25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud 1.1.1. Menghitung harga RMR dan SMR pada suatu massa batuan. 1.1.2. Menentukan kelas batuan berdasarkan RMR dan SMR. 1.2. Tujuan 1.2.1. Mengetahui kondisi geoteknik massa batuan berdasarkan nilai RMR-nya. 1.2.2. Mengetahui nilai SMR sebagai dasar menentukan rekomendasi perkuatan lereng suatu massa batuan.

RMR Report

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 1/25

 

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1. Maksud

1.1.1. Menghitung harga RMR dan SMR pada suatu massa batuan.

1.1.2. Menentukan kelas batuan berdasarkan RMR dan SMR.

1.2. Tujuan

1.2.1. Mengetahui kondisi geoteknik massa batuan berdasarkan nilai

RMR-nya.

1.2.2. Mengetahui nilai SMR sebagai dasar menentukanrekomendasi perkuatan lereng suatu massa batuan.

Page 2: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 2/25

 

BAB II

DASAR TEORI

Klasifikasi massa batuan digunakan sebagai alat dalam menganalisis

kemantapan lereng yang menghubungkan antara pengalaman di bidang

massa batuan dengan kebutuhan pemantapan di berbagai kondisi

lapangan yang dibutuhkan. Namun demikian, penggunaan klasifikasi

massa batuan tidak digunakan sebagai pengganti perancangan rinci.

Pada dasarnya pembuatan klasifikasi massa batuan bertujuan untuk (

Bieniawski, 1989 ) :

1. Mengidentifikasi parameter ± parameter yang mempengaruhi

perilaku massa batuan.

2. Membagi formasi massa batan ke dalam grup yang mempunyai

perilaku sama menjadi kelas massa batuanh.

3. Memberikan dasar ± dasar untuk pengertian karakteristik dari

setiap kelas massa batuan.

4. Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di suatu

lokasi dengan lokasi lainnya.

5. Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancanganrekayasa.

6. Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara

para insinyur dan geologist.

 Agar dapat digunakan dengan baik dan cepat maka klasifikasi massa

batuan harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut

(Bieniawski, 1989 ) :

1. Sederhana, mudah diingat, dan dimengerti

2. Sifat ± sifat massa batuan yang penting harus disertikan.3. Parameter dapat diukur dengan mudah dan murah.

4. Pembobotan dilakukan secara relatif.

5. Menyediakan data ± data kuantitatif.

Page 3: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 3/25

 

Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling

tidak tiga keuntungan bagi perancangan kemantapan lereng yaitu

( Bieniawski, 1989 ) :

1. Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data

masukan minimum sebagai parameter klasifikasi.

2. Memberikan informasi / data kuantitatif untuk tujuan rancangan.

3. Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif 

pada suatu proyek.

Saat ini telah berkembang berbagai metode klasifikasi massa batuan.

Diantara metode klasifikasi tersbut ada yang digunakan untuk kepentingan

perancangan empiris dan ada pula yang digunakan hanya untuk data

masukan untuk klasfifikasi massa batuan yang lain.

2.1 Rock Mass Rating ( RMR )

Bieniawski ( 1976 ) dalam Manik ( 2007 ) mempublikasikan suatu

metode klasifikasi massa batuan yang dikenal dengan Geomechanics

Classification atau Rock Mass Wasting ( RMR ). Metode rating digunakan

pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut didasarkan pada pengalaman

Bieniawski dalam mengerjakan proyek ± proyek terowongan dangkal.

Metode ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan

lokasi yang berbeda ± beda seperti tambang pada batuan kuat,

terowongan, tambang batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan

pondasi. Klasifikasi ini juga sudah dimodifi kasi beberapa kali sesuai

dengan adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan dan sesuai dengan standar internasional.  

2.1.1 Parameter ± parameter Rock Mass Rating ( RMR )

Sistem klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating  ( RMR )

menggunakan enam parameter berikut ini dimana rating setiap

parameter dijumlahkan untuk memperoleh nilai total dari RMR :

1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material  )

2. Rock Quality Desi gn ( RQD )

3. Jarak antar diskontinuitas ( Spacing of discontinuities )

Page 4: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 4/25

 

4. Kondisi diskontinuitas ( C onditon of discontinuities )

5. Kondisi air tanah ( groundwater condition )

6. Orientasi diskontinuitas ( Orientation of discontinuities )

Berikut dijelaskan mengenai keenam parameter yang

digunakan dalam memperoleh klasifikasi massa batuan Rock Mass

Rating ( RMR ) tersebut :

1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material  )

Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan

uniaksial ( Uniaxial Compressive Strength, UCS ) dan uji point load

( point Load Test, PLI ). UCS mengguanakn mesin tekan untuk

menekan sampel batuan dari satu arah ( uniaxial ). Sampel batuan

yang diuji dalam bentuk silinder ( tabung ) dengan perbandingan

antara tinggi dan diameter tertentu. Perbandingan ini sangat

berpengaruh pada nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar 

perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin

kecil.

Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan

utuh diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI -nya seperti

tertera pada Tabel 1.

Tabel 2.1 Pembobotn kekuatan material batuan utuh ( Bieniawski,1989 )

Deskripsi Kualitatif UCS ( MPa ) PLI ( MPa ) Rating

Sangat kuat sekali

( exceptionally strong )

>250 >10 15

Sangat kuat

( very strong )

100 ± 250 4 ± 10 12

Kuat ( strong ) 50 ± 100 2 ± 4 7

Sedang ( average ) 25 ± 50 1 ± 2 4

Lemah ( weak ) 5 ± 25 Penggunaan

UCS lebih

dianjurkan

2

Sangat lemah

( very weak )

1 ± 5 1

Page 5: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 5/25

 

Sangat lemah sekali

( extremely weak )

<1 0

2. Rock Quality Design ( RQD )

Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan Rock Quality

Design ( RQD ) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan

kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan

sebagai presentasi dari perolehan inti bor ( core ) yang secara tidak

langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian

yang lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor ( core ).

Hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (

4 inchi ) yang dijumlahkan keudian dibagi panjang total pengeboran

( core run ).

RQD =

   

Dalam menghitung nilai RQD, metode langsung digunakan

apabila core los tersedia. Tata cara untuk menghitung RQD 

menurut Deere diilustrasikan pada gambar 1. Call & Nicholas, Inc

( CNI ), konsultan geoteknik asal Amerika, mengembangkankoreksi perhitungan RQD untuk panjang total pengeboran yang

lebih dari 1,5 m. CNI mengusulkan nilai RQD diperoleh dari

persentase total panjang inti bor utuh yang lebih dari 2 k ali diameter 

inti ( core ) terhadap panjang total pengeboran ( core run ). Metode

pengukuran RQD menurut CNI diilustrasikan pada gambar 2.1.2.

Panjang total pengeboran ( core run ) = 100 cm

Diameter core = 61.11 cm

RQD =

 

RQD =

 

RQD = 84 %

Panjang total pengeboran ( core run ) = 100 cm

Diameter core = 61.11 cm

Page 6: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 6/25

 

RQD =

 

RQD =

 

RQD = 73 %

Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa

batuan diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992 seperti

Tabel 2.

RQD ( % ) Kualitas Batuan

<25 Sangat jelek ( v ery poor )

25-50 Jelek ( poor )

50-75 Sedang ( fair )

75-90 Baik ( good )

90-100 Sangat baik ( excellent )

Pada perhitnugan nilai RMR, parameter Rock Quality

Designation ( RQD diberi bobot berdasarkan nilai RQD -nya seperti

tertera pada tabel 3.

RQD ( % ) Kualitas Batuan Rating

<25 Sangat jelek ( very poor ) 20

25-50 Jelek ( poor ) 15

50-75 Sedang ( fair ) 10

75-90 Baik ( good ) 8

90-100 Sangat Baik ( excellent ) 5

3. Jarak antar diskontinuitas ( Spacing of discontinuities )

Jarak antar diskontinuitas didefinisikan sebagai jarak tegak

lurus antara dua diskontinuitas berurutan sepanjang garis

pengukuran yang dibuat sembarang. Pada perhitungan nilai RMR,

parameter jarak antar ( spasi ) diskontinuitas diberi bobot

Page 7: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 7/25

 

berdasarkan nilai spasi diskontinuitasnya seperti tertera pada

tabel 4.

Deskripsi Spasi diskontinuitas (m) Rating

Sangat lebar ( very wide ) >2 20

Lebar ( wide ) 0.6-2 15

Sedang ( moderate ) 0.2-0.6 10

Rapat ( close ) 0.006-0.2 8

Sangat rapat ( very close ) <0.006 5

4. Kondisi diskontinuitas ( Condition of discontinuities )

  Ada lima karakteristik diskontinuitas yang masuk dalam

pengertian kondisi diskontinuitas, meliputi kemenerusan

( persistence ), jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah (

separation / aperture ), kekasaran diskontinuitas ( roughness ),

material pengisi ( infillinf / gouge ) dan tingkat kelapukan (

weathering ).

a. Kemenerusan ( persistence / continuity )

Panjang dari suatu diskontinuitas dapat dikuantifikasi

secara kasar dengan mengamati panjang jejak kekar pada

suatu bukaan. Pengukuran ini masih sangat kasar dan

belum mencerminkan kondisi kemenerusan kekar 

sesungguhnya hanya dapat ditebak. Jika jejak sebuah

diskontinuitas pada suatu bukaan berhenti atau terpotong

oleh solid / massive rock ini menunjukkan adanya

kemenerusan.

b. Jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah

( separation / aperture )

Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan

yang berdekatan pada bidang diskontinu. Celah tersebut

dapat berisi material pengisi ( infilling ) atau tidak.

Page 8: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 8/25

 

c. Kekasaran diskontinuitas ( roughness )

Tingkat kekasaran permukaan diskontinuitas dapat

dilihat dari bentuk gelombang permukaannya. Gelombang

ini diukur relatif dari permukaan datar dari diskontinuitas.

Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser 

diskontinuitas dan dapat juga mengubah kemiringan pada

bagian tertentu dari diskontinuitas tersebut. .

d. Material pengisi ( infilling / gouge )

Material pengisi berada pada celah antara dua

dinding bidang diskontinuitas yang berdekatan. Sifat

material pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan

induknya. Beberapa material yang dapat mengisi celah di

antaranya breksi, lempung, silt, mylonite, gouge, sand,  

kuarsa dan kalsit.

e. Tingkat Kelapukan ( weathering )

Penentuan tingkat kelapukan diskontinuitas

didasarkan pada perubahan warna pada batuannya dan

terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar 

tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi,

batuan semakin lapuk.

Dalam perhitungan RMR, parameter ± parameter di atas

diberi bobot masing ± masing dan kemudian dijumlahkan sebagai

bobot total kondisi diskontinuitas. Pemerian bobot berdsarkan pada

tabel 5.

Parameter Rating

Panjang

diskontinuitas

( P ersistence / 

continuity )

<1m 1-3 m 3-10 m 10-20m >20m

6 4 2 1 0

Page 9: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 9/25

 

Jarak antar 

permukaan

diskontinuitas

- <0.1m

m

0.1-

1.0mm

1-5mm >5mm

6 5 4 1 0

Kekasaran

diskontinuitas

( roughness )

Sangat

kasar 

Kasar Sedikit

kasar 

Halus Slicken-

side

6 5 3 1 0

Material Pengisi

( infilling / gouge )

Tidak

ada

Keras Lunak

6 4 2 2 0

Kelapukan

( weathering )

Tidak

lapuk

Sedikit

Lapuk

Lapuk Sangat

lapuk

hancur 

6 5 3 1 0

5. Kondisi Air Tanah ( Groundwater conditions )

Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran

diskontinuitas diidentifikasikan sebagai salah satu kondisi

berikut : kering ( completely dry  ), lembab ( damp ), basah

( wet  ), terdapat tetesan air ( dripping  ), atau terdapat aliran air 

( flowing  ). Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air 

tanah ( groundwater conditions ) diberi bobot berdasarkan tabel

6.

Tabel 6. Pembobotan kondisi air tanah ( Bieniawski,1989 )

Kondisi

Umum

Kering

( completely

dry )

Lembab

( damp )

Basah

( wet )

Terdapat

tetesan air 

( dripping )

Terdapat

aliran air 

( flowing )Debit air tiap

10 m panjang

terowongan

( ltr / menit )

Tidak ada <10 10-25 25-125 >125

Page 10: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 10/25

 

Tekanan air 

pada

diskontinuitas

/ tegangan

principal

mayor 

0 <0.1 0.1-0.2 0.1-0.2 >0.5

Rating 15 10 7 4 0

2.1.2 Orientasi diskontinuitas ( Or ientation of discontinuities )

Parameter ini merupakan penambahan terhadap kelima

parameter sebelumnya. Bobot yang diberikan untuk parameter 

ini sangat tergantung pada hubungan antara orientasi

diskontinuitas yang ada dengan metode penggalian yang

dilakukan. Oleh karena itu dalam perhitungan, bobot

parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima

parameter lainnya.

RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi

diskontinuitas

dimana :

RMRbasic = § parameter ( a+b+c+d+e )

RMRbasic adalah nilai RMR dengan tidak memasukkan

parameter orientasi diskontinuitas dalam perhitungannya.

Untuk keperluan analisis kemantapan suatu lereng, Bieniawski

( 1989 ) merekomendasikan untuk memakai sistem Slope

Mass Rating ( SMR ) sebagai metode koreksi untuk parameter 

orientasi diskontinuitas.2.1.3 Penggunaan Rock Mass Rating ( RMR )

Setelah nilai bobot masing ± masing parameter ±

parameter diatas diperoleh, maka jumlah keseluruhan bobot

tersebut menjadi nilai total RMR. nilai RMR ini dapat

dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan,

Page 11: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 11/25

 

memperkirakan kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas

massa batuan seperti terihat pada tabel 7. dibwah ini .

Profil massa

batuan

Deskripsi

Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0

Kelas massa

batuan

Sangat

baik

Baik Sedang Jelek Sangat

Jelek

Kohesi >400kPa 300-

400

kPa

200-300

kPa

100-

200

kPa

<100 kPa

Sudut geser 

dalam

>45° 35°-45° 25°-35° 15°-25° <15°

Kestabilan Sangat

stabil

Stabil Agak

Stabil

Tidak

stabil

Sangat

tidak stabil

Keruntuhan Tidak

ada

Sedikit

blok

Rekahan,

beberapa

membaji

Planar,

baji

besar 

Bidang

planar 

besar atau

seperti

tanah

Support Tidak

perlu

Kadang

-

kadang

Sistematis Koreksi

penting

Penggalian

ulang

2.2 Sl ope Mass Rating ( SMR )

Romana ( 1985 ) dalam Manik ( 2007 ) mengembangkan suatu

sistem klasifikasi Slope Mass Rating ( SMR ) yang memungkinkan sistemRMR diaplikasikan untuk menganalisis kemantapan lereng. SMR

menyertakan bobot parameter pengaruh orientasi diskontinuitas terhadap

metode penggalian lereng yang diterapkan. Hubungan antara Slope mass

Rating ( SMR ) dengan Rock Mass Rating ( RMR ) ditunjukkan pada

persamaan di bawah ini :

Page 12: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 12/25

 

SMR = RMRbasic + ( F1 x F2 x F3 ) + F4

Besar bobot untuk F1, F2 , dan F3 masing ± masing dijelaskan

pada tabel 8. berikut ini

Tabel.2.8Bobot pengatur diskontinuitas F1,F2 dan F3 ( Romana,

1985 )

Kasu

s

Kriteria

faktor 

koreksi

Sangat

menguntungkan

menguntungkan Sedang Tak

menguntungkan

Sangat ta

menguntung

P Aj-as >30 30-20 20-10 10-5 <5

T Aj-as-

180

P/T F1 0.15 0.4 0.7 0.85 1

P Bj <20 20-30 30.35 35-45 >45

P F2 0.15 0.4 0.7 0.85 1

T F2 1 1 1 1 1

P bj-bs >10 10-0 0 0-(-10) <-10

T bj+bs <100 110-120 >120

P/T F3 0 -6 -25 -50 -60

Keterangan :

aj = dip dir. diskontinuitas bj = dip diskontinuitas

as = dip dir. lereng bs = dip lereng

P = longsoran bidang T = longsoran guling ( toppling )

Besar bobot untuk metode penggalian F4 dijelaskan pada tabel 2.9

dibawah ini :

Metode Lereng

alamiah

Peledakan

presplitting

Peledakan

smooth

Peledakan

mekanis

Peledakan

burukF4 +15 +10 +8 0 -8

Page 13: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 13/25

 

Besar bobot ± bobot F1, F2, F3 dan F4 masing ± masing

menggambarkan :

F1 : Menggambarkan keparalelan antara strike lereng dengan

strike diskontinuitas

F2 : Menerangkan hubungan sudut dip diskontinuitas sesuai

dengan model longsoran

F3 : Menggambarkan hubungan sudut dip lereng dengan dip

diskontinuitas

F4 : Faktor penyesuaian untuk metode penggalian yang

tergantung pada metode yang digunakan pada waktu

membentuk lereng

Untuk memilih jenis perkuatan lereng yang sesuai dalam mencegah

terjadinya keruntuhan pada lereng batuan, digunakan sistem Slope Mass

Rating ( SMR ). jenis ± jenis perkuatan yang dapat digunakan untuk usaha

stabilisasi lereng batuan dapat dibagi menjadi sembilan kelas yang

berbeda ( Romana, 1985 )

Tabel 2.10 Rekomendasi jenis perkuatan lereng untuk setiap kelas

Slope Mass Rating ( SMR ) ( Romana, 1985 )

Kelas Nilai SMR Support

Ia 91-100 N one

Ib 81-90 N one atau scaling  

IIa 71-80 ( N one.Toe ditch atau fence ), spot bolting  

IIb 61-70 Toe ditch atau fence, nets, spot atau

systematic bolting  

IIIa 51-60 Toe ditch dan atau net s, spot atau systematic 

bolting, spot shotcrete  IIIb 41-50 ( Toe ditch dan atau nets ), systematic bolting .

 Anchors, systematic shotcrete toe wall dan

atau dental concrete 

Iva 31-40  Anchors, systematic shotcrete, toewall dan

Page 14: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 14/25

 

atau concrete, ( reexcav ation ) drainage 

IVb 21-30 Systematic reinforced shotcrete, toewall dan

atau concrete, reexcav ation, deep drainage 

Va 11-20 Grav ity atau anchored wall atau reexcav ation

Page 15: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 15/25

 

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

y Alat tulis

y  Kalkulator 

y  Data core

3.2. Langkah kerja

a. Analis core pemboran, hitung panjang pemboran, panjang core

yg >10 cm, dan hitung RQD-nya.

b. Analisi hasil dari RQD dengan parameter UCS, Space disc,

Persistance, Apperture, Roughness, Infilling, Weathering, dan

GW condition.

c. Setelah itu hitung RMR basic dan cari F1, F2, dan F3 .

d. Setelah itu tentukan nilai RMR dan SMR.

Page 16: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 16/25

 

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

Lereng B

RunFrom

(m)To (m)

Panjang

pemboran

(m)

Panjang

core

terambil

(m)

Core

Recovery

(%)

Jumlah

core >

10 cm

(m)

RQD

(%)

18 50.10 51.30 1.20 1.20 100 0.99 82.50

19 51.30 52.50 1.20 1.20 100 1.20 100.00

20 52.50 53.70 1.20 1.20 100 0.96 80.00

21 53.70 54.90 1.20 1.20 100 0.89 74.17

22 54.90 56.10 1.20 1.20 100 1.17 97.5023 56.10 57.30 1.20 1.20 100 1.20 100.00

24 57.30 58.50 1.20 1.20 100 0.91 75.83

25 58.50 59.70 1.20 1.20 100 1.20 100.00

26 59.70 60.60 0.90 0.90 100 0.90 100.00

27 60.60 61.80 1.20 1.20 100 1.20 100.00

28 61.80 63.00 1.20 1.20 100 1.15 95.83

29 63.00 64.20 1.20 1.20 100 1.20 100.00

30 64.20 65.40 1.20 1.20 100 1.15 95.83

31 65.40 66.50 1.10 1.10 100 0.16 14.55

32 66.50 67.70 1.20 1.20 100 0.61 50.83

33 67.70 68.90 1.20 1.20 100 0.87 72.50

34 68.90 70.10 1.20 1.20 100 1.05 87.50

p Lereng B pada suatu open pit mining, kedalaman 50 ± 70 m, tersusun

oleh litologi lava andesit.

p  Diskontinuitas memiliki orientasi arah N 294 0 E dan Dip 430.

p Lereng / slope memiliki arah N 2700 E dan Dip 400, jenis longsoran

planar, metode penggalian dengan peledakan presplitting.

Page 17: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 17/25

 

 

RMR =

 

 

F1 = aj ± as = 430 - 400 = 30 (sangat tidak menguntungkan 1 ) F3 = bj ± bs = 2940 - 2700 = 240

F2 = bj = 430 (Tak menguntungkan 0,85 ) F4 = Peledakan presplitting +

P ¡

sist 

nc  Ratin

¢

1 50 ¥10 51 ¥30 58 ¥80 7 82 ¥ 50 17 0 ¥ 05 8 3 - 10 m 2

2 51 ¥30 52 ¥50 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 62 15 3 - 10 m 2

3 52 ¥50 53 ¥70 58 ¥80 7 80 ¥ 00 17 0 ¥ 15 8 3 - 10 m 2

4 53 ¥70 54 ¥90 58 ¥80 7 74 ¥ 17 13 0 ¥ 16 8 3 - 10 m 2

5 54 ¥90 56 ¥10 58 ¥80 7 97 ¥ 50 20 0 ¥ 31 10 3 - 10 m 2

6 56 ¥10 57 ¥30 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 26 10 3 - 10 m 2

7 57 ¥30 58 ¥50 58 ¥80 7 75 ¥ 83 17 0 ¥ 14 8 3 - 10 m 2

8 58 ¥50 59 ¥70 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 19 8 3 - 10 m 2

9 59 ¥70 60 ¥60 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 16 8 3 - 10 m 2

10 60 ¥60 61 ¥80 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 51 10 3 - 10 m 2

11 61¥

80 63¥

00 58¥

80 7 95¥

83 20 0¥

13 8 3 - 10 m 212 63 ¥00 64 ¥20 58 ¥80 7 100 ¥ 00 20 0 ¥ 33 10 3 - 10 m 2

13 64 ¥20 65 ¥40 58 ¥80 7 95 ¥ 83 20 0 ¥ 19 8 3 - 10 m 2

14 65 ¥40 66 ¥50 58 ¥80 7 14 ¥ 55 3 0 ¥ 00 5 3 - 10 m 2

15 66 ¥50 67 ¥70 58 ¥80 7 50 ¥ 83 13 0 ¥ 07 8 10 - 20 m 1

16 67 ¥70 68 ¥90 58 ¥80 7 72 ¥ 50 13 0 ¥ 17 8 3 - 10 m 2

17 68 ¥90 70 ¥10 58 ¥80 7 87 ¥ 50 17 0 ¥ 22 10 3 - 10 m 2

PARAME¦

ER 1 2 3

Ratin¢

Spac 

discRatin¢

Ratin¢

UCS£

Mpa

¤

¦

§

¡

om£

No. Run RQD

Page 18: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 18/25

 

 

SMR = RMR basic + (F1 . F2 . F3) + F4 

=  

= 64,35  Kelas IIb

g Rougness Rating Infilling Rating

Weatheri

ng Rating

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 54

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 64

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 54

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 50

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 59

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 59

ROUGH 5 Soft <5 mm 2 FRESH 6 16 DRIPPING 4 52

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 57

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 57

ROUGH 5 Soft <5 mm 2 FRESH 6 16 DRIPPING 4 57

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 57

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 59

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 57

ROUGH 5 Soft <5 mm 2 FRESH 6 16 DRIPPING 4 35

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 17 DRIPPING 4 49

ROUGH 5 Hard <5 mm 4 FRESH 6 18 DRIPPING 4 50

ROUGH 5 Soft <5 mm 2 FRESH 6 16 DRIPPING 4 54

Discontinuities Condition

4

Rating

5

GW

Condition

Rating

Total RMR

Basic

Page 19: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 19/25

 

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penghitungan data diatas, diketahui nilai RMR sebesar 

54,35

Setelah dilakukan perhitungan terhadap data yang ada, untuk

menghasilkan nilai RMR dan SMR, maka setelah itu akan dilakukan

analisis pembahasan untuk hasil yang didapatkan.

Pada langkah pertama dilakukan perhitungan Core Recovery dan

RQD. Dalam perhitungan ini menggunakan data perhitungan panjang core

dan panjang core yang terambil. Lalu hasil ini dimasukkan pada parameter 

  ± parameter perhitungan untuk selanjutnya dit entukan RMR dan SMR

nya.

Kuat tekan batuan utuh (Strength of Intact Rock Material) dapat

diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial (UCS) yang menggunakan mesin

tekan untuk memperoleh kuat tekan ini dengan cara menekan sampel

batuan dari satu arah. Pada nilai UCS yang diperoleh pada 17 titik

kedalaman, didapatkan kesemuanya mempunyai kuat tekan batuan utuh54,35 Mpa dengan rating yang diperoleh 4 dan mempunyai deskripsi

kualitatif sedang (average). Dapat diketahui bahwa kuat tekan batu an utuh

pada open pit mining ini memiliki kelas massa batuan sedang, dengan

daya kohesi 200- 300 kPa, sudut gser dalam mencapai 25Û -35Û, kestabilan

yang agak stabil, dengan keruntuhannya berupa rekahan, beberapa

membaji,dengan support sistematis yang menandakan batuan penyusun

dalam open pit mining ini masih rawan terhadap amblesan , sehingga perlu

diadakan penguatan lapisan batuan, dengan cara grouting  misalnya.Pada analisis selanjutya yaitu RQD yang merupakan persentasi dari perolehan inti bor (core) yang

secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan yang

diamati dari inti bor (core). Pada perhitungan data yang telah dilakukan, didapat rata ² rata nilai RQD sebesar

 83,71 dengan rating rata ² rata 17. Menurut Bieniawski,1989 maka RQD pada daerah ini tergolong mempunyai

kualitas batuan yang baik (good). Hal ini dapat dilihat dari batuan penyusunnya yang merupakan jenis batuan

Page 20: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 20/25

 

yang massif (intrusi diorite) sehingga kualitasnya lebih baik daripada batuan ² batuan yang tersusun dari hasil

erosi.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap Jarak Antar Diskontinuitas (Spacing of Diskontinuities). Hal inididefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua diskoninuitas berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat 

sembarang. Dari data yang ada dapat ditentukan rating dari rata ² rata Jarak Antar Diskontinuitas yang didapat 

adalah 8 dengan rata ² rata spasi diskontinuitas sebesar 0,2. Dapat dideskripsikan bahwa open pit mining ini

mempunyai Jarak Antar Diskontinuitas yang rapat (close).

Pada analisis terhadap kondisi diskontinuitas, terdapat lima karakteristik diskontinuitas yang masuk dalam

pengertian kondisi diskontinutas seperti telah didefinisikan pada tabel perhitungan bab sebelumnya. Jumlah rata

² rata rating 17,29.

 Terakhir dilakukan analisis terhadap kondisi air tanah (Grounwater Condition). Pada daerah ini didapat 

kondisi air tanah yang kering (dry). Dapat didefinisikan bahwa tidak terdapat debit air tiap 10 m panjang

 terowongan dan tegangan air pada diskontinuitasnya 0. Hal ini dapat diketahui dari litologi batuan penyusunnya

yang tidak permeable dan tidak memiliki porositas. Batuan ini merupakan jenis dari batuan yang tidak bias

menyimpan dan mengalirkan air.

Un ̈

uk mengaplikasikan sys ̈

em RMR, Romana (1985) dalam Manik (2007)

mengembangkan sua ̈

u sys ̈

em klasi©  ikasi SMR yang menyer

 ̈

akan bobo ̈

 

parame ̈

er pengaruh orien ̈

asi diskon ̈

inui ̈

as ̈

erhadap me ̈

ode penggalian lereng

berdasar rumus SMR = RMRbasic + ( F1 x F2 x F3 ) + F4

Dari perhi ungan dia

 as, didapa

 hasil 64,35 yang direkomendasikan oleh

Romana kedalam kelas IIb dengan suppor 

a au jenis perkua

 an lereng yang

sesuai dalam mencegah erjadinya kerun

 uhan pada lereng ba

 uan agar s

 abil

yai u dengan Toe ditch a

 au fence, nets, spot a  

au systematic bolting 

Pada prinsipnya sistem klasifikasi batuan di atas berkaitan dengan

cacat - atau cacat potensial - batu dan massa tidak melekat sifat batu.

Materi Untuk batuan yang lemah, kontribusi dari sistem klasifikasi batuan

ini lebih terbatas karena perilaku batuan akan tergantung sebagai banyak,

atau lebih, pada material batu dari atas diskontinuitas.   Attempts to base

support requirements for weak ground on rock classifi cation figures have

been notably unsuccessful.  Upaya untuk dasar persyaratan dukungan

Page 21: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 21/25

 

untuk tanah yang lemah pada angka-angka klasifikasi terutama batu telah

berhasil. Generally, the evaluation of support needs for weak rock is more

difficult that for strong rock. Secara umum, evaluasi mendukung

kebutuhan untuk batuan yang lemah lebih sulit sehingga untuk batuan

yang kuat. 

F1 : Menggambarkan keparalelan antara strike lereng dengan

strike diskontinuitas

F2 : Menerangkan hubungan sudut dip diskontinuitas sesu ai

dengan model longsoran

F3 : Menggambarkan hubungan sudut dip lereng dengan dip

diskontinuitas

F4 : Faktor penyesuaian untuk metode penggalian yang

tergantung pada metode yang digunakan pada waktu

membentuk lereng

Ini sis  

em klasi  

ikasi massa ba  

uan secara in  

egral merupakan bagian empiris yang

digunakan dalam rekayasa  

erowongan baik di indus  

ri per  

ambangan dan  

eknik sipil,

seper  

i kere  

a bawah  

anah di divisi  

ranspor  

asi dan  

erowongan pengalihan sumber

daya air. The classi  

ica  

ion is used  

o classi  

y  

he region  

ha  

has  

he same charac  

eris  

ic

in geomechnical proper  

ies,  

o prepare  

he baseline da  

a  

o be used in s  

abili  

y analysis

o  

   

unnel s  

ruc  

ure and  

o selec  

   

he  

ype o  

suppor  

   

or  

he  

unnel. Klasi  

ikasi ini

digunakan un  

uk mengklasi  

ikasikan wilayah yang memiliki karak  

eris  

ik yang sama

dalam proper  

i geomechnical, un  

uk mempersiapkan da  

a dasar yang akan digunakan

dalam analisis s  

abili  

as s  

ruk  

ur  

erowongan dan un  

uk memilih jenis dukungan un  

uk

  

erowongan. In  

he developmen  

,  

he classi  

ica  

ion sys  

em is deriving correla  

ion o  

 

ma  

erial proper  

ies such as modulus o  

elas  

ici  

y (Em), m and s  

or  

ailure cri  

erion (Hoek

& Brown, 1980), e  

c. Dalam perkembangannya, sis  

em klasi  

ikasi adalah berasal korelasi

si  

a  

ma  

erial seper  

i modulus elas  

isi  

as (Em), m dan s un  

uk kri  

eria kegagalan (Hoek &

Brown, 1980), dll

To complete the required data for the rock mass analysis, site investigation is a

Page 22: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 22/25

 

need to obtain the rock structure map, plotting of joint orientation, infilling

material measurement, strike/dip joint, rock bedding, and geological structure that

developed in the region to confirm rock deformation stage that controlled by

geodynamical process in the region. Untuk melengkapi data yang dibutuhkanuntuk analisis massa batuan, penyelidikan situs adalah kebutuhan untuk 

mendapatkan peta struktur batuan, merencanakan orientasi bersama, infilling

 pengukuran material, strike / dip bersama, tidur batu, dan struktur geologi yang

 berkembang di wilayah ini untuk mengkonfirmasi deformasi batuan tahap yang

dikendalikan oleh proses geodynamical di wilayah tersebut. The investigation

consist of survey and mapping work, in-situ rock mass sampling by drilling,

excavation, and outcrops measurement then to be continued with the rock 

mechanical laboratory analysis work. penyelidikan terdiri dari survei dan

 pemetaan kerja, in-situ sampling massa batuan oleh pengeboran, penggalian, dan

 pengukuran singkapan kemudian dilanjutkan dengan karya rock laboratoriumanalisis mekanik.

Furthermore, the field measurement data is processed in studio assisted by

computer software (if any) to make easy in geological reconstruction andgeological scenario that enables occurred in the coming period such as possibility

of fault, failure, ruptures, etc. Selain itu, data lapangan pengukuran diproses distudio dibantu oleh perangkat lunak komputer (jika ada) untuk memudahkan

dalam rekonstruksi geologi dan skenario geologi yang memungkinkan terjadi

 pada periode mendatang seperti kemungkinan kesalahan, kegagalan, pecah, dll

To reconstruct the stress orientation, the analyzed data constitutes a result of 

strike/dip measurement of rock bedding that run by DIPSTRESS software;

meanwhile to reconstruct the rock mass (blocky) failures, the analyzed data is thedata that obtained in major joint strike/dip measurement of the rock bedding with

UNWEDGE software (Rock Science, 1992). Untuk merekonstruksi orientasi

stres, data dianalisis merupakan akibat dari aksi mogok / pengukuran kemiringan

 batuan tempat tidur yang dijalankan oleh perangkat lunak DIPSTRESS,

sedangkan untuk merekonstruksi massa batuan (gumpal) kegagalan, data yang

dianalisis adalah data yang diperoleh dalam pemogokan bersama utama /

 pengukuran dip batuan tempat tidur dengan software UNWEDGE (Rock Ilmu,1992). When the software is unavailable, the analysis can be performed manually

 by stereo-net. Ketika perangkat lunak tidak tersedia, analisis dapat dilakukansecara manual dengan stereo-net. The whole strike/dip data of major joint and

rock bedding are plotted in the chart to obtain a principal major stress (s1), and

 principal minor stress (s2 and s3 ), also rock mass (block) rupture orientation in3D direction. Pemogokan seluruh / dip data bersama besar dan selimut batuandiplot dalam grafik untuk mendapatkan stres utama utama (s1), dan stres minor 

 pokok (S2 dan S3), juga massa batuan (blok) pecah orientasi dalam arah 3D.

Based on the block rupture orientation, type and requirement of the support and

other recommendation of engineering treatment can be determined clearly.

Berdasarkan blok pecah jenis orientasi, dan kebutuhan dukungan dan rekomendasi

lain dari perawatan rekayasa dapat ditentukan dengan jelas.

Page 23: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 23/25

 

 

III. III. ROCK MASS CLASSIFICATION SYSTEM ROCK SISTEM

KLASIFIKASI MASSA 

3.1 Terzaghi's Rock Mass Classification 3.1 Terzaghi's Rock Massa

Klasifikasi 

Rock mass refer to Terzaghi (1946) is classified based on physical properties as

follows: massa Rock lihat Terzaghi (1946) diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik 

sebagai berikut:

§ Intact rock contains neither joints nor hair cracks. § batuan utuh tidak berisi

sendi atau retak rambut. Hence, if it breaks, it breaks across sound rock. Olehkarena itu, kalau rusak, rusak di batu suara. On account of the injury to the rock 

due to blasting, spalls may drop off the roof several hours or days after blasting.Pada rekening cedera pada batu karena peledakan, spalls mungkin drop off atap

 beberapa jam atau hari setelah peledakan. This is known as a spalling condition.Ini dikenal sebagai kondisi spalling. Hard, intact rock may also be encountered in

the popping condition involving the spontaneous and violent detachment of rock slabs from the sides or roof. Keras, rock utuh juga mungkin ditemui dalam kondisi

muncul melibatkan detasemen spontan dan kekerasan dari lempengan batu dari

sisi atau atap.

§ Stratified rock consists of individual strata with little or no resistance against

separation along the boundaries between the strata. § rock stratified terdiri dari

strata individu dengan sedikit atau tanpa perlawanan terhadap pemisahan di

sepanjang batas-batas antara strata tersebut. The strata may or may not beweakened by transverse joints. Strata mungkin atau mungkin tidak menjadi lemah

oleh sendi melintang. In such rock the spalling condition is quite common. Dalam

 batuan seperti kondisi spalling cukup umum.

§ Moderately jointed rock contains joints and hair cracks, but the blocks

 between joints are locally grown together or so intimately interlocked that vertical

walls do not require lateral support. § Cukup jointed rock berisi sendi dan retak 

rambut, tapi blok antara sendi secara lokal tumbuh bersama-sama atau lebih intimsaling bertautan sehingga dinding vertikal tidak memerlukan dukungan lateral. In

rocks of this type, both spalling and popping conditions may be encountered. Pada batuan jenis ini, baik kondisi spalling dan muncul mungkin ditemui.

§ Blocky and seamy rock consists of chemically intact or almost intact rock 

fragments which are entirely separated from each other and imperfectlyinterlocked. § gumpal dan rock berkelim terdiri dari atau hampir utuh fragmen

 batuan utuh kimia yang sepenuhnya terpisah satu sama lain dan saling bertautan

sempurna. In such rock, vertical walls may require lateral support. Di batu

tersebut, tembok vertikal mungkin memerlukan dukungan lateral.

§ Crushed but chemically intact rock has the character of crusher run. § Hancur 

tapi kimia batuan utuh bersifat pecah. If most or all of the fragments are as small

as fine sand grains and no recementation has taken place, crushed rock below the

Page 24: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 24/25

 

water table exhibits the properties of water-bearing sand. Jika sebagian atau

seluruh fragmen yang sekecil butir pasir halus dan tidak recementation telah

terjadi, batu hancur di bawah meja pameran air sifat pasir air-bearing.

§ Squeezing rock slowly advances into the tunnel without perceptible volumeincrease. § pemerah muka batu perlahan ke dalam terowongan tanpa

meningkatkan volume jelas. A prerequisite for squeeze is a high percentage of 

microscopic and sub-microscopic particles of micaceous minerals or clay minerals

with a low swelling capacity. Sebuah prasyarat untuk memeras adalah persentase

yang tinggi partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis mineral mengandung mika

atau mineral lempung dengan kapasitas pembengkakan rendah.

§ Swelling rock advances into the tunnel chiefly on account of expansion. § uang

muka batu Pembengkakan ke dalam terowongan terutama pada rekening

ekspansi. The capacity to swell seems to be limited to those rocks that contain

clay minerals such as montmorillonite, with a high swelling capacity. Kapasitasmembengkak tampaknya terbatas pada batu-batu yang mengandung mineral

lempung seperti montmorilonit, dengan kapasitas pembengkakan yang tinggi.

3.2 Rock Quality Designation (RQD) 3.2 Rock Kualitas Penandaan (RQD) 

The Rock Quality Designation index (RQD) was developed by Deere (Deere et al1967) to provide a quantitative estimate of rock mass quality from drill core logs.

The Rock Kualitas Penandaan indeks (RQD) dikembangkan oleh Deere (Deere

1967 et al) untuk menyediakan perkiraan kuantitatif kualitas massa batuan dari

inti bor log. RQD is defined as the percentage of intact core pieces longer than

100 mm (4 inches) in the total length of core. RQD didefinisikan sebagai

 persentase potongan inti utuh yang lebih panjang dari 100 mm (4 inci) dalam total

 panjang inti. The core should be at least NW size (54.7 mm or 2.15 inches indiameter) and should be drilled with a double-tube core barrel. inti harus

setidaknya NW ukuran (54,7 mm atau 2,15 inci diameter) dan harus dibor dengan

laras inti tabung ganda.

In reality, the high RQD value is not always reflecting a high quality of the rock 

mass. Pada kenyataannya, nilai RQD tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas

tinggi dari massa batuan. It is usually found in intact clay-stone which is presenting the RQD value almost 100%. Hal ini biasanya ditemukan di utuh-batu

tanah liat yang menyajikan nilai RQD hampir 100%. To avoid the mistake, weshould make a field test by breaking the core into small fragments, twist, and

 bends without device and significant effort. Untuk menghindari kesalahan, kita

harus melakukan uji lapangan dengan melanggar inti menjadi fragmen kecil,twist, dan tikungan tanpa perangkat dan upaya yang signifikan. When the coreremolded, hence the RQD value of the rock mass is not reflecting the high quality

of the rock mass. Ketika inti terbentuk kembali, maka nilai RQD dari massa

 batuan tersebut tidak mencerminkan kualitas tinggi dari massa batuan.

RQD value estimation in the region is usually needed to support the geotechnical

works. RQD nilai estimasi di wilayah ini biasanya diperlukan untuk mendukung

Page 25: RMR Report

5/7/2018 RMR Report - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rmr-report 25/25

 

 pekerjaan geoteknik. But, the requirement is not only depend on core data when

the rock mass overviewed briefly and mapped in the region. Tapi, kebutuhan tidak 

hanya tergantung pada data core ketika massa batuan tinjau sebentar dan

dipetakan di wilayah tersebut. There are two methods to estimate the RQD valueas follows: Ada dua metode untuk memperkirakan nilai RQD sebagai berikut:

(a). (A). Line Mapping, joint spacing average can be resulted from the features

number per the length of tracking. Line Pemetaan, jarak rata-rata bersama dapat

dihasilkan dari nomor fitur per panjang pelacakan. Bieniawski (1989) has

 presented a correlation between joint spacing versus RQD, wherein the RQD

values can be estimated from the joint spacing average according to the derived

equation from Priest and Hudson (1976) as follows: Bieniawski (1989) telah

menyajikan korelasi antara jarak bersama versus RQD, dimana nilai-nilai RQD

dapat diestimasi dari rata-rata jarak bersama sesuai dengan persamaan yang berasal dari Imam dan Hudson (1976) sebagai berikut:

RQD = 100 e±1 l (1l + 1) RQD = 100 e-1 l (1l + 1) 

(b). (B). Region Mapping, picturing of joint spacing 3D is usually available.

Pemetaan Daerah, membayangkan 3D jarak bersama adalah biasanya tersedia.Palmström (1982) has defined that Jv is a number of joint in cubic meter unit of 

rock. Palmström (1982) telah ditetapkan bahwa Jv adalah sejumlah bersama

dalam unit meter kubik batu. Correlation between RQD versus Jv is formulated in

the following equation: Korelasi antara RQD versus Jv dirumuskan dalam

 persamaan berikut:

RQD = 115 ± 3.3 Jv RQD = 115-3,3 Jv 

Where the Jv is number of joint per cubic meter of rock mass for whole

discontinuity (or the other term is volumetric joint count). Dimana Jv adalah

 jumlah patungan per meter kubik untuk diskontinuitas massa batuan keseluruhan

(atau istilah lainnya adalah menghitung bersama volumetrik). RQD = 100% for Jv

£ 4.5. RQD = 100% untuk Jv £ 4,5.

RQD is pointed to define the in situ of rock mass quality. RQD adalah menunjuk 

untuk menentukan di situ kualitas massa batuan. Carefulness of drilling process isneeded to ensure that the fracture due to drilling will be identified and neglected

in RQD value determination as well as when using the Palmström's equation for 

outcrop mapping, blasting which is produce the fracture would not be involved inJv value estimation. Kejelian proses pengeboran diperlukan untuk memastikan

 bahwa fraktur karena pengeboran akan diidentifikasi dan diabaikan dalam

 penentuan nilai RQD serta ketika menggunakan persamaan Palmström untuk 

 pemetaan singkapan, peledakan yang menghasilkan fraktur tidak akan terlibat

dalam estimasi nilai Jv