40
PENGARUH INFLASI , SUKU BUNGA SBI DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERUBAHAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Januari 2000 – Mei 2008) I. Latar Belakang Masalah “Pasar saham memprediksi semua dari lima resesi terakhir”, pernyataan terkenal Paul Samuelson ini menunjukkan reliabilitas pasar saham sebagai indikator ekonomi. Ketika pasar saham mengalami penurunan yang berarti, ada alasan untuk khawatir bahwa resesi akan muncul. Walaupun pasar saham dalam kenyataannya cukup berubah-ubah, dan dapat memberi kita tanda-tanda yang salah tentang masa depan perekonomian. Meskipun demikian, kita seharusnya tidak mengabaikan keterkaitan antara pasar saham dan perekonomian (Mankiw, 2007).

Resum IHSG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ringkasan mengenai pasar modal indeks harga saham gabungan

Citation preview

Page 1: Resum IHSG

PENGARUH INFLASI , SUKU BUNGA SBI DAN KURS DOLAR

AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERUBAHAN INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA

(Periode Januari 2000 – Mei 2008)

I. Latar Belakang Masalah

“Pasar saham memprediksi semua dari lima resesi terakhir”, pernyataan terkenal Paul

Samuelson ini menunjukkan reliabilitas pasar saham sebagai indikator ekonomi.

Ketika pasar saham mengalami penurunan yang berarti, ada alasan untuk khawatir

bahwa resesi akan muncul. Walaupun pasar saham dalam kenyataannya cukup

berubah-ubah, dan dapat memberi kita tanda-tanda yang salah tentang masa depan

perekonomian. Meskipun demikian, kita seharusnya tidak mengabaikan keterkaitan

antara pasar saham dan perekonomian (Mankiw, 2007).

Penurunan suku bunga, membuat investor memindahkan uangnya dari tabungan ke

investasi, karena investasi dianggap lebih menguntungkan. Para investor berinvestasi

ke pasar modal sehingga terjadi peningkatan pembelian saham yang berarti kenaikan

pada IHSG.

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga produk secara

keseluruhan, sehingga menaikkan pendapatan dan biaya perusahaan. Kenaikan biaya

produksi yang lebih besar daripada kenaikan harga akan mengakibatkan keuntungan

investor dan return investasi menurun sehingga investasi kurang menarik akibatnya

Page 2: Resum IHSG

harga saham akan menurun. Melemahnya kurs akan berakibat mengalirnya dana ke

pasar valas yang dapat bersumber dari pasar uang maupun pasar modal, pengalihan

dana dari pasar uang akan mengakibatkan likuiditas rupiah ketat sehingga suku bunga

meningkat yang mengakibatkan penurunan harga saham pada pasar modal karena

aksi jual.

Dalam sistem keuangan, pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market)

merupakan bagian dari pasar keuangan (financial markets). Pasar uang dan pasar

modal sering diartikan sama, padahal kedua jenis pasar tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda. Pasar uang adalah pasar yang menyediakan sarana

pengalokasian dan pinjaman jangka pendek, karena itu pasar uang merupakan pasar

likuiditas primer. Sebaliknya, pasar modal berkaitan dengan surat-surat berharga yang

berjangka panjang dengan dana yang diperjualbelikan bersifat permanen atau semi

permanen. Persamaan kedua pasar tersebut adalah kedua pasar merupakan sarana

bagi investor dalam melakukan investasi disamping sebagai sarana mobilisasi dana

bagi pihak yang membutuhkan dana.

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-

efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah

suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang

dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi

bursa efek antara lain adalah menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek

yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

Page 3: Resum IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu instrumen pasar modal

pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga

saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ), baik saham biasa maupun saham

preferen. IHSG menggunakan semua saham yang tercatat di BEJ sebagai komponen

penghitungan indeks. IHSG dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari

nilai pasar. Setelah dilakukan deregulasi tersebut minat emiten maupun investor

dalam memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan di

satu pihak dan sarana investasi bagi pemodal meningkat secara drastis yang tercermin

dari banyaknya perusahaan yang melakukan emisi saham dan obligasi serta naiknya

kapitalisasi dana. Naiknya minat investor tercermin pula dari peningkatan volume

perdagangan serta indeks harga saham gabungan (IHSG). Sebagai ilustrasi IHSG

pada awal tahun 1977, sebelum dilakukan deregulasi adalah 93,87 poin dan saat ini

berfluktuasi pada level diatas 2000 poin.

Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan

semenjak pertengahan tahun 1997, telah membawa dampak yang kurang

menguntungkan bagi perekonomian dan perkembangan moneter Indonesia. Gejolak

kurs yang terjadi sejak pertengahan tahun tersebut telah berdampak luas terhadap

kegiatan perekonomian Indonesia. Pada akhir tahun anggaran 1997/1998 jumlah uang

yang beredar dan laju inflasi meningkat tajam, serta kurs terhadap Dolar Amerika

Serikat (US $) melemah. Angka pertumbuhan ekonomi

dari rata-rata sekitar 7 persen selama sekurang-kurangnya dua dekade menjadi minus

lebih dari 13 persen di tahun 1998, Rupiah terdepresiasi lebih dari 70 persen ketika

Page 4: Resum IHSG

kurs rata-rata hariannya mencapai Rp. 16.700 per US$, inflasi meroket menjadi 77,6

persen dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia satu bulan mencapai 70

persen.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sakhowi (2004), menganalisis pengaruh

kurs Rupiah terhadap Dolar AS, inflasi dan tingkat bunga terhadap kinerja saham di

BEJ dengan model autoregresif hasilnya kurs dan inflasi berpengaruh secara

signifikan sedangkan tingkat bunga riil tidak berpengaruh. Syaifuddin (2005),

menganalisis pengaruh perubahan suku bunga, inflasi dan kurs terhadap perubahan

IHSG dengan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dan

hasilnya hanya kurs yang berpengaruh cukup signifikan. Oktanindya (2007),

menganalisis pengaruh indeks harga saham, kurs mata uang dan tingkat suku bunga

dari negara di kawasan Asia Pasifik terhadap IHSG dengan metode Vector

Autoregression (VAR) dan hasilnya IHSG dipengaruhi secara signifikan oleh indeks

harga saham, kurs mata uang dan tingkat suku bunga dari negara di kawasan Asia

Pasifik, kecuali indeks harga saham Jepang dan Amerika Serikat, mata uang Australia

dan suku bunga Indonesia. Direja (2004), meneliti pengaruh variabel makro ekonomi

terhadap harga saham (IHSG) dari Mei 1998-maret 2004 (secara triwulanan),

hasilnya tingkat bunga dan kurs berpengaruh negatif sedangkan inflasi tidak

berpengaruh secara signifikan. Manurung (1996) dalam Syaifuddin (2005), meneliti

pengaruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG dengan menggunakan model

ekonometrik dari tahun 1989-1995 (77 observasi), hasilnya tingkat bunga dan kurs

rupiah berpengaruh negatif serta inflasi berpengaruh positif.

Page 5: Resum IHSG

Kinerja Bursa Efek Indonesia yang terlihat mengalami pertumbuhan fantastis

sebelum pertengahan 1997 kemudian mengalami penurunan terus-menerus setelah

krisis tersebut. Hal ini berdampak terhadap investasi di pasar modal sebab dengan

beralihnya investor ke pasar uang, investasi yang ditanamkan menjadi berkurang dan

kaitannya dengan pasar modal, IHSG menjadi turun karena kondisi pasar sekuritas

yang mengalami kelesuan dan penurunan. Dari gambaran tersebut pelaku pasar atau

investor perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi saham, instrumen

pasar keuangan serta faktor makroekonomi maupun mikroekonomi.

II. Pokok Masalah

Investasi pemodal yang dituangkan dalam bentuk saham mempunyai banyak resiko.

Seperti bila ada perubahan instrumen pasar keuangan yang menjadi indicator

makroekonomi seperti pergerakan kurs terhadap Dolar Amerika Serikat, tingkat suku

bunga SBI, dan tingkat inflasi serta variabel lain seperti faktor sosial, politik, luar

negeri dan keamanan.

Perubahan pada indikator makro seperti pergerakan kurs terhadap Dolar Amerika

Serikat, tingkat suku bunga SBI, dan tingkat inflasi dapat mempengaruhi indeks

harga saham gabungan. Terjadinya aliran dana dari pasar uang ke pasar modal, akan

mempengaruhi nilai IHSG.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan

masalah apakah terdapat pengaruh perubahan variabel makro dalam sistem pasar

Page 6: Resum IHSG

keuangan seperti pergerakan kurs Dolar Amerika, tingkat suku bunga SBI, dan

tingkat inflasi terhadap perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG). Karena

keterbatasan waktu serta minat penulis penelitian ini dibatasi pada masalah apakah

dalam sistem pasar keuangan di Indonesia; pasar valas, pasar uang, dan pasar

riil/barang mempunyai pengaruh (positif ataupun negatif) terhadap pasar modal.

Sedangkan instrumen yang diambil hanya satu instrument dari setiap bagian pasar

keuangan yaitu kurs terhadap Dolar Amerika dari pasar valuta asing, tingkat suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan dari pasar uang, dan indeks harga

saham gabungan (IHSG) untuk pasar modal serta dari sektor/pasar riil diambil tingkat

inflasi bulanan month to month. Alasan

pemilihan setiap instrumen dikarenakan peranan masing-masing instrumen yang

sangat penting di dalam mencirikan atau menjelaskan masing-masing pasar.

III. Tujuan

Untuk mengetahui perkembangan indeks harga saham gabungan, kurs terhadap Dolar

Amerika Serikat, tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi dan mengetahui

pengaruh masing-masing variabel tersebut baik secara simultan maupun secara

parsial terhadap perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG).

IV. Kegunaan

Bagi peneliti, untuk memperdalam pengetahuan tentang pasar keuangan khususnya

pergerakan harga saham di pasar modal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bagi khalayak umum semoga penelitian ini dapat mempertajam analisis dan

memberikan manfaat tentang pasar modal.

Page 7: Resum IHSG

V. Hipotesis

Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah:

a. H 0 : inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks harga harga

saham gabungan (IHSG).

H a : inflasi berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks harga saham

gabungan (IHSG).

b. H 0 : tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks

harga saham gabungan (IHSG).

H a : tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks

harga saham gabungan (IHSG).

c. H 0 : Kurs tidak berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks harga saham

gabungan (IHSG).

H a : Kurs berpengaruh negatif terhadap pergerakan indeks harga saham

gabungan (IHSG).

d. H 0 : tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan kurs tidak berpengaruh negatif

terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

H a : tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan kurs berpengaruh negatif

terhadap pergerakan indeks harga harga saham gabungan (IHSG).

Page 8: Resum IHSG

VI. Garis Besar Hubungan Teori dan Empiris

1. Pengertian Inflasi

Inflasi selalu dan dimanapun merupakan fenomena moneter (Friedman dalam

Mankiw, 2007). Inflasi pada dasarnya merupakan suatu kecenderungan dari harga-

harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Jika harga cenderung turun

disebut deflasi. Inflasi dihitung dari Indeks harga Konsumen (IHK).

[ IHK (t) – IHK (t-1) ]Inf (t) = X 100

IHK (t-1)

dimana :

Inf (t) = Inflasi bulan t

IHK (t) = Indeks Harga Konsumen bulan t

IHK (t-1) = Indeks Harga Konsumen bulan t-1

Penyebab inflasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Demand pull inflation, inflasi yang disebabkan oleh adanya peningkatan

permintaan sehingga terjadi inflation gap.

b. Wage cost-push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan upah buruh

atau harga barang.

c. Import cost-push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga

impor sehingga mendorong kenaikan harga domestik.

Page 9: Resum IHSG

d. Expectional inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh upah dan harga yang naik

akibat adanya dugaan bahwa inflasi akan terus berlangsung.

e. Inertial inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh para penentu upah dan harga

yang mengacu pada pesaingnya dan bersikap hati-hati dalam mengurangi upah

dan harga yang ditentukan.

Sedangkan Tambunan (1996) dalam Syaifuddin (2005), mengatakan bahwa penyebab

inflasi di Indonesia adalah ongkos produksi yang tinggi (cost-push inflation) dan atau

permintaan agregat yang tinggi (demand-pull inflation).

2. Pengertian Tingkat Suku bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk

dalam Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun

1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan suatu instrumen pasar uang yang

hanya diperdagangkan antara bank-bank. Namun setelah dikeluarkan kebijaksanaan

yang memperkenankan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971,

dengan terlebih dahulu memperoleh ijin dari Bank Indonesia, maka SBI tidak lagi

diterbitkan karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI. Oleh

karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun

sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter pemerintah terutama

setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka Bank Indonesia kembali menerbitkan

SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijaksananan operasi pasar terbuka,

terutama untuk tujuan kontraksi moneter.

Page 10: Resum IHSG

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan instrumen SBI, yaitu:

a. SBI lelang yaitu SBI yang dijual secara lelang kepada bank dan atau pialang, yang

didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan

pengendalian moneter.

b. SBI repo (repurchase agreement) adalah SBI yang dibeli kembali oleh Bank

Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian

bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo yang diperjanjikan.

3. Pengertian Kurs (Valuta Asing/Valas)

Kurs Nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2007). Pasar

valas adalah lembaga atau pasar dimana orang memperoleh fasilitasfasilitas untuk

melaksanakan pembayaran kepada penduduk negara lain atau menerima pembayaran

dari penduduk negara lain. Di dalam pasar valas terjadi permintaan dan penawaran

valuta asing. Sistem kurs valuta asing adalah:

a. Sistem kurs yang berubah-ubah yaitu perubahan kurs tergantung pada beberapa

faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas.

b. Sistem kurs stabil, sistem ini dilakukan pemerintah untuk menstabilkan kurs, dapat

timbul secara aktif (pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs)

maupun pasif (pemerintah dalam suatu Negara menggunakan standar emas).

Untuk bahasan ini, kurs dibatasi pada kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika.

4. Pengertian Saham

Seperti telah dijelaskan pada bagian diawal bahwa dalam pasar modal, tempat dimana

efek-efek yang diperdagangkan disebut juga dengan Bursa Efek atau stock exchange

Page 11: Resum IHSG

salah satu instrumennya adalah saham. Saham atau stocks adalah surat bukti atau

tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual-

beli di Bursa Efek, saham yang sering pula disebut shares merupakan instrumen yang

paling dominan diperdagangkan. Saham dapat dibedakan antara saham biasa dan

saham preferen. Pada saham biasa deviden dibagikan sepanjang perusahaan

memperoleh laba, memiliki hak suara dan hak memperoleh pembagian kekayaan

perusahaan apabila bangkrut. Jenis saham biasa antara lain saham unggul (blue

chips), growth stocks, emerging growth stocks. Sedangkan dalam saham preferen

memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden, dapat mempengaruhi manajemen

namun tidak memiliki hak suara, memiliki hak pembayaran sebesar nominal saham,

dan ada kemungkinan memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaaan

disamping yang tetap.

5. Pengertian IHSG

Suatu perkembangan variabel dari waktu ke waktu banyak dianalisis dengan

menggunakan angka indeks. Indeks merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian

rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan

yang sama (Supranto;1994). Dalam keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta, Indeks

dapat berupa satu saham, sekumpulan saham dalam suatu industri tertentu atau semua

saham gabungan (IHSG). Indeks harga saham terdiri dari :

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana semua saham tercatat sebagai

komponen penghitungan indeks.

Page 12: Resum IHSG

b. Indeks Sektoral dimana saham yang termasuk dalam masing-masing sektor

(primer, sekunder dan tersier) tercatat.

c. Indeks LQ-45 yaitu indeks yang menggunakan 45 saham terpilih setelah

dilakukan seleksi.

d. Indeks Individual yaitu harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.

IHSG yang dihitung di Bursa Efek Jakarta adalah indeks rata-rata tertimbang dari

nilai pasar (market value weighted average price index). Rumus dasar

penghitungannya adalah:

Σ Nilai Pasar

IHSG = X 100

Σ Nilai Dasar

dimana :

Nilai Pasar = jumlah saham hari ini x harga pasar hari ini/penutupan regular

(kapitalisasi pasar).

Nilai Dasar = jumlah saham pada hari dasar x harga pasar hari dasar.

Dengan melihat kesederhanaan penghitungannya dan variasi perdagangan efek di

bursa, penghitungan IHSG ini mempunyai beberapa kelemahan:

1. IHSG memasukkan semua saham yang tercatat di BEJ, sehingga beberapa saham

yang tidak aktif diperdagangkan tetap ikut mempengaruhi penghitungan indeks

tersebut.

2. IHSG sangat sensitif terhadap perubahan harga saham dari perusahaaan besar.

3. IHSG dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor bukan harga.

Page 13: Resum IHSG

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan, mulai tanggal 14 Agustus 1989 BEJ

memberlakukan cara penghitungan indeks harga saham baru. Caranya dengan

membuat nilai dasar baru, yaitu:

NPS + NP

Nilai Dasar Baru = X NDS

NPS

dimana :

NPS = Nilai Pasar Sebelumnya

NP = Nilai Pasar Perdana

NDS = Nilai Dasar Sebelumnya

VII. Metode Penelitian

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dan kurs terhadap Dolar Amerika (kurs tengah) diperoleh dari Publikasi Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, sedangkan

data tingkat inflasi diperoleh dari Publikasi Indikator Ekonomi yang diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diambil berupa data runtun waktu (time

series) bulanan mulai Januari 2000 sampai dengan Mei 2008. Alasan pengambilan

periode ini adalah untuk menghilangkan pengaruh krisis ekonomi.

Page 14: Resum IHSG

2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mendukung dan mencapai tujuan penelitian

adalah analisis deskriptif dan model AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity

(ARCH) dan Generalized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH).

a. Analisis Deskritif

Metode analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang uraian dan

perilaku data setiap variabel yang akan diteliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs Rupiah terhadap Dollar

Amerika, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan tingkat inflasi

selama periode Januari 2000 sampai dengan Mei 2008.

b. Model AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH)

danGeneralized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH)

Metode dalam penelitian ini menggunakan model AutoRegressive Conditional

Heteroscedasticity (ARCH) dan Generalized AutoRegressive Conditional

Heteroscedasticity (GARCH), yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh suatu variabel yang disebut variabel independen terhadap satu atau

beberapa variabel dependen. Kelebihan model ini dibandingkan dengan analisis

regresi linear berganda adalah model ini tidak memandang heteroskedastisitas sebagai

suatu permasalahan, tetapi justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuat

model, bahkan dengan memanfaatkan heteroskedastisitas dalam error yang tepat,

maka akan diperoleh estimator yang lebih efisien (Nachrowi dan Usman, 2006).

Ada berbagai bentuk ARCH dan GARCH, antara lain:

Page 15: Resum IHSG

1. ARCH in Mean (M-ARCH)

2. Treshold ARCH (TARCH)

3. Eksponential ARCH/GARCH (E-(G)ARCH)

4. Simple asymmetric ARCH (SAARCH)

5. Power ARCH (PARCH)

6. dan sebagainya.

c. Penyusunan Persamaan Regresi

Model persamaan regresi linear ber ganda adalah

Yt = β0 + βi Xit + εt

dimana :

Yt = variabel dependen pada akhir bulan ke-t

Xit = variabel independen i pada akhir bulan ke-t (i = 1,2,3, ...)

βi = koefesien regresi berganda

εt = error term ke-t

Sedangkan model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

yt = b0 + b1 x1t + b2 x2t + b3 x3t

dimana :

yt = IHSG pada akhir bulan ke-t

bi = koefesien masing-masing variabel independen (i = 1,2,3, ...)

x1t = tingkat suku bunga SBI pada akhir bulan ke-t

x2t = tingkat inflasi pada akhir bulan ke-t

x3t = kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika (kurs tengah) pada akhir bulan ke-t.

Page 16: Resum IHSG

VIII. Pengujian Terhadap Data

1. Pengujian Asumsi Regresi

Suatu model regresi dapat dikatakan sebagai model regresi terbaik apabila memenuhi

asumsi asumsi regresi berikut:

a. Normalitas

Analisis regresi linier klasik mengasumsikan bahwa setiap sisaan berdistribusi normal

dengan kriteria sebagai berikut:

Mean : E(εi ) = 0

Varian : E(εi2) = σ2

Covarian : E(εi , εj ) = 0

Pengujian asumsi normalitas ini dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Berranya

yang dibandingkan dengan nilai tabel Chi-Square ( χ2 ) dengan besarnya “v” adalah

sesuai dengan jumlah lag-nya. Jika nilai Jarque-Berra-nya lebih kecil dari nilai kritis

tabelnya maka lolos dari adanya ketidaknormalan distribusi residual.

b. Asumsi Nonmultikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah pengujian bahwa tidak ada hubungan yang eksak/linier

antar variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi

multikolinieritas adalah dengan melihat nilai R2otokorelasi (AC) tidak melebihi 0,5

baik + atau -.

c. Asumsi Homoskedastisitas

Asumsi homoskedastisitas atau nonheteroskedastisitas yaitu bahwa varians tiap

Page 17: Resum IHSG

unsur gangguan μ i , tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang

menjelaskan (suatu angka konstan yang sama dengan σ2). Heteroskedastisitas

dideteksi dengan melihat probabilitas Obs*R-Squared pada Uji ARCH LM Test.

d. Asumsi Nonotokorelasi

Artinya tidak ada korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu atau ruang, atau kovarian antara μ i dan X i , nol.

Untukmendeteksinya digunakan korelogram.

IX. Pembuktian Terhadap Data

a. Pengujian Nilai Koefesien Determinasi ( R2 )

Koefesien determinasi adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dengan jumlah

kuadrat total. Kelayakan suatu model regresi dapat dilihat dari koefesien determinasi

(R2) yang menunjukkan proporsi variasi dalam variabel dependen yang dijelaskan

oleh variabel-variabel independen secara bersam-sama. R2 sangat dipengaruhi oleh

penambahan jumlah variabel penjelas, maka untuk menyesuaikannya digunakan

adjusted R2 (R2 adj), yang dirumuskan sebagai berikut: Jumlah kuadrat regresi

ESS

R2 = =

Jumlah kuadrat total TSS

Atau

RSS ∑ei2

R2 = 1 - = 1 -

TSS ∑yi2

Page 18: Resum IHSG

(n – 1)

R2 adj = 1 – (1 – R2 )

(n – p)

dimana :

0 < R2, R2 adj < 1

Residual Sum of Square = RSS = Σei 2 = Σ( ŷi – ў)2

Explained Sum of Square = ESS = Σ( yi – ŷi)2

Total Sum of Square = TSS = Σ yi 2

b. Pengujian Koefesien Regresi Secara Simultan

Pengujian koefesien regresi secara simultan dilakukan dengan

menggunakan tabel ANOVA atau tabel Estimate Equation pada

Eviews dengan hipotessis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 , untuk semua i

Ha : sekurang-kurangnya satu bi ≠ 0 , i = banyak parameter

Statistiki uji F yang digunakan dalam pengujian koefesien regresi

secara simultan adalah :

ESS RSSFobs = :

(p – 1) (n – p)

Page 19: Resum IHSG

Ho ditolak jika Fobs > Fα;(p-1)(n-p) yang berarti ada pengaruh dari variabel

independen

terhadap variabel dependen yaitu indeks harga saham gabungan.

c. Pengujian Koefesien Regresi Secara Parsial

Pengujian koefesien regresi secara parsial menggunakan statistik uji t, dengan

hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 , (tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y)

Ha : bi ≠ 0 , (ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y)

Statistik uji

bi

tobs =

SE( bi )

Ho ditolak jika׀tobs׀ > tα/2;(n-p) yang berarti ada pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen yaitu indeks harga saham gabungan.

X. Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

a. Indeks Harga Saham Gabungan

Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2000 hingga Mei 2008, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) cenderung mengalami kenaikan. Pada bulan Januari 2000 berada

pada level 636,37 poin, kemudian berfluktuasi tetapi cenderung naik hingga pada

Page 20: Resum IHSG

bulan Mei 2008 IHSG berada pada level 2.444,349. Pada Januari 2000 hingga Januari

2001 IHSG mengalami penurunan dari 636,37 menjadi 392,03 poin, bahkan penah

menyentuh angka 380,31 pada November 2001. IHSG terus mengalami fluktuasi

hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2003 IHSG mencapai level 505. Faktor

keamanan juga sangat mempengaruhi IHSG. Bulan Agustus 2000, terjadi ledakan

bom di Bursa Efek Jakarta (BEJ), akibatnya IHSG turun sangat tajam dari 492,19

menjadi 466,38. Tidak adanya langkah pemerintah yang baik untuk mendorong iklim

investasi di Indonesia dan kembali memanasnya iklim politik dengan

diberhentikannya Gus Dur dari kursi kepresidenan dan digantikan Megawati

menyebabkan rupiah mengalami depresiasi sehingga untuk mengatasinya SBI

kembali dinaikkan akibatnya indeks mengalami penurunan. Indeks sempat naik

menjadi 444,08 poin pada Juli 2001. Runtuhnya menara kembar World Trade Center

(WTC) di Amerika Serikat pada bulan September 2001 juga berdampak buruk

terhadap IHSG sehingga melemah dan berada pada level 380,31 poin pada bulan

Nopember 2001. Setelah itu indeks terus mengalami fluktuasi di kisaran 400-500

poin. Pada bulan Oktober 2003 indeks menembus level 600-an kembali dan terus

meningkat sampai akhir periode pengamatan. Semakin kondusifnya iklim investasi di

Indonesia yang ditandai dengan tingkat suku bunga SBI dibawah 10 persen, inflasi

dibawah 2 persen dan relatif stabilnya kurs Dolar Amerika membuat indeks

mengalami kenaikan terus menerus. Penyelenggaraan Pemilu 2004 yang dianggap

banyak kalangan berhasil, dengan terpilihnya wakil rakyat dan Susilo Bambang

Yudoyono sebagai Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang membuat

Page 21: Resum IHSG

kondisi sosial politik stabil sehingga investor percaya akan kondisi makro Indonesia

yang stabil juga memicu kenaikan IHSG sehingga dapat menembus level 1000-an.

IHSG terus berfluktuasi dan terus menembus level baru diatas 1000 poin pada akhir

tahun 2004. Tahun 2005 hingga bulan April 2007 IHSG berada pada level 1000-an,

bahkan pada Mei 2007 IHSG menembus level 2000-an. IHSG terus berfluktuasi

diatas level 2000-an hingga akhir periode pengamatan.

b. Inflasi

Inflasi merupakan salah satu alat untuk melihat kondisi perkembangan perekonomian

suatu negara. Selama tahun 2000, inflasi terus berfluktuasi pada level dibawah 2

persen. Hal ini terus berlangsung hingga tahun 2005, walaupun sempat mencapai

puncak tertinggi pada bulan Juli 2001 sebesar 2,12 persen kemudian bergerak stabil

karena kebijakan BI yang menerapkan aturan moneter yang ketat. Inflasi mengalami

kenaikan hingga di atas satu persen terjadi hanya pada saat perayaan hari besar Idul

Fitri ataupun perayaan Natal dan Tahun Baru.

c. Suku Bunga SBI

Pada awal periode penelitian tingkat suku bunga SBI sebesar 11,16 persen. Tetapi

terus naik hingga akhir tahun 2000 mencapai 14,53 persen. Kurangnya kemampuan

pemerintah dalam mempertahankan iklim investasi yang baik dan semakin

memanasnya iklim politik membuat kurs terus merosot. Untuk mengatasi masalah

tersebut BI mulai menaikkan kembali tingkat suku bunga SBI hingga pada bulan

Agustus 2001 berada titik tertinggi setelah mengalami penurunan pada tahun

Page 22: Resum IHSG

sebelumnya yaitu pada tingkat 17,67 persen. Tingkat suku bunga SBI terus berada

diatas tingkat 10 persen sampai bulan Mei 2003, hal ini dinilai masih terlalu tinggi

oleh sektor usaha. Hingga akhirnya BI menurunkan tingkat suku bunga SBI menjadi

lebih rendah dibawah 10 persen yang merupakan tingkat bunga yang cukup ideal

untuk mendorong berkembangnya sektor riil ekonomi di Indonesia. Keadaan

Indonesia yang semakin kondusif selama tahun 2004 karena pemilu secaralangsung

berjalan lancar dan aman membuat SBI stabil hingga awal 2005 berada pada tingkat 7

persen. Bulan Juni hingga Agustus 2005, suku bunga SBI kembali naik, bahkan pada

September mencapai 10 persen. Suku bunga SBI terus berada diatas 10 persen hingga

akhir tahun 2006, sebelum akhirnya turun kembali menjadi 9,75 persen pada bulan

Desember 2006. Kondisi perekonomian Indonesia yang stabil, membuat suku bunga

SBI terus stabil berada di bawah 10 persen. Mulai 9,5 persen pada Januari 2007

menjadi 8 persen pada Desember 2007. Tingkat suku bunga SBI sempat turu menjadi

7 persen pada awal 2008 dan berada pada posisi 8,31 persen pada akhir periode

penelitian.

d. Kurs

Keberhasilan pelaksanaan Pemilu 1999 dengan aman membuat Rupiah terapresiasi

kembali dan berada pada level Rp. 7.000-an. Pada bulan januari 2000 Rupiah berada

pada level 7.425 per Dolar. Suhu politik yang memanas ditandai dengan turunnya

Gus Dur dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Megawati serta cenderung

meningkatnya permintaan Dolar dalam rangka pembayaran utang luar negeri yang

mulai jatuh tempo membuat Rupiah kembali terdepresiasi hingga pada puncaknya

Page 23: Resum IHSG

sebesar Rp. 11.675 per Dolar pada bulan April 2001. Pada bulan Juli hingga

September 2001 Rupiah terapresiasi, namun kembali melemah pada Oktober hingga

Februari tahun berikutnya. Tragedi runtuhnya menara WTC di Amerika secara tidak

langsung berdampak negatif terhadap Rupiah. Memasuki tahun 2002 dan semakin

membaiknya kondisi sosial politik membuat kurs menjadi lebih stabil dan inflasi

cenderung menurun cukup tajam. Rupiah terus berada pada level Rp. 8000-9000-an.

Hal ini disebabkan keberhasilan BI menerapkan kebijakan moneter yang ketat serta

iklim ekonomi dan politik Indonesia yang berjalan lancar dan cukup stabil. Bulan

Agustus hingga November 2005, rupiah kembali terdepresiasi hingga berada pada

level diatas Rp. 10.000 per Dolar. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, mulai

Desember 2005 hingga akhir periode penelitian rupiah berfluktuasi dan berada pada

level Rp. 9.000-an per Dolar Amerika.

XI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya baik analisis deskriptif

maupun analisis inferensia dapat diambil kesimpulan:

1. Perkembangan nilai indeks harga saham gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh

beberapa faktor dalam sistem pasar keuangan di Indonesia. IHSG selama periode

penelitian mengalami fluktuasi namun secara umum mengalami kenaikan. Suku

bunga SBI dan tingkat inflasi selama periode penelitian mengalami fluktuasi. Kurs

Rupiah terhadap Dolar Amerika juga berfluktuasi namun pergerakannya cukup

stabil.

Page 24: Resum IHSG

2. Perkembangan nilai indeks harga saham gabungan (IHSG) secara simultan

dipengaruhi oleh instrumen pasar keuangan seperti suku bunga SBI, inflasi dan

kurs Rupiah terhadap Dolar AS. Kurs berpengaruh negatif dan signifikan secara

statistik terhadap IHSG sedangkan suku bunga SBI dan inflasi juga berpengaruh

negatif tetapi tidak signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa investor

selama periode penelitian tidak terlalu memperhatikan pergerakan SBI dan inflasi

namun cenderung lebih memperhatikan pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS.

3. Perubahan dalam IHSG dapat dijelaskan oleh kurs Dolar Amerika, suku bunga SBI

dan inflasi sebesar 26,5 persen. Kecilnya pengaruh faktor-faktor pasar keuangan di

atas dalam mempengaruhi nilai IHSG karena banyak informasi dan faktor-faktor

lain yang juga dijadikan bahan pertimbangan oleh para investor dalam

menanamkan investasinya di bursa saham.

Page 25: Resum IHSG

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik [BPS]. (berbagai terbitan). Indikator Ekonomi. Jakarta: BPS.

Bank Indonesia [BI]. (berbagai terbitan). Laporan Keuangan dan Moneter Indonesia [Laporan Tahunan], Jakarta: BI.

Boediono. 2001. Ekonomi Moneter. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Direja, S. 2004. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta Periode riwulan IV Tahun 1998 - Triwulan I Tahun 2004 [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Enders,W. 2004. Applied Economic Times Series. New York: John Wiley and Son.

Gujarati, D. 1995. Basic Econometric. New York: McGraw-Hill.

Hadi, H. 1999. Ekonomi internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional buku II. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Nachrowi, D Nachrowi dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Syaifuddin. 2005. Pengaruh Perubahan Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Dolar terhadap Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (Periode Januari 1999 – April 2005) [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Sakhowi, A. 2004. Analisis Perubahan Kurs Rupiah, inflasi dan suku bunga Terhadap Kinerja Saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 2. No.1. Maret 2004:1-16.

Supranto, J. 1995. Ekonometrik buku II. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Urusan Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. 1999. Tinjauan Kebijakan Moneter. Jakarta: Bank Indonesia.