Upload
dhyira
View
108
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terapi bermain
Citation preview
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DI RUANG KANTIL RSUD BANYUMAS
Oleh:
Disusun oleh :
Kelompok 1
Desy Anggraeni G4D013069Melati Putri Dahlan G4D013076Restu Hidayat G4D013063Retno Dyah Palupi G4D013062Didi Irawan G4D013049
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2014
SATUAN ACARA BERMAIN
Pokok bahasan :Terapi bermain stimulasi motorik, dan kognitif
Sub pokok bahasan :Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat
di rumah sakit dengan cara menyusun balok
Waktu : 25 menit
Hari/tanggal : Kamis, 8 Mei 2014
Tempat : Ruang Kanthil
Sasaran : Anak usia prasekolah
Pelaksana : Kelompok 1 Stase Anak RSUD Banyumas
A. Alasan dilakukan terapi bermain
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2001).
Anak prasekolah (3-6 tahun) menunjukkan karakteristik yang khas,
yaitu mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik, sosial, berfikir
fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan
motoriknya, anak sudah menguasai semua jenis gerakan tangan seperti
memegang bola, menyusun balok 9-10 balok, dll. Tingkat frustasi anak
cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kemampuan
dalam mengatasi kemampuan dalam mengalami kesulitan yang dialaminya
secara lebih aktif. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya
dan menuntut lebih banyak kemandirian. Anak mempunyai rasa ingin tahu
yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan
perlukaan (Kalpan, 2000).
Anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil sebanyak orang
anak. Anak anak tersebut terlihat jenuh dan bosan. Beberapa diantaranya
rewel apabila bertemu dengan orang baru dan petugas kesehatan. Selama
dirumah sakit anak-anak belum pernah dilakukan terapi bermain. Dapat
disimpulkan bahwa anak mengalami kecemasan akibat hospitalisasi sehingga
terapi bermain tersebut perlu untuk dilakukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain cara menyusun balok selama 25
menit agar dapat mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai
tahap perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain cara menyusun balok selama 25
menit anak mampu:
a. Mendemonstrasikan cara menyusun balok
b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda
c. Menunjukkan sikap kooperatif, kreatif dan mampu bersosialisasi
C. Metode dan Media
1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/Tanya jawab
2. Media
Mainan balok dengan berbagai warna
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Pemimpin bermain : Restu Hidayat
Pemimpin bermain bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi
bermain dari awal hingga berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga
harus membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
Fasilitator : Melati Putri Dahlan, Retno Dyah P, Desy A
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
Observer : Didi Irawan
Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing
anak selama dilakukan terapi bermain.
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)
: Observer
: Anak
: Fasilitator
: Leader
: Orang tua
3. Kegiatan bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1
2
3
Pembukaan (5 menit)
Kegiatan bermain (10
menit)
Evaluasi (10 menit)
a. Salam pembukaan
b. Perkenalan
c. Mengkomunikasikan tujuan
d. Kontrak waktu
e. Menjelaskan aturan
permainan
f. Mengajak keluarga untuk
ikut serta
g. Menanyakan kesiapan anak
a. Bermain menyusun balok
b. Meminta respon dan
tanggapan anak.
c. Memberikan reinfocement
positif jika anak bisa
mengikuti permainan
a. Mengakhiri permainan
b. Melakukan evaluasi
a. Memperhatikan
dan merespon
b. memperhatikan
c. Memperhatikan
d. Memperhatikan
e. Memperhatikan
f. Mau ikut serta
g. Memperhatikan
a. Menanggapi
b. Menanggapi dan
merespon
c. Mendengarkan
dan merespon
- Memperhatikan
- Menanggapi
E. Evaluasi
1. Yang dilakukan oleh Pemimpin Bermain:
Eksplorasi perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain
2. Yang dilakukan oleh Observer:
a. Masalah yang muncul selama bermain
b. Partisipasi anak
c. Kemampuan anak dalam melaksanakan permainan
d. Ketepatan waktu
3. Yang dilakukan Fasilitator
Hambatan saat pelaksanaan saat proses terapi bermain
Banyumas, 1 Mei 2014
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan
(Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep. Ns) (Acik Yuli purwanti, S.Kẹp Ns.)
Lampiran materi:
TERAPI BERMAIN MENYUSUN BALOK
A. Pengertian Terapi Bermain Menyusun Balok
Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yang
bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang
menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan sebagai
terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara menyusun
balok pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan kemampuan
motorik anak tetapi juga berperan penting dalam proses pengembangan
kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok berkaitan erat dengan
kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya bermain dengan cara
metode menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus
klien tapi lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan
meskipun masih relatif sederhana.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan
makan dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan
keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain sambil
mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda kecil,
sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka
menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.
B. Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat berkembangnya
keterampilan berikutnya. Saat anak berusia 3 tahun anak mampu menyusun
balok 9-10 kotak dan memiliki kehidupan fantasi yang menuntutnya lebih
mandiri. Kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan. Faktor
penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 3 tahun perlu dilatih dengan membuat dirinya
menjadi mandiri. Umumnya, anak usia ini menunjukkan hubungan dan
kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki
kesenangan dan aktivitas yang sama.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan
melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila
Anda mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, Anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan.
C. Manfaat Terapi Bermain
1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses
berfikir dan motorik anak.
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
D. Cara Bermain
1. Memperkenalkan apa itu balok
2. Memperkenalkan berbagai macam warna pada setiap balok
3. Menghitung jumlah balok yang akan disusun
4. Menyusun balok sesuai dengan kreasi anak tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart Anak. Terdapat pada: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/ HASH01fd/325abfcd.dir/doc.pdf.Diakses pada 9 Februari 2012.
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis : Mosby year book