34
SASARAN BELAJAR 1. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi kulit 2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulit 3. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatomycosis 3.1. Definisi 3.2. Etiologi 3.3. Klasifikasi 4. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis 4.1. Definisi 4.2. Epidemiologi 4.3. Klasifikasi 4.4. Etiologi 4.5. Patofisiologi 4.6. Manifestasi klinis 4.7. Diagnosis dan diagnosis banding 4.8. Tata laksana 4.9. Prognosis 4.10. Komplikasi 4.11. Pencegahan 5. Mampu memahami dan menjelaskan menajaga kulit menurut pandangan Islam

Sasbel 3 Panca Indera

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cghfdgfgdg

Citation preview

SASARAN BELAJAR1. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi kulit2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulit3. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatomycosis3.1. Definisi3.2. Etiologi3.3. Klasifikasi4. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis4.1. Definisi4.2. Epidemiologi4.3. Klasifikasi4.4. Etiologi4.5. Patofisiologi4.6. Manifestasi klinis4.7. Diagnosis dan diagnosis banding4.8. Tata laksana4.9. Prognosis4.10. Komplikasi4.11. Pencegahan5. Mampu memahami dan menjelaskan menajaga kulit menurut pandangan Islam

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis KulitEpidermis Terletak di permukaan Merupakan epitel Berasal dari ektoderm

Stratum Germinativum Selapis sel torak sampai kubis Terletak pd L. Basalis Mempunyai tonjolan sitoplasma yg pendek dan tipis yg tertanam pd L. Basalis Sering terlihat mitosis Akan memperbaharui sel2 epidermis

Stratum Spinosum Makin ke permukaan sel2 makin gepeng Sel-sel mempunyai tonjolan2 sitoplasma seperti SPINA, bertemu dg tonjolan2 sitoplasma sel disebelahnya, membentuk jembatan interseluler Dengan M.E jembatan ini membentuk kontak dg desmosom

Stratum Genosum Tdd 3-5 lapis sel gepeng, sb panjang sejajar permukaan kulit Sitoplasma mengandung granula keratohialin

Stratum Lucidum Merupakan lpsn jernih translusen tdd 3-5 lapis sel gepeng yang tersusun sangat rapat Batas2 sel tidak jelas Sitoplasma mengandung substansi semifluid keratohialin, yg bersifat eosinofil. Diduga dihasilkan oleh granula keratohialin

Stratum Korneum Tdd sel jernih , mati seperti sisik yg semakin menggepeng dan menyatu Inti sel tdk ada Sitoplasma diganti keratin Sel2 tersusun padat tanpa batas yg tegas Lpsn paling luar selalu mengelupas STRATUM DISJUNCTUM

Dermis Terletak di bawah epidermis Jaringan penyambung padat yg vaskular Berasal dari mesoderm Tebal rata2 0,5-3 mm atau lebih Anyaman padat tersusun tak teratur Ada 2 lapisan:a. Pars papilare Bagian yang menonjol ke epidermis Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darahb. Pars retikulare Bagian yang menonjol ke subkutan Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas) Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut. Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris.2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi.

Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.SubkutanSubkutis terdiri dari kumpulan kumpulan sel sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut serabut jaringan ikat dermis. Sel sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap tiap tempat dan juga pembagian antara laki laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause.

CIRI-CIRI KULIT Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh lingkungan. Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan. Luas : 1,50 1,75 m. Tebal rata rata : 1,22mm. Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.FUNGSI KULITKulit memiliki beberapa fungsi: Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat. Sebagai alat peraba. Sebagai pelindung organ dibawahnya. Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari. Pengatur suhu tubuh. Tempat menimbun lemak.Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.

2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulitKulit berfungsi untuk :1.ProteksiKulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.2.Absorpsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.3.EksresiKelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.4.PersepsiRangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis. Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis.Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.5.Pengaturan suhu tubuhTermoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6.Pembentukan pigmenPerbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.7.KeratinisasiKeratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. 8.Pembentukan vitamin DDimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.9.Fungsi Ekspresi EmosiHasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.3. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis3.1.DefinisiSetiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis. 4Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle ringworm).3.2.EpidemiologiIndonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum.Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Di Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya insiden dermatomikosis belum ada. Di Denpasar, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Angka insiden tersebut diperkirakan kurang lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya. Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda.Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita dermatomikosis yang dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun (26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9). Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis, Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis. Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan pada beberapa rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis, M.gypseum, M.tonsurans, E.floccosum, Candida albicans, C.parapsilosis, C.guilliermondii, Penicillium, dan Scopulariopsis. Menurut Rippon tahun 1974 ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan penyakit di dunia.9Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil sampel sebanyak 121 kasus (98 pria & 23 perempuan), dermatomikosis menempati urutan pertama untuk kasus penyakit kulit, 103 kasus (70,5%), diikuti candidiasis 30 kasus (20,5%) dan pitiriasis versikolor. Di Amerika endemik dermatomikosis di daerah Utara dan barat Venezuela, brasil, dan beberapa kasus di laporkan di Columbia dan argentina. Di Eropa infeksi tinea adalah hal yang umum. Perkiraan insidensi penyakit ini sekitar 10-20%. Di Eropa dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua. Penyakit ini disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, dan tinea rubrum. Tinea rubrum ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis melalui pemeriksaan sampel di Eropa.Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa.9Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain: Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum 27% Trichophyton mentagrophytes 7% Trichophyton verrucosum 3% Trichophyton tonsurans Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii, and Trichophyton violaceum.3.3.KlasifikasiKlasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepalaBerdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :1. Gray pacth ring wormPenyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas Grey pacth tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton .2. Black dot ring wormTerutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran black dot. Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.3. KerionBentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.4.Tinea favosaKelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus moussy odor. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion.SuperfisialisKelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis (1).KerionBentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.Ada 3 bentuk Tinea pedis1. Bentuk intertriginosaKeluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum (1).2. Bentuk hiperkeratosisDisini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki (1).3. Bentuk vesikuler subakutKelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum .e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites.f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajahg. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas.Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:1. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan disebabkan oleh tricophyton concentricum.2. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor).3. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari morfologinya.4. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topical kuat. 3.4.EtiologiBerdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T. tonsurans.2.1 Microsporum Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

SPECIESCLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Microsporum audouiniiAnthropophilic

Microsporum canisZoophilic (Cats and dogs)

Microsporum cooekiGeophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)

Microsporum ferrugineumAnthropophilic

Microsporum gallinaeZoophilic (fowl)

Microsporum gypseumGeophilic (also isolated from fur of rodents)

Microsporum nanumGeophilic and zoophilic (swine)

Microsporum persicolorZoophilic (vole and field mouse)

Tabel 2.1 Spesies Microsporum.Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.2.2 Epidermophyton Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

2.3 Tricophyton Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES

Species Natural Reservoir

AjelloiGeophilic

ConcentricumAnthropophilic

Equinumzoophilic (horse)

Erinaceizoophilic (hedgehog)

Flavescensgeophilic (feathers)

GloriaeGeophilic

InterdigitaleAnthropophilic

MegniniAnthropophilic

Mentagrophyteszoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic

PhaseoliformeGeophilic

RubrumAnthropophilic

SchoenleiniiAnthropophilic

Simiizoophilic (monkey, fowl)

SoudanenseAnthropophilic

TerrestreGeophilic

TonsuransAnthropophilic

VanbreuseghemiiGeophilic

Verrucosumzoophilic (cattle, horse)

ViolaceumAnthropophilic

Yaoundeianthropophilic

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.3.5.PatofisiologiCara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum.Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:a. Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya:Trichopyhton rubrumjarang menyerang rambut,Epidermophython fluccosumpaling sering menyerang liapt paha bagian dalam.b. Faktor traumaKulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.c. Faktor suhu dan kelembapanKedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baike. Faktor umur dan jenis kelamin(Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host.1. Perlekatan. Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik.2. Penetrasi. Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.3. Perkembangan respons host. Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh3.6.Manifestasi klinisTinea PedisInfeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu, transmisi dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea unguium. Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar kuku. Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral kuku dan sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi dan keluarnya cairan terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis tersering di Indonesia.Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris. T rubrum menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain, termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum dan E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori, sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi klinis merah, menyebabkan peradangan akut.Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum. Tinea kapitisTinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:1. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.2. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis (Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.3. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005). 13Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes sircine trichophytique)Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu.2. Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.3. Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga spesies dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton violaceum, dan microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.3.7.Diagnosis dan diagnosis banding1. Pemeriksaan Lampu Wood Prinsip: Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu. Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya Cara : Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin. Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu. Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras. Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa 10-15 cm Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas. Interpretasi Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang. Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin). Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin) Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin). Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein). Hasil positif palsu : salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.2. Pemeriksaan KOH Cara pengambilan spesimen :a) Kulit tidak berambut : Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau tumpul steril Menggunakan larutan KOH 10%b) Kulit yang berambut : Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.c) Kuku Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal Gunakan larutan KOH 40% Teknik pemeriksaan preparat KOH : Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih. Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa. Tutup dengan kaca penutup. Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali). Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata. Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali. Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi lebih baik Interpretasi Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita : Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks) Jamur di dalam batang rambut (endotriks) Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir butir bersambung seperti rantai (artrospora). Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and meatballs) Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.Tinea capitisCiri-ciri case: Botak/allopecia (rambut mudah patah) Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat Kulit bersisik abu-abu (gray patch type) Papul yang eritem Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)Diagnosis BandingGejalaTinea capitisAllopecia AreataTrikotilomaniaDermatitis Seboroik

Allopecia+(pd kepala)+(Pd kepala, alis, janggut)++

BatasTegas, eromatousTegas, bulat/lonjongTidak tegasTegas, tidak erimatous

RambutKusam, mudah patahpatahputus tidak tepat pd kulit kepalaTidak patah

Skuama+--Berminyak dan kekuningan

Nyeri-/+---

Gatal +---

Papul eritem+--eritema

1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikis.3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.Diagnosis KerjaTinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita. Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan Trichophyton Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan perempuan lebih banyak menderita penyakit ini. Faktor resiko: Kebersihan/higienis tubuh kurang Daerah padat penduduk Malnutrisi dan sistem imun menurun Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung (melalui sisir, kursi bioskop, bantal).Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:1. Bentuk Gray patch : inflamasi ringan /minimal kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu, mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia. Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang bersifat antropofilik ektotrik.2. Bentuk Black Dot ringworm : tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit kepala. Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu, bersifat antropofilik endotrik3. Bentuk Kerion Selsi : Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus, dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus, keadaan ini disebut sebagai kerion selsi. Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan parut serta alopecia yang permanen. Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat zoofili atau geofilik.Tinea KrurisCiri-ciri kasus: Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah perut.Diagnosis Banding1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna merah bata yang khas dengan sinar Wood.3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis

Diagnosis KerjaTinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosumEpidemiologi: Pada 10-20% pasien dermatofita Laki:perempuan = 3:1 Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembabFaktor Resiko: Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian Orang-orang yang berpakaian ketat Riwayat DM atau HIV/AIDSManifestasi klinis Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut bagian bawah Gatal dan rasa terbakar pada lesi Biasanya kulit berwarna lebih terang Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukanTinea ManumCiri-ciri case: Telapak tangan gatal Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari

Diagnosis Banding1. Psoriasis : Bercak-bercak eritema berbatas tegas Skuama kasar berlapis-lapis Gatal2. Keratoderma palmaris Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan3. Dermatitis Batasnya tidak tegas Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tanganDiagnosis KerjaTinea Manus Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.EtiologiPenyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum. Epidemiologi: Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari tanah atau melalui autoinokulasi. Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinumFaktor resiko: Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis Higienitas kurang terjaga Sanitasi lingkungan yang buruk Imunitas yang menurunManifestasi Klinis Gatal (++) Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik Kulit kering Skuama (+) Biasanya unilateral Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan Bisa dikatakan tinea pedis yang bermanifestasi klinis di tangan3.8.Tata laksanaPengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai. Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalahInfeksiRekomendasiAlternatif

Tinea unguium (Onychomycosis)Terbinafine 250 mg/hr 6 minggu untuk kuku jari tangan, 12 minggu untuk kuku jari kakiItraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400 mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan berturut-turut. Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitisGriseofulvin 500mg/day( 10mg/kgBB/hari)sampai sembuh (6-8 minggu)Terbinafine 250 mg/hr/4 mggItraconazole 100 mg/hr/4mgg Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg

Tinea corporisGriseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu), sering dikombinasikan dengan imidazol.Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu selama 4 mgg.

Tinea crurisGriseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.

Tinea pedisGriseofulvin 500mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.

Chronic and/orwidespreadnon-responsivetinea.Terbinafine 250 mg/hr selama 4-6 mingguItraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).

Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulitPada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus. Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.Pengobatan topical yang diberikan adalah :a. Obat antifungal Topikal Imidazol: Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 mingguSediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 mingguSediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 mingguSediaan: krim 1% Allilamin Nafritin : 4x /hari selama 4 mingguSediaan : krim, gel, atau solusio 1% Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 mingguCatatan : 1) Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris2) Untuk tinea capitis Rehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa

3.9.PrognosisDUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat sembuh total.

3.10.Komplikasi Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit Allopecia permanen &kerion (tinea capitis) Onychomycosis (tinea manus/pedis)

3.11.PencegahanTinea capitis Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.Tinea Cruris Menjaga berat badan ideal Mengeringkan badan setelah mandi Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulangTinea Manus Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab5.Mampu memahami dan menjelaskan menjaga kulit menurut pandangan IslamIslam adalah agama yang sangat memperhatikan kebersihan, tidak hanya kebersihan batiniah, tetapi juga kebersihan lahiriah (fisik). Dalam Al Quran serta hadits Rasulullah saw. bertebaran perintah, langsung maupun tidak langsung, yang memerintahkan seorang muslim untuk senantiasa menjaga kebersihan.Salah satu hadits yang terkait dengan hal itu adalah sebagai berikut.Bersihkanlah dirimu karena sesungguhnya Islam itu bersih. (Riwayat Ibnu Hibban).Kebersihan bahkan merupakan salah satu prasyarat dari hadirnya cinta Allah Swt. kepada seorang hamba, Innallha yuhibbul mutathahirna; sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang membersihkan dirinya.Bagian tubuh manusia yang sangat diperhatian Islam untuk dibersihkan adalah kulit. Kulit dapat diibaratkan sebagai kertas pembungkus ajaib yang memiliki kemampuan melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil yang dikepung musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai dinding kastil yang kuat.BerwudhuSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan/membersihkan diri. (Al-Baqarah : 222)Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT. Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata bersuci sebagai padanan kata membersihkan/melakukan kebersihan.

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.