11
SATUAN ACARA PENGAJARAN PENYULUHAN AMPUTASI I. Topik Bahasan Pembedahan II. Sasaran dan Kriteria Mahasiswa Fakultas Keperawatan 2012 UNPAD yang sedang mempelajari Sistem Muskuloskeletal. III. Waktu Kamis, 12 Maret 2014 IV. Tujuan Intuksional Umum (TIU) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini selama 20 menit diharapkan mahasiswa fakultas keperawatan mendapatkan informasi tentang amputasi. V. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) Setelah mengukuti kegiatan selama 20 menit diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang: a. Mengetahui pengertian amputasi b. Mengetahui tujuan amputasi c. Mengetahui indikasi amputasi d. Mengetahui jenis-jenis amputasi e. Mengetahui dampak amputasi f. Perawatana pre dan pasca operasi VI. Pokok Bahasan Amputasi VII. Sub Pokok Bahasan - Jenis – jenis amputasi

Satuan Acara Pengajaran Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SAP

Citation preview

SATUAN ACARA PENGAJARAN

PENYULUHAN AMPUTASI

I. Topik Bahasan

Pembedahan

II. Sasaran dan Kriteria

Mahasiswa Fakultas Keperawatan 2012 UNPAD yang sedang mempelajari Sistem Muskuloskeletal.

III. Waktu

Kamis, 12 Maret 2014

IV. Tujuan Intuksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini selama 20 menit diharapkan mahasiswa fakultas keperawatan mendapatkan informasi tentang amputasi.

V. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah mengukuti kegiatan selama 20 menit diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang:

a. Mengetahuipengertian amputasi

b. Mengetahui tujuan amputasi

c. Mengetahui indikasiamputasi

d. Mengetahuijenis-jenis amputasi

e. Mengetahui dampak amputasi

f. Perawatana pre dan pasca operasi

VI. Pokok Bahasan

Amputasi

VII. Sub Pokok Bahasan

Jenis jenis amputasi

Dampak amputasi

Perawatan pre dan pasca amputasi

VIII. Materi

Terlampir

IX. Alokasi waktu

20 menit

X. Strategi instruksional

Ceramah, Tanya jawab, dan Leaflet

XI. Proses Belajar Mengajar

Waktu

Kegiatan

Pemberi Materi

Peserta Didik

Metode

Media

2 menit

Pembukaan:

Memberi salam

Menjelaskan tujuan pembelajaran

Menyebutkan pokok bahasan

Mengucapkan salam dan memberikan penjelasan awal

Menjawab salam

Ceramah

Poster

12 menit

Pemberian materi secara berturut turut:

1. Definisi amputasi

2. Indikasi Amputasi

3. Jenis Amputasi

4. Dampak amputasi

5. Perawatan pre dan pasca operasi

Menjelaskan materi dengan intonasi yang jelas dan dapat dipahami

Menyimak dan memperhati-kan dengan seksama

Ceramah

Poster

2 menit

Evaluasi:

Menyimpulkan materi

Memberikan kesempatan kepada audience untuk bertanya

Menyampaikan inti materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan

Mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti

Tanya Jawab

Poster

3 menit

Evaluasi pemahan materi

Memberikan 3 pertanyaan kepada audience

Menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri

1 menit

Penutupan:

Mengucapkan salam

Pembagian Leaflet

Mengucapkan salam dan membagikan leaflet kepada audience

Menerima leaflet

Leaflet

XII. Evaluasi

Metode evaluasi: Diskusi tanya jawab

Jenis pertanyaan: lisan

Jumlah soal: 3 soal

XIII. Kriteria Evaluasi

Audience dapat mengerti materi penyuluhan yang disampaikan.

Audience dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

XIV. Daftar Pustaka

Bararah, Taqiyyah. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kneale, Julia D dan Peter S. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lampiran

1. Definisi amputasi

Amputasi adalah tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh ekstremitas. Tindakan ini dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir, manakala masalah organ yangterjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dan kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien misalnya timbulnya komplikasi infeksi. (Taqiyyah, 2013).

2. Tujuan amputasi

1. Menghilangkan Gejala

2. Memperbaiki Fungsi

3. Menyelamatkan klien

4. Memperbaiki kualitas hidup klien

3. Indikasi Amputasi

Indikasi dilakukan amputasi:

1. Dead

Bagian tubuh yang mati, akibat penyakit pembuluh darah perifer, trauma parah, luka bakar, dan forse bite.

2. Dangerouse

Penyakit yang tergolong berbahaya, seperti tumor ganas, sepsis yang potensial lethal dan crush injury. Pada crush injury pelepasan torniquet ayau penekanan lain akan berakibat pada kegagalan ginjal.

3. Damn Nulsance

Keadaan dimana mempertahankan anggota gerak dapat lebih buruk dari pada tidak mempunyai anggota gerak. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri hebat, malformasi berat, sepsis berulag, atau kehilangan fungsi yang berat.

4. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

5. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

6. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.

7. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

8. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

9. Deformitas organ.

4. Jenis Amputasi

1. Amputasi Terbuka

Dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

2. Amputasi Tertutup

Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan, dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm di bawah potongan otot dan tulang.

Tingkatan Amputasi :

1. Ekstremitas Atas

Amputasi AS (Atas Siku)

Amputasi BS (Bawah Siku)

2. Ekstremitas Bawah

Amputasi AL (Atas lutut)

Amputasi Disartikulasi Lutut

Amputasi BL (Bawal Lutut)

Amputasi Syme

5. Dampak amputasi

a. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d. Infeksi

Peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi meningkatkan resiko infeksi.

6. Perawatan pre dan pasca operasi

A. Preoperatif

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

1. Pengkajian

a. Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

b. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat. Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH

KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi

Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari

Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit

Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis

Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal

Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

c. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Perawat melakukan pengkajian:

Kondidi psikologis (respon emosi klien) yaitu kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup.

Perawat menilai pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

Mengantisipasi adanya gangguan konsep diri pada klien, dan mendiskusikan dengan klien tentang pemilihan koping konstruktif.

B. Intra Operatif

Perawat berusaha untuk mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuannya adalah menciptakan kondisi klien yang optimal dan menghindari komplikasi pembedahan.

C. Post Operatif

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuanklien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Pada saat perawat akan mengganti perban, perawat juga mengajari pasien agar bisa melakukannya sendiri.

Terapi fisik, dimulai dengan latihan ringan atau peregangan. Biasanya terapi ini dimulai segera setelah operasi. Latihan dengan anggota tubuh buatan (seperti kaki buatan) dapat dimulai segera setelah 10 hingga 14 hari pasca operasi. Umumnya, luka akan sembuh sekitar empat hingga delapan minggu. Namun, adaptasi terhadap perubahan fisik tubuh dan adanya rasa emosional tertentu yang dialami pasien bisa memperpanjang masa pemulihan. Adapun pemulihan dan rehabilitasi jangka panjang meliputi :

Latihan untuk meningkatkan kekuatan dan pengendalian otot.

Kegiatan untuk membantu mengembalikan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari serta mendorong rasa independen.

Penggunaan anggota tubuh buatan seperti kaki palsu dan alat bantu lainnya.

Dukungan emosional, termasuk konseling agar dapat membantu memulihkan rasa sedih akibat kehilangan anggota tubuh.