49
BLOK IV MODUL 3 ADAPTASI, CEDERA, dan KEMATIAN SEL KELOMPOK 4 Tutor : drg. Franky Oscar, Sp.BM Ketua : Metta Shanti (1212007) Sekretaris : Astuti Nadapdap (1212030) Anggota : Eries Sejahtera (1012007) Sharon Amelia Siantar (1212002) Jessica Noviana (1212006) Dhinda Delima Hasdah F (1212021) Lucia Trinovena Lasse (1212031) Agnesia Handriana (1212032) Khairani Puteri (1212039)

Respon Seluler Terhadap Jejas

Embed Size (px)

Citation preview

BLOK IV

MODUL 3

ADAPTASI, CEDERA, dan KEMATIAN SEL

KELOMPOK 4

Tutor : drg. Franky Oscar, Sp.BM

Ketua : Metta Shanti (1212007)

Sekretaris : Astuti Nadapdap (1212030)

Anggota :

Eries Sejahtera (1012007)

Sharon Amelia Siantar (1212002)

Jessica Noviana (1212006)

Dhinda Delima Hasdah F (1212021)

Lucia Trinovena Lasse (1212031)

Agnesia Handriana (1212032)

Khairani Puteri (1212039)

Freiza Nabila (1212040)

Fendy Chahyadi (1212041)

M. Iqbal R (1212042)

Program Studi Kedokteran Gigi

Universitas Kristen Maranatha

Bandung

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas

bimbingan-Nya sehingga makalah “Adaptasi, Cidera, dan Kematian sel”

dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

pelaksanaan penyempurnaan tugas makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial modul

ketiga pada blok empat. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah

berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan

dan keseriusan sehingga besar harapan kami di kemudian hari makalah ini

bisa membantu orang-orang yang membutuhkannya. Kami juga menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat

menerima apabila ada kritik, saran, serta masukan yang membangun guna

perbaikan di masa yang akan datang .

Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih

atas perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan

dengan baik. Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik

makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.

Tim Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar isi ................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................1-4

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1-2

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2

1.3 Analisis Masalah..................................................................................2

1.4 Tujuan Pembelajaran ..........................................................................3

1.5 Terminologi..........................................................................................3-4

BAB II Isi.............................................................................................................5-28

2.1 Sel ......................................................................................................5-9

2.2 Otot polos, otot skelet, dan otot jantung…..……..............................9-12

2.3 Histologi pembuluh darah…………………...……………..............12-15

2.4 Sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi………………………....15-21

2.5 Definisi dan Etiologi jejas………………………….…………....…21-22

2.6 Bentuk Adaptasi Sel……………………………….…………..…..23-25

2.7 Respon sel terhadap jejas………………………………...………...25-28

BAB III Kesimpulan ........................................................................................29

BAB IV Daftar Pustaka.....................................................................................30

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ( Skenario)

Tn. S, usia 60 tahun adalah seorang penderita post-stroke pada oatak

kanan karena

iskemia . Tn. S didiagnosis stroke sejak 3 bulan yang lalu dan kini tengah

menjalani program rehabilitasi untuk memulihankan keadaannya.

Pemeriksaan Fisik:

Tanda Vital : Tekanan darah : 160/85mmHg, Respirasi : 20x/menit, Nadi :

80x/menit, Suhu : 37oC

Status Generalis :

Kepala: conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Leher : dalam bats normal

Thorax :

Pulmo dalam bats normal

Jantung : bunyi jantung murmur (+), bats jantung kiri (tepat

pada linea axillaris anterior)

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas :

Reflex fisiologis +/

Reflex patologis -/+

Atrofi pada lengan dan tungkai kiri (+)

4

Laboratorium :

Glukosa puasa : 90 mg/dL

Glukosa darah 2 jam pp : 110 mg/dL

Kolesterol total : 250 mg/dL

Kolesterol LDL : 140 mg/dL

Kolesterol HDL : 40 mg/dL

Trigliserida : 145 mg/dL

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah setiap penderita stroke yang menjalani rehabilitasi dapat

pulih sepenuhnya?

1.2.2 Mengapa orang stroke mengalami atrofi?

1.2.3 Adakah hubungan hipertensi dengan stroke?

1.2.4 Apa saja penyebab dari iskemia?

1.2.5 Apakah dari pemeriksaan tanda vital ada keadaan yang tidak

normal?

1.2.6 Apa hubungan hipertensi dengan kolesterol?

1.3 Analisis Masalah

1.3.1 Belum tentu dapat pulih sepenuhnya

1.3.2 Karena otot penderita jarang digunakan

1.3.3 Ada,karena tekanan pembuluh darah yang tinggi menyebabkan

pecahnya pembuluh darah

1.3.4 Diduga karena kolesterol yang tinggi

1.3.5 Ada, pada pemeriksaan tekanan darah penderita di dapat tidak

normal

5

1.4 Tujuan Pembelajaran

1.4.1 Terminologi

1.4.2 Mengetahui Sel, Organel Sel, serta fungsinya

1.4.3 Mengetahui Jaringan Otot

1.4.4 Mengetahui sistem sirkulasi

1.4.5 Menjelaskan definisi jejas

1.4.6 Etiologi jejas

1.4.7 Menjelaskan bentuk-bentuk adaptasi sel

1.4.8 Menjelaskan respon terhadap jejas (kematian sel)

1.5 Terminologi

1.5.1 Post-stroke: fase setelah stroke (suatu kondisi dimana terjadi

gangguan otak yang bersifat global, yang menyebabkan kecacatan

bahkan kematian, dimana penyebab timbul lebih dari 24 jam dan

penyebabnya adalah gangguan pembuluh darah yang menuju otak

atau di daerah otak).

1.5.2 Iskemia: defisiensi darah terhadap suatu bagian, biasanya akibat

konstriksi fungsional atau obstruksi pembuluh darah.

1.5.3 Conjunctiva anemis: conjunctiva yang berwarna pucat (anemis:

penurunan jumlah eritrosit dan kuantitas hemoglobin dalam darah

yang dibawah normal).

1.5.4 Sclera ikterik: sclera (lapisan luar bola mata yang liat dan normalnya

berwarna putih) yang berwarna kekuningan (ikterik: perubahan

warna kuning pada kulit, selaput lender dan bagian putih mata yang

disebabkan oleh peningkatan jumlah bilirubin di dalam darah).

1.5.5 Murmur: bunyi auskultasi, terutama bunyi periodic berdurasi singkat

berasal dari jantung atau pembuluh darah.

1.5.6 Kolesterol LDL: low-density lipoprotein; adalah lemak yang

berlebih yang tidak dapat diserap lagi, sehingga disebut lemak jahat.

(batas normal: < 130 mg/dL).

6

1.5.7 Kolesterol HDL: high-density lipoprotein; adalah kolesterol baik,

menyerap lemak yang berlebihan (batas normal: > 35 mg/dL).

1.5.8 Pulmo: paru-paru.

1.5.9 Linea axillaris anterior: garis yang melintasi tepi axilla bagian depan

.

1.5.10 Atrofi: pengecilan ukuran sel, jaringan, organ atau bagian tubuh.

1.5.11 Jejas:keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk

mempertahankan keadaan homeostatis tubuh yang normal.

7

BAB II

ISI

2.1 Struktur Sel dan Fungsinya

Sel adalah unit terkecil mahluk hidup. Terdapat dua tipe sel yaitu sel

prokariot dan sel eukariot. Perbedaannya adalah adanya membran yang

membungkus inti sel, sehingga membentuk kompartemen. DNA pada prokariot

tidak terorganisasi ke dalam nukleus sejati yang dikelilingi oleh selubung

nuclear atau nuclear envelope. Disamping itu, sel prokariot tidak memiliki

mitokondria dan kloroplas. DNA eukariot terorganisasi dalam nukleus dan

dikelilingi oleh selubung nucleus yang terdiri dari dua membrane bilayer. Tiap

sel dikelilingi oleh plasma membrane yang terbuat dari posfolipid lapis ganda

(bilayer). Dari membrane sel ke arah dalam, merupakan sitoplasma yang terdiri

dari cairan sel dan organel sel.

1. Intisel/nucleus

Inti bertugas mengendalikan semua aktivitas sel mulai metabolisme hingga

pembelahan sel. Pada sel eukariotik,inti diselubungi oleh membran inti

(karioteka) rangkap dua dan berpori.sedangkan pada sel prokariotik inti

tidak memiliki membran. Di dalam inti didapati cairan yang disebut

nukleoplasma, kromosom yang umumnya berupa benang kromatin, dan

anak inti (nukleolus) yang merupakan tempat pembentukan asam

ribonukleat (ARN).

2. Membran sel

Tersusun dari dari lapisan lipoprotein gabungan lemak dan protein. Membran

sel berperan penting untuk proses disiologis yang memungkinkan sel untuk

berkomunikasi dengan lingkunganya. Fungsi membran sel antara lain :

8

- Memelihara konsentrasi larutan sitosol yang berbeda dengan cairan

ekstraselular

- Transport ion, molekul, atau senyawa yang masuk dan keluar dari sel

- Berinteraksi dengan sel yang lainnya

- Tempat reaksi-reaksi imunologis

Struktur membran sel :

- Fosfolipid terdapat dua ruang yaitu ruang ekstraselular dan ruang

intraselular. Pada ruang ekstraselular terdapat fosfatidilkolin, spingomyelin,

glikolipid, kolesteerol, dan karbohidrat, sedangkan pada ruang intraselular

terdapat fosfatidilserin, fosfatidiletanolamin, dan fosfatidilinositol.

- Protein yang terdiri dari protein transmembran (integral) dan protein perifer.

Fungsinya adalah sebagai transporter ion, aktivitas enzimatik, reseptor

permukaan, identifikasi marker sel dan tempat perlekatan sitoskelet.

9

3. Beberapa organel dalam sel adalah:

a) RetikulumEndoplasma.

Retikulum endoplasma berhubungan dengan membrane bagian luar dari

selubung nukleus. Terdapat dua tipe retikulum endoplasma, yaitu

reticulum endoplasma halus dan reticulum endoplasma kasar. Retikulum

endoplasma kasar berada lebih dekat dengan nukleus. Retikulum

endoplasma halus merupakan area transisi dimana molekul kimia seperti

protein yang dibuat oleh sel disimpan di lumen untuk ditransportasikan

ke bagian sel lain. Potongan reticulum endoplasma halus disebut

vesikula yang terpotong dari retikulum endoplasma halus dan berpindah

ke tempat lain dalam sel untuk mentransfer isinya. Retikulum

endoplasma kasar disebut demikian karena memiliki organel yang

menempel pada retikulum endoplasma, yang menyebabkan terlihat kasar

jika dilihat menggunakan mikroskop elektron. Retikulum endoplasma

kasar dan asosiasinya dengan ribosom terlibat di dalam sintesis protein.

b) Ribosom adalah organel yang terlibat langsung dalam sintesis protein.

Terbuat dari RNA dan protein dan dibuat di nukleus (dari sebuah

template DNA), lalu keluar ke sitoplasma untuk melakukan fungsinya.

c) Aparatus golgi atau badan golgi berfungsi sebagai bagian sel pengirim

dan penerima. Material diterima saat vesicle bersatu dengan Golgi

10

apparatus dan dikirimkan ke bagian lain saat vesicle lepas. Material

sementara disimpan pada badan golgi dan beberapa reaksi kimia

selanjutnya terjadi di sana. Aparatus golgi merupakan organel

pendistribusi dan pengiriman untuk produk kimia sel. Aparatus golgi

memodifikasi protein dan lemak yang dibuat di reticulum endoplasma

dan menyiapkannya untuk diekspor ke luar sel.

d) Mitokondria ditemukan pada semua sel eukariot, biasanya dalam jumlah

banyak pada tiap sel. Mitokondria membakar gula untuk bahan

bakar/energy dalam proses respirasi seluler, sehingga mitokondria

disebut sebagai ‘mesin’nya sel. Mitokondria terdiri dari membrane luar

yang halus dan membrane dalam yang berlekuk yang dipisahkan oleh

ruang intermembran. Lekukan pada membrane dalam disebut krista dan

ruang di dalam membrane dalam disebut matrik mitokondria.

e) Lisosom memiliki fungsi utama sebagai pencerna (digestion) dan

mengandung degradative enzymes. Lisosom memecah produk-produk

limbah seluler dan debris dari luar sel menjadi komponen yang

sederhana yang ditransfer ke sitoplasma sebagai bahan materi

membangun sel baru. Lisosom Berbentuk kantong-kantong kecil dan

umumnya berisi enzim pencernaan (hidrolisis) yang berfungsi dalam

peristiwa pencernaan intra sel. Sehubungan dengan bahan yang

dikandungnya lisosom memiliki peran dalam peristiwa: 

o pencernaan intrasel:    mencerna materi yang diambil secara

fagositosis

o eksositosis :pembebasan sekrit keluar sel

o autofagi : penghancuran organel sel yang sudah rusak

o autolisis : penghancuran diri sel dengan cara melepaskan enzim

pencerna dari dalam lisosom ke     dalam sel. Contoh peristiwa ini

adalah proses kematian sel secara sistematis saat pembentukan jari

tangan, atau hilangnya ekor berudu yang mulai beranjak

11

dewasa.Peroksisom merupakan badan mikro, berbentuk spherical

dan terikat oleh membrane tunggal.

f) Peroksisom atau Badan Mikro. Peroksisom merupakan kantong kecil

yang berisi enzim katalase, berfungsi menguraikan peroksida (H2O2)

yang merupakan sisa metabolisme yang bersifat toksik menjadi air dan

oksigen. Organel ini banyak ditemui pada sel hati. Glioksisom adalah

badan mikro pada tumbuhan, berperan dalam proses pengubahan

senyawa lemak menjadi sukrosa.

g) Sitoskeleton : jalur berpindahnya organella pada sel, terdiri dari:

o Mikrotubulus : membentuk pergerakan kromosom, organel, silia, &

flagella.

o Intermediate filament.

o Microfilament: membantu kontraksi otot, bentuk sel, & pergerakan

sitoplasma.

2.2 Jaringan Otot

Jaringat otot mempunyai fungsi untuk menghasilkan gerakan.

Gerakan ini termasuk gerakan tubuh secara keseluruhan maupun gerakan

bagian-bagian tubuh yang satu terhadap yang lain.Sel-sel otot berbentuk

panjang, maka sering juga disebut sebagai serat otot. Tetapi serat otot

berbeda dengan serat kolagen atau elastis karena sel otot mempunyai ini sel,

sehingg sel otot dikategorikan sebagai sel hidup.

Hampir semua jaringan otot berasal dari mesodermal, kecuali M.

Spinchter pupil dan mioepitel yang berasal dari jaringan ectodermal. Di

sekitar kumpulan serat otot, terdapat jadingan fibrosa yang berfungsi untuk

mengikat serat-serat otot dan membantu otot dalam melakukan kontraksi

agar lebih efektif. Di jaringan fibrosa berjalan pula serabut syaraf dan

terdapat pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh darah diperlukan oleh

karena jaringan otot melakukan kerja mekanik, maka membutuhkan suatu

12

jala kapiler yang luas untuk memberi nutrisi dan oksigen dan juga untuk

membuang sisa-sisa metabolisme yang toksik.

Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan dalam 3 kelompok.

1. Otot polos / otot visceral

Memiliki 1 inti di tengah

Berbentuk gelondong

Tidak dipengaruhi oleh kehendak (involunter)

Menanggapi rangsangan secara lambat

Terutama terdapat pada organ-organ berongga (contoh: saluran

pencernaan, pernafasan, dinding pembuluh darah)

Kontraksinya dipengaruhi oleh system syaraf otonom, tetapi ada

juga yang dipengaruhi oleh hormon

Beberapa otot polos juga mempunyai kemampuan untuk mensintesis

protein

2. Otot skelet / otot bercorak

Memiliki banyak inti di tepi

Berbentuk silindris

Dipengaruhi oleh kehendak (volunteer)

Menanggapi rangsangan dengan cepat

Memiliki daerah gelap terang yang tersusun rapi / lurik

Melekat pada tulang atau fascia

Berdasarkan sifat gerakan:

o Gerak antagonis: terjadi apabila otot-otot pendukungnya

bekerja saling berlawanan, yaitu satu otot berkontraksi dan

otot pasangannnya berelaksasi

o Gerak sinergis: Terjadi apabila otot-otot pendukungnya

bekerja saling mendukung. Artinnya, otot-otot tersebut

13

berkontraksi secara bersamaan dan berelaksasi pun secara

bersamaan untuk menghasilkan suatu gerak.

3. Otot jantung

Memiliki banyak inti di tengah

Berbentuk seperti otot lurik, silindris, namun bercabang membentuk

anyaman

Bekerja seperti otot polos, yakni tidak sadar/involunter.

Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini

tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan

satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti

yang terletak di tengah sarkoplasma. 

Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut

juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom.

Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah

lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di

jantung.

Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung

menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.

Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu

pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop. Fungsi

otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.

14

Perbedaan Otot Lurik, Otot Polos, dan Otot Jantung pada Jaringan Otot

2.3 Histologi Pembuluh Darah

2.3.1 Pembuluh Darah Kecil

Arteri kecil / Arteriol

15

Tunika intima:

- Terdiri dari selapis sel endotel.

- pada arteriol yang sangat kecil tidak ditemukan membrana elastika interna.

- membrana elastika interna ditemukan pada arteriol dengan ukuran 40μ atau

lebih.

Tunika media:

- terdiri dari otot polos yang tersusun konsentris 1-5 lapis.

Tunika adventitia:

- terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen dan elastis.

- tidak terdapat mmbrana elastika eksterna.

Vena kecil / Venula

Tunika intima:

- terdiri dari selapis sel endotel.

- tidak didapatkan membrane elastika interna.

Tunika media:

- terdiri atas otot polos.

- pada bagian ini lebih tipis dari pada arteriol.

Tunika adventitia:

- terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis.

2.3.2 Pembuluh Darah Sedang

Arteri sedang / Arteri Muskuler

Tunika intima:

- Terdiri dari selapis sel endotel gepeng.

- sel endotel langsung melekat pada membrana elastika interna.

Tunika media:

16

- Terdiri dari lapisan ototpolos yang tersusun konsentris.

- di bagian luarnya terdapat membrana elastika eksterna yang lebih tipis dari

pada membrana elastika interna.

Tunika adventitia:

- terdiri dari jaringan ikat longgar yang memiliki fibroblast.

- terdapat berkas elastin dan kolagen yang memanjang.

Vena sedang

Tunika Intima:

- Terdiri dari selapis sel endotel gepeng.

- antara tunika intima dan media dibatasi anyaman serabut elastis.

- membrane elastika interna tidak membentuk lapisan yang kontinyu.

Tunika Media:

- lebih tipis dari arteri sedang

- terdiri dari otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh kolagen yang

memanjang.

Tunika Adventitia:

- terdiri dari jaringan ikat longgar dengan berkas-berkas elastin dan kolagen.

- tunika adventitia lebih tebal daripada tunika media.

2.3.2 Pembuluh Darah Besar

Arteri Besar

Tunika intima:

- terdiri dari selapis sel endotel polygonal.

- dibawah endotel terdapat lapisan sub endotel yang berasal dari anyaman

serabut kolagen.

- otot polos dan serabut elastis bercabang yang saling berhubungan

membentuk fibroblast

Tunika media:

17

- terdiri dari lembaran elastis yang konsentris dan berlubang-lubang sehingga

disebut membrana elastika fenestrate

- diantara membrana elastika fenestrate terdapat sel-sel otot polos

- terdapat membrane elastika interna seperti arteri sedang.

Tunika adventitia:

- terdiri dari jaringan ikat longgar

- relative lebih tipis dibandingkan tunika media

- Membrana elastika fenestrate paling luar dapat disebut juga membrana

elastika eksterna.

Vena Besar

Tunika intima:

- terdiri dari selapis sel endotel.

- terdapat jaringan ikat elastis.

Tunika media:

- sangat tipis.

- terdapat sedikit otot polos yang dipisahkan serabut kolagen.

Tunika adventitia:

- Merupakan lapisan utama dari dinding vena besar.

- tebalnya beberapa kali lipat dari tunika medianya.

- terdiri dari berkas – berkas otot polos longitudinal dan juga terdapat

jaringan pengikat.

2.4 Sistem Syaraf

Sistem syaraf dapat dibagi menjadi (1) sistem syaraf pusat/central

nervous system(CNS) (otak, medula spinalis) dan sistem syaraf

tepi/perpheral nervous system(PNS) (peripheral ganglia, syaraf-syaraf,

akhiran syaraf yang menghubungkan ganglia dengan SSP dan reseptor dan

effektor tubuh). SSP dan SST mempunyai morfologi dan fisiologis yang

berbeda.

18

Gambar : SSP dan SST

2.4.1 Sistem Syaraf Pusat (Central Nervous System)

Sistem syaraf pusat mengkoordinir susunan syaraf somatis/sadar dan

susunan syaraf otonom dalam mengatur fungsi tubuh. SSP disusun oleh

otak dan medula spinalis, keduanya berkembang dari neural tube dan

embryo. Komponen dasar SSP adalah neuron dan glia(oligodendroglia,

astrocytes, sel ependym dan microglia).

Sel Syaraf Utama

Neuron, terdiri dari badan sel saraf dengan tonjolan yang disebut

dendrit sebuah axon, selubung myelin, berkomunikasi satu dengan lainnya

melalui sinaps dengan perantaraan neurotransmiter. Neuroglia, yang

jumlahnya sekitar lima kali lipat dari jumlah neuron, merupakan sel yang

menyokong, mengisolasi, dan memberi nutrisi untuk jaringan saraf. Pada

susunan saraf pusat, neuroglia terdiri dari oligodendroglia, astrocytes, sel

ependym dan microglia

19

Gambar : komponen neuron

Otak

Bagian dari otak adalah belahan serebral, cerebellum, dan truncus

cerebri. Belahan cerebral terdiri dari bagian luar atau substansia

grisea(berwarna abu-abu), terdiri dari sel-sel tubuh dan bagian dalam, atau

substansia alba (berwarna putih) yang terdiri dari axon-axon, sedangkan

ruangannya diisi oleh cerebrospinal fluid (CSF).

Cerebellum mempunyai dua lobus lateral dan sebuah bagian di

tengahnya. Komponen dari batang otak didefinisikan sebagai diencphalon,

mesencephalon, pons dan medulla. Dalam penggunaan umum, istilah

‘batangotak’ biasanya menunjukkan mesencephalon, pons dan medulla

oblongata.

Medulla spinalis

Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem syaraf pusat yang

terletak superior 2/3 dari canalis vertebra. Medula spinalis merupakan pusat

refleks murni.

Meninges

20

Gambar : meninges

Meninges adalah jaringan ikat yang menutupi dan mengelilingi,

melindungi dan menahan otak dan medula spinalis yang terdapat di cavitas

cranii dan canalis vertebral. Terbentuk dari 3 lapis membran :

Dura mater : lapisan paling luar dan paling tebal

Arachnoidea mater : lapisan lebih dalam dari duramater

Pia mater : lapisan yang menempel pada otak dan medula

spinalis

Meninges dan cairan otak (cerebrospinal fluid/CSF) mengelilingi dan

melindungi SSP.

2.4.2 Sistem Saraf  Tepi (Perifer)

Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem

saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), yang terdiri dari saraf dan

ganglia (tunggal ganglion). Ganglion adalah simpul-simpul saraf yang

berasal dari berbagai bagian tubuh.

Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh

bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit,

21

persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem

saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf perifer

disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari

otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf

yang keluar dari sumsum tulang belakang.

       

Sistem saraf perifer dapat dibedakan :

a. Sistem saraf somatik

Sistem saraf  somatik (saraf sadar) merupakan sistem saraf yang

berada pada kulit, otot rangka, dan tendon yang bekerja menurut sistem

kesadaran kita. Fungsinya adalah menerima dan menghantarkan informasi

dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat dan menyampaikan perintah dari

sistem saraf pusat ke otot rangka. Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang

saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. 12 pasang saraf

otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan

kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang

belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki,

tangan, dan otot lurik. Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai

berikut :

1. Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga

akan sampai ke otak. Otak menterjemah- kan pesan tersebut dan

mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan

mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.

2. Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan

menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak

mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.

3. Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan

informasi tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi

tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak

membersihkan kamar.

22

b. Sistem saraf otonom

Sistem saraf otonom (tak sadar) merupakan bagian dari sistem saraf

pusat yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot dan jantung, otot-otot

polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Disebut sistem saraf otonom

karena sifat kerja sistem saraf ini  tidak menuruti kemauan kita atau

kehendak kita.

Sistem saraf otonom terdiri atas :

- sistem saraf simpatik

Sistem saraf simpatik meliputi saraf-saraf keluar pada daerah

vertebrata torak dan vertebrata lumbar, oleh karena itu sistem

saraf ini disebut juga sistem saraf torakolumbar. Pada sistem

saraf simpatik, serabut-serabut saraf yang keluar dari sumsum

tulang belakang tidak langsung menuju efektor, melainkan

terlebih dahulu membentuk sinaps di dalam ganglion.

- Sistem saraf parasimpatik

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf

kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak

dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-

jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar

di seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang

berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada

sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung,

sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat

denyut jantung.

Sistem Saraf Parasimpatik Sistem Saraf Simpatik

      Mengecilkan pupil         Memperbesar pupil

23

      Merangsang sekresi saliva

      Memperlambat denyut jantung

Bronkus berkontraksi

      Merangsang kerja pankreas

      Kantung kemih berkontraksi

Merangsang kerja organ kelamin

        Menghambat sekresi saliva

        Mempercepat denyut jantung

        Bronkus berdilatasi

Menghambat kerja pankreas

Kantung kemih berelaksasi

Menghambat kerja organ

kelamin

Tabel Fungsi Saraf Simpatik dan Parasimpatik

24

Gambar Fungsi Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik

2.5 Jejas

Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik,

diferensiasi, dan lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan

keadaan homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat

menimbulkan adaptasi selulerbaik fisiologi maupun morfologi sehingga

mencapai keadaan steady state yang berbeda atau baru.

2.5.1 Definisi Jejas

Jejas sel adalah keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel

tubuh untuk mempertahankan keadaan homeostasis yang normal .

2.5.2 Etiologi jejas:

25

1. Hipoksia

a. Daya angkut oksigen berkurang: anemia, keracunan CO

b. Gangguan pada sistem respirasi

c. Gangguan pada arteri: aterosklerosis

2. Jejas fisik

a. Trauma mekanis: ruptura sel, dislokasi intraseluler

b. Perubahan temperatur: vasodilatasi, reaksi inflamasi

c. Perubahan tekanan atmosfer

d. Radiasi

3. Jejas kimiawi

a. Glukosa dan garam-garam dalam larutan hipertonis yang dapat

menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit

b. Oksigen dalam konsentrasi tinggi

c. Zat kimia, alkohol, dan narkotika

4. Agen biologik: virus, bakteri, fungi, dan parasit

5. Reaksi imunologik

a. Anafilaktik

b. Autoimun

6. Faktor genetik: sindrom Down, anemia sel sabit

7. Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis

2.6 Bentuk Adaptasi Selular

26

Terdapat 4 tipe adaptasi sel, yaitu :

1. Hipertrofi

Hipertrofi adalah pertambahan organ akibat adanya pertambahan ukuran sel

pada organ.

Etiologi : suatu respon adaptif yang terjadi apabila terjadi peningkatan

beban kerja suatu sel sehingga kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi

meningkat yang akan menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur

dalam sel.

Hipertrofi dapat terjadi berupa fisiologik / patologik yang disebabkan oleh

peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal spesifik.

Contoh :

Hipertrofi fisiologik

Terjadi pada jaringan yang terdiri atas sel permanen misalnya : otot skelet

pada binaragawan yg mengalami pembesaran otot.

Hipertrofi patologik

Terjadi pada jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih mengecil

dan kerja jantung akan semakin berat.

2. Metaplasia

Perubahan reversibel dimana perubahan tersebut terjadi pada satu jenis sel

dewasa (epitel dan mesenkim) yang akan digantikan oleh sel dewasa

lainnya.

Etiologi : biasanya terjadi sebagai respon terhadap cedera atau iritasi yang

berkelanjutan sehingga menyebabkan atau menghasilkan peradangan kronis

pada jaringan. (sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan

peradangan kronis akan menggantikan jaringan semula)

Contoh :

27

Perubahan sel pada saluran pernafasan.

Perubahan ini terjadi dari perubahan sel epitel kolumnar bersilia menjadi sel

epitel skuamosa bertingkat (sebagai respon terhadap perokok dalam jangka

panjang)

3. Atrofi

Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya

ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa

disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam organ tubuh.

Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi

tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus

diketahui terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih

spesifik. Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan

atrofi patologis.

Atrofi fisiologis : beberapa organ tubuh dapat mengecil atau menghilang

sama sekali selama masa perkembangan atau pertumbuhan.

Artrofi patologis : jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak

menghilang ketika sudah mencapai usia tertentu.

Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal-hal/kondisi berikut.

1. Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang

2. Hilangnya stimulus/rangsangan saraf

3. Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin

4. Kekurangan nutrisi

5. Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan

mengakibatkan pengecilan organ tersebut).

4. Hiperplasia

Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh

karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya dengan

atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan

patologis. Contoh yang sering kita temukan pada kasus hyperplasia

28

fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa

pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks

uterus yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada serviks

tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini

diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu

pertumbuhan yang besar.

2.7 Respon Seluler Terhadap Jejas

2.7.1 Nekrosis/Kematian Sel

Proses kematian sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama

terjadi pada sel-sel secara individual maupun secara kelompok. Sebelum

terjadi proses kematian biasanya didahului oleh perubahan-perubahan ultra

struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel karena jejas.

Etiologi nekrosis:

Iskemia (anoksia)

Agen fisik

Agen kimia

Agen biologis

Jenis-jenis nekrosis:

Nekrosis koagulative

Sitoplasma dari sel akan mati dan menjadi opague, disebabkan

karena koagulasi dari protein. Koagulasi sel yang terjadi akan berbentuk

massa yang terus masih ada walaupun gambaran interselulernya telah

hilang.

Etiologi nekrosis ini biasanya suatu iskemi yang berat yang terjadi

tiba-tiba, terjadi pada organ-organ ginjal, jaunting, glandula adrenal, juga

29

pada jejas kimiawi, misalnya keracunan HgCL pada tubulus renal

proksimal. Dasar koagulasi mungkin karena adanya denaturasi atau protein-

protein lainnya.

Nekrosis Koliguativa / nekrosis pencairan / liquefaction necrosis

Disini terjadi disolusi enzimatik yang berlansung cepat dan total

pada sel dengan akibat terjadi destruksi yang total diseluruh sel. Keadaan ini

paling sering terdapat di otak, juga ditemukan pada suatu abses

(pembentukan penanahan karena suatu infeksi, terbentuk suatu rongga yang

berisi pus). Pada abses terjadi proses autolysis/heterolysis, dimana akibat

local dari bakteri terjadi akumulasi dari leukosit, dan akumulasi ini terjadi

atas leukosit yang sudah mati yaitu berupa pus.

Nekrosis caseosa

Merupakan variasi tertentu dari nekrosis koagulativa yang

disebabkan infeksi kuman tubercolosa. Disebut caseosa karena sesuai

dengan gambaran morfologiknya, isi dari nekrosis terlihat berwarna putih

kuning seperti keju.

Histologik : daerah nekrosis tampak sebagai suatu debris (sisa-sisa

penghancuran) berupa bentuk yang amorf, granuler, yang dibentuk oleh sel-

sel yang telah mengalami koagulasi dengan suatu pinggir yang tegas berupa

jaringan inflamasi dengan gambaran yang khas karena reaksi

granulamatosa.

Nekrosis gangrenosa

Nekrosis ini biasanya disebabkan oleh suatu proses ischemia dan

biasanya diikuti invasi bakteri. Nekrosis ini biasanya terjadi pada anggota

tubuh, paling sering anggota gerak bawah. Mula-mula terjadi suatu nekrosis

koagulativa karena enzim-enzim yang dikeluarkan bakteri atau leukosit

yang telah memasuki jaringan nekrosis. Apabila pola koagulasi menonjol

30

disebut juga sebagai gangrene kering , sedangkan apabila pola invasi bakteri

menonjol dan terjadi liquifaksi disebut gangrene basah.

2.7.2 Apoptosis

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram yang dirancang

tubuh untuk menghilangkan populasisel yang tidak diinginkan. Biasanya

disebut“ aksi bunuh diri “

A. Penyebab Apoptosis

1) Penyebab Fisiologik

Destruksi sel yang terprogram selama embryogenesis

Involusi jaringan yang bergantunng hormon (misalnya,

endometrium, prostat) pada orang dewasa

Penghapusan sel dalam populasi sel yang mengadakan profilasi

(misalnya, epitel kripta intestin) untuk mempertahankan jumlah sel

yang tetap

Kematian sel yang sudah melaksanakan tugasnya (misalnya, sel

neutrofil sesudah responin flamasi akut)

Penghapusan limfosits wareaktif yang berpotensi berbahaya

Kematian sel yang ditimbulkan olehsel-sel T sitotoksik (untuk

menghilanngkan sel yang terinfeksi virus atau sel neoplasma).

2) Penyebab Patologis :

Iskemia

Ultraviolet dan x-iradiasi

Panas yang tinggi

Agenantikanker

Agen yang mengganggusitoskeleton

Manusia yang terinfeksi virus immunodeficiency (limfosit)

31

Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis

32

BAB III

KESIMPULAN

Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik, diferensiasi, dan

lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan keadaan

homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat menimbulkan

adaptasi seluler baik fisiologi maupun morfologi sehingga mencapai keadaan

steady state yang berbeda atau baru.

Keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk

mempertahankan keadaan homeostasis yang normal dikenal dengan jejas. Ada

tujuh etiologi dari jejas yaitu : Hipoksia, Jejas fisik, Jejas kimiawi, Agen biologik:

virus, bakteri, fungi, dan parasit, Reaksi imunologik, Faktor genetik: sindrom

Down, anemia sel sabit, Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis. Ketika

ada jejas tubuh mulai beradaptasi. Ada empat macam bentuk-bentuk adaptasi yaitu :

atropi, hyperplasia, hipertropi, dan metaplasia. Ketika tubuh tidak dapat beradaptasi

dengan baik, maka terjadilah respon seluler terhadap jejas. Respon seluler ini dapat

berupa kematian sel yang dikenal dengan apoptosis dan nekrosis. Proses kematian

sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama terjadi pada sel-sel secara individual

maupun secara kelompok. Sebelum terjadi proses kematian biasanya didahului oleh

perubahan-perubahan ultra struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel

karena jejas.

33

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. http://biologimediacentre.com/struktur-sel/

2. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/adaptasi-jejas-dan-

kematian-sel/

3. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/biologi-sel/sel/

4. Lodish, H., D. Baltimore, A. Berk., S.L. Zipursky, P. Matsudaira, J.

Darnell. 1995. Molecular Cell Biology. Scientific American Books,

New York.

5. Kierszenbaum AL. histology and Cell Biology: An Introduction to

Pathology, 2nd ed. Mosby, 2007.

34