Sistem Instrumentasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasar instrumentasi dan kontrol

Citation preview

  • SISTEM INSTRUMENTASI

    Disusun oleh :

    Dr. Drs. Jaja Kustija, M.Sc.

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2014

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

    Modul I SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA .................................. 1

    Modul II & III SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    KARAKTERISTIK STATIS & DINAMIS ......................................................... 5

    Modul IV SISTEM INSTRUMENTASI ORDE 2 ............................................ 12

    Modul V SISTTEM INSTRUMENTASI TRANDUCER ................................ 18

    Modul VI INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA OP-AMP ............................ 24

    Modul VII INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA SIFAT DAN BESARAN

    OP-AMP ................................................................................................................ 32

    Modul VII & IX INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA PENGGUNAAN OP-

    AMP UNTUK PENGUAT INSTRUMENTASI DAN PENGUAT LOG DAN

    ANTILOG ............................................................................................................. 27

    Modul X & XI SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    PENGOLAHAN DIGITAL TO ANALOG CONVERTER ............................. 52

    Modul XII & XIII SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    PENGOLAH ISYARAT (SINYAL) ................................................................... 63

    Modul XIV SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA JENIS-JENIS

    PENGUBAH ISYARAT ANALOG KE DIGITAL .......................................... 75

  • 1

    MODUL I

    SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    Tujuan : Menjelaskan bagian-bagian dari Sistem Instrumentasi Elektronika

    Pokok-pokok Bahasan

    1. Definisi Sistem Instrumentasi Elektronika

    2. Bagian dari Sistem Instrumentasi Elektronika

    3. Contoh Sistem Instrumentasi Elektronika

    4. Definisi-definisi dalam Sistem Instrumentasi Elektronika

    Daftar Pustaka

    1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem

    2. W. Bolton : Mechatronic

    3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And

    Measurement Technique

    I. Bagian bagian Sistem Instrumentasi Elektronika dan beberapa definisi dalam

    instrumentasi

    Mempelajari pengukuran besaran-besaran fisis dengan bantuan peralatan

    elektronik.

    Secara umum Sistem Instrumentasi Elektronik terdiri dari tiga bagian seperti

    terlihat pada gambar 1.1

    Gambar 1.1 Sistem Instrumentasi

    1. Sensor which respond to the quantity being measured by giving as its output a

    signal which is related to the quantity

    Definisi lain :

    Sensor Signal Conditioner

    Di splay

    Quantity Being

    Measured

    Value Of

    The Quantity

  • 2

    Sensor / Tranduser adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu besaran

    fisis menjadi besaran fisis yang lain.

    Untuk keperluan Sistem Instrumentasi Elektronik, tranduser yang digunakan

    yang mempunyai output besaran listrik.

    Contoh :

    Kuantitas yang ingin kita ukur adalah temperatur, supaya temperatur dapat

    dibaca secara elektronik maka digunakan sensor termo kopel (Thermocouple).

    Gambar 1.2

    Beda potensial listrik yang dihasilkan sebanding dengan tinggi rendahnya

    temperature.

    2. A Signal Conditioner

    Which takes the signal from sensor and convert it into a condition which is

    suitable for either display.

    Ex :

    Keluaran dari sensor termokopel adalah tegangan yang masih lemah, maka

    pada signal Conditioner (pengkondisian) sinyal ini diperkuat dalam hal ini

    alat pengkondisian sinyal adalah Penguat Instrumentasi (Ampli), lebih lengkap

    lagi sinyal yang telah diperkuat tadi tumbuh menjadi data digital (ADC)

    kemudian dicacah secara digital untuk selanjutnya masuk ke bagian display.

    3. A Display Sistem

    A Display system where the output from signal conditioner is displayed.

    Contoh-contoh display

    1. Printer

    2. Layar Monitor

    3. Jarum

    4. Seven Segment

    5. LCD

    Contoh : Sistem Instrumentasi Elektronik

    Thermo Couple

    Temperatur EMF (Beda Potensial Listrik)

  • 3

    Gambar 1.3 Pengukuran jarak dengan media ultra sonic dan pengolah signal

    mikro kontroler

    Konfigurasi Sistem Pengukuran

    Dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini :

    Gambar 1.4 Konfigurasi Sistem Pengukuran

    a. The Tranduser

    Which Convert the measured into a useable electrical output.

    b. The Signal Conditioner

    C

    AT 89C51

    Display

    Pemancar Ultra Sonic

    Penerima Ultra Sonic

    Object Pemeroses

    Digital Printer

    Digital Display

    Analog Panel Meter

    Grafic Recorder

    To Control System

    Osiloscope

    Magnetic Tape Recorder

    Signal Conditioner

    Tranduser

    Power Supply

    Input Measurend

  • 4

    Which Convert the tranduser output into an electrical quantity suitable for

    control recording and display.

    c. The Display or red out devices which display the required information about

    the measurend, generally in engineering units.

    Beberapa definisi dalam Pengukuran

    Instrument : Sebuah alat untuk menentukan nilai atau kebesaran

    suatu kuantitas atau variable

    Ketelitian (Accuracy)

    Harga terdekat dengan mana suatu pembacaan instrument

    mendekati harga sebenarnya dari variable yang diukur.

    Ketepatan (Precision)

    Suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil

    pengukuran yang serupa dengan memberikan suatu harga tertentu

    bagi sebuah variable

    Ketepatan (presisi) merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukan

    perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran pengukuran yang telah

    dilakukan secara berurutan

    Sensitivitas (sensitivity)

    Perbandingan antara sinyal keluaran atau respon instrument

    terhadap perubahan masukan atau variable yang diukur.

    Resolusi (Resolution)

    Perubahan terkecil masukan yang dapat direspon oleh

    instrument

    Kesalahan (Error)

    Penyimpangan Variable yang diukur dari nilai sebenarnya

  • 5

    SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    KARAKTERISTIK STATIS & DYNAMIS

    Tujuan : Mempelajari karakteristik statis dan dynamis alat ukur

    Pokok-pokok Bahasan

    1. Karakteristik statis

    2. Karakteristik Dynamis

    3. Sistem Orde nol

    4. Sistem Orde satu dengan masukkan step dan ramp

    Daftar Pustaka

    1. Instrumentation Devices : Rangan, SARMA, and System.

    2. Electronic Instrumentation

    And measurement Tekhniques : William. D. Coopera

    3. Techniques of Instrumentation : A. C. Srivastava

    4. Mechatronics : w. Bolton

    2.1. Pendahuluan

    Karakteristik kerja instrumentasi secara garis besarnya terbagi dalam dua kelompok

    besar adalah :

    Karakteristik Statis yang dipresentasikan oleh tingkat presisi dan akurasi. Sifat akurasi

    ditentukan oleh sensitivitas, range (jangkauan), non linieritas, hysteresis.

    Karakteristik dynamis : Karakteristik ini di definisikan oleh time constant, damping

    coefisien dan frekuensi natural.

    2.2. Karakteristik Statis

    Karakteristik Statis adalah suatu alat ukur (instrumentasi) adalah karakteristik apabila

    alat ukur digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu

    atau hanya berubah secara lambat.

    2.3. Karakteristik Dynamis

    Karakteristik Dynamis suatu alat ukur adalah fungsi waktu. Hubungan masukkan

    keluaran dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial karakteristik utama adalah

    kecepatan dalam tanggapan kecermatan kecepatan tanggapan (respon adalah

  • 6

    kecepatan alat ukur dalam memberi tanggapan terhadap perubahan kuantitas yang

    diukur).

    Kecermatan adalah tingkat yang memberi gambar apakah alat ukur tanpa kesalahan

    dinamis adalah perbedaan antara kuantitas nilai sebenarnya yang berubah menurut

    waktu terhadap nilai yang ditunjukkan alat ukur jika di asumsikan tidak ada kesalahan

    statis.

    Model matematis yang berkaitan dengan masukkan dan keluaran pada karakteristik

    dinamis adalah sebagai berikut.

    ooo

    n

    on

    nn

    on

    n eadt

    dea

    dt

    eda

    dt

    eda

    11

    1

    1 ...

    = ioi

    im

    m

    mim

    m

    ebdt

    debe

    dt

    dbe

    dt

    dbm

    11

    1

    1 ...

    Dimana eo = Keluaran

    ei = Masukkan

    a dan b adalah tetapan-tetapan yang berkaitan dengan kombinasi parameter-

    parameter fisik system. Persamaan matematis diatas dapat diselesaikan

    menggunakan operator D atau transformasi Laplace.

    Marilah kita definisikan operator diferensial sebagai berikut.

    dt

    dD

    Persamaan umum menjadi :

    oon

    nn

    n eaDaDaDa )...( 11

    1

    = iom

    mm ebDbDbbmD )...( 1

    11

    Dengan mengunakan metoda operator D penyelesaian eo secara lengkap diperoleh

    dua bagian.

    opiOCFo eee

    OCFe bagian penyelesaian fungsi pelengkap

    opie bagian penyelesaian integral tertentu

    Penyelesaian OCFe mempunyai n tetapan sembarang, opie tidak memiliki tetapan,

    tetapan sembarang ini dapat dievaluasi secara numerik dengan menentukan kondisi

    awal pada persamaan umum. Penyelesaian OEFe diperoleh dengan menghitung n

    akar persamaan al-jabar karakteristik.

  • 7

    0... 11

    1

    on

    nn

    o aDaDaDna

    Bila akar r1,r2,r3.Rn telah diperoleh maka penyelesaian pelengkap dapat ditulis

    sesuai aturan jawaban persamaan diferensial .

    Bagian penyelesaian integral tertentu dapat dikerjakan menggunakan metoda

    kooefisien tak ditetapkan sehingga diperoleh penyelesaiannya.

    ......)(")(')( tCftBftAfeopi

    Gambar 2.1 Hubungan Input-Output

    Pernyataan diatas menunjukkan perbandingan keluaran dan masukkan dinyatakan

    dengan fungsi transfer.

    Fungsi transfer sangat berguna dalam menggambarkan karakteristik dinamis sistem

    dengan symbol yaitu menggunakan diagram blok misalkan suatu system terdiri dari 4

    subsatuan yang mempunyai transfer K1,K2,K3, dan K4. seluruh fungsi transfer dari

    sistem adalah :

    54321 KKKKKe

    e

    i

    o

    io eKe 5

    Gambar 2.2

    Fungsi Transfer Keseluruhan

    K

    ie oe

    KaDaDaDa

    bDbDbbmDD

    e

    e

    on

    nn

    n

    om

    mm

    i

    o

    11

    1

    11

    1

    ...

    ...)(

    K1

    K2

    K3

    K4

    ie

    oe

  • 8

    5Kee io

    Fungsi transfer menggunakan transformasi laplace.

    oin

    nn

    n

    om

    mm

    m

    i

    o

    aSaSaSa

    bSbSbSbs

    e

    e

    ...

    ...)(

    11

    11

    1

    fungsi transfer menggunakan sinusioda dengan frekuensi anguler () menggunakan

    je

    oin

    nn

    n

    oim

    mm

    m

    i

    o

    ajajaja

    bjbjbjb

    e

    e

    )(...)()(

    )(...)()(1

    1

    11

    Instrumen Orde Nol

    Semua instrument yang menghasilkan konstanta a dan b sama dengan nol kecuali ao

    dan bo sehingga persamaan umum karakteristik sebagai berikut:

    o

    o

    i

    o

    a

    b

    e

    e

    iooo ebea

    i

    o

    oo e

    a

    be

    dimana o

    o

    a

    bK kepekaan statis

    io Kee

    alat ukur (instrumen urutan nol orde nol jika masukan berubah terhadap waktu maka

    keluaran mengikuti secara sempurna tanpa penyimpangan atau kesenjangan waktu.

    Instrumen orde nol memperlihatkan penampilan dinamis yang ideal.

    Gambar 2.3

    Potensio meter menggambarkan sistem orde nol R e

    R1

    E

    E

    e

    Resistansi

    R1

    R2

  • 9

    Persamaan potensio meter diatas mempunyai hubungan output input sebagai

    berikut i

    o

    R

    R

    E

    e

    KEe

    Instrumen orde pertama

    Model matematik dari model pertama

    ioooo

    i ebeadt

    dea

    persamaan diatas dapat disederhanakan manjadi

    i

    o

    oo

    o

    o

    i ea

    be

    dt

    de

    a

    a.

    misal

    Ta

    a

    o

    i = Tetapan waktu

    Ka

    b

    o

    o = Tetapan statis

    menggunakan operator D

    ioo KeeTDe )(

    io KeeTD )1(

    T

    Tanggapan tangga (Step Response) untuk system orde pertama

    Gambar 2.4

    Fungsi tangga

    1e = 0 untuk t = 0

    1

    Td

    K

    e

    e

    i

    o

    E

    t t=0

    e1

    ER

    Re o

    1

  • 10

    2e = E untuk t 0

    Untuk transformasi Laplace

    S

    EsE )(1

    T 1Keedt

    deo

    o

    T sEo(s) + Eo(s) =s

    sEK

    )(

    (T s + 1)Eo(s) =s

    sEK

    )(

    Eo (s) = )(.)1(

    sETs

    K

    s

    Eo(s) =

    1sT

    KT

    s

    KE(s)

    =

    Tss

    111

    KE(s)

    Transormasi inverse Laplace menghasilkan

    ...i

    o

    Ke

    e( 1 e -t / T )

    dapat digambarkan proses system orde pertama terhadap masukkan fungsi step

    adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.5

    Response System orde pertama jika diberi masukkan step

    Respon system orde terhadap masukkan Ramp

    Masukkan ramp mempunyai persamaan :

    mtei LsEi )( mt

    2)(

    s

    msEi

    Amplitudo

    t

    Step Input

    Output ke1

    0,632

    Kx

    Xo

  • 11

    sehingga persamaan matematik siatem dengan input ramp menjadi :

    2.

    )1()(

    s

    m

    T

    KsE

    s

    =

    s

    T

    Ts

    T

    sKm

    1

    12

    eo (t) = Km (t T + T e -t/T) untuk t 0

    Error ( kesalahan ) dynamic antara input dan output adalah :

    (t) = kmt xo (t)

    = Kmt Km (t T +T e-t/T )

    =Km (1 e-t/T )

    Untuk t = maka error yang terjadi adalah

    ss = KmT

    sehingga dapat digambarkan sebagai berikut

    Gambar 2. 6

    Rspons system orde pertama jika diberi masukkan ramp

    t

    outputt

    Steady state

    ss = KmT

    Ramp Input mt

    Amplitudo

    eo

  • 12

    MODUL IV

    SISTEM INSTRUMENTASI ORDE 2

    Tujuan Instruksional Umum :

    Menjelaskan persamaan matematis system orde dua

    Tujuan Instruksi Khusus :

    a. Dapat memahami response dari system orde 2

    b. Dapat memahami system orde 2 dengan input rampt

    Buku Rujukan

    1. Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem

    2. W. Bolton : Mechatronic

    3. William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And

    Measurement Techniques

    Sistem orde dua memenuhi persaman matematis sebagai berikut :

    112

    2

    2 ebeadt

    dea

    dt

    eda ooo

    oo

    dengan menggunakan transformasi laplace akan diperoleh :

    )()()()( 12

    2 sebseasseasesa iooooo

    )()()( 12

    2 sebseasasa iooo

    semua dibagi dengan ao

    )()()1( 122 sea

    bses

    a

    as

    a

    ai

    o

    oo

    oo

    Jika dimisalkan

    1. Ka

    b

    o

    o

    2. 2

    2

    2

    1

    no

    on

    a

    a

    a

    a

  • 13

    3. 2

    1

    2 aa

    a

    o

    Dari persamaan 2 dan 3 didapat

    n

    oa

    a21

    Sehingga

    )()()12(2

    2

    sKesess

    ion

    n

    12

    1

    )(2

    2

    sssKe

    e

    nn

    i

    o

    12

    )(

    2

    2

    ss

    Ks

    e

    e

    nn

    i

    o

    contoh system orde 2 pada system yang mengandung pegas, gesekkan dan

    percepatan

    )(2

    2

    tfkxdt

    dxb

    dt

    xdm

    masukkan berupa fungsi step untuk system orde 2 :

    Gambar 4.1

    0)( tei Untuk t 0

    Estei )( Untuk t 0

    L ei (t) =s

    Es

    Es

    t

  • 14

    Dengan memasukkan ke fungsi transfer system orde 2 dengan masukkan step

    didapat :

    12

    1)(

    2

    2

    ss

    s

    EK

    se

    nn

    s

    o

    nn

    n

    s

    o

    sssKE

    se

    2(

    )(2

    2

    ada tiga kemungkinan response dari system orde 2 untuk masukkan berupa step input

    tergantung dari harga antara lain :

    a. Untuk 1 (Overdamped)

    Dengan menggunakan transformasi balik (inverse transformasi laplace) akan

    didapat

    ttKE

    en

    s

    o

    )1exp(

    12

    1)( 2

    2

    1)1exp(12

    1 22

    tn

    b. Untuk = 1 ( critically damped)

    Persamaan menjadi

    nn

    n

    s

    o

    sssKE

    se

    2(

    )(2

    2

    2

    2

    )( n

    n

    ss

    )()( 2 nn s

    c

    s

    B

    s

    A

    sehingga

    )(.)( 22

    nnn sCssBsA

    untuk s = n Didapat B = n

  • 15

    diferensiasi dari *

    0 = 2 A (s +n) + B + C ((s + n)+ s))..(**)

    Untuk s = -n

    0 = B + C (-n)

    0 = -n C -n

    C = -1

    Diferensiasi dari **

    0 = 2 A + C(2)

    A = -C = 1

    Sehingga persamaan menjadi

    )(

    1

    )(

    )(1)(2

    nn

    n

    s

    o

    sssKE

    se

    dan

    ttns

    o nn etetKE

    e 1)(

    )exp()1(1)( tttKE

    enn

    s

    o

    sedang kemungkinan ke tiga adalah

    1 (under damped)

    didapat hasil

    ))1sin((1

    )exp(1)(

    2

    t

    tt

    KE

    en

    n

    s

    o

    dimana

    inv sin 21

    Respon dari system orde 2 terhadap masukkan step dapat digambarkan sebagai

    berikut :

  • 16

    Gambar 4.2

    System orde 2 dengan input rampt :

    Input rampt

    ei (t) = mt

    Ei(s) = 2s

    m

    Solusi dari persamaan orde input rampt

    a. 1

    )1sinh

    12

    121)(coshexp(

    2)

    2()( 2

    2

    22

    tttKmtt

    KE

    ennn

    nni

    o

    b. =1

    21)(exp(

    2)

    2()(

    ttKmtt

    KE

    e nn

    nni

    o

    c. 1

    1sin(

    1

    )exp()

    2()(

    2t

    tKmtt

    KE

    en

    n

    n

    ni

    o

    dimana

    12

    122

    2

    invtg

    xt

    = 1,5

    1,5

    1,0

    0,5

    1 2 3 4 5

    s

    o

    KE

    e

    = 3,0

    = 1,0

    = 0,1 = 0,7 STEP INPUT

  • 17

    Response dari system orde 2 untuk masukkan berbentuk rampt dapat

    digambarkan sebagai

    Gambar 4.3

    = 0,4

    0,6

    0,8

    1,0

    1,5

    nt 1 2 3 4 5

    1

    2

    3

    i

    o

    KE

    e

  • 18

    MODUL V

    SISTEM INSTRUMENTASI

    TRANSDUCER

    5.1 Definisi dan pengelompokkan Transducer

    Transducer adalah suatu peralatan / alat yang dapat mengubah suatu besaran ke

    besaran lain.

    Dilihat dari pengubahan suatu besaran menjadi tegangan atau arus listrik terdapat

    dua kelompok transducer yakni :

    Tranducer fasif yakni transducer yang mengubah besaran menjadi tegangan atau

    arus listrik memerlukan sumber dari luar.

    Contoh :

    Mengubah level (tinggi) fluida menjadi tegangan arus listrik menggunkan

    transducer kapasitor.

    Terminalkapasitor

    Tinggi cairan

    Gambar 5.1 kapasitor yang kesambung tangki

    Perubahan medium kapasitor dapat mengakibatkan harga kapasitansi dari kapasitor

    . Untuk kapasitor tabung berlaku persamaan

    1

    2

    2

    R

    RLn

    KeLC o

    dimana

    c = kapasitansi (Farad)

    Ke= Konstanta dielektrik medium

    L = tinggi kapasitor

    o= permebilitas listrik udara/ vacuum

  • 19

    untuk mengubah besaran kapasitansi menjadi tegangan listrik memerlukan sumbe

    rdari luar.

    cXc

    1

    C

    Ac R

    Vc

    RjXc

    jXccV

    Gambar 5.2

    Dihitung dalam bentuk phasor

    Contoh lain transformer Pasif

    Transducer perpindahan menggunakan resistansi terubah

    Sapu Perpindahan

    E i

    E o

    Gambar 5.3

    m)(bahan tanRe

    )(m Luas A

    (m) Panjang

    )(Resistansi

    2

    sisis

    R

    AR

    harga resistansi berbanding lurus dengan l sehingga jika panjang resistor perubah

    maka resistansinya berubah. Denganmemberi sumber dari luar maka akan

    didapatkan perpindahan berbanding lurus dengan tegangan keluaran.

  • 20

    totaltanReRt

    aldan terminsapu antara Resistansi Rw

    masukkan teganganE

    keluaran

    .E

    i

    O

    sisis

    teganganE

    ERt

    Rw

    O

    i

    2. Transducer jenis pembangkit sendiri (Self generating type)

    Adalah transducer yang menghasilkan suatu tegangan atau arus analog bila

    diransang oleh suatu bentuk fisis enrgi tertentu, transducer pembangkit sendiri tidak

    memerlukan daya luar.

    Contoh :

    Anoda

    Katoda

    a. Kontruksi

    CahayaA

    V

    b. Rangkaian uji

    Gambar 5.4

    Dapat digambarkan karakteristik dari fotolistrik sebagai berikut:

    0,8

    0,6

    0,4

    0,45

    10

    15

    20

    Fluks =0,1 lumen

    80 v 160 v

    Arus anoda

    A

    Tegangananoda

    Gambar 5.5

  • 21

    Perhatikan bahwa untuk tegangan diatas 20 volt arus keluaran hampir tidak

    bergantung pada tegangan yang diberikan tetapi tergantung dari intensitas cahaya

    yang masuk melalui tabung, arus keluaran biasanya dalam orde mikrometer

    dengan demikian tabung cahaya dihubungkan ke penguat arus guna menghasilkan

    suatu keluaran yang bermanfaat, transduser ini dapat mengubah intensitas cahaya

    menjadi arus listrik. Arus listrik yang terjadi berbanding lurus dengan intensitas

    cahaya yang masuk.

    Alat pengubah intensitas cahaya menjadi arus listrik tanpa sumber dari luar .

    Contoh lain transducer pembangkit energi sendiri :

    Tachogenerator

    Mengubah kecepatan putar atau kecepatan fluida menjadi ggl induksi (tegangan

    listrik)

    Prinsip kerjanya sebagai berikut:

    Magnetpermanent

    Rotating coil

    NS

    Gambar 5.6

    Menurut prinsip Faraday

    Jika penghantar mendapat fluks magnet yang tidak konstan akan menghasilkan ggl

    induksi sebesar

    sdB

    ggle

    dt

    dNe

    .

    dt

    d

    dt

    d

    waktuhadapmagnet ter fluksPerubahan dt

    d

    lilitanJumlah N

    induksi

    [fluks magnet ] yang dihasilakan dari magnet permanent berharga kostan tetapi

    karena lilitan diputar pada medan magnet maka lilitan penghantar (kumparan

    penghantar) akan mendapat fluks yang berubah sesuai dengan posisi penghantar.

  • 22

    Maximum

    Fluks maksimum

    Gambar 5.7. (a) Penghantar mendapat fluks maximum (b)gambar penghantar

    mendapat fluks sama dengan nol.

    t

    t

    jika

    sinmendapat

    tsudut membentuk penghantar

    m

    Gambar 5.8

    Dari persamaan di atas t= sudut yang ditempuh oleh penghantar yang berputar

    dan adalah kecepatan sudut.

    Dengan mensubstitusikan ke persamaan Maxwell didapat

    tNe

    tdt

    dNe

    m

    m

    cos

    )sin(

    dimana merupakan fungsi dari banyaknya putaran permenit sehingga secara

    keluruhan hubungan antara tegangan keluaran dengan rotasi permenit mempunyai

    hubungan :

  • 23

    permenit rotasi n

    magnet fluks

    konstanta c

    keluaran tegangan

    E

    cnE

  • 24

    MODUL VI

    INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    OP-AMP

    Tujuan Instruksional Umum

    Agar mahasiswa dapat memahami tentang Op-amp

    Tujuan Instruksional Khusus

    Dapat menerangkan tentang sifat-sifat ideal Op-amp

    Dapat menerangkan penguat menggunakan Op-amp

    Buku Rujukan

    Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem

    W. Bolton : Mechatronic

    William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And

    Measurement Techniques

    6.1. Pendahuluan

    Penguat operasional atau op-amp (dari kata operational amplifier) adalah

    penguat diferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai

    penguatan tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105. dengan penguatan

    yang amat tinggi ini, penguat operasional dengan rangkaian balikan lebih banyak

    digunakan daripada dalam lingkar terbuka.

    Pada masa kini op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian terpadu atau IC

    (Integrated Circuit), dimana dalam satu potong kristal silicon dengan luas kurang dari

    1 mm2 terkadang rangkaian penguat lengkap terdiri dari banyak transistor, dioda,

    resistor, dan kadang-kadang kapasitor. Kini kita dapat membeli suatu IC yang dalam

    satu potongan kristal mengandung empat buah op-amp sekaligus.

    Pemakaian op-amp amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur

    tegangan dc, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog ke digital dan

    pengubah digital ke analog, pengolah isyarat seperti cupliktahan , penguat pengunci,

    pengintegral, kendali otomatik, computer analog, elektronik nuklir, dan lain-lain.

    6.2. Sifat-sifat ideal op-amp

    Op-amp biasanya dilakukan dengan gambar 6.1

  • 25

    Gambar 6.1

    Tampak ada dua masukan, yaitu masukan pembalik (inv) dan masukan tak

    membalik (non inv). Masukan diberi tanda minus dan masukan tidak membalik diberi

    tanda (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik, maka

    pada daersh frekuensi tangah isyarat keluaran berlawanan fasa atau berlawanan

    tanda dengan isyarat masukan.

    Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik maka

    isyarat keluaran sefasa atau mempunyai tanda yang sama dengan isyarat masukan.

    Pada umumnya op-amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding

    dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. Op-amp semacam ini

    dikenal sebagai op-amp biasa.

    Disamping op-amp biasa ada pula op-amp yang menghasilkan tegangan

    isyarat keluaran yang sebanding dengan beda arus masukan. Op-amp semacam ini

    dikenal sebagai op-amp Norton. Satu contoh op-amp Norton adalah IC LM 3900

    buatan National semikonduktor. Satu macam ini adalah op-amp yang menghasilkan

    arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara kedua

    masukannya. Op-amp semacam ini disebut penguat transkonduktansi operational

    (Operational Transconcuctance Amplifier-OTA). Satu contoh OTA adalah IC 3080

    buatan RCA. Pada bahasan ini hanya sebatas op-amp biasa.

    Beberapa ideal sifat op-amp adalah:

    a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av,ib =

    b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau Ro, ib = 0

    c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri,ib =

    d. Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 f1 =

    e. Nisbah penolakan bersama (CMMR) =

    Marilah kita tinjau op-amp yang popular digunakan yang dikenal dengan IC 741.

    pada mula IC 741 dibuat oleh Fairchild Semiconductor dan bernama A 741. Akan

  • 26

    tetapi oleh karena amat popular hamper semua perusahaan membuatnya. Untuk 741

    kita mempunyai data sebagai berikut Ri,lb = 2 M, CMMR = 90 dB, Av,lb = 2000009

    pada frekuensi rendah), Ro,lb = 75, lebar pita untuk penguatan =1 adalah 1 MHz.

    6.3. Penguat Menggunakan Op-amp

    Jika kita menggunakan op-amp untuk penguat dengan penguatan yang tidak terlalu

    besar, kita harus memasang balikan negative. Ini dilakukan dengan memasang

    resistor antara keluaran dengan masukan membalik. Oleh karena penguatan tanpa

    balikan (lingkar terbuka) amat besar maka penguatan lingkar tertutup (dengan

    balikan) boleh dikata hanya bergantung pada rangkaian balikan saja, dan tak

    bergantung pada nilai komponen yang digunakan dalam op-amp IC itu sendiri. Ini tak

    berlaku pada frekuensi tinggi.

    Ada tiga macam penguatan yaitu penguat pembalik, penguat tak membalik dan

    penguat jumlah.

    Penguat pembalik

    Penguat pembalik sumber isyarat dihubungkan dengan masukan membalik seperti

    pada gambar 6.2

    Gambar 6.2 Penguat pembalik

    Kita membahas penguatan lingkar tertutup (Av,lb) dengan pengertian balikan. Akan

    tetapi disini akan ditempuh jalan lain lebih praktis pada gambar 6.3 pastikan bahwa

    Gambar 6.3 Arus isyarat pada penguat pembalik

  • 27

    vo = Av,lb Vab

    sedangkan

    Co = Av,it vi

    Tegangan puncak-puncak isyarat keluaran tak melebihi 2 Vcc, sebab bila ini terjadi

    isyarat keluaran akan tergunting, akibatnya 0,

    lbv

    oab

    A

    vV , elah karena itu penguatan

    lingkar terbuka tampak Vab 0 atau va vb, akan tetapi antara a dan b ada hambatan

    masukan Ri yang amat besar, dalam keadaan ini dikatakan titik a dan b keadaan

    hubungan singkat maya

    Selanjutnya oleh karena titik b dihubungkan dengan tanah, titik a dikatakan berada

    pada tanah maya. Adanya hambatan masukan Ri yang amat besar antara masukan

    membalik dan tak membalik mengakibatkan arus yang mengalir kedalam masukan

    membalik dan tak membalik amatilah kecil. Arus isyarat pada penguat membalik

    ditunjukkan pad gambar 6.4

    Gambar 6.4 Menentukan hambatan masukan penguat pembalik

    Perhatikan bahwa titik a ada pada tanah maya, sehingga Va = 0. Nyatakanlah

    vi va = ii Ri akan tetapi Va = 0, sehingga vi = ii R1 dan 1Ri

    vR

    i

    iin , Hambatan

    keluaran amatlah kecil yaitu

    lbv

    ltv

    lboltoA

    ARR

    ,

    ,

    ,, )(

    oleh karena titik a dan b ada dalam keadaan hubung singkat maya dan b pada

    tanah, maka titik a ada pada tanah maya. Tegangan isyarat pada titik a mendekati

    nol, akan tetapi titik terpisah dari tanah oleh hambatan masukan Rid yang amat

    besar. Oleh karena adanya hambatan dalam antara masukan membalik dan

    membalik amat besar maka

    i2 0 sehingga i1 i3 .

  • 28

    kedua hal ini yaitu kedua masukan op-amp ada dalam hubung singkat maya dan

    bahwa arus isyarat yang masuk dalam op-amp amat kecil sehingga dapat diabaikan,

    merupakan dasar berfikir terhadap cara kerja op-amp.

    Marilah kita kembali kepada penguat pembalik dari gambar 6.3 kita peroleh :

    oc

    ca

    ba

    aiii

    vv

    Rivv

    ii

    vv

    vRiv

    23

    31

    0

    dari hubungan diatas kita peroleh vi = ii Ri dan vo = - i3 R2 = i1 R2 sehingga :

    1

    2

    11

    21,

    R

    R

    Ri

    Ri

    v

    vA

    i

    oltv

    contoh 6.1

    misalkan kita mempunyai rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 6.5

    Gambar 6.5 Rangkaian untuk contoh soal

    Hitunglah tegangan isyarat keluaran jika dihubungkan dengan sumber isyarat

    tegangan keluaran terbuka 100 m Vpp dan hambatan keluaran 5 K

    Jawab :

    1210

    120

    1

    2

    K

    K

    R

    R

    v

    v

    i

    o

    atau

    vo = - 12 vi

    akan tetapi ss

    s

    ltins

    ltin

    i vRR

    Rv

    RR

    Rv

    1

    1

    ,

    ,

    sehingga

    mVppvvKK

    Kvv ssio 8008

    510

    101212

  • 29

    dapatlah disimpulkan bahwa

    ss

    o

    RR

    R

    v

    v

    1

    2

    penguat tak membalik

    Gambar 6.6 Penguatan tak membalik

    Op-amp dapat dipasang untuk membentuk penguat tak membalik seperti pada

    gambar.

    Perhatikan bahwa pada penguat tak membalik isyarat dihubungkan dengan masukan

    tak membalik (+) pada Op-amp. Balikan melalui R2 dan R1 tetap dipasang pada

    masukan membalik agar membentuk balikan negative. Penguat tak membalik

    dilukiskan seperti gambar 6.6 dibawah ini

    Gambar 6.7

    Marilah kita tinjau lingkar tertutup penguat tak membalik dengan anggapan bahwa

    lingkar terbuka Av,lb = . Perhatikan gambar oleh karena masukan membalik dan tak

    membalik berada pada keadaan hubung singkat maya maka Vb = Vi.

    Akan tetapi oab vRR

    Rv

    RR

    RV

    21

    1

    21

    1

    Nyatakanlah penguatan lingkar tertutup untuk penguat tak membalik adalah

    1

    2, 1

    R

    RA ltv

  • 30

    Hambatan masukan penguat tak membalik amat tinggi karena isyarat masukan

    berhubungan langsung dengan masukan tak membalik secara teori

    ltv

    lbv

    lbidifiltiA

    ARRR

    ,

    ,

    ,,,

    yang mempunyai nilai amat besar (6.4)

    Hambatan keluaran Ro mempunyai nilai amat rendah.

    Kita dapat membuat suatu bentuk khusus penguat tak membalik dengan membuat

    agar

    R1 = dan R2 = 0 lihat gambar 6.8

    Gambar 6.8 Penguat tegangan

    Oleh karena kedua masukan ada dalam keadaan hubung singkat maya maka vo = vi

    atau penguatan lingkar tertutup sama dengan satu. Penguatan dalam bentuk ini

    disebut pengikut tegangan, mengikuti nama pengikut emitor pada penguat transistor

    diskret. Pengikut tegangan mempunyai penguatan sama dengan satu, impedansi

    masukan amat tinggi, dan keluaran amat kecil. Jadi pengikut tegangan berfungsi

    sebagai penyangga dengan penguatan sama dengan astu.

    Penguat jumlah

    Agar pengertian tanah maya menjadi lebih jelas lagi, kita bahas penguat jumlah

    dengan rangkaian seperti pada gambar 6.9. oleh karena masukan membalik (-) ada

    dalam keadaan hubung singkat maya dengan tak membalik (+), sedang masukan tak

    membalik berhubungan dengan tanah, maka membalik berada pada tanah maya.

    -

    +

    R1

    R2

    R1

    i1

    i2i3

    i

    Gambar 6.9 Rangkaian penguat jumlah

  • 31

    Dari gambar 6.9 terlihat arus i1 dari masukan v1 terus menuju titik a dan tak akan

    masuk R2 dan R3. Begitu juga halnya dengan arus i2 dan v2, dan arus I3 dari

    masukan v3. Jadi arus dari ketiga masukan ini tak saling mengganggu. Jumlah ketiga

    arus masukan ini seolah-olah diteruskan ke R4oleh karena ia 0 sehingga

    va vo = i R4 = ( i1 + i2 + i3 ) R4

    Oleh karena va = 0 tanah maya maka

    vo = -i R4 = - ( i1 + i2 + i3 ) R4

    3

    3

    3

    33

    2

    2

    1

    22

    1

    1

    1

    11

    R

    v

    R

    vvi

    R

    v

    R

    vvi

    R

    v

    R

    vvi

    a

    a

    a

    Persamaan diatas menjadi

    3

    3

    42

    2

    41

    1

    4

    4

    3

    3

    2

    2

    1

    1

    vR

    Rv

    R

    Rv

    R

    Rv

    RR

    v

    R

    v

    R

    vv

    o

    o

    Penguat jumlah ini sering digunakan untuk menjumlahkan atau mencampur berapa

    isyarat suara tanpa saling mengganggu. Alat semacam ini dikenal sebagai audio

    yang digunakan untuk mencampur isyarat musik dari instrument dan suara penyanyi

    melalui mikropon.

  • 32

    MODUL VI

    INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    SIFAT DAN BESARAN OP-AMP

    Tujuan intruksional umum

    Agar mahasiswa dapat memahami sifa tdan besaran Op-amp

    Tinjauan Instruksional khusus

    1. Dapat menerangkan tentang ofset tegangan keluaran

    2. Dapat menerangkan tentang tanggapan amplitude

    3. Dapat menerangkan impedansi keluaran dan masukan

    Buku Rujukan :

    a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem

    b. W. Bolton Mechatronic

    c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and

    Measurement Technique

    Beberapa sifat dan besaran dasar op-amp

    dalam pembahasan ini kita akan membahas beberapa sifat lain dari op-amp

    misalnya arus panjar masukan, offset masukan dan keluaran, laju belok dan

    tanggapan frekuensi.

    7.1 Ofset tegangan keluaran

    Offset pada tegangan keluaran atau disingkat offset keluaran (Vo,of), menyatakan

    tegangan dc pada keluaran op-amp jika op-amp dalam keadaan lingkar tertutup tidak

    diberi isyarat masukan (vi = 0 ) Suatu op-amp yang ideal ialah apabila tidak ada

    isyarat masukan maka tegangan dc pada keluaran sama dengan nol, jika op-amp

    bekerja dengan catu daya dwikutub(+Vcc dan Vcc), jika tanpa isyarat masukan

    tegangan dc pada keluaran tak sama dengan nol dikatakan op-amp mempunyai

    ofset pada tegangan keluaran. adanya ofset membatasi kemampuan penguat untuk

    menghasilkan isyarat keluaran yang besar tanpa cacat. Agar lebih jelas perhatikan

    gambar 7.1

  • 33

    osooo VVV

    Gambar 7.1 Penguat tak membalik dengan catu daya simetrik

    Bila tidak ada ofset pada tegangan keluaran kita akan mampu memperoleh isyarat

    keluaran dengan nilai puncak mendekati Vcc seperti dilukiskan pada gambar 7.2 a

    Gambar 7.2 Pengaruh ofset pada isyarat keluaran (a) tanpa ofset Voo;

    (b) dengan ofset Voo.

    Jika ada ofset, isyarat keluaran akan menumpang di atas tegangan ofset sehingga

    ofoccopmaks VVV , Penyebab terjadinya ofset pada tegangan keluaran ada

    bermacam-macam. Di antaranya ialah karena kedua bagian penguat difrensial pada

    masukan tidak tepat sama. Sehubungan dengan ini orang mendefenisikan ofset

    tegangan masukan Vi,of sebagai tegangan maksimum yang diperlukan pada op-amp

    dengan rangkaian terbuka agar tak ada ofset pada tegangan keluaran. Sebab lain

    adalah arus panjar masukan pada basis kedua transistor penguat difrensial dalam

    melihat hambatan yang berbeda pada masukan membalik dan tak membalik seperti

    pada gambar 7.3 a.

    ov

    1bi

    2biov

    1bi

    2bi

    213 // RRR

    Gambar 7.3 Pengaruh arus masukan

  • 34

    dilihat dari titik a resistor R1 dan R2 tampak paralel, sehingga jika pada masukan tak

    membalik (+) kita beri hambatan R3 dengan R3=R1//R2, maka kedua masukan akan

    melihat hambatan yang kurang lebih sama, sehingga ofset tegangan keluaran oleh

    arus panjar masukan berkurang. Kedua arus panjar masukan, yaitu IB1 dan IB2

    tidaklah sama besar. Selisih kedua arus panjar masukan ini disebut ofset arus

    panjar, yang dinyatakan sebagai 21 BBio III . Ofset arus panjar ini akan

    mengakibatkan tegangan keluaran ioofo IRV 2, . Hubungan ini menyatakan bahwa

    besar nilai hambatan R2 dibatasi oleh ofset pada arus masukan. Sebagai contoh

    ofset masukan Iio untuk 741 mempunyai nilai antara 12 nA hingga 500 nA. Jika untuk

    penguat pada gambar kita gunakan R2 = 10 M kita dapat memproleh ofset tegangan

    keluaran

    Volt 52, RIV ioofo . Besar arus panjar masukan dan ofset pada arus masukan

    amat penting pada penguat intrumentasi, pada pengintegral dan cuplik pada tanah.

    Gambar 7.4 Potensiometer Rv digunakan untuk meniadakan ofset pada

    keluarannya

    Adanya ofset pada keluaran dapat diatasi dengan berbagai cara . bebarapa jenis

    op-amp mempunyai kaki-kaki untuk membuat agar ofset keluaran menjadi nol.

    Kedua kaki ini disebut kaki pelenyap ofset.

    Pada penguat 741 pelenyap rangkaian ofset dipasang anatara kaki nomor 1 dan 5

    seperti pada gambar. 7.4

    Untuk op-amp yang tak mempunyai pengaturan ofset di dalamnya dapat digunakan

    rangkaian seperti pada gambar 7.5

  • 35

    Gambar 7.5 Pengaturan ofset keluaran (a) Penguat pembalik (b) Penguat tak

    membalik

    Tanggapan Amplitudo

    Pada umumnya op-amp mempunyai beberapa tahap penguatan di dalamnya

    dengan menggunakan gandengan dc. Akibatnya op-amp tak punya kutub di daerah

    frekuensi rendah dan mempunyai lebih dari dua kutub pada daerah frekuensi tinggi.

    Agar op-amp dapat diberi berbagai nilai factor balikan tanpa mengakibatkan

    ketidakmantapan (osilasi), maka op-amp harus menggunakan kompensasi frekuensi

    . pada beberapa macam op-amp seperti misalnya 741, LM 324, RC 4739 dan XR

    4196 kompensasi frekuensi sudah dipasang dalam IC . Op-amp tersebut dikatakan

    mempunyai kompensasi dalam . Pada beberapa macam IC yang lain kita harus

    menambahkan kapasitor dan resistor pada kaki-kaki tertentu untuk kompensasi

    frekwensi. Op-amp ini dikatakan mempunyai kompensasi luar. Beberapa contoh

    kompensasi luar adalah 748, 709, LM 301, LM 308, dan LF357.

    Tanggapan amplitudo op-amp dengan kompensasi dalam seperti pada op-amp 741

    dilukiskan pada gambar .7.6.

    gbvA ,

    110

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    dB

    1 10 100 1 K 1 M 10 M F(log)10 K

    Kemiringian -6 dB/oktaf

    Gambar 7.6 Tanggapan amplitudo 741

  • 36

    Misalkan kita ingin menentukan tangapan amplitude penguat lingkar tertutup sebesar

    AV. lt = 40 dB. Kita tarik garis ab pada AV = 40 dB. Bagan Bode untuk lingkar tertutup

    diberikan oleh garis patah abc, dan tanggapan frekwensinya dilukiskan dengan garis

    putus-putus (gambar 7.7). Dari gambar 7.7 tampak bahwa jika digunakan penyangga

    dengan penguatan satu (0 dB), 741 dapat mempunyai frekwensi potong atas 1 M Hz.

    Dengan kata lain dapat dikatakan, lebar pita pada penguatan satu kali adalah 1 MHz.

    Op-amp LM 357 misalnya mempunyai lebar pita pada penguatan satu kali sebesar

    20 MHz.

    gbvA ,

    110

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    dB

    1 10 100 1 K 1 M 10 M F(log)10 K

    Tanggapan gelung terbuka

    a b

    c

    Gambar 7.7 Tanggapan amplitudo lingkar untuk penguatan Av,lt= 40dB

    Untuk op-amp dengan kompensasi-luar tanggapan amplitudo lingkar terbuka

    bergantung pada rangkaian kompensasi yang dipasang. Op-amp 748 mempunyai

    rangkaian didalam IC yang tepat sama dengan 741, tetapi tanpa kompensasi kutub

    dominant pada transistor keluarannya. Pada 748 kapasitor untuk kompensasi harus

    dipasang diluar IC. Op-amp 709 menggunakan dua rangkaian kompensasi frekwensi

    yaitu kompensasi masukan dan kompensasi keluaran.

    pFCk 30

    pFCk 5

    pFCk 2

    Gambar 7.8 Op-amp 748 beserta tanggapan amplitudonya; (a) diagram kaki

    beserta rangkaian untuk ofset; (b) tanggapan amplitudo.

  • 37

    Jika dipasang kapasitor kompensasi Ck = 30 pF, tampak tanggapan amplitudo turun

    dengan kemiringan -6 dB/oktaf dari penguatan lebih dari 100 dB hingga kira-kira -10

    dB. Pada keadaan ini 748 dapat digunakan sebagai penyangga dengan penguatan

    satu kali. Untuk nilai kapasintasi Ck= 5 pF pada penguatan dibawah Av = 10 dB,

    tanggapan amplitude turun dengan kemiringan lebih curam -6 dB/oktap. Pada

    keadaan ini 748 tak dapat digunakan untuk penguatan lingkar tertutup kurang dari 10

    dB, atau agar lebih pasti jangan digunakan untuk penguatan lebih dari 20 dB, atau

    10 kali. Untuk Ck = 2 pF jangan gunakan 748 untuk penguatan kurang dari 40 dB

    atau 100 kali.

    Keuntungan op-amp dengan kompensasi luar ialah pada nilai penguatan tinggi kita

    dapat mempunyai frekuensi potong atas yang lebih tinggi dari op-amp kompensasi

    dalam.

    Laju belok

    Laju belok menyatakan sifat op-amp terhadap isyarat besar berupa isyarat persegi

    atau denyut, yaitu untuk perubahan tegangan yang mendadak. Laju belok dinyatakan

    dengan s

    v

    yang menyatakan berapa volt isyarat keluaran berubah dalam waktu 1

    s , jik masukan diberi isyarat berbentuk tingkap. Op-amp untuk keperluan umum

    biasanya mempunyai laju belok sekitar s

    v

    5,0 , seperti 741 , 709 301 dan

    sebagainya. Op-amp LF 357 dengan lebar pita untuk penguatan satu sebesar 20 M

    Hz mempunyai laju belok s

    v

    50 . Op-amp LH 0024 mempunyai laju belok 500

    s

    v

    .

    Untuk laju belok ayng lebih tinggi orang harus menggunakn op-amp hybrid yang

    merupakan campuran IC dan diskret. Pengaruh laju belok pada bentuk isyarat

    keluaran dilukiskan pada gambar 7.9

    t

    0V

    Gambar 7.9 Pengaruh laju belok pada bentuk isyarat keluaran

  • 38

    Pad gambar 7.9 diatas laju belok dapat ditentukan dari t

    vo

    . Laju belok disebabkan

    oelh pengisian dan pengosongan muatan kapsitor kompensasi. Makin kecil

    kapasitor kompensasi luar makin tinggi laju belok . Jika kita bekerja dengan op-amp

    kompensasi luar kita dapat mengatur nilai laju belok yang lebih tinggi dengan

    menggunkan kapasitansi yang kecil, dengan kemantapan balikan yang

    bersangkutan.

    Impedansi masukan dan keluaran

    Op-amp yang ideal mempunyai impedansi atu hambatan takberhingga dan

    hambatan keluaran nol . op-amp IC yang paling popular yaitu 741 mempunyai

    hambatan masukan kira-kira 1 M, dan hambatan keluaran 75 . Op-amp lain yang

    banyak digunakan yaitu 709. mempunyai hambatan masukan kira-kira 150 K, dan

    hambatan keluaran 200 . Op-amp IC LF 157 yang mempunyai tahap penguat

    difensial menggunakan JFET, mempunyai impedansi masukan 1012 .

    Impedansi masukan yang dinyatakan dalam lembaran data op-amp adalah untuk

    keadaan lingkar terbuka. Ada dua pengertian tentang impedansi masukan, yaitu

    masukan difrensial Rid

    Dan impedansi masukan modus bersama Ric keduan impedansi ini dilukiskan pada

    gambar 7.10

    idR

    icR

    icR

    Gambar 7.10 Impedansi masukan Pada IC op-amp

    Untuk menentukan Ri penguat, kita pasang suatu sumber tegangan tetap vi, dan kita

    hitung arus yang ditarik ii, maka i

    ii

    i

    vR

  • 39

    R1

    Vs

    idR

    icR

    icR

    R2

    Vs

    idii

    ic

    Gambar 7.11 Impedansi masukan pada penguat tak membalik

    Dari gambar 7.11

    dci iii

    tetapi

    ic

    ic

    R

    vi

    lbid

    abd

    R

    vi

    ,

    dan lbv

    oab

    A

    vv

    ,

    sehingga lbvlbid

    od

    AR

    vi

    ,,

    tetapi iltvo vAv ,

    sehingga

    ltv

    lbvlbid

    i

    lbvlbid

    iltvd

    A

    AR

    v

    AR

    vAi

    ,

    ,,

    ,,

    ,

    dapat dituliskan efid

    id

    R

    vi

    ,

    dengan lbidltv

    lbvefid R

    A

    AR ,

    ,

    ,,

    oleh karena dci iii

    efid

    i

    ic

    ii

    R

    v

    R

    vi

    ,

    maka efid

    i

    ic

    i

    i

    i

    i R

    v

    R

    v

    v

    i

    R ,

    1

    atau

    icefidi RRR //, dengan lbidltv

    lbvefid R

    A

    AR ,

    ,

    ,,

  • 40

    lembaran data op-amp biasanya menyatakan impedansi masukan difrensial. Jadi

    untuk 741 M 1idR dan untuk 709 adalah M 200idR impedansi masukan

    modus bersama Ric biasanya jasuh lebih besar daripada Rid(lingkar terbuka) yang

    mempunyai nilai hambatan tak terlalu besar, tetapi pada keadaan lingkar tertutup

    mempunyai nilai efektif yang besar. Sebagai contoh marilah kita bahas impedansi

    masukan penguat tak membalik seperti gambar 7.11

    pada keadaan lingkar tertutup hambatan masukan penguat adalah

    ic

    icicefidi

    R

    RRRRRR

    //R

    //)////(

    efid,

    12,

    efidR , adalah impedansi masukan difrensial dilihat dari difrensial a dan b, pada

    keadaan lingkar terbuka lbidR ,efid,R . Nyata bahwa walaupun lbidR , mungkin

    mempunyai nilai tak terlalu besar , tetapi keadaan lingkar tertutup tampak

    mempunyai nilai efektif sebesar

    lbid

    ltv

    lbvefid R

    A

    AR ,

    ,

    ,,

    Pada op-amp dalam keadaan linkar tertutup mungkin icefid RR , sehingga

    icefidin RRR //,

    Impedansi keluaran

    R1

    Vs

    idR

    icR

    R2

    Vsic

    vid

    idohvbo VAV ,,

    2i

    oi

    ii

    Gambar 7.12 Menentukan Ro,lt

    Impedansi keluaran op-amp dalam keadaan lingkar tertutup dapat mempunyai nilai

    yang jauh lebih kecil daripada impedansi keluaran lingkar terbuka. Ini dapat kita

    tunjukkan dengan uraian sebagai berikut. Untuk menentukan impedansi keluaran kita

    pasang suatu sumber tegangan khayal vo, hingga arus io yang ditarik dari vo maka

    ooo ivR

    dari gambar

  • 41

    1

    221

    1

    ,

    ,

    ,

    ,1

    21

    2

    21

    1R

    R

    vv

    RR

    Rv

    R

    vA

    R

    vi

    RR

    vi

    iii

    ooid

    lbo

    idlbv

    lbo

    lbo

    o

    o

    ltv

    o

    A

    v

    ,

    21,

    ,

    ,

    RR

    v

    R

    A

    vxA

    i o

    lbo

    ltv

    olbv

    o

    lto

    lbv

    ltvlbo

    o

    io

    RRR

    A

    AR

    v

    iR

    ,21

    ,

    ,,

    111

    atau

    )//( 21,

    ,

    ,, RRA

    ARR

    lbv

    ltv

    lbolto

    lbv

    ltv

    lboltoA

    ARR

    ,

    ,

    ,,

    karena )( 21,

    ,, RR

    A

    AR

    lbv

    ltvlbo

  • 42

    MODUL VIII & IX

    INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    PENGGUNAAN OP-AMP UNTUK PENGUAT INSTRUMENTASI

    DAN PENGUAT LOG DAN ANTILOG

    Tujuan instruksional umum :

    Agar mahasiswa dapat memahami tentang penguat instrumentasi

    Tujuan instruksional khusus :

    Dapat menjelaskan tentang rangkaian penguat instrumentasi

    Dapat menjelaskan bagian- bagian rangkaian penguat instrumentasi

    Dapat menjelaskan penurunan rumus rangkaian instrumentasi

    Buku Rujukan :

    a. Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem

    b. W. Bolton Mechatronic

    c. William D. Cooper Electronic Instrumentation and

    Measurement Technique

    8.1 Penguat instrumentasi

    Penguat instrumentasi adalah suatu penguat loop tertutup (closed loop) dengan

    masukan difrensial, dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi nisbah

    penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio CMRR). Fungsi utama

    penguat instrumentasi adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal dari

    suatu sensor atau transducer secara akurat. Rangkaian ekuivalen penguat

    instrumentasi adalah seperti gambar 8.1

    1e

    2e

    difiR ,

    Gambar 8.1 Rangkaian ekuivalen suatu penguat instrumentasi

  • 43

    Besaran RicM adalah hambatan atau impedansi atau impedansi masukan diferensial .

    eo,o adalah tegangan keluaran tanpa beban (terbuka) dan Ro adalah hambatan atau

    impedansi keluaran. Karena penguat instrumentasi adalah penguat loop terbuka.

    Maka tak perlu dipasang rangkaian umpan balik untuk menggunakannya seperti

    halnya penguat operasioanal (op-amp). Penguat instrumentasi yang bermutu tinggi

    dibuat dalam bentuk hybrid yaitu campuran IC dan komponen diskrit. Satu contoh

    penguat instrumentasi adalah penguat Burr-Brown 3620. spesifikasi penguat ini

    adalah sebagai berikut ;

    Drift rendah : cv/ 25

    Bising rendah : 1 Vpp

    CMRR tinggi 100 dB

    Impedansi masukan tinggi : 300 M (difrensial) dan 1 G CM(common mode)

    Kisaran penguatan : 1 hingga 10.000 .

    Penguat instrumentasi dapat dibuat dengan menggunakan op-amp. Mutu penguat ini

    bergantung pada mutu op-amp yang digunakan yang menyangkut offset masukan.,

    impedansi masukan, drift pada tegangan keluaran, CMRR, PSRR dan sebagainya.

    Disamping itu CMRR dan ketepatan penguatan op-amp amat bergantung kepada

    presisi dari komponen pasif yang digunakan . marilah kita bahas dua rangkaian

    penguat instrumentasi menggunakan op-amp.

    Rangkaian yang lazim digunakan orang untuk membuat panguat instrumentasi

    dengan op-amp adalah seperti pada gambar 8.2

    Gambar 8.2 Suatu penguat instrumentasi

    Kita dapat bagi rangkaian diatas menjadi dua bagian yaitu bagian terdiri dari OA1

    dan OA2 dan bagian II terdiri dari OA3 marialh kita bahas bagian II lebih dahulu

    bagian kita lukiskan lagi pada gambar 8.3

  • 44

    Gambar 8.3 Rangkaian penguat diferensial menggunakan op-amp

    Oleh karena hambatan masukan difrensial dari op-amp amat tinggi maka dapat

    dianggap I1=I4 =0 sehingga :

    Ia =I a dan Ib =Ib

    Dengan menggunakan hukum Kirchoff kita peroleh :

    bb

    aoa

    IRRe

    IRRVe

    )(0

    )(

    75

    62

    selanjutnya kita gunakan suatu sifat op-amp yang lain yaitu bahwa masukan

    inverting dan non inverting ada dalam keadaan hubung singkat virtual oleh sebab ini:

    76 RIRIV baO

    dari ketiga persamaan ini kita peroleh ;

    62

    6

    75

    776 )(

    RR

    RVee

    RR

    RVRIRIV OabObaO

    ))(1(62

    6

    75

    7

    2

    6abO e

    RR

    Re

    RR

    R

    R

    RV

    agar tegangan Vo sebanding dengan selisih tegangan isyarat masukan maka hasrus

    dibuat agar :

    62

    6

    75

    7

    RR

    R

    RR

    R

    atau

    6

    2

    7

    5

    R

    R

    R

    R

    sebaiknya digunakan R5 =R2 dan R7 = R6 maka :

    ))1(62

    6

    2

    6abO ee

    RR

    R

    R

    RV

  • 45

    )(2

    6baO ee

    R

    RV

    jadi

    2

    6,

    R

    R

    ee

    VA

    ba

    Odifv

    Penguatan common mode dapat kita peroleh bila kita gunakan

    CMab eee

    seperti gambar 8.4

    R2

    R5

    -

    +

    R6

    R7 Vo

    Gambar 8.4 Penguat difrensial dengan menggunakan common mode.

    Persamaan menjadi

    CMO eRR

    R

    RR

    R

    R

    RV ))(1(

    62

    6

    75

    7

    2

    6

    (8.5)

    seperti telah digunakan diatas jika digunakan R7=R6 dan R5=R2 kita peroleh

    penguat difrensial akan tetapi dalam prakteknya tidak mungkin membuat dua

    hambatan tepat sama. Resistor yang dijual ditoko mempunyai toelransi minimum 1

    %.

    Misalkan 162

    6

    75

    7

    RR

    R

    RR

    R

    Maka CMO eR

    RV )1(

    2

    6

    )1(2

    6,

    R

    R

    e

    VA

    CM

    OCMv

    dari persamaan diatas kita peroleh common mode Rejection ratio.

    1)(

    62

    2

    2

    6

    ,

    ,

    RR

    R

    R

    R

    A

    ACMRR

    CMv

    difv

    1)(

    62

    6

    RR

    RCMRR

    tampak bila 01.0%1 dan 62 RR maka CMRR =60=30 dB

  • 46

    jadi agar diperoleh CMRR yang tinggi diperlukan komponen dengan presisi yang

    tinggi pula .

    Marilah kita kembali kepada gambar 8.2 dan kita lukiskan bagian I

    PQV

    Gambar 8.5 Bagian I rangkaian pada gambar 8.2

    Oleh karena masukan inverting dan non inverting pada op-amp ada pada keadaan

    hubung singkat virtual, maka tegangan pada titik A = ea dan pada titik B = eb.

    disamping itu karena hambatan masukan difrensial pada op-amp mempunyai harga

    sangat besar maka arus I 1= I2 = 0 akibatnya:

    )( 431 RRRIVVV QPPQ

    akan tetapi 3IReeVV baBA

    sehingga 3R

    eeI ba

    sehinggs ))(1(3

    41ba ee

    R

    RRV

    Persamaan 8.8 menyatakan bahwa bila ea= eb=

    eCM maka VPQ=0 sehingga Av,CM=0, yang berarti bahwa pada rangkaian Gambar 8.2

    penurunan CMRR disebabkan oleh bagian II saja. Ini berarti bahwa dipandang dari

    segi CMRR hanya R2,R6, R5 dan R7 yang harus mempunyai nilai yang presisi.

    Penguatan dari seluruh rangkaian gambar 8.2 dapat diperoleh dengan

    menggabungkan persamaan 8.5 dan 8.8 yaitu :

    ))(1(2

    6

    3

    41,

    R

    R

    R

    RRA difv

    suatu contoh rangkaian instrumentasi ditunjukkan pada gambar 8.6 yang digunakan

    adalah tipe CA 3140 yaitu CMOS-input op-amp dengan Zin(CM)=1012 ,

    CMRR=90dB, unity gain bandwith 7,5 MHz dan PSRR = 90dB. IC CA 3240 adalah

    dua CA 3140 yaitu dalam satu IC ada dua op-amp seperti Ca 3140.

  • 47

    OA1

    -

    +

    -

    +

    -

    +

    10 M

    +15V

    3

    2

    5K1

    2n

    100K100K 2n

    OA1,0A2:CA324

    3K9

    100K1% 2n

    OA2 2

    6

    510M

    -15V

    45K1

    2n OA3:CA314

    Vo2K

    6

    2

    3

    +15V

    100K

    OA3

    81%

    1%

    1%

    1%

    100 K1%

    4

    7

    V1

    Gambar 8.6 Penguat difrensial presisi

    Spesifikasi penguat diatas adalah respon frekuensi (-3 dB) dc hingga 1 Mhz; slew

    rate =1,5 V/us, CMRR=86 dB. Penguatan = 35-60 dB.

    Suatu rangkaian penguat instrumentasi lain ditunjukkan pada gambar 8.7

    )1

    21(

    R

    REb

    Gambar 8.7 Suatu rangkaian penguat instrumentasi

    Rangkaian diatas digunakan penguat instrumentasi buatan Burr Brown yaitu BB

    3627, suatu penguat instrumentasi dengan drift amat rendah. Keuntungan

    disbanding dengan rangkaian pertama adalah hanya diperlukan du op-amp dan

    empat buah resistor. Resistor R5 tak perlu dipasang bila diinginkan penguatan

    tegangan sama besar.

  • 48

    )1(3

    4

    R

    R

    Kita gunakan dua sifat op-amp yaitu bahwa masukan inverting dan non inverting ada

    dalam keadaan hubung singkat virtual, dan bahwa hambatan difrensial antara kedua

    masukan ini amat besar . sehingga arus yang masuk dapat diabaikan. Dari gamba

    r8.7 kita peroleh :

    52

    3

    1

    21

    4

    21

    /)(

    /)1)((

    /)(

    REEI

    RR

    REEI

    REEI

    III

    ba

    ba

    aoo

    o

    dari hubungan-hubungan di atas kita dapatkan:

    )()1(5

    4

    3

    4

    31

    42

    5

    4

    3

    4

    R

    R

    R

    R

    RR

    RRE

    R

    R

    R

    REE bao

    bila dibuat agar 3142 RRRR yaitu dengan memilih 32 RR dan 14 RR maka

    ))(1(5

    4

    3

    4bao EE

    R

    R

    R

    RE

    21 IIIo

    5

    2

    )(

    R

    EEI ab

    )(

    )(

    51

    2

    51

    3

    2

    1

    3

    R

    EE

    R

    EREE

    R

    EE

    R

    EI

    IR

    EI

    abaac

    aba

    a

    b

    baaac

    ER

    R

    R

    R

    R

    R

    ER

    RE

    R

    RE

    R

    REE

    5

    2

    5

    2

    1

    2a

    5

    2

    1

    2

    1

    2

    )1(E

    55

    2

    1

    2

    5

    2

    3

    21

    5

    2

    1

    2

    5

    2

    33

    1

    )1()1((1

    ))1()1((1

    R

    EE

    R

    R

    R

    RE

    R

    RE

    R

    III

    R

    R

    R

    RE

    R

    RE

    RR

    EEI

    abab

    o

    abcb

  • 49

    )()1()1(

    )()1()1(

    5

    1

    5

    2

    1

    2

    3

    4

    5

    2

    3

    4

    5

    4

    5

    2

    1

    2

    5

    2

    3

    4

    4

    ababb

    abab

    ObO

    EER

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    RE

    R

    RE

    R

    RE

    EER

    R

    R

    R

    R

    RE

    R

    RE

    R

    R

    IREV

    )1()1(5

    4

    5

    2

    3

    4

    1

    2

    3

    4

    3

    4

    5

    4

    5

    2

    3

    4

    3

    4

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    RE

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    RE ab

    11(1

    2

    3

    4

    5

    4

    5

    2

    3

    4

    1

    2

    3

    4

    3

    4

    5

    4

    5

    2

    3

    4

    3

    4 R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    14 RR 32 RR

    )1)((5

    4

    5

    2

    3

    4

    3

    4

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    REE ab

    )21)((5

    4

    3

    4

    3

    4

    R

    R

    R

    R

    R

    REE ab

    )2100)((5

    4

    R

    REE ab

    atau )1(5

    4

    3

    4,

    R

    R

    R

    RA diffV Bila R2 R4 tidak tepat sama dengan R1R3, sehingga

    dapat dituliskan 131

    24

    RR

    RR

    dengan 1 maka untuk isyarat Ea=Eb=ECM

    Eo= ( )ECM

    Kita peroleh Common Mode Rejection yaitu :

    /)1(5

    4

    3

    4

    ,

    ,

    R

    R

    R

    R

    A

    ACMRR

    CMv

    difv

    tampak bahwa R5 tidak mempengaruhi Av,CM sehingga dapat digunakan untuk

    mengatur penguatan tanpa mengubah CMRR. Dengan menggunakan sebuah op-

    amp dan beberapa buah transistor kita juga dapat membuat suatu penguat

    instrumentasi yaitu seperti ditunjukkan pada gambar 8.8 rangkaian ini sering

    dijumpai dalam instrumentasi dan juga di dalam rangkaian lain seperti IC analog

    multiplier. Yaitu MC 1496 dan juga IC balanced modulator MC 1495. Pada gambar

    diatas transistor Q1, Q2, Q3, dan Q4 sebaiknya terbuat dari IC yang berisi transistor

    array seperti LM 314 atau CA 3049 .

  • 50

    Gambar 8.8 Penguat instrumentasi menggunakan transistor dan op-amp

    62 RIVV Oa

    akan tetapi Va=Vb sebab masukan op-amp ada dalam keadaan hubung singkat

    virtual akibat kita peroleh :

    6291 '' RIRIVo

    bila digunakan 89 RR maka 821 )''( RIIVo

    sekarang marilah kita pikirkan rangkaian transistor pada penguat di atas Dua

    transistor Q1 dan Q2 membentuk penguat difrensial. Sedang transistor Q3 dan Q4

    membentuk sumur arus tetap (constant current sink).yang menarik arus sama yaitu I

    dari Q1 dan Q2. Kalau kita gunakan hokum kirchoff untuk arus arus pada titik c dan

    d kiat akan peroleh:

    III o 1

    OIII 2

    sehingga OIII 212

    Kembali pada titik a dan b . 27 occa IRVV

    16 occb IRVV

    Karena ba VV dan kita buat 67 RR maka 21 oo II yang berarti 2211 '' IIII

    oIIIII 2'' 2112 selanjutnya dari persmaa di atas menjadi 82 RIV oO

    11RIVV Odc

    R6 = R7 = 1211 k.1%

    R8 = R9 = 100 k.1%

    R1 = R2 = 470

    R3 = R4 = 2 k. 1%

    R10 = 10

    R5 = 1 k (pot)

  • 51

    akan tetapi )( 2QVEV BEbc

    dan )( 1QVEV BEad

    Bila Q1 dan Q2 dibuat agar mempunyai karekteristik sedekat mungkin sehingga

    )()( 12 QVQV BEBE maka badc EEVV akibatnya 1111

    )(

    R

    EE

    R

    VVI badcO

    dan

    persamaan di atas kita peroleh :

    )(211

    8bao EE

    R

    RV atau

    11

    8, 2

    R

    RA difv

    Nyata bahwa penguatan dapa tdibuat variable dengan memasang potensiometer

    untuk R11

    .

  • 52

    MODUL X

    SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    PENGOLAHAN ISYARAT DIGITAL TO ANALOG CONVERTER

    Tujuan Instruksional Umum :

    Agar mahasiswa dapat memahami tentang Digital Analog converter

    Tujuan Instruksional Khusus :

    Dapat menjelaskan tentang pengubahan data analog

    Dapat menjelaskan bagian- bagian rangkaian DAC

    Dapat menjelaskan penurunan jenis-jenis DAC

    Buku Rujukan :

    Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem

    W. Bolton Mechatronic

    William D. Cooper Electronic Instrumentation and

    Measurement Technique

    Pengubahan Data Analog

    Bila kita ingin memproses dari transducer yang telah diperkuat ke dalam

    microcontroller atau mikroprosesor diperlukan isyarat analog ke bentuk digital yang

    hanya sesuai dengan besaran analog. Piranti yang digunakan untuk mengubah data

    analog ke digital disebut ADC (Analog to Digital Converter ). Dan sebaliknya data dari

    digital jika ingin dirubah ke besaran analog diperlukan alat yang disebut DAC (Digital to

    Analog Converter).

    Sebelum menjelaskan cara kerja ADC pada kuliah ini akan dibahas dulu cara

    kerja DAC terdapat beberapa cara kerja DAC adalah:

    Multiplying DAC;MDAC

    Internal refrence DAC

    Companding DAC

    Dasar kerja dari pada semua DAC di atas adalah perubahan arus-arus yang disaklar

    oleh masing-masing bit pada masukan digital diubah mejadi tegangan dengan

    mengunakan suatu op-amp.

    Contoh DAC-4 bit sederhana

  • 53

    totI

    Gambar 10.1

    )842

    (R

    V

    R

    V

    R

    V

    R

    VI refrefrefrefTot

    R

    Vref)8

    1

    4

    1

    2

    11(

    )8

    1

    4

    1

    2

    11(

    22 reftot

    Ro

    VKIKV

    )16

    1

    8

    1

    4

    1

    2

    1( refo KVV

    4321 2222( refo KVV

    Tampak bahwa tegangan keluaran Vo adalah sebanding dengan Vref dikalikan dengan

    nilai kode biner natural dari masukannya.

    DAC dengan tegangan acuan Vref di luar rangkaian, artinya tidak ada di dalam IC

    disebut multiplying (MDAC)

    Soal :

    Diket Vref = 5V R= 5k

    D0, D1, D2,D3, masing-masing urutan bit rendah ke bit tinggi

  • 54

    Tabe 10.1

    No. D3 D2 D1 D0 Arus keluaran Perbandingan

    Maksimum

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    0 0 0 0

    0 0 0 1

    0 0 1 0

    0 0 1 1

    0 1 0 0

    0 1 0 1

    0 1 1 0

    0 1 1 1

    1 0 0 0

    1 0 0 1

    1 0 1 0

    1 0 1 1

    1 1 0 0

    1 1 0 1

    1 1 1 0

    1 1 1 1

    ------ 0

    .

    .

    .

    1/15

    Saklar arus

    Gambar 10.2

  • 55

    Transistor di atas bisa dihidupkan (saturasi) apabila titik D0, D1, D2,D3, diberi tegangan

    yang menghasilkan arus basis yang cukup membuat transistor saturasi sebaliknya jika

    D0, D1, D2,D3, bertegangan nol maka transistor cut-off..

    Pada masa kini orang telah membuat DAC dalam bentuk rangkaian terintegrasi (IC).

    Beberapa tipe yang banyak digunakan adalah MC 1408 buatan Motorollah, DAC-08

    membuat Precision Monolisthics dan AD 7522 buatan analog divices.

    Ketiga DAC yang tersebut di atas adalah MDAC (multiplying DAC) dimana jaringan

    tangga R-2R serta saklar arus sudah ada dalam IC, sedang Vref dan Op-amp ada

    diluar.

    Sebagai contoh diagram fungsional DAC 8 bit MC 1408 ditunjukkan pada GB. 10.3

    adalah dari multiplying DAC, dan perlu menggunakan tegangan acuan di luar IC.

    Saklar-saklar arus

    Tangga R-2R Arus Bias

    -

    +

    MSB

    5 6 7 8 9 10 11 12

    LSB1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A 8A

    oIRange1

    control

    2

    Gnd

    13Vcc

    16compen

    PenguatArus

    Acuan

    Pasangan sumberarus npn

    Vref (+)14

    Vref (-)15

    EEV

    (a)

    4

  • 56

    oI

    Gambar 10.3 (a) Diagram fungsional MC 1408 (b) Simbol MC 1408

    Pengkodean pada logika masukan menggunakan kode biner natural. Suatu arus acuan

    Iref = 2 mA akan menyebabkan arus keluaran skala penuh 2 mA. Arus keluaran ini

    bersifat menyedot waktu mapan DAC ini adalah 300 ns dan menggunakan catu daya

    +5 V dan -15 V. tegangan acuan dapat bipolar.Penggunaa DAC MC 1408 ditunjukkan

    pada gambar 10.4 .

    Arus keluarn pada skala penuh adalah sama dengan arus acua Iref yaitu mAR

    Vref 2

    . Oleh penguat operasional arus keluaran Io diubah menjadi tegangan keluaran :

    penuh) (skala 10)5)(2( VkmAIoRVo F .

    Pada DAC-08 saklar arus digunakan untuk menghasilkan dua arus keluaran yang

    kompelmenter, yaitu Io dan oI . Waktu setting untuk DAC-08 adalah amat cepat , yaitu

    85 ns. Arus acuan adalah dari 0,1 mA hingga 4 mA. Catu daya adalah 4,5 V hingga

    18V. masukan logika dapat deprogram agar dapat bekerja untuk berbagai keluarga

    logika (TTL,CMOS ECL dsb).

  • 57

    Penggunaan DAC-08 dalam rangkaian ditunjukkan pada gb 10.4

    3,6K F1.0

    10V

    CMOS -10V

    LCV 6,2K

    (C)

    Gambar 10.4

    (a) Rancangan DAC-08 dalam rangkaian untuk menghasilkan tegangan keluaran

    negatif. (b) Penyambungan VLC untuk CMOS 5 V (c) penyambungan VLC CMOS 10 V.

    Pada gambar diatas impedansi masukan keluaran DAC adalah 5 k bila dinginkan

    impedansi masukan keluaran yang rendah kita dapat memasang suatu buffer. Agar

    masukan digital bekerja untuk tingkat tegangan TTL, kaki VLC harus dihubungkan

    langsung dengan pertanahan. Untuk hubungan dengan tingkat logika CMOS VLC

    dihubungkan dengan tanah melalui rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar 10.4 b

    dan c. hubungan antara logika digital pada masukan tegangan keluaran analog pada

    gambar 10.5 ditunjukkan pada table 10.2.

  • 58

    Tabel 10.2

    Gambar 10.5

    Tabel 10.3

    B1B8 EO(mV) OE (mV)

    +FS 1 1 1 1 1 1 1 1 -9,940 +10,000

    +FS-LSB 1 1 1 1 1 1 1 0 -9,840 +9,920

    0 1 0 0 0 0 0 0 0 0,000 +0,080

    -FS+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 +9,920 -9,840

    -FS 0 0 0 0 0 0 0 0 +10,000 -9,940

    B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 Io(mA) oI (mA) Eo(V) )(VoE

    FS 1 1 1 1 1 1 1 1 1,992 0,000 -9,960 -0,000

    FS-LB 1 1 1 1 1 1 1 0 1,984 0,008 -9,920 -0,040

    FS+LB

    1 0 0 0 0 0 0 1 1,008 0,984 -5,040 -4,960

    FS 1 0 0 0 0 0 0 0 1,000 0,992 -5,000 -5,000

    FS-

    LB

    0 1 1 1 1 1 1 1 0,992 1,000 -4,960 -5,040

    0+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 0,008 1,984 -0,040 -9,920

    0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,000 1,992 -0,000 -9,960

    (a)

  • 59

    LSB

    DAC-08

    oI

    1,25K

    1,25K

    1 6 3 1 31

    OI

    -15V +15V

    MSB

    2

    14

    15

    Vref

    +2,5 V 15 12

    +

    -

    Op-02

    RL

    5,0K

    5,0K

    oE

    LR

    (b) GND thdsimetrik akan keluaran

    0,05% R R Bila L L dalamdan

    Gambar 10.6

    Tabel 10.4

    B1B2 Io (mA) oI (mA) Eo(V)

    +FS 1 1 1 1 1 1 1 1 1.992 0,000 +9,960

    +FS-LSB 1 1 1 1 1 1 1 0 1,984 0,008 +9,880

    +0 1 0 0 0 0 0 0 0 1,000 0,992 +0,040

    -0 0 1 1 1 1 1 1 1 0,992 1,000 -0,040

    -FS+LSB 0 0 0 0 0 0 0 1 0,008 1,984 -9,880

    -FS 0 0 0 0 0 0 0 0 0,000 1.992 -9,960

    Gambar 10.5 Dua pemasangan DAC-08 untuk tegangan bipolar

    a. Biner natural

    b. Biner offset simetrik

    Satu teknik untuk mengatur gain dan affset untuk DAC-08 ditunukkan pada gambar

    10.6 .

  • 60

    oE

    47

    Gambar 10.7 Satu teknik untukmengatur gain dan offset

    Dari rangkaian diatas tegangan keluaran FS dapat diatur demikian pula titik OV pada

    tegangan keluaran .

    Satu contoh lagi DAC adalah AD-7520 dan AD-7521 buatan analog devices . AD-7520

    adalah DAC perkalian (MDAC) 8 bit sedangkan AD-7521 adalah 12 bit diagram

    fungsional AD-7520 dan AD-752 adalah seperti gambar 10.7

    back feedR

  • 61

    500

    FBR

    1OUTI

    2OUTI

    1VR

    refV

    FBR

    1OUTI

    2OUTI

    refV

    2OUTI

    2'OUTI

    2A

    )'( 21 OUTOUT II

    2'OUTI

    Gambar 10 .8 Konverter D/A 8 bit AD-7520

    (a) Diagram fungsinal

    (b) Rangkaian untuk menghasilkan tegangan unipolar.

    (c) Rangkaian untuk menghasilkan tegangan bipolar.

  • 62

    Tampak bahwa AD-7520 ddan AD-7521 hanya berisi jaringan tangga R-2R serta

    saklar-saklar arus. Di dalam chip AD-7520 disediakan hambatan 10 K untuk

    digunakan mengubah arus menjadi tegangan melalui op-amp.

    Dioda pada pada gb10.7 b dan c adalah dioda schottky yang digunakan untuk

    mencegah saklar mencantol (latcing). Tegangan acuan Vref dapat positif maupun

    negatif.

    Untuk mendapat tegangan bipolar dapat digunakan rangakan 10.7 (b) op-amp A2

    digunakan sebagai cermin arus (current mirror) yang menyebabkan arus Iout2=Iout2

    diambil dari Iout1, sehingga arus yang mengalir melalui RFB adalah sebesar

    )( 21 outout II akibatnya

    )( 21 outoutFB IIRVo

    bila masukan digital B1.B10 semua nol, maka Iout1=0 dan Iout2=IFS dan

    Vo= + VoFS + Vref

  • 63

    MODUL XII & XIII

    SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    PENGOLAH ISYARAT (SINYAL)

    Tujuan Instruksional Umum :

    Agar mahasiswa dapat memahami tentang pengolahan isyarat analog menjadi

    isyarat digital

    Tujuan Instruksional Khusus :

    Dapat menjelaskan tentang pengubahan data analog ke digital

    Dapat menjelaskan cara kerja pengubahan analog ke digital secara elektronik

    Buku Rujukan :

    Rangan Sarma : Instrumentasi Devices And Sistem

    W. Bolton : Mechatronic

    William D.Cooper : Electronic Instrumentasi And

    Measurement Techniques

    Pada bagian ini kita akan membahas bagaimana isyarat analog menjadi digital yang

    dapat diproses oleh computer. Jadi peristiwa yang akan kita bahas ini kebalikan dari

    peristiwa sebelumnya. Yaitu pengubah digital ke analog (pengubah D/A). pada

    pengubah D/A data dari memori dikeluarkan dan diubah menjadi analog. Pada

    pengubah analog ke digital, data analog seperti misalnya tegangan DC yang

    menyatakan suhu, tekanan, arah angina diubah menjadi isyarat digital yang dapat

    disimpan dalam memori untuk diproses.

  • 64

    Ada beberapa macam cara yang digunakan orang untuk mengubah isyarat analog ke

    isyarat digital. Pengubah analog menjadi digital (Analog to digital converter ADC)

    biasanya diartikan sebagai piranti yang mengubah tegangan masukan analog menjadi

    isyarat digital parallel. Disamping ini ada piranti yang mengubah masukan analog

    menjadi pulsa-pulsa digital seri periodic. Piranti ini disebut pengubah tegangan ke

    frekuensi (Voltage to Frequency Converter VFC).

    Ada beberapa macam A/D yang digunakan orang pada masa ini. Yaitu pengubah A/D

    Ramp, pengubah A/D dual slope, pengubah A/D Successive Approximation

    (Aproksimasi berurutan) dan A/D parallel pengubah A/D flash.

    12.1. Pengubah A/D ramp atau pengubah A/D pencacah.

    Pengubah A/D pencacah (counter type ADC) atau sering dikenal sebagai pengubah A/D

    ramp menggunakan feedback yang mengandung satu pengubah D/A dan pencacah.

    System pengubah A/D ini ditunjukan pada gambar 12.1

  • 65

    Gambar 12.1

    Begitu ada perintah mulai konversi maka pencacah dibuat reset, sehingga keluaran

    pengubah D/A menjadi nol. Selanjutnya keluaran D/A dibandingkan masukan analog.

    Selama Vin > VDAC keluaran komparator tetap tinggi sehingga pencacah terus bekerja.

    Setelah pengeluaran D/A lebih tinggi dari masukan analog, maka keluaran komparator

    menjadi rendah, dan pencacah dibuat berhenti mencacah. Keluaran pencacah

    menyatakan kode digital amat panjang, yaitu 2n perioda clock. Untuk konversi 10 bit

    diperlukan 28 = 1024 perioda clock. Keuntungan adalah rangkaian sederhana.

    Suatu modifikasi dari pengubah A/D pencacah adalah yang disebut pengubah A/D

    pelacakan (Tracking ADC), yang juga dikenal sebagai pengubah A/D servo. Pada

    pengubah A/D ini digunakan pencacah naik turun (Up-Down Counter). Dengan

    tambahan sedikit rangkaian logika ADC ini dapat mengikuti atau melacak masukan

    analog yang berubah.

    12.2 Pengubah A/D Integrasi

    pengubah A/D Integrasi (Integrasi ADC) menggunakan integrator op-amp seperti

    ditunjukan gambar

  • 66

    INTV

    (a) Diagram blok

    1t at2

    bt2

    (b) Diagram timming

    Gambar 12.2

    System ini mempunyai dua selang waktu, yaitu t1 dan t2. selang waktu t1

    mempunyai panjang tertentu. Dalam selang waktu ini isyarat masukan dihubungkan

    dengan saklar S1, yang membuat keluaran integrator VINT menjadi positif. Nilai tegangan

    VINT yang dicapai pada akhir selang t1 bergantung pada nilai tegangan masukan Vin bila

    Vin (t1) akan besar pula.

  • 67

    Dalam waktu t2 tegangan masukan Vin dilepas dan S1 dihubungkan dengan Vref

    (positif) akibatnya tegangan keluaran VINT akan turun dengan kemiringan tertentu

    (ditentukan oleh Rc

    Vref). Bila VINT mencapai harga nol maka komparator akan berbalik

    keadaan dan t2 akan berakhir.

    Selang waktu t1 dan t2 adalah selang waktu yang dapat diukur dengan

    menggunakan suatu pencacah dapat ditunjukkan bahwa

    1

    2

    t

    tVV refin

    Bila Vref dan t1 tetap, maka Vin t2, selang waktu t2 dicacah dengan suatu

    pencacah yang akan menghasilkan keluaran biner ataupun BCD. Keluaran ini adalah

    keluaran digital untuk isyarat analog Vin.

    Oleh karena ada dua kemiringan pada diagram pewaktuan, pengubah A/D

    integrasi juga dikenal sebagai pengubah A/D kemiringan rangkap (dual slope).

    Kekurangan pencacah A/D integrasi terletak pada waktu konversi yang sama,

    yaitu pada orde 10 ms atau lebih. Pengubah A/D integrasi banyak digunakan pada

    multimeter digital, dimana waktu konversi tidaklah terlalu mengganggu.

    12.3 Pengubah A/D pendekatan berurutan

    Pengubah A/D ini dikenal sebagai pengubah A/D pendekatan berurutan

    (successive approximation) dan bekerja dengan prinsip umpan balik. Diagram blok dan

    timing diagram pengubah A/D pendekatan berurutan. Ditentukan pada gambar

  • 68

    ViMasukananalog

    Registerpendekatanstruktural

    Komparator

    PengubahD/A

    KeluaranDigital

    1MSBV

    2MSBV

    lSBV

    MSBVV 1

    2V

    3V1iV

    ADV /

    lSBV

    MSBV

    1V

    2iV2V

    ADV /

    Gambar 12.3 A/D pendekatan berurutan

    (a) Diagram blok

    (b) Diagram timing

    Komparator digunakan untuk membandingkan keluaran D/A dengan masukan

    analog Vin. Keluaran komparator digunakan untuk mencek register pendekatan

    berurutan (Successive Approximation Register SAR). Untuk register ini dapat

    digunakan IC MSI

  • 69

    Seperti misalnya AM 2502 buatan Advance Micro Device. Cara kerja register ini adalah

    sebagai berikut :

    Setelah menerima pulsa mulai konversi, SAR akan mengeluarkan bit-bit untuk

    diubah menjadi tegangan analog oleh suatu pengubah D/A. perhatikan gambar 12.b kiri

    yang menunjukan diagram timing keluaran pengubah D/A. mula SAR akan mengaktifkan

    MSB, yang akan menghasilkan suatu tegangan analog pada keluaran pengubah D/A.

    tegangan ini dibandingkan dengan Vin. Bila V1 < Vin maka MSB dibiarkan tinggi(1), bila

    V1 > Vin maka MSB dibuat 0. Pada contoh kita V1 < Vin sehingga MSB dibuat 1.

    Selanjutnya bit no 2 diaktifkan dibuat 1 dan keluaran pengubah D/A yang baru

    dibandingkan lagi dengan Vin . pada contoh V2 < Vin sehingga bit no 2 dibuat juga 1.

    kemudian bit no 3 dibuat 1. terakhir bit no 4 (LSB) dibuat 1. Akan tetapi V4 > Vin, maka

    bit no 4 dibuat 0. keadaan akhir pada keluaran SAR adalah (1110)2 menyatakan

    keluaran digital untuk Vin.

    Bagaimana pengubah kerja pengubah A/D pada gambar 12.3b. pengubah A/D

    pendekatan berurutan n-bit melakukan konversi dalam waktu (n+1) siklus Clock.

    pengubah A/D termasuk pengubah A/D yang cepat, dapat melakukan dibawah 1s.

    pengubah A/D pendekatan berurutan dapat dibuat sangat akurat, bergantung pada

    tegangan acuan dan pengubah D/A yang digunakan pengubah A/D macam ini kini dapat

    diperoleh dengan resolusi 12 bit dan waktu konversi 10 20 s.

    kita juga dapat menggunakan mikrokomputer untuk bertindak sebagai register

    pendekatan berurutan dengan menggunakan program. Disamping itu kita dapat

    diperoleh pengubah A/D pendekatan berurutan monoklitik (IC) atau pun hybrid, yang

    lengkap mengandung semua komponennya.

  • 70

    kita akan membahas D/A pendekatan yang berurutan perangkat lunak, serta

    antara muka ADC ini bagian tersendiri. marilah kita singgung sedikit tentang pengubah

    A/D atau A/D flash sekedar untuk pengetahuan umum.

    12.4 Pengubah A/D Paralel

    Pada pengubah A/D parallel semua tingkat kode analog pada tegangan masukan

    konversi serentak dengan menggunakan banyak komparator.

    2

    3LSBVref

    Gambar 12.4 Pengubah A/D Paralel

  • 71

    Untuk menghasilkan keluaran digital 8 Bit diperlukan 255 komparator, seperti pada

    pengubah A/D monolitik TDC 1007 J buatan TRW-LSI product. pengubah A/D ini

    mempunyai waktu konversi yang pendek yaitu 5 milisecond sehingga dapat digunakan

    untuk melakukan konversi dengan frekuensi 45 MHz. ini berarti bahwa pengubah A/D

    parallel dapat digunakan untuk mengubah isyarat analog yang berubah dengan

    frekuensi 20 MHz. pengubah A/D dapat digunakan untuk memproses isyarat video pada

    televisi. Karena semua kode analog di konversi dalam waktu satu siklus clock maka

    pengubah A/D ini sering dikenal sebagai pengubah A/D kilat.

    Spesifikasi Data

    Ada beberapa parameter yang perlu di ketahui dalam pengubah A/D dan pengubah D/A

    yang menyangkut penyimpangan-penyimpangan keluaran terhadap sifat-sifat idealnya.

    Resolusi

    Resolusi atau daya pisah adalah perubahan analog terkecil yang dapat dibedakan oleh

    A/D atau dihasilkan oleh suatu pengubah D/A. resolusi adalah nilai analog daripada LSB

    yaitu FS/2n untuk computer binar n bit.

    Linieritas

    Linieritas diartikan sebagai penyimpangan dari lurus yang ditarik antara kedua ujung

    fungsi transfer suatu computer. Linieritas dapat dinyatakan sebagai presentase skala

    penuh (FS) atau sebagian pecahan LSB. Linieritas suatu converter yang baik adalah

    1/2 LSB . pengertian Linieritas beserta kesalahan penguatan (gain error) dan

    kesalahan offset ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah ini.

  • 72

    (a) (b)

    Gambar 12.5 fungsi respon converter data, (a) Ideal, (b) kesalahan-kesalahan

    Liniertias Diferensial

    Kesalahan Linieritas Diferensial adalah penyimpangan maksimum dari ukuran bit yang

    sebenarnya dari nilai teorinya dalam daerah jangkau (range) converter.

    suatu linieritas diferensial sebesar 1/2 LSB berarti bahwa ukurannya adalah 1 LSB 1/2

    LSB. Kesalahan linieritas diferensial ditunjukan pada gambar 12.6

    Gambar 12.6 Linieritas Diferensial dan monotonisitas

  • 73

    Monotonisitas

    Monotonisitas berarti dihasilkan keluaran yang selalu bertambah bila diberi masukan

    yang selalu bertambah. gambar 12.6 b menunjukkan keluaran yang tak monoton.

    Kode Hilang (Missing Code)

    Didalam pengubah A/D ini, terjadi bila keluaran melompat 1 digit.

    Kesalahan Kuantitas (Quantizing Error)

    Kesalahan ini adalah ketakpastian dasar yang berhubungan dengan digitisasi suatu

    isyarat analog oleh adanya resolusi (daya pisah) yang terbatas pada suatu pengubah

    A/D. Suatu converter ideal mempunyai kesalahan kuantisasi sebesar LSB.

    Akurasi Relatif

    Akurasi relative menyatakan berapa % FS kesalahan pada keluaran bila tak ada

    kesalahan offset dan penguatan. Akurasi relative berhubungan dengan linieritas.

    Kesalahan Offset

    Kesalahan yang terjadi bila fungsi transfer tak melalui titik asal (origin).

    Kesalahan Penguatan

    Beda kemiringan antara fungsi transfer ideal dan fungsi transfer yang sebenarnya .

    Laju Kelok dan Waktu Mapan

    Laju perubahan keluaran suatu pengubah D/A ditentukan oleh laju belok (Slew Rate),

    yaitu kemampuan keluaran pengubah D/A untuk merubah dalam suatu selang waktu.

  • 74

    Laju belok dinyatakan dalam V/s untuk mengubah D/A dengan keluaran tegangan atau

    mA/s untuk mengubah D/A dengan keluaran arus.

    Laju belok memberikan gambaran kasar kecepatan pengubah D/A, kecepatan

    pengubah D/A harus memperhitungkan waktu yang diperlukan agar isyarat keluaran

    menjadi tetap dalam daerah ketepatan yang diinginkan. pengertian laju belok dan waktu

    mapan (setting time) ditunjukkan pada gambar 12.

    t

    V

    t

    VrateslewBelokLaju

    )(

    Gambar 12.7 Pengukuran Laju belok dan waktu mapan

  • 75

    MODUL XIV

    SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

    JENIS-JENIS PENGUBAH ISYARAT ANALOG KE DIGITAL

    Tujuan Instruksional Umum :

    Agar mahasiswa dapat memahami tentang pengolahan jenis-jenis isyarat

    analog menjadi isyarat digital.

    Tujuan Instruksional Khusus :

    Dapat menyebutkan jenis-jenis pengubah isyarat analog menjadi isyarat

    digital.

    Dapat menjelaskan bagian-bagian dan cara kerja pengubah analog ke digital

    Buku Rujukan :

    Rangan Sarma Instrumentation Devices and Sistem

    W. Bolton Mechatronic

    William D. Cooper Electronic Instrumentation and

    Measurement Technique

    14.1 Pemakaian Pengubah A/D Pendekatan Berturutan

    Kita akan membahas salah satu pengubah A/D yang sering digunakan, yaitu

    pengubah pendekatan berurutan (Successive Aproximation SA). Ad-Sa mempunyai

    waktu konversi yang cukup pendek, yaitu dari 1 s hingga 100 s. Ada tiga bentuk

    pengubah A/D ini, yaitu mengunakan Register pendekatan berurutan (Successive

    Aproximation SAR). Dan pengubah D/A dalam satu chip, dan yang menggunakan

    perangkat lunak sebagai ganti SAR. Yang terakhir ini mempunyai waktu konversi yang

    panjang, akan tetapi dapat dilaksanakan tanpa SAR perangkat keras.

    Pengubah AD-SA dengan mengubah D./A dan SAR

  • 76

    oD

    oCQ

    oI

    Gambar 14.1 Susunan dasar pengubah A/D pendekatan berurutan

    Komponen kunci dari suatu AD-SA