana dalam memberikan pelayanan memiliki program-program yang tidak hanya untuk intern komunitas Cina benteng melainkan juga memiliki program-program sosial untuk umum; seperti memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi umum (terdapat Balai Pengobatan), ikut berpartisipasi dalam merayakan perayaan keagamaan seperti Isra’ mikraj ataupun Lebaran memberi bantuan berupa sandang pangan bagi yang membutuhkan. Hal tersebut juga dirasakan manfaat keberadaan Boen Tek Bio oleh masyarakat bukan keturunan Tionghoa disekitarnya sebagaimana di sampaikan oleh bapak Usman seorang tukang becak yang sudah hampir balasan tahun menjadi tukang becak di area tersebut. (Hasil wawancara dengan bp.Usman rabu, 20 mei 2015)

Menolak Gagasan Cina Town dan penolakan terma ‘Cina’

Orang Cina Benteng merasa keberatan dipanggil dengan sebutan “orang Cina.”Penyebutan Cina bagi mereka seperti penghinaan (pejorative term) dan terasa sensitive.

Page 300: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah280

sangat tinggi tersebut saling berdekatan antara satu dengan lainnya. "Ikon dari bangunan cagar budaya ini sangat jelas keberadaannya. Selain ke 9 bangunan bersejarah itu, ada juga bangunan seperti Pasar Lama, Pendopo Bupati Tangerang serta sejumlah bangunan tua milik keturunan Tionghoa yang berada di Jalan Kisamaun, Kota Tangerang.

Gagasan pendirian “Cina Town” tersebut mendapatkan penolakan yang tegas dari komunitas Tionghoa. Udaya Sakhya Halim, ketua Boen Tek Nio, mengatakan bahwa ada beberapa alasan penting kenapa ide tersebut tidak diterima oleh komunitas Cina Benteng di sana yaitu antara lain; a) mereka menolak gagasan Cina Town karena mereka ingin keturunan Tionghoa tidak terkesan eksklusif; b) mereka tidak mau merusak rajutan akulturasi yang sudah genuine selama puluhan tahun lamanya dengan masyarakat bukan keturunan Tionghoa; 3) mereka ingin tetap membaur dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia karena mereka bukan warga negara asing melainkan warga negara Indonesia meskipun keturunan Tionghoa.

Udaya Sakhya Halim khawatir jika gagasan Cina town diterima, maka muncul kesan bahwa daerah itu hanya diperuntukkan untuk komunitas Tionghoa. Hal itu tidak diinginkan oleh komunitas Cina Benteng karena akan menimbulkan persoalan baru dalam relasi sosial mereka.

Untuk menjaga akulturasi dan pola relasi yang sudah rekat tersebut dalam beberapa hal Boen Tek Bio banyak membuat program-program yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Adapun nilai-nilai budaya dan kebijakan dari Khonghucu yang menjadi dasar bagi pijakan akulturasi

Page 301: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 281

komunitas Tionghoa di Kota Tangerang dengan budaya dan komunitas lain antara lain adalah ; membiasakan menyapa duluan dengan memberi salam (Peng An), praktik keagamaan lebih banyak diaplikasikan sebagai perilaku keseharian bahkan perayaan Imlek sekalipun tidak di Klenteng tapi di rumah-rumah, nasionalisme terbentuk dengan menjadi bagian dari Cina benteng dan merasa lebih pribumi dari pribumi, mengikuti sabda Nabi Kongzi atau Nabi Khongcu; Kong Zi 孔子 bersabda, “Seorang Junzi 君子 (Susilawan) mengutamakan kepentingan umum dan bukannya kepentingan kelompok. Sebaliknya seorang Xiaoren 小人(rendah budi) mengutamakan kepentingan kelompoknya dan bukannya kepentingan umum.” (Sabda Suci II.14) (Hasil wawancara Rudi Gunawidjaya/Ketua Matakin Kota Tangerang tanggal 14 Mei 2015)

Multikulturalisme Di Sekolah Khonghucu “Setya Bhakti”

Perguruan Setia Bhakti didirikan oleh Perkumpulan Boen Tek Bio pada tahun 1973, atas prakarsa tokoh-tokoh Agama Khonghucu Tangerang dan berlokasi di jantung Kota Tangerang, tepatnya di Jalan Ki Samaun No.171 yang sekarang menjadi kotamadya Tangerang.

Pada mulanya yang didirikan hanya TK Confucius, pada saat berdirinya masih menempati lokasi di Khongcu Bio (tempat ibadah umat Khonghucu) Jl.Ki Samaun No.145. Nama Confucius (bahasa latin), diambil dari nama Nabi Khonghucu, salah satu tokoh peletak dasar agama Khonghucu. Seiring dengan perubahan waktu adanya harapan dan kebutuhan masyarakat agar disediakan gedung sekolah lain selain TK itu sendiri.

sangat tinggi tersebut saling berdekatan antara satu dengan lainnya. "Ikon dari bangunan cagar budaya ini sangat jelas keberadaannya. Selain ke 9 bangunan bersejarah itu, ada juga bangunan seperti Pasar Lama, Pendopo Bupati Tangerang serta sejumlah bangunan tua milik keturunan Tionghoa yang berada di Jalan Kisamaun, Kota Tangerang.

Gagasan pendirian “Cina Town” tersebut mendapatkan penolakan yang tegas dari komunitas Tionghoa. Udaya Sakhya Halim, ketua Boen Tek Nio, mengatakan bahwa ada beberapa alasan penting kenapa ide tersebut tidak diterima oleh komunitas Cina Benteng di sana yaitu antara lain; a) mereka menolak gagasan Cina Town karena mereka ingin keturunan Tionghoa tidak terkesan eksklusif; b) mereka tidak mau merusak rajutan akulturasi yang sudah genuine selama puluhan tahun lamanya dengan masyarakat bukan keturunan Tionghoa; 3) mereka ingin tetap membaur dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia karena mereka bukan warga negara asing melainkan warga negara Indonesia meskipun keturunan Tionghoa.

Udaya Sakhya Halim khawatir jika gagasan Cina town diterima, maka muncul kesan bahwa daerah itu hanya diperuntukkan untuk komunitas Tionghoa. Hal itu tidak diinginkan oleh komunitas Cina Benteng karena akan menimbulkan persoalan baru dalam relasi sosial mereka.

Untuk menjaga akulturasi dan pola relasi yang sudah rekat tersebut dalam beberapa hal Boen Tek Bio banyak membuat program-program yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Adapun nilai-nilai budaya dan kebijakan dari Khonghucu yang menjadi dasar bagi pijakan akulturasi

Page 302: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah282

Saat ini perguruan Setia Bhakti telah memiliki 6 Unit sekolah yaitu : TK Confucius yang didirikan pada tahun 1973, PLAY GROUP yang didirikan pada tahun 2007, SD Setia Bhakti yang didirikan pada tahun 1974, SMP Setia Bhakti yang didirikan pada tahun 1978 SMK Setia Bhakti yang dirikan pada tahun 1999 dan SMA "Unggul" Setia Bhakti yang didirikan pada tahun Juli 2003.

Beberapa hal yang menarik dari perguruan Setia Bhakti tersebut adalah; disamping murid-muridnya dari berbagai kalangan dan berbagai agama serta etnis, para pengajarnyan sangat beragam. Meskipun sekolah tersebut adalah sekolah milik umat Khonghucu. Ida Karini Ningsih (muslim dan berjilbab) misalnya adalah pengajar matematika di sekolah tersebut. Begitupun Maria Sri Jastuti (Katolik) adalah pengajar ilmu sosial. Beliau berdua mengatakan bahwa puluhan tahun mengajar di perguruan Setia Bakti merasakan nyaman dan in group dengan keragaman etnis, agama dan budaya di dalamnya (hasil wawancara dengan informan tanggal 18 Mei 2015).

Adapun beberapa prinsip moral dan kebaikan dalam sekolah tersebut dapat dijadikan nilai-nilai yang bisa difahami bersama, seperti nilai-nilai kejujuran, kebajikan dst. Sebagaimana terlihat dalam logo dan simbol di sekolah tersebut yang bermakna:

1. Genta rohani (Mu Duo) melambangkan pribadi/tokoh Nabi Kongzi atau Confucius (latin) sebagai Nabi Utusan TIAN (Tuhan) yang mencanangkan Firman TIAN (Tuhan) agar manusia hidup di Jalan Suci, menggemilangkan dan mengamalkan kebajikan sebaik-baiknya. Genta melambangkan panggilan rohani dari Tuhan bagi manusia untuk hidup seturut Firman TIAN (Tuhan). Panggilan

Page 303: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 283

rohani ditanggapi dengan kesadaran manusia untuk menegakkan Firman (Li Ming) dan merawat Watak Sejati (Yang Xing). Warna biru pada genta merupakan unsur air yang melambangkan aktualisasi diri manusia untuk menjadi bijaksana dengan menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat sehingga mampu membina diri (Xiu Shen).

2. Buku melambangkan ilmu pengetahuan. Pada lambang asli Ru-Khonghucu dalam genta terdapat gambar Qilin dengan tulisan dalam huruf Kitab yang berbunyi Zhong Shu, artinya Satya (Zhong) dan Tepasalira (Shu), satu prinsip yang menembusi semua. Satya menunjuk pada hubungan manusia dengan Tuhan. Tepasalira menunjuk pada hubungan manusia dengan sesama.

3. Lingkaran yang melingkupi genta rohani dan buku melambangkan kebulatan tekad atau komitmen melayani pendidikan yang mengedepankan pembentukan watak sejati (kebajikan) dan ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lingkaran menyerupai bola dunia (globe) melambangkan komitmen Perguruan Setia Bhakti untuk mewujudkan pendidikan berwawasan global.

4. Warna putih pada lingkaran melambangkan kodrat manusia yang pada hakikatnya baik adanya. Oleh karenanya proses pendidikan menjadi mungkin untuk dilakukan dalam rangka membentuk insan yang penuh kebajikan (Tek) dan berpengetahuan (Boen).

5. Tulisan Perguruan Setia Bhakti merupakan identitas lembaga / institusi sebagai penyelenggara pendidikan. Setia (satya) menunjuk hubungan manusia dengan

Saat ini perguruan Setia Bhakti telah memiliki 6 Unit sekolah yaitu : TK Confucius yang didirikan pada tahun 1973, PLAY GROUP yang didirikan pada tahun 2007, SD Setia Bhakti yang didirikan pada tahun 1974, SMP Setia Bhakti yang didirikan pada tahun 1978 SMK Setia Bhakti yang dirikan pada tahun 1999 dan SMA "Unggul" Setia Bhakti yang didirikan pada tahun Juli 2003.

Beberapa hal yang menarik dari perguruan Setia Bhakti tersebut adalah; disamping murid-muridnya dari berbagai kalangan dan berbagai agama serta etnis, para pengajarnyan sangat beragam. Meskipun sekolah tersebut adalah sekolah milik umat Khonghucu. Ida Karini Ningsih (muslim dan berjilbab) misalnya adalah pengajar matematika di sekolah tersebut. Begitupun Maria Sri Jastuti (Katolik) adalah pengajar ilmu sosial. Beliau berdua mengatakan bahwa puluhan tahun mengajar di perguruan Setia Bakti merasakan nyaman dan in group dengan keragaman etnis, agama dan budaya di dalamnya (hasil wawancara dengan informan tanggal 18 Mei 2015).

Adapun beberapa prinsip moral dan kebaikan dalam sekolah tersebut dapat dijadikan nilai-nilai yang bisa difahami bersama, seperti nilai-nilai kejujuran, kebajikan dst. Sebagaimana terlihat dalam logo dan simbol di sekolah tersebut yang bermakna:

1. Genta rohani (Mu Duo) melambangkan pribadi/tokoh Nabi Kongzi atau Confucius (latin) sebagai Nabi Utusan TIAN (Tuhan) yang mencanangkan Firman TIAN (Tuhan) agar manusia hidup di Jalan Suci, menggemilangkan dan mengamalkan kebajikan sebaik-baiknya. Genta melambangkan panggilan rohani dari Tuhan bagi manusia untuk hidup seturut Firman TIAN (Tuhan). Panggilan

Page 304: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah284

Penciptanya, sedangkan Bhakti menunjukkan karya nyata yang dilandasi oleh kesetiaan manusia pada Tuhan. Warna merah pada tulisan melambangkan semangat/gairah, keberhasilan dan kebahagiaan manusia. Tulisan Tangerang merupakan domisili Perguruan Setia Bhakti sekaligus mengingatkan kita pada misi Perguruan Setia Bhakti untuk mewujudkan pendidikan berbasis kearifan lokal.

6. Warna kuning yang menjadi warna dasar (background) logo melambangkan kemuliaan martabat dan hidup manusia.

7. Segi lima bergaris tipis melambangkan lima kebajikan konfusiani yaitu cinta kasih (ren), kebenaran (yi), susila (li), bijaksana (zhi), dan dapat dipercaya (xin) sekaligus menunjuk pada lima hubungan konfusiani (Wu Lun/Wu Da Dao) meliputi hubungan atasan dengan bawahan, orang tua dengan anak, suami dengan steri, kakak dengan adik, dan kawan dengan sahabat.

8. Segi lima bergaris tebal melambangkan lima asas yang terdapat dasar negara (Pancasila) dan mengingatkan kita pada lambang pendidikan nasional (Tut Wuri Handayani) yang menyatakan bahwa Perguruan Setia Bhakti mengacu pada sistem pendidikan nasional yang berasaskan Pancasila.

9. Warna hitam pada garis terluar segi lima melambangkan kekuataan dan ketegasan Perguruan Setia Bhakti mewujudkan lima kebajikan dan lima hubungan konfusiani dengan mengacu pada pendidikan nasional yang berasaskan Pancasila

Page 305: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 285

Masjid Kali Pasir: Irisan Kecil Minoritas dalam Etnis Minoritas

Di antara warga komunitas Cina benteng itu terdapat warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Menurut salah satu sumber data yang kami dapatkan, jumlah mereka yang memeluk agama Islam sekitar 3.000 jiwa, dari sekitar 500.000 warga keturunan Tionghoa pendudukTangerang. Ini berarti terdapat komunitas Tionghoa Muslim di antara komunitas Cina Benteng. Keberadaan warga Tionghoa Muslim merupakan sebuah fenomena minoritas dalam etnis minoritas, menganut agama mayoritas.

Salah satu yang unik dari khazanah yang ada yang menggambar relasi etnis Tionghoa dengan Muslim pribumi di lokasi Cina Benteng ini adalah keberadaan Masjid Kali Pasir. Masjid ini dibangun bersebelahan dengan Klenteng Boen Tek Bio. Masjid yang berukuran sekitar 288 meter persegi ini didirikan pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamit Wijaya yang berasal dari Kahuripan Bogor. Awalnya, Tumenggung Pamit Wijaya ingin melakukan syiar Islam dari Kesultanan Cirebon ke wilayah Banten. Namun, ia singgah di Tangerang dan mendirikan sebuah masjid. Pembangunan masjid dilakukan oleh warga Muslim sekitar dan dibantu oleh warga Tionghoa. Pada tahun 1712 kepengurusan masjid dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Raden Bagus Uning Wiradilaga. Masjid ini sudah berkali-kali direnovasi, tetapi bangunannya masih bergaya Arab, Tionghoa dan Eropa. Saat ini, hanya dua sisi arsitektur yang masih tetap utuh dipertahankan, yaitu empat tiang di dalam masjid dan kubah kecil bermotif Cina. Tiang tersebut terbuat dari kayu dan tampak mulai keropos sehingga harus disanggah dengan sejumlah besi.

Penciptanya, sedangkan Bhakti menunjukkan karya nyata yang dilandasi oleh kesetiaan manusia pada Tuhan. Warna merah pada tulisan melambangkan semangat/gairah, keberhasilan dan kebahagiaan manusia. Tulisan Tangerang merupakan domisili Perguruan Setia Bhakti sekaligus mengingatkan kita pada misi Perguruan Setia Bhakti untuk mewujudkan pendidikan berbasis kearifan lokal.

6. Warna kuning yang menjadi warna dasar (background) logo melambangkan kemuliaan martabat dan hidup manusia.

7. Segi lima bergaris tipis melambangkan lima kebajikan konfusiani yaitu cinta kasih (ren), kebenaran (yi), susila (li), bijaksana (zhi), dan dapat dipercaya (xin) sekaligus menunjuk pada lima hubungan konfusiani (Wu Lun/Wu Da Dao) meliputi hubungan atasan dengan bawahan, orang tua dengan anak, suami dengan steri, kakak dengan adik, dan kawan dengan sahabat.

8. Segi lima bergaris tebal melambangkan lima asas yang terdapat dasar negara (Pancasila) dan mengingatkan kita pada lambang pendidikan nasional (Tut Wuri Handayani) yang menyatakan bahwa Perguruan Setia Bhakti mengacu pada sistem pendidikan nasional yang berasaskan Pancasila.

9. Warna hitam pada garis terluar segi lima melambangkan kekuataan dan ketegasan Perguruan Setia Bhakti mewujudkan lima kebajikan dan lima hubungan konfusiani dengan mengacu pada pendidikan nasional yang berasaskan Pancasila

Page 306: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah286

Di belakang masjid ini terdapat makam Bupati Tangerang, Raden H Ahmad Penna. Akan tetapi, keberadaan makam tokoh Tangerang ini tidak banyak diketahui masyarakat umum. Selain itu, keberadaan makam juga kurang terawat dengan baik.

Semenjak dibangun pada tahun 1700-an, Masjid Kali Pasir telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pertama kali dipugar oleh Idar Dilaga pada tahun 1830. Pada saat itu bagian yang dipugar hanya bagian yang sudah keropos saja. Kemudian pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1904, yaitu pada bagian menara. Sedangkan pemugaran ketiga dilakukan pada 24 April 1959 pada bagian masjid dan menara juga tidak luput dari pemugaran. Terakhir, pemugaran dilakukan pada tahun 1961. Pada saat pemugaran yang terakhir ini, hanya menyisakan beberapa bangunan aslinya. Sedangkan menara bukan lagi bawaan aslinya.

Selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid Kali Pasir memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masjid ini menjadi tempat akulturasi budaya dan saksi perjuangan anak bangsa melawan penjajah. Dari segi bangunan, menara masjid ini mirip dengan pagoda Tiongkok. Ada juga acara tahunan yaitu berupa arak-arakan minitur perahu yang digelar oleh masjid ini dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad. Arakan perahu dilakukan sebagai simbol tibanya para sesepuh Islam di Sungai Cisadane Kota Tangerang. Arakan tersebut dimulai sejak tahun 1926 dengan mengisi perahu dengan berbagai buah-buahan. Hal unik lain adalah bentuk saf yang miring dibandingkan dengan arah masjid. Bentuk saf tersebut ada sejak awal pendirian masjid. Hal ini dikarenakan jika masjid dibangun sesuai arah kiblat maka rumah di sekitar masjid akan terbongkar.

Page 307: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 287

Nuansa relasi yang harmoni antara warga keturunan Tionghoa yang Muslim dengan warga Tionghoa non Muslim di Cina Benteng nampak dalam suasana lebaran (idul Fitri). Puluhan warga Muslim keturunan Tionghoa di Tangerang yang biasa di kenal sebagai Cina Benteng merayakan Lebaran. Rata-rata mereka telah memeluk agama Islam sejak puluhan tahun lalu secara turun temurun. Tidak jauh berbeda dengan warga Muslim pribumi lainnya saat merayakan Lebaran, Muslim Tionghoa juga melakukan hal yang sama. Seperti melaksanakan Sholat Ied di Masjid yang ada di Kota Tangerang dan menyediakan makanan khas Lebaran seperti ketupat dan kue-kue Lebaran lainnya.

Saat Idul Fitri, selain mengunjungi sanak saudara dan tetangganya yang beragama Muslim dan pribumi, warga Tionghoa Muslim Cina Benteng mengaku di datangi oleh saudaranya yang beragama Budha dan Katolik untuk sekedar mengucapkan selamat Idul Fitri. Rasa damai dan toleransi dirasakan oleh warga Cina Benteng di Hari Lebaran. Hal tersebut ditegaskan juga oleh bapak Abu Bakar (etnis Sunda) salah seorang pengurus bagian Humas dan Kepemudaan masjid Kali Pasir. Beliau menjelaskan bahwa tidak pernah ada konflik keagamaan maupun etnis di lingkungan masjid Kali Pasir dan Boen Tek Bio, karena ada pola komunikasi dan relasi yang baik antara komunitas muslim dan Khonghucu di kota Tangerang. Jika ada yang mencoba membuat provokasi-provokasi untuk memecah belah maka akan segera diadakan rapat para pemuka agama dan masyarakat sehingga potensi konflik dapat di antisipasi sedini mungkin. Disebutkan juga bahwa Boen Tek Bio pada bulan Ramadan seringkali melakukan “ Buka Bersama” dengan umat muslim dan santri-santri. (Hasil wawancara dengan informan tanggal 20 Mei 2015)

Di belakang masjid ini terdapat makam Bupati Tangerang, Raden H Ahmad Penna. Akan tetapi, keberadaan makam tokoh Tangerang ini tidak banyak diketahui masyarakat umum. Selain itu, keberadaan makam juga kurang terawat dengan baik.

Semenjak dibangun pada tahun 1700-an, Masjid Kali Pasir telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pertama kali dipugar oleh Idar Dilaga pada tahun 1830. Pada saat itu bagian yang dipugar hanya bagian yang sudah keropos saja. Kemudian pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1904, yaitu pada bagian menara. Sedangkan pemugaran ketiga dilakukan pada 24 April 1959 pada bagian masjid dan menara juga tidak luput dari pemugaran. Terakhir, pemugaran dilakukan pada tahun 1961. Pada saat pemugaran yang terakhir ini, hanya menyisakan beberapa bangunan aslinya. Sedangkan menara bukan lagi bawaan aslinya.

Selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid Kali Pasir memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masjid ini menjadi tempat akulturasi budaya dan saksi perjuangan anak bangsa melawan penjajah. Dari segi bangunan, menara masjid ini mirip dengan pagoda Tiongkok. Ada juga acara tahunan yaitu berupa arak-arakan minitur perahu yang digelar oleh masjid ini dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad. Arakan perahu dilakukan sebagai simbol tibanya para sesepuh Islam di Sungai Cisadane Kota Tangerang. Arakan tersebut dimulai sejak tahun 1926 dengan mengisi perahu dengan berbagai buah-buahan. Hal unik lain adalah bentuk saf yang miring dibandingkan dengan arah masjid. Bentuk saf tersebut ada sejak awal pendirian masjid. Hal ini dikarenakan jika masjid dibangun sesuai arah kiblat maka rumah di sekitar masjid akan terbongkar.

Page 308: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah288

Hadirnya keharmonisan di saat lebaran di satu sisi adalah satu hal yang menujukan pola relasi yang menggembirakan. Hal tersebut di atas juga dapat dibaca sebagai data yang menunjukan bahwa warga Tionghoa yang memeluk agama Islam di Cina benteng adalah komunitas minoritas yang lain; minoritas dalam minoritas. Meski terkesan ada yang paradoks ketika warga Tionghoa awal masuk wilayah nusantara yang hampir bersamaan dengan ekpedisi Ceng Ho yang muslim dan berhasil membesarkan pengaruh Islamnya di Nusantara, justru beberapa abad kemudian hingga saat ini tapi masih terasa ada jarak antara Islam dengan warga keturunan. Beberapa sosiolog menduga bahwa politik devide et impera yang dilakukan kekuatan imperialis Belanda di Indonesia cukup efektif memisahkan wacana Islam dari warga keturunan.

Baru belakangan komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia kurang lebih setelah tahun 1990-an berani menunjukkan identitasnya. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan dipublikasikannya beberapa masjid seperti Masjid Laotze di Jakarta dan di Bandung dan belakangan di beberapa kota seperti Surabaya, Kalimantan Timur, Banjarnegara, Jawa Tengah, masjid-masjid yang berasitektur Tionghoa tersebut menamakan masjid mereka sebagai masjid Ceng Ho.

Page 309: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 289

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disimpulkan beberapa hal penting bahwa; Keberadaan komunitas Cina Benteng di Tangerang memiliki sejarah yang sangat panjang dan memiliki titik simpul-simpul dengan sejarah diaspora Tionghoa secara umum. Beberapa peninggalan yang sangat berharga di Kota Tangerang menujukan eksistensi Cina benteng yang sangat berharga dan memiliki keunikan yang tinggi.

Akulturasi yang dilakukan oleh komunitas Cina benteng berhasil membuat suasana yang lebih inklusif dan terbuka di Kota Tangerang meskipun struktur masyarakat kota Tangerang adalah masyarakat yang sangat beragam dan multi dimensional secara etnik, budaya dan sosial keagamaan.

Konstruksi pola relasi di antara Komunitas Cina Tangerang dan komunitas etnis keagamaan lainnya memiliki pola yang bridging. Dalam teori Francis Fukuyama itu artinya; Modal sosial ditransmisikan melalui mekanisme - mekanisme kultural seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah (Fukuyama, 2000). Di mana modal sosial dibutuhkan untuk menciptakan jenis komunitas moral yang tidak bisa diperoleh seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah komunitas dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan.

Hadirnya keharmonisan di saat lebaran di satu sisi adalah satu hal yang menujukan pola relasi yang menggembirakan. Hal tersebut di atas juga dapat dibaca sebagai data yang menunjukan bahwa warga Tionghoa yang memeluk agama Islam di Cina benteng adalah komunitas minoritas yang lain; minoritas dalam minoritas. Meski terkesan ada yang paradoks ketika warga Tionghoa awal masuk wilayah nusantara yang hampir bersamaan dengan ekpedisi Ceng Ho yang muslim dan berhasil membesarkan pengaruh Islamnya di Nusantara, justru beberapa abad kemudian hingga saat ini tapi masih terasa ada jarak antara Islam dengan warga keturunan. Beberapa sosiolog menduga bahwa politik devide et impera yang dilakukan kekuatan imperialis Belanda di Indonesia cukup efektif memisahkan wacana Islam dari warga keturunan.

Baru belakangan komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia kurang lebih setelah tahun 1990-an berani menunjukkan identitasnya. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan dipublikasikannya beberapa masjid seperti Masjid Laotze di Jakarta dan di Bandung dan belakangan di beberapa kota seperti Surabaya, Kalimantan Timur, Banjarnegara, Jawa Tengah, masjid-masjid yang berasitektur Tionghoa tersebut menamakan masjid mereka sebagai masjid Ceng Ho.

Page 310: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah290

Rekomendasi

Penelitian ini merekomendasikan adanya sebuah kajian khusus budaya yang lebih mendalam dan detail dalam perspektif antropologis terkait komunitas Khonghucu Cina Benteng di Kota Tangerang.

Page 311: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 291

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka:

Arif, Muhamad. Model Kerukunan Sosial Pada Masyarakat Multikultural Cina Benteng (Kajian Historis Dan Sosiologis), Sosio Didaktika, : Vol. 1, No. 1 Mei 2014

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press

Adi, Widodo, ”Gambang Kromong Teluk Naga”. Harian Kompas, Selasa 1 Desember 2009.

Erisca, Nandita. 2008. Kelenteng Tanjung Kait (Tinjauan Arsitektural dan Ornamentasi)., Depok, Universitas Indonesia

Fukuyama, Francis, Trust: The Sosial Virtues and The Creation of Prosperity, Free Press, 1995

Geertz, Clifford, The intrepetation of Cultures, Basic Book’s, Inc, 1973

Hayat, Bahrul. 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri

Koentjaraningrat, 1984. Budaya Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka

______, dkk., 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres bekerjasama dengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Kohn, Livia, Early Chinese Mysticism; Philosophy And Soteriology in Taoist Tradition, Princeton University Press, 1992

Rekomendasi

Penelitian ini merekomendasikan adanya sebuah kajian khusus budaya yang lebih mendalam dan detail dalam perspektif antropologis terkait komunitas Khonghucu Cina Benteng di Kota Tangerang.

Page 312: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah292

Liji, Liang. 2012. Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategis; 2.000 Tahun Perjalanan Tiongkok-Indonesia. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Outhwaite, William (Ed). Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern, Blackwell publishing

Popper, Karl, Masyarakat Terbuka dan Musuh-Musuhnya; Pustaka Pelajar, cet.ii , 2008

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali.

Saputro, Endy (ed). 2011. Pluralisme Kewarganegaraan; Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Jakarta : Mizan

SI SHU (Kitab Yang Empat ); Kitab Suci Agama Khonghucu

Sugianta, A. 2012. Analisa Perubahan Sosial Masyarakat Sawan Lebak Wangi (Perbandingan Era Reformasi dan Orde Baru). Jakarta: Universitas Bina Nusantara

Varshney, Ashutosh, 2009. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj. Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama

Wijayakusuma, Hembing (Ed). 2007. Muslim Tionghoa, Cheng Ho, Jakarta : Pustaka Popular Obor

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008

Page 313: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 293

Internet:

Lebaran Bersama Cina Benteng Tangerang. https://senyumislam.wordpress.com /2012/12/20/lebaran-bersama-Cina-benteng-tangerang/

Sekilas Mengenai Ciben / Cina Benteng. -http://santamargita.-blogspot.com/2011/04/sekilas-mengenai-cibenCina-benteng.html

Okezone.com. Puluhan Warga Cina Benteng Rayakan Lebaran, Kamis, 2 Oktober 2008 -http://news.okezone.com/-read/2008/10/02/1/150629/ akses 30 Agustus 2015

Viva.com. Hikayat Kemiskinan Cina Benteng, Viva.co.id, 31 Januari 2014

Profil Kota tangerang, www.depdagri.go.id

Monografi Kelurahan Sukasari, tahun 2010.

http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-kota/7579-angan-angan-kota-tangerang-unya-ikon-Cina town.html akses 30 Agustus 2015

http://www.Jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3870/Boen-Tek-Bio-Klenteng akses tagl 30 Agustus 2015

Liji, Liang. 2012. Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategis; 2.000 Tahun Perjalanan Tiongkok-Indonesia. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Moleong, Lexy J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Outhwaite, William (Ed). Ensiklopedi Pemikiran Sosial Modern, Blackwell publishing

Popper, Karl, Masyarakat Terbuka dan Musuh-Musuhnya; Pustaka Pelajar, cet.ii , 2008

Reading, Hugo F., 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali.

Saputro, Endy (ed). 2011. Pluralisme Kewarganegaraan; Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Jakarta : Mizan

SI SHU (Kitab Yang Empat ); Kitab Suci Agama Khonghucu

Sugianta, A. 2012. Analisa Perubahan Sosial Masyarakat Sawan Lebak Wangi (Perbandingan Era Reformasi dan Orde Baru). Jakarta: Universitas Bina Nusantara

Varshney, Ashutosh, 2009. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil Pengalaman India, (ptj. Siti Aisah dkk.). Jakarta: Balai Libang Agama, Departemen Agama

Wijayakusuma, Hembing (Ed). 2007. Muslim Tionghoa, Cheng Ho, Jakarta : Pustaka Popular Obor

Yuwono, Dandung Budi, 8002. ‘Wayame: Gerakan Multikultural di Tengah Konflik Ambon’, Harmoni, Vol. VII, No. 27, Juli-September 2008

Page 314: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah294

Page 315: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah 295

INDEKS

Abisai Dito Taruno, 34, 35, 40, 43, 45, 48, 87

Belanda, 2, 34, 38, 39, 40, 41, 47, 56, 93, 121, 122, 131, 132, 133, 202, 223, 262, 267, 269, 272, 273, 288

Benteng Makassar, 267, 277 Cina benteng, 271, 272, 278,

281, 285, 288, 289 Cina Town, 278, 279, 280 Conrad Laurent Coolen, 38 Dalihan na tolu, 140, 141 Diponegoro, 34, 39, 40, 43 Enos Singo Taruno, 34, 40,

43, 87 Fakta, 130 Festival patrol, 53 Festival Prakarsa Rakyat,

24 FKUB, 16, 138, 141, 144,

146, 189, 239, 252, 253 Gerakan Rakyat Indonesia,

165 GIDI, 151 Gubernur Jenderal

Valkenier, 266 Imlek, 270, 274, 275, 281 Informasi, 125 Kabupaten Ende, 232, 233,

240, 241, 242, 243, 244,

245, 246, 247, 249, 250, 253, 254, 260

Kabupaten Gunungkidul, 161, 162

Kabupaten Jombang, 18, 19, 23, 24, 25, 30, 49, 62, 63, 70, 104

Kabupaten Magelang, 181, 185, 188, 196, 197, 198, 207

Kabupaten Tangerang, 264 Kearifan lokal, 6, 85, 86, 87,

249, 252 Kecamatan Mojowarno, 17,

19, 20, 21, 26, 29, 30, 31, 49, 114

Kecamatan Muntilan, 188, 196, 197, 199, 207, 213, 219

Kecamatan Panggang, 152, 153, 157, 160, 162, 164, 172, 182

Kedai kopi, 142 Kelenteng Boen Tek Bio,

276 Kelompok kesenian rakyat,

214 Kelompok tani, 213 Kesbang Linmas, 129, 143 Kesepakatan sosial, 112

Page 316: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota

Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah296

Klub olah raga, 96 Komisi Pembinaan

Pemuda Mahasiswa (KPPM), 24, 63, 98

Konversi agama, 65 Koperasi, 253, 254 Kota Pematangsiantar, 131,

132, 133, 134, 135 Kota Tangerang, 263, 267,

277, 278, 279, 281, 286, 287, 289, 290

Kristenisasi, 154 Majelis Buddhayana

Indonesia, 166, 174 Nahdlatul Ulama, 63, 170,

220 Negeri Gung, 198 NICA, 272, 273 Orang Muda Katolik

(OMK), 203 Organisasi

Kemasyarakatan Muhammadiyah, 208

Organisasi Kepemudaan Mawarno, 23

Panglima Cheng Ho, 267 Patunggilan Kang Nyawiji,

48 Paulus Tosari, 45, 115, 116 Perguruan Setia Bhakti,

281, 283, 284 Permainan anak-anak, 143

Poh An Tuy, 272, 273 Portugis, 245, 262 Potensi konflik, 78, 79, 80 Pranata hukum, 251 Raja Sang Nauwaluh, 120,

121, 122, 132 Relasi Asosiasional, 94 Relasi Quotidian, 98 Riyaya Undhuh-undhuh, 18,

27, 52, 54, 57, 58, 59, 62, 103

Rumah Sakit Kristen Mojowarno (RSKM), 24, 95

Sejarah, 129 Sendang Sono, 202 Sintud Duror, 52, 109 The Ten Comandements,

71, 91 Tingkat religiusitas, 50 Tome Pires, 262 Tradisi Natal, 102 Vihara Bhakri Wira

Dharma, 167 Vihara Dharma Ratna, 168 Vihara Giri Surya, 173 Vihara Padumuttara, 271 Yayasan Kanisius, 225 Yayasan Marsudirini, 224 Yayasan Pangudi Luhur,

224

Page 317: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota
Page 318: RELASI ANTARUMAT DI BERBAGAI DAERAH · PDF fileDilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan ... perda syariah, sampai isu penolakan ... dengan umat Khonghucu di Kota