65
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan pengukuran maka kebesaran listrik DC maupun AC ditransformasikan melalui suatu phenomena yang akan memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita; misalnya kebesaran listrik seperti tegangan, arus, resistansi, daya, faktor kerja, dan frekuensi ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis ke dalam kebesaran mekanis atau elektrik. Awalnya dipakai alat-alat ukur analog dengan penunjukan menggunakan jarum dan membaca dari skala. Sampai saat ini alat ukur analog masih tetap digunakan karena handal, ekonomis, dan praktis. Alat ukur ini sering disebut alat ukur kumparan putar. (Gambar 1.a), sedangkan sekarang sudah banyak dipakai alat ukur listrik digital, karena harganya makin terjangkau, praktis dalam pemakaian, dan penunjukannya makin akurat dan presisi dan hasilnya tinggal membaca pada layar display (Gambar 1.b). Pada umumnya dalam satu alat ukur listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran, misalnya tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC, resistansi sering kita sebut Multimmeter. Untuk kebutuhan praktis alat ukur dipakai alat ukur tunggal, misalnya untuk mengukur tegangan saja, atau daya listrik saja. 1

REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK

Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat secara langsung

kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan pengukuran maka kebesaran

listrik DC maupun AC ditransformasikan melalui suatu phenomena yang akan memungkinkan

pengamatan melalui panca indera kita; misalnya kebesaran listrik seperti tegangan, arus,

resistansi, daya, faktor kerja, dan frekuensi ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis ke

dalam kebesaran mekanis atau elektrik.

Awalnya dipakai alat-alat ukur analog dengan penunjukan menggunakan jarum dan membaca

dari skala. Sampai saat ini alat ukur analog masih tetap digunakan karena handal, ekonomis, dan

praktis. Alat ukur ini sering disebut alat ukur kumparan putar. (Gambar 1.a), sedangkan sekarang

sudah banyak dipakai alat ukur listrik digital, karena harganya makin terjangkau, praktis dalam

pemakaian, dan penunjukannya makin akurat dan presisi dan hasilnya tinggal membaca pada

layar display (Gambar 1.b).

Pada umumnya dalam satu alat ukur listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa

besaran, misalnya tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC, resistansi sering kita sebut

Multimmeter.

Untuk kebutuhan praktis alat ukur dipakai alat ukur tunggal, misalnya untuk mengukur

tegangan saja, atau daya listrik saja.

Pada umumnya satu alat ukur mempunyai banyak fungsi sering di sebut Multimete r yang

memiliki tiga fungsi pengukuran, yaitu

1. Voltmeter untuk tegangan AC dengan batas ukur 0-500 V, pengukuran tegangan DC dengan

batas ukur 0-0,5 V dan 0-500 V.

2. Ampermeter untuk arus listrik DC dengan batas ukur 0-50 µA dan 0-15 A, pengukuran arus

1

Page 2: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

listrik AC 0-15 A.

3. Ohmmeter dengan batas ukur dari 1 - 1M.

1. DEFINISI & KONSEP PENGUKURAN

Berkaitan dengan pengukuran maka beberapa istilah/definisi perlu Anda ketahui agar

dapat memahami konsep pengukuran.

1.2. PENGUKURAN

Adalah proses untuk mendapatkan informasi besaran fisis tertentu, seperti tekanan (p), suhu

(T), tegangan (V), arus listrik (I). Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka

(kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebauh simpulan (kualitatif). Untuk

mendapatkan informasi tersebut maka diperlukan alat ukur, misalnya untuk mengetahui tegangan V

menggunakan alat multimeter.

1.3. DATA PENGUKURAN

Informasi yang diperoleh dalam suatu pengukuran disebut data. Sesuai dengan sifat pengukuran

maka data dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Data kualitatif

Dengan data ini maka informasi yang diperoleh berupa sebuah pernyataan simpulan, misalnya

“nilai kuantitas suhu dari sensor LM35 dapat dirubah menjadi sinyal digital menggunakan ADC”.

2. Data Kuantitatif

Bila informasi yang diperoleh dalam pengukuran berupa nilai/angka maka data itu disebut data

kuantitatif, misalnya sebuah pengukuran tegangan diperoleh ( 10 ± 1) volt.

Digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Data empiris

Data ini diperoleh langsung saat dilakukan pengukuran (apa yang terbaca pada alat ukur). Data

empiris sering disebut juga data mentah karena belum diproses lebih lanjut. Tegangan yang

terbaca pada voltmeter, misalnya adalah termasuk data empiris.

b. Data Terproses (processed data)

Data ini diperoleh setelah dilakukan pengolahan tertentu, misalnya melalui sebuah perhitungan.

Sebagai contoh jika diukur tegangan V dan arus I maka hambatan R = V/I setelah dihitung hasilnya

disebut data terproses Data tipe ini biasanya diperoleh dari proses reduksi data.

1.4. REDUKSI DATA

Berkaitan dengan data di atas maka setelah data terkumpul dari hasil suatu pengukuran

selanjutnya dilakukan proses perhitungan-perhitungan matematik atau dilakukan penyusunan ulang

data-data. Proses/prosedur ini disebut reduksi data atau pengolahan data.

2

Page 3: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

1.5. ALAT UKUR LISTRIK

Piranti yang digunakan dalam pengukuran untuk memperoleh data disebut alat ukur. Istilah lain

berkaitan dengan alat ukur adalah instrumentasi, yang menggambarkan satu kesatuan alat ukur

tersebut, menyangkut alat serta mekanisme pengukurannya secara keseluruhan. Alat ukur listrik

adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik beserta turunan-turunannya,

seperti tegangan, arus, daya, frekuensi, hambatan. Contoh dari alat ukur listrik adalah voltmeter untuk

mengukur tegangan. Alat ukur listrik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah digunakan;

cepat menampilkan hasil pengukuran, sensitivitas, kemampuan menyimpan informasi, akurasi, presisi,

dan lain-lain.

1.6. RALAT & KETIDAKPASTIAN

Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi

lingkungan maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur yang

tidak semestinya (sebenarnya). Dalam hal ini diasumsikan hasil benar tersebut tidak diketahui.

Simpangan atau selisih (difference) antara hasil ukur (hasil pengamatan) dan hasil yang sebenarnya

tersebut dinyatakan disebut sebagai ralat (error). Perlu dicermati di sini bahwa pengertian ralat bukan

berarti kita salah mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat ukur terhadap nilai

"benar" besaran fisis yang diukur, akibatnya tidak mengetahui nilai benar dari apa yang ingin diukur.

Meskipun demikian pada beberapa buku ada yang menyebutkan ralat dengan istilah kesalahan karena

mengambil dari istilah error, Oleh karena kita tidak mengetahui nilai benar tersebut maka hasil ukur

yang kita peroleh harus dinyatakan dalam bentuk rentang (interval) hasil pengukuran. Dengan

pengertian ini maka dalam mengukur tegangan misalnya, hasilnya dinyatakan dengan 1,5 <V< 1,6

volt atau V = (1,4 ± 0,1) volt. Nilai benar pengukuran tentu saja berada di dalam rentang hasil

pengukuran ini. Oleh karena sebuah rentang nilai pengukuran sekaligus menyatakan ketidakpastian

(uncertainty) hasil ukur maka pengertian ralat sering tidak dibedakan dengan pengertian

ketidakpastian untuk menunjukkan deviasi pengukuran terhadap nilai benar. Sebagai contoh, sebuah

pengukuran tegangan dituliskan hasilnya dengan V = (10,5 ± 0,5) volt, artinya alat ukur kita

menunjukkan hasil baca 10,5 volt (dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 0,5 volt, sedangkan nilai

benar kita berada dalam selang nilai (10,5 - 0,5 = 10,0 ) volt s.d (10,5 + 0,5 = 11,0) voIt.

1.7. AKURASI

Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai akurasi yang baik yaitu hasil ukur menunjukkan

ketidakpastian yang kecil. Dapat juga dipahami sebagai seberapa dekat hasil ukur dengan nilai 3

Page 4: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

benarnya. Dalam hal ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus dipastikan bahwa kondisi alat

benar-benar dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan, yaitu alat dalam keadaan terkalibrasi

dengan baik. Kalibrasi yang buruk akan menyebabkan ketidakpastian hasil ukur menjadi besar.

1.8. KALIBRASI

Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya sebelum dipergunakan agar hasil ukurnya dapat dipercaya.

Saat kalibrasi harus selalu menempatkan jarum penunjuk pada titik nol yang sesungguhnya, saat alat

ukur akan digunakan. Sering pada sebuah alat ukur jarum penunjuk tidak berada pada titik nol yang

semestinya sehingga saat digunakan nilai baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya

sehingga menyumbang apa yang disebut ralat sistematis. Secara umum pengertian kalibarasi di sini

adalah membandingkan alat ukur Anda dengan referensi. Referensi (standar) yang digunakan untuk

mengkalibrasi alat ukur dapat ditempuh dengan beberapa tahap.

1. Standar Primer

Apabila ada standar primer maka sebaiknya acuan ini yang digunakan untuk mengecek

kalibrasi alat. NIST (National Institute of Standard and Technology) dalam hal ini termasuk yang

memiliki wewenang untuk selalu memelihara dan menyediakan standar-standar yang diperlukan

dalam pengukuran, misalnya temperatur, massa, dan waktu.

2. Standar Sekunder

Biasanya standar primer tidak dapat ditemukan maka dapat menggunakan standar sekunder

berupa alat ukur lain yang diyakini mempunyai akurasi yang lebih baik. Sebagai contoh, voltmeter

Anda pada waktu digunakan menunjukkan pembacaan 4,5 volt. Alat lain yang diyakini akurasinya

(standar sekunder) menghasilkan nilai 4,4 volt. Dengan ini berarti voltmeter dapat dikalibrasi 0,1 volt

lebih kecil.

3 . Standar Lain yang Diketahui

Apabila standar sekunder juga tidak dapat diperoleh, Anda dapat menggunakan acuan lain,

misalnya nilai hasil perhitungan teoretik.

1.9. PRESISI

Sebuah alat ukur dikatakan presisi jika untuk pengukuran besaran fisis tertentu yang diulang

maka alat ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur yang sama seperti sebelumnya. Sebagai

contoh jika pengukur tegangan dengan voltmeter menghasilkan pcngukuran diulang beberapa kali

kemudian tetap menghasilkan pembacaan 5,61 volt, alat-alat tersebut sangat presisi. Oleh karena

itu, sifat presisi sebuah alat ukur bergantung pada resolusi dan stabilitas alat ukur.

1. Resolusi

4

Page 5: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Sebuah alat ukur dikatakan mempunyai resolusi yang tinggi/baik jika alat tersebut mampu

mengukur perubahan nilai besaran fisis untuk skala perubahan yang semakin kecil. Voltmeter dengan

skala terkecil 1 mV tentu mempunyai resolusi lebih baik dibanding voltmeter dengan skala baca

terkecil 1 volt.

2. Stabilitas

Stabilitas alat ukur dikaitkan dengan stabilitas hasil ukur/hasil pembacaan yang bebas dari

pengaruh variasi acak. Jadi, dikaitkan dengan penunjukan hasil baca yang tidak berubah-ubah selama

pengukuran. Jarum voltmeter tidak bergerak-gerak ke kiri maupun ke kanan di sekitar nilai tertentu.

Jadi, sebuah alat ukur yang baik harus memiliki akurasi yang baik juga harus menghasilkan presisi

tinggi. Sebuah alat ukur mungkin saja mempunyai presisi yang baik, tetapi tidak akurat dan

sebaliknya. Selain sebuah alat ukur perlu mempunyai akurasi dan presisi yang baik, perlu juga

memiliki sensitivitas yang tinggi.

3. Sensitivitas

Apabila alat ukur mempunyai respon yang baik terhadap setiap perubahan kecil sinyal

input/masukan sehingga output (hasil baca) mengikuti perubahan tersebut maka alat dikatakan

sensitif.

2. SATUAN STANDAR

Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan dalam peneraan alat

ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam besaran yang berhubungan dengan

kelistrikan yang dibuat sebagai standar, yaitu standar amper, resistansi, tegangan, kapasitansi,

induktansi, kemagnetan, dan temperatur.

Satuan standar dalam pengukuran listrik telah ditetapkan dalam International Electrical Kongres

sejak tahun 1893. Namun, untuk Internasional Ampere dan Ohm telah ditetapkan di London tahun

1908. Adapun satuan standar yang sering digunakan dalam listrik sebagai berikut:

a. Muatan listrik mempunyai satuan dasar yang disebut dengan Coulomb. Huruf Q atau q biasa

digunakan untuk merepresentasikan muatan listrik. Simbol untuk satuan muatan adalah C. Satu

coulomb = 6,25 x 1018 elektron.

b. Arus listrik adalah ampere. Hal yang didefinisikan sebagai besarnya arus konstan yang mengalir

pada kawat panjang sejajar yang berjarak satu meter satu dengan yang lainnya dalam ruang vakum,

di mana dari peristiwa tersebut dihasilkan gaya sebesar 2x10-7 Newton per meter. Sutu ampere

absolut setara dengan gaya antar konduktor sejajar sebesar 2x10-7 Newton per meter. Hasil

perjanjian terakhir untuk memudahkan disepakati bahwa nilai ampere internasional setara dengan

5

Page 6: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

endapan elektrolit perak dari larutan perak nitrat. Satu Ampere setara dengan besarnya arus yang

mengendapkan perak dengan kecepatan sebesar 1,118 miligram per second dari suatu laruta perak

nitrat standar. Satuan ampere disimbolkan dengan A. Sedangkan representasinya diwakili oleh

huruf I atau i. Representasi tersebut sering dilihat dalam sebuah diagram rangkaian listrik.

c. Tegangan listrik adalah volt. Biasa disimbolkan dengan V. Satu volt standar disepakati dengan

tegangan yang dihasilkan sel Weston, yang terdiri dari sepasang elektroda positif, yaitu air raksa

dan elektroda negatif cadmium amalgam (10% Cd), dengan larutan elektrolit cadmium sulfat. Sel

saturasi weston adalah sel weston yang mempunyai larutan saturasi pada sernua temperatur yang

disebabkan oleh pengaruh kristal-kristal cadmium sulfat yang menutupi elektroda-elektrodanya.

Sel saturasi weston pada 20°C mempunyai tegangan 1,0858 volt absolut dan pada temperatur lain

nilai tegangannya sebagai berikut:

Et = e20oC - 0,000046 (t - 20) - 0,00000095 (t - 20 )2 + 0,00000001(t – 20)2

dalam satuan volt.

d. Hambatan listrik adalah parameter listrik yang sering disimbolkan dengan huruf R. Sedangkan

satuan hambatan listrik adalah ohm dan biasa disimbolkan dengarn huruf Greek Yunani Ω. Satu

ohm setara dengan hambatan yang membatasi 1 A arus yang lewat dengan tegangan dari gaya

gerak listrik (ggl) sebesar 1 volt. Satu ohm standar dihasilkan dari sebuah kawat yang terbuat dari

paduan bahan mirip manganin yang memiliki hambatan jenis yang tinggi dan koefisien temperatur

hambatan yang rendah sehingga hubungan antara temperatur dan hambatan hampir konstan. Kawat

hambatan ini berwujud kumparan yang dimasukkan dalam bejana berdinding rangkap yang disegel

untuk mencegah pengaruh lingkungan sekitar (atmosfer).

e. Kapasitansi adalah Farad biasa disimbolkan dengan huruf F. Kapasitansi standar sebagai acuan

biasa dibuat dengan bahan pelat logam yang disusun sejajar dengan udara sebagai bahan

dielektriknya. Komponen elektronik yang mempunyai kapasitansi biasa disebut dengan kapasitor

dan sering disimbolkan dengan huruf C.

f. Induktansi listrik adalah Henry biasa disimbolkan dengan huruf H. Induktansi terjadi bila sebuah

kawat dibuat kumparan dengan jumlah lilitan tertentu. Jenis bahan dan jumlah lilitan kumparan

mempengaruhi jumlah induktansi yang dihasilkan. Induktansi standar oleh NBS ditetapkan dari

standar Campbell untuk induktansi bersama dan induktansi diri.

Secara praktis besaran listrik yang sering digunakan adalah volt, amper, ohm, henry, dan

sebagainya. Kini sistem SI sudah membuat daftar besaran, satuan dan simbol di bidang kelistrikan

dan kemagnetan berlaku internasional.

6

Page 7: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Tabel 2.2. Besaran dan Simbol Kelistrikan

Besaran dan simbol Nama dan simbol Persamaan

Arus listrik, I amper A -

Gaya gerak listrik, E volt, V V -

Tegangan, V volt, V V -

Resistansi, R ohm, Ω R = V/I

Muatan listrik, Q coulomb C Q = It

Besaran dan simbol Nama dan simbol Persamaan

Kapasitansi, C farad F C = Q/V

Kuat medan listrik, E - V/m E = V/l

Kerapatan fluk listrik, D - C/m2 D = Q/I2

Permittivity, - F/m = D/E

Kuat medan magnet, H - A/m ∫ Hdl = nI

Fluk magnet, weber Wb E =d/dt

Kerapatan medan magnet, B tesla T B = /I2

Induktansi, L, M henry H M = /I

Permeability, - H/m µ = B/H

3. SISTEM SATUAN

Pada awal perkembangan teknik pengukuran mengenal dua sistem satuan, yaitu sistem metrik

(dipelopori Prancis sejak 1795). Amerika Serikat dan Inggris juga menggunakan sistem metrik

untuk kepentingan internasional, tapi untuk kebutuhan lokal menggunakan sistem CGS

(centimeter-gram-second). Sejak tahun 1960 dikenalkan Sistem Internasional (SI Unit) sebagai

kesepakatan internasional.

Tabel 2.1. Besaran Sistem Internasional

Besaran Satuan SimbolPanjang meter mMassa kilogram kgWaktu detik sArus listrik amper ATemperatur thermodinamika derajat kelvin 0KIntensitas cahaya candela Cd

7

Page 8: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

4. KONSEP PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Besaran listrik yang biasa dikenal adalah arus listrik, hambatan listrik, kapasitansi dan

induktansi. Besaran-besaran tersebut dapat diukur secara praktis dengan alat-alat digital meter atau

analog meter. Untuk menjelaskan konsep pengukuran secara jelas maka perlu dijelaskan kembali

tentang diagram rangkaian listrik terutama tentang rangkaian seri dan paralel. Namun, sebelum ini kita

pelajari terlebih dahulu tentang kawat konduktor dan hambat jenis.

4.1. Kawat Konduktor

Sebuah kawat konduktor padat akan mempunyai nilai hambatan, kecuali hila bahan konduktor

tersebut adalah superkonduktor dengan R= 0. Besar hambatan yang dikandung oleh bahan konduktor

dipengaruhi oleh:

a. jenis material penyusun,

b. panjang kawat konduktor,

c. luas penampang lintang konduktor, dan

d. nilai temperatur konduktor.

Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dirumuskan persamaan hambatan listrik

dalam sebuah konduktor:

dimana,

ρ = hambatan jenis bahan kawat konduktor,

L = panjang kawat konduktor,

A = luas penampang lintang kawat konduktor

d = panjang diameter kawat yang berbentuk silinder.

Apabila nilai temperatur konduktor mempengaruhi harga hambatan Iistrik maka hambatan listrik

pada suhu t adalah:

Gambar 4.1. Kawat Konduktor Berbentuk Silinder Panjang

8

Page 9: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

4.2. Rangkaian Listrik

Dalam sebuah rangkaian listrik dikenal dua jenis rangkaian listrik, yaitu rangkaian listrik seri

dan paralel.

a. Rangkaian seri

Pada gambar 4.2 (a), dimaksudkan untuk pembagian tegangan listrik antara ujung akhir dari R1

dengan ujung awal R2, ujung akhir dari R2 dengan ujung awal.....Rn, sedangkan arus yang mengalir

pada hambatan R1, R2, .... Rn adalah sama dan tegangan tidak sama jika besarnya R1, R2 dan R3

tidak sama dan sebaliknya

a. Rangkaian paralel

dimaksudkan untuk pembagian arus listrik melalui titik percabangan.

Dalam gambar rangkaian listrik kedua jenis rangkaian tersebut dapat dilihat dalam Gambar 4.2.

, , sedangkan pada gambar 4.2 (b) arus dari sumber tegangan tidak sama dalam rangkaian paralel

sesuai dengan hukum kirchof'f tetapi besarnya tegangan sama.

Gambar 4.2.(a) Rangkaian Seri dan (b) Rangkaian Paralel

4.3. Pengukuran Arus dan Tegangan Listrik

Untuk mengukur besar arus listrik dalam suatu rangkaian maka amperemeter harus dihubungkan

seri dengan titik rangkaian yang akan diukur besar arusnya. Sedangkan untuk pengukuran tegangan

listrik maka voltmeter harus dihubungkan paralel dengan titik pada rangkaian yang akan diukur

tegangan listriknya. Secara umum hubungan antara tegangan dengan hambatan dan kuat arus listrik

mengikuti aturan Hukum Ohm, yaitu nilai hambatan listrik dalam suatu rangkaian sebanding dengan

besar beda potensial antara dua titik (tegangan listrik) dan berbanding terbalik dengan kuat arus yang

melewatinya. Secara sederhana hubungan ini dapat dituliskan sebagai V = I R.

Dalam rangkaian Gambar 4.3 (a), terlihat bahwa ampermeter terhubung seri terhadap R dan

voltmeter terhubung paralel, Ra dan Rv adalah hambatan dalam amperemeter dan voltmeter. Pada

pengukuran model seperti ini arus yang mengalir dalam R tidak terukur secara teliti, namun tegangan

dalam R dapat terukur dengan teliti.

9

Page 10: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Gambar 4.3 (a). Rangkaian Pengukuran Arus dan Tegangan

Pada keadaan tersebut dapat digunakan persamaan sebagai berikut.

1/R = I/V – 1/Rv

Untuk mendapatkan hasil pengukuran arus yang teliti maka rangkaian pengukuran harus diubah

menjadi Gambar 4.4

Gambar 4.4. Rangkaian Pengukuran Arus pada R Secara Teliti

Dari Gambar 4.4 tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut.

a. Pengukuran hambatan listrik Ω

Pengukuran hambatan listrik suatu komponen dalam rangkaian listrik digunakan Ohmmeter.

Sebelum pengukuran dilakukan, harus dipastikan bahwa sumber tenaga listrik dalam rangkaian

dalam posisi off (switch off). Untuk mengukur hambatan komponen dalam rangkaian perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Power dalam posisi off dengan membuka switch

2. Memutus komponen yang akan diukur dari rangkaian

3. Mengukur hambatan komponen tersebut secara seri dengan Ohmmeter

Gambar 4.5. Cara Pengukuran Hambatan pada Komponen R,

10

Page 11: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Secara sederhana diagram pengukuran hamhatan dengan Ohmmeter adalah seperti terlihat dalam

Gambar 4.5. Pada gambar tersebut, terlihat switch dalam posisi terbuka dan tanda x menunjukkan

salah satu sisi komponen R1 yang dipotong. Sesaat kemudian nilai hambatan dapat dibaca dengan

Ohmmeter.

11

Page 12: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

1.2. Alat Ukur Kumparan Putar

Yang dimaksudkan dengan "alat ukur kumparan putar", adalah alat pengukur, yang

bekerja atas dasar prinsip adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan pada medan magnit

dari suatu magnit permanen. Arus yang dialirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan

tersebut berputar. Alat ukur kumparan putar merupakan alat ukur yang dipakai untuk mengukur

arus maupun tegangan baik AC (balak-balik) atau searah (DC). Pemakaian dari alat ukur

kumparan putar adalah sangat luas, mulai dari alat-alai ukur yang ada di laboratorium sampai

pada alat ukur yang ditempatkan di dalam pusat-pusat pembangkit listrik.

Gambar. 2 Prinsip alat ukur besi putar

Alat ukur besi putar memiliki anatomi yang berbeda dengan kumparan putar. Sebuah belitan

kawat dengan rongga tabung untuk menghasilkan medan elektromagnetik (Gambar. 2).

Di dalam rongga tabung dipasang sirip besi yang dihubungkan dengan poros dan jarum

penunjuk skala meter. Jika arus melalui belitan kawat, timbul elektromagnetik dan sirip besi akan

bergerak mengikuti hukum tarik-menarik medan magnet.

Besarnya simpangan jarum dengan kuadrat arus yang melewati belitan skala meter bukan

linear tetapi jaraknya angka non-linear. Alat ukur besi putar sederhana bentuknya dan cukup

handal.

1.3 Prinsip Kerja

Lihat Gbr. 3-1. Bila pemutus arus K ditutup yang memungkinkan arus searah yang konstan

melalui alat ukur amper maka jarum penunjuk akan bergerak melalui posisi 1, 2, 3, dan

berhenti pada 4, seperti pada Gbr. 3-2. Pada saat ini akan dijelaskan dulu apa yang dimaksudkan

dengan "sudut akhir dari rotasi" dari pada jarum penunjuk.

12

Page 13: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Gbr. 3-1 Alat ukur jenis kumparan putar.

Gbr. 3-3, diperlihatkan adanya magnit yang permanen (1), yang mempunyai kutub-kutub

(2), dan di antara kutub-kutub tersebut ditempatkan suatu silinder inti besi (3). Penempatan

silinder inti besi (3) tersebut di atas ini, di antara ke dua kutub magnit, Utara dan Selatan, akan

menyebabkan bahwa, di celah udara antara kutub-kutub magnit dan silinder inti besi akan terbentuk

medan magnit yang rata, yang masuk melalui kutubkutub tersebut ke dalam silinder, secara radial

sesuai dengan, arah-arah panah. Dalam celah udara, ini ditempatkan kumparan putar (4), yang

dapat berputar melalui sumbu (8). Bila arus searah yang tidak diketahui besarnya mengalir

melalui kumparan tersebut, suatu gaya elektromagnitis f yang mempunyai arah tertentu akan

dikenakan pada kumparan putar, sebagai hasil interaksi antara arus dan medan magnit. Arah

dari gaya f dapat ditentukan menurut ketentuan tangan dari Fleming (lihat Gbr. 1-4). Besar dari

gaya ini akan dapat diturunkan dengan mudah. Nyatakanlah besar medan magnit dalam

celah udara sebagai B, panjang kumparan sebagai a, dan lebar kumparan sebagai b. Momen putar

Td, dapat dinyatakan sebagai :

n menyatakan banyaknya lilitan dari kumparan putar.

Pada setiap ujung dari pada sumbu (8), ditempatkan pegas yang salah satu ujungnya melekat

padanya, sedangkan ujung yang lain pada dasar yang tetap. Setiap pegas akan memberikan gaya

reaksinya yang berbanding lurus dengan besar sudut rotasi dari sumbu, dan berusaha untuk

menahan perputaran. Jadi dengan kata lain, pegas memberikan pada sumbu moment Tc, yang

berlawanan arahnya dengan Td,. Bila konstanta pegas dinyatakan sebagai maka besar Tc, dapat

dinyatakan sebagai:

Tc = 3.1

Bila sumbu (8) dan pula kumparan putar (4), berputar melalui sudut akhir sebesar 0, maka

dalam keadaan seimbang ini Td = Tc, sehingga terdapat persamaan sebagai berikut :

o = B n a b I 3.2

3.3

13

Page 14: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Dengan demikian maka sudut akhir o dari putaran sumbu yang menjadi pula tempat melekat

penunjuk (6), ditentukan oleh persamaan (1-3). Kebesaran-kebesaran (Bnab/) disebut sebagai

konstanta alat ukur.

Pada umumnya, momen seperti Td disebut momen penggerak, dan alat yang

menyebabkannya dikenal sebagai alat penggerak. Sedangkan momen Tc disebut momen pengontrol.

Dengan berpegang kepada pengertian-pengertian ini, maka harga sudut rotasi akhir dari

penunjuk, pada alat pengukur kumparan putar, ditentukan oleh hubungan antara momen

penggerak dan momen pengontrol, dan dinyatakan dalam persamaan (3-3).

1.4 Cara Menentukan Skala

Cara penentuan skala alat ukur kumparan putar akan dijelaskan melalui suatu grafik, yang

menghubungkan persamaan antara sudut putar dan momen penggerak T. Sumbu horizontal

menyatakan sudut putar , dan sumbu vertical momen seperti dinyatakan pada Gbr. 4-1.

Misalkan suatu alat pengukur kumparan putar berputar melalui sudut sebesar 1,2 radial

bila arus searah yang melaluinya adalah sebesar 5 mA. Bila momen-momen penggerak yang

disebabkan oleh arus-arus sebesar 1, 2, 3, 4, dan 5 mA dinyatakan sebagai TD1, TD2 TD3 TD4

dan TD5 , maka momen-momen tersebut pada Gbr. 4-1 dapat digambarkan sebagai garis-

garis datar dan berjarak sama satu dan lainnya.

Ingat bahwa momen-momen penggerak tersebut hanya ditentukan oleh besarnya arus,

dan tidak tergantung dari sudut putar dari penunjuk. Momen pengontrol berbanding lurus

dengan besar sudut putar, dan digambarkan dalam grafik sebagai garis lurus yang

menghubungkan titik mula dengan A. Bila sudut perputaran dari penunjuk dalam keadaan

keseimbangan antara momen penggerak dan momen pengontrol, pada masing-masing momen

penggerak dinyatakan sebagai 1, 2, 3, 4, 5, maka didapat 1, = 21, 3 = 31, 4 = 41, dan

14

Page 15: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

5 = 51.

Dengan demikian bila skala dibentuk dengan membagi busur lingkaran sebesar 1,2 rad

ke dalam lima bagian-bagian yang sama, dan memberikan angka-angka pada lima bagian

dari skala tersebut 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 seperti pada Gbr. 4-2, maka arus yang melalui alat

ukur ini dapat segera dinyatakan pada harga skala dimana penunjuk berhenti (maksimal).

Misalnya dalam gambar yang sekarang, arus sebesar 3,5 mA mengalir melalui alat ukur.

1.5 Peredaman Alat Ukur Kumparan Putar

Dalam alat ukur kumparan putar, pada umumnya kumparan putarnya dibuatkan dengan

kerangka dari aluminium. Secara listrik kerangka tersebut merupakan jaringan hubung pendek,

dan memberikan pada kumparan momen peredam. Bila kumparan berputar, yang disebabkan

oleh arus I yang mengalir melaluinya, maka dalam kerangkanya akan timbul arus induksi.

Ini disebabkan karena putaran kerangka aluminium ini terjadi dalam medan magnit pada

celah udara, sehingga tegangan yang berbanding lurus pada kecepatan perputaran akan

diinduksikan dalam kerangka tersebut. Arah dari tegangan dapat ditentukan melalui hukum

tangan kanan dari Fleming. Tegangan ini yang menyebabkan arus induksi Id mengalir dalam

kerangka kumparan. Sebaliknya arus Id ini, akan memotong fluksi magnit dalam celah udara bila

kumparan berputar; dan akan dibangkitkan momen yang berbanding lurus dengan kecepatan

putar. Akan tetapi arah dari pada momen ini adalah berlawanan dengan arah perputaran, hingga,

berakibat menghambat perputaran. Demikianlah terjadinya momen peredam, dan momen ini

berusaha untuk melawan perputaran.

Jika sesuatu penampang dari kerangka adalah kecil sedangkan tahanannya (secara listrik)

besar, maka Id yang terjadi akan kecil. Dalam hal ini maka momen redam yang dihasilkan akan

lemah, dan penunjuk akan berosilasi di sekitar 0, dan secara graduil akan menuju ke titik akhir

15

Page 16: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

tersebut, seperti diperlihatkan pada Gbr. 5.a. Bila tahanan listrik pada kerangka kecil, maka Id

akan dapat besar, yang menghasilkan momen peredam yang kuat pula. Dalam hal ini maka

perlawanan terhadap perputaran akan besar, dan pergerakan penunjuk tidak lagi bebas.

Penunjuk akan mendekati harga akhir secara monotonic lambat, seperti dinyatakan pada kurve

(B)•

Gbr. 5 Gerakan jarum penunjuk dari suatu alat ukur.

Aksi peredaman yang mempergunakan prinsip-prinsip elektromagnetis ini dikenal sebagai

redaman elektromagnetis. Kurve A menyatakan peredaman kurang, sedangkan Kurve B

menyatakan peredaman lebih. Waktu untuk sampai pada harga akhir untuk kedua keadaan

tersebut adalah lama. Suatu keadaan khusus terdapat di antara keduanya, dimana alat penunjuk akan

sampai pada 0 dalam waktu yang relatip singkat, seperti dinyatakan oleh kurve C. Keadaan ini

dinyatakan sebagai peredaman kritis.

Waktu yang diperlukan untuk satu perioda dalam keadaan peredaman kurang disebut

perioda dari osilasi. Untuk alat-alat ukur yang biasanya kita pergunakan, diperlukan untuk

sampai pada harga akhir yang hendak dibaca dalam batas-batas yang secepat mungkin. sehingga

pengukuran yang benar dapat diperoleh dengan cepat. Maka dari itu alat-alat ukur yang lazim

dipergunakan, dibuat dengan peredaman sedikit kurang, seperti dinyatakan pada kurve (D)

dalam Gbr. 5.b. Pergerakan penunjuk dari 1 ke 4 dalam Gbr. 5.a, dimaksudkan kepada keadaan

peredaman seperti itu.

2 Istilah dan definisi, satuan dalam Alat Ukur

2.1 Istilah dan definisi

Ada beberapa istilah dan definisi pengukuran listrik yang harus dipahami, diantaranya alat

ukur, akurasi, presisi, kepekaan, resolusi, dan kesalahan.

a. Alat ukur, adalah perangkat untuk menentu kan nilai atau besaran dari kuantitas atau variabel.

b. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang diukur.

c. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk

16

Page 17: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

membedakan satu pengukuran dengan lainnya.

d. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau variabel yang

diukur.

e. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur.

f. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

1. Standar amper

Menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang dialirkan pada dua

konduktor dalam ruang hampa udara dengan jarak 1 meter, di antara kedua penghantar

menimbulkan gaya = 2 × 10-7 newton/m panjang.

2. Standar resistansi

Menurut ketentuan SI adalah kawat alloy manganin resistansi 1 yang memiliki tahanan

listrik tinggi dan koefisien temperatur rendah, ditempatkan dalam tabung terisolasi yang

menjaga dari perubahan temperatur atmosfer.

3. Standar tegangan

Ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruf H memiliki dua elektrode, tabung

elektrode positip berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode negatip diisi elektrolit

cadmium, ditempatkan dalam suhu ruangan. Tegangan elektrode Weston pada suhu 20°C

sebesar 1,01858 V.

4. Standar Kapasitansi

Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standart resistansi SI dan standar tegangan SI,

dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, dengan diketahui resistansi dan frekuensi

secara teliti akan diperoleh standar kapasitansi (farad).

5. Standar Induktansi

Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resistansi dan standar kapasitansi, dengan

metode geometris, standar induktor akan diperoleh.

6. Standart temperatur

Menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat kelvin besaran derajat kelvin didasarkan pada

tiga titik acuan air saat kondisi menjadi es, menjadi air dan saat air mendidih. Air menjadi

es sama dengan 0° celsius = 273,160 kelvin, air mendidih 100°C.

7. Standar luminasi cahaya menurut ketentuan SI,

17

Page 18: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Cara-cara Menghubungkan Alat Pengukur Amper dan Alat Pengukur Volt

Dalam mempergunakan alat-alat ukur amper maupun alat-alat ukur volt untuk mengukur

arus beban maupun tegangan, dua cara pengukuran dimungkinkan seperti diperlihatkan Gbr. 1-

24(a) dan (b). Dalam Gbr. 1-24(a) alat pengukur amper mengukur jenis beban / yang

sebenarnya, akan tetapi alat ukur Volt tersebut memperlihatkan jumlah gan antara

tegangan beban dan kerugian tegangan pada alat pengukur. Bila tegangan beban disebut IR

dan kerugian tegangan pada alat pengukur amper adalahV R v maka tegangan yang diukur jadi:

IR + IRa = I(R + Ra) (1-12)

Akan tetapi sebaliknya Gbr. 1-24(b), pengukur volt menunjukkan tegangan beban V

yang sebenarnya akan tetapi pengukur amper memperlihatkan jumlah dari pada beban I dan

arus Iv yang melalui alat pengukur volt sehingga dengan demikian menjadi:

(1-13)

Dengan menunjuk kepada persamaan (1-12) dan (1-13) maka untuk mengadakan pengukuran

arus beban dan tegangan beban setepat mungkin, adalah sangat menguntungkan untuk

melaksanakannya sebagai berikut:

(1) Untuk pengukuran pada jaringan-jaringan elektronika dimana arus bebannya kecil maka

hubungan-hubungan seperti diperlihatkan pada (a) adalah lebih baik.

(2) Untuk pengukuran pengukuran pada jaringan-jaringan t e n a g a d i m a n a p a d a u mumnya

arus beban adalah besar maka hubungan yang d ipe r l i ha t kan pada (b ) adalah lebih baik.

Sebagai catatan perlu diperhatikan bahwa tahanan dalam dari suatu alat pengukur amper

berubah dengan harga skala maksimum dan diperlihatkan di dalam Tabel 1-2.

18

Page 19: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Tabel 2-3 Harga-harga tahanan dalam ammeter arus searah.

Harga skala

maksimum

Tahanan

dalam ()

10 A 0,005

1 A 0,05

100 mA 0,4

10 mA 0,72

1 mA 380

100 A 8.100

Harga-harga dalam tabel tersebut adalah pendekatan dalam prakteknya. Dengan

mempergunakan hubungan seperti diperlihatkan pada Gbr. 1-24(a) maka kesalahan pada

pengukuran tegangan yang disebabkan oleh kerugian tegangan pada alat pengukur amper,

dapat dicari dengan mempergunakan tabel tersebut di atas. Tahanan dalam dari alat pengukur

volt adalah kira-kira berkisar antara 100 /V sampai 100 k/V, yang terdapat dalam

kebanyakan alat-alat ukur. Dan hal ini biasanya dinyatakan pada alat ukurnya. Dengan data

ini maka kesalahan dalam pengukuran arus beban yang dinyatakan pada cars

menghubungkan yang diberikan pada Gbr. 1-24. (b) dapat dicari dengan mempergunakan

koreksi-koreksi sesuai dengan persamaan (1-13) dan data alat ukur volt tersebut. Sebagai

contoh bila suatu alat ukur volt yang mempunyai harga skala maksimum 100 V, dan

dinyatakan sebagai 100 /Volt, maka tahanan dalamnya adalah 10.000 Ohm. Cara yang diberikan

demikian ini dalam menyatakan sebagai /V sangat menguntungkan, dan terutama Bering

diberikan dalam alat-alat ukur yang mempunyai batas ukur yang berganda.

Sebagai contoh

Misalkan bahwa alat pengukur volt menunjukkan 10 V dan alat penunjuk amper

menunjukkan 1 mA. Dimisalkan bahwa harga skala maksimum dari alat pengukur volt

adalah 15 V, dan tahanan dalamnya 10 k/V, maka arus yang mengalir melalui volt meter

dinyatakan sebagai berikut :

dengan demikian arus beban pada saat ini adalah:

1 - 0,067 = 0,933 mA.

19

Page 20: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

4 Pengukuran Tegangan dan Arus

4.1 Pengukuran Tegangan DC

Pengukur tegangan voltmeter memiliki tahanan meter Rm (Gambar 4.1). Tahanan dalam

meter juga menunjukkan kepekaan meter, disebut FSD (full scale deflection) arus yang diperlukan

untuk menggerakkan jarum meter pada skala penuh. Untuk menaikkan batas ukur voltmeter

harus dipasang tahanan seri sebesar RV. Persamaan tahanan seri meter RV:

Gambar 4.1 Tahanan seri RV pada voltmeter

Keterangan:

Rv = n – 1 · Rm

Rv = Tahan seri meter

Rm = Tahanan dalam meter

U = Tegangan

Um = Tegangan meter

Im = Arus meter

n = Faktor perkalian

Contoh:

Pengukur tegangan voltmeter memiliki arus meter 0,6 mA dan tegangan meter 0,3 V. Voltmeter

akan digunakan untuk mengukur tegangan 1,5 V. Hitung besarnya tahanan seri meter Rv.

20

Page 21: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Jawaban:

4.2 Pengukuran Arus DC

Pengukur arus listrik ampermeter memiliki keterbatasan untuk dapat mengukur arus, tahanan

dalam meter Rm membatasi kemampuan batas ukur. Menaikkan batas ukur dilakukan dengan

memasang tahanan paralel R p dengan ampermeter (Gambar 4.2). Tahanan Rp akan dialiri arus

sebesar I p , arus yang melalui meter Rm sebesar Im.

Gambar 4.2 Tahanan paralel ampermeter

Untuk menaikkan tahanan dalam meter, di depan tahanan meter Rm ditambahkan tahanan seri Rv.

Sehingga tahanan dalam meter yang baru (Rm + Rv) (Gambar 4.3). Tahanan paralel R p

tetap dialir i arus Ip , sedangkan arus yang melewati ( R m + R v ) sebesar Im. Persamaan

tahanan paralel Rp:

Gambar 4.3 Tahanan depan dan paralel ampermeter

21

Page 22: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Rp = Tahanan paralel

U = Tegangan

I = Arus yang diukur

Im = Arus melewati meter

Ip = Arus melewati tahanan paralel

Rm = Tahanan dalam meter

Contoh:

Ampermeter dengan tahanan dalam Rm = 100 , arus yang diizinkan melewati

meter Im = 0,6 mA. Ampermeter akan mengukur arus I = 6 mA. Hitung tahanan paralel Rp.

Jawaban:

Secara praktis untuk mendapatkan batas ukur yang lebar dibuat menjadi tiga tingkatan

(Gambar 4.4). Batas ukur skala pertama, sakelar pada posisi 1 dipakai tahanan paralel Rp1.

Batas ukur dengan skala 2 posisi sakelar 2 dipakai tahanan paralel Rp2. Batas ukur

ketiga, posisi sakelar 3 dipakai tahanan paralel Rp3.

Dengan metoda berbeda dengan tujuan memperluas batas ukur, dipakai tiga tahanan paralel

Rp1, Rp2, dan Rp3 yang ketiganya disambung seri (Gambar 4.5). Sakelar posisi 1,

tahanan (Rp1 + Rp2 + Rp3) paralel dengan rangkaian (Rv + Rm). Sakelar posisi 2, tahanan

(Rp2 + Rp3) paralel dengan rangkaian (Rp1 + Rv + Rm). Saat sakelar posisi 3, tahanan Rp3

paralel dengan rangkaian (Rp1 + Rp2 + Rv + Rm).

22

Page 23: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Gambar 4.4 Batas ukur ampermeter Gambar 4.5 Penambahan batas ukur meter

4.3 Pengukuran Arus AC

Disamping ini, beberapa, type dari alat pengukur arus maupun alat pengukur tegangan

untuk arus bolak balik, terdapat pula yang bekerja atas prinsip yang lain, dari pada alat

pengukur kumparan putar. Misalkan alat pengukur dengan besi putar, alat pengukur

elektrodinamis, alat pengukur induksi dan alat pengukur elektrostatis, ada beberapa contoh

alat-alat ukur yang dimaksudkan. Di antaranya; alat pengukur dengan tabung vacum,

diaplikasi dengan transistor dan sebagai kombinasi dari penguat atau pengeras, dan

sebagainya.

Arus bolak-balik dapat didefinisikan sebagai arus yang besar maupun arahnya berubah

dengan waktu, dan perubahan tersebut diulangi kembali secara periodik. Karakteristik

perubahan dengan waktu atau lebih umum dikenal sebagai bentuk gelombang dari arus bolak

balik tersebut adalah bermacam-macam, dan yang sering dipergunakan dapat dilihat pada Gbr. 4-6 (a),

(b), (c).

23

Page 24: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Penyearah arus adalah elemen khusus yang akan menghasilkan arus searah (arus pada

arah yang sama), bila tegangan ditempatkan pada ujung-ujungnya. Kemampuan kerja dari

penyearah arus tersebut disebut penyearah. Penyearahan arus dapat dinyatakan dengan simbol

seperti diberikan dalam Gbr. 4-8, dimana arah panah memperlihatkan arah dari pada tegangan

yang diberikan untuk arah arus yang, mudah, dan arah ini biasanya disebut arah maju.

Sebaliknya arus akan mendapatkan suatu hambatan yang sangat besar dan pula dapat disebut

arah tukar atau arah kebalikan.

24

Page 25: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

5 Pengukuran Tahanan

Pengukuran tahanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengukur langsung nilai tahanan dan

pengukuran tidak langsung dengan metode jembatan (Gambar 5.1). Pengukuran tahanan secara

langsung bisa menggunakan multimeter, dengan menempatkan selektor pemilih mode pada

pengukuran tahanan. Resistor yang diukur dihubungkan dengan kedua kabel meter dan nilai tahanan

terbaca pada skala meter. Pengukuran tidak langsung, menggunakan alat meter tahanan khusus dengan

prinsip kerja seperti jembatan Wheatstone.

Gambar 5.1 Jenis-jenis Pengukuran Tahanan

6 Jembatan Wheatstone

Pengembangan rangkaian resistor seri dan paralel menghasilkan prinsip Jembatan

Wheatstone (Gambar 6-1). Sumber tegangan DC mencatu rangkaian empat buah resistor. R1 seri

dengan R2, dan R3 seri dengan R4.

Gambar 6-1 Rangkaian jembatan Wheatstone

Hukum Kirchoff tegangan menyatakan jumlah drop tegangan sama dengan tegangan sumber.

U = U1 + U2 dan U = U3 + U4

Titik A-B dipasang Voltmeter mengukur beda tegangan, jika meter menunjukkan nol, artinya

tegangan U1 = U3 disebut kondisi seimbang. Jika U1 U3 disebut kondisi tidak seimbang

25

Page 26: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

dan meter menunjukkan angka tertentu.

Aplikasi praktis dipakai model Gambar 6-2, R1 = Rx merupakan tahanan yang dicari

besarannya. R2 = Rn adalah tahanan yang bisa diatur besarannya. R3 dan R4 dari tahanan geser.

Dengan mengatur posisi tahanan geser B, sampai Voltmeter posisi nol. Kondisi ini

disebut setimbang, maka berlaku rumus kesetimbangan jembatan Wheatstone.

Contoh:

Jembatan Wheatstone, diketahui besarnya nilai R2 = 40 , R3 = 25 , R4 = 50

Hitung besarnya R1 dalam kondisi setimbang.

Gambar 6-2 Pengembangan model Wheatstone

Jawaban:

26

Page 27: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

7. Tangmeter

Bila arus yang melalui suatu jaringan akan diukur sedangkan tidak memungkinkan memotong

jaringan tersebut untuk menghubungkan alat pengukur amper, atau melalui suatu transformator

arus, maka penggunaan dari alat ukur amper jaringan, akan merupakan pemecahan yang

sangat balk. Seperti diperlihatkan dalam. Gbr. 7 (a), alat ukur amper jaringan dibuat dengan

kumparan besi dalam bentuk seperti garpu yang mempunyai banyak lilitan, dan membentuk

kumparan sekunder, dan satu pengantar sebagai kumparan primer dari satu lilitan, yang terdiri

dari pengantar dimana arus yang akan diukur mengalir. Bila pengantar ditempatkan di antara inti besi

seperti diperlihatkan dalam gambar, arus sekunder yang berbanding lurus dengan arus yang akan

diukur didapat pada penunjukan dari alat pengukur amper. Akan tetapi dengan cara

pengukuran ini dimana jalan magnitis tidak menutup, maka kesalahan-kesalahan yang tergantung

dari posisi pemasukan dari pengantar ke dalam inti, ditambah pula kesalahan bentuk gelombang dan

frekwensi adalah besar. Untuk mengurangi kesalahankesalahan tersebut maka alat ukur amper

yang digantungkan seperti diperlihatkan dalam Gbr. 7.(b) lebih baik dipergunakan. Dalam

alat ukur ini jalan garis-garis magnit hanya terbuka pada saat memasukan pengantar ke dalam

inti besi, sedangkan garis-garis magnit tersebut menutup pada saat pengukuran dijalankan.

Gbr. 7. Pengukuran arus pada kawat penghantar.

27

Page 28: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

2. Alat Ukur Digital

Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data digital. Penunjukan angka digital

berupa angka diskret dan pulsa diskontinyu berhubungan dengan waktu. Penunjukan display dari

tegangan atau arus dari meter digital berupa angka tanpa harus membaca dari skala meter. Sakelar

pemindah frekuensi pada pesawat HT juga merupakan angka digital dalam bentuk digital

Gambar 2-1 Tampilan penunjukan digital

Alat ukur digital saat sekarang banyak dipakai dengan berbagai kelebihannya, murah,

mudah dioperaikan, dan praktis. Multimeter digital mampu menampilkan beberapa pengukuran

untuk arus miliamper, temperatur °C, tegangan milivolt, resistansi ohm, frekuensi Hz, daya listrik

mW sampai kapasitansi nF (Gambar 2-1).

Pada dasarnya data/informasi yang akan diukur bersifat analog. Blok diagram alat ukur

digital terdiri komponen sensor, penguat sinyal analog, analog to digital converter,

mikroprosesor, alat cetak, dan display digital (Gambar 2-2).

Sensor mengubah besaran listrik dan non elektrik menjadi tegangan, karena tegangan

masih dalam orde mV perlu diperkuat oleh penguat input.

Gambar 2-2 Prinsip kerja alat kur digital

Sinyal input analog yang sudah diperkuat, dari sinyal analog diubah menjadi sinyal digi- tal

dengan (ADC) analog to digital akan diolah oleh perangkat PC atau mikroprosessor dengan program

tertentu dan hasil pengolahan disimpan dalam sistem memori digital. Informasi digital ditampilkan

dalam display atau dihubungkan dicetak dengan mesin cetak.

28

Page 29: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Display digital akan menampilkan angka diskrit dari 0 sampai angka 9 ada tiga jenis, yaitu 7-

segmen, 14-segmen dan dot matrik 5 x 7 (Gambar 2-3). Sinyal digital terdiri atas 0 dan 1, ketika

sinyal 0 tidak bertegangan atau OFF, ketika sinyal 1 bertegangan atau ON.

Sebuah multimeter digital, terdiri dari tiga jenis alat ukur sekaligus, yaitu mengukur

tegangan, arus, dan tahanan. Mampu untuk mengukur besaran listrik DC maupun AC (Gambar 2-

4).

Saklar pemilih mode digunakan untuk pemilihan jenis pengukuran, mencakup tegangan

AC/DC, pengukuran arus AC/DC, pengukuran tahanan, pengukuran diode, dan pengukuran

kapasitor.

Terminal kabel untuk tegangan dengan arus berbeda. Terminal untuk pengukuran arus kecil

300 mA dengan arus sampai 10 A dibedakan.

29

Page 30: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

3. KWH Meter

Alat ukur piringan putar tidak menggunakan jarum penunjuk. Konstruksi meter piringan putar

memiliki dua inti besi (Gambar 3-1). Inti besi U dipasang dua buah belitan arus pada masing-

masing kaki inti, menggunakan kawat berpenampang besar. Inti besi berbentuk E-I dengan satu

belitan tegangan, dipasang pada kaki tengah inti besi, jumlah belitan tegangan lebih banyak

dengan penampang kawat halus.

Piringan putar aluminium ditempatkan di antara dua inti besi U dan E-I. Akibat efek

elektromagnetis kedua inti besi tersebut, pada piringan aluminium timbul arus Eddy yang

menyebabkan torsi putar pada piringan.

Piringan aluminium berputar bertumpu pada poros, kecepatan putaran sebanding dengan daya

dari beban. Jumlah putaran sebanding dengan energi yang dipakai beban dalam rentang waktu

tertentu. Meter piringan putar disebut kilowatthours (kWh)-meter (Gambar 3-1).

Alat Ukur Piringan Putar

Pengawatan kWh-meter satu phasa belitan arus dihubungkan ke terminal 1-3, belitan tegangan disambungkan terminal 2-6, terminal 1-2 dikopel, dan terminal 4-6 juga dikopel langsung. Pengawatan kWh-meter tiga phasa dengan empat kawat (Gambar 3-3) L1, L2, L3 dan N memiliki tiga belitan arus dan tiga belitan tegangan.

1. Jala-jala L1, terminal-1 ke belitan arus-1 terminal-3 ke beban, terminal 1-2 dikopel untuk suplai ke belitan tegangan-1.

2. Jala-jala L2, terminal-4 ke belitan arus-2 terminal 6 langsung beban, terminal 4-5 dikopel suplai ke belitan tegangan-2.

3. Jala-jala L3, terminal-7 ke belitan arus-3 ke terminal 9 langsung beban, terminal 7-8 dikopel untuk suplai ke belitan tegangan-3.

30

Gambar 3-1 Prinsip alat ukur piringan

putar (kWH-meter)Gambar 3-2. kWH-meter

Page 31: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

4. Terminal 10 dan 12, untuk penyambungan kawat netral N dan penyambungan dari ketiga belitan tegangan phasa 1, 2, dan 3.

Gambar 3-3 Pengawatan kWH-meter satu phasa dan tiga phasa

Bentuk fisik kWh-meter kita lihat di setiap rumah tinggal dengan instalasi dari PLN. Sebagai pengukur energi listrik kWhmeter mengukur daya pada interval waktu tertentu dalam konversi waktu jam. Setiap kWh-meter memiliki angka konstanta jumlah putaran /kWh.

Cz =Konstanta jumlah putaran/kWhn = PutaranP = Daya listrik kW

Contoh:

kWh-meter satu phasa memiliki konstanta putaran 600 putaran/kWh dalam waktu 1 menit tercatat 33 putaran piringan. Hitunglah beban daya listrik!

Cz = 600 put/kWhn = 33 put/menit = 33 60 put/jam

Jawaban:

31

Page 32: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

4. Alat Ukur Elektrodinamik

Alat ukur elektrode memiliki dua jenis belitan kawat, yaitu belitan kawat arus yang

dipasang, dan belitan kawat tegangan sebagai kumparan putar terhubung dengan poros dan

jarum penunjuk (Gambar 4-1).

Interaksi medan magnet belitan arus dan belitan tegangan menghasilkan sudut

penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan daya yang dipakai beban:

P = V I cos Pemakaian alat ukur elektrodinamik sebagai pengukur daya listrik atau wattmeter.

Pemasangan wattmeter dengan notasi terminal 1, 2, 3, dan 5. Terminal 1-3 terhubung ke belitan arus Wattmeter, terhubung seri dengan beban. Terminal 2-5 terhubung ke belitan tegangan Wattmeter. Terminal 1-2 dikopel untuk mendapatkan catu tegangan suplai tegangan (Gambar 4-2).

Gambar 4-1 Prinsip elektrodinamik

Gambar 4 - 2 Pemasangan wattmeter Gambar 8.16 Pengawatan wattmeter dengan

beban satu phasa

32

Page 33: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Pemasangan terminal meter tidak boleh tertukar, karena akibatnya meter tidak berfungsi. Untuk pengukuran daya besar, di mana arus beban besar dapat digunakan trafo CT untuk menurunkan arus yang mengalir belitan arus wattmeter.

Misalkan daya motor 3 phasa 55 kW dengan tegangan 400 V akan menarik arus jala- jala 100 A. Kemampuan kWH meter maksimal dilalui arus hanya 10 A, maka digunakan trafo arus CT dengan rating 100/5 A agar pengukuran daya motor dapat dilaksanakan.

Wattmeter portabel pengawatan dengan beban (Gambar 4-2). Ada tiga buah selektor switch, untuk pengaturan amper, pengaturan tegangan, dan pemilihan skala batas ukur.

Untuk keamanan tempatkan selektor amper dan selektor tegangan pada batas ukur tertinggi. Jika jarum penunjuk sudut simpangannya masih kecil baru selektor switch arus atau tegangan diturunkan satu tahap.

33

Page 34: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

5. Osiloskop

Osiloskop termasuk alat ukur elektronik, digunakan untuk melihat bentuk gelombang,

menganalisis gelombang, dan fenomena lain dalam rangkaian elektronika ( Gambar 5-1 ).

Dengan osiloskop dapat melihat amplitudo tegangan dan gelombang, oleh karena itu harga rata-

rata, puncak, RMS (root mean square), maupun harga puncak kepuncak atau Vp-p dari tegangan

dapat diukur. Selain itu, juga hubungan antara frekuensi dan phasa antara dua gelombang juga dapat

dibandingkan. Ada dua jenis osiloskop, yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.

Gambar 5-1 Bentuk fisik osiloskop

5.1. Data Teknik Osiloskop• Arah Vertikal

Menampilkan Kanal-1 (K-1) atau Kanal-2 (K-2), Kanal-1 dan Kanal-2 AC atau chopMenjumlah atau Mengurangkan nilai Kanal-1 dan Kanal-2Tampilan X-Y : Melalui K-1 dan K-2 (K-2 dapat dibalik/ diinvers) Lebar-Pita : 2 x 0 . . . . 40 MHz (-3dB)Kenaikan waktu : 7 ns, simpangan: < 1%Koefisien : di set 1 mV/cm . . . 20V/cm ± 3% Impedansi Input : 1 M II 20 pFKopel Input : DC-AC-GND (Ground) Tegangan Input maks : 400 V

• Arah Horisontal:Koefisien waktu : 21 × 0,5 s sampai 100 ns/cm ± 3% (1-2-5 bagian), Lebar-pita penguat-X : 0……2,5 MHz (-3dB)

• PembedaUkuran layar : 8 × 10 cm, raster dalamTegangan akselarasi : 2000 VKalibrator : generator kotak 1 kHz atau 1 MHzOutput : 0,2 V ± 1%

34

Page 35: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

5.2. Osiloskop Analog

Blok diagram dasar osiloskop yang terdiri dari pemancar elektron (Electron Beam), pembelok vertikal (Penguat-Y), pembelok horizontal (penguat-X), generator basis waktu (Sweep Generator), catu daya, dan tabung hampa (CRT) lihat Gambar 5.2.

Gambar 5-2 Blok diagram sistem osiloskop

5.3. Pemancar Elektron

Merupakan bagian terpenting sebuah osiloskop. Katode di dalam CRT (Cathode Ray Tube) akan

mengemisikan elektron-elektron ke layar CRT melalui elektrode-elektrode pemfokus intensitas

pancaran elektron ditentukan oleh banyaknya elektron yang diemisikan oleh katode Gambar 5-4.

Bahan yang memantulkan cahaya pada layar CRT dapat diperoleh dari sulfid, oksid atau

silikat dari kadmium, yang diaktifkan melalui bahan tambahan dari perak, emas atau tembaga. Pada

umumnya dipilih warna hijau untuk tampilan cahaya pada layar CRT, karena mata manusia pada

umumnya peka terhadap warna ini.

Gambar 5-3 Pancaran elektron ke layar pendar CRT

5.4. Penguat Vertikal:

35

Page 36: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Penguat ini dapat memberikan tegangan hingga 100 V. Penguat ini harus dapat

menguatkan tegangan DC maupun AC dengan penguatan yang sama. Pengukuran sinyal dapat

diatur melalui tombol POS (position).

5.5. Input-Y (Vert. Input):

Bagian ini terhubung dengan tombol pembagi tegangan, untuk membagi tegangan yang

akan diukur, dengan perbandingan 10 : 1 atau 100 : 1. Gambar di bawah. Tombol ini harus

dibantu dengan sinyal kotak untuk kompensasi.

5.6. Penguat Horisontal:

Penguat ini memiliki dua input, satu dari sweep generator, menghasilkan trace (sapuan)

horizontal lewat CRT dan input yang lain menguatkan sinyal eksternal dan ditampilkan pada

CRT hanya pada sumbu horizontal. Skala pada sumbu Horisontal CRT Osiloskop, digunakan

untuk mengukur waktu (periode) dari sinyal yang diukur, misalnya 2 ms/ divisi.

5.7. Generator-Waktu

Generator waktu menghasilkan sinyal gigi gergaji,

yang frekuensinya dapat diatur, dengan cara mengatur

periodenya melalui tombol TIME BASE. CRT akan

menampilkan sinyal yang diukur (sinyal input) hanya jika

periode sinyal tersebut persis sama dengan periode sinyal

gigi gergaji ini atau merupakan kelipatan periodenya.

5.8. Triggering dan bias waktu

Sinyal gigi gergaji akan mulai muncul jika ada sinyal

trigger (Gambar 5-5). Pada saat sinyal input melewati

level trigger, maka sinyal gigi gergaji mulai muncul.

5.9. Catu Daya

Kinerja catu daya ini sangat mempengaruhi kinerja bagian lainnya di dalam osiloskop. Catu

36

Page 37: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

daya yang tidak terregulasi dengan baik akan menyebabkan kesalahan pengukuran dan tampilan

yang tidak baik pada CRT (fokus, kecerahan/ brightness, sensitifitas, dan sebagainya).

5.10. Osiloskop Dua Kanal

Seringkali orang perlu melakukan pengukuran dua sinyal AC yang berbeda dalam waktu yang

sama. Misalnya kanal-1 mengukur sinyal input dan kanal-2 mengukur sinyal output secara

bersamaan, maka osiloskop dua kanal mampu menampilkan dua sinyal dalam waktu bersamaan

dalam satu layar.

Gambar 5-6 Blok diagram Osiloskop dua kanal

Blok diagram osiloskop dua kanal Gambar 5-6 mempunyai sebuah sistem pembangkit sinar

(electron gun). Dua sinyal input dapat dimasukkan melalui kanal-1 dan kanal-2 (masing- masing

penguat-Y). Pengaktifan kedua penguat-Y tersebut dipilih secara elektronik, melalui frekuensi

yang berbeda untuk tiap kanal. Kedua sinyal input tersebut akan masuk melalui satu elektron-

gun secara bergantian lalu ditampilkan pada CRT.

Jika sinyal input mempunyai frekuensi rendah, maka sakelar elektronik akan mengaturnya pada

frekuensi tinggi. Sebaliknya, jika input sinyal mempunyai frekuensi tinggi, maka sakelar

elektronik akan mengaturnya pada frekuensi yang lebih rendah.

Tampilan sapuan ganda (dual-trace) dari electron beam tunggal dapat dilakukan dengan 2 cara,

yaitu chop time sharing dan alternate time sharing. Pemilihan kanal dilakukan oleh multivibrator

yang akan mengoperasikan sakelar elektronik secara otomatis.

8.20 Osiloskop Digital

Blok diagram osiloskop digital (Gambar 5-7) semua sinyal analog akan digitalisasi.

Osiloskop digital, misalnya storage osciloscope terdiri dari:

• ADC (Analog-to-Digital Converter)

• DAC (Digital-to-Analog Converter)

• Penyimpan Elektronik

37

Page 38: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Gambar 5-7 Blok diagram osiloskop digital

Gambar 5-8 Sampling sinyal analog oleh ADC

Pada osiloskop jenis ini, semua data yang akan ditampilkan disimpan di dalam RAM. Sinyal analog akan dicuplik (sampling), lalu dikuantisasi oleh ADC, yaitu diberi nilai (biner) sesuai dengan besarnya amplitudo tersampling (Gambar 5-8). Nilai ini dapat ditampilkan kembali secara langsung pada layar CRT atau monitor PC melalui kabel penghubung RS-232.

Perbedaan antara osiloskop analog dan digi- tal hanya pada pemproses sinyal ADC. Pengarah pancaran elektron pada osiloskop ini sama dengan pengarah pancaran elektron pada osiloskop analog. Osiloskop digital ada yang dilengkapi dengan perangkat lunak matematik untuk analisis sinyal atau printer.

38

Page 39: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

8.21 Pengukuran dengan Osiloskop

Berikut ini diberikan ilustrasi pengukuran dengan menggunakan osiloskop meliputi:

1. pengukuran tegangan DC,

2. mengukur tegangan AC, periode, dan frekuensi,

3. mengukur arus listrik AC,

4. pengukuran beda phasa tegangan dengan arus listrik AC, dan

5. pengukuran sudut penyalaan thyristor.

1. Mengukur Tegangan DC,

Tahanan R1 dan R2 berfungsi sebagai pembagi

tegangan. Ground osiloskop dihubung kan ke negatip catu

daya DC. Probe kanal-1 dihubungkan ujung sambungan

R1 dengan R2. Tegangan searah diukur pada mode DC.

Misalnya:

VDC = 5V/div. 3div = 15 V

Bentuk tegangan DC merupakan garis tebal lurus pada layar

CRT. Tegangan terukur diukur dari garis nol ke garis

horizontal DC.

Gambar 5-9 Mengukur tegangan DC dengan osiloskop

2. Mengukur Tegangan AC, periode T, dan frekuensi FTrafo digunakan untuk mengisolasi antara listrik yang

diukur dengan listrik pada osiloskop. Jika menggunakan

listrik PLN maka frekuensinya 50 Hz.

Misalnya:

Tegangan AC berbentuk sinusoida dengan tinggi U dan

39

Page 40: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

lebar periodenya T. Besarnya tegangan 6 V dan periodenya

20 milidetik dan frekuensinya 50 Hz.

Gambar 5-10 Mengukur tegangan ACdengan osiloskop

3. Mengukur Arus Listrik AC

Pada dasarnya osiloskop hanya mengukur tegangan untuk mengukur arus dilakukan secara

tidak langsung dengan R = 1 untuk mengukur drop tegangan.

Gambar 5-11 Mengukur arus AC dengan osiloskop

Misalnya:

Bentuk sinyal arus yang melalui resistor R adalah sinusoida menyerupai tegangan. Pada

beban resistor sinyal tegangan dan sinyal arus akan sephasa.

4. Mengukur Beda Phasa Tegangan dengan Arus Listrik AC.

Beda phasa dapat diukur dengan rangkaian C1 dan R1. Tegangan U1 menampakkan tegangan

catu dari generator AC. Tegangan U2 dibagi dengan nilai resis- tor R1 representasi dari arus listrik

AC. Pergeseran phasa U1 dengan U2 sebesar Dx.

40

Page 41: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

Gambar 5-12 Mengukur beda phasa dengan osiloskop

Misalnya: = x · 360°/XT= 2 div 360°/8 div = 90°

Tampilan sinyal sinusoida tegangan U1 (tegangan catu daya) dan tegangan U2 (jika dibagi

dengan R1, representasi dari arus AC). Pergeseran phasa antara tegangan dan arus sebesar

=900

5. Mengukur Sudut Penyalaan TRIACTriac merupakan komponen elektronika daya yang dapat memotong sinyal sinusoida pada sisi

positip dan negatip. Trafo digunakan untuk isolasi tegangan Triac dengan tegangan catu daya

osiloskop. Dengan mengatur sudut penyalaan triger maka nyala lampu dimmer dapat diatur dari

paling terang menjadi redup.

Gambar 5-13 Mengukur sudut penyalaan TRIAC dengan osiloskop

Misalnya:

= x · 360°/XT= (1 div. 360%) : 7= 5 V

41

Page 42: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

8.22 Metode Lissajous

Dua sinyal dapat diukur beda phasanya dengan memanfaatkan input vertikal (kanal Y) dan horizontal (kanal-X). Dengan menggunakan osiloskop dua kanal dapat ditampilkan beda phasa yang dikenal dengan metode Lissajous.

a. Beda phasa 0° atau 360°.Dua sinyal yang berbeda, dalam hal ini sinyal input dan

sinyal output jika dipadukan akan menghasilkan konfigurasi bentuk yang sama sekali berbeda.Sinyal input dimasukkan ke kanal Y (vertikal) dan sinyal output dimasukkan ke kanal X (horizontal) berbeda 0°, dipadukan akan menghasilkan sinyal paduan berupa garis lurus yang membentuk sudut 45° (Gambar 5-14). Gambar 5-14 Mengukur sudut penyalaan

TRIAC dengan Osiloskopb. Beda phasa 90° atau 270°.

Sinyal vertikal berupa sinyal sinusoida. Sinyal horizontal yang berbeda phasa 90° atau 270°

dimasukkan. Hasil paduan yang tampil pada layar CRT adalah garis bulat (Gambar 5-15).

Gambar 5-15 Sinyal input berbeda phasa 90° Gambar 4-16 Lissajous untuk menentukan

dengan output frekuensi

Pengukuran X-Y juga dapat digunakan untuk mengukur frekuensi yang tidak diketahui. Misalnya sinyal referensi dimasukkan ke input horizontal dan sinyal lainnya ke input vertikal.

f v = frekuensi yang tidak diketahuif R = frekuensi referensiNv = jumlah lup frekuensi yang tidak diketahuiNR = jumlah lup frekuensi referensiContoh Gambar 5-16 (c). Misalnya frekuensi referensi = 3 kHz, maka fV = 3. (2/3) kHz = 2 kHz

42

Page 43: REV Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik

SEKIAN TERIMAKASIH

43