Upload
evyarosna-sinaga
View
320
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Pengertian Mutu
Secara defenisi, pengertian mutu barang atau jasa adalah keseluruhan karakteristik
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
konsumen, baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.
Selain defenisi mutu di atas, masih ada beberapa pengertian mutu yang berbeda
menurut para ahli.
1. Philip B. Crosby
Mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan atau spesifikasi.
2. W. Edwards Deming
Mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.
3. Joseph M. Juran
Mutu adalah kecocokan pengguna produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
terhadap pelanggan.
4. K. Ishikawa
Mutu adalah kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian proses dalam
organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan
kepuasan pelanggan eksternal.
5. JCAHO
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil
yang diharapkan dan mengurangi faktor – faktor yang tidak diinginkan.
Pengertian “Mutu” Dalam Pelayanan Kesehatan
Mutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati
hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan. Definisi tersebut
semula melahirkan 12 faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan, belakangan
dikonversi menjadi dimensi 'mutu kinerja' (performance) yang dituangkan dengan spesifikasi
seperti dibawah ini :
1 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
1. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan
terhadap kebutuhan klinis pasien dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan
dengan keadaannya.
2. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak
dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya.
3. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasien
terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi .
4. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasien
dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan
keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan pasien.
5. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasien
dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan
pasien.
6. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien terhadap sumber-
sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasien.
7. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasien dilibatkan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai.
8. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi
untuk melindungi pasien dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.
9. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada
pasien tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.
Upaya pencarian terhadap hal-hal penting yang dicakup dalam definisi tentang "mutu”
telah banyak dibahas dalam literatur. Donabedian menyatakan bahwa, tidak satupun definisi
dapat memenuhi persyaratan dengan tepat tentang arti "mutu", dan untuk mengatasi hal
tersebut ada tiga pengertian yang diberikan yaitu :
(1) Definisi absolutis mutu adalah pertimbangan atas kemungkinan adanya
keuntungan dan kerugian terhadap kesehatan sebagai dasar tata nilai praktisi
kesehatan tanpa memperhatikan biaya.
(2) Definisi individualistis berfokus pada keuntungan dan kerugian dari harapan
pasien dan konsekwensi lain yang tidak diharapkan.
(3) Definisi sosial mutu meliputi beaya pelayanan, kontinum dari keuntungan atau
2 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
kerugian, serta distribusi pelayanan sebagai rata nilai masyarakat secara umum.
Tantangan yang dihadapi oleh praktisi adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara
nilai-nilai kemanusiaan, sumber-sumber teknologi, kualitas hidup, inovasi dan kenyataan
ekonomi, yang memungkinkan untuk memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut tidak
berarti menghilangkan pengertian universal dari mutu untuk memperoleh pengakuan.
Ketiadaan definisi formal tentang mutu, bukan berarti pasien atau provider tidak akan dapat
mengidentifikasi ketiadaan mutu itu sendiri, atau mutu yang berada dibawah standar,
misalnya: makanan disajikan dingin, penusukan vena dalam kondisi normal 3-4 kali, terjadi
decubitus atau infeksi post operatif, pasien jatuh, salah pemberian obat semua itu
menunjukkan mutu yang rendah. Pengertian mutu kinerja diukur melalui dimensi pengukuran
yang tegas yaitu standar tertulis yang jelas. Standar menentukan mutu atau kinerja dan
diberikan secara langsung serta hasilnya dapat dilihat dari pelayanan tersebut. Standar adalah
patokan untuk menentukan tingkat mutu. Standar merupakan pernyataan tertulis dari tata nilai
peraturan-peraturan, kondisi dan tindakan pada pasien, staf, atau sistem yang disahkan oleh
pihak berwenang.
Dimensi Mutu
Fedoroff dan Irawan (2006) merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk
mengukur kepuasan, yaitu :
a. Tangible (bukti langsung), yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan
media komunikasi yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk
mengukur dimensi mutu ini perlu menggunakan indera penglihatan.
b. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat
dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga
reliability mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan
seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat
atau akurat.
c. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi
pelayanan harus responsif terhadap kebutuhan pelanggan. Responsiveness juga
didasarkan pada persepsi pelanggan sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik
disekitar pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
3 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
d. Assurance (jaminan kepastian), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan
kemampuannya untuk memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan,
kompetensi, dan keamanan.
e. Emphaty (empati), yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta
perhatian secara individual pada pelanggannya.
Pendapat lain mengenai dimensi mutu juga dijelaskan oleh Oki (2000) dalam tujuh
dimensi diantaranya yaitu sebagai berikut : 1) Time, yaitu seberapa lama customer anda harus
menunggu layanan pelayanan Anda; 2) Timeliness yaitu apakah layanan pelayanan anda
dapat diberikan sesuai janji ?; 3) Completeness , yaitu apakah semua bagian atau item dari
pelayanan anda, dapat diberikan pada customer anda ?; 4) Courtes, yaitu apakah karyawan
yang berada di "garis depan" menyapa dan melayani customer anda dengan ramah dan
menyenangkan ?; 5) Consistency, yaitu apakah layanan pelayanan anda selalu dilakukan
dengan cara yang sama untuk semua customer ?; 6) Accessbility and convenience, yaitu
apakah layanan pelayanan anda mudah dijangkau dan dinikmati ?; dan 7) Responsiveness,:
yaitu apakah karyawan anda selalu tanggap dan dapat memecahkan masalah yang tidak
terduga ? Selain pendapat-pendapat di atas mengenai dimensi mutu, Tjong (2004) juga
menjelaskan dimensi dari mutu pelayanan dalam lima dimensi, diantaranya yaitu sebagai
berikut :
a. Dapat Dipercaya (Reliability)
Dapat dipercaya artinya konsisten, dan pelayanan akan dapat diberikan jika dapat
dipercaya oleh pelanggan.
b. Responsif (Responsiveness)
Responsif secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kecepatan dan ketanggapan.
c. Buat Pelanggan Merasa Dihargai (Makes Customer Feel Valued)
Pelanggan mempunyai pikiran bahwa merekalah yang orang yang sangat penting saat
itu, sehingga perlu diperhatikan bagaimana menghargai pelanggan.
d. Empati (Empaty)
Empati merupakan keahlian yang sangat bermanfaat, karena melalui empati dapat
menjembatani pembicaraan kepada solusi. Dan melalui empati, pemberi pelayanan
akan berada di sisi yang sama dengan pelanggan sehingga dapat lebih memahami
kebutuhan pelanggan.
4 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
e. Kompetensi (Competency)
Kompetensi dalam hal ini lebih difokuskan pada staf yang langsung berhubungan
dengan pelanggan. Pelanggan cenderung tidak mau berhubungan dengan manajer,
tetapi mereka lebih menginginkan orang pertama yang bertemu merekalah yang harus
dapat menyelesaikan masalah mereka.
Mempelajari pendapat-pendapat di atas mengenai dimensi-dimensi mutu dalam
pelayanan, pada dasarnya semuanya hampir memiliki kesamaan makna. Oleh karena itu
dimensi mutu tersebut dapat dirumuskan secara sederhana yang dapat mencakup keseluruhan
arti dari dimensi mutu yang dikemukakan oleh para ahli di atas dan dapat diaplikasikan dalam
mutu pelayanan kesehatan. Dimensi mutu dalam pelayanan kesehatan tersebut diantaranya
yaitu :
a. Tangible (bukti langsung) :
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang
meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf. Sehingga dalam pelayanan
kesehatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan
dan kebersihan peralatan kesehatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan
penampilan.
b. Reliability (keandalan) :
Keandalan dalam pelayanan kesehatan merupakan kemampuan untuk memberikan
‘pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat dipercaya’
dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan kesehatan yang ‘konsisten’. Oleh
karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur
penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat;
jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian
makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.
c. Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’ dan
memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada
persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam
pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : dokter memberikan
5 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kemampuan dokter untuk
cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan dokter cepat pada saat
pasien membutuhkan.
d. Assurance (jaminan kepastian) :
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin
akan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian
dalam pelayanan kesehatan ditentukan oleh komponen : ‘kompetensi’, yang berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan dokter dalam memberikan pelayanan;
‘keramahan’, yang juga diartikan kesopanan dokter sebagai aspek dari sikap dan
‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak
menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang
diberikan kepada pasien aman.
e. Emphaty (empati) :
Empati lebih merupakan ’perhatian dari dokter yang diberikan kepada pasien secara
individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap
pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan
kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk menentukan mutu
pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan kesehatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang
terdiri dari input, proses dan outcome, maka mutu pelayanan kesehatan merupakan interaksi
dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan kesehatan. Dan
untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan penilaian sebagai evaluasi dari
mutu pelayanan tersebut.
Selain itu, Pohan (2007) juga menjelaskan bahwa dimensi mutu terdiri atas:
a. Kompetensi teknis.
Berhubungan dengan cara pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan
Kesehatan yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi.
b. Keterjangkauan atau akses terhadap pelayanan kesehatan.
Sebuah pusat pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,
ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis terdiri atas jarak, lama perjalanan,
6 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
biaya perjalanan, jenis transportasi dan hambatan fisik lainnya. Akses ekonomi sesuai
dengan kemampuan membayar jasa pelayanan kesehatan. Akses sosial-budaya
berdasarkan hal yang dapat diterima oleh masyarakat secara sosial atau nilai budaya
kepercayaan dan perilaku. Akses organisasi adalah sistem yang mengatur kerja
puskesmas sehingga akan diberikan kemudahan. Akses bahasa jika pasien hanya
memahami dialek tertentu.
c. Efektivitas pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang efektif akan mampu mengurangi keluhan, dan mencegah
penyakit. Efektivitas terkait dengan penggunaan standar pelayanan kesehatan yang
konsisten dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi.
d. Efisiensi pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar (mahal, dan kurang nyaman bagi
pasien serta waktunya lama).
e. Kesinambungan pelayanan kesehatan
Pasien dapat dilayani sesuai kebutuhan termasuk rujuan termasuk dalam pemberian
rujukan. Pasien harus memiliki akses untuk datang ke puskesmas sehingga riwayat
penyakit yang tercantum lengkap, akurat dan terkini.
f. Keamanan
Pelayanan yang diberikan obat aman terhadap resiko cedera, infeksi, efek samping
atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh pelayanan kesehatan tersebut.
g. Kenyamanan
Kenyamanan tidak berhubungan dengan efektivitas pelayanan tetapi berhubungan
dengan kepuasan pasien. Kenyamanan dapat terkait dengan beberapa hal antara lain
biaya, penampilan fisik, petugas yang memberikan pelayanan, dan peralatan medik
dan non medik.
h. Informasi
Pelayanan yang bermutu dan memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa,
kapan, dimana, dan bagaimana pelayanan kesehatan itu dilaksanakan.
i. Ketepatan waktu
Untuk memcapai suatu kebersihan komunikasi dilaksanakan dalam waktu dan cara
yang tepat, pemberian pelayanan yang tepat, dan biaya yang efisien.
j. Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia terdiri atas antar petugas kesehatan, atasan dan bawahan,
Dinas Kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, dan masyarakat.
7 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Hubungan tersebut diharapkan menimbulkan kepercayaan, kredibilitas, dengan saling
menghargai, menghormati dan responsif. Berikut ini beberapa dimensi mutu layanan
kesehatan dan indikatornya (Pohan, 2007).
Dimensi mutu Indikator
1 Kompetensi teknis
Dilayani oleh dokter, bidan, peralatan,
standar layanan kesehatan, gedung, ruang
periksa, penyuluhan kesehatan optimal,
pemeriksaan laboratorium optimal
2Akses atau
keterjangkauan
Biaya transportasi, jarak geografis,
bahasa, budaya, kemampuan membayar
biaya layanan
3 Efektivitas
Kesembuhan, kesakitan, kecacatan,
kematian, kepatuhan terhadap standar
layanan kesehatan
4 Efisiensi
Kunjungan berulang-ulang, antrian
panjang, waktu tunggu lama, ketersediaan
obat
5 Kesinambungan
Rujukan tepat waktu dan tempat, rekam
medik akurat dan lengkap, laboratorium
akurat dan tepat waktu, dilayani oleh
petugas yang sama
6 Keamanan
Sterilitas terjamin, tidak terjadi
kecelakaan, layanan sesuai standar,
tingkat infeksi nasokomial
7 Kenyamanan
Ruang tunggu, kursi, tidak berdesakan,
tidak pengap, privasi, toilet bersih,
puskesmas bersih, tong sampah ada, ada
musik, kamar periksa ada sekat gorden
8 Informasi
Prosedur layanan jelas, ada poster
penyuluhan kesehatan, petunjuk arah,
nama setiap ruangan, informasi biaya,
waktu buka dan tutup
9 Ketepatan waktuBuka dan tutup, layanan, kedatangan
petugas, perjanjian
10 Hubungan antar Tanggap keluhan, memberi kesempatan
8 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
manusia
bertanya, informasi jelas dan mudah
dimengerti, mau mendengar keluhan, suka
membantu, peduli, ramah, menghargai
pasien, mendahulukan pasien yang sakit
parah
Penilaian Mutu
Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang
dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :
a. Struktur (Input)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur merupakan
masukan (input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan, organisasi,
manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas
keperawatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah besarnya
mutu, mutu struktur, besarnya anggaran atau biaya, dan kewajaran. Penilaian juga
dilakukan terhadap perlengkapan-perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan
dipergunakan untuk pelayanan. Selain itu pada aspek fisik, penilaian juga mencakup
pada karakteristik dari administrasi organisasi dan kualifikasi dari profesi kesehatan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Tappen (1995), yaitu bahwa struktur
berhubungan dengan pengaturan pelayanan keperawatan yang diberikan dan sumber
daya yang memadai. Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat melalui : 1)
fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan dan keamanan; 2)
peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni menempatkan peralatan; 3) staf, meliputi
pengalaman, tingkat absensi, ratarata turnover, dan rasio pasien-perawat; dan 4)
Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur lebih difokuskan pada
hal-hal yang menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, diantaranya
yaitu : 1) fasilitas fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman dan
aman, serta penataan ruang perawatan yang indah; 2) peralatan, peralatan
keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan ditata dengan baik; 3) staf sebagai
sumber daya manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas; 4) dan keuangan,
yang meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana. Faktor-faktor yang
9 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik manajemen sumber
daya manusia, keuangan maupun logistik.
b. Proses (Process)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini
merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome).
Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
dan interaksinya dengan pasien.
Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan,
prosedur dan penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap dokter
dalam merawat pasien. Dan baik tidaknya proses dapat diukur dari relevan tidaknya
proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu sendiri sesuai dengan
standar pelayanan yang semestinya, dan kewajaran (tidak kurang dan tidak
berlebihan).
Tappen (1995) juga menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan
aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Hal ini termasuk perawatan fisik, intervensi psikologis seperti pendidikan dan
konseling, dan aktivitas kepemimpinan. Penilaian dapat melalui observasi atau audit
dari dokumentasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini
difokuskan pada pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan oleh dokter terhadap
pasien dengan menjalankan tahap-tahap kesehatan. Dan dalam penilaiannya dapat
menggunakan teknik observasi maupun audit dari dokumentasi kesehatan. Indikator
baik tidaknya proses dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan dengan standar
operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan pasien dan efektifitas
pelaksanaannya.
c. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan terhadap pasien. Dapat
berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam
Wijono 2000). Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan
dengan hasil dari aktivitas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat
dinilai dari efektifitas dari aktivitas pelayanan kesehatan yang ditentukan dengan
tingkat kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus
pendekatan ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah
10 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien. Sehingga kedua hal
tersebut dapat dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan kesehatan.
Pendekatan-pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator dalam melakukan
penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem penilaian mutu sebaiknya
dilakukan pada ketiga unsur dari sistem tersebut yang meliputi struktur, proses dan
hasil. Dan setelah didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan strategi yang
tepat untuk mengatasi kekurangan atau penilaian negatif dari mutu pelayanan
tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, strategi peningkatan mutu mengalami
perkembangan yang dapat menjadi wacana kita mengenai strategi mana yang tepat
dalam melakukan upaya yang berkaitan dengan mutu pelayanan.
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/ pelayanan,
terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1) Tangible (nyata/berwujud)
2) Reliability (keandalan)
3) Responsiveness (Cepat tanggap)
4) Competence (kompetensi)
5) Access (kemudahan)
6) Courtesy (keramahan)
7) Communication (komunikasi)
8) Credibility (kepercayaan)
9) Security (keamanan)
10) Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)
Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi
mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan
menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,
karyawan dan alat-alat komunikasi.
2) Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah
dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan
(konsumen) dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.
11 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
4) Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para
karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5) Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual
kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan pelanggan.
Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan, terdapat
lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
a. Kualitas produk; Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
b. Kualitas pelayanan; Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila
mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
c. Emosional; Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang
cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan
karena kualitas dari produk tetapi nilai social atau self esteem yang membuat
pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
d. Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang relatif
murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
e. Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap
produk atau jasa itu.
JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN
Definisi
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai
dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Beberapa istilah tentang program
jaminan mutu yang sudah diperkenalkan oleh banyak pakar adalah sebagai berikut:
a) Program penawasan mutu
12 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
b) Program peningkatan mutu
c) Maanjemen mutu terpadu
d) Peningkatan mutu berkesinambungan
Prinsip Jaminan Mutu
a. Bekerja dalam tim;
b. Memberikan fokus perubahan pada proses;
c. Mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;
d. Pengambilan keputusan berdasarkan data;
e. Adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan proses
pelayanan.
Batasan Manajemen Mutu
Program jaminan mutu merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu untuk:
a. Menetapkan masalah mutu dan penyebabnya berdasarkan standar yang telah ditetapkan
b. Menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia
c. Menilai hasil yang dicapai
d. Menyusun rencana tinak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
Bentuk Jaminan Mutu
Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu dapat dibedakan
dalam 3 bentuk, yaitu:
a. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan,
upayanya terutama ditujukan pada unsur masukan dan lingkungan. Contoh:
a) Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan
standarisasi fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan
ditinjau secara berkala.
c) Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan sertifikat kepada fasilitas dan
atau profesi kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu.
d) Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi
kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
13 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
b. Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Perhatian utama ditujukan kepada proses, dimana proses itu diukur dengan
standar yang telah ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar maka
pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu.
Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan, sering terjadi bias,
untuk menghindarkan bias dilakukan oleh”’Peer”atau tim.
c. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan.
Contoh:
a) Telaah rekam medik (medical record review)
b) Ulas balik Jaringan (tissue review)
c) Survei pelanggan (costumer survey)
d) Ulas balik penggunaan (obat, darah, tempat tidur).
Model Jaminan Mutu
Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan bahwa upaya
peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai dari pemecahan masalah sederhana
sampai dengan masalah yang kompleks.
a. Tahap Analisis Sistem
Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu pelayanan medik dasar,
kemudian mutu pelayanan non medic. Yang dimaksud dengan pelayanan medik ialah
pelayanan ”best practices”, yaitu segala kegiatan yang menyangkut: anamnesis,
pemeriksaan fiosik, pengobatan/rujukan dan konseling. Berdasarkan etika profesi,
kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap profesi kesehatan tanpa kecuali dalam
setiap menyelenggarakan pelayanann kepada pasien harus menerapkan semua ketentuan
”best practices” tersebut. Kenyataan di lapangan ”best practices” sering diiabaikan,
sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan yang kurang bermutu dan hak
pasien menjadi kurang dipenuhi. Oleh sebab itu yang menjadi prioritas ditingkatkan
terlebih dahulu ialah mutu pelayanan medik. Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk
mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
14 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
b. Tahap Pendekatan Tim
Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus pemecahan masalah.
Tahapan Kegiatan Program Jaminan mutu
Pada dasarnya, pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1) Sadar mutu
2) Menyusun standar
3) Mengukur apa yang tercapai
4) Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
5) Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan
Untuk menyederhanakan dan memudahkan pemahamannya, langkah-langkah dasar
pelaksanaan jaminan mutu layanan kesehatan iabgi menjadi dua langkah utama, yaitu
pengukuran dan peningkatan mutu. Langkah-langkah itu dimodifikasi dari siklus jaminan
mutu.
Tahap-tahap pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan
Siklus jaminan mutu sendiri terdiri atas sepuluh langkah antara lain:
1. Pembuatan rencana
2. Penyusunan standar
3. Penyebarluasan standar
4. Pemantauan mutu
5. Penetapan masalah dan prioritas
6. Perumusan masalah
7. Penyusunan kelompok pemecah masalah
8. Analisis penyebab masalah
9. Penyusunan pemecahan masalah
10. Pemecahan masalah dan evaluasi
Manfaat Program Jaminan Mutu
Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan terbaik) yang
diselenggarakan sesuai dengan standar profesi dan etika profesi) menghindarkan efek
samping, komplikasi, malpraktek, tuntutan yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan
15 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yang selalu
berubah dan meningkat (kepuasan pelanggan).
Tahap-Tahap Pelaksanaan Jaminan Mutu
1. Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi
a. Cara pelaksanaan analisis sistem/ supervisi dengan cara Peer Review (ulasbalik
kesejawatan) dengan mengikuti cara perputaran Robin.
Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat yang sama dari Puskesmas
lain menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik (checklist).
Daftar Tilik berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Analisis Sistem merupakan suatu audit
atau penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan, adapun penilaian meliputi
beberapa aspek:
i. Kepatuhan terhadap standar. Pengamatan dilakukan untuk menilai kepatuhan
petugas terhadap standar yang ada dalam memberikan pelayanan kesehatan.
ii. Pengetahuan Petugas Puskesmas
iii. Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh pengamat tentang
pengetahuan petugas yang diamati, menggunakan alat bantu berupa Daftar
Tilik.
iv. Pengetahuan Pasien
v. Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk mengetahui
pengetahuan mereka tentang penyakit atau pelayanan yang diberikan
berhubungan dengan kunjungannya ke Puskesmas. Wawancara dilakukan
setelah pasien selesai mendapatkan pelayanan sewaktu akan meninggalkan
Puskesmas (exit interview) menggunakan instrumen Daftar Tilik.
vi. Ketersediaan Sarana (Obat dan Alat)
vii. Dilakukan pengamatan ketersediaan alat dan obat yangg mendukung pelayanan
kesehatan yang bersangkutan, menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik.
b. Area Pelayanan yang dilakukan pengamatan
Area Pelayanann Kesehatan Dasar penting adalah: Pelayanan Antenatal, Batuk dan
Kesulitan Bernafas, Imunisasi. Untuk selanjutnya Puskesmas akan melakukan
pengamatan untuk area lainnya sesuai dengan prioritas (kondisi) setempat.
c. Pelaksana
Empat atau lima petugas kesehatan dalam satu organisasi, biasanya terdiri dari
16 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
seorang dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan atau Jurim yang telah mendapat
Pelatihan Analisis Sistem, sehingga mereka terampil dalam menggunakan Daftar
Tilik untuk melakukan pengamatan langsung terhadap petugas. Pelayanan kesehatan
yang sedang dilakukan harus telah berdasarkan suatu Standar Pelayanan yang telah
disepakati.
d. Jumlah sampel
Untuk setiap area akan dikumpulkan sejumlah 25 kasus. Ada kalanya setelah
melakukan pengamatan selama 5-6 hari dalam kutrun waktu dua minggu, tetapi
tidak terkumpul 25 kasus, maka pengamatannya dihentikan, dan data yang akan
digunakan cukup dengan jumlah yang sudah terkumpul saja.
e. Cara melakukan pengumpulan data
a) Pengamatan Langsung
b) Wawancara terhadap petugas Puskesmas yang diamati
c) Wawancara dengan pasien/klien
d) Ketersediaan Peralatan Essensial
e) Jumlah petugas yang diamati
Tujuan pengamatan ialah menentukan Tingkat Kepatuhan Puskesmas, maka
pengamatan dilakukan terhadap sebanyak mungkin petugas Puskesmas (jika Petugas
Puskesmas lebih dari seorang), kecuali dokter, kalau dokter hanya seorang saja.
Diupayakan melakukan pengamatan seproposional mungkin dengan jumlah pasien
yang diperiksa oleh petugas kesehatan yang diamati.
f. Pengolahan dan analisa
Data yang terkumpul dibuat tabulasi, kemudian dihitung tingkat kepatuhan/tingkat
pengetahuan/tingkat kelengkapan sarana dengan mempergunakan rumus sebagai
berikut:
Tingkat kepatuhan = Jumlah Ya Jumlah (Ya + Tidak)
g. Penyusunan Rencana Kegiatan atau Plan of Action
Organisasi pelayanan kesehatan tetangga yang melakukan pengamatan, setelah
mengolah data akan memberikan umpan balik kepada unit pelayanan yang diamati.
Umpan balik tersebut diberikan pada Lokakarya di tingkat kabupaten. Setelah
menerima umpan balik tersebut, maka Puskesmas segera membuat suatu Rencana
Kegiatan atau Plan of Action (PoA) untuk meningkatkan Tingkat Kepatuhan Petugas
terhadap Standar, tingkat pengetahuan serta tingkat kelengkapan sarana, sehingga
menjadi sekurang-kurangnya 80%. PoA tersebut antara lain berisi: penanggungjawab
17 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
untuk melaksanakan kegiatan, pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan
kepatuhan dan cara pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan.
h. Pemantauan dan Supervisi
Selama organisasi pelayanan melaksanakan rencana kegiatan (PoA) maka
diharapkan Supervisor kabupaten/ kota akan sering berkunjung ke organisasi
pelayanan untuk membantu petugas kesehatan meningkatkan Tingkat Kepatuhan
terhadap Standar. Selain oleh Supervisor kabupaten/ kota, maka kepala organisasi
pelayanan juga harus memantau petugas Puskesmas.
2. Tahap Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah
Pendekatan Tim sudah dimulai sejak saat Jaminan Mutu mulai dilaksanakan. Pendekatan
Tim dalam Pemecahan Masalah adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah,
dalam hal ini adalah masalah mutu pelayanan (masalah kompleks), yang terjadi di dalam
organisasi pelayanan secara tim dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus
pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan
masdalah (Quality Improvement Tool) serta berdasarkan data. Istilah masalah kompleks
yang ditujukan terhadap masalah Keluaran yaitu outcome dan output pelayanan
kesehatan. Kepuasan pasien adalah keluaran, maka masalah tentang kepuasan pasien akan
dilihat sebagai mutu pelayanan. Kompleksitas masalah itu dapat terjadi dalam berbagai
bentuk, antara lain sebagai berikut:
a. Besaran atau magnitude suatu masalah yang kompleks lebih sulit ditentukan;
b. Penyebab masalah yang kompleks lebih sulit diketahui atau dimengerti;
c. Pengumpulan data harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebabn suatu
masalah yang kompleks;
d. Suatu intervensi khusus diperlukan untuk menghilangkan penyebab masalahnya;
e. Diperlukan suatu pemantauan khusus terhadap kemajuan pelaksanaan pemecahan
masalah untukm menentukan apakah masalah kompleks tersebut telah dapat
dipecahkan.
Diharapkan organisasi pelayanan dapat memecahkan masalah mutu dua atau tiga
dalam setahun. Proses pemecahan masalah dilaksanakan dalam waktu kurang
lebih 3 bulan. Dimana pemecahan masalah tersebut, apabila menurut hasil
evaluasi dinilai berhasil, akan menjadi SOP organisasi pelayanan untuk kegiatan
yang bersangkutan. Sehingga dengan ini diharapkan organisasi dapat memberikan
18 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
pelayanan berdasarkan SOP dengan mutu yang terjamin serta hasil sesuai dengan
yang diharapkan, baik oleh pengguna, pelaksana maupun pimpinan. Yang penting
adalah nahwa Puskesmas selalu bekerja dalam menemukan dan memecahkan
masalah yang kompleks tanpa henti-hentinya.
Cara menjaga kelangsungan Jaminan Mutu di Puskesmas adalah:
a. Mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap standar, dalam arti
profesionalisme petugas dalam memberikan pelayanan tetap memegang
‘best practice’, antara lain dengan upaya:
b. Mengintegrasikan Jaminan mutu ke dalam sistem manajemen Puskesmas
yang telah ada yaitu Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya Mini
Puskesmas dan Penilaian Kinerja Puskesmas.
BIAYA MUTU
Dalam lingkungan industri, dapat dibedakan dua macam biaya mutu, yaitu:
Biaya yang ditimbulkan oleh barang/jasa yang rendah mutunya
Biaya yang diperlukan untuk memantau mutu dan memproduksi atau menghasilkan
barang/jasa yang bermutu.
Dengan menggunakan pendekatan yang sama, yaitu dengan membedakan kedua jenis
biaya mutu tersebut, maka di dalam lingkungan layanan kesehatan akan dapat diidentifikasi
berbagai jenis biaya mutu.
Biaya layanan kesehatan bermutu rendah
Biaya layanan kesehatan yang rendah mutunya pasti mahal dan tidak efisien.
Pemborosan biaya layanan kesehatan yang kurang bermutu tersebut antara lain disebabkan
oleh :
1. Biaya kegagalan
Biaya kegagalan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak dapat dilaksanakannya
tindakan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan pada tempat yang tepat. Biaya ini
berhubungan dengan :
- Tidak dipatuhinya standar layanan kesehatan yang disepakati
- Penyusunan standar layanan kesehatan tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
- Standar layanan kesehatan yang disusun masih memungkinkan pasien
mendapatkan layanan kesehatan yang tidak sesuai dari profesi layanan kesehatan
lain
19 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
- Kondisi pasien yang seharusnya mampu mendeteksi tahap yang lebih dini dari
tingkat perkembangan penyakit, yaitu pada saat biaya pengobatan dan/atau biaya
perawatan pasien lebih murah
- Penggunaan bahan, obat atau peralatan yang kurang tepat sehingga lama waktu
perawatan akan menjadi berlarut-larut
- Kesalahan komunikasi antaranggota tim layanan kesehatan akan menimbulkan
penambahan biaya kepada pasien, yaitu biaya untuk meralat kesalahan tindakan
dan ketidaknyamanan pasien
- Layanan kesehatan yang tidak tepat atau tidak kompeten cenderung menimbulkan
penambahan biaya
20 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
2. Biaya penggunaan atau pemanfaatan
Biaya pemanfaatan ditimbulkan oleh penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan
efektif, yang penyebabnya antara lain :
- Penggunaan keterampilan yang tidak tepat, seperti personel yang tidak diberi
tugas secara taat-asas sesuai dengan kemampuan, pelatihan dan/atau
pengalamannya
- Tidak/kurang digunakannya personel dan peralatan sehingga tingkat mutu
pelayanan kesehatan tidak mungkin tercapai
- Penggunaan obat dan bahan yang berlebihan sehingga biaya layanan kesehatan
meningkat
- Penggunaan personel yang berlebihan, seperti adanya konsultasi, pemeriksaan,
atau pengobatan yang tidak perlu, akan menimbulkan biaya yang tidak perlu dan
selanjutnya menyebabkan waktu tunggu pasien lain menjadi lebih lama.
- Penggunaan peralatan yang berlebihan sehingga pemeliharaan dan/atau kalibrasi
peralatan menjadi terhambat, dan akhirnya menyebabkan semakin mahalnya biaya
layanan kesehatan.
Biaya sistem mutu
Dengan diterapkannya jaminan mutu layanan kesehatan,akan terdapat penambahan
biaya organisasi sebagai berikut.
1. Biaya pengukuran mutu
Terjadi karena diadakannya suatu sistem pemantauan mutu untuk mengukur mutu
layanan kesehatan.
2. Biaya pencegahan
Timbul karena adanya kegiatan untuk mencegah terjadinya kegagalan dan/atau
membuat biaya kegagalan dan pengukuran mutu menjadi seminimal mungkin.
Kegiatan pencegahan ini meliputi pembangunan sistem mutu, penyusunan standar
layanan kesehatan, pelatihan mutu, jaminan mutu layanan kesehatan, dan pelatihan
personel yang berkesinambungan.
Teknis dan langkah peningkatan mutu pelayanan
Persyaratan Pelaksanaan Manajemen Mutu
Sebelum memulai langkah perlu diketahui dulu beberapa persyaratan untuk
melaksanakan manajemen mutu yaitu :
21 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
1. Komitmen dari manajemen puncak
Keterlibatan langsung dari manajemen puncak bertujuan untuk memimpin dan
menunjukkan bahwa manajemen mutu sangat penting bagi organisasi. Selain itu
perubahan ke arah manajemen mutu merupakan suatu pengalaman belajar sehingga
melalui keterlibatan langsung dalam pelaksanaan sehari-hari, manajemen puncak
dapat mengambil keputusan rasional yang berkaitan dengan perubahan yang
dilakukan.
2. Komitmen atas sumber daya yang dibutuhkan
Walaupun implementasi manajemen mutu tidak harus mahal, tetapi segala sesuatunya
membutuhkan biaya yang sebagian besar digunakan untuk pelatihan.
3. Steering Committee pada level puncak
Steering Committee berfungsi untuk menentukan cara implementasi dan memantau
pelaksanaan manajemen mutu. Steering Committee secara operasional bekerja sebagai
suatu tim yang menetapkan visi dan sasaran organisasi, membuat upaya, memantau
kemajuan dan memberikan penghargaan atas prestasi tim tersebut.
4. Perencanaan dan publikasi
Perencanaan dan publikasi atas visi, misi, tujuan, sasaran dan penghargaan prestasi
yang merupakan infrastruktur pendukung untuk penyebarluasan dan perbaikan
berkesinambungan.
Langkah-langkah Penerapan Manajemen Mutu
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penerapan manajemen mutu adalah sebagai
berikut :
1. Melatih Steering Committee
2. Team yang terbentuk mengidentifikasi dan memperhitungkan kekuatan dan
kelemahan organisasi.
3. Mengidentifikasi pendukung dan ancaman yang nyata.
4. Tetapkan pelanggan organisasi dan kenali karakteristiknya, susun indicator masing-
masing pelanggan dan tetapkan cara untuk mengetahui kadar kepuasan masing-
masing pelanggan.
5. Susun tahap perbaikan (jangan berambisi terlalu cepat selesai dan cepat puas).
22 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Antisipasi Penolakan
Untuk antisipasi ketidaksesuaian dan penolakan yang dihadapi dapat dipilih berbagai
macam strategi sesuai dengan situasi dan jenis penolakan tersebut, antara lain :
1. Pendidikan dan komunikasi
Pendidikan dan komunikasi digunakan manakala infonnasi yang tersedia sangat
kurang dan tidak akurat.
2. Partisipasi dan keterlibatan
Strategi ini digunakan bila manajemen puncak tidak atau kurang mempunyai
informasi, dilain pihak kemungkinan besar untuk ditolak.
3. Fasilitas dan dukungan
Strategi ini diterapkan apabila orang menolak perubahan karena masalah-masalah
penyesuaian terhadap hal barn yang diperkenalkan.
4. Negosiasi dan kesepakatan
Strategi ini diterapkan apabila ada yang merasa terancam.
5. Paksaan
Strategi ini akan menimbulkan hasil yang cepat tetapi dalam jangka menengah akan
menuai resiko perlawanan terhadap manajemen. Berbagai strategi ini dapat diterapkan
tetapi yang perlu disadari setiap perubahan memerlukan waktu dan tidak bisa
sekaligus.
Bagi yang pernah melaksanakan manajemen mutu apapun bentuknya factor yang penting
adalah evaluasi dan penentuan indikator keberhasilan. Strategi dan langkah yang akan
diambil selanjutnya sangat tergantung kepada hasil evaluasi tersebut.
Tahap-tahap pelaksanaan jaminan mutu
Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi
a) Cara pelaksanaan analisis sistem/supervisi dengan cara Peer Review (ulasbalik
kesejawatan) dengan mengikuti cara perputaran Robin.
23 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat yang sama dari Puskesmas lain
menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik (checklist).
Daftar Tilik berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Analisis Sistem merupakan suatu audit atau penilaian
terhadap mutu pelayanan kesehatan, adapun penilaian meliputi beberapa aspek:
1) Kepatuhan terhadap standar
Pengamatan dilakukan untuk menilai kepatuhan petugas terhadap standar yang ada
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Cara supervisor memeriksa kepatuhan terhadap standar:
Ambil secara acak masing-masing 3 Catatan Medik pasien yang relevan dan telah
dilaksanakan pengukuran terhadap standar.
Periksa Catatan Medik tersebut dan catat hasil temuan pada kolom yang tersedia.
Kecenderungan dari beberapa petugas kesehatan yang mematuhi Daftar Tilik artinya
melakukan semua yang terdapat di dalam Daftar Tilik, akan tetapi tidak mematuhi
Standar. Contohnya: petugas kesehatan mungkin telah menanyakan semua pertanyaan
yang menyangkut anamnesis dan melakukan pemeriksaan terhadap geejala klinik,
tetapi salah melaakukan klasifikasi/diagnosis atau salah memberikan pengobatan.
Sebagai akibnatnya dapat terjadi persepsi/anggapan yang keliru tentang Jaminan
Mutu, yaitu petufgas Puskesmas menganggap Jaminan Mutu adalah Daftar Tilik.
2) Pengetahuan Petugas Puskesmas
Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh pengamat tentang
pengetahuan petugas yang diamati, menggunakan alat bantu berupa Daftar Tilik.
3) Pengetahuan Pasien
Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk mengetahui pengetahuan
mereka tentang penyakit atau pelayanan yang diberikan berhubungan dengan
24 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
kunjungannya ke Puskesmas. Wawancara dilakukan setelah pasien selesai
mendapatkan pelayanan sewaktu akan meninggalkan Puskesmas (exit interview)
menggunakan instrumen Daftar Tilik.
4) Ketersediaan Sarana (Obat dan Alat)
Dilakukan pengamatan ketersediaan alat dan obat yangg mendukung pelayanan
kesehatan yang bersangkutan, menggunakan instrumen berupa Daftar Tilik.
Pengisian Daftar Tilik cukup dengan memberikan tanda ’v’ pada kotak yang tersedia sesuai
dengan hasil pengamatan dan jawaban.
Daftar Tilik terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Pengamatan langsung (tehadap pelaksana): teknik bekerja, pencatatan (kartu status)
2. Wawancara tehadap pengantar/pasien
3. Wawancara petugas
4. Pengamatan sarana/alat esensial.
b) Area Pelayanan yang dilakukan pengamatan
Area Pelayanann Kesehatan Dasar penting adalah: Pelayanan Antenatal, Batuk dan
Kesulitan Bernafas, Imunisasi.
Untuk selanjutnya Puskesmas akan melakukan pengamatan untuk area lainnya sesuai
dengan prioritas (kondisi) setempat.
c) Pelaksana
Empat atau lima petugas kesehatan dalam satu organisasi, biasanya terdiri dari seorang
dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan atau Jurim yang telah mendapat Pelatihan
Analisis Sistem, sehingga mereka terampil dalam menggunakan Daftar Tilik untuk
25 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
melakukan pengamatan langsung terhadap petugas. Pelayanan kesehatan yang sedang
dilakukan harus telah berdasarkan suatu Standar Pelayanan yang telah disepakati.
d) Jumlah sampel
Untuk setiap area akan dikumpulkan sejumlah 25 kasus. Ada kalanya setelah melakukan
pengamatan selama 5-6 hari dalam kutrun waktu dua minggu, tetapi tidak terkumpul 25
kasus, maka pengamatannya dihentikan, dan data yang akan digunakan cukup dengan
jumlah yang sudah terkumpul saja.
e) Cara melakukan pengumpulan data
Pengamatan Langsung
Wawancara terhadap petugas Puskesmas yang diamati
Wawancara dengan pasien/klien
Ketersediaan Peralatan Essensial
f) Jumlah petugas yang diamati
Tujuan pengamatan ialah menentukan Tingkat Kepatuhan Puskesmas, maka pengamatan
dilakukan terhadap sebanyak mungkin petugas Puskesmas (jika Petugas Puskesmas lebih
dari seorang), kecuali dokter, kalau dokter hanya seorang saja. Diupayakan melakukan
pengamatan seproposional mungkin dengan jumlah pasien yang diperiksa oleh petugas
kesehatan yang diamati.
g) Pengolahan dan analisa
Data yang terkumpul dibuat tabulasi, kemudian dihitung tingkat kepatuhan/tingkat
pengetahuan/tingkat kelengkapan sarana dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat kepatuhan = Jumlah Ya/Jumlah (Ya + Tidak)
h) Penyusunan Rencana Kegiatan atau Plan of Action
26 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Organisasi pelayanan kesehatan tetangga yang melakukan pengamatan, setelah mengolah
data akan memberikan umpan balik kepada unit pelayanan yang diamati. Umpan balik
tersebut diberikan pada Lokakarya di tingkat kabupaten.
Setelah menerima umpan balik tersebut, maka Puskesmas segera membuat suatu
Rencana Kegiatan atau Plan of Action (PoA) untuk meningkatkan Tingkat Kepatuhan
Petugas terhadap Standar, tingkat pengetahuan serta tingkat kelengkapan sarana,
sehingga menjadi sekurang-kurangnya 80%.
PoA tersebut antara lain berisi: penanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan,
pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan dan cara pemantauan
kemajuan pelaksanaan kegiatan. Contoh:
1) membuat job aid yang dapat dipergunakan sebagai alat Bantu bagi petugas agar selalu
ingat standar pelayanan.
2) Melakukan kalakarya (on the job training) untuk meningkatkan ketrampuilan dan
pengetahuan petugas.
3) Melengkapi sarana yang masih kurang dengan cara realokasi atau pengaturan.
i) Pemantauan dan Supervisi
Selama organisasi pelayanan melaksanakan rencana kegiatan (PoA) maka diharapkan
Supervisor kabupaten/kota akan sering berkunjung ke organisasi pelayanan untuk
membantu petugas kesehatan meningkatkan Tingkat Kepatuhan terhadap Standar.
Selain oleh Supervisor kabupaten/kota, maka kepala organisasi pelayanan juga harus
memantau petugas Puskesmas.
Ada dua hal yang harus menjadi perhatian Supervisor, yaitu:
i. Apakah petugas Puskesmas mematuhi Standar? Apakah semua kegiatan yang terdapat di
dalam Standar dikerjakan?
27 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
ii. Apakah petugas Puskesmas melaksanakan Standar dengan benar? Misalnya di dalam
Standar menyebutkan harus mengukur tekanan darah, pengamat akan melihat petugas
yang diamati melakukan pengukurasn tekanan darah secara tepat dan benar.
Evaluasi
Tiga sampai enam bulan setelah ulasbalik kesejawatan yang pertama dilakukan lagi ulasbalik
kesejawatan yang kedua, dengan cara dan instrumen yang sama, tetapi cukup dengan
mengumpulkan 12 pengamatan. Penyajian data sama dengan ulasbalik kesejawatan yang
pertama. Tingkat kepatuhan/pengetahuan/ketersediaan sarana yang diperoleh pada peer
review pertama (25 kasus) dibandingkan dengan hasil peer review kedua (12 kasus) dan
diharapkan terjadi peningkatan tingkat kepatuhannya.
1. Tahap Pelaksanaan Pendekatan Tim dalam Pemecahan Masalah
Pendekatan Tim sudah dimulai sejak saat Jaminan Mutu mulai dilaksanakan. Pendekatan
Tim dalam Pemecahan Masalah adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah,
dalam hal ini adalah masalah mutu pelayanan (masalah kompleks), yang terjadi di dalam
organisasi pelayanan secara tim dengan mengikuti langkah-langkah dalam siklus
pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) dan mempergunakan alat-alat pemecahan
masdalah (Quality Improvement Tool) serta berdasarkan data. Istilah masalah kompleks
yang ditujukan terhadap masalah Keluaran yaitu outcome dan output pelayanan
kesehatan. Kepuasan pasien adalah keluaran, maka masalah tentang kepuasan pasien akan
dilihat sebagai mutu pelayanan. Kompleksitas masalah itu dapat terjadi dalam berbagai
bentuk, antara lain sebagai berikut:
a. Besaran atau magnitude suatu masalah yang kompleks lebih sulit ditentukan;
b. Penyebab masalah yang kompleks lebih sulit diketahui atau dimengerti;
c. Pengumpulan data harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebabn suatu masalah
yang kompleks;
d. Suatu intervensi khusus diperlukan untuk menghilangkan penyebab masalahnya;
e. Diperlukan suatu pemantauan khusus terhadap kemajuan pelaksanaan pemecahan
masalah untukm menentukan apakah masalah kompleks tersebut telah dapat
dipecahkan.
28 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Diharapkan organisasi pelayanan dapat memecahkan masalah mutu dua atau tiga dalam
setahun. Proses pemecahan masalah dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
Dimana pemecahan masalah tersebut, apabila menurut hasil evaluasi dinilai berhasil, akan
menjadi SOP organisasi pelayanan untuk kegiatan yang bersangkutan. Sehingga dengan
ini diharapkan organisasi dapat memberikan pelayanan berdasarkan SOP dengan mutu
yang terjamin serta hasil sesuai dengan yang diharapkan, baik oleh pengguna, pelaksana
maupun pimpinan. Yang penting adalah bahwa Puskesmas selalu bekerja dalam
menemukan dan memecahkan masalah yang kompleks tanpa henti-hentinya.
Cara menjaga kelangsungan Jaminan Mutu di Puskesmas adalah:
Mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap standar, dalam arti profesionalisme
petugas dalam memberikan pelayanan tetap memegang ‘best practice’, antara lain
dengan upaya:
Mengintegrasikan Jaminan mutu ke dalam sistem manajemen Puskesmas yang telah
ada yaitu Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya Mini Puskesmas dan Penilaian
Kinerja Puskersmas dengan cara:
a. Identifikasi masalah melalui Penilaian Kinerja
b. Proses pemecahan masalah melalui PTP
c. Evaluasi dan monitoring melalui Lokakarya Mini Puskesmas.
Strategi Mutu
a. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Quality Assurance mulai digunakan di rumah sakit sejak tahun 1960-an implementasi
pertama yaitu audit keperawatan. Strategi ini merupakan program untuk mendesain
standar pelayanan keperawatan dan mengevaluasi pelaksanaan standar tersebut
(Swansburg, 1999). Sedangkan menurut Wijono (2000), Quality Assurance sering
diartikan sebagai menjamin mutu atau memastikan mutu karena Quality Assurance
berasal dari kata to assure yang artinya meyakinkan orang, mengusahakan sebaik-
baiknya, mengamankan atau menjaga. Dimana dalam pelaksanaannya menggunakan
teknik-teknik seperti inspeksi, internal audit dan surveilan untuk menjaga mutu yang
29 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
mencakup dua tujuan yaitu : organisasi mengikuti prosedur pegangan kualitas, dan
efektifitas prosedur tersebut untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.
Dengan demikian quality assurance dalam pelayanan kesehatan adalah kegiatan
menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah : audit
internal dan surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan standar operating
procedure (SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan penyelesaian masalah.
Sehingga sebagai suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga mutu pelayanan
keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses pemberian pelayanan
keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan.
b. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)
Continuous Quality Improvement dalam pelayanan kesehatan merupakan
perkembangan dari Quality Assurance yang dimulai sejak tahun 1980-an. Continuous
Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan) sering diartikan sama dengan
Total Quality Management pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh.
Namun menurut Loughlin dan Kaluzny (1994, dalam Wijono 2000) bahwa ada
perbedaan sedikit yaitu Total Quality Management dimaksudkan pada program
industri sedangkan Continuous Quality Improvement mengacu pada klinis. Wijono
(2000) mengatakan bahwa Continuous Quality Improvement itu merupakan upaya
peningkatan mutu secara terus menerus yang dimotivasi oleh keinginan pasien.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu yang tinggi dalam pelayanan
keperawatan yang komprehensif dan baik, tidak hanya memenuhi harapan aturan
yang ditetapkan standar yang berlaku.
Pendapat lain dikemukakan oleh Shortell dan Kaluzny (1994) bahwa Quality
Improvement merupakan manajemen filosofi untuk menghasilkan pelayanan yang
baik. Dan Continuous Quality Improvement sebagai filosofi peningkatan mutu yang
berkelanjutan yaitu proses yang dihubungkan dengan memberikan pelayanan yang
baik yaitu yang dapat menimbulkan kepuasan pelanggan
(Shortell, Bennett & Byck, 1998, Pengkajian Dampak Continuous Quality
Improvement dalam Praktek Klinik, hlm.59, 4 ¶ 2, http//www.shortell/sm/qi.com,
diperoleh tanggal 30 September 2006) Sehingga dapat dikatakan bahwa Continuous
Quality Improvement dalam pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus yang memfokuskan
30 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan kepuasan pasien. Oleh karena itu
perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi mutu
dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.
c. Total quality manajemen (TQM)
Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses,
dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien
dan perbaikan mutu menyeluruh.
Manajemen Mutu ( Quality Assurance)
Menjaga mutu dalam arti yaitu adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang bertujuan
memberikan pelayanan dan asuhan denga mutu yang sebaik-baiknya.
Tentang istilah
Kiranya istilah menjaga mutu ( bukan menjaga mutu) lebih dikenal sebagai quality
assurance> Menjamin ( to insure) adanya tanggung jawab mengganti apabila sampai terjadi
kerusakan, kehilangan, cacat kerugian dan kematian. Jika istilah “menjamin mutu” yang
dipakai , secara harfiah padanan istilah inggrsnya haruslah “ quality assurance”.
Pendekatan
Dalam menjaga mutu ( dalam arti luas) ada dua pendekatan yang saling mengisi :
1. Pendekatan struktur yaitu:
Pendidikan tenaga profesi
Perizinan
Sertifikat
akreditasi
a. Pendekatan tenaga profesi :
Pendidikan diarahakan untuk menghasilkan tenaga profesi yang pengetahuan,
perilaku dan keterampilannya pelayanan kesehatan yang bermutu.
b. Perizinan ( licence) :
31 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
mekanisme menjaga mutu yang paling tua setelah pendidikan adalah melaui
perizinan , hal ini di Indonesia telah lama ditetapkan oleh Depkes.
SID dan SIP yang dikeluarkan adalah pengakuan bahwa dokter yang
mendapatkanya memenuhi syaraat-syarat pendidikan yang ditentukan menjalankan
profesi medis yang baik.
Namun sebenarnya mekanisme perizinan hal ini sendiri belum menjamin
sepenuhnya kemampuan professional seorang dokter atau perawat , atau baik tidak
pelayanan oleh suatu fasilitas.
Ada beberapa kelemahan, lazimnya izin itu bersifat sangat umum. Secara teori
seorang dokter diizinkan melakukan apa saja dalam batas wewenang formal
profesinya, juga dalam hal-hal yang ia tidak cukup terlatih atau berpengalaman.
c. Sertifikat (certificate)
Sertifikat keprofesian adalah selangkah lebih jauh daripada perizinan. Untuk
dokter sertifikat ini adalah pengakuan sebagi spesialis oleh organisasi keprofesian
atau “specialty board”, setelah yang bersangkutan memenuhi syarat pendidikan
spesialisasi yang ditentukan. Di Indonesia dapat dikatakan bahwa perizinan adalah
wewenang eksekutif (Depkes, Dinas Kesehatan), sedangkan sertifikasi adalah urusan
badan-badan yang ada hubungannya dengan pendidikan keprofesian (Depdikbud,
CHS, Universitas, organisasi keprofesian.
d. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu institute seperti rumah sakit sudah
memenuhi standar-standar yang ditentukan oleh badan yang diberi wewenang untuk
itu.
Dapat disimpulkan bahwa upaya menjaga mutu dengan pendekatan struktur
(perizinan, sertifikatrk dan akreditasi) adalah kegiatan pihak-pihak dari luar rumah
sakit, baik pemerintah maupun swasta.
Kegiatankegiatan itu terutama dipusatkan pada penilaian fisik terhadap jasanya
sendiri atau terhadap pasien sebagai penerima pelayanan jasa itu. Juga tidak dinilai
bagaimana “performance: pemberi jasa, apakah baik atau tidak. Inilah kekurangannya.
32 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Pendekatan proses dan outcome
Karena kekurangan –kekurangan pendekatan struktur seperti yang diungkapkan diatas
tadi, di Amerika dan beberapa Negara lain dikembangkan upaya menjaga mutu yang
didasarkan pada pendekatan penampilan . Yang dinilai adalah jasa yang diberikan
pada pasien, atau dengan kata lain proses dan outcome pelayanan. Kegiatan pelayanan
ini dibedakan dalam:
Utilation review
Peer review
Quality assessment
Quality assurance
Utilation review
Penilaian review ini pada dasarnya adalah upaya untuk menjaga agar
pelayanan tertentu yang diberikan kepada pasien memeng sesungguhnya dibutuhkan
olehnya, dan nilai uang yang harusnya dibayarnya dalah wajar. Dengan tujuan
menekannya biaya pengobatan, terutama oleh badan usaha asuransi kesehatan.
Memang“utilation review “ semula dilakukan atas desakan pihak ketiga yang harus
membayar biaya pengobatan.Namun upaya ini juga ada kaitannya dengan menjaga
mutu.”Utilization review” dapat menvcegahproses dan outcome yang kurang baik,
dengan ancaman jasa yng tidak wajar tidak akan dibayar oleh asuransi kesehatan.
Definisi QA
Joint commission on Accreditation of Hospitals (JCAH), badan yang
menyelenggarakan akreditasi rumah sakit di Amerika, mendefinisikan QA sebagai:
Suatu program berlanjut yang disusun untuk secara obyektif dan sistematik
memantau dan menilai mutu dan kewajaran (appropriateness) asuhan
terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien,
dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan. Tentang mutu telah
didiskusikan di atas.
Kewajaran asuhan adalah apabila suatu prosedur, tindakan, pemeriksaan atau
pelaksanaan terhadap pasien adalah:
- Effektif
33 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
- Jelas ada indikasinya
- Tidak berlebih-lebihan atau kurang
- Diberikan dalam situasi yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhannya.
Definisi tadi menggunakan unsur-unsur yang membedakan quality assurance (dalam
arti khusus ini) dengan utilization review dan peer review. Quality assurance ini
adalah program atau kegiatan yang:
- Berlanjut< artinya bukan hanya sewaktu dan insidental
- Sistematik, artinya mencakup seluruh kegiatan rumah sakit sebagai suatu
sistem (hospitel wide), bukan hanya sektoral. Cara kerjanya pun sistemik.
Dari definisi ini terlihat pula adanya tiga komponen utama dalam program rumah
sakit yang sistemik dan berlanjut ini:
1. Pemantauan (monitoring) yang obyektif
2. Penilaian (evaluation) yang obyektif
3. Tindakan (action) untuk koreksi yang kurang baik, serta meningkatkan
mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien.
Jika sekarang orang berbicara tentang QA di Amerika, Canada dan Australia, yang
dimaksud adalah menjaga mutu dalam arti rangkaian kegiatan seperti di atas tadi.
Kita tinjau lebih lanjut masing-masing kegiatan itu.
Memantau adalah:
- Kegiatan sistematik dan rutin mengumpulkan data dan informasi tentang
proses dan outcome dan pelayanan
- Memberikan informasi tentang efektif atau tidaknya, baik atau tidaknya,
serta wajar atau tidaknya proses dan outcome
- Cara yang terorganisasi untuk mengidentifikasi masalah
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk pemantauan yang obyektif
diperlukan adanya sistem informasi yang baik. Sistem informasi ini secara rutin dan
sistemik mengumpulkan dan mengolah data tentang seluruh proses dan outcome
dalam masing-masing unit pemberi jasa asuhan pasien. Dicatat dan dilaporkan pula
tentang kejadian yang tidak wajar dan tidak diharapkan di suatu unit.
34 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Sumber-sumber informasi adalah antara lain:
1. Catatan medik pasien, yang mencakup:
-anamnesis
-catatan kemajuan pengobatan
-hasil pemeriksaan lab, radiologi, dll
-instruksi dokter
-catatan konsulen
-catatan pemakaian obat
2. Laporan operasi, laporan pembiusan dan sebagainya
3 Laporan kecelakaan
4. Laporan pengendalian infeksi
5. Laporan dinas perawat
6. Protokol atau prosedur standar di suatu unit
7. Keluhan pasien atau keluarganya
8. Keluhan karyawan sendiri
9. Kwesioner penelitian yang diisi oleh pasien
10. Hasil wawancara
11. Hasil utilization review
12. Hasil peer review
13. Hasil observasi langsung
Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Manajemen Mutu
Apabila suatu organisasi menerapkan MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dengan cara
sebagaimana mereka melaksanakan inovasi manajemen lainnya, atau bahkan bila
mereka menganggap MMT sebagai "obat ajaib" atau alat penyembuh yang cepat,
maka usaha tersebut telah gagal semenjak awal. MMT merupakan suatu pendekatan
baru dan menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigma
35 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
manajemen tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan dan
pelatihan-pelatihan khusus.
Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan
yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada
saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa kesalahan yang sering
dilakukan antara lain :
a. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya
dimulai dari pihak manajemen di mana mereka harus terlibat secara langsung dalam
pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak lain
(misalnya kepada pakar yang digaji) maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.
b. Team mania
Organisasi perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua karyawan.
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan harus memiliki
pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing. Penyelia perlu mempelajari
cara menjadi pelatih yang efektif, sedangkan karyawan perlu mempelajari cara
menjadi anggota tim yang baik. Kedua, organisasi harus melakukan perubahan
budaya supaya kerja sama tim tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut
tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah,
bukannya pemecahan masalah.
c. Proses penyebarluasan (deployment)
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukannya ke dalam seluruh
elemen organisasi (misalnya operasi, pemasaran, dan lain-lain). Seharusnya
pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan para manajer, serikat pekerja,
pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai
struktur, penghargaan, pengembangan ketrampilan, pendidikan dan kesadaran.
d. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip
yang ditentukan disitu. Padahal tidak ada satu pun pendekatan yang disarankan oleh
ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan satu
pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Bahkan para pakar kualitas mendorong
36 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
organisasi untuk menyesuaikan program-program kualitas dengan kebutuhan
mereka masing-masing.
e. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama
beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih
dibutuhkan waktu untuk mendidik, mengilhami dan membuat para karyawan sadar
akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan sering kali
perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing organisasi.
f. Pemberdayaan (empowerment) yang bersifat prematur
Banyak organisasi yang kurang memahami makna dari pemberdayaan atau
empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah
dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil
positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan
setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu, sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan
sesuatu.
Masih banyak kesalahan lain yang sering dilakukan berkaitan dengan program
MMT dalam suatu organisasi. Apabila organisasi benar-benar memahami konsep
MMT sebelum mencoba menerapkannya. maka kesalahan-kesalahan tersebut dapat
dihindari.
PATIENT SAFETY
PENDAHULUAN
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari
manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
37 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko.
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting
dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of
Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat
ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang
dikeluarkan oleh KARS. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada
tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan
’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
38 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
ELEMEN PATIENT SAFETY
Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME)
Restraint use
Nosocomial infections
Surgical mishaps
Pressure ulcers
Blood product safety/administration
Antimicrobial resistance
Immunization program
Falls
Blood stream – vascular catheter care
Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports
MOST COMMON ROOT CAUSES OF ERRORS
Communication problems
Inadequate information flow
Human problems
Patient-related issues
Organizational transfer of knowledge
Staffing patterns/work flow
Technical failures
Inadequate policies and procedures (AHRQ Publication No. 04-RG005,
December 2003) Agency for Healthcare Research and Quality
INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS
1. Identify patients correctly
2. Improve effective communication
3. Improve the safety of high-alert medications
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
5. Reduce the risk of health care-associated infections
6. Reduce the risk of patient harm from falls
39 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
MEMBANGUN KESADARAN PERAWAT (NURSING AWARENESS) AKAN
PATIENT SAFETY
Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di
rumah sakit (sebesar 40 – 60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam
mewujudkan keselamatan pasien. Nursing is the protection, promotion, and
optimization of health and abilities, prevention of illness and injury, alleviation of
suffering through diagnosis and treatment of human response, and advocacy in the
care of individuals, families, communities, and populations. Berangkat dari definisi
inilah, peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit dapat
dirumuskan. Antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi
standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan prinsip-prinsip etik
dalam pemberian pelayanan keperawatan; memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarga tentang asuhan yang diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang
handal dalam pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik
terhadap pasien dan keluarganya; peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah
terhadap kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar semua
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga. Perawat bertanggung
jawab dalam:
- Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang
kemungkinan-kemungkinan resiko
- Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang
berwenang
- Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan
kualitas/mutu pelayanan
- Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan
professional lainnya
- Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
- Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
- Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi
(infection control)
- Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi
kejadian error
40 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
- Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para
dokter ahli farmasi dan lain-lain
- Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat
- Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat,
menganalisa dan mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD)
- Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh
untuk pelaksanaan akreditasi
- Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur
terhadap excellence dalam patient safety
QUALITYWORKPLACES = QUALITY PATIENT CARE
Secara terus menerus mengembangkan peranan keperawatan
Menentukan ruang lingkup praktek keperawatan sehingga perawat, atau
disiplin lainnya, dan masyarakat menyadari terjadinya proses evolusi pada
profesi
Mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi
Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu pernyataan sikap tentang
pentingnya suatu lingkungan kerja yang aman
Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam pengembangan kebijakan untuk
lingkungan kerja yang aman
Mendukung penelitian, mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan
penyebarluasan data setelah tersedia
Mendorong Lembaga pendidikan untuk meningkatkan kerjasama dengan
memberikan kesempatan untuk kolaborasi dan penekanan pada teori kerja
sama tim
Menyajikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan yang menunjukkan
efektivitas praktik lingkungan positif melalui rekrutmen dan inisiatif retensi,
mengurangi tingkat drop out, opini publik, memperbaiki perawatan dan
tingkat kepuasan pasien lebih tinggi
Menggunakan sebagai tool kit untuk memberikan informasi latar belakang
tentang pentingnya lingkungan kerja yang positif
PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PENGKAJIAN KESELAMATAN
PASIEN
Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi kepada struktur,
41 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya.
1. Struktur
- Kebijakan dan prosedur organisasi : Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap
yang telah dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
- Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ?
- Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di
ruang emergency, ruang ICU
2. Lingkungan
- Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera
- Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti
ruang operasi , hal ini diperlukan misalnya pada saat operasi bedah tulang suhu
ruangan akan berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari semen
- Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang
memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi
pasien
- Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap penampilan seperti
teknik memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh
atau cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan
dengan fungsinya seperti pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah
mencerminkan keselamatan pasien.
3. Peralatan dan teknologi
- Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat.
Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar .
- Keamanan : Alat – alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat
meningkatkan keselamatan pasien.
4. Proses
- Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya
penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal
ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan
research based practice yang diimplementasikan.
42 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
- Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus – menerus
saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat
menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu
system pengingat untuk mengurangi kesalahan
- Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah
tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa
tindakan seperti pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien –
pasien emergency oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan
apakah pasien selamat atau tidak.
- Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena
perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
- Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan
diagnostic atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian
antibiotic atau tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis
dan pengobatan.
- Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu
perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh
pasien.
5. Orang
- Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang.
Sikap dan motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahan-kesalahan.
- Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja
dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang.
- Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan
kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan –
kesalahan dalam bertindak.
- Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan
pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan alat – alat kesehatan
dengan teknologi baru dan perawatan penyakit – penyakit yang sebelumnya belum
tren seperti perawatan flu babi (swine flu).
- Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh terhadap
pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang sangat
43 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru
mengkomunikasikan hal – hal yang baru.
6. Budaya
- Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan
keselamatan pasien.
- Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan nilai
yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan
- Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan
dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang
menerima laporan).
- Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat
hambatan karena terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming)
merupakan phenomena yang universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan
membuat protap jalur komunikasi yang jelas.
- Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang
penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat
kebijakan dan mengantur personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen
kelelahan, stress dan sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-
Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun
2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi
dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Sebenarnya petugas kesehatan
tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini
setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik
yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari
berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat
membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun
kematian yang dapat dicegah. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
44 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
mendorong RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving”
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai
dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan
akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM
ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan
terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun
pembuatan resep secara elektronik.
Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar
sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;
pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi
di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien
dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi
pasien dengan nama yang sama.
Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
45 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur ’Time out” sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran
dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat
yang spesifik.
Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah
salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada
petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah,
46 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya
adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang
mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang
benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan & slang yang benar).
Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV
yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah
penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based
hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
47 Resume laporan diskusi PBL Blok Manajemen Kesehatan|