25
SINTESA HASIL PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI PUSAT LITBANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN BOGOR, 2014

SINTESA HASIL PENELITIAN INTEGRATIF ......deduktif dan induktif III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kajian Klasifikasi Tipologi dan Potensi sebaran Hutan Produksi - Penggunaan Citra Digital

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SINTESA HASIL

    PENELITIAN INTEGRATIF

    PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI

    PUSAT LITBANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN BOGOR, 2014

  • OUTLINE

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Klasifikasi Tipologi dan

    Potensi sebaran Hutan Produksi

    Teknik Peningkatan Produktivitas

    Hutan Alam Produksi

    Informasi Dinamika

    Pertumbuhan/Riap Tegakan di

    Hutan Alam Produksi

    METODOLOGI

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN SASARAN LUARAN/OUTPUT

  • I. PENDAHULUAN

    HUTAN ALAM

    HUTAN PRIMER HUTAN ALAM

    BEKAS TEBANGAN

    TEKNOLOGI PENGELOLAAN

    HUTAN ALAM

    TEKNIK

    PEMBINAAN HUTAN ALAM

    PASCA TEBANGAN

    TEKNIK

    REHABILITASI

    HUTAN ALAM

    TEKNIK KLASIFIKASI

    TIPOLOGI HUTAN

    TEKNIK

    PENGATURAN HASIL

    DI HUTAN ALAM

    PRODUKTIVITAS

    HUTAN ALAM MENINGKAT

  • TUJUAN DAN SASARAN

    • Menyediakan informasi dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hutan alam produksi dalam rangka pemanfaatan hasil hutan yang optimal, rasional dan aman secara ekologis menuju pengelolaan hutan alam produksi yang lestari

    TUJUAN

    • Menghasilkan data/informasi dan teknologi tepatguna yang dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hutan alam produksi

    SASARAN

  • 1. .

    LUARAN/OUTPUT

    Teknik rehabilitasi dan pembinaan hutan alam bekas tebangan (LOF) yang tepat dan praktis sehingga mampu mengembalikan fungsi dan kualitas hutan alam secara cepat dan ekonomis. Penyempurnaan sistem silvikultur

    yang sudah operasional (TPTI/TPTJ/TR) yang dapat digunakan dalam pengelolaan hutan alam produksi.

    Perangkat pengaturan hasil di hutan alam produksi meliputi:

    Teknik pengklasifikasian tipologi hutan alam lahan kering, peta klasifikasi tipologi, potensi dan sebaran hutan alam lahan kering, untuk

    mempermudah menetapkan langkah kebijakan dalam pengelolaannya.

    • Model pendugaan volume pohon (tabel volume) jenis/kelompok jenis pohon-pohon di hutan alam,

    • Model kuantifikasi dinamika pertumbuhan (struktur tegakan) dan riap tegakan di hutan alam dan pengaturan hasil di hutan alam

  • II. METODOLOGI

    Metode systematic review: Suatu metode penelitian untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang relevan terkait permasalahan, topik tertentu dan fenomena yang menjadi perhatian Pada prinsipnya systematic review merupakan metode penelitian yang merangkum hasil-hasil penelitian primer untuk menyajikan fakta yang lebih komprehensif dan berimbang melalui analisis deduktif dan induktif

  • III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kajian Klasifikasi Tipologi dan Potensi sebaran Hutan Produksi - Penggunaan Citra Digital Dalam Klasifikasi Tipologi

    METODOLOGIMETODOLOGI

    CITRA SATELIT KLASIFIKASI GROUNDCHECK

    Jumlah Kelas/Strata

    Jumlah Sample/Plot

    Teknik Inventarisasi

    Lokasi Persamaan R2

    PT. Sindo Lumber Kalimantan Tengah

    V = 1240,229 + 6,135 B5 – 33,589 B4 + 11,808 B3 0,913

    N = 1172,308 + 0,198 B5 – 30,714 B4 + 16,118 B3 0,432

    PT. Segara Indochem Kalimantan Timur

    V = 887,455 + 4,134 B5 – 15,647 B4 + 2,856 B3 0,958

    N = 713,484 + 4,373 B5 + 3,147 B4 – 9,598 B3 0,319

  • Indeks Citra Dalam Klasifikasi Dan Pendugaan Potensi

    Filofosi Pembangunan Indeks

    •NDVI

    •BI

    X = indeks pusprohut

  • B. Teknik Peningkatan Produktivitas Hutan Alam Produksi

    1. Sistem Silvikultur TPTJ-Silin

    Kurva Pertumbuhan Shorea leprosula di Jalur TPTJ-Silin, Kalteng

  • 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

    Kurva prediksi 3 4 5 7 10 12 15 19 22 25 27 29 31 32 33 34 34 34 35 35 35 35 35 35 35

    Kurva harapan 3 4 6 8 10 13 15 18 21 25 28 31 33 36 39 41 43 45 47 49 50 52 53 54 55

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Dia

    me

    ter

    (cm

    )

    Umur (tahun)

    Kurva prediksi dan kurva harapan pertumbuhan diameter tanaman meranti di jalur tanam TPTJ-Silin di PT. SBK, Kalimantan Tengah

  • 1. Menerapkan teknik silvikultur intensif yaitu pemuliaan

    pohon, manipulasi lingkungan dan pengendalian hama

    penyakit.

    2. Diterapkan di Hutan Produksi Tetap (HP) dan tidak pada LOA

    yang baik

    3. Dilakukan pada kondisi lereng

  • S. Leprosula umur 4 tahun di jalur TPTJ-Silin, PT. Austral Byna - Kalteng

  • 2. Sistem silvikultur TPTI

    Perlakuan pembebasan, penjarangan dan kontrol pada TPTI tidak berpengaruhi nyata terhadap riap diameter tegakan

    Lokasi Perlakuan

    Riap Diameter (cm/th)

    Komersial

    Non komersial

    KHDTK Labanan, Kaltim

    Kontrol 0,53 0,29

    Pembebasan 0,84 0,36

    Penjarangan 0,57 0,33

    Namun ada juga di lokasi lain menunjukkan bahwa perlakuan pembebasan berpengaruh nyata terhadap riap diameter (riap tegakan pada perlakuan pembebasan untuk kelompok Dipt. 1,4 cm/tahun, sedangkan non-Dipt. 0,6 cm/tahun.

  • No. Tahap Kegiatan Waktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    10 11

    Penataan areal kerja (PAK) Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Pembukaan wilayah hutan (PWH) Pemanenan Perapihan Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) Pembebasan Tahap Pertama Pengadaan bibit Pengayaan/Rehabilitasi Pemeliharaan Tanaman Pengayaan/Rehabilitasi Pembebasan Tahap Ke dua dan Ke tiga Penjarangan Tegakan Tinggal

    Et-3 Et-2 Et-1 Et Et+1 Et+2 Et+2 Et+3 Et+3,4,5 Et+4,6 Et-+10,15,20

    Tahapan kegiatan dan tata waktu kegiatan TPTI 1993

    No. Tahap Kegiatan 1 Penataan Areal Kerja (PAK) 2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) 3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 4 Pemanenan 5 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan 6 Pembebasan Pohon Binaan 7 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

    Tahapan kegiatan dan tata waktu kegiatan TPTI 2009

  • a. Teknik pengkayaan intensif di bekas jalan sarad

    Shorea leprosula umur 3 tahun: Tinggi : 6 – 10 m (riap 2 – 3,3 m/tahun) Diameter : 5 – 10 cm (riap 1,7 – 3,3 cm/tahun)

  • Hutan rawang

  • b. Pengkayaan di hutan rawang

    S. stenoptera S. leprosula S. selanica S. pinanga

    S. palembanica Dypterocarpus sp. Hopea mangarawan Vatica resak

  • 3. Sistsem silvikultur Tebang Rumpang

    No. Jenis pohon Umur

    (tahun)

    Diameter

    pohon

    (cm)

    Tinggi

    total

    (m)

    Riap

    Keterangan Diameter

    (cm/th)

    Tinggi

    (m/th)

    1. Shorea

    parvistipulata

    17 27,2 - 1,60 - Kintap-Kalsel

    2. Shorea johorensis 17 22,1 - 1,30 - Kintap-Kalsel

    3. Shorea voiciflora 6 4,0 4,40 0,66 0,73 Kintap-Kalsel

    4. Shorea stenoptera 4 3,4 3,45 0,84 0,86 Kintap-Kalsel

    Pertumbuhan jenis-jenis pohon di Tebang Rumpang

  • c. Informasi Dinamika Pertumbuhan/Riap Tegakan di Hutan Alam Produksi

    No. Lokasi Perlakuan

    Riap Diameter (cm/th)

    Riap Volume (m3/ha/th)

    K NK S K NK S

    1. PT Sumalindo Lestari Jaya II, Kaltim - 0,54 0,49 0,53 2,29 0,10 2,39

    2. PT Diamond Raya Timber, Riau - 0,40 0,33 0,38 2,56 0,25 2,81

    3. PT Intracawood Manufacturing, Kaltim - 0,62 0,54 0,60 3,58 0,56 4,14

    4. PT Aya Yayang Indonesia, Kalsel - 0,66 0,39 0,67 2,55 0,33 2,88 5. Kalimantan Barat Anisoptera spp 0,18-0,46

    Dryobalanops spp. 0,35-0,70

    Hopea spp. 0,07-0,46

    Shorea spp. 0,53-0,66

    Riap diameter berkisar antara 0,5 – 1,8 cm/tahun di hutan tanah kering sedangkan di hutan tanah basah antar 0,39 – 0,43 cm/tahun

    Rotasi Tebang > 30 tahun

  • Kelas Diameter (cm)

    Laju (%) Ingrowth Upgrowth Mortality

    10 – 20 7,058 - 1,074 20 – 30 - 2,166 0,799 30 – 40 - 1,424 0,408 40 – 50 - 0,852 0,117 50 – 60 - 0,280 0,030 60 – 70 - 0,284 0,078 70 up - 0,148 0,000

  • d. Model pendugaan volume pohon untuk beberapa jenis pohon di hutan alam

    Jenis Persamaan Regresi Shorea laevis Vbc = 0,0015(D)2 ‒ 0,0254(D) + 0,0448 Shorea smithiana log Vbc = ‒2,986511 + 2,08686 log (D) ‒5,217938 (1/D) Vatica sp. log Vbc = ‒2,290659+1,738784 log (D) ‒12,09475 (1/D) Hopea sp. log Vbc = 1,9388 log D + 0,9309 log T ‒ 4,0872 Dipterocarpus sp. log Vbc = ‒4,2058 + 2,1295 log D + 0,6646 log T

    log Vbc = ‒4,0560 + 2,5478 log D Dipterocarpaceae log Vbc = ‒3,4216 + 1,8989 log D + 0,9287 log T Dipterocarpus acutangulus log Vbc = ‒3,6751 + 2,4022 log D Dipterocarpus sp. Vbc = 0,333 – 0,023(D) + 0,001(D2) Dipterocarpus lanceolata log Vbc = –3,336 + 2,205(log D) – 6,956(1/D) Dipterocarpus sp. Vbc = 0,184 – 0,0204(D) + 0,001(D2) Dipterocarpus lanceolata log Vbc = –4,0621 + 2,449(log D) Dipterocarpus sp. log Vbc = –3,808 + 2,416(log d) – 2,530(1/d) Dipterocarpus lanceolata log Vbc = –3,703 + 2,391(log d) – 1,868(1/d) Parashorea spp. Vbc = ‒0,4123 + 0,0059 D + 0,0012 D2 Dipterocarpus confertus Vbc = 0,2758 ‒ 0,0286 D + 0,0014 D2 Shorea macrophylla log Vbc = ‒3,3545 + 2,2249 log D ‒ 3,9328(1/D) Dipterocarpus

    glabrigemmatus log Vbc = 0,64229 + 0,4443 log D

    Dipterocarpus stellatus Log Vbc = ‒1,995519 + 1,0198 log D – 1.3262 (1/D)

  • Bangkirai (Shorea aevifolia)

    Vbc = 0,00008 D2,61996 Vbc = 0,00007 D2,28586 T0,52249 V7 = 0,00007 D2,65279 V7 = 0,00006 D2,40252 T0,39138

    Mersawa (Anisopthera sp.)

    Vbc = 0,00011 D2,51110 Vbc = 0,00009 D2,17697 T0,53113 V7 = 0,00009 D2.60524 V7 = 0,00008 D2,47890 T0,20084

    Ulin (Eusideroxylon zwageri)

    Vbc = 0,00029 D2,19842 Vbc = 0,00022 D2,09417 T0,26747

    Keruing (Dipterocarpus sp.)

    Vbc = 0,00014 D2,44480 Vbc = 0,00013 D2,22417 T0,35545 V7 = 0,00011 D2,52320 V7 = 0,00010 D2,38990 T0,21477

    Medang (Litsea spp.)

    Vbc = 0,00022 D2,39477 Vbc = 0,00009 D2,08420 T0,69790 V7 = 0,00030 D2,37143 V7 = 0,00017 D2,18600 T0,41680

    d. Model pendugaan volume pohon untuk beberapa jenis pohon di hutan alam

  • KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    1. Kondisi tegakan setelah tebangan umumnya masih potensial sebagai standing stock rotasi berikutnya (tegakan sisa, pohon inti dan permudaan). Saran yang perlu dilakukan adalah menyederhanakan tahapan TPTI dan yang menjadi kunci pokok adalah perlindungan dan pengamanan tiap tahun yang seharusnya dimasukan juga dalam tahapan TPTI

    2. Sistem silvikultur TPTJ-Silin menunjukkan prospek yang baik Pemilihan jenis tanaman yang unggul dan pemeliharaan yang intensif, perlindungan dan pengamanan tegakan terhadap gaangguan

    3. Teknik pengkayaan yang intensif dengan pemilihan jenis yang tepat (bekas jalan sarad, bekas TPn, dan bekas jalan cabang), penyiapan lahan yang tepat, penggunaan pupuk dan pemeliharan yang baik akan menghasilkan tanaman pengkayaan yang prospektif

    4. Pohon inti yang berdiameter 20-30 cm sebagai pohon penyusun tegakan di masa depan perlu mendapatkan prioritas untuk dibina, prioritas berikutnya adalah permudaan tingkat tiang berdiamater 10 – 20 cm

  • KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    5. Volume pohon dipengaruhi jenis dan tempat tumbuh model pendugaan volume untuk setiap jenis dan lokasi unit pengelolaan hutan produksi

    6. Pohon inti lebih dari 25 pohon/ha, dan permudaan masih cukup tinggi dan riap diameter berkisar antara 0,5 – 1,8 cm/tahun di hutan tanah kering sedangkan di hutan tanah basah antar 0, 39 – 0,43 cm/tahun

    7. Hasil uji coba penanaman pada hutan alam produksi yang telah rusak, menunjukkan bahwa pemilihan jenis yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan rehabilitasi

    8. Citra Landsat dapat digunakan untuk menduga dan mengklasifikasikan hutan alam secara efisien, dan efektif

    umbuhdan

    permudaanantara

    sedangkan

    produksiproduksijenis

    keberhasilan

    dandan

    produksijenis

  • TPTI

    TPTJ-Silin

    THPB

    Pemukiman

    Rekomendasi pengelolaan hutan alam produksi