24
10 II. KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Pembelajaran I. Ruang lingkup standar nasional pendidikan “ 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini peserta diklat diharapkan dapat : a. Memahami delapan standar nasional pendidikan dan penjelasannya. b. Mengidentifikasi pelaksanaan komponen-komponen/aspek delapan standar nasional pendidikan berdasarkan PP 19 tahun 2005 termasuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur tentang standar-standar tersebut, serta panduan-panduan yang dikeluarkan oleh BSNP maupun pedoman pelaksanaan/ petunjuk teknis/ panduan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal terkait. 2. Uraian Materi Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, keberadaan sekolah/madrasah dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu sekolah formal standar dan sekolah mandiri. Lebih lanjut pengkategorian tersebut dirinci menjadi empat kategori, yaitu: (a) sekolah potensial atau formal standar, (b) sekolah standar nasional, (c) sekolah standar nasional yang memiliki keunggulan lokal, dan (d) sekolah bertaraf internasional. Pengkategorian ini tentu dimaksudkan sebagai acuan dalam pembinaan dan pengembangan masing- masing sekolah, sehingga pada akhirnya semua sekolah diharapkan mampu menjadi sekolah bertaraf internasional. Implementasi kebijakan pelaksanan 8 SNP di lapangan, tentunya mempersyaratkan adanya komitmen dan kerja keras pengelola sekolah beserta semua stakeholder. Dalam hal ini Pengawas satuan pendidikan memiliki peran yang strategis. Pengawas dapat memotivasi, membimbing dan mendampingi para kepala sekolah untuk berupaya meningkatkan statusnya dan melakukan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Pada taraf awal, pengawas dapat mendorong sekolah-sekolah yang dibinanya untuk memenuhi kriteria standar nasional pendidikan dan memperoleh akreditasi yang baik. Bila hal ini telah diperoleh, dan muncul kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut, maka selanjutnya sekolah dapat melakukan benchmarking menuju sekolah bertaraf internasional.

RUANG LINGKUP SNP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RUANG LINGKUP SNP

10

II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran I. “ Ruang lingkup standar nasional pendidikan “

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini peserta diklat diharapkan dapat :

a. Memahami delapan standar nasional pendidikan dan penjelasannya.

b. Mengidentifikasi pelaksanaan komponen-komponen/aspek delapan standar

nasional pendidikan berdasarkan PP 19 tahun 2005 termasuk Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional yang mengatur tentang standar-standar tersebut, serta

panduan-panduan yang dikeluarkan oleh BSNP maupun pedoman pelaksanaan/

petunjuk teknis/ panduan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal terkait.

2. Uraian Materi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, keberadaan sekolah/madrasah dapat dikategorikan menjadi dua

kategori, yaitu sekolah formal standar dan sekolah mandiri. Lebih lanjut

pengkategorian tersebut dirinci menjadi empat kategori, yaitu: (a) sekolah potensial

atau formal standar, (b) sekolah standar nasional, (c) sekolah standar nasional yang

memiliki keunggulan lokal, dan (d) sekolah bertaraf internasional. Pengkategorian ini

tentu dimaksudkan sebagai acuan dalam pembinaan dan pengembangan masing-

masing sekolah, sehingga pada akhirnya semua sekolah diharapkan mampu menjadi

sekolah bertaraf internasional.

Implementasi kebijakan pelaksanan 8 SNP di lapangan, tentunya mempersyaratkan

adanya komitmen dan kerja keras pengelola sekolah beserta semua stakeholder.

Dalam hal ini Pengawas satuan pendidikan memiliki peran yang strategis. Pengawas

dapat memotivasi, membimbing dan mendampingi para kepala sekolah untuk

berupaya meningkatkan statusnya dan melakukan peningkatan mutu secara

berkelanjutan. Pada taraf awal, pengawas dapat mendorong sekolah-sekolah yang

dibinanya untuk memenuhi kriteria standar nasional pendidikan dan memperoleh

akreditasi yang baik. Bila hal ini telah diperoleh, dan muncul kepercayaan

masyarakat terhadap sekolah tersebut, maka selanjutnya sekolah dapat melakukan

benchmarking menuju sekolah bertaraf internasional.

Page 2: RUANG LINGKUP SNP

11

Penguasaan ruang lingkup standar nasional pendidikan dan langkah-langkah teknis

dalam menyiapkan akreditasi sekolah tentu merupakan pengetahuan penting bagi

seorang pengawas untuk dapat membina kepala sekolah. Materi pelatihan ini

dimaksudkan sebagai bekal bagi pengawas dalam memantau pelaksanaan SNP dan

membantu sekolah mempersiapkan akreditasi.

Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan

Dalam Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,

BAB II pasal 2 disebutkan bahwa Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: (1)

Standar isi; (2) Standar proses; (3) Standar kompetensi lulusan; (4) Standar

pendidik dan tenaga kependidikan; (5) Standar sarana dan prasarana; (6) Standar

pengelolaan; (7) Standar pembiayaan; dan (8) Standar penilaian pendidikan.

Penjabaran dari kedelapan standar tersebut adalah sebagai berikut.

1). Standar Isi

Standar isi telah dikembangkan oleh BSNP dan menjadi Peraturan Mentri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

a). Pengertian Standar Isi

Standar isi adalah cakupan materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai

kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara keseluruhan

standar isi memuat:

• Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam

penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan;

• Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan

menengah;

• Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak

terpisahkan dari standar isi; dan

• Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan

pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Page 3: RUANG LINGKUP SNP

12

b). Fungsi Standar Isi

Standar isi berfungsi sebagai salah satu bagian dari standar nasional pendidikan,

sebagai acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara satuan pendidikan.

Standar isi meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan

penyelenggaraan pendidikan. Acuan dasar tersebut merupakan standar nasional

pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan

pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan

pendidikan yang bermutu.

c.) Pengembangan Standar Isi

Hasil pengembangan aspek muatan standar isi oleh BSNP sebagai berikut.

1) Kerangka dasar kurikulum pendidikan umum (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK), pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, dan SMALB), dan pendidikan kejuruan

(SMK/MAK).

Kerangka dasar kurikulum mencakup tiga hal, yaitu: (a) kelompok mata pelajaran dan

cakupannya; (b) prinsip pengembangan kurikulum; dan (c) prinsip pelaksanaan

kurikulum. Untuk kelompok mata pelajaran dan cakupannya, dinyatakan (PP No. 19,

pasal 6, ayat 1) bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d) kelompok mata pelajaran estetika;

e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Tabel 2.1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

No Kelompok Mata

Pelajaran Cakupan

1.

Agama dan Akhlak

Mulia

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai

perwujudan dari pendidikan agama.

Page 4: RUANG LINGKUP SNP

13

No Kelompok Mata

Pelajaran Cakupan

2. Kewarganegaraan

dan Kepribadian

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta

didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan

kualitas dirinya sebagai manusia.

Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan

patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi

manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,

kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan

pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku

anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

3. Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan

mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan

kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan

mandiri.

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi

dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan

berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut

ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir

ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

SMK/MAK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian

kerja.

4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk

meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan

kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan

mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni

mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual

sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam

kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan

kebersamaan yang harmonis.

Page 5: RUANG LINGKUP SNP

14

No Kelompok Mata

Pelajaran

Cakupan

5. Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada

SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta

menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada

SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik

serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan untuk meningkatkan

potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama,

dan hidup sehat.

Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup

sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif

kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas,

kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan

penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

Ada tujuh prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar, yaitu: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3)

tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan seni; (4) relevan dengan

kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar

sepanjang hayat; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

daerah.

2). Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum

yang telah disusun adalah:

a) Struktur kurikulum pendidikan umum (SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA)

b) Struktur kurikulum pendidikan kejuruan (SMK/MAK)

c) Struktur kurikulum pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, SMALB).

3) Beban belajar untuk jenjang pendidikan SD/MI/SDLB; SMP/MTs/ SMPLB;

SMA/MA/SMALB; dan SMK/MAK.

Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket. Satuan pendidikan SMP/MTs/ SMPLB; SMA/MA/SMALB;

dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat

Page 6: RUANG LINGKUP SNP

15

menggunakan sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB; dan

SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester.

Beban belajar pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan

program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program

pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai

dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar

setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam

pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta

didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan

terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan

peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam

pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut:

a) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;

b) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit;

c) SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.

Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan

adalah sebagai berikut:

a) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB:

• Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;

• Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.

b) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB

adalah 34 jam pembelajaran.

c) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/

SMK/MAK adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman

materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk

Page 7: RUANG LINGKUP SNP

16

mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur

ditentukan oleh pendidik.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa

pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik

untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh

peserta didik.

Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri

dari:

• Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi

peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan

tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

• Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi

peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan

tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

• Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak ter-struktur bagi

peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah

waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun

untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai

dengan empat tahun untuk SMK/MAK. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk

mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta

didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester

pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester

dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam

pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri

tidak terstruktur. Panduan tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam

dokumen tersendiri.

4) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran

peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun

pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

Page 8: RUANG LINGKUP SNP

17

a) Alokasi Waktu

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada

awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap

tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,

meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan

lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan

pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat

berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,

hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari

libur khusus.

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1. Minggu efektif

belajar

Minimum 34 minggu

dan maksimum 38

minggu

Digunakan untuk kegiatan pembelajaran

efektif pada setiap satuan pendidikan

2. Jeda tengah

semester

Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

3. Jeda antarsemester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II

4. Libur akhir tahun

pelajaran

Maksimum 3 minggu Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan

administrasi akhir dan awal tahun

pelajaran

5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur

keagamaan lebih panjang dapat

mengaturnya sendiri tanpa mengurangi

jumlah minggu efektif belajar dan waktu

pembelajaran efektif

6. Hari libur Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah

Page 9: RUANG LINGKUP SNP

18

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

umum/nasional

7. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan

ciri kekhususan masing-masing

8. Kegiatan khusus

sekolah/madrasah

Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang diprog-

ramkan secara khusus oleh

sekolah/madrasah tanpa mengurangi

jumlah minggu efektif belajar dan waktu

pembelajaran efektif

b) Penetapan Kalender Pendidikan

(1) Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada

bulan Juni tahun berikutnya.

(2) Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya

keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi

penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

(3) Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur

serentak untuk satuan-satuan pendidikan.

Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing

satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen

Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah

daerah.

2). Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan (PPRI No. 19 Tahun 2005 tentang Standan Nasional Pendidikan,

Pasal 1 ayat 6). Adapun PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Proses

dituangkan dalam Bab IV, yaitu mencakup aspek:

a. Perencanaan proses pembelajaran,

b. Pelaksanaan proses pembelajaran,

Page 10: RUANG LINGKUP SNP

19

c. Penilaian hasil pembelajaran. dan

d. Pengawasan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran

untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selanjutnya Standar Proses ini telah dikembangkan oleh BSNP dan menjadi

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Adapun beberapa hal yang diatur dalam standar proses, antara lain:

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau

tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen-

capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus

dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan

oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah

atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah.

Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas

Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota

yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi

yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta

departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs,

MA, dan MAK.

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam

upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun

RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

Page 11: RUANG LINGKUP SNP

20

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,

tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,

emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,

norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk

mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan

semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,

pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP

disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

Page 12: RUANG LINGKUP SNP

21

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan

kondisi.

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta

didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku

teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap

pendidik. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan

budaya membaca dan menulis.

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:

a. SD/MI : 28 peserta didik

b. SMP/MT : 32 peserta didik

c. SMA/MA : 32 peserta didik

d. SMK/MAK : 32 peserta didik

Beban kerja minimal guru adalah:

a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membim bing dan melatih

peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;

b. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang-

kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

Buku teks pelajaran diatur sebagai berikut:

a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui

rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks

pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;

b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;

c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku

pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;

d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar

lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

Page 13: RUANG LINGKUP SNP

22

Pengelolaan kelas diatur sebagai berikut:

a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata

pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;

b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar

dengan baik oleh peserta didik;

c. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;

d. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar

peserta didik;

e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenya

manan, keselamatan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan

proses pembelajaran;

f. guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar

peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;

g. guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku,

jenis kelamin, dan status sosial ekonomi;

h. guru menghargai pendapat peserta didik;

i. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;

j. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang

diampunya; dan

k. guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang

dijadwalkan.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari;

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Page 14: RUANG LINGKUP SNP

23

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang

dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang

jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan

sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau

lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-

tugas tertentuyang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan

bertindak tanpa rasa takut;

4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

Page 15: RUANG LINGKUP SNP

24

5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar;

6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan

maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun

kelompok;

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk

yang dihasilkan;

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan

dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam

mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta

didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be-

nar;

b) membantu menyelesaikan masalah;

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi

aktif.

Dalam kegiatan penutup, guru:

Page 16: RUANG LINGKUP SNP

25

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas

individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

c. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

menggunakan berbagai teknik penilaian dalam mencapai indikator pada setiap

kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis,

observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk mata

pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual

sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat

pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan

laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan

menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,

portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar

Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

d. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,

pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. Pemantauan

proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

hasil pembelajaran.

Page 17: RUANG LINGKUP SNP

26

Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,

pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan pemantauan

dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

3). Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian dari standar nasional pendidikan yang

merupakan kriteria kompetensi lulusan minimal yang berlaku di seluruh wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan SKL kita akan memiliki patok mutu (bench-

mark) baik bersifat evaluasi mikro seperti kualitas proses dan kualitas produk maupun

bersifat evaluasi makro seperti keevektifan dan efisiensi suatu program pendidikan,

sehingga ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar mutu yang dapat

dipertanggungjawabkan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. SKL yang

dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran

digunakan sebagai pedoman penilaian. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. SKL mencakup Standar Kompetensi

Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-

KMP), dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SK-MP).

SKL-SP adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan pada setiap satuan pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan dasar

(SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/PaketB) dan satuan pendidikan menengah

(SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK). Sedangkan SK-KMP adalah kualifikasi kemampuan

lulusan pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup agam dan Akhlak Mulia,

Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, dan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, baik untuk satuan pendidikan dasar maupun satuan

pendidikan menengah. SKL mempunyai tiga fungsi utama, yaitu (1) kriteria dalam

menentukan kelulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan (2) rujukan untuk

menyusun standar pendidikan lainnya, dan (3) arah peningkatan kualitas pendidikan.

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing SKL berdasarkan Permendiknas Nomor 23

Tahun 2006.

a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)

SKL-SP meliputi empat jenjang satuan pendidikan, Yaitu (1) SD/MI/SDLB/Paket C, dan (4)

SMK/MAK. Masing-masing jenjang satuan pendidikan memiliki SKL yang berbeda-beda.

Untuk tingkat SD/MI/SDLB/ Paket A ada 17 item yang harus dicapai oleh siswa. Sedangkan

untuk tingkat SMP/MTs./SMPLB/Paket B ada 21 item. Untuk tingkat SMA/MA/SMALB/ Paket

C dan SMK/MAK masing-masing memiliki 23 item. Uraian dan rincian masing-masing standar

Page 18: RUANG LINGKUP SNP

27

bersifat dinamis, artinya dapat berkembang sesuai dengan perjalanan waktu dan keadaan di

lapangan.

SKL-SP dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:

1) Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/

Paket B bertujuan: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

2) Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/ SMALB/ Paket C bertujuan:

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3) Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:

Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

sesuai dengan kejuruannya.

b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP)

SK-KMP terdiri atas kelompok mata pelajaran, yaitu (1) Agama dan Akhlak Mulia, (2)

Kewarganegaraan dan Kepribadian, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Estetika, dan

(5) Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. SK-KMP dikembangkan berdasarkan tujuan dan

cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni:

1) Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk

peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/

atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengethuan dan

teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.

2) Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan:

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan

cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/ atau kegiatan agama,

akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan

jasmani.

3) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan:

mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.

Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan

dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan

sosial, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. Pada satuan pendidikan

Page 19: RUANG LINGKUP SNP

28

SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/ atau kegiatan bahasa,

matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/ kejuruan,

dan/atau muatan lokal yang relevan. Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C,

tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi

informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

4) Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik

menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini

dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,

keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

5) Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan:

membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rokhani, dan

menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/ atau

kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan

alam, dan muatan lokal yang relevan. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di

Permen Nomor 23 Tahun 2006

c. Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SK-MP)

SKMP mencakup semua mata pelajaran yang diajarkan di empat satuan pendidikan

yang meliputi: (1) SD/MI/SDLB/Paket A, (2) SMP/MTs/ SMP-LB/Paket B, (3)

SMA/MA/SMALB/ Paket C, dan (4) SMK/MAK.

• SKMP tingkat SD/MI ada 9 mata pelajaran, Pendidikan Agama (Islam, Kristen,

Katolik, Hindu, dan Budha), Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya

dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan bahasa

Inggris.

• SKMP tingkat SMP/MTS meliputi 11 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama

(Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha), Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,

Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Page 20: RUANG LINGKUP SNP

29

• SKMP tingkat SMA/MA kompetensi mata pelajaran yang dihasilkan meliputi

Pendidikan Agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha), Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika,

Biologi, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi,

Keterampilan, Bahasa Asing (Arab, Jerman, Perancis, Jepang, Mandarin), Sastra

Indonesia, dan Antropologi.

• Pada jenjang SMK/MAK, kompetensi mata pelajaran meliputi Pendidikan Agama

(Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha), Pendidikan Kewarganegaraan,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika,

Kimia, Biologi, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Keterampilan Komputer,

dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.

4). Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan

dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (UU Nomor 20

2003, Pasal 13, dan PP 19 Pasal 1, ayat 7). Pendidik adalah tenaga kependidikan

yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,

tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,

serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, tenaga

kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003 BabI, Pasal 1 ayat

5 dan ayat 6). Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang

proses pendidikan pada satuan pendidikan (UU No. 20 2003, Bab XI, Pasal 39, ayat

1). Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong

belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber

belajar (UU no. 20, Tahun 2003, Penjelasan Pasal 39, ayat 1).

Lingkup Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup: kriteria pendidikan

prajabatan, kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Pendidikan prajabatan adalah pendidikan formal untuk mempersiapkan calon

Page 21: RUANG LINGKUP SNP

30

pendidik dan tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang terakreditasi, sesuai dengan

perundang-undangan. Kelayakan fisik dan mental pendidik dan tenaga kependidikan

adalah kondisi fisk dan mental pendidik dan tenaga kependidikan yang tidak

mengganggu pembelajaran dan pelayanan pendidikan. Adapun, Pendidikan dalam

jabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang diperoleh pendidik dan tenaga

kependidikan selama menjalankan tugas untuk meningkatkan kualifikasi akademik

dan/atau kompetensi akademiknya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang harus dimiliki guru

adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional melalui pendidikan profesi.

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal

yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dari perguruan tinggi terakreditasi yang

dibuktikan dengan ijazah dan/ atau sertifikasi keahlian yang relevan dengan jenis,

jenjang, dan satuan pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a)

kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan

Page 22: RUANG LINGKUP SNP

31

(d) kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilkinya. Kompe- tensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakh-

lak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi

standar kopetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi

sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidiakan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 diatur tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi

guru untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Adapun beberapa hal yang

diatur dalam standar proses, antara lain:

Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi

akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal

(PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah

menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah

atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah

luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru

sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*), sebagai

berikut.

a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA

Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum

diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau

psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Page 23: RUANG LINGKUP SNP

32

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam

bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari

program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs

Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program

studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari

program studi yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program

studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari

program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB

Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)

program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*

Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program

studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari

program studi yang terakreditasi.

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam

bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di

perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan

dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh

perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

Page 24: RUANG LINGKUP SNP

33

Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan

menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran

pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* sebagai berikut.