Upload
eko-pastia-mukti-skep-ns
View
49
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Seminar Kasus Igd Profesi Ners Universitas Malahayati
Citation preview
SEMINAR KASUS IGD PROFESI NERS
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Eko Pastia .M, S. Kep Erik Munandar, S. KepFrima Anistia, S. KepI wayan Sistha . M, S. KepIntan Purnama Sari, S. KepJuli darmawan, S. KepLiskanaria, S. KepM. Desta . P, S. KepM. Ryan Andika. P, S. Kep
133500101335001113350012133500131335001413350015133500161335001713350018
LATAR BELAKANG
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain.
Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia.
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :1). Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis. 2). Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus. 3). Penyakit ginjal.
Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001)
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric patologi : 99. 1984)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)
Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999)
Teori GenetikEklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia. Teori ImunologikKehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
Teori Iskhemia Regio Utero PlacentalKejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron.
Teori Radikal BebasFaktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek.
Teori Kerusakan EndotelKerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.
ETIOLOGI
Teori TrombositPlacenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh.
Teori Diet Ibu HamilKebutuhan kalsium ibu 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan-kekurangan kalsium,hamil kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.
STUDY CASENy. U datang di bawa dari ruang OK RS A.Y pada tanggal 15 oktober 2013 pada pukul 09.00 WIB dengan keadaan penurunan kesadaran setelah operasi SC ± ½ jam yang lalu, yang disertai dengan kejang-kejang, mual (-) , muntah (-), demam (-).
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :
TD = 179/123 mmHg
Nadi = 172 x/menit
RR = 20 x/menit
HR = 170 x/menit
Auskultasi didapat vasekuler , ronchi (+).
Hasil pemeriksaan Laboratorium di dapatkan
Ureum = 97 mg/dl dan Creatinin = 1,49 mg/dl.
PENGKAJIAN
Pada tanggal 17 oktober 2013 pukul 09.00 Identitas Klien
Nama : Ny. U
Alamat : Reno Basuki
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Usia : 22 tahun
Diagnosa medis : Post SC + Eklamsi
PENGKAJIAN PRIMER
AIRWAY
• Klien terpasang ventilator P.SIMV
• Klien terpasang ETT
• karena airway terganggu
• dan pola nafas tidak efektif
BreathingEkspansi dinding dada simetrisRR = 25 x/menitTerdengar suara Ronchi (+)
CirculationPost Sc (perdarahan operasi telah teratasi)Akral dinginTD = 179/123 mmHgNadi = 172 x/menit HR = 170 x/menit
DisabilityPenurunan kesadaran ComposmentisGCS = E4 M6 V klien terpasang ETTPupil = isokor (2mm)
PENGKAJIAN SEKUNDERSISTEM KARDIOVASKULER
• Sianosis bibir & kuku
• Suara jantung Vasekuler
• HR = 170 x/menit
• TD = 179/123 mmHg
SISTEM RESPIRASI
• Suara nafas Ronchi
• RR = 28 x/menit
• Ekspansi dinding dada dimetris
SISTEM REPRODUKSI
• nyeri tekan pada payudara
• pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah ( Lochia sanginolenta mulai hari ketiga sampai hari ketujuh)
SISTEM PENCERNAAN
• adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas)
• anoreksia(+) mual (+) dan muntah (+)
SISTEM PERSYARAFAN
• Hiperrefleksi
• klonus pada kaki
SISTEM PERKEMIHAN
• Oliguria
• Proteinuria
PENATALAKSANAANKonsep pengobatannya :
• Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma Meningkatkan jumlah dieresis
• Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan : Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
• Sertai petugas untuk memberikan pertolongan: Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah, Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2, Hindari terjadinya trauma tambahan
No DATA Masalah Etiologi
1. Data subjektif:
tidak ada
Data objektif:
Klien terpasang ETT
Terdapat sputum
Suara nafas Ronchi
RR = 28x/menit
Bersihan jalan nafas tak efektif inflamasi trachea bronchial,pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Data subjektif:
Tidak ada
Data objektif:
Klien tampak sesak saat bernafas
Ekspansi dinding dada simetris
RR = 28x/menit
Klien terpasang ETT
Klien terpasang ventilator P.SIMV
Pola nafas tidak efektif Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)Dan peningkatan kebutuhan O2
3. Data subjektif:
Tidak ada
Data objektif:
Hasil foto rontgen terdapat Edema paru
Suara nafas Ronchi
TD meningkat 179/123 mmHg
Terdapat edema pada ekstermitas kaki
Kelebihan volume cairan peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
4. Data subjektif:
tidak ada
Data objektif:
Klien tampak gelisah
Klien tampak bingung
Kata-kata yang diucapkan klien tidak jelas
Keadaan umum klien lemah
Wajah pucat
kuku dan bibir Sianosis
Gangguan rasa nyaman peningkatan tekanan vaskuler
cerebral akibat hipertensi
5. Data subjektif:
Tidak ada
Data objektif:
Suhu tubuh klien meningkat
Temp = 39,7 oC
Klien tampak menggigil
Klien banyak mengeluarkan keringat
Hipertermi proses infeksi skunder,
penurunan sistem imunitas,
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru) Dan peningkatan kebutuhan O2
3. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
4. Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
5. Hipertermi b.d proses infeksi skunder, penurunan sistem imunitas
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas klien teratasi dengan kriteria hasilBatuk teratasiNafas normalBunyi nafas bersihTidak terjadi Sianosis
Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas
Ajarkan teknik batuk efektif
Penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamananPenurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas patenMerangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)Dan peningkatan kebutuhan O2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan pola nafas klien normal dengan kriteria hasil:
Respiratorystatus: Ventilation(0703)Respirasi dalam batas normal Mudah bernafasTidak ada dipsneaTTV normal
Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi jika pasien perlu pemasangan alat jalan nafas buatan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan Monitor respirasi dan status O2 Observasi TTV
Agar memudahkan bernapas dengan lancar Untuk memenuhi kebutuhan O2 klien Mencegah terjadinya hipoksia Untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan Untuk mengetahui respirasired dan kebutuhab O2 Mengetahui keadaan umum klien
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat tidak ada resiko kekurangan volume cairan dengan
Kriteria Hasil:Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BBTTV dalam batas normal
Timbang berat badan pasien setiap hari Pantau intake cairan
Periksa protein urine
Monitor intake dan output klien Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
Untuk menentukan intervensi lebih lanjut
Membantu mengidentivikasi kebutuhan
Meminimalkan komplikasi
Agar dapat mengontrol keseimbangan antara intake yang amsuk dan output yang keluar Agar tidak tejadi kesalahan dalam pemberian obat
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4. Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman berkurang dengan kriteria hasil:Pain controlMengenali faktor penyebabMenggunakan metode pencegahan
Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
Kaji skala nyeri klien jika ada Pertahankan tirah baring selama fase akut Anjurkan kompres dingin dan pijat punggung Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan
Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi Menurunkan tekanan vaskuler Mengurangi nyeri
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
5. Hipertermi b.d proses infeksi skunder, penurunan sistem imunitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan hipertermi teratasiDengan kriteria hasil :Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginandan tidak terjadi komplikasi
Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3 jam.
Monitor penurunan tingkat kesadaran. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik
Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses inflamasi. Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien
Menentukan intervensi selanjutnya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Untuk mempercepat proses penyembuhan Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi
DX. Hari &
Tanggal
Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
HARI PERTAMA PENGKAJIAN
1. Kamis
17/10/13
09.15
09.50
10.30
Mengkaji frekuensi serta kedalaman
pernapasan dan gerakan dada
Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi
paru
Melakukan pembersihan sputumyang
menumpuk
Dengan Suction
Kolaborasi
Memberikan terapi Nebulizer dengan
obat combiven
S = -
0 =
RR = 28x/menit
Ekspansi dinding dada simetris
Terdengar suara Ronchi (+)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan Intervensi
Teruskan lakukan pengeluaran sputum dengan suction
dan nebulizer untuk membantu membersihkan jalan
nafas klien
2. Kamis
17/10/13
09.00
09.15
10.00
Mengidentifikasikan pemasangan alat
jalan nafas buatan
Memonitor respirasi dan status
oksigen
Mengobservasi TTV tiap jam
S = -
O =
Klien terpasang ETT dengan kedalam 20 cm
Klien terpasang ventilator P.SIMV
RR = 28x/menit
SpO2 = 94 %
TD = 170/100 mmHg
Ht = 140x/menit
Suhu = 37,5oC
A = Masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
Pantau terus alat-alat yang terpasang di tubuh klien
dan catat setiap perubahan yang ada
3. Kamis
17/10/13
11.00
11.20
Memantau intake cairan
Cairan yang masuk IV
RL / 12 jam
Aminofusin = 600cc
Metronidazol = 500cc
Monitor intake dan output klien
S = -
O =
Klien terlihat lemas
Klien banyak kehilangan cairan
Cairan masuk = 438
Cairan keluar = 1033
Balance cairan
438-1033 = - 595
A = Masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
Pantau cairan yang masuk dan yang keluar
Tingkatkan masukan cairan agar tidak terjadi
resiko kekurangan volume cairan
4. Kamis
17/10/13
10.00
Dalam 24
jam
Mengkaji skala nyeri jika klien
mengeluhkan ada nya nyeri di
bagian anggota tubuhnya
Memberikan bedrest total
terhadap klien
Membantu segala altivitas klien
mulai dari personal hygine
hingga pemberian terapi dll.
S = -
0 =
Klien terlihat ekspresinya meringis saat
bernafas
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
Konsultasikan dengan dokter terapi lanjutan
untuk mengatasi nyeri
5. Kamis
17/10/13
09.15
10.00
10.45
o Monitor tanda-tanda vital (Tekanan
darah, Suhu, Nadi dan Respirasi)
setiap 2-3 jam.
o Memberikan kompres dingin
terhadap klien karena suhu tubuh
klien hipertermi
o Monitor penurunan tingkat
kesadaran.
o Kolaborasi dengan tim medis lain
untuk pemberian obat antipiretik
dan antibiotik.
S = -
O =
Suhu tubuh klien = 39,7 oC
Klien tampak pucat dan lemah
Klien tampak menggigil
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
Konsulkan ke dokter tentang peningkatan suhu tubuh
yang terjadi pada klien
HARI KEDUA PENGKAJIAN
1. Jum’at
18/10/13
09.30
10.00
11.10
Mengkaji frekuensi serta kedalaman
pernapasan dan gerakan dada
Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi
paru
Melakukan pembersihan sputum yang
menumpuk
Dengan Suction
Kolaborasi
Memberikan terapi Nebulizer dengan obat
combiven
S = -
0 =
RR = 36x/menit
Ekspansi dinding dada simetris
Suara paru masih terdengar suara Ronchi (+)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan Intervensi
Teruskan lakukan pengeluaran sputum dengan suction dan
nebulizer untuk membantu membersihkan jalan nafas klien
Laporkan dengan dokter untuk terapi lanjutan
2. Jum’at
18/10/13
09.20
09.40
10.00
Mengidentifikasikan pemasangan alat
jalan nafas buatan
Memonitor respirasi dan status oksigen
Mengobservasi TTV tiap jam
S = -
O =
Klien terpasang ETT dengan kedalam 20 cm
Klien terpasang ventilator P.SIMV
RR = 36x/menit
SpO2 = 96 %
TD = 150/70 mmHg
Ht = 110x/menit
A = Masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
Pantau terus alat-alat yang terpasang di tubuh klien dan
catat setiap perubahan yang ada
3. Jum’at
18/10/13
11.00
11.10
Memantau intake cairan
Cairan yang masuk IV
RL / 12 jam
Aminofusin = 600cc
Metronidazol = 500cc
Monitor intake dan output klien
S = -
O =
Klien terlihat lemas
Klien banyak kehilangan cairan
Cairan masuk = 220
Cairan keluar = 299
Balance cairan
220-299 = - 79
Tingkat kesadaran klien semakin menurun
A = Masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
Pantau cairan yang masuk dan yang keluar
Tingkatkan masukan cairan agar tidak terjadi resiko
kekurangan volume cairan
4. Jum’at
18/10/13
10.00
Dalam 24
jam
Mengkaji skala nyeri jika klien
mengeluhkan ada nya nyeri di
bagian anggota tubuhnya
Memberikan bedrest total
terhadap klien
Membantu segala aktivitas
klien mulai dari personal
hygine hingga pemberian
terapi dll.
S = -
0 =
Klien terlihat ekspresinya meringis
saat bernafas
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
Konsultasikan dengan dokter terapi
lanjutan untuk mengatasi nyeri
5. Jum’at
18/10/13
10.00
10.30
11.00
o Monitor tanda-tanda vital (Tekanan
darah, Suhu, Nadi dan Respirasi)
setiap 2-3 jam.
o Memberikan kompres dingin
terhadap klien karena suhu tubuh
klien hipertermi
o Monitor penurunan tingkat
kesadaran.
o Kolaborasi dengan tim medis lain
untuk pemberian obat antipiretik
dan antibiotik.
S = -
O =
Suhu tubuh klien = 40 oC
Klien tampak pucat dan lemah
Klien tampak menggigil
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
Konsulkan ke dokter tentang peningkatan suhu tubuh
yang terjadi pada klien