38
1 RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT 1. Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan. 2. Apoteker Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.Apoteker di Indonesia

RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rute Pemberian Obat

Citation preview

Page 1: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

1

RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

1. Pengertian Obat

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau

rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh

manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga

orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat

itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu

penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan

dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan

keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.

2. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51

Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai dari

pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, ditambah

satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.Apoteker di Indonesia bergabung

dalam organisasi profesi Apoteker yang disebut Ikatan Apoteker Indonesia

(IAI) Apoteker di Indonesia kurang diakui keberadaanya tidak seperti halnya di

negara lain. Banyak yang mengatakan kesejahteraan Apoteker sekarang ini di

Indonesia sangat memprihatinkan dibanding 10 tahun yang lalu.

Secara umum, pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker adalah

di bidang pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi. Apoteker

dapat bekerja pada instansi pemerintah, institusi pendidikan, industri

farmasi/kosmetik/pangan/alat kesehatan, pedagang besar farmasi, penyalur alat

kesehatan, rumah sakit, apotek, dsb.Seorang apoteker yang baru lulus juga

disumpah seperti dokter. Sumpah itu dimaksudkan agar seorang apoteker

bersungguh-sungguh dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya demi kebaikan

manusia. Seorang apoteker dilarang menggunakan pengetahuannya untuk

Page 2: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

2

merugikan orang lain. Nama gelar kesarjanaan dan keprofesian seorang apoteker

adalah S.Farm., Apt.

3. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan dalam Pemberian Obat

 Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine

(RUM) merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di

Indonesia. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat

Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan

klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang

sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.

Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang

sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif.

Penggunaan obat dapat diidentifikasi rasionalitasnya dengan menggunakan

Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada. Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada tersebut

adalah Tepat diagnosis, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Indikasi, Tepat Pasien, Tepat

Dosis, Tepat cara dan lama pemberian, Tepat harga, Tepat Informasi dan Waspada

terhadap Efek Samping Obat. Beberapa pustaka lain merumuskannya dalam bentuk

7 tepat tetapi penjabarannya tetap sama. Melalui prinsip tersebut, tenaga kesehatan

dapat menganalisis secara sistematis proses penggunaan obat yang sedang

berlangsung. Penggunaan obat yang dapat dianalisis adalah penggunaan obat

melalui bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien.

Page 3: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

3

Berikut ini adalah penjabaran dari Indikator Rasionalisasi Obat yaitu 8 Tepat dan 1

Waspada:

1. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat. Ketepatan

diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan

pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien.

Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan Ameobiasis maka akan

diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan diagnosisnya tidak

dikemukakan penyebabnya adalah Amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan

metronidazol.

Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja dokter.

Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, Apoteker mempunyai peran sebagai

second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis.

2. Tepat pemilihan obat

Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat.

Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis

obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti manfaat dan

keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan.

Page 4: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

4

Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal

mungkin.

3. Tepat indikasi

Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter. Misalnya

Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena penyakit akibat

bakteri.

4. Tepat pasien

Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang

bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau

kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus

dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Misalnya Pemberian obat golongan

Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan meningkatkan resiko

nefrotoksik sehingga harus dihindari.

5. Tepat dosis

Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat

mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan

mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus

disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan

tertentu.

6. Tepat cara dan lama pemberian

Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan

keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan

dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet

parasetamol dapat diganti dengan sirup.

Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai

karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar

obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya penggunaan

antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan tiga kali sehari

selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan

tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat.

7. Tepat harga

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali

tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani

pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh Pemberian antibiotik pada

Page 5: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

5

pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang sebenarnya tidak

diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat menyebabkan efek samping

yang tidak dikehendaki.l

8. Tepat informasi

Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan

sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada

peresepan Rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi

berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya

berwarna merah.

9. Waspada efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan

yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Contohnya Penggunaan

Teofilin menyebabkan jantung berdebar.

Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator untuk

menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR diharapkan

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan mempermudah akses

masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau. POR juga dapat

mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat sehingga menjaga

keselamatan pasien. Pada akhirnya, POR akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan.

4. Rute Pemberian Obat dan Cara Pemberian Obat

Rute Pemberian Cara PemberianSHORT NAME

FDA CODE

NCI CONCEPT

ID

AURICULAR (OTIC) Pemberian melalui telinga

OTIC 013 C38192

BUCCAL Pemberian melalui pipi dan gusi

BUCCAL 030 C38193

CONJUNCTIVAL Pemberian ke konjungtiva, membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi permukaan dari bola mata yang

CONJUNC 068 C38194

Page 6: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

6

terpapar.

CUTANEOUS Pemberian pada kulit. CUTAN 130 C38675

DENTAL Pemberian pada gigi DENTAL 038 C38197

ELECTRO-OSMOSIS Pemberian melalui difusi zat melalui membran dalam medan listrik.

EL-OSMOS 357 C38633

ENDOCERVICAL Pemberian dalam kanal serviks uteri. Identik dengan istilah intracervical

E-CERVIC 131 C38205

ENDOSINUSIAL Pemberian dalam sinus hidung

E-SINUS 133 C38206

ENDOTRACHEAL Pemberian langsung ke dalam trakea.

E-TRACHE 401 C38208

ENTERAL Pemberian langsung ke usus.

ENTER 313 C38209

EPIDURAL Pemberian pada atau di atas dura mater.

EPIDUR 009 C38210

EXTRA-AMNIOTIC Pemberian ke luar dari membran membungkus janin

X-AMNI 402 C38211

EXTRACORPOREAL Pemberian luar tubuh. X-CORPOR 057 C38212

HEMODIALYSIS Pemberian melalui cairan hemodialysate.

HEMO 140 C38200

INFILTRATION Pemberian yang menghasilkan zat melewati ke ruang jaringan atau ke dalam sel.

INFIL 361 C38215

INTERSTITIAL Pemberian untuk atau dalam lokasi interstisi suatu jaringan.

INTERSTIT 088 C38219

INTRA-ABDOMINAL Pemberian dalam perut. I-ABDOM 056 C38220

INTRA-AMNIOTIC Pemberian dalam amnion.

I-AMNI 060 C38221

INTRA-ARTERIAL Pemberian dalam arteri atau pembuluh darah.

I-ARTER 037 C38222

INTRA-ARTICULAR Pemberian dalam sendi. I-ARTIC 007 C38223

INTRABILIARY Pemberian dalam I-BILI 362 C38224

Page 7: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

7

empedu, saluran empedu atau kandung empedu.

INTRABRONCHIAL Pemberian dalam bronkus.

I-BRONCHI 067 C38225

INTRABURSAL Pemberian dalam bursa I-BURSAL 025 C38226

INTRACARDIAC Pemberian dengan hati. I-CARDI 027 C38227

INTRACARTILAGINOUS Pemberian dalam tulang rawan; endochondral.

I-CARTIL 363 C38228

INTRACAUDAL Pemberian dalam tulang rawan; endochondral.

I-CAUDAL 413 C38229

INTRACAVERNOUS Pemberian dalam rongga patologis, seperti terjadi di paru-paru pada tuberkulosis.

I-CAVERN 132 C38230

INTRACAVITARY Pemberian dalam rongga non-patologis, seperti yang dari leher rahim, rahim, atau penis, atau seperti apa yang terbentuk sebagai hasil dari luka.

I-CAVIT 023 C38231

INTRACEREBRAL Pemberian dalam otak besar.

I-CERE 404 C38232

INTRACISTERNAL Pemberian dalam cisterna magna cerebellomedularis.

I-CISTERN 405 C38233

INTRACORNEAL Pemberian dalam kornea (struktur transparan membentuk bagian anterior dari tunik fibrosa mata).

I-CORNE 406 C38234

INTRACORONAL, DENTAL

Pemberian obat dalam sebagian gigi yang ditutupi oleh enamel dan yang terpisah dari akar oleh daerah yang sedikit terbatas dikenal sebagai leher.

I-CORONAL 117 C38217

INTRACORONARY Pemberian dalam arteri koroner.

I-CORONARY

119 C38218

Page 8: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

8

INTRACORPORUS CAVERNOSUM

Pemberian dalam ruang yg dpt dilebarkan dari corporus cavernosa penis.

I-CORPOR 403 C38235

INTRADERMAL Pemberian dalam dermis.

I-DERMAL 008 C38238

INTRADISCAL Pemberian dalam cakram.

I-DISCAL 121 C38239

INTRADUCTAL Pemberian dalam duktus kelenjar.

I-DUCTAL 123 C38240

INTRADUODENAL Pemberian dalam duodenum.

I-DUOD 047 C38241

INTRADURAL Pemberian dalam atau di bawah dura.

I-DURAL 052 C38242

INTRAEPIDERMAL Pemberian dalam epidermis.

I-EPIDERM 127 C38243

INTRAESOPHAGEAL Pemberian dalam kerongkongan.

I-ESO 072 C38245

INTRAGASTRIC Pemberian dalam perut. I-GASTRIC 046 C38246

INTRAGINGIVAL Pemberian dalam gingiva.

I-GINGIV 307 C38247

INTRAILEAL Pemberian dalam bagian distal dari usus kecil, dari jejunum ke sekum.

I-ILE 365 C38249

INTRALESIONAL Administration dalam waktu atau diperkenalkan langsung ke dalam lesi terlokalisasi.

I-LESION 042 C38250

INTRALUMINAL Pemberian dalam lumen tabung.

I-LUMIN 310 C38251

INTRALYMPHATIC Pemberian dalam getah bening.

I-LYMPHAT 352 C38252

INTRAMEDULLARY Pemberian dalam rongga sumsum tulang.

I-MEDUL 408 C38253

INTRAMENINGEAL Pemberian dalam meninges (tiga membran bahwa kantong otak dan sumsum tulang

I-MENIN 409 C38254

Page 9: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

9

belakang).

INTRAMUSCULAR Pemberian dalam otot. IM 005 C28161

INTRAOCULAR Pemberian dalam mata. I-OCUL 036 C38255

INTRAOVARIAN Pemberian dalam ovarium.

I-OVAR 354 C38256

INTRAPERICARDIAL Pemberian dalam perikardium.

I-PERICARD 314 C38257

INTRAPERITONEAL Pemberian dalam rongga peritoneal.

I-PERITON 004 C38258

INTRAPLEURAL Pemberian dalam pleura.

I-PLEURAL 043 C38259

INTRAPROSTATIC Pemberian dalam kelenjar prostat.

I-PROSTAT 061 C38260

INTRAPULMONARY Pemberian dalam paru-paru atau bronkus

I-PULMON 414 C38261

INTRASINAL Pemberian dalam sinus hidung atau periorbital.

I-SINAL 010 C38262

INTRASPINAL Pemberian dalam kolom tulang belakang.

I-SPINAL 022 C38263

INTRASYNOVIAL Pemberian dalam rongga sinovial sendi.

I-SYNOV 019 C38264

INTRATENDINOUS Pemberian dalam tendon.

I-TENDIN 049 C38265

INTRATESTICULAR Pemberian dalam testis. I-TESTIC 110 C38266

INTRATHECAL Pemberian dalam cairan serebrospinal pada setiap tingkat sumbu serebrospinal, termasuk injeksi ke dalam ventrikel serebral.

IT 103 C38267

INTRATHORACIC Pemberian dalam dada (internal ke tulang rusuk), identik dengan istilah endothoracic.

I-THORAC 006 C38207

INTRATUBULAR Pemberian dalam tubulus organ.

I-TUBUL 353 C38268

INTRATUMOR Pemberian dalam tumor

I-TUMOR 020 C38269

INTRATYMPANIC Pemberian dalam I-TYMPAN 366 C38270

Page 10: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

10

media aurus.

INTRAUTERINE Pemberian dalam rahim.

I-UTER 028 C38272

INTRAVASCULAR Pemberian melalui vaascular

I-VASC 021 C38273

INTRAVENOUS Pemberian melalui vena

IV 002 C38276

INTRAVENOUS BOLUS Pemberian dalam atau ke pembuluh darah atau pembuluh darah sekaligus.

IV BOLUS 138 C38274

INTRAVENOUS DRIP Pemberian dalam atau ke pembuluh darah atau pembuluh darah selama periode waktu yang berkelanjutan.

IV DRIP 137 C38279

INTRAVENTRICULAR Pemberian dalam ventrikel

I-VENTRIC 048 C38277

INTRAVESICAL Pemberian dalam kandung kemih.

I-VESIC 128 C38278

INTRAVITREAL Pemberian dalam tubuh vitreous mata.

I-VITRE 311 C38280

IONTOPHORESIS Pemberian melalui arus listrik di mana ion garam terlarut bermigrasi ke jaringan tubuh.

ION 055 C38203

IRRIGATION Administrasi untuk mandi atau menyiram luka terbuka atau rongga tubuh.

IRRIG 032 C38281

LARYNGEAL Pemberian langsung pada laring.

LARYN 364 C38282

NASAL Administrasi untuk hidung, dikelola dengan cara hidung.

NASAL 014 C38284

NASOGASTRIC Pemberian melalui hidung dan masuk ke lambung, biasanya dengan cara tabung.

NG 071 C38285

NOT APPLICABLE Rute administrasi tidak berlaku.

NA 312 C48623

Page 11: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

11

OCCLUSIVE DRESSING TECHNIQUE

Pemberian melalui rute topikal yang kemudian ditutupi oleh saus yang menyumbat daerah.

OCCLUS 134 C38286

OPHTHALMIC Pemberian untuk mata eksternal.

OPHTHALM 012 C38287

ORAL Pemberian atau dengan cara mulut.

ORAL 001 C38288

OROPHARYNGEAL Pemberian langsung ke mulut dan faring.

ORO 410 C38289

OTHER Pemberian berbeda dari orang lain di daftar ini.

OTHER 135 C38290

PARENTERAL Pemberian dengan injeksi, infus, atau implantasi.

PAREN 411 C38291

PERCUTANEOUS Pemberian melalui kulit.

PERCUT 113 C38676

PERIARTICULAR Pemberian sekitar sendi.

P-ARTIC 045 C38292

PERIDURAL Pemberian ke luar dura mater dari sumsum tulang belakang

P-DURAL 050 C38677

PERINEURAL Pemberian sekitar saraf atau saraf.

P-NEURAL 412 C38293

PERIODONTAL Pemberian di sekitar gigi.

P-ODONT 040 C38294

RECTAL Pemberian ke rektum. RECTAL 016 C38295

RESPIRATORY (INHALATION)

Pemberiandalam saluran pernapasan dengan menghirup lisan atau sengau untuk efek lokal atau sistemik.

RESPIR 136 C38216

RETROBULBAR Pemberian belakang pons atau di belakang bola mata.

RETRO 034 C38296

SOFT TISSUE Pemberian ke setiap jaringan lunak.

SOFT TIS 109 C38198

SUBARACHNOID Pemberian bawah arachnoid.

S-ARACH 066 C38297

SUBCONJUNCTIVAL Pemberian di bawah S-CONJUNC 096 C38298

Page 12: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

12

konjungtiva.

SUBCUTANEOUS Pemberian di bawah kulit; suntik. Identik dengan istilah subdermal.

SC 003 C38299

SUBLINGUAL Pemberian di bawah lidah.

SL 024 C38300

SUBMUCOSAL Pemberian di bawah selaput lendir.

S-MUCOS 053 C38301

TOPICAL Pemberian ke titik tertentu di permukaan luar tubuh. Istilah E2B TRANSMAMMARY adalah bagian dari istilah topikal.

TOPIC 011 C38304

TRANSDERMAL Pemberian melalui lapisan dermal kulit ke sirkulasi sistemik dengan difusi.

T-DERMAL 358 C38305

TRANSMUCOSAL Pemberian di mukosa. T-MUCOS 122 C38283

TRANSPLACENTAL Pemberian melalui atau melintasi plasenta.

T-PLACENT 415 C38307

TRANSTRACHEAL Pemberian melalui dinding trakea.

T-TRACHE 355 C38308

TRANSTYMPANIC Pemberian di atau melalui rongga timpani.

T-TYMPAN 124 C38309

UNASSIGNED Rute administrasi belum ditugaskan.

UNAS 400 C38310

UNKNOWN Rute pemberian tidak diketahui.

UNKNOWN 139 C38311

URETERAL Pemberian ke ureter. URETER 112 C38312

URETHRAL Pemberian ke uretra. URETH 017 C38271

VAGINAL Pemberian ke dalam vagina.

VAGIN 015 C38313

5. Prosedur Pemberian Obat

1. Rute Oral

Pemberian obat melalui rute oral ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

 a. Pemberian  obat  melalui oral

Page 13: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

13

Alat dan bahan

Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang

ada)

Kartu atau buku rencana pengobatan

Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat

Pemotong obat (jika diperlukan)

Martil dan lupang penggerus (jika diperlukan)

Gelas pengukur (jika diperlukan )

Gelas dan air minum

Sedotan

Sendok

Pipet

Spuit sesui ukuran mulut anak-anak

Obat

Air minum

Prosedur Kerja

Sipkan peralatan dan cuci tangan .

Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan,

mual atau muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum, akan

dilakukan pengisapan lmbung  titak terdapatnya bunyi usus)

Periksa kembali order pengobatan(nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan

cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat ada keraguan pada order

pengobatan, laporkan pada perawata berwenagn atau dokter sesui dengan

kebijakn masing-masing institusi.

Ambil obat sesui keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat di almari,

rak atau lemari es sesui yang diperlukan).

Siapkan obat-obat yang akan diberikan . siapkan jumlah obat yang sesui dengna

dosis yang diperlukan tanpa mengotaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk

menjaga kebersihan obat).

Tablet atau kapsul

Tuangakn tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam

mangkuk sekali pakai tanpa mententuh obat.

Page 14: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

14

Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesui dengna

dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakna atau sesui

dengna kebijakan institusi masing-masing.

Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gurus obat menjadi bubuk

dengan menggunakna martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan

dengna meggunakan air atau makanan .

Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh

digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.

Obat dalam bentuk cair

Putar/bolek-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan. Buang obat jika

telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.

Buka penutup botol dan letakkan menghadp ke atas.

Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.

Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda

kemudian tungkan obat jauh dari label.mencegah label menjadi rusak akibat

tumpahn cairan obat sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat.

Tuangkan obat dengan takaran sesai dengan takaran sesui kebutuhan ke dalam

mangkuk obat berskala.

Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.

Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mongering

pada tutup botol.

Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml ), gunakan

spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.

b. Pemberian obat melalui Sublingual

Prosedur pemberian obat sublingual :

Persiapan

1. Persiapan Klien

Cek perencanaan Keperawatan klien

Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

2. Persiapan Alat

Obat yang sudah ditentukan

Tongspatel (bila perlu)

Page 15: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

15

Kasa untuk membungkus tongspatel

Pelaksanaan

Biasakan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun

Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk

mengangkat lidahnya

Meletakan obat dibawah lidah

Memberitahu klien supaya tidak menelan obat

Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien

Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

Evaluasi dan Dokumentasi

Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

Catatlah  tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil

tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan

keperawatan.

c. Pemberian Bukal

Prosedur Kerja

Pemberian obat melalui  bukal dilakukan dengan meletakkan obat padat pada

membrane mukosa pipi sampai obat larut.

Klien dianjurkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian pada

mukosa pipi kanan dan pipi kiri agar mukosa tidak iritasi.

Pasien dilarang menelan atau mengunyah obat yang diberikan secara Bukal.

2. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Kutan

Alat dan Bahan

Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

Obat dalam tempatnya

Spuit 1 cc/spuit insulin

Cairan pelarut

Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)

Bengkok

Perlak dan alasnya.

Prosedur Kerja

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Page 16: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

16

Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang

terbuka dan keatasan

Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik

Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades.

Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan

pada bak injeksi atau steril.

Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.

Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.

Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan

sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.

Suntikkkan sampai terjadi gelembung.

Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.

Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis

obat.

Daerah Penyuntikan :

Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3

dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.

Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus

deltoideus.

3. Pemberian Obat Via Jaringan SubKutan

Alat dan bahan

Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat

Obat dalam tempatnya

Spuit insulin

Kapas alcohol dalam tempatnya

Cairan pelarut

Bak injeksi

Bengkok perlak dan alasnya

Prosedur kerja

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian.

Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.

Page 17: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

17

Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu

tempatkan pada bak injeksi.

Desinfeksi dengan kapas alcohol.

Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).

Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45

derajat dari permukaan kulit.

Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga

habis.

Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai

masukkan ke dalam bengkok.

Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.

Cuci tangan.

Daerah Penyuntikan :

Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3

bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)

Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)

Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

4. Pemberian Obat Via Intra Vena :

a. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena langsung

Alat dan bahan

Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.

Obat dalam tempatnya.

Spuit sesuai dengan jenis ukuran

Kapas alcohol dalam tempatnya.

Cairan pelarut (aquades).

Bak injeksi.

Bengkok.

Perlak dan alasnya.

Karen pembendung.

Prosedur kerja

Cuci tangan.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Page 18: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

18

Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada

daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.

Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat

dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.

Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.

Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.

Desinfeksi dengan kapas alcohol.

Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang

akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah

yang akan dilakukan penyuntikan dan lakukan penekanan.

Ambil spuit yang berisi obat.

Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke

pembuluh darah.

Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan

langsung semprotkan hingga habis.

Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan

masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah

digunakan di masukkan ke dalam bengkok.

Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

Cuci tangan.

b. Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena Secara tidak Langsung.

Alat dan bahan

Spuit dan jarum sesuai ukuran

Obat dalam tempatnya.

Wadah cairan (kantung/botol).

Kapas alcohol dalam tempatnya.

Prosedur kerja

Cuci tangan.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.

Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah baiknya

penyuntikan pada kantung infuse ini dilakukan pada bagian atas kantung/botol

infuse.

Page 19: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

19

Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung/botol dan kunci aliran

infuse.

Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus

bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam

kantong/botol infuse/cairan.

Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantung

cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain.

Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat di

dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse.

Periksa kecepatan infuse.

Cuci tangan.

Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.

Daerah Penyuntikan :

Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)

Pada Tungkai (v. Spahenous)

Pada Leher (v. Jugularis)

Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak

5. Pemberian Obat Via Intra Muskular

Alat dan bahan

Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.

Obat dalam tempatnya.

Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya 2,5-3

cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.

Kapas alcohol dalam tempatnya.

Cairan pelarut.

Bak injeksi.

Bengkok.

Prosedur kerja

Cuci tangan.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu

letakkan dalam bak injeksi.

Page 20: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

20

Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi

penyuntikan).

Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.

Lakukan penyuntikan :

Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien untuk

berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.

Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau

telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan

dalam keadaan fleksi.

o Cara, anjurkan pasien untuk tengkura, pada daerah dorsogluteal dengan

dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring dengan lutut bagian atas

dan diletakkan di depan tungkai bawah.

o Cara, anjurkan pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien

untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.

Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik

dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan

hingga habis.

Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah penyuntikan

dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam

bengkok.

Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.

Cuci tangan

Daerah Penyuntikan :

Bagian lateral bokong (vastus lateralis)

Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)

Lengan atas (deltpid)

6. Pemberian Obat via Anus/Rektum

Alat dan Bahan:

Obat suppositoria dalam tempatnya

Sarung tangan.

Kain kasa.

Vaselin/pelicin/pelumas.

Kertas tisu.

Page 21: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

21

Prosedur Kerja:

Cuci tangan.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Gunakan sarung tangan.

Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.

Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan

perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang

lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.

Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.

Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang

lebih 5 menit.

Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.

Cuci tangan.

Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

7. Pemberian Obat secara Topikal

a.     Pada Mata

Alat dan Bahan :

Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)

Pinset anatomis

Kain kasa

Balutan

Pengalas

Air sabun, air hangat

Sarung tangan

Prosedur Kerja :

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan

Gunakan sarung tangan

Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat

kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis

Page 22: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

22

Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan

atau mengompres

Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati

Cuci tangan

b.    Pada Mata

Alat dan Bahan :

Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep

Pipet

Pinset anatomi dalam tempatnya

Korentang dalam tempatnya

Plester

Kain kasa

Kertas tisu

Balutan

Sarung tangan

Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di

samping kanan

Gunakan sarung tangan

Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata

kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat

Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari

telunjuk di ataas tulang orbita

Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai

dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan

Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak

mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak

mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah,

secara  bergantian dan berikan obat pada kelopak  mata bagian atas dan biarkan

pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata

Page 23: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

23

Tutup mata dengan kasa bila perlu

Cuci tangan

Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian

c.  Pada Telinga

Alat dan Bahan :

Obat dalam tempatnya

Penetes

Spekulum telinga

Pinset anatomi dalam tempatnya

Korentang dalam tempatnya

Plester

Kain kasa

Kertas tisu

Balutan

Prosedur Kerja :

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan

daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas

Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang

(pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak

Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk

mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis

Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian

masukan atau oleskan pada liang telinga

Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit

Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan

Cuci tangan 

Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian

d.    Pada Hidung

Alat dan Bahan :

Obat dalam tempatnya

Page 24: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

24

Pipet

Spekulum hidung

Pinset anatomi dalam tempatnya

Korentang dalam tempatnya

Plester

Kain kasa

Kertas tisu

Balutan

Prosedur Kerja :

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien dengan cara :

o Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang

o Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur

o Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang

Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)

Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit

Cuci tangan

Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan pada Sediaan Topikal

Kaji pengetahuan klien atau pemberian perawatan tentang tindakan dan tujuan

medikasi.

Perhatikan kemampuan klien dalam menggunakan obat secara mandiri

Waspada terhadap penggunaan obat terlalu banyak karena suatu lapisan pada

kulit mempengaruhi penyerapan obat.

Pastikan bahwa klien atau pemberi perawatan tahu tanda reaksi  lokal agens

topikal.

Tekankan perlunya mencuci tangan secara menyeluruh setelah mengoleskan

agens topikal.

Dengan medikasi serbuk, tekankan pentingnya menghindari menghisap serbuk.

8. Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak

Page 25: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

25

Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-

anak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum,

atau spuit tuberkulin).

Cairkan obat oral dengan sedikit air.

Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak mungkin akan

menolak untuk meminum seluruh obat yang dibeikan dan meminum hanya

sebagian.

Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengna zat lain yang dapat

mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.

Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan, mencegah aspirasi.

Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi. Posisi ini

mencegah gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan kembali obat yang diberikan.

Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagiamana

memberiakn obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.

Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah

berikut.

Letakan anak di atas pangkuan anda dengna tangan kanan di belakang tubuh anda.

Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.

Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.

Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air atau minuman lain

yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.

Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis. Pemanis

yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami karies

dentis.

Page 26: RUTE, PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN OBAT

26

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan RI, 2006, 'Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004' Depkes

RI, Jakarta

Mashuda A(Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik

(CPFB)/Good Pharmacy Practice (GPP), Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

dan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

WHO, 2012, Medicines, WHO, Geneva, [online],

http://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/

FDA, This standard provides for all routes of administration for

drugs. www.fda.gov.