1
ANDREAS TIMOTHY S O Close So Real.” Kalimat yang kira-kira artinya ‘hadir begitu dekat dan nyata’ tersebut telah menjadi slogan yang menempel pada PT Telekomunikasi Selu- lar (Telkomsel) selama nyaris 16 tahun mengudara melayani Indonesia. Sejak meluncurkan layanan perdananya secara komersial pada 26 Mei 1995, Telkomsel berlari kencang. Bahkan, dalam waktu dekat, operator seluler itu siap menorehkan tonggak baru dalam sejarah mereka. Ya, Telkomsel kini tengah bersiap menyambut pencapai- an 100 juta pelanggan SIM card (kartu cip). Sebuah prestasi fenomenal di tengah derasnya penetrasi pasar seluler Tanah Air dengan 11 operator dan jumlah SIM card yang melebihi jumlah penduduk. Lantas, apa kaitan So Close So Real dengan pencapaian Telkomsel selama ini? CEO Telkomsel Sarwoto At- mosutarno dengan gamblang menjawab kehadiran yang mampu menjangkau lebih dari 95% total populasi Indonesia telah menjadikan keberadaan Telkomsel begitu dekat dan nyata di hati masyarakat. Dengan lebih dari 35 ribu base transceiver station (BTS), yang 7 ribu di antaranya berte- knologi 3G, jaringan anak usaha PT Telekomunikasi In- donesia Tbk (Telkom) ini telah menjangkau hingga seluruh provinsi, kabupaten, dan ham- pir seluruh wilayah kecamatan di Indonesia. “Penting bagi kami agar masyarakat bisa merasakan kehadiran Telkomsel yang dekat dan nyata. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tapi juga sebagai sarana penun- jang berbagai aspek kehidupan mereka,” kata Sarwoto saat berbincang dengan Media In- donesia di ruang kerjanya yang bertempat di lantai 15 Wisma Mulia, Jakarta. Jebolan master business engineer telekomunikasi dari Ecole Nationale Superieure Des Telecommunications de Bretagne, Prancis, 1995, ini mengakui bahwa pencapaian 100 juta pelanggan SIM card akan menjadi hal yang luar biasa. Apalagi, usia Telkomsel tergolong masih muda. Ia sendiri mengaku sangat menyukai iklim kerja Telkomsel yang banyak diisi pegawai- pegawai berumur relatif muda. Baginya, jiwa kaum muda yang bersifat dinamis dengan sema- ngat kerja lebih tinggi akan lebih mudah menelurkan ide kreatif yang menjadi kebutuh- an vital perusahaan. “Yang saya suka di Telkom- sel, pegawai-pegawainya jauh lebih muda jika dibandingkan dengan di Telkom. Tapi ka- dang ada gap bergaul dengan mereka. Candaan yang saya anggap lucu belum tentu lucu bagi mereka. Maklum, beda umurnya agak jauh jadi can- daannya juga beda generasi,” akunya sambil terbahak. Segmen mikro Dalam memprediksi bisnis seluler ke depan, Sarwoto me- nengarai penambahan peng- guna SIM card baru di tahun- tahun mendatang akan kian sulit. Belum lagi ditambah kenyataan besarnya angka turnover (tingkat perpindahan layanan) pelanggan SIM card. Di Indonesia, data pihak ope- rator menunjukkan 25%-30% dari 230-240 juta pemegang SIM card mudah terombang- ambing, khususnya di pasar low end yang memiliki dana terba- tas. Di Telkomsel sendiri, ujar pria 54 tahun ini, turnover rate mencapai 10%. Kebanyakan dari segmen prepaid atau praba- yar seperti Simpati dan As. Oleh karena itu, keberadaan komunitas-komunitas masyarakat kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasal- nya, pelanggan yang tergabung dalam sebuah komunitas lebih loyal pada suatu produk se- hingga tingkat perpindahan layanannya pun lebih rendah. Average revenue per user (ARPU) pelanggan komunitas pun ternyata lebih tinggi ketim- bang jenis pelanggan lainnya. Dengan kata lain, pemasukan perusahaan dari segmen ini akan semakin besar. Strategi pemasaran berbasis komunitas memang cukup jitu. Selain lebih murah daripada beriklan, strategi itu efektif mendekatkan mereka dengan segmen sasaran. Anggota ko- munitas juga bisa menjadi refe- rensi ketika orang lain mencari produk yang diinginkan. Itu sebabnya, dalam dua ta- hun terakhir, Telkomsel semakin serius menggarap pasar yang juga disebut micro segment ini. “Kita akan fokus pada seg- men mikro. Target ke arah ko- munitas atau kelompok dengan kebutuhan lebih kecil namun jelas. Misalnya komunitas anak sekolah, organisasi massa atau pecinta olahraga,” urainya. Sebagai operator dengan jumlah pelanggan terbesar, Telkomsel juga berinisiatif memperbanyak jumlah user atau komunitas pengguna smart phone (ponsel cerdas) seperti iPhone, BlackBerry, maupun pengguna layanan broadband, jasa nilai tambah, serta solusi. Tentunya hal itu harus dibarengi modernisasi jaringan dan perluasan kapasitas band- width. “Tahun ini kami anggar- kan belanja modal US$1,1 mi- liar untuk modernisasi jaring- an, perbesar bandwith menjadi 3-4 giga khusus untuk keluar negeri seperti RIM (Research in Motion) BlackBerry dan tambah 5.000 BTS.” Strategi tersebut merupakan salah satu respons perusahaan atas tren industri telekomu- nikasi ke depan yang ia sebut dengan beyond telco (telecom- munication)). Hal itu ditandai dengan menurunnya pemakai- an layanan suara (voice) dan pesan singkat (SMS). Di sisi lain, konsumsi layanan beyond telco seperti data se- makin meningkat. “Saat ini rata-rata penurunan- nya (voice dan SMS) 1%-8% per tahun. Sementara itu, makin hari peningkatan porsi penda- patan dari beyond telco makin besar. Dari sisi revenue, saat ini layanan beyond telco menyum- bang 12%. Dalam lima tahun ke depan, kita berharap sudah 50:50,” kata Sarwoto Adapun strategi ke seg- men mikro turut dipenga- ruhi fenomena new wave yang menumpukan pertumbuhan pelanggan seluler pada kelom- pok youth, women, dan netizen (internet and citizen). Segmen tersebut memi- liki karakteristik tersendiri. Segmen anak muda ( youth), misalnya, menginginkan produk yang memberi ke- sempatan untuk eksis dan berekspresi. Model pemasar- an terhadap anak muda juga harus keluar dari pakem yang ada selama ini. “Anak muda menginginkan perusahaan yang memberi mere ka kesempatan bereks- presi, eksis, dan terlibat,” ujarnya. Dengan tiga segmen besar itu, Telkomsel ke depan akan terus memformulasikan struk- tur produk yang sesuai dengan kebutuhan setiap segmen. Ia pun optimistis dengan servis serta penawaran yang lebih ketimbang operator lain, jumlah pelanggan yang telah diraih Telkomsel dapat dipertahankan. “Bagi kami, siapa yang mam- pu menguasai basis broadband dan servis, dia yang akan men- jadi pemenang.” Spiritual Meski sehari-hari waktunya disita berbagai tugas dan tang- gung jawab sebagai pemimpin perusahaan operator seluler terbesar di Tanah Air, Sarwoto tetap menyisihkan waktu un- tuk melakoni hobi utamanya, melancong. Uniknya, travelling yang di- Komunitas, Jurus Jitu Dekatkan Produk Siapa yang mampu menguasai basis broadband dan servis, dia akan menjadi pemenang. Penting bagi kami agar masyarakat bisa merasakan kehadiran Telkomsel yang dekat dan nyata.” MI/PANCA SYURKANI C EO TALKS 16 BIODATA Nama: Sarwoto Atmosutarno Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 1957 Pendidikan : 1985 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga 1995 Master of Business Engineering in Telecommunication, Ecole Nationale Superieure Des Telecommunications de Bretagne, Prancis Karier : 1998 Asisten Pribadi Direktur Utama Telkom 2001 Vice President of Tariff dan Interconnection Telkom 2004 Head of Long Distance Division Telkom 2007 Head of Infratel Division Telkom 2009 CEO PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) jalankan pria yang mengaku jarang sakit ini berbeda dengan kebiasaan orang umumnya. Sarwoto hobi mengunjungi tempat-tempat spiritual atau yang dalam kamusnya disebut spiritual travelling. Banyak tempat wisata spiritual di berbagai belahan dunia telah disambanginya. Di antaranya, Dieng di Jawa Tengah, Jerusalem di Timur Tengah, dan Tibet di utara Himalaya. “Wisata ke tempat spiritual akan memperkaya batin se- hingga menjadi lebih nyaman dan tenteram,” tuturnya. Selain tempat-tempat wisata spiritual, Sarwoto juga sangat mengagumi keindahan daerah- daerah di Indonesia. Kehadiran Telkomsel yang sudah menjang- kau hingga ke pelosok negeri, telah memampukan dirinya un- tuk mengerti berbagai keunikan dan keberagaman negara yang sangat ia cintai ini. “Namun, saya belum ke- sampaian mengunjungi tujuan wisata yang natural dan eksotis seperti Wakatobi dan Raja Am- pat. Padahal Telkomsel sudah ada di sana,” ingatnya sambil tertawa. (E-3) [email protected] SENIN, 18 APRIL 2011

SENIN, 18 APRIL 2011 Komunitas, Jurus Jitu Dekatkan … kencang. Bahkan, dalam waktu dekat, operator seluler itu siap menorehkan tonggak baru dalam sejarah mereka. Ya, Telkomsel kini

Embed Size (px)

Citation preview

ANDREAS TIMOTHY

“SO Close So Real.” Kalimat yang kira-kira arti nya ‘hadir begitu

dekat dan nyata’ tersebut telah menjadi slogan yang menempel pada PT Telekomunikasi Selu-lar (Telkomsel) selama nyaris 16 tahun mengudara melayani Indonesia.

Sejak meluncurkan layanan perdananya secara komersial pada 26 Mei 1995, Telkomsel berlari kencang. Bahkan, dalam waktu dekat, operator seluler itu siap menorehkan tonggak baru dalam sejarah mereka.

Ya, Telkomsel kini tengah bersiap menyambut pencapai-an 100 juta pelanggan SIM card (kartu cip). Sebuah prestasi fenomenal di tengah derasnya penetrasi pasar seluler Tanah Air dengan 11 operator dan jumlah SIM card yang melebihi jumlah penduduk.

Lantas, apa kaitan So Close So Real dengan pencapaian Telkomsel selama ini?

CEO Telkomsel Sarwoto At-mosutarno dengan gamblang menjawab kehadiran yang mampu menjangkau lebih dari 95% total populasi Indonesia telah menjadikan keberadaan Telkomsel begitu dekat dan nyata di hati masyarakat.

Dengan lebih dari 35 ribu base transceiver station (BTS), yang 7 ribu di antaranya berte-knologi 3G, jaringan anak usaha PT Telekomunikasi In-donesia Tbk (Telkom) ini telah menjangkau hingga seluruh provinsi, kabupaten, dan ham-pir seluruh wilayah kecamatan di Indonesia.

“Penting bagi kami agar masyarakat bisa merasakan kehadiran Telkomsel yang dekat dan nyata. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tapi juga sebagai sarana penun-jang berbagai aspek kehidupan mereka,” kata Sarwoto saat berbincang dengan Media In-donesia di ruang kerjanya yang bertempat di lantai 15 Wisma Mulia, Jakarta.

Jebolan master business engineer telekomunikasi dari Ecole Nationale Superieure Des Telecommunications de Bretagne, Prancis, 1995, ini mengakui bahwa pencapaian 100 juta pelanggan SIM card akan menjadi hal yang luar biasa. Apalagi, usia Telkomsel tergolong masih muda.

Ia sendiri mengaku sangat

menyukai iklim kerja Telkomsel yang banyak diisi pegawai-pegawai berumur relatif muda. Baginya, jiwa kaum muda yang bersifat dinamis dengan sema-ngat kerja lebih tinggi akan lebih mudah menelurkan ide kreatif yang menjadi kebutuh-an vital perusahaan.

“Yang saya suka di Telkom-sel, pegawai-pegawainya jauh lebih muda jika dibandingkan dengan di Telkom. Tapi ka-dang ada gap bergaul dengan mereka. Candaan yang saya anggap lucu belum tentu lucu bagi mereka. Maklum, beda umurnya agak jauh jadi can-daannya juga beda generasi,” akunya sambil terbahak.

Segmen mikroDalam memprediksi bisnis

seluler ke depan, Sarwoto me-nengarai penambahan peng-guna SIM card baru di tahun-tahun mendatang akan kian sulit. Belum lagi ditambah kenyataan besarnya angka turnover (tingkat perpindahan layanan) pelanggan SIM card.

Di Indonesia, data pihak ope-rator menunjukkan 25%-30% dari 230-240 juta pemegang SIM card mudah terombang-ambing, khususnya di pasar low end yang memiliki dana terba-tas. Di Telkomsel sendiri, ujar pria 54 tahun ini, turnover rate mencapai 10%. Kebanyakan dari segmen prepaid atau praba-yar seperti Simpati dan As.

Oleh karena itu, keberadaan k o m u n i t a s - k o m u n i t a s masyarakat kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasal-nya, pelanggan yang tergabung dalam sebuah komunitas lebih loyal pada suatu produk se-hingga tingkat perpindahan layanannya pun lebih rendah.

Average revenue per user (ARPU) pelanggan komunitas pun ternyata lebih tinggi ketim-bang jenis pelanggan lainnya. Dengan kata lain, pemasukan perusahaan dari segmen ini akan semakin besar.

Strategi pemasaran berbasis komunitas memang cukup jitu. Selain lebih murah daripada beriklan, strategi itu efektif mendekatkan mereka dengan

segmen sasaran. Anggota ko-munitas juga bisa menjadi refe-rensi ketika orang lain mencari produk yang diinginkan.

Itu sebabnya, dalam dua ta-hun terakhir, Telkomsel semakin serius menggarap pasar yang juga disebut micro segment ini.

“Kita akan fokus pada seg-men mikro. Target ke arah ko-munitas atau kelompok dengan kebutuhan lebih kecil namun jelas. Misalnya komunitas anak sekolah, organisasi massa atau pecinta olahraga,” urainya.

Sebagai operator dengan jumlah pelanggan terbesar, Telkomsel juga berinisiatif memperbanyak jumlah user atau komunitas pengguna smart phone (ponsel cerdas) seperti iPhone, BlackBerry, maupun pengguna layanan broadband, jasa nilai tambah, serta solusi.

Tentunya hal i tu harus dibarengi modernisasi jaring an dan perluasan kapasitas band-width. “Tahun ini kami anggar-kan belanja modal US$1,1 mi-liar untuk modernisasi jaring-an, perbesar bandwith menjadi 3-4 giga khusus untuk keluar negeri seperti RIM (Research in Motion) BlackBerry dan tambah 5.000 BTS.”

Strategi tersebut merupakan

salah satu respons perusahaan atas tren industri telekomu-nikasi ke depan yang ia sebut dengan beyond telco (telecom-munication)). Hal itu ditandai dengan menurunnya pemakai-an layanan suara (voice) dan pesan singkat (SMS).

Di sisi lain, konsumsi layanan beyond telco seperti data se-makin meningkat.

“Saat ini rata-rata penurunan-nya (voice dan SMS) 1%-8% per tahun. Sementara itu, makin hari pe ningkatan porsi penda-patan dari beyond telco makin besar. Dari sisi revenue, saat ini layanan beyond telco menyum-bang 12%. Dalam lima tahun ke depan, kita berharap sudah 50:50,” kata Sarwoto

Adapun strategi ke seg-men mikro turut dipenga-ruhi fenomena new wave yang menumpukan pertumbuhan pelanggan seluler pada kelom-pok youth, women, dan netizen (internet and citizen).

Segmen tersebut memi-liki karakteristik tersendiri. Segmen anak muda (youth), mi sa lnya , menginginkan produk yang memberi ke-sempatan untuk eksis dan berekspresi. Model pemasar-an terhadap anak muda juga harus keluar dari pakem

yang ada selama ini. “Anak muda menginginkan

perusahaan yang memberi mere ka kesempatan bereks-presi, eksis, dan terlibat,” ujarnya.

Dengan tiga segmen besar itu, Telkomsel ke depan akan terus memformulasikan struk-tur produk yang sesuai dengan kebutuhan setiap segmen.

Ia pun optimistis dengan servis serta penawaran yang lebih ketimbang operator lain, jumlah pelanggan yang telah diraih Telkomsel dapat

dipertahankan. “Bagi kami, siapa yang mam-

pu menguasai basis broadband dan servis, dia yang akan men-jadi pemenang.”

SpiritualMeski sehari-hari waktunya

disita berbagai tugas dan tang-gung jawab sebagai pemimpin perusahaan operator seluler terbesar di Tanah Air, Sarwoto tetap menyisihkan waktu un-tuk melakoni hobi utamanya, melancong.

Uniknya, travelling yang di-

Komunitas, Jurus Jitu Dekatkan Produk

Siapa yang mampu menguasai basis broadband dan servis, dia akan menjadi pemenang.

Penting bagi kami agar masyarakat

bisa merasakan kehadiran Telkomsel yang dekat dan nyata.”

MI/PANCA SYURKANI

CEO TALKS16

BIODATA

Nama: Sarwoto Atmosutarno

Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 1957

Pendidikan :1985 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga1995 Master of Business Engineering in Telecommunication, Ecole Nationale Superieure Des Telecommunications de Bretagne, Prancis

Karier : 1998 Asisten Pribadi Direktur Utama Telkom2001 Vice President of Tariff dan Interconnection Telkom 2004 Head of Long Distance Division Telkom 2007 Head of Infratel Division Telkom2009 CEO PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel)

jalankan pria yang mengaku jarang sakit ini berbeda dengan kebiasaan orang umumnya. Sarwoto hobi mengunjungi tempat-tempat spiritual atau yang dalam kamusnya disebut spiritual travelling.

Banyak tempat wisa ta spiritual di berbagai belahan dunia telah disambanginya. Di antaranya, Dieng di Jawa Tengah, Jerusalem di Timur Tengah, dan Tibet di utara Himalaya.

“Wisata ke tempat spiritual akan memperkaya batin se-hingga menjadi lebih nyaman dan tenteram,” tuturnya.

Selain tempat-tempat wisata spiritual, Sarwoto juga sangat mengagumi keindahan daerah-daerah di Indonesia. Kehadiran Telkomsel yang sudah menjang-kau hingga ke pelosok nege ri, telah memampukan dirinya un-tuk mengerti berbagai keunikan dan keberagaman negara yang sangat ia cintai ini.

“Namun, saya belum ke-sampaian mengunjungi tujuan wisata yang natural dan eksotis seperti Wakatobi dan Raja Am-pat. Padahal Telkomsel sudah ada di sana,” ingatnya sambil tertawa. (E-3)

[email protected]

SENIN, 18 APRIL 2011