Upload
others
View
19
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Secangkir Kopi Ndp
Firdaus Syam (Pagar Alam )
Kumpulan Puisi dari
Kaki Langit Cilosari
i
Secangkir Kopi Ndpkarya Firdaus Syam (Pagar Alam)Copyright © 2018, FiS. Pagar Alam
Hak cipta dilindungi undang-undangAll rights reserved
Desain Sampul: Coconut DesignPenata Isi: Coconut Design
Cetakan Pertama, Mei 2018
ISBN : ..........................................
COCONUT BOOKSEmail: [email protected]: coconutbooks
Didistribusikan oleh:PT BUMI SEMESTA MEDIAJl. Angsana Raya Pejaten TimurPasar Minggu, Jakarta SelatanTelpn. 021-22852350
ii
Sekapur Sirih Penulis
Salam untuk semua, sujud syukur ku pada Mu ya Allah ya Rabbi.
Secangkir kopi NDP Dari Kaki Langit Cilosari,
Bagi penulis, merupakan “ungkapan diri” melalui goresan puisi yang terkompilasi dalam buku ini. Kumpulan puisi ini, adalah bagian dari perjalanan
hidup. Buat penulis ini kerja hasil penerawangan dan perantauan mental disela-sela aktivitas saat masa mahasiswa sampai terminal perjalanan saat ini. Seperti halnya para pembaca, ada masa penulis mengambil sejumput ruang waktu ditengah pergulatan hidup, serta menangkap makna fenomena juga “kegelisahan” dari rentakkan jiwa, terus hadir disetiap tarikan nafas ini. Lalu tergoreskan apa dan bagaimana menuliskan fenomena serta kegelisahan dalam bait-bait puisi ini. Secangkir Kopi NDP, tiada lain ya..”secangkir saja” dari Nikmatnya Dengan Puisi.
Kumpulan puisi yang dihadirkan penulis, “siluet dari perjalanan”, dari teras rumah hingga di altar kampus, dari “medan laga” sebagai aktivis hingga “nyanyian kehidupan”
iii
yang telah dan sedang berjalan sampai titik bait puisi ini. Rangkaian puisi ini bukan kladioskop kehidupan yang dinarasikan. Itu hanyala “noktah-noktah” yang dilihat, dirasakan kemudian tergoreskan melalui pena. Bagi penulis ini inspirasi, rahmat, juga kebaikan semoga anda menikmatinya bagai “ secangkir kopi ya nikmati dengan dengan puisi.
Selamat menikmati “secangkir kopi NDP dari
kaki langir Cilosari”.
Wassalamulaikum.Jakarta, Ramadhan, Mei, 2018.
Firdaus Syam Pagar Alam.
iv
Daftar IsiLembaran Persembahan
Sekapur Sirih Penulis ~ iiiDaftar isi ~ v
Bagian 1 : “ Yang Elok Dari Rumah” ~ 1
1. 19-08-2006: Enin ~ 22. Sajak kecil buat Ibu ~ 33. Ayah dan puteri puterinya ~ 154. 3 Puteri ayah ~ 215. Puteri Amanda ~ 246. Puteri Adinda ~ 257. Puteri Ananda ~ 268. Bunda dan 3 puterinya ~ 27 9. Keponakanku di Pekayon ~ 2910. Sadonyo ~ 34
Bagian 2 : “ Dari Kaki Langit Cilosari “ ~ 35
1. Di kaki langit HMI ~ 362. Elegi Cilosari 17 ~ 403. Secangkir kopi NDP di Kaki Langit
Sudirmar 47 ~ 444. Sejenak Senja di Cilosari 17 ~ 505. Elegi Erlangga : ‘Selamat Jalan Sang Mujahid”
v
~ 576. Bang Parwan :”Berteriaklah”, Selamat jalan
Sang Sastrawan Kesepian ~ 61
Bagian 3 : PAK….BU…..PRESIDEN ~ 67
1. Presiden ke-1 ~ 682. Presiden ke-2 ~ 723. Presiden ke-3 ~ 76 4. Presiden ke-4 ~ 825. Presiden ke-5 ~ 856. Presiden ke-6 ~ 897. Terima Kasih untuk Kehadiranmu ~ 94
Bagian 4 : REFORMASI… ~ 95
1. Bedebah reformasi ~ 962. 10 November 45 ~ 1003. Detak Detik ~ 1034. Ki Hajar Dewantara ~ 1085. Kartini kini ~ 1146. Merah Putih Bangsa ~ 1197. Pimpinan Curang ~ 121
Bagian 5 : MERAMBAH JALAN… ~ 125
1. Berziarah ~ 1262. Merambah jalan Satu ~ 1283. Merambah jalan dua ~ 1334. Merambah jalan tiga ~ 1365. Merambah jalan empat ~ 1396. Merambah jalan lima ~ 141
vi
7. Dari temanku Sang Malaikat ~ 1458. Begitu singkat ~ 1489. Perjalanan hidup ~ 15010. Kaya raya ~ 153
Bagian 6 : AKSI PUTIH DARI NEGERI PARA WALI ~ 155
1. Sajadah jihad ~ 1562. Selamat Malam Teman ~ 1583. Sajak berbait rindu ~ 1604. Sajak dhua ~ 1625. Sajak eligi pagi 1 ~ 1646. Sajak subuh ~ 1667. Sajak elegi pagi 2 ~ 1708. Elegi 151 di Al-Azhar ~ 1719. Jangan khianati Islam ~ 17410. 212 Aksi Bela Rakyat ~ 17711. Moga-Moga Allah Mengabulkan ~ 18412. Bergerak dalam takbir ~ 18613. Aksi damai 411 ~ 18914. Buat semua yang melakukan aksi damai ~ 19215. Gerakan peci putih ~ 19516. Jayalah Indonesia dengan Islam ~ 19617. Semua sahabatku ~ 19918. Sahabat-Sahabatku ~ 20318. Puisi untuk ibu Sukmi ~ 205
Bagian 7 : PANCASILA DI NEGERI SURGAWI ~ 209
1. Pancasila di negeri surgawi ~ 2102. Universitas Nasional ~ 219
vii
3. Anak SMA 28 : eh kite ketemu lagi ~ 2244. Kita pernah satu sekolah 226
Tentang Penulis ~ 228
viii
Bagian I : “Yang Elok dari Rumah
“
1
19-08-2006 : ENINMamah Enin… Allahu yarham
2 minggu sebelum kepergian,
Ananda bertanya,
Mah…, bolehkah ananda berangkat ke negeri
seberang untuk Wisuda... ?
Dijawab mamah ‘Enin’; “K enapa kamu menanyakan
itu..?!”
Den…, selama ini kamu merantau…dan bolak-balik
4 tahun…
mamah sela lu izinkan,
Lanjut mamah : “apalagi ini hanya 1 minggu untuk
Wisuda Doktormu…”,
Mamah izinkan..,
Berangkatlah… kamu…,
Jiwaku... menggelegar,
Seperti Ananda dibawa ombak Samudra,
K epalaku merunduk...,
Pikiranku menerawang…
2
Kemudian… hatiku menjadi tegar...,
Yah…, setegar ucapan STA yang selau kukenang :
”Sekali Layar Terkembang Pantang Surut ke
Belakang”
K etulusan seorang Ibu...,
Mamah Enin…, Emakku,
Adalah keputusanku untuk berkepastian,
Tak ada tolehan ke belakang,
Terlawan apapun dari ‘Badai penghalang’,
Mamah Enin, Emakku...,
Ruang tempatku dilahirkan, dari rahim…”jendela
dunia terbuka”,
K emudian… ditimang…,
Tempatku meneteskan air mata..tertawa dan luka,
suka cita kehidupan, ooh…
Tempat sejuta harapan yang tertumpahkan,
Seperti juga Ibu- Ibu yang lain,
Bunda-bunda yang lain,
Mother-Mother dan Umi-Umi yang la in,
Bahkan lebih dari itu…, sulit ananda tuliskan dalam
goresan pena…,
3
Terlalu sempit, dan terla lu sedikit pustaka “kata”-
yang ananda punya,
Selalu… mencintai…dan membuka jalan lu rus… bagi
anak-anaknya,
Itulah Mamah Enin..,
Satu keistimewaan Mamah buat Ananda,
Tempatku bertukar pikiran, bertanya...,
dan juga berdebat pendapat… serta ilmu,
“Mata air Ananda” dalam berkeputusan,
Oh…sejenak, toleh ke belakang… masa la lu yang
tetap terasa,
Sejak Ayah : Allahuyarham…”Apa” 1978, …28 tahun
sebelum Mamah pergi,
‘Apa’, lebih dulu menemui Sang Pemilik, KHALIK
Mamahlah… tempat Ananda
Menguatkan motivasi, inspirasi dan cita-cita,
Yang Ananda tuangkan dalam Samudra Jiwa,
Lalu Ananda arungi dengan layar cita
Mengalir… terus mengalir bagai darah dari hati ke
4
jiwa, dari jiwa ke otak, beranting-ranting pikiran,
Berbuah tekad dan kerja…, kerja upaya - berkarya
imani
Mamah Enin adalah pelabuhan hati,
tempat ke-3 puriku bertandang ke kamar depan
‘Rumah Tua’ AKABRI 5A
Setiap waktu... yah setiap waktu ketika itu,
Mamah Enin cium, mamah Enin peluk, mamah
Enin tanya... dan
Kadang mamah Enin ju lu rkan sepotong coklat atau
gula-gula,
Kata Mamah Enin : (dengan tegas) ! ucapnya:
”Ambil” pakai tangan kanan… yah,
Lanjut Mamah Enin…:” ini hanya untuk cucu Enin...,”
Tapi…, ada waktu Mamah Enin memeluk badan
Z ahra dan Nabila...”, Masih Ananda ingat peristiwa
itu, Mamah Enin memeluk-sambil menggoyang-
goyangkan cucunda..., la lu ia meneteskan air mata…,
masih Ananda ingat itu,..
Dan sela lu Ananda ingat….
5
Subhanallah,
betapa mulianya Umi-Umi,Bunda-Bunda… Kartini-
Kartini kita,
Buat Istriku, tempatku berbagai senang, tertawa,
marah, kecewa,
Meminta nasi goreng-supermi internet, mie-baso,
rendang, asem padeh, juga Ikan Peda
Dan semua kesenanganku, mauku dan maumu
bunda,
2 tahun–Bunda-yang tulus,
Menyiapkan obat-membuatkan jamu godog untuk
obat sakitnya Mamah Enin,
Si Bunda-menemani mamah... di kala apa saja…,
Mengobrol yang kadang Ananda tak pernah tahu,
dan tak perlu tahu,
“Apa yang mereka ceritakan”, …ananda mengerti hal
itu,
K ehangatan Mamah Enin dan Mantu terpadu,
Kadang mendatangkan cemburu…
6
Mamah Enin, 2 tahun Kanker ... menggerogoti…
raga..,
Menguruskan badan..., tapi tabah dan sela lu
tersenyum,
Kadang menutup pintu menahan sakit dan….yang
la in tak perlu tahu,
Sering mandi, bebersih diri…,
Menyisir rambut mamah yang masih panjang,
Selalu berzikir dan membaca ayat-ayat Qur’an,
Sehari menjelang keberangkatanku ke negeri Jiran,
Mamah terbujur di bangsal Rumah Sakit dekat
Simpang Pancoran...
Ananda berbisik,
izinkan ananda berangkat,
Merajut tekad untuk sampai toga di kepala,
Mamah Enin mengedipkan mata,
Setelah itu…,
Di tanah Semenanjung,
K etika Ananda melangkah,
Podium tempat Conseller berdiri penuh K harisma,
Sultan Selangor menempatkan toga di kepala dan
7
mengucapkan:
“Tahniah” Tuan F irdaus Syam,
Meneteslah air mata… antara bahagia… dan ..
Mamah Enin yang belum kesampaian, tuk
menemani Ananda,
Lepas wisuda, ku kembali ke Hotel dengan keluarga,
Semerbak wangi bunga tercium dari lorong hotel
hingga kamar,
Tak lama jelang subuh nan samar,
Ananda dapat kabar dari K akak tercinta,
“Den” pulang, Mamah telah tiada,
K u merenung…, meneteskan air mata, dan berdo’a
bersama,
Berpelukan dengan istri, 3 putriku, Bila l, Abusi-
Nyaksi,
K u kemas seadanya, kemenuju bandara, …menunggu
dalam kesendirian,
Ada waktu saat itu…. sesaat tuk menerawang tentang
masa la lu…dan
Menerawang tentang hari esok,
8
Mata yang bersimbah, kepasrahan yang dalam,
tiada lelah
Semua jati tekad yang membara,
Mamah Enin telah berpersaksian,
Anugerah Doktor Ananda telah terberi,
Dari do’a-do’a yang tak putus hingga semerbak
bunga ku-cium di hari..
Berkabung itu “Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rojiuun…”
Mamah, 19-8-2006,
Larut senja-malam pun menjelang,
Ditanah kuburan Menteng Pulo,
Ananda duduk tafakur sendiri di pusara Mamah
Enin,
Tiba-tiba berdiri sosok lelaki dan berkata:
“Maaf putranya ya..? , jawabku”ya”
Lalu Ia berkata:“tadi pagi Ibu-nya kesini, menengok
pusara adikmu disini,”
Ananda terpana….?!!
Ananda belajar mengerti tentang “kerahasiaan Ilahi”
9
Mamah Enin….sela lu dalam relung cinta,
Berbaringlah 19-8-2006,
Berbaringlah di tempat adikku terbaring…. disisi
Ilahi Robbi,
Fis. Pagar alamJakarta, ‘Kala Fajar’ Pojok Kamar Kerja, 22/3/2014
10
Sajak Kecil Buat IbuDi tengah gelapnya malam
Angin dingin menusuk
Tulang badanku
Seberkas bayang menyentuh
Relung hatiku
Ibu,
Wajahmu yang putih menua
Terbayang harap
Di tengah jalan usia
Akan cita-cita anakmu
11
Rambutmu yang telah memutih
Adalah sabar, duka, dan cintamu
Pada anakmu
Ibu,
Ucap bibirmu setiap waktu
Kala ku melangkah
Banyak mengandung arti
Di tengah galau hidup ini
Usap tangan mu
Memberikan arti kasih
Dan karsa jiwa ku
Pada umat di bumi ini
Ibu,
Marah kata mu
12
Saat khilaf ja lan ku
Menjadi pembimbing
Ruang nurani ku
Ibu,
Doa-doa di kala malam
Adalah syair indah
Bagi gerak juangku
Ibu,
Berikanlah makna mu
Disetiap nafas cita
Agar aku lebih mengerti
Akan sorga
Di bawah kakimu
Yang Tuhan ajarkan
Dalam firman-f irman Nya
13
Kabut malam ini
Menjadi saksi
Darah seorang ibu
Untuk putra mu
Hamba illahi
Menjadi bintang
Anak tani
Indonesia
Bukit Barisan29/12/84
Fis. Pagar Alam
14
Ayah, dan Puteri Puterinya
Indahnya mencium puteriku,
Ketika membangunkan untuk solat subuh…
Saat akan meninggalkan daun pintu rumah
Saat akan keperaduan, dan…
Semakin indah ,
Ada saat kita bincang dengan puteri puteriku,
Lalu kita sapa dengan lembut, “Anandaku”:
“Ayah mau bertanya, bicara, bahkan bercanda”
Kadang bernyanyi dengan piano, gitar, biola
Berdendang di “istana rumah kita”
My home is my castle,
15
Kadang ku dengar puteri puteriku
Sedang mengaji dan bincang bincang dengan bundanya
Kadang dan sering di waktu libur,
Atau waktu luang puteri puteriku di beranda dapur..
Memasak, membuat kue, dan membantu bunda,
Kadang puteri puteriku bercerita..
Tentang sekolah, tempa bimbel, dan kursus,
Juga,…
tempat dalam acara pensi dan organisasi
Juga,.. ada waktu kita berlibur,
Touring menjelajah ruang dan waktu,
Untuk mencari tahu menanam pengalaman
Untuk bekal cerita pada siapa saja,
Puteri Puteriku,
Jadilah ananda mujahadah
16
Dengan pending emas dipinggang ananda,
Puteri Puteriku,
Berlatihlah meraih cita dengan enerji
Do’a, kerja keras dan tekad kuat,
Dari senyum bunda,
dan….
Tatapan tajam mata ayah
yang tak lupa selalu mencium kening ananda,
Puteri Puteriku,
Bangunlah menara masa depan,
Di bawah naungan kalimat Agung..
Yang selalu berkumandang
Di relung terdalam hati ananda,
Apa itu..?
“Iman, ihsan, dan libasuh taqwa”
Puteri Puteriku,
Ananda boleh pejamkan matamu
17
Ketika lelah,
Tapi biasakan..
Buka matamu…
Di sepertiga malam,
Kelelahanmu akan sirna
Indahnya berdialog dengan Robb..
Azzawazala yang Maha Agung
Karena kelapangan jiwa dan
Ketentraman,
Akan mengalahkan kantukmu
Puteri Puteriku,
Siramlah kepala ananda dengan air ilmu,
Basuhlah jiwa dengan menyimpan
Nasehat bunda,
Kuatkan langkah
Sekuat ayahmu menggenggam pundak ananda,
Dalam kehangatan
18
Kasih sayang Ayah,
Puteri Puteriku,
Waktu terus berputar,
Dari buaian ayah bunda,
Hingga kini telah beranjak dewasa,
Ananda kini telah menjadi teman untuk bertukar fikiran
Dan saatnya kamu terus
Membentangkan sayap cita citamu,
Terbanglah kemana ananda mau,
Tuk meraih bintang masa depanmu,
Tapi jangan lupa,
hinggaplah di Mekah Al mukaramah,
Tempat puteri puteri Rasulullah lahir
Dimana kamu dapat bercermin;
Dan saatnya
Banyak waktu ananda harus kembali,
Mencium tangan dan kening bunda,
19
Di sana ada harum surga,
Merunduk hormat pada ayahanda,
Di sana ada jejak bekal cerita,
Yah…masa lalu dan kini,
Tentang ayah dan puteri puterinya.
Jkt, 8 Agustus/016
Fis. Pagar Alam
20
3 Puteri Ayah
Masih ingat, dan Ku ingat selalu,
Masih terbayang, dan selalu terbayang,
Dalam gores hidup ada ceria, sedih, duka, melamun,
merenung, bercanda, sepi, sunyi, mengaji, belajar, dan menyanyi
Membaur dengan pesona cita,
Dalam darah yang mengalir di tubuh, menembus urat..
Sampai Otak,
Meramu impian dan tekad,
Menginspirsikan cita dan karsa Ayah
Oh, Puteri-Puteri-Puteri Ayah,
Dulu kaumasih kecil, menari-nari dalam dekapan jemari,
Merangkul-rangkul dalam pelukan,
Berlari-lari dan berjuntai-juntai dalam
21
kehangatan
Kecupan Ayah…
Kekeningmu, kepipimu,
Dan kejiwamu yang hangat dan suci,
Puteri-Puteri-PuteriAyah,
Kamu kini tumbuh menjadi remaja, menjadi gadis, menjadi dewasa,
Ketika Ayah telah meranjak usia yang menyenja,
Betapapun ayah tetap bertekad selalu
dalam semangat mentari pagi,
Ceria, membangkitkan ananda, adinda, dan amanda
Tuk menyinarimu-membalut luka, mewarna kehidupan,
Membangun cita, dan
Merajut air-air iman kedalam relung jiwa,
Marah ayah adalah kebahagiaanmu kelak,
Diam ayah, tafakur untuk ananda kini,
Senyum ayah adalah makom-makom…
22
Ketika kaki citamu melangkah
Puteri-Puteri-Puteriku,
Saatnya kamu berlari,
Dan lebih kencang lagi,
Dari ilmu yang terbekali,
Dari Iman yang selalu dikokohkan,
Juga jangan terlupa…
Amanda, Adinda, Ananda…3 Puteri
Dimanapun kamu berada
Di atas semua nasehat Ayah, adalah….
Jangan terpeson amegah dunia,
Cintailah agamamu-cintailah negerimu,
Firdaus Syam, Pagar AlamKala malam di Kamar Kerja – Januari 2014
23
Puteri AmandaAmanda, beranjak dewasa,
Dunia kampus kini intimitasmu,
Gesekan biolamu,
Ada terdengar,
Nada-nada …
Seperti diamnya kamu,
Hanyut dalam sifatmu
Bagai mawar yang belum mekar
Fis, Pagar AlamKala malam Kama rKerja - Januari 2014
24
Adinda, yang beranjak gadis
Remajamu pesonamu
Dalam ambisi prestasi..
Yang tersembunyi,
Bak Mutiara
Seperti senyumnya dinda yang banyak arti
Seperti juga diamnya dinda
Bagai bunyi cello..
Kadang tersendat..
Tetap bergerak..
Berlari ...dengan impianmu
Fis, Pagar AlamKala malam Kamar Kerja – Januari 2014
Puteri Adinda
25
Puteri Ananda
Ananda, yang beranjak remaja,
Senyummu, pancaran hatimu
Tulus..,
Tegas pendirian
Sigap mudanTekadmu,
Seperti Pending Emas
Anak Indoensia
Fis, Pagar AlamKala malam Kamar Kerja - Januari 2014
26
Bunda dan 3 Puteri
Bunda dan 3 puteri adalah Umi
Bunda taklah secantik bidadari
Karena bunda bukan bidadari
Bunda taklah secantik dewi.. dewi..
Karena bunda bukan untuk disanjung
Bunda taklah secantik artis di pentas.. film.. sinetron
Karena bunda bukan artis penghafal cerita peniru raga
Bunda 3 puteriku,
Adalah ilham…
Adalah guru….
Adalah pendamping….
Adalah inspirasi…
BagI anaknya
Sepanjang jalan
Adalah teman
27
Adalah taman
Adalah angin dan air
Adalah penjaga kehormatan
Untuk ayah yang terus melangkah
Walau hanya sepanjang galah..
Tak seperti bunda..
Sepanjang jalan
Untuk anak anaknya Menanam cinta
Cita dan citra kehidupan
212016Jakarta,
Fis, Pagar Alam
28
Keponakanku di Pekayon
Ananda Aria, Bilal, Kika, Sarah dan Era,
Keponakanku yang soleh dan soleha
Ikhlaskan yah…,
Ananda harus tegar..
Kehidupan itu seperti Alam ..
Yang memperlihatkan
dirinya, lahir…, tumbuh berkembang..,
Kadang kokoh…menjulang,
Kadang rentan dan lunglai,..
Akhirnya roboh dan rebah,
Tiada tanda hidup,
29
Lihat…,
Tumbuhan..hewan..gunung..danau
Lautan, apasaja yang hidup,
Juga kita..manusia
Tiada yang abadi..
Ananda,
Kita semua akan berakhir
Dan mati…
Kita bertemu berawal dari rahim..
Lalu,
Kita berpisah..masuk
Yah masuk ke liang kubur
Meninggalkan kehidupan
Di bumi..ke alam baka
Segalanya silih berganti
30
Bertemu dan berpisah
Mari berdoa,
Buat Papa Utju Alimansyah
Dengan khusu…merunduk,
Pasrah..,
Namun tabah
Jangan tak rela,
Jangan biarkan
Bak labirin
Berputar…dalam kesulitan
Beri jalan kerelaan,
Ikhlas ridho
Agar yang sedang berjuang
Untuk menemui
31
Di atas jalan kemudahan
Yang lurus,
Shirotol mustaqim
Agar yang akan pergi
Lepas..tiada keraguan
Tuk,
Menoleh kebelakang
Ya Allah,
Sungguh berat
Sungguh letih
Sungguh…melelahkan
Tuk melepas diri
Kami hambamu
Memohon
Samudra kasih sayang Mu
32
Seyum Malaikat Mu,
Ya Allah..Robbi
Di lorong perpisahan ini
Hamba Mu
Ingin rela melangkah
Mengakhiri
Jejak dunia yang fana ini
Tuk menghadap Mu
Yang Agung
Laaillahailallah
4 /9/016 RSCM, JktFis, Pagar Alam
33
SADONYO
Uni.. uni… uda.. uda.. adik.. adik..
Anak.. anak..salam hangat
Se nagari,
Pagi ini,
Pagi nian rancak,
Mentari nan “eloklah”
Se elok uni..uni pagi ini
Se elok Singgalang dan Merapi
Se elok Ngarai Sianok jo danau Maninjau
Seindah Bukit tinggi jo Pagaruyung
Senikmat bareh Solokjo Sate Ma..sukur
Sehangat Randang..
Jo senyum mu sadonya
Jkt, Agustus 016FiS, Pagar Alam.
34
Bagian 2 : Dari Kaki Langit
Cilosari
35
Di Kaki Langit HMI
Ikwan dan Akhwat
HMI wan HMI wati
Kita bersama pernah ikrar di tempat ini,
HMI
Kita pernah bersenda gurau
Di beranda,….tanah lapang, ….dan kamar-kamar perjuangan
Kita juga membangun mimpi-mimpi..
Tidak ketika tidur,
Tapi…,
Tatkala terjaga,
Dengan matahati yang terbuka,
36
Melalui gerak roda organisasi
Membincangkan hal serius dan mulia,
Guna meraih Insan Cita
Kita juga tegakkan ruku dan sujud
Di setiap 5 lorong waktu,
Juga… saat tibanya sepertiga malam
Usai berdebat, berdiskusi,
Menata administrasi di rayon,
Di Komisariat, di Cabang hingga Diponegoro 16,
Lalu kita tersenyum… tak sia,
Sambil merebahkan badan, tak lupa berdoa ..
Menguatkan mimpi-mimpi…
Mata hati …
Tentang hari esok, hari ini,
Hari dimana kita bersama
37
Merajut tali perjuangan dalam persaudaraan,
Ada perbedaan di antara kita,
Tapi,
Taklah… menggoyahkan ingatan kesatuan hati kita,
Sungguh masa lalu itu takkan pernah “tua” di benak pelakunya,
Kita... yah… kita,….
Mujahid Cilosari
Kini dan esok, atas ridho iIlahi..
Atas cinta dan persaudaraan
Kita Jumpa Muka… Jumpa Pikiran dan Jiwa…
Kita kuatkan rajutan itu... setelah usia ditelan waktu
Berganti hari dan tahun
Bergerak dalam deru mesin sejarah ..., sunatullah!!
38
Dan…., kerinduan itu hadir kembali
Rindu bertemu dalam silaturahmi
Ikhwan dan akhwat
HMI wan dan HMI wati
FiS, Pagar AlamJkt, 7 Agustus 2016
39
Elegi Cilosari 17Ikhwan dan akhwat
Kita bersama pernah berikrar di Cilosari 17
Kita pernah bersendagurau di beranda....
Tanah lapang.... dan kamar perjuangan Cilosari....
Kita juga menumbuhkan mimpi-mimpi
Dalam gerak roda organisasi
Membincangkan hal serius dan mulia tuk meraih Insan cita HMI...
Kita juga selalu ruku’ dan sujud
Di setiap lima lorong waktu atau ketika sepertiga malam
Usai berdebat dan berdiskusi.... lalu kita tersenyum
Untuk menguatkan mimpi-mimpi
40
Tentang hari esok.... hari-hari dimana kita bersama
merajut tali perjuangan dalam persaudaraan
Sungguh masa lalu itu tak pernah tua
Di benak pelakunya.... kita yah kita....
Kader HMI di ranah Cilosari....
Kini atas ridho Allah... atas cinta dan persaudaraan...
Kita jumpa muka.... jumpa pikiran dan jiwa....
Kita rajut kembali... setelah usia di telan waktu
Setelah waktu berganti dan kerinduan itu hadir kembali
Rindu bertemu dalam silaturahmi...
Dalam silatuilmi....
Ikhwan dan akhwat....
Hari ini kembali kita bersaksi lalu mendoakan
41
Saudara kita yang telah pergi berjumpa Azzawazala...
Kita berdiri di sini....
Bersalaman.... bertegur sapa....dan saling bercakap...
Kemudian terus berjuang.... berjuang dan berjuang....
Menegakkan kebenaran di negeri ini.... hingga
Persada tempat terbit dan terbenamnya matahari...
Negeri ini warisan para wali dan ulama...
Para pahlawan yang cinta akan kebenaran Yang Maha Kuasa... Sila Pertama
Hari ini kita jumpa dan mungkin kita berpisah untuk satu tugas dan anugerah
Semuanya... ya semuanya... mari !!
Genggam erat... dengan gema takbir.... Allahu Akbar
42
Gema kemenangan Insan cita HMI
YAKIN USAHA SAMPAI
Halal Bi Halal 2016FiS. Pagar Alam
Kado HBH 2016.Kamis/23/Musholla Akabri.
43
SECANGKIR KOPI NDPdi Kaki Langit Sudirman 47
Masalalu,
takkanpernah “tua,”dibenak pelakunya….
Masakini,
cermin “kegagalan” atau…
“kesadaran” dari masalalu..,
Ada yang sukses menapak cita,
Ada yang belum beruntung
Bahkan ada yang merasa gagal,
Terjatuhdalamkegelisahan yang takhenti
Itulahkader… HMI
44
Tapi,….Saudaraku,
HMI wan HMI wati,
Abang..Kakak,
Kanda dan Yunda..
Kita adalah mujahid,
Ya, Mujahid….
Bersenjatakan Pena..!!
Hitam..Hijau ..dan Putih…
Dalam BingkaiMerahPutih
Berikrar dalam nafasTauhid,
Yakin Usaha Sampai….YAKUSA
Kita rajut dengan satu tarikan nafas,
JUMPA MUKA JUMPA FIKIRAN DAN JIWA
Dalam satu syair lagu heroik,
Kader Kader HMI dan Alumni,
Sudirman 47,
45
Buat “kita”
Bukan sekedar kenangan dan nostalgia
Sudirman 47,
Juga bukan sekedar MONUMEN PERJUANGAN
Dari anak anak asuh Lafran Pane,
Sudirman 47,
Bukan sekedar tempat Bang YY
Berteriak dengan suara lantang,
Tempat Kanda Odelis memberi tentir,
Atau Kanda Gunadi menempa diri..
Bermodal kursi bawa sendiri,
Juga…
Bukan semata tempat adik adik
Menempa kawah candra di muka..
46
Lantas almarhum Nurdin Bone..
Menari..nari…membongkar otak sekuler kader HMI
Dengan Secangkir Kopi NDP
Atau shohib Wahab mengatur strategi HMI Cabang
Dengan teman Andri, Bisrun, Badrun, Taufik dan…
masih banyak lagi
Sahabat ku disini, di era 80-an,
Hanya bermodalkan semangat,
Tekad kuat membaja
Hanya menerima kiriman beras,
Menanam kangkung,
Sedikit supermi dan telur,
Merekasemua bahagia dengan HMI,
Persaudaraan disini,
Bukan kata pernyataan,
Tapi kata kerja,
47
Sahabatku,
Biladulu drama perjuangan kita
Cukup bedahbuku, berdebat, berteriak
Lalu menantang hidup dengan..
Gerak Sentripugal….!!hanya dengan cara itu…
Kita bisa sukses serta optimis
Dan tau rasa bersyukur,
Tapi…, kini Sunatullah..berkatalain,
Hari…tahun…masa berganti,
Keadaan negeri ini dan HMI
Dengan pelakunya juga banyak berubah,
SECANGKIR KOPI NDP
Ku hidangkan dalam bait puisi ini,
Ayoo…Jadikanlah Sudirman 47,
Ya.., Sudirman 47 di Bandar Lampung,
Menjadi “Inspirator” dan…
48
ATMOSFIR PERJUAGAN
Kader Kader HMI
Yang kitapersembahkan untuk umat,
Dan anaknegeriini
Negeri paraWali, Pandita, Empu, Ulama
Dan paraPujangga,
Nusantara negeri Sorgawi…
Atlantis yang tenggelam kata Plato
KINI dan ESOK…
Secangkir Kopi NDP
Di Kaki Langit Sudirman 47,FiS, PagarAlam
17 Agustus 2016,Jkt.
49
Sejenak Senja Di CILOSARI 17
Ahad pagi ini, 7 Agustus... Satu... Dua teman...,
Melangkah,
Melintas pagar tua dan gedung kumuh,
Menatap duka tiada,
Tiada Kepastian,
Gedung Cabang HMI Jakarta, Cilo 17,
Kokoh, tapi… demikian renta
Menadah harapan,
50
Bagai secercah harapan anak HMI era 80 - an..
Mereka rindu… bahagia… membalut kenangan,
Membongkar mimpi kemujahidan…
Yakin… Usaha… Sampai
YAKUSA,
Namun semua menebar kecewa,
Gedung perkaderan heroik..
Telah kotor…berdebu
Berlukis vandalis pada dinding... dinding tua…
Semua gelisah… merasa bersalah
Sofian Panigoro... sahabatku...
Bekerja dan berkisah
51
Di atas podium tua,
Tentang HBH dan Harapan…
Bang Fahmi Idris, Darul Siska, MSK, Karim, Bursa, Egi, Taufik dan semua
teman-teman
Menumpahkan romantisme
Dan kegelisahan gedung Cilo
Serta masa depan adik-adik HMI
Semua terpana,
Dan Sajak-Sajakku yang dibacakan
Manimbang Hari Jadi
Adalah barisan kalimat
Yang membuncahkan kisah anak Cilo
Yang kini terus bergerak ,
Seperti pusaran sentripetal
52
Merambah dinamika perubahan negeri
Dengan segala daya dan prestasi diri
Bergerak tanpa henti,
Ada yang sukses... atau belum beruntung,
Ada yang terjatuh…
Tapi, Ku pandang dengan mata hati
Semua teman datang dengan berbalut penuh kerinduan,
Kebahagiaan dan harapan,
Bergerak berkeliling dan
Dalam gerak setripugal,
Merajut persaudaraan
Membangun kohesifitas dengan tulus…
53
Dalam suara hari,
Menilam kesamaan dan menyimpan perbedaan,
Wahai Saudaraku, Ikhwan, Akhwan
Siapapun yang hadir,
Dari perak pagi hingga cahaya senja Cilosari
Furqon, Muhsin, Matar, Kamal, Bambamg SS, Wemar,
Zainal Arifin, GesKhalifa, Valina, Lies, Nani, Nunung, Dinar, Mansur, Anwar Esva, Zainul, Dudung Badrun, Topan, Ivan, Hardi, dan... semua alumni HMI
yang hadir
Jangan biarkan kebahgiaan Ahad ini terhenti,
Di perak cahaya senja Cilosari
54
Mari…!!! Bangun kerinduan HBH
Nan indah, penuh senyum dan kenangan,
Di bawah tenda Hijau Putih ini
Di tanah lapang tempat kita membangun mimpi-mimpi
Menjadi tonggak... menjadi monumen
Bahwa kita hadir
Tuk kembali membangunkan kekuatan
Mengumpulkan tulang kuat yang berserakan
CILOSARI ADALAH MONUMEN PERJUANGAN
Dari anak-anak HMI,
55
Yang harus dijaga… dirawat
Tetap Menjadi ATMOSFIR PERGERAKKAN umat
Allahu Akabar…..
FiS,Pagar AlamCilosari Senja, 7/8/016
56
ELEGI ERLANGGA:
SELAMAT JALAN SANG MUJAHID
Saudaraku... sahabatku… seniorku
“Erlangga”; “kamu menyaksikan,
Dan menjadi saksi dari tempatmu,
Kamu melihat “kami semua”
Dari tempat yang kami tidak dapat melihat..
Tentang pertukaran fikiran... perdebatan,
Kadang penghujatan..dan kesombongan..”bergibah”
Merasa paling benar dan paling tahu,
Nafsu menggoda jiwa,
Menjadi lupa, hingga kepala dan urat leher,
57
Termuntahkan melalui suara... suara
Dalam wacana di atas majelis fikir dan zikir
Tentang “pesan pesan illahi”
“Erlangga”; “ kini kamu menyaksikan hitam... putih...
Dan merahnya saudara mu,
Kita juga saling mendoakan serta bernasehat
Dengan segala yang mungkin masih “merasa hebat”
Namun sungguh
Kita sebenarnya patut malu..dan harus malu
Benarkah kita telah tunduk,..merunduk..
Melembutkan hati kita,
Merendahkan suara kita,
Menundukkan keegoan fikiran kita untuk melapangkan jalan
58
Bahwa perbedaan pandangan itu sesungguhnya
Rahmat, dan kasanah karena ramadhan adalah
“sang pembakar” yang meluluh lantahkan
Kesombongan hati kita dalam beriman dan beragama
“Sahabatku Erlangga”;” kamu telah pergi” dan “kami telah mengiringi dengan do’a dan
air mata hikmah”
Kami percaya dan meyakini, dalam semangat jihad,
Betapa antara kita dan semua teman,
Selalu ada “jarak ruang dan waktu”
Memang itulah keniscayaan hidup
Namun, Insya Allah akan ada selalu yang menghubungkan jarak itu, yakni; “Esa
hilang…dua terbilang”
Erlangga sahabat kita
59
Selamat melepas titian dunia tempat kami disini..
terus “berjihad”..Insya Allah
Cianjur, 4/7/016Fis, PagarAlam
60
Bang Parwan: "Berteriaklah"
"SELAMAT JALAN SASTRAWAN KESEPIAN"
Mungkin lepas sebulan sebelum kepulangan
Abangku ….selama lamanya
Aku sempat menjenguknya,
Di senja hari,
Kala mentari turun.. di balik jendela
Lembanyung…rona.. kuning.. kemerahan..
Menyeruai..keheningan ruang..
Rumah Sakit Koja…..
Bersama istri, melangkah menuju ruang ICU,
Dalam lorong waktu,
61
Antara kerinduan, gelisah,…
dan menerawang..panjang..
bertanya dalam hati
“Sudah berapakah usia abangku ini”,
Belum lagi aku berdiri samping pembaringan,
terkenanglah suara yang menghentak,
Intonasi yang kadang berat, lalu naikkk…
Kemudian turun…..menggelegar….
Lalu,… tersenyum
Dengan mata melotot,..
Membawa pesan menggugat,
Itulah bang Parwan..
“Sang Sastrawan Kesepian”
Bang Parwan sangat HMI,
62
Sangat Nasionalis,
Ia juga sangat sosialis,
“berdamai dengan borjuis”,
tapi cinta dengan perjuangan..
Cinta kepada umat…
kegelisahannya ..adalah samudra penerawangannya
Terhadap detak, denyut..umat, dan nafas negeri ini
Sampaiku dipembaringan,
Ketika ku lekatkan tangan diatas kepalanya,
Lalu ku..uu….sap ..
Dengan ziqir dan do’a..
Sekhusu ku..
Dalam keadaan ‘koma’,..
Menggeliatlah ia,
mendesah,.. ku sentuh jemarinya,
63
masih ada resonansi..
Mengggeliat…
LALU..hening..
Seiring gema azan segera berkumandang..
Masih kuingat ditaun 80-an,
ucapnya : “Fir”, “..andaikata dinding-dinding ..”
gedung, kamar, masjid r Cilosari 17 ini bisa berbicara”
ya…kau akan paham..” “disini ada persaksian sejarah”
Suatu ketika di tahun 2010
Bertemulah dengan bang Parwan,
Saat konser seniman troubadur Leo Kristi
Di Balkon Gedung Galeri Taman Ismail Marjuki..
Dalam keheningan pengunjung..
Bang Parwan berteriak bersamaku:
64
“Leo Kristi” ….
Mainkan…!!!
“Nyanyian Tanah Merdeka”..
Dan…
“Salam Dari Desa”
Suara lantang itu mengalun:
‘Kalau ke kota esok pagi
Sampaikanla salam rinduku
Katakan padanya..’
Padi-padi telah masak…
Kuning-kuning seluas padang
Roda lori berputar- putar…..
Tapi bukan kami punya…”
Bang Parwan..,
Kamu tidak tidur panjang..,
65
Tiada lagi suaramu, hentakkanmu
Obsesimu…maumu, cita-cita,
Seperti lantangnya Sang Maestro troubadour
Leo Kristi…
Selamat jalan..bang..
Di ruang keabadian
Berteriaklah……
Bilik kerja, Sekolah PascaRagunan, 16/1/2018.
Fis Pagar Alam.
66
Bagian 3 : Pak... Bu... Presiden
67
‘Pak Presiden 1’
Kau hadir dimasa pergerakkan
Kau sadarkan anak Nusantara dalam Satu
…
Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa
Indonesia….
Dengan sesama anak bangsa, kau rajut
beratus suku, beratus bahasa,
berbilang agama..
Beribu-ribu pulau nan terbentang bak
ratna mutu manikam
Dari Pulau We sampai Merauke
68
Dari Pulau Mianggas sampai Pulau Rote
Dengan pikiran, dengan kesadaran,
dengan jiwa raga,
Dalam Roh kesatuan,
Dalam Rahmat Allah…,
Dengan dorongan yang luhur..,
Di langit Gagahnya Burung Garuda,
Di atas alas Pancasila..
Tergenggam khasanah Bhineka Tunggal
Ika
Kau bangkitkan, kau tekadkan, kau
perjuangkan
Dan kau rebut… Merdeka.., Merdeka…dan
Merdeka,
69
Gemuruh suaramu kala itu….
Adalah ‘lintar’ dari jeritan rakyat
Namun… Diujung 20 tahun berlalu
Indonesia tegak
Wibawamu, Gagahmu…
‘”Terkoyak... ya... Terkoyak”
Tergoda untuk tak terbatas kuasa
Hukum sejarah “Heroikmu”…,
runtuh oleh... TRITURA!!!
Pak Presiden…
Sejak saat itu terisolasi dalam
“Kesendirian”
70
Hingga wafatmu BUNG…!
Tenang… tenanglah, kau selalu kita
kenang
Pak presiden…
Kini kita masih disimpangan jalan dari
OTORITARIAN,
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
71
‘Pak Presiden 2’
Kau ‘Smilling General’
Pesonamu pada senyum, pandangan mata, dan
‘batukmu’banyak arti dan menggegerkan
Berkarir sebagai perajurit, bukan sembarang perajurit,
Jenderal berbintang lima dipundak,
telah teruji di Medan laga,
Dari Yogyakarta hingga Mandala
Dari reruntuhan Orla kau berdiri memimpin Orba (Orde Baru)
Hingga Tokoh Senior Asia Tenggara
Sebagai Pemimpin Non Blok hingga Jajaran pemimpin negara besar dunia,
Kau hadirkan citra Indonesia
72
Demi perdamaian kau datang ke Bosnia,
Dan berdiri Masjid nan megah simbol Ketuhanan dan kemanusiaan
Karya-karyamu, dan pesona ‘Batikmu’ mendunia
Semua !
Tergores dalam gagasan yang terumuskan dengan penuh pertimbangan, sederhana
dalam penyampaian, namun nyata,,
Bagi setiap anak bangsa…..
Kau rajut dalam Pelita demi Pelita,
Hingga Tinggal landas PJPT I dalam 6 Pelita,
Dari swasembada pangan, meretas jalan pengamalan Pancalia (P4)…
hingga Industri Strategis
Pak Presiden, Pak Jenderal, Pak Arsitektur Pembangunan
Dari pikiran, pernyataan dan langkah mu
73
yang pasti dan tegas!
Dalam nafas panjang perjalanan perjuangan mu
Ternyata, ‘terkoyakan’ para pembisik-pembisik yang ambisius..!
Para ‘Penjilat’ kuasa dan harta,
Walau ada diantara sahabat-sahabatmu yang mengingatkan,
Namun terlambat, ..yah terlambat..!
Hingga peluru itu harus menembus anak-anak muda, anak-anakmu
Harapan peminpin bagi masa depan bangsa
Di sepanjang jalan sejarah 98’
Kekacauan dan ketidak pastian,
Keterpurukan dan panasnya isu-fitnah
Serta pengkultuskan yang berlebihan
74
Dari sahabat-sahabatmu
32 tahun langkah Pak Presiden cukup !
Dan harus terhenti,
Reformasi !Reformasi !!Reformasi !!!
Turun..Turun…
Kau berhenti…. Kau tetap tegar dengan segala catatan sejarah
Putih, Kuning, Merah dan Hitam catatan,
Dari ribuan literatur yang mengalir tentangmu
Sejarah tetap mengenang,
Pak Presiden …, ternyata
Kini kita masih disimpangan jalan OLIGARKI,
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
75
‘Pak Presiden 3’
Kau hadir dalam persaksian 2 Presiden,
‘Gagasanmu sesungguhnya mata rantai
Dan Cita sang pendahulu
Indonesia,…. menjadi Garuda Dunia
Terbang mengangkasa menembus awan dan…
menukik hingga dalamnya batas samudra,
Gagasan Pak Presiden adalah sang teknolog
Menggerakaan industri Strategis
kedirgantaraan
‘Garuda Bersayap’
Menjadi jembatan anak-anak Nusantara di
ribuan pulau yang terpencar
76
Indonesia di tangga sejajar Negara
berteknologi tinggi,
Pak Presiden rumuskan konsep ekonomi
berdaya saing tinggi,
Bernilai tambah dengan rekayasa teknologi,
Kamu dorong Reformasi dalam ruang
demokrasi yang terbuka..
Dan nyata, tidak ada tedeng aling-aling kamu
bicara,
Tidak terluka kamu di caci maki dan dihujat,
Tidak membisu ketika kamu harus berdebat
dan bertukar pikiran,
Kehangatanmu dalam bertegur sapa..dengan
tangan tangan terbuka,
Matamu yang membelalak, langkahmu yang
cepat,
77
Adalah ketulusan dan kejujuranmu
Tentang isi hati dan pikiranmu,
Pak Presiden Kamu banyak bicara, dan
senang bicara,
Dengan gagasan dan ungkapan yang energi…
energik dan energik !
Penuh keoptimisan dan teguh dengan apa
yang kamu yakini,
Takada basa-basi,
Semua orang menjadi mengerti, dibingkai
kecerdasan
Dalam masamu Presiden yang singkat itu,
Regulasi peraturan perundang-undangan
yang progresif,
Penguatan nilai mata uang rupiah dari 15.000
78
rupiah per-dollar..
kita terpuruk..saat itu..!
Kau ubah mencapai point hanya 7000 rupiah
per-dollar
Prestasi yang tak terkejar oleh sang presiden
lainnya hingga saat ini,
Namun,
Pak Presiden umur kuasamu demikian
singkat saja,
Tidak sampai dua tahun atau……. dua tahun
kurang sedikit,
Banyak reformator ‘bersahwat kuat ingin
kekuasaan”
Pak Presiden tidak diberi waktu yang cukup,
Kecuali sinistis, dan ……fitnah sebagai bagaian
masa lalu..yang runtuh !
79
Kamu tak marah, kamu tak benci,
Kamu presiden tegar, rasional menghadapi …
Tapi juga….kamu cukup mengerti emosi
rakyat..
Kamu punya pendirian yang sangat terbuka,
Yang tidak senangpun menjadi suka untuk
menggoyahkan keperisidenanmu,
Awan pun ber-arak, tidak selalu putih,
Ada awan hitam kelam melepaskan kepergian
mu
Seperti Pesawat dari karyamu yang melesat
keudara..,
Kini menghilang…di celah
awan hitam melingkupi Nusantara,
Kamu pergi meninggalkan panggung politik
yang penuh caci – maki dan iri
80
Pak Presiden,ber-otak genius, ternyata
kini kita masih di simpang jalan REFORMASI
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
81
‘Pak Presiden 4’
Pak Presiden,
Kau hadirkan Pesona Baru,
Gagasan pluralis,HAM, Kebebasan,
Dan dengan penuh gelak tawa dalam memimpin Indonesia,
Dari pembelaan terhadap kaum minoritas
Hingga ‘ANAK TK’ bagi Anggota Dewan (Pewakilan Rakyat)
Dari Bola sampai urusan Jihad- Jahit
Semua dibikin ‘ringan’, ‘cerdas’ namun…penuh kebingungan,
Eramu, era konflik, kebebasan, dinamika anak bangsa,
82
Geger politik, geger sosial, geger keyakinan dan geger-gegeran !!
Semua menjadi,kaget’, risau dan ‘kacau’
Menyeruak dan melimpah dalam kanal-kanal kehidupan sosial….
Dalam layar ketidak pastian kapal anak bangsa
Pak Presiden di ’Gusur’
Dengan masa tugas yang belum ‘uzur’
Pak Presiden meninggalkan istana,
di tengah hingar-bingar yang belum usai
Ia, bak…
Meninggalkan pesantren dengan kesederhanaan dan keunikannya,
Meninggalkan Istana dalam kenangan dan kenyetrikannya,
83
Pak Presiden,
kini kita masih di simpang jalan ..
Dalam Indonesia yang “BERKEBIMBANGAN”
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
84
‘Bu Presiden 5’
Bu Presiden, Bu Presiden….,
Padamu …harapan demikian besar,
Sebesar dukungan padamu melalui pintu pemilu
dan kemenangan suaramu,
Bu Presiden,
‘Mencuci piring-piring persoalan bangsa yang tertinggal
namunmasih belum terurai,
Disana-sini, menarik-narik tali reformasi yang “pagujud”,
Dengan cara dan maunya sendiri,
85
‘Bu, yang kadang berbicara dengan ber-api-api, bernada tinggi !!
Kadang juga tersenyum-dengan pandangan mata penuh arti,
Kadang diam-membuat kita menunggu dan tak mengerti..
Bu Presiden, yang sabar meniti onak duri politik
Dalam rimba penuh intrik,
Dalam dekapan kehangatan sahabat,
Yang bisa jadi ‘musuh dalam selimut’
Dalam dukungan, simpatik
Atas perjuangan yang panjang dari …
Seorang Bu Presiden,
Dimasamu, harapan ‘Wong Cilik……’ seperti tenggelam
86
Oleh luapan kebebasan berdemokrasi yang penuh anarkis dan arogan,
Sentuhan kemanusiaan seperti hilang di telan
Pertarungan dan konflik politik yang tak berkesudahan
Di tanah-tanah subur Nusantara,
Dalam langkah reformasi yang terlalu - cepat,
Bagai kuda lepas kandang,
Lari tunggang –langgang tak beraturan !
‘Bu Presiden,
Hari-harimu mengakhiri masa tersisa di Istana,
Hari yang penuh pergulatan kepentingan,
Bu Presiden berada dalam titian tangga
Yang terus bergoyang,
Jargon Demokrasi hanyut dalam…
Kebebasan yang tak terkendali,
87
‘Bu Presiden ‘Diam’
Penuh kesabaran, penuh kehati-hatian,
Tapi rakyat cemas…..dalam Pemilu yang terkalahkan,
Kini Demokrasi kita masih di “Simpang-Jalan”
Dalam Indonesia yang “Ber-Eforia”
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
88
‘Pak Presiden 6’
Pak Presiden,
Masamu cukup duduk disinggasana,..10
Tahun
Keberadaanmu… kuat
Dalam Legalitas Demokrasi,
Kamu terpilih,
Dengan harapan besar dari seluruh rakyat,
Ketenangan lahiriyahmu, Kegagahanmu,
Karir dan pendidikanmu…
Sungguh Modal Kepemimpinan yang cukup
memukau,
Janjimu tentang Indonesia ke depan lebih
baik..,
Adalah “jaring-jaring optimism” untuk
Indonesia yang lebih baik,
Pak Presiden,
Awal kerjamu diawali Tsunami besar
89
Indonesia di ‘Tanah Rencong’,
Adalah ujian bagimu dan kita semua,
Kini bencana demi bencana mengiringi
perjalanan tugas Pak Presiden,
Dari bencana Alam karena ulah manusia
dalam KuasaNya,..
Hingga bencana moral ….Hutan negeri ini
semakin berkurang..
Berganti alam yang tak bersahabat, banjir…
banjir dan Kebakaran hutan yang berterusan,
musibah demi musibah
Hutang Negara bertambah bertrilyun-
trilyun..ratusan..hingga ribuan,
Institusi Negara hilang wibawa,…hilang
tauladan..dan..,
Yang muncul gaya-gaya pencitraan…
Pak Presiden, yang kalem,
90
Kita semua rindu kejujuran, ketegasan dan
kepastian,
Bukan keluhan, kebimbangan,..dan
membiarkan kerakusan…disana-sini
Pak Presiden kita butuh empati
kebersamaan,
Bukan empati untuk rakyat yang harus
mengerti,
Tabuh Pemilu Reformasi telah di
gendrangkan
Tontonan moralitas para elit sungguh
menyakitkan
Hilangnya vitalitas tuntunan watak bangsa...
yang berbalut moralitas agama dan nilai
budaya luruh bangsa,
Berganti serba ‘Kebabblasan” dalam
melakoni arena kehidupan bernegara
….berbudaya,
91
Pak Presiden sungguh Ironi,
Ketika ‘Kuasa’ dan kewenangan ada dalam
genggammu,
Kau biarkan kesempatan itu hilang
tergeletak diatas ‘Kursi-Kursi’ otoritas yang
memang Presiden miliki,
Pak Presiden
Bukan waktunya berwacana dengan
berbekal alasan,
Ada waktu ‘tersisa’...mungkin… ini belum
terlambat,
Jangan biarkan hiruk pikuk 15 tahun
reformasi ini,
Memalingkan kesadaran segenap elit bangsa
..
Untuk jadi tidak mengerti….bahwa negeri ini
Telah ‘tergadaikan’ oleh hutang yang
semakin menjulang dan kerakusan pemilik
92
modal besar untuk terus bergentayangan di
sudut-sudut lahan Nusantara…
yang Sorgawi,
Pak Presiden,
kini kita semakin di simpang jalan ..
Hilangnya “Karakater Keindonesia dalam
sanubari kebijakan Negara …
serta “ambigu Pemimpin”
FiS, Pagar AlamPojok Kamar, 11 Maret 2014
93
Terima Kasih Untuk Keindahanmu
Terima kasih untuk keindahanmu hari ini
yang kau sematkan pada hujan
pada tarian rerumputan yang itu semua
aku artikan sebagai kenang
Terima kasih untuk keindahanmu hari ini
yang melebihi bait-bait puisi
yang menyimpan
seribu pesan.
Terima kasih untuk keindahanmu hari ini
yang senantiasa hadir bagai matahari.
94
Bagian 4: Reformasi…
95
Bedebah Reformasi
“Ketika air bah pemuda merangsek”
Tak peduli lagi raga dan jiwa
Mengeram menahan penderitaan, karena
….
Amarah telah sampai ketulang sum-sum
Tanah air merah putih, dan Ibu pertiwi
Merestui untuk suatu perubahan
Maka, berakhirlah kekuasaan Tirani Lama,
Dan memulai kekuasaan dengan harapan
baru
96
Mahasiswa, pelajar, anak pesantren, anak
jalanan
Anak-anak kampung, kaum marjinal, ibu,
bapak, tua, renta, semuanya..
Mereka yang tak minta balas budi kembali
ke kampus-kampus,
Kesekolah dan pesantren kekampung-
kampung,
kelorong-lorong kumuh
Untuk merapikan kembali impian-impian
masa depan yang belum selesai dirajut
Kemudian,
Catatan sejarah bertutur
Herois yang telah kubuktikan dengan
tumpah ruah di jalan,
Melangkah dengan modal keyakinan,
Mengayunkan bendera kebenaran,
97
Mendobrak dan meruntuhkan kedzaliman,
kemudian…
Kata mahasiswa:
“Aku” kembali pulang ke peraduanku
Tempat buku dan idealism bersemayam
Kubukukan kisah indah dan berani itu
Gerbang reformasi telah kubuka lebar
Selebarnya kebebasan yang kita nikmati
saat ini,
Kuikhlaskan siapa pun masuk
Merangsek sambil ugal-ugalan
Mengambil sumber alam negeri ini
Namun,
Kini, kuterpana
Menatap bendera reformasi itu kembali
terkoyak
98
Robek sana sini
Berkibar tak tentu sana-sini
“Telahkah rakyat sadar ..!!!”
Salah memilah dan memilih siapa
sebenarnya yang berhak melangkah berdiri,
Menjadi pemimpin sejati Reformasi
Salah memilih dan memilah!!
Lalu ucap mahasiswa dan pelajar hari ini
Sambil menatap dengan kegelisahan dan
kemarahannya,
Berucap: “BEDEBAH REFORMASI KALIAN”
FiS, Pagar AlamMaret 2012
99
10 November 45
100 manusia berdiri
1000 manusia berbaris
10.000 manusia melangkah
100.000 manusia berlari
Berjuta-juta
Putera puteri Indonesia
Berteriak lantang
Dalam SATU TEKAD
MERDEKA…!!!
100
10 November 45,
Gema rakyat,
Denyut nadi,
Detak jantung
Dan… tarikan nafas
Memompa semangat dan tekad
Tetes darah dan peluh keringat
Merembes…,
Sebagai mesiu jiwa
101
Untuk tiada kata
Pantang Surut Ke Belakang
FiS, Pagar Alam,10 /11/015.
Pojok Kamar AKABRI 5A 100 manusia berdiri
102
DETAK DETIK
Detak jantung terpacu,
Seperti ingin berlari,
Detak jam di dinding,
Seperti tak lagi beraturan,
Dan
Detak sepatu menghentak
Demikian cepat
Detak demi detak
Seperti beratus ribu bertautan
Merdeka !! atau Mati…,
103
Allahu… Akbar…!!
Kami berjuang
Untuk suatu kemerdekaan
Bung…!!!
Kami tak ingin ini terulang
Dalam fikiran,
Dalam ingatan,
Dalam hasrat yang tak berdaya
Pada setiap diri anak bangsa
Untuk terjajah dan dijajah lagi
Sudah terlalu nista…
Penderitaan kami
Sudah terlalu pahit…
104
Untuk kami kenang
Wahai generasi sesudahku
Ku kobarkan semangat
Dan tekad,
Ku eratkan Gempalan tangan
Dengan kuat,
Ku niatkan dalam dada,
Nan menyerap,
Ku tautkan niat
Dari SabangHinggaMeroke,
Kupasrahkan raga danjiwa
PadaTuhan Yang Esa,
Atasridho Mu ya…Allah
Indonesia Merdeka,
105
Tersungkurlah aku
Dalam kehangatan darah para suhada,
Di medan laga
Tersenyum bunga Melati
Pengharum bangsa
Tak… sia-sia,
Atas nama rakyat Indonesia
Sukarno - Hatta
Menyatakan tekad kemerdekaan
Seluruh rakyat Indonesia
Detak itu,
Namun… Detik ini,
Lihatlah… simaklah
Dan
tanyakan
106
Masihkah kita merdeka ?
“Tuan Pejabat”
Yang menari-nari,
Dengan tawa serta kelicikan
Dengan kebohongan
Menjadi pedang Iblis
Detik ini…,
Terus menipu Rakyat
FiS, Pagar Alam10/11/015.
Pojok Kamar AKABRI 5A
107
KI HAJAR DEWANTARA
“Sejak 1922 itu”…, namamu; “Raden Mas Soewardi Soerjaningrat”
Kamu lahir di bawah gelap, kelam dan mendung...,
Dari risaunya anak Nusantara…
Yang terbelenggu, tersiksa…,di atas “dekapan panas” kaum kolonial,
tertindas, tergilas,terbodohkan… terkapar …..menjadi bangsa jajahan,
“Matahari timur meluncurkan cahayanya..
pijar-pijar biru keperakkan,
menyongsong gairah anak Nusantara yang terbangun dari
tidur panjang ketakberdayaan..,
dalam “penindasan”dan“adu-domba”kaum kolonial
lalu, bangkit sosok anak muda,
di atas altar kesadaran nan gigih menyalakan suluh..,
apiperjuangan, ilmu dan kebudayaan,
108
“Wahai Ki Hajardewantara…”,
Kau kumandangkan…
Berdirilah Taman Siswa,
Taman untuk kita mereguk air peradaban
Taman kesadaran,
Taman pencerahan,
Taman cinta akan kemanusiaan
taman yang mengantarkan kemerdekaan semua anak Indonesia,
Harumnya jiwa-raga mu,
Bukan seonggok daging dan tulang yang telah berserakan,
Kamu tertulis dalam batu nisan…., tempat kamu berbaring,
Bukan segores nama yang tertulis dalam catatan buku sejarah,
Bukan sesosok priyayi yang penuh dengan privilege-privilege sosial
Ki Hajar, kamu ‘hajar’ simbol-simbol kolonial,
Kamu tinggal kan simbol-simbol keningratan itu…
Meski jati dirimu bagian dari warga keraton,
Kamu bukan semata aktivis pergerakkan yang herois,
109
Bukan semata kolumnis berbelati pena yang tajam,
Bukan hanya politisi yang ‘Jago berteriak…’ dan ‘menghujat’,
Ki Hajar Dewantara,…..berdiri tegar di atas pendirian….!!
Dan tatap bola mata mu penuh keyakinan,
Sebagai pelopor pendidikan kaum pribumi,
Untuk mendapatkan hak mereka…,
Sama dengan teman pergerakkan Nusantara lainnya,
K.H. Akhmad Dahlan dengan Mualimin dan K.H. Hasyim Ashari dengan pesantrennya,
Semua untuk kaum pribumi…, rakyat jelata,
Ki Hajar,
Bukan tuk di puja, bukan juga tuk dikultuskan,
Dan tidak akan pernah kita memuja dan mengkultuskanmu
Harumnya namamu,
anak Indonesia selalu mengenangmu
ditanggal kelahiranmu, menjadi Hari Pendidikan Nasional,
didunia pendidikan Indonesia ada semboyan karyamu…
Tut Wuri Handayani…,
Dilambung Kapal Perang KRI, ada namamu,
Di lembaran uang RI emisi 1998, ada potretmu,
110
Ki Hajar, adalah anak keluarga Keraton Yogyakarta yang bersekolah di sekolah Belanda,
Menginjak Stovia, tapi….terhenti karena sakitmu,
Jiwamu tetap bara pribumi Nusantara …
Melalui penamu tergoreskan kata demi kata…perjuangan,
Terompet pikirannmu berkumandang di Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer sampai Poesara,
Begitu handalnya goresan penamu,
Bakat politik mu sebagai progandaris di Perkumpulan Boedi Oetomo (BO) 1908,
Membangun kesadaran,
Merajut perlunya persatuan anak peribumi
“Ki Hajar Muda”
Di Insulinde-organisasi yang multietnik kaum indo,
Perlunya pemerintahan sendiri bagi Hindia Belanda,
Ya tidak dijajah…tak perlu ada kolonial di negeri zamrud,
Ratna mutumanikam…bagai pending emas !!
Bergabung di Indsche Partij,
“Eeenvoor Allen maar Ook Allen voorEeen” ; “Satu untuk semua semua untuk satu”
Ungkapnya,
111
Dalam tulisan lain Ki Hajar menggoreskan pena..
“Als ik een Nederlander was”; “seandainya Aku seorang Belanda..,
aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri
kemerdekaannya”
ucapnya… di artikel pedas dalam surat kabar De Expres Juli 1913,
dalam “Tiga Serangkai”,
Ki Hajar diasingkan ke Bangka dan Belanda di usia 24 tahun,
Api perjuangan tak pernah padam dari anak pribumi di pengasingannya,
Bergabung dalam Indische Vereeniging – Perhimpunan Hindia,
Jalan dirintisnya untuk memajukan kaum pribumi,
Ki hajar mengaggumi Froebel, Montessori sang tokoh pendidikan Barat, dan pergerakan pendidikan India dari
Tagore,
1-9-1-9, kembali ke tanah negeri kelahiran,
1-9-2-2, ia dirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa,..
Perguruan Nasional Taman siswa,
genap di usia 40 tahun dalam hitungan penanggalan Jawa,
menjadi Ki Hadjar Dewantara,
112
“ing ngarso sung tulodo.., “
ing madyo mangun karso…,
“tut wuri handayani”,
Di alam kemerdekaan,
Ki Hajar duduk dalam kabinet pertama Republik Indonesia,
Sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama,
tahun 1957 tersandang gelar doktor kehormatan dari universitas tertua..Universitas Gadjah Mada .
“Matahari pendidikan bangsa tenggelam di alam lembayung menyenja”,
Ki Hajar wafat di Yogyakarta 26 April 1959,
Namun ia tetap hidup bagai matahari yang selalu terbit berwarna perak pagi,
Di tahun 19-59, dikukuhkan menjadi pahlawan nasional,
Kini, ia “selalu terbit”…
Dalam hati rakyat Indonesia…
Yang cinta pendidikan bangsa,
Kala Senja, Bunker Sawo ManilaMaret 15 015
FiS, PagarAlam
113
KARTINI KINI
Kartini - kini,
Adalah melihat anak-anak perempuan..
Yang sedang kesekolah dan kuliah,
Banyak buku, banyak ilmu, banyak tugas,
Belajar... belajar… dan belajar…
Kemudian bekerja-bekerja…
Merasa sukses atau merasa gagal,
Lalu untuk apa….?
Memandang Kartini kini,
Adalah menyaksikan karyawati-karyawati,
Di gedung-gedung, hotel-hotel, motel-motel, di
lapangan terbang,
Di Pasar, di pelabuhan, di café, di restoran, di
rumah sakit, di panti,
114
Di birokrasi, di partai, di kegiatan sosial, di
pengajian, di dunia hiburan,
Di remang-remang malam sampai ke “kulitinta”,
Dari pantai hingga darat, dari darat hingga
gunung-gunung,
Di kota-kota pencaka rlangit sampai pelosok desa,
Menyeberang lautan dan udara,
Bergaya penuh pesona dengan baju warna-warni,
Modes, gemerlap, mewah..,
Demikian Westernasasi…
Lalu kenapa…?
Memandang Kartini-Kartini kini,
Adalah perempuan Indonesia yang bekerja di
Pabrik-Pabrik,
Di Pasar-Pasar Becek, di perkebunan teh-
tembakau-sawit,sayur-mayur dan bua-buahan, di
sawah, di hutan sampai bukit-cadas,
115
Memecah batu - bata, mengangkat pasir di bawah
tebing dan teriknya matahari,
Lusuh, legam, berkeringat, “terpaksa” dan
“terpasung”
Rawut muka yang tergores beban berat,
Mereka dikalahkan dan tiada pilihan,
Menjadi kuli di negeri sendiri dan negeri orang,
Lalu ada apa?
Memandang Kartini-Kartini kini,
Adalah anggota parlemen bak selebritis,
Selebritis bak legislator,
Bicara kuota 30 %, cari pengalaman, dapat
pensiun,
Sampai apel Malang dan apel Wasington,
Ada yang berteriak lantang bersuara
Dapat dana dari ‘Asing’ dengan aspirasi yang asing
dari Jati dirinya,
116
Lalu untuk apa?
Memandang Kartini-kartini,
Adalah memandang guru-guru perempuan yang
mulia
Berbagai ilmu pengetahuan,
Di rumah Paud, di sekolahTK , di gedung SD
sampai SMA/SMK,
Di Kampus hingga kursus-kursus, dan seminar-
seminar,
Murid“ bertanya” tentang kurikulum cara
berkorupsi,
Cara berbohong, cara menguntit dan cara berbuat
licik…
Cara memanipulasi, berjudi dan“berkolusi”,
Cara kekerasan dan bernarkoba,
Cara mencuri, melacur dan melawan Tuhan…!
Oh….amboi…amboi itu tidak diajarkan.. tidak ada
dalam kurikulum..!!
117
Lalu kenapa …dan ada apa dengan Kartini kini ??
Kartini-Kartini Kini,
Bertanyalah kembali
Apa yang di jiwai Cuk Nyak Dien, Dewi Sartika,
Malahayati,
Nyi Ageng Serang, El Yunusiah, Fatmawati, Herlina
Si Pending Emas dan masih banyak Kartini lainnya
yang anak bangsa banggakan,
Dalam ucap KARTINI : “Habis Gelag Terbitlah
Terang” Minal ZulumathiIlan Nur”
Lalu kenapa dan mengapa dengan Kartini kini ??
Jakarta, Pojok Kamar 24/3/014 “Selamat Pagi Indonesia”Firdaus Syam Pagar Alam.
118
MERAH-PUTIH BANGSA
Merah-putih
Merah putih kibaran bendera
Kibaran bendera yang tiangnya bergoyang
Berkelebat tak tentu arah
Ikuti tarikan angin
Terhempas kesana kemari
Berkibar tapi tidak tegar
Bak mabuk kepayang
Merah – putih kibaran dwi warna
Merah-putih rakyat yang nestapa
Tergores luka,
terhina,
terbuai,
ternodai,
terkotorkan,
terobek,
dipermalukan,
119
Karena ulah pemimpin…
Yang serakah..Kemaruk...Rakus…
Haus kekuasan dan kemewahan…
Hilang nurani dan hilang akal…
Berjingkrak dalam bejad moral yang mudah terbeli…
Merah putih berkibar tak lagi tegar
lusuh,
Terombang-ambing,
Jaman durjana,
Ditiup angin kebebasan tanpa batas,
Sang durjana tertawa dihadapan ummat,
Firdaus Syam Pagar AlamJampang Kulon,
Dini hari, 5 Syawal /21 Juli 2015,
120
PEMIMPIN CURANG
Kita tidak ingin presiden yang menang dengan kecurangan
Kita tidak ingin gubernur yang menang dengan kecurangan
Kita tidak ingin bupati dan walikota yang menang dengan kecurangan
Kita tidak ingin camat yang diangkat dengan kecurangan
Kita tidak ingin lurah dan kepala desa yang menang dengan
kecurangan
121
Kita tidak ingin ketua rw yang terpilih dengan kecurangan
Kita juga tidak ingin ketua rt yang terpilih dengan kecurangan
Demokrasi itu tumbuh
Bukan karena terpenuhinya prosedur
Dan aturan
Demokrasi itu tumbuh
Seperti bunga-bunga
Yang semerbak wangi
Tiada yang busuk karena kebohongan
Tiadanya tercium bau bangkai
122
Karena manipulasi dan pencitraan
Demokrasi yang beradab
Adalah demokrasi yang melahirkan pemimpin yang beretika, bermoral,
berbicara dan bersikap dalam bahasa kejujuran
Bukan bahasa kepura-puraan
Penuh manipulatif karena untuk mendapatkan simpatik dan dukungan
Demokrasi di negeri ini
Adalah demokrasi
Dimana rakyat
Demikian lelah dan rindu
123
Dimana berjuta-juta harapan rakyat
Diamanatkan dan disandarkan
Akan hadirnya pemimpin jujur bertanggung jawab
Presiden takut kepada rakyat dan takut kepada tuhan
WahaiPemimpin,
Presiden
Janganlah menang dengan curang
SYAWAL, ZAMRUD HOTEL – CIREBON – 31/7/2014
FiS, Pagar Alam
124
Bagian 5 : Merambah Jalan…
125
BERZIARAHKala zuhur mendekat,
Kala doa munajat tersampaikan,
Kala kepala, hati dan fikiran tertunduk..
Merunduk…bermuhasabah dan taqarub
Tuk mengambil hikmah dan i’tibar..
Bahwa kita pasti mati…dan
Kita semakin mendekat kematian
Berziarah juga seperti bersilaturahmi
Ada kenangan, ada renungan..ada koreksi…
Ada ingatan..ada evaluasi….dan..
Yang pasti juga yang mati tahu bahwa kita hadir
Di atas kuburnya…suatu saat kita mati
126
Kita pun akan menyaksikan yang hidup…
Tentang mereka yang menjenguk…mendoakan..
Mendekat ke kubur tuk mengingat…
Zuhur pun telah tiba
Usai tebar bunga sebagai tanda…
Pergi melangkah meninggalkan nisan bukan untuk pergi
Apalagi menjauh…..
Tapi pergi untuk direnungi..,
Saatnya juga kita di sana.
Kalibata, Syawal 12/7/016FiS, Pagar Alam
127
MERAMBAH JALAN SATU
Aku berdiri penuh harap
Dari seberang Tanah Melayu
Diantara dua batas samudera dan benua
Kucoba menolehmu dengan semangat jihad
Pil tenang telah ditelan dari duta-duta
Sepanjang jalan rintih
Waktu kini ketika 14 abad telah berlalu
Dari tidur menjadi sadar
Umat meraih gema kebangkitan Islam dalam
suka dan harapan tanya
Tanah dunia terasa menyatu, jiwa ini terasa
bergetar
Arti larah ilang segera
128
Berganti semangat fajar kemenangan esok
telah dekat
Mujahid muda telah sadar
Dari pesantren puritan sampai kampus liberal
Apa itu meredup cukup lama ..yah api
kebangkitan
Empat belas abad tertidur, disembunyikan
dalam lumpur-lumpur petualangan manusia
Ditutup kesenangan dan kemewahan istana
Dijaga oleh dayang-dayang jalang
Hingga mujahid muda itu lupa akan tugasnya
Mereka terperosok dalam kenikmatan
kemegahan dunia
Api itu redup sejak Abbasiyah dan Umayah
Dari tanah-tanah pasir Maroko sampai rawa-
rawa Merauke
Dari padang pasir Tukestan hingga hutan
belantara di Kongo
129
Ummat dijajah, mujahid dibodohi
Mereka dijauhkan dari kitab kebenaran
Mereka dibutuhkan dari kitab berkeseimbangan
Mereka diasingkan dari kitab-kitab berkeadilan
Api itu, kini mulai kembali menyala dan
menyalak
Ketika darah semakin tertumpah di tanah
Jazirah dan Palestina
Ketika mujahid terkapar di padang Afrika
Ketika rintihan dan isak tangis menyeruai di
kampung-kampung Asia
Dan ketika mujahid muda mulai bangkit di
balik lorong-lorong pencakar langit kota
Mereka masih di belenggu, ditindas asing
dengan tanahnya sendiri
Apa kabar saudaraku mujahid muda
Dari Maroko sampai Merauke, dari Palestina
sampai Isfahan
Dari Isfahan sampai Merauke
130
Adakah jari-jari Tuhan membuka pintu
kekuatan
Sementara di antara kita masih
bersekretarian dan frammentaris
Ummat luluh, lemah dan reaksonis karena
ulahnya
Ummat tergusur dan amrjinal Karena ulahnya
Mujahid muda, jangan terpana oleh gemerlap
malam
Jangantertidurketikaterikmasihmenyala
Bangun dari lelapmu
Walau terik dan rintik menusuk kulitmu
Nyala ukhuwah
Dengan syair-syair kebajikan
Sulutkan api ilmu ditengah hedonism dan
kemusyrikan
Belenggu-belenggu musuhmu semakin kuat
menjepit
Semangat kebebasan Ghirahmu
131
Dan kaki-kaki terasa perih menahan untuk
tetap tegak menanti jari keagungan
Illahi Rabbi
Salamku pada Maroko-Merauke
Jadilah pagar baja kebenaran
Membuka sang faja rkebudayaan baru
Penyatu akidah ummat
Pembawa rahmat manusia sedunia
Cilosari,
Pelataran Masjid ’82, FebFiS, Pagar Alam
132
Merambah Jalan Dua
Ketika jalan malam hadir
Ketika kaki-kaki menyusuri jalan
Ketika sejuta bintang mewarnai semesta
Dan bulan menjelmakan bagai perisai emas
Seiring perlahan lirih
Terdengar gema illahi di sudut kamar mujahid
Tenang, hening, juga terang cahaya
Langgam firman berkumandang
Walau api lentera hanya menerang tuang
133
seluas sedepa
Berbalut kain bersimpuh khusyu
Rintihan suara mujahid muda menggema, menembus petala malam
Senada do’a melanglang para Arsy-Mu
Hanya sepertiga malam..hanya sepertiga malam
Mujahid muda berdzikir adalah kawan dekat
Cinta dasar hidupnya
Keteguhan perbendaharaan jiwanya
Faqir adalah kebanggaannya
Ilmu kendaraannya
Kejujuran perantarannya
134
Ketaatan ukurannya
Berjihad perangainya
Tenang ciri kepribadiannya
Ia merambah jalan untuk esok agamannya
Kereta biru malamSurabaya ‘83
FiS, Pagar Alam
135
MERAMBAH JALAN KETIGA
Kalaulah deburan ombak itu
Suara letupan rakyat dunia
Gesekan kayu hutan
Adalah nyanyian sedih anak-anak desa
Dan deru mesin sepanjang hari
Arakan irama tambur kaum terbuang di kota
Sekuntum pesan buat mujahid muda
Kaum free thinkers dan cendikia
Jangan biarkan air mata itu menggenang
Beriring wajah pucat kecewa…ia takkan meruntuhkan kezaliman
Bukankah Allah berkirim pesan
Mengirim kalam
Berkendaraan ilham
136
Mujahid muda semaikan kalam-kalam illahi
Selimuti seruan dengan keteladanan Rasul Agung
Agar Syuhada tersenyum tak sia-sia
Melati pengharum
Sinar perak senja
Mewarnai persada
Mengiring langkah perjuanganmu
Di bawah naungan kuubah keabadian
Membuat tanah kotor negrimu
Dari arakan polusi jahiliah modern
Bergantian fajar tinta sejarah baru esok
Mujahid muda, kau cahaya pilihan
Penghujung peradaban dunia
Pada sepertiga malam
Dikala bulan mas dipeluk mega pekat
Mujahid muda sujud menembus rahasia illahi
Bertafakur sabar menyimak arti
Untuk hari kemenangan
137
Mujahid… sampai dipandang perjuangan
Ketika ilmu menembus tulang
Pegangsaan malamSeptember ‘84FiS, PagarAlam
138
MERAMBAH JALAN KEEMPAT
Pabila kebebasan menjadi ukuran diri
Sulit dicari makna emansipasi
Kalau pun ada, hanya pelarian
Atau apologi
Kini kaum hawa berteriak akan haknya
Sebagai isyarat
Tetapi yang tertatap setiap saat
Kebanggan menampilkan aurat
Mereka menjadi pendulum diantara dua gerinda
Hanya menjadi korban kepuasan epicuarisme
Sungguh tragedy dan ironis
Kala jilbab dan hijab tampil
Yang lainnya menutup diri
139
Menafikkan kebenaran illhai
Terjerembab lumpur permisifisme
Wanita sebenarnya adalah pelembut jiwa
Pengasuh cita
Penata istana rumah tangga
Ia mutiara malam pemanis makna hidup
Kembang biru rumah tangga
Wanita tiang Negara
Ibu bangsa pengais putra
Bunga perjuangan suami
Mei ‘85Jakarta
FiS, Pagar Alam
140
MERAMBAH JALAN KELIMA
Bila tiba saat
Rohnya terlepas dari jasad
Sekarat mongering jaman pekat
Hari adalah perjuangan
Jadikan sejarah berpeluh pengabdian
Sabar, benar, taat, berkorban
Harmoni kehidupan
Mujahid muda
Jangan terpana di kepekatan jaman
Jangan tersilau megahnya peradaban
Sinar kebenaran adalah penerangan sukma
Bumikan idealism diri
141
Di tengah pertarungan ideology “tirani”
Jadilah kau rajawali, terbang mengangkasa
Siap mengahadang kemurkaan lawan
Di atas cadas-cadas penghalang, kau berdiri tegar
Pada keyakinanmu
Matamu nanar menembus kabut kebimbangan sekitar
Jadilah kau kayu besi, walaupun direndam tetapkah tegar
Hitamnya member isyarat teguhnya pada keyakinan dan ruas-ruasnya,
Tak Tembus goresan kemunafikan
Hari-harimu bagai air yang terus mengalir
Menyelusuri jeram dan lembah-lembah
Kau tak tergoda pada tempat yang tinggi
Karna jeram dan lembah adalah symbol keakraban
Pada kaum bawah yang lelah-lelah..penuh jelaga
142
Ada masanya, kau tak harus berteriak bagaigema air bah
Melaju-meradang, tapi tak mampu menghanyutkan batu di hadapanmu
Lihatlah tetesan air di gua, dentangnya teratur
Keheningan dan rentangan waktumu telah membela batu cadas tua
Kau tak harus bersorak sirai bagai hempasan ombak di tepian
Keras menerpa tapi kemudian ia kembali mundur surut perlahan..hanya
Membawa butiran pasir tak berarti
Lihatlah air ditelaga dan nagrai, tenang jernih
Membawa seribu misteri, menggelincirkan mereka yang tak bijak membawa diri
Mujahid,
Bangunlah dari lelapmu, kau tak mimpi
Tapi lihatlah jati dirimu,
143
Senjata adalah kebenaran yang kukuh bagaikan rajawali
Bukan hingar-bingar yang membuai seperti burung gereja
Kau tahu,
Diam bukanlah mati
Pandai-pandailah menangkap makna
Waktumu adalah milik kita
Sejarah bangsa sejarah pembaharuan
Maret’87Pojok kamar pagi
FiS, Pagar Alam
144
DARI TEMANKU SANG "MALAIKAT"
Nuhun pisan barokah..
Kotemplasi...koreksi diri evaluasi...
bermuhasabah....
Di ujung tahun...
Di ujung perjalanan..
Nan fana...
Gembira..tertawa..
Sedih..kecewa....
Marah....menggugat
Bahagia ...merana...
Senda gurau...
Diam tafakur...
Gelisah.....gundah...
Sukses.....juga jatuh...
terhempas....
Derita lalu bangkit...
Tiada kesempurnaan..
145
Ya..fana dunia ini
Kadang kabut kehidupan..
Kadang Gemerlapan..gumubyar..
Menghalangi kesadaran diri..
Tapi pertemanan dan silaturrahmi...
Dengan kendaraan nasehat..
Petuah...hikmah...dan
Pencerahan yg ikhlas dan..
Tulus...
Sang sahabat datang
Bagai malaikat..
Membisikkan pesan..
Koreksilah diri ini..
Dan...
Kabut kehidupan itu sirna..
Berganti..
Renungan diri...
Menyadarkan NURANI
Muhasabah...muhasabah..
146
Terimakasih sahabatku..
Jumat, 22 12 016Jkt,
FiS, Pagar Alam
“Dunia kini telah tua, telah menjadi musim peradaban dengan tinta mas kemegahan dengan angan darah
penderitaan. Manusia kini pada penghujung sejarah alam semesta.”
(kamar senja)Maret’87, FiS, Pagar Alam
147
BEGITU SINGKAT
Hidup terlalu singkat..
Kapan atuh kita kumpul..
Ririungan..sosonoan...
Saling asih..asuh..
Nasehat..menasehati...
Ketika usia semakin menyenja..n
Boleh canda dan tawa..
Tapi ingat..
Allah Swt..
148
Mentakdirkan kita semua..
Dapat menangis..
Untuk apa...??
Betapa pedihnya siksa Allah..
Mari tunduk..merunduk..
banyak lah....
beristigfar...
12/3/017FiS, Pagar Alam.
149
PERJALANAN
HIDUP..
Aamiin ya Allah...
Hidup ini perjalanan teman
Bukan tontonan...
Apa yg kita lihat...
Mari jadi cermin...
Pelajaran....
Dan hikmah...
Bahwa sanya semua itu..
Ada pesan illahi...
Hidup itu bak musafir..
Kadang ..
sejenak kita berhenti.
Melepas lelah dan dahaga..
Atau terlena
150
dengan pesona..
gemerlap dunia...
Lalu,
kita melepas kebosanan..
Atau..
kita tafakurdin...
Mengumpulkan tenaga untuk bekal perjalanan..
Iah...
entah ...
Hari ini..
Hari esok..
Atau lusa..dan ...selanjutnya
diantara kita..
Ada yg lebih dulu melanjutkan perjalanan
Ke alam baka...
Teman, ...
hidup ini perjalanan...
Sungguh...
Takbir, ruku, dan sujud
Adalah simbul simbul
151
Dan perjalanan..
Pada titian illahi
Selamat jalan teman..
Bojong Gede 262017..
FiS, Syam
152
Kaya RayaKaya harga diri,
kaya ilmu,
Kaya keturunan,
kaya sandang pangan,
kaya silaturahmi,
kaya kesehatan,
kaya kebahagiaan,
kaya ahlak,
kaya berderma,
kaya kesabaran,
153
kaya ketabahan,
kaya kerendahan hati,
Kaya senyum,
kaya kebaikan.....”
Aamiin
Mengajariku arti kehilangan juga cahaya impian
Tak usah sesali apalagi tiada arti dalam diri,
Tiadanya kau , jadikan segala kemungkinan-kemungkian
154
Bagian 6 :
Aksi Putih Dari Negeri Para Wali
155
SAJADAH JIHADTeman seperjuangan
Allah SWT telah bentangkan
Sajadah jihad
Hari hari menuju kemenangan
Kita kan raih…
Tiada ‘kata’ pesimis
Karena janji Allah sela lu
Menjelang
Bagi mereka yang berjuang
Tulus ihlas
Jagalah..
156
Hati..
Nafsu…
Untuk Bumi Allah
NKRI dan …
Kejayaan Umat..
Jangan pesimis..
Mereka yang istiqomah..
Mereka yang senyum tak sia
ALLAHU AKBAR…
41116Monas, Jkt
Fis, Pagar Alam
157
SELAMAT MALAM TEMANSelamat malam temanSelamat bangun di sepertiga malamSelamat bercumbu dengan doa..Dan tafakur..Istirahatkan pikiranBangunkan lubunTuk menyelam dalam larutanPesona cahaya Ilahi..Tanggalkan kesenanganPakaikan libasuh TaqwaPada sepertiga malamKita bertegur sapa dengan Sang Maha KuasaJauhkan angan dan keinginan yag terpikirkan..Semaikan kesadaran
158
Betapa terbatasnya cakrawala indra kitaJelajah luasnya batin..Melalui tarikan nafas dengan doaGetaran kulit dalam zikirDetak jantung dalam jalnannya darah..Dalam kepasrahan..Yang dalam dan khusuKita sujud..rukuk dan takbirTuk mengidupkan mata bathinYang banyak tersilau dunia
1011018FiS, Pagar Alam.
159
SAJAK BERBAIT RINDU
Setelah sepertiga jalan kulalui
Setetes arti kudapat
Dalam memahami gambaran hidup diri
Kucoba menyibak rahasia alami
Bergaris rindu melempar tanya
Di jantung nafas batin kecil ini
Mesti merangkak sambil merintih
Bersujud khusu setiap waktu
Mengarap raih bintang kegaiban Mu
Tuhan,
Pada sisi Mu kunci-kunci kegaiban
Tak ada yang Tau kecuali Dia
Dia tau apa yang di darat dan di laut
Tiada sehelai daun yang gugur
Melainkan dalam kuasa Mu
Tiada sebutir biji dalam kegelapan bumi
160
Dan tiada sesuatu yang basah dan kering,
Melainkan tertulisnya tak dalam catatan Mu
Tuhan kujabat rindu jejak firman Mu
Aamiin.
FiS, Pagar Alam1983
161
SAJAK DHUHA
Ketika mentari berwarna keperakanMasih nafas ku berdesah
Detak jantungku tetap berdenyutDarahku masih mengalirDalam ruas-ruas tubuhku…
Ya Allah, sungguh nikmatTiada terbilang dalam batas horizon akal kuJuga tak terbilang dengan jumlah amal ku
Ibadah ku… bahkanHarapan-harapan ku,
Yaa Robbi,Engkau masih memberi kesempatanPada hamba dan saudara hambaDalam sisa-sisa dan kesempatan
Dari jatah umur ku iniYang hanya sedikit lagi…
Sedikit lagi...Jadikanlah waktu duha
Dan indahnya sinar perak pagiAdalah hamparan kasih sayang MuPada hamba… dan saudara hamba
162
Untuk tidak pernah bosanDan putus asa dari harapan
Juga keinginanMengejar kebajikan duniaDan kemuliaan akhirat
Yaa Robbi,Di waktu dhuha iniJadikanlah mata hati
Membening lalu membimbingLangkah hamba
Untuk hari esok yang gemilangMembingkai kehidupan dengan ilmu
Amal... dan ikhlas
Jkt, 7/016 kala DhuhaFiS, Pagar Alam.
163
Sajak Elegi Pagi 1
Jadikanlah sabar sebagai kekuatan
Karena ketergesaan membuka jalan
Kekacauan
Jadikanlah musyawarah
Pengikat mufakat
Karena keegoan membuncahkan amarah
Dan pertentangan
Jadikanlah ikhtiar
Yang pantang menyerah
Sebagai energi yang tak henti dialirkan
164
Karena keputusasaan dan kebosanan
Sifat buruk yang akan meruntuhkan
Keyakinan..
Salam Yakin Usaha Sampai
Jkt.., Mentari Pagi 5/4/016Fis, Pagar Alam
165
Sajak Subuh 1Mari kita sambut subuh,
Basahkan tubuh,
Dengan wudhu,
Tengadahkan tangan,
Ruku’ dan sujud,
Satukan hati kita,
Hanya,
Ku memohon... berdo’a dan meminta,
Seiring kehadiran mentari,
Dari ufuk timur,
Berkahi kami…hamba..,
Tanah negeri ini… dan
166
Bangsa ini…Yaa Allah,
Pagi ini, indahnya lukisan Illahi,
Yang terberkahi bagi hamba yang mengerti,
hidup ini.., bak musafir,
Sejenak berteduh,
Di rindang kerontangnya
Pohon kehidupan duniawi,
Sejenak, kita tafakur diri
Tuk melanjutkan perjalanan
Menuju jumpa lIlahi Robbi,
Sahabat ku,
Mari kita berkaca
Pada cermin milik kita sendiri,
Pada riak gelombang…..
Ayat-ayat kauniah….
167
Mari kita menyelam,
Dalam dekap Qur’ani,
Tuk menemukan jati diri,
Sudah sampai dimanakah
Kita melangkah,
‘kata” dan “ ucap”
Yang mengalir energinya
Datang dari Illahi,
Semua,
Tangan, kulit dan kaki,
Akan menjadi saksi,
Yaa Robbi,
Jadikanlah kami ini,
Hamba yang sadar diri,
Tahu diri,
168
Agar dalam hidup ini,
Melangkah penuh bijak bestari,
Seperti para Nabi yang telah meneladani,
Membawa misi Illahi Robbi,
Jkt/25/3/ FiS, Pagar Alam.
169
Sajak Elegi Pagi 2
Jadikanlah sabar sebagai kekuatan,
Karena ketergesaan…
Membuka jalan kekacauan,
Jadikanlah musyawarah…
Pengikat mufakat,
Karena keegoaan…
Membuncahkan amarah dan pertentangan,
Jadikanlah ikhtiar pantang menyerah..
Bak energi yang tak henti dialirkan,
Karena keputusasaan dan kemalasan sifat buruk..
Yang meruntuhkan keyakinan,
Salam YAKUSA (Yakin Usaha Sampai)5/4/016, Fis. Pagar Alam.
170
Eligi 151 Di Al-Azhar
Orang besar itu terbukti dengan
dukungan tanpa bayaran..
Teruji dengan caci maki…ya, tetap
tegar…
Tanpa bersandar kekuasaan
Dengan ucapan dan langkah,
Lawan ketakutan,
Satu persatu pengikut lawan yang sadar
Mengemukakan kejujuran
Bahwa ulama Bela Islam….memang luar
biasa
171
Tiupan angin kejahatan mencoba
menghembus
Namun, semua itu menjadikannya.
Bagai pohon pohon semakin tinggi
menjulang..
Sementara yang tampil menantang..bergaya
hura-hura,
Semakin keropos..tak bermakna
Kecuali menghujat tanpa henti,
Salam hormat buat para ulama, kaum
cendikia
Tegak terus melangkah
Bukan menang untuk suatu pertempuran
Tapi, me….nang dalam peperangan
Menghancurkan kezaliman yang haus
172
kekuasaan
Sejarah para ulama adalah sejarah
jihad
Jihad…Jihad..
Pembela NKRI dan Pancasila
Firdaus Syam Pagar Alam
17107
173
Jangan Khianati Islam
Jangan hianati IslamIslam agama damai
Jangan menabur permusuhanIslam agama Cinta
Jangan menyemai kebencianIslam agama akal
Jangan membela dengan amarahIslam agama tak memaksa
Jangan menjadi hakim kebenaranIslam menyeru dengan tabayun
Jangan mengubur ketelitianIslam menanamkan keikhlasan
Jangan merawat hati dengan pamrih
Islam memuliakan kesahidan
174
Jangan menonjolkan ria dan takabur
Islam senang akan kerendahan hati
Jangan sombong dan tinggi hatiDalam memahami IslamIslam meninggikan ilmu
Jangan menyuburkan perasangkaIslam menghargai perbedaan
sebagai sunatullahJangan menghujat mazhab
Karena itu hanya memelihara firqoh
Islam agama universalJangan membina Islam dengan
cara sectarianIslam dibimbing oleh Rosul
yang Agung dan lembutJadilah pemilik Islam yang cintaakan keagungan iIlahi
Dan kelembutan akan kehidupan
175
Jangan hianati IslamHanya mengumbar kebenaran
Terjebak fanatik mazhabKarena Islam milik Allah
Untuk umatnya yang menebar cinta damai
Bukan menebar kebencian
212016FiS, Pagar Alam
176
212..Aksi Bela Rakyat
Bagi Mujahid
Berpegang,Konstitusi Pancasila Dan UU Dasar 45...
Tak Pernah ..
Dan Tak Boleh Gentar,...
Jika Kebenaran Yg Di Bela....
Insya Allah Menang.
Sejarah Direpublik Ini
Telah Membuktikan
177
“Sekali Kaki Tegap Melangkah...
Pantang Mujahid Surut Kebelakang”
Takbir….Takbir
Ingat Laras Senjata
Sepatu...Seragam..
Topi Dan Tanda Kehormatan..
Perajurit..Jendral..
Tentara Dan Polisi..
Dari Pajak Rakyat..
Dari Hasil Bumi Pertiwi..
Bukan Dari Kantong Penguasa....
Percaya..
Perajurit Dan Polisi Teladan,
Ada Dihati Rakyat.. .
178
Teman..Teman,
Sahabatku, Kamu Melangkah Dijalan..
Untuk Nenyuarakan Keadilan
Pada Wakil Rakyat Hari Ini..
Kuatkan Tekadmu...
Hari Ini..Dan Hari Esok Tak..Sia
Suarakan...Teriakan..
Dan Katakan....
Hari Ini Banyak Ketidak Adilan..
Banyak Tontonan Pelaku Elit Politik...
Penguasa Dan Penegakkan Hukum..
179
Sungguh Ironis..
Memalukkan..
Memuakkan...
Mereka “Tidur Dari Ruang Kesadaran...”
Umat Tidak Bodoh...
Bpk Presiden...
Bpk Panglima..
Bpk Kapolri...
Bpk..Penegak Hukum...
Dan Wakil Rakyat..
Para Elit Partai...
Bukalah Mata Hati...
Terlalu Mahal,
180
Bertahan Dengan Keadaan Ini
Keteladanan Apa Yg Bisa Diambil Buat Generasi Muda..
Ketika Akhlak..Etika..Tatakrama Bahkan Nilai Agama Tak
Dipeduli
Dan Diinakan,
Ingat Moncong Senjata..Dan Hentakkan Sepatu Laras..
Sampai Barakuda..
Tak Boleh Membuat Aksi Surut..
Bagi Perjuang Sejati Indonesia
Para Mujahid..
Hadir Sebagai Minyak Pembakar....
181
Untuk Maju Bergerak....
Aksi Hari Lalu Dan Aksi Hari Ini Adalah Aksi Kemenangan
Hari Esok..
Wahai Rakyat...Umat...
Mahasiswa...Kaum Profesional
Dan...Mereka Yg Peduli Aksi Hari Ini....
Berjuang..Berjuang ..
Tak Gentar...
Ini Bukan Seremonial...
Ini Pesan Mulia...Untuk Mengadabkan Demokrasi Negeri
Ini.
182
Allahu Akbar......
212.....Bergeraklah..
Tak Boleh Gentar....
Firdaus Syam Pagar Alam212017
183
Moga..Moga Allah Mengabulkan
Ya Allah....Apa Yg Kami Dengar Dari Mu..
Sebagai HambamuKami Turuti..
Jauhkanlah Dalam Diri Kami..Memperturutkan Semata..
Hawa Nafsu DuniaBentangkanlah Rasa Sukaku..
Akan KebahagiaanKampung Keabadian..
Negeri Akhirat...Ya....AllahYa....Karim
Ya.....Rahman
184
Ya.....RahimSesungguhnya.... Sholatku,
Segala Aktivitasku,Hidup Dan Matiku
Hanya Demi Ridho MuYa...Allah..
Allah..... Maha BesarHambamu Ini
Kecil...Tiada Daya Dan Upaya
Kecuali Atas....Takdir Kuasamu....
Firdaus Syam,Pojok Kamar,
8/3/017.
185
BERGERAK DALAM
TAKBIR
ALLAHU AKBAR,
Di jalan ini tak ada kata untuk berhenti
Mereka yang bergerak mereka yang di depan
Mereka yang berhenti walau sejenak
Pasti tergilas roda roda jaman
Umat harus bergerak,
Kita, kamu dan saya
Tak boleh lengah
Walau hanya sesaat
Jika tak ingin ditelan tangis buaya…
Atau,
Sang Naga..berwatak serakah
Jadilah bagai rahib di kala malam
186
Dan bagai Singa di siang hari
Siang bagai matahari
Memberi penerang
Malam bagai bulan elok
Memberikan keindahan
Bagai pedang tajam
Tegas dan melibas
Bagai kapas
Putih lembut
Menghangatkan
Bagai deburan ombak
Menghancurkan karang ditepian
Bagai dentang air teratur
Membentur mengikis bebatuan
ALLAHU AKBAR
Bangkitlah umat
Hari hari perjuangan
Hari ini dan esok
187
Tatap dengan mata terang
Hati nan ikhlas
Langkah yang tegap
Tegar menghentak bumi
Saat sujud menyentuh bumi
Saat bangkit,
Menatap langit langit kehidupan
Bergeraklah ALLAHU AKBAR
Monas Jkt, 212016Firdaus Syam Pagar Alam bersama
188
AKSI DAMAI 411
Buat semua aksi damai
Aksi damai ini
Aksi kejujuran Nurani
Bukan semata pencitraan
Mengejar ambisi duniawi
Aksi damai ini
Adalah..
Persaksian umat Islam
Yang cinta Indonesia
Cinta NKRI
Tegakkan kebenaran illahi
Saudaraku,
189
Para mujahid
Kita bukan kaum cendikia
Bak “menara gading”
Hanya asik dengan dunia dan profesinya
Kita bicara…
Kita menulis…
Tapi kita bertindak….
Dalam realitas…
Arogansi ….
Penista Agama
Pantaskah diam…
Membisu..
Atau masa bodoh..
Atau terbodohi…?
190
“Sang Pembohong”
Mewartakan…
Pada jalan ini
Tidak ada kata untuk berhenti
Tugas mulia ini..
Belum lagi selesai…
FiS, Pagar Alam,
Jkt, ISTIQLAL, 411
191
Buat Semua Yg Melakukan Aksi
Damai..
AKSI CINTA DAMAI INI..
CINTA KEJUJURAN NURANI
BUKAN CINTA PENCITRAAN
DAN SEMATA
MENGEJAR AMBISI DUNIAWI
AKSI DAMAl INI
ADALAH PERSAKSIAN UMAT ISLAM
YANG CINTA INDONESIA
CINTA NKRI
192
DAN TEGAKNYA KEBENARAN
SAUDARAKU..
PARA MUJAHID
KITA BUKAN KAUM CENDIKIAWAN
BAK MENARA GADING..
HANYA ASIK DENGAN DUNIA DAN
PROFESINYA
KITA BICARA DAN.KITA MEMULIS
TAPI KITA JUGA BERTINDAK
DALAM REALITAS
AROGANSI PENISTA AGAMA
PANTASKAH DIAM...?
193
TIDAK..
PADA JALAN INI
TAK ADA KATA UNTUK BERHENTI..
TUGAS MULIA INI BELUMLAH SELESAI...
FiS, Pagar Alam411...06
Dari Istiqlal ke Istana..
194
Gerakan Peci Putih ....!!!!
KOK PECI DISALAHIN DAN DIMUSUHIN...
ITU REAKSIONER ....!!!
PARA ULAMA TOKOH PERGERAKKAN, MUSLIM PRIBUMI DAN ACARA RESMI KENEGARAAN MENGGUNAKAN PECI
HITAM YG PELOPORNYA ADALAH MUSLIM PRIBUMI.
KOK HANYA SEGELINTIR ORANG YG BERBEDA AGAMA PAKAI PECI HITAM
LALU KITA TINGGALKAN PECI HITAM MILIK YANG SUDAH MENJADI TRADISI
PRIBUMI MUSLIM ......
PECI HITAM…PECI PUTIH….NO PROBLEM
195
“Jayalah Indonesia dengan
Islam”
INSYA ALLAH ISLAM JAYA DINEGERI PARA
WALI
TEMPAT MATAHARI BERSINAR SEPANJANG
HARI
TEMPAT HADIRNYA PERADABAN ATLANTIS
INDONESIA...INDAH..
KAYA..BAK RATNAMUTU MANIKAM..
NEGERI DARI “SEBONGKAH TANAH DARI SURGA”
YANG JATUH KE BUMI
MENJADI NUSANTARA
196
NRGERI PARA SUHADA DARI TIMUR..
NEGERI YG MENGUMANDANGKAN...ALLAHU
AKBAR
DALAM PERISTIWA PERJUANGAN 45
DARI PERISTIWA 10 NOVEMBER DI SURABAYA
HINGGA SEANTARO NUSANTARA...
AKU BERDIRI DITANAH MELAYU..
DENGAN SEMANGAT JIHAD
BAGAI KEAN SANTANG...
WALISONGO...
HINGGA CUY NYAK DIEN DAN PANGERAN
DIPANEGORO...
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
RA. KARTINI DARI INSPIRASI
Q.S. ANNUR
197
TERANGLAH INDONESIA
ATAS BIMBINGAN ILAHI
DARI LANGKAH PARA MUJAHID..
410..411...212....
HINGGA GERAKAN SHOLAT SUBUH
BERJAMAAH..
BANGKITLAH UMAT ISLAM
JAYALAH INDONESIA
NKRI...
Fis, Pagar Alam212 Maulid Rasul 2016.
198
Semua SahabatkuBuat semua sahabatku,
senior ..teman teman seiman..seperjuangan..........semoga Allah
SWT meridhoi
Perjalanan hidup kami......
kesabaran, persaudaraan ...
dan....
kecintaan kita
untuk istiqomah....
Ya Allah lindungilah islam
199
kitab al Quran...dan ummat Rasulullah...
Serta..NKRI tempat kami dilahirkan dan
Tempat kami berjuang dng kedamaian...
Jauhkanlah kami dari cinta dunia..kebanggaan semata pada nafsu
dan ilmu, kebanggaan atas harta..jabatan
dan popularitas...
Jadikanlah ilmu yg datang dari Mu ya Allah..
Untuk menjadikan kami ..
Hambamu yg tdk sombong..
200
Hamba Mu tawadhu..
Memberi kemamfaatan
Sebesar besar bagi kemuliaan islam dan kejayaan ummat di muka bumi
ini....nan selalu saling menghormati adanya perbedaan,
namun tak menggadaikan iman kami
Hanya semata..karena
Lemahnya keimanan hamba
Hanya untuk mendapatkan simpatik ..dan rasa aman dihadapan
mereka yg berbeda keyakinan..
Tegarkanlah hamba dan teman teman hamba..
201
Sekali Layar Terkembang
Pantang Surut Kebelakang..
Al Qur’an Menjadi
Penerang ..Jalan
Kehidupan..
Tuk Mencapai Kemenangan
November Cemerlang
Firdaus Syam Pagar AlamJum’at 11/11/016.
202
Sahabat SahabatkuSebagai Muslim
Cintailah Agamamu
Belalah Saudaramu Seiman Dalam Berjuang
Jika Kita Mengakui Pengikut
Rasul Muhammad..
Yang Mewasiatkan
Sesama Muslim Adalah Saudara...
Jangan Gentar Terhadap Ujian Dari Siapapun Datangnya
Bahwa Tipu Daya Pembenci Islam
Akan Dikalahkan Dengan Tipu Daya
Allah Swt.
203
Jadikan Sabar...Sholat..
Dan Jihad Senjata Kita.
Allahu Akbar..
Fis, Pagar Alam
204
Puisi untuk Ibu Sukmi
Azan berkumandang..
Adalah panggilan Illahi
Bagi mereka yang merunduk
Menemukan keindahan
Dari kehangatan
Azan berkumandang..
Adalah panggilan keagungan Illahi..
Dalam persaudaraan dan keragaman..
Merunduk damai untuk satu ikatan..
Iman…
205
Azan berkumandang …
Adalah spirit tradisi anak negeri ini..
Ketika pekik merdeka digaungkan..
Maka TAKBIR menjadi MESIU DAHSYAT
Membuat anak negeri berjihad untuk ..
Merdeka dan berkonstitusi
Azan berkumandang
Para proklamator menyatakan kemerdekaan
Indonesia
Dihari jum’at …9 Ramadhan..
Hari kemuliaan…
Ketika semua hadir di masjid..
Berbondong rukuk dan sujud
Mencium tanah bumi Nusantara.
Indonesia terlepas dari penjajah
Dan kehinaan martabat..
206
Azan berkumandang..
Adala suara pertama terdengar melalui
telinga
Ibu Sukmi ketika lahir dari Rahim ibu..
Yang dihormati dan dicintai…
IBU SUKMI,
Jangan merendahkan azan,
Karena saat lahir , perayaan, beribadah, dan
wafat..
Ibu Sukmi diiringi azan,
Sadarlah, tobatlah, meminta maaflah
Allah SWT membuka pintu maaf
Kecuali semua tertutup,
Bila kesombongan menjadi baju
Penutup tubuh yang terbiarkan
Berkonde dalam umbaran aurat
207
Dengan merendahkan pakaian jilbab
Libasuh taqwa atas perintah Tuhan
Yang Maha Esa
Dalam imanmu
IBU SUKMI, tobatlah , dan meminta maaf
Pagi JKT,4/4/018
FiS, Pagar Alam
208
Bagian 7 :
Pancasila di Negeri Surgawi
209
Pancasila di “Negeri Surgawi”
Pancasila, Falsafah Anak“Negeri Sorga”
Indonesia,
Negeri Bercita Adil Makmur Sejahtera,
Raga Jiwaku Disana Dilahirkan,
Ibu Pertiwi, Tersenyum,
Kala Di Tahun 45 Anak “Negeri Sorga” Merdeka
Dari Yakinku Teguh Hati Ikhlas Kupenuh,
Akan Karunia Mu,
Tanah Air Merdeka,
210
Dengan Penderitaan, Darah, Dengan Tekad, Dengan Cita,
Menggema Keseluruh Jagad Dunia,
Jagad Dunia,
Bahkan Menembus Petala Langit,
Bahkan Menembus Petala Langit,
Kesadaran Itu,
Tertulis Dalam Goresan Konstitusi Anak Negeri
Negeri Ini Merdeka, Merdeka ! Merdeka !!
Adalah Berkat Rahmat Allah,
Bukan Karena Jargon Kebebasan Semata,
Bukan Semata Karena Slogan Liberty, Fraternity Dan Equality..
211
Bukan….!!
Jangan Melupakan Cita Pahlawan Yang Mulia,
Jangan Lupakan Sejarah,
Jangan Lupakan Sejarah,
Kata Bung Karno; ‘Jas Merah’ “Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah” Indonesia,
Ujung Jariku Menuliskan Huruf Dan Kata Demi Kata Dalam Denyut Darah,
Dalam Ilham Deburan Samudra,
Dalam Pesona Matahari Yang Memandikan Keringat
Sepanjang Hari,
Dalam Rembulan Purnama Yang Genit,
212
Membuat Pesona Malam Di “Negeri Sorga”,
Dalam Senyuman Hijaunya Daun Dan Kuningnya Buah Padi,
Dan Dalam Dekapan Aduh Eksotiknya
Dara-Dara Sepanjang Jalur Khatulistiwa,
Sungguh Indahnya Negara Bermandi Cahaya Surya Mentari,
Yang Selalu Menyinar Dan Berpelangi Bhineka Tunggal Ika,
Berukun 5 Dari Falsafah,
Yang Menyatu Dalam NKRI,
Berketuhanan Yang Maha Esa,
Berprikemanusiaan,
213
Persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan,
Yang Berkeadilan Social Bagi Seluruh…... Rakyat Indonesia,
Aneka Suku Dari ‘Seribu Pulau’,
Aneka Bahasa Dari Seribu Budi Pekerti
Akhlak….Mulia Dari Illahi Rab,
Aneka Budaya Dari Cita Rasa Dan Karsa,
Aneka Agama Dari Kehendak Sang Kuasa
Aneka Tumbuhan Hewan Tanah Khatulistiwa,
Mengundang Detak Jantung Wangsa-
214
Wangsa Dunia,
Pelancong, Pencuri, Penjajah, Pedagang, Sampai Ke Peneliti, Profokator, Teroris Dan
Penyelusup Dating Ke Negeri Ini,
“Negeri Sorga”
Nusantara, Atlantis……!!
Atlas Dan Tis…Tanah Dan Air
Mereka, Yah Mereka Itu,
Bertopeng…,
Mengambil…..,Satu Demi Satu, Dua Demi Dua, Tiga Demi Tiga
Merampas, Merampok, Menikung Dan Memecah Belah,
215
Dalam Perjalanan Waktu…, Tangan-Tangan Penjajah
Sang Durjana,
Membuat Anak “Negeri Sorga” Mudah Hilang Ingatan,
Mudah Lupa, Dan Rendah Diri,
Layu Dan Silau Memandang Globalisasi Dunia ….
Yang Gemerlap Dan Menyilaukan,
Di Tengahhilangingatandanlupaitu, Terpecahdanterkotaknya…
Anak-Anak Di Nusantara….
Sesungguhnya,
Gemuruh Kesadaran Pernah Tumbuh, Dalam ‘Kebangkitan Nasional’, Dalam ‘Sumpah Pemuda’ Dalam ‘Proklamasi,
216
Dalam ‘Reformasi,
Serasa Anak Bangsa Hidup Kembali, Menyatu Dari Pulau We Sampai Merauke
Pulau Mianggas Sampai Pulau Rote,
Api Kemerdekaan Memancarkan Generasi Bunga Bangsa,
Menggeliat Tak Henti,
Namun…,
Telah Merdekakah Anak “Negeri Sorga” Di Nusantara Ini?
Atau…,
Falsafah Pancasila... Terbenam…. Di Lumpur-Lumpur Bobroknya Perakus Negara,
Dan Jelaga Globalisasi, Yang Kini...Telah…
217
Menyilaukan ‘Mata-Hati’ Anak Negeri... Telah Terasing
Dari Anugerah Sang Maha Kuasa..Rab Insani,
Hari Ini,
Kita Belum Cukup Mensyukuri
Makna Pancasila Di “Negeri Sorga”,
Kampus Perjuangan Unas,13 Sept, 2013
FiS, Pagar Alam
218
Universitas Nasional
Unas,
Kamu Lahir Dalam Gema Revolusi Negeri
Ditengah Desingan Peluru Terbuncah…!!
Dan Bau Mesiu Bercampur Darah Para Suhada…
Dalam Kelabatan Kibaran Bendera
Dan Pekikan Merdeka …!! Pejuang Sejati Berseru
“Tak Pernah Mati”,
219
“Tak Pernah Henti”,
Kedahsyatan Setiap Tekad Jiwa-Jiwa Menggelora
Anak Bangsa, Anak Indonesia,
Yang Hidupkan Api Ilmu Nan Tak Kunjung Padam
Terlahirlah Perguruan Dari Anak Pribumi
Universitas Nasional
Universitas Perjuangan…. Ucap Soekarno
Unas
Kamu Tegak Bergerak Dan….
220
Terus …Berlari…
Dinegeri Yang Kaya Wacana…!!
Zamrud Katulistiwa…, Ucap Max Havelar
Dalam Bentangan 2 Samdura 2 Benua
Dalam Jiwa Dwi Warna -Merah Dan Putih
Kau Gemakan Ilmu
Di Tengah Deru Pembangunan,
Kau Suarakan Kebudayaan
Di Tengah Arus Modernisasi,
Bangkit Cendikia …, Mahasiswa Menjadi Ber-Arti
221
Universitas Nasional
Memajukan Ilmu Dan Kebudayaan….Ucap Sta
Unas
Diusiamu Kini, Yang ‘Mendewasa’’
Kau Tegar Dalam Seribu Tantangan…, Merajut Keinginan
Untuk Seribu Kemajuan
Menyemaikan Akal-Budi Kebenaran Dalam Suluh Ilmu,
Menjawab Kegelisaan Globalisasi
Da…Lam ‘Satu Tarikan Nafas Cita’ …!!
Unas,
222
Kampus Perjuangan, Kampus Pengabdian, Kampus Peradaban
Memajukan Ilmu Dan Kebudayaan
Fis,Pagar AlamSurabaya 12’10’14Kado 65 Thn Unas
223
Anak Sma 28: Eh..Kite Ketemu Lagi
Pagi yang indah sekali
Berdoa juga bersilaturahmi
Walau hidup selalu diuji
Dan takkan pernah berhenti
Kini kau tak sendiri
Berteman sahabat sejati
Teman lama datang lagi
Di group WA 28 kita berseri
Oh indahnya..
224
Teman sejati ,
Ada disini,
Selalu menyapa,
Setiap hari..
Oh indahnya
Fis,Pagar AlamJkt, 13/4/018.
225
KITA PERNAH SATU SEKOLAH
Kita pernah satu sekolahKita bertemu karena satu sekolahKita rindu karena satu sekolahKita berpisah karena pernah bersamaDalam satu sekolahAda perbedaanItu bagai Bungan dalam setamanPerbedaan itu rahmat,Perbedaan itu indah,Seperti warna warni pelangi,
Kita pernah satu sekolahKita bertemu karena satu sekolahKebersamaan itu barokahPersaudaraan itu anugrahBila kita mau menguburApa saja kesalahhan masa laluKarena kita tidak mungkin sempurnaKelapangan dada
226
Itulah makna ikatan saudaraMenjulurkan tangan adalah jembatanYang mengubungkan kita menjadi semakin dekat
Dalam rinai gerimis yang membuat kita sejukDalam sinar mentari yang mengundang wajah ceriaAdalah keikhlasan menerima segalanya,Dengan tangan terbuka,Dan terucap doa.
Jkt,20/4/018
Fis,Pagar AlamJkt, 13/4/018.
227
Tentang Penulis
Bang Firdaus Syam (Pagar Alam) “Anak Kolong” merupakan anak ke lima dari
delapan bersaudara, Putera dari pasangan Ayahnda Syamsudar asal
Minangkabau Sumatera Barat dan Ibunda H. Siti Aisyah yang berasal dari Sukabumi Kota Periangan
Jawa Barat. Ia dibesarkan dalam lingkungan komplek tentara, pernah tinggal di Komplek Kostrad Tanah Kusir Kebayoran Lama dan sekarang masih bertinggal di Perumahan Komplek Akabri Setiabudi Jakarta
Selatan. Masa kecil pernah bersekolah di SDN Kodam 5 Jaya Tanah Kusir, SDN 1 Saharjo Setiabudi, dan sore harinya masih menempuh pendidikan di Madrasah Tarbiyatul Ihsan Gandaria Ilir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Melanjutkan pada Sekolah Menengaj Pertama di SMPN 57 Setiabudi Jakarta dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 28 Jakarta
228
Selatan. Pada masa ini ia aktif di organisasi kepramukaan, OSIS, serta karang taruna dan remaja masjid. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) pada bidang program studi Sosiologi dan meneruskan ke jenjang pendidikan kesarjanaan (Drs.) bidang pendidikan Ilmu Politik di Universitas Nasional. Tidak puas sampai di situ, Bang Firdaus Syam (Pagar Alam) melanjutkan pendidikan Magisternya dengan memperoleh gelar (MA.) program studi Antropologi Politik pada perguruan tinggi Universitas Indonesia. Tak cukup bekal ilmu yang dimiliki ia pun melanjutkan ke Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dengan program studi Political Science hingga memperoleh gelar Doktor (PhD.). Saat ini sudah memiliki tiga orang anak : Afina Putri, Adinda Zahra, dan Ananda Nabila dari seorang istri yang sering dipanggilnya Bunda Yuliantina Yunus. Dalam kehidupan dan organisasi bermasyarakat saktif sebagai pengurus AIPI DKI Jaya, Tenaga Ahli di sejumlah Kementerian pada tahun 2007, Tenaga Ahli di DPR-RI pada tahun 2000-2004, sebagai pakar di Dewan Ketahanan Nasional Kemendagri, mengabdi sebagai Dosen di lingkungan kampus dan pernah menjabat sebagai sekretaris LPPM Universitas Nasional, dan sekarang diamanahkan untuk menjabat sebagai Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional. Bang Firdaus (Pagar Alam) telah menulis sejumlah 24 buku berupa biografi politik, buku
229
ajar tentang politik, kumpulan sastra dalam bentuk kumpulan puisi. Ia memiliki hobi berenang, bernyanyi sambil memainkan alat musik seperti gitar, piano, harmonika, dan biola. FIS 16/07/18
230