Click here to load reader
Upload
januar-pardede
View
193
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR ( FKUIT )MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Kode Mata Kuliah : KPJ 400Nama Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jumlah SKS : IKelas/Semester : Program B - Makassar / 2Pertemuan : IPenempatan : Semester II ( GENAP )Alokasi Waktu : 2 X 50 menitTahun Akademik : 2009 / 2010
I. Standar Kompetensi
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai landasan theori dan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.
II. Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa memahami Konsep Dasar Medik Schizofrenia yang mengakibatkan
munculnya gejala sekunder Halusinasi yang tediri dari Pengertian, Etiologi, Jenis
– Jenis Schizofrenia, Gejala dan Pengobatan.
2. Mahasiswa memahami Konsep Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi yang terdiri dari Pengertian, Jenis – Jenis Halusinasi, Faktor Penyebab
dan Pathofisiologi
3. Mahasiswa memahami prosedur pelaksanaan Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
III. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa :
1. Mampu menjelaskan pengertian dari Schizofrenia
2. Mampu menjelaskan Etiologi dari Schizofrenia
3. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari Schizofrenia
4. Mampu menjelaskan Jenis – jenis Schizofrenia
5. Mampu menjelaskan Gejala dari Schizofrenia
6. Mampu menjelaskan Pengobatan atau Therapi dari Schizofrenia
7. Mampu menjelaskan Pengertian Halusinasi
1
8. Mampu menjelaskan Jenis – jenis Halusinasi
9. Mampu menjelaskan Faktor Penyebab Terjadinya Halusinasi
10. Mampu menjelaskan Proses Terjadinya Halusinasi ( Patofisiologi)
11. Mampu menjelaskan dan menguraikan penatalaksanaan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan gangguan Persepsi sensori Halusinasi meliputi : Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi
IV. Materi Ajar1. Konsep Dasar Medik Schizofrenia
Pengertian
Etiologi
Jenis – jenis Schizofrenia
Gejala - gejala
Pengobatan
2. Konsep Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi :
Pengertian
Jenis – jenis Halusinasi
Faktor Penyebab
Proses Terjadinya ( Patofisiologi )
2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
V. Methode/Strategi Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Tanya Jawab
Penugasan
2
VI. Tahap Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN
KEGIATAN DOSENKEGIATAN
MAHASISWAMEDIA & ALAT
PEMBELAJARAN
Pendahuluan 5 menit
Memulai PBM dengan memberi salam dan memperkenalkan diri.
Memberi penjelasan ten-tang deskripsi dan rele-vansi mata kuliah
Menjelaskan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Kuliah.
Mengkaji pengetahuan awal mahasiswa yang ber-kaitan materi yang akan diajarkan
Membalas salam
Memperhatikan penjelasan dosen
Memperhatikan
Menjawab per-
tanyaan dosen
LCDWhite BoardSpidol
Penyajian 70 menit
Menjelaskan materi :- Konsep dasar Medik
Schizofrenia meliputi : Pengertian, Etiologi, Jenis – jenis Schizofrenia, Gejala – gejala dan Pengobatan / Therapi
- Konsep Keperawatan Gang-guan Persepsi Sensori Halusinasi meliputi : Pengertian, Jenis – jenis Halusinasi, Faktor Penye-bab, serta Proses terjadinya ( Patofisiologi )
- Asuhan Keparawatan Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori meliputi Pengka-jian, Diagnosa keper-awatan, Rencana Tindakan Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi
Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya
Menjawab pertanyaan Memberikan tugas disertai pen-
jelasan
Mendengarkan, memperhatikan & mencatat hal-hal yang penting
Bertanya & mem-berikan pendapat
Memperhatikan Memperhatikan &
mencatat tugas
LCDWhite boardSpidolTransparan
Penutup25 menit
Mengadakan tes formatif Memberikan umpan balik ten-
tang tugas Menutup dengan salam
Menjawab/me ngerjakan tugas
Memperhatikan Membalas salam
White boardSpidol
3
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar1. Alat : LCD, Laptop, White Board, Spidol, Penghapus
2. Bahan/sumber belajar :
Corwin, 2001, Patologi, EGC, Jakarta
Sacharin, 1996, “Prinsip Keperawatan Jiwa “, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Jiwa, 1985, Ilmu Kesehatan Jiwa, FKUI,
Jakarta.
VIIIPenilaian /Evaluasi
1. Teknik dan Instrumen Penilaian : Absensi kehadiran : 100 % Tugas Mid Semester UAS
2 Kriteria Penilaian = A + T + MS + UAS 4
Keterangan:A = AbsensiT = TugasMS = Mid SemesterUAS = Ujian Akhir SemesterNA = Nilai Akhir
4
LAMPIRAN
MATERI AJAR
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI DENGAN HALUSINASI
A. KONSEP DASAR SCHIZOFRENIA
1. Pengertian
- Schizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya kere-
takan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.
schisos : pecah belah atau bercabang, phren : jiwa. (Eugen Bleuler).
- Schizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersi-
fat kronis) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Umumnya ditandai oleh penyim-
pangan yang fundamental dan karakteristik dari fikiran dan persepsi serta oleh
afek yang tidak wajar atau tumpul (PPDGJ III)
- Gangguan jiwa yang bermanifestasi dalam 3 gangguan
yaitu gangguan alam fikir, alam perasaan dan tingkah laku yang karakteristik
(PPDGJ I)
- Psikosis dengan gangguan dasar kepribadian, distorsi khas
proses fikir, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek ab-
normal yang tidak sesuai situasi (Ilmu Kesehatan Jiwa).
2. Schizofrenia tak tergolongkan
- Schizofrenia tak tergolongkan adalah schizofrenia yang
dikarakteristikkan dengan prilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psiko-
sis misalnya (waham, halusinasi, inkonherensi atau prilaku kacau yang sangat
jelas) yang mungkin memenuhi lebih dari satu tipe kelompok kriteria
schizofrenia (Mary C Towsend).
3. Etiologi
a. Keturunan
Dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya schizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga – keluarga penderita schizofrenia dan terutama anak-anak kembar
satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9 – 1,8 %, saudara
kandung 7 – 15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
5
schizofrenia 7 – 16 %. Bila kedua orang tua menderita schizofrenia 40 – 68%
bagi kembar dua telur 2 – 15 % bagi kembar satu telur 61 – 86 %.
b. Endokrin
Dahulu dikira bahwa schizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan
endokrin dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya schizofrenia
pada waktu pubertas, kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium,
tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Penelitian memakai obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
diethilamide (lsd – 25) obat-obat ini menimbulkan gejala-gejala schizofrenia
tetapi reversibel. Mungkin schizofrenia disebabkan oleh suatu “inborn error of
metabolism” tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.
d. Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab schizofrenia ke arah kelainan susunan syaraf
pusat yaitu pada dienchepalon atau korteks otak.
e. Teori psikogenik
Schizofrenia dianggap sebagai gangguan fungsional dengan penyebab utama
adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang
mengecewakan.
f. Teori Adolf Meyer
Schizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah karena dari dulu
hingga sekarang para sarjana tidak menemukan kelainan patologis – anatomis
atau fisiologis yang khas pada susunan syaraf melainkan suatu proses
maladaptasi maka timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
orang itu menjauhkan diri dari kenyataan.
g. Teori lain
Mengatakan schizofrenia disebabkan oleh keturunan, pendidikan yang salah,
maladaptasi tekanan jiwa, penyakit badaniah, aterosklerosa otak dan penyakit
yang lalu yang belum diketahui.
Sebagai ringkasan hingga sekarang belum diketahui sebab musabab
schizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh.
Faktor yang mempercepat yang menjadikan manifest atau faktor pencetus seperti
penyakit badaniah atau stress psikologik biasanya tidak menyebabkan
6
schizofrenia walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit schizofrenia yang
sudah ada tidak dapat disangkal.
4. Jenis-jenis schizofrenia
a. Schizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria umum diagnosis schizofrenia
- Halusinasi dan waham sangat menonjol
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata
b. Schizofrenia Hebefrenik
- Memenuhi kriteria umum diagnosis schizofrenia
- Ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda ( 15 – 25
tahun)
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan
proses fikir.
c. Schizofrenia Katatonik
- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis schizofrenia
- Stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu.
- negativisme
d. Depresi Pasca schizofrenia
- Pasien telah menderita schizofrenia selama 12 bulan ter-
akhir
- Gejala-gejala schizofrenia masih tetap ada
- Gejala depresi menonjol
e. Schizofrenia Residual
- Ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lam-
pau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis schizofrenia.
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di-
mana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusi-
nasi telah sangat berkurang.
f. Schizofrenia Simpleks
- Gejala negatif yang khas dari schizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi waham atau manifestasi lain dari episode
psikotik.
7
- Disertai perubahan prilaku pribadi yang bermakna.
g. Schizofrenia lainnya
h. Schizofrenia YTT
5. Gejala-gejala
- Gejala primer
a. Gangguan proses pikiran
b. Gangguan afek dan emosi
c. Gangguan kemauan
d. Gangguan psikomotor
- Gejala sekunder
a. Waham
b. Halusinasi
Dengan gambaran klinis penyerta sebagai berikut :
- Hendaya dalam daya kerja, hubungan sosial merawat diri.
- Penarikan diri dari lingkungan sosialnya
- Prilaku aneh
- Afek yang tumpul tidak serasi
- Isi bicara yang tidak jelas
- Pendapat tentang dirinya yang terlalu tinggi
- Persepsi yang tidak biasa, seperti merasa ada kekuatan dari
luar atau orang yang mempengaruhinya.
- Tidak ada hubungan yang hangat dengan orang tua.
- Kebiasaan yang tidak normal seperti sepanjang malam
tidak tidur.
6. Pengobatan
a. Farmakoterapi
- Neuroleptika dengan dosis efektif rendah
- Fenotiazin waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2
– 3 minggu.
b. Terapi elektro – konvulsi (TEK)
Terapi konvulsi dapat memperpendek serangan schizofrenia dan
mempermudah kontak dengan penderita.
8
c. Terapi koma insulin
Memberi hasil yang baik pada katatonia dan schizofrenia paranoid.
d. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu pasien
kembali ke masyarakat, mendorong penderita untuk bergaul dengan orang
lain, penderita lain dan dokter.
e. Lobotomi prefrontal
Dilakukan bila terapi klien tidak berhasil
B. KONSEP KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
1. Pengertian
Gangguan persepsi sensori adalah ketidakmampuan individu dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasi stimulus sesuai dengan informasi yang
diterima melalui panca indera. Gangguan persepsi sensori ditandai oleh adanya
halusinasi.
a. Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional psikotik atau histerik (WF Maramis)
hal 119.
b. Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan dari
luar (Cook J Sue), hal. 187.
c. Halusinasi adalah gangguan pencapaian (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penden-
garan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Depkes RI
Direktorat Kesehatan Jiwa, 1989 hal. 123).
d. Halusinasi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai
secara internal atau eksternal). Disertai suatu pengurangan yang berlebihan,
distorsi atau kelainan berespons terhadap setiap stimulus (Mary C Townsend).
e. Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stim-
ulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar atau hilangnya kemampuan klien dalam mem-
bedakan rangsang internal dengan rangsang eksternal (Arsyad M, dkk, PBLK
9
FIK-UI RIJP Bogor 2000).
2. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi penglihatan/visual.
Adalah terlihat bayangan berbentuk seperti orang, binatang, atau barang lain
yang dikenalnya berwarna atau tidak dapat pula tidak berbentuk seperti sinar,
kilapan cahaya). Tanpa adanya stimulus yang nyata.
b. Halusinasi pendengaran
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, atau
mentertawakan dapat pula mendengar suara hewan, mesin, barang dan musik
padahal tidak ada di sekitarnya.
c. Halusinasi penciuman
Mencium suatu bau, tanpa stimulus yang nyata.
d. Halusinasi pengecap
Merasa mengecap sesuatu.
e. Halusinasi pembau
Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulitnya.
3. Faktor penyebab
Halusinasi dapat timbul dalam pelbagai modalitas indra, tapi beberapa
jenis faktor organik cenderung menghasilkan halusinasi tertentu misalnya :
alkohol cenderung mengakibatkan halusinasi auditorik, halusinogenika
menimbulkan halusinasi visual.
Faktor etiologgi yang paling sering adalah halusinogenika dan
penggunaan alkohol jangka panjang, deprivasi sensorik seperti kebutaan atau
ketulian juga fokus kejang khususnya pada lobus temporal, atau oksipital (PPDGJ
II).
Halusinasi tidak hanya terdapat pada klien dengan gangguan mental
organik, psikosis atau schizofrenia tetapi juga terdapat pada klien dengan sindrom
putus zat mental retardasi, klien dengan menggunakan halusinogenika juga
gangguan tidur atau sensorik (shult dan judith).
4. Proses terjadinya
(Heber dkk) mengemukakan 4 fase terjadinya halusinasi :
a. Fase I
10
Klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran yang menyenangkan untuk
menghilangkan stress. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya, dan
mengenal pikirannya.
b. Fase II
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal klien berada pada tingkat “Listening” pada halusinasi.
c. Fase III
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya pada halusinasinya.
d. Fase IV
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
memerintah, mengancam, dan memarahi.
Beberapa jam atau selamanya, proses ini menjadi kronik jika tidak
dilakukan intervensi.
5. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Halusinasi
Menurut Carpenito 1989 dikutip oleh Anna Budi Keliat, pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama
antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, menentukan masalah/diagnosa, menyusun rencana
tindakan keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum pada
formulir pengkajian proses keperawatan, berikut akan dijelaskan data yang
mungkin terkait dengan halusinasi.
a. Alasan masuk.
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat dan terganggu karena prilaku klien. Untuk memperoleh
data alasan masuk dapat menanyakan :
1.) Apa yang terjadi di rumah?
11
a.) Apakah klien sering bicara sendiri?
b.) Apakah klien sering mendengar suara-suara?
c.) Apakah klien sering marah-marah tanpa alasan?
2.) Apa yang telah dilakukan keluarga pada klien?
3.) Kemana keluarga minta pertolongan sebelum ke rumah sakit?
b. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi
halusinasi adalah aspek biologis, psikologis dan sosial.
- Biologis : gangguan perkembangan dan fungsi otak
- Psikologis : keluarga, pengaruh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
- Sosial budaya : seperti kemiskinan, kerusuhan, kerawanan,
peperangan, kehidupan yang terisolasi disertai stress
yang menumpuk.
c. Faktor Presipitasi
- Sosial budaya
Teori ini mengemukakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif misalnya lingkungan
yang penuh kritik, kehilangan kemandirian, kehilangan harga diri,
kesepian, tekanan dalam pekerjaan.
- Prilaku
d. Faktor yang terkait dengan keadaan klien dan keluarga saat ini.
Aspek lain yang sangat penting dikaji lebih lanjut adalah :
1.) Sistem pendukung
Sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki klien perlu dikaji untuk
dapat diberdayakan merawat klien di rumah sakit dan di rumah. Data yang
perlu dikaji dari keluarga adalah kemampuan finansial, waktu dan tenaga
yang tersedia merawat klien, pengetahuan dan kemampuan keluarga
merawat klien. kondisi keluarga yang juga perlu dikaji adalah komunikasi
dalam keluarga baik waktu maupun kwalitasnya.
2.) Respon koping (rentang respon)
Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat di deteksi dari klien adalah
berbagai respon yang terkait dengan fungsi otak. Respon perilaku klien
12
Respon adaptif Respon Maladaptif
dapat di identifikasi sepanjang rantang reapon sehingga perawat dapat
menilai apakah respon klien masih adaptif atau maladaptif.
Rentang respon neurobiologik
- Pikiran logis - Kadang-kadang proses - Gangguan proses
- Persepsi akurat pikir terganggu fikir/waham
- Emosi konsisten - Ilusi - Halusinasi
dengan pengalaman - Emosi berlebihan - Kesukaran proses
- Perilaku cocok atau kurang emosi
- Hubungan sosial - Prilaku yang tidak - Perilaku tidak ter-
Harmonis biasa organisir.
- Menarik diri - Isolasi sosial
Jika perawat menemukan respon maladaptif maka rencana keperawatan
adalah membantu klien mengembangkan prilaku adaptif.
e. Fisik
- Muka merah, kadang pucat
- Tekanan darah meningkat
- Nafas terengah-engah
- Nadi cepat
f. Hubungan sosial
- Menarik diri
- Komunikasi verbal terganggu
- Bicara inkonheren dan tidak masuk akal
- Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
g. Status mental
- Penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi dan
13
berubah dari biasanya.
- Pembicaraan tidak terorganisir dan bentuknya yang
maladaptif seperti kehilangan hubungan, tidak logis dan berbelit-belit.
- Aktifitas motorik meningkat atau menurun,
imfulsif, kataton dan beberapa gerakan-gerakan yang abnormal.
- Alam perasaan dapat berupa suasana emosi yang
memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya sedih dan putus asa
disertai prilaku apatis.
- Afek merupakan prilaku yang tampak diekspresikan
pada saat klien mengalami perasaan emosi tertentu, afek yang maladaptif
adalah tumpul, datar, tidak sesuai.
- Interaksi selama wawancara. Bermusuhan, mudah
tersinggung, nampak bercakap-cakap/komat kamit, ketawa sendiri yang
tidak terkait dengan pembicaraan.
- Persepsi : Halusinasi merupakan salah satu respon
neurobiologik yang maladaptif dimana klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar.
- Proses fikir : Proses informasi yang tidak berfungsi dengan baik
akan mempengaruhi proses berfikir sehingga
memberi dampak pada proses komunikasi dalam
berkomunikasi mungkin inkonheren, tidak
berhubungan, berbelit dan tidak logis.
- Tingkat kesadaran : Kesadaran akan realitas merupakan hal yang perlu
dikaji yaitu orientasi waktu, tempat dan orang
- Daya ingat : Prilaku yang terkait erat dengan daya ingat adalah
muda lupa, kurang mampu menjalankan peraturan
yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien
berulangkali menanyakan waktu, menanyakan
apakah tugasnya sudah ia kerjakan dengan baik, per-
misi atas suatu hal.
- Tingkat konsentrasi/perhatian.
Kemampuan memperhatikan yang sering terganggu pada klien halusinasi
14
adalah kemampuan menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada
kegiatan atau pekerjaan dan perhatian mudah beralih.
- Daya tilik diri : Klien halusinasi mengalami ketidakmampuan dalam
mengambil keputusan.
2. Diagnosa Keperawatan
- Masalah keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat
ditemukan pada klien gangguan orientasi realita yaitu :
- Resiko prilaku kekerasan diarahkan pada diri
sendiri dan lingkungan
- Perubahan persepsi sensori halusinasi
- Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri
- Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
- Kurangnya perawatan diri.
- Kerusakan komunikasi verbal
- Isolasi sosial
- Diagnosa :
1.) Resiko prilaku kekerasan diarahkan pada
diri sendiri /lingkungan berhubungan dengan halusinasi
2.) Perubahan persepsi sensori halusinasi
berhubungan dengan harga diri rendah.
3.) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah.
4.) Kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya motivasi untuk merawat diri.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Pada Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa utama yaitu resiko prilaku
kekerasan diarahkan pada diri sendiri/lingkungannya berhubungan dengan
halusinasi dengar/visual.
a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri/orang lain/lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1.) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.) Klien dapat mengenal halusinasinya.
15
3.) Klien dapat mengendalikan halusinasinya.
4.) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengendalikan
halusinasinya.
5.) Klien dapat memanfaatkan obat yang baik.
c. Tindakan Keperawatan
1.) Psikoterapeutik
1.1 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.1. Bina hubungan saling percaya
1.1.2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.1.3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
1.2.Klien dapat mengenal halusinasinya.
1.2.1. Lakukan kontak sering dan singkat
1.2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
1.2.3. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya.
1.2.3.1 Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang didengar.
1.2.3.2 Jika klien adu, lanjutkan apa yang dikatakan.
1.2.3.3 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
1.2.3.4 Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
1.2.3.5 Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
1.2.4 Diskusikan dengan klien :
1.2.4.1 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusi-
nasi.
1.2.4.2 Waktu dan frekwensi/terjadinya halusinasi (pagi, siang,
sore, malam atau jika sendiri/jika jengkel/sedih.
1.2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi.
(marah/takut/sedih/senang). Beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya.
1.3. Klien dapat mengendalikan halusinasinya
1.3.1. Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang biasanya di-
lakukan jika terjadi halusinasi.
16
1.3.2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian.
1.3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengendalikan timbulnya
halusinasi.
1.3.4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap.
1.3.5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
1.3.6. Anjurkan mengikuti terapi oktivitas kelompok.
1.4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya.
1.4.1. Anjurkan klien memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
1.4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keduanya berkunjung)
tentang:
1.4.2.1 Gejala halusinasi yang dialami klien
1.4.2.2 Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi
1.4.2.3 Cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi di
rumah.
1.5. Klien dapat memanfaatkan obat yang baik
1.5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, manfaat
dan frekuensi obat.
1.5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat. Merasakan
manfaatnya.
1.5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek samping obat.
1.5.4 Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi
1.5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Lingkungan terapeutik
1. Menciptakan lingkungan fisik yang menguatkan realitas
1.1. Menyediakan alat petunjuk waktu seperti jam
1.2. Memberi tanda/nama pada setiap tempat ruang rawat.
2. Menciptakan lingkungan sosial
2.1. Memanggil nama pasien sesuai nama yang disuka.
2.2. Memakai papan nama petugas
17
2.3. Mengenalkan nama pasien dalam kegiatan kelompok
2.4. Mengenalkan pasien pada tempat-tempat umum di rumah sakit
3. Memberi pujian atas keberhasilan klien
c. Kegiatan hidup sehari-hari
1. Membimbing pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
1.1. Memantau pola makan pasien.
1.2 Menjelaskan pada pasien bahwa makanan dan minuman yang
cukup perlu untuk kesehatannya.
1.3 Mengijinkan pasien mengganti makanan apabila dia mempunyai
persepsi yang salah mengenai makanan tertentu.
1.4 Mengajak pasien makan bersama dengan pasien lain.
2. Membimbing pasien melaksanakan kebersihan diri
2.1 Memberikan pengertian kepada pasien manfaat perawatan diri.
2.2 Membimbing pasien untuk mandi, gosok gigi, keramas, berhias
serta berpakaian yang rapi.
3. Membimbing pasien melakukan aktifitas
3.1 Mengikutsertakan pasien dalam aktivitas yang disukai, dapat dise-
lesaikan dengan baik dan dalam waktu yang singkat.
3.2 Membantu pasien memilih aktifitas yang dilakukan bersama
dengan orang lain.
4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini (here and now). Perawat juga
menilai diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,
teknikal sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
5. Evaluasi
Pada akhir perawatan diharapkan :
a. Klien mampu :
- Memutus halusinasi dengan berbagai cara yang
telah diajarkan.
- Melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai jadwal
18
yang dibuat klien.
- Meminta bantuan keluarga
- Menggunakan obat dengan benar
- Melakukan follow up secara teratur
- Membina dan mempertahankan hubungan dengan
orang lain tanpa rasa curiga.
- Tidak menciderai diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
b. Keluarga mampu :
- Mengidentifikasi gejala halusinasi
- Merawat klien di rumah, cara memutus halusinasi,
mendukung kegiatan klien
- Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
19
20