32
Lampiran PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL I. Identitas Klien Nama klien Umur Jenis kelamin Suku Status Pekerjaan Agama Alamat MRS Postur tubuh Penampilan Kebiasaan Informasi : Nn. G. : 47 Tahun : Perempuan : Tionghoa : Gadis : Tidak bekerja : Budha. : Gg.Darmawan V RT :04, RW 04 Sawah Besar Jak-pus. : Tahun 1979. : Klien tampak kurus, TB: 160 cm, BB: 52. : Kulit bersisik, pakaian jarang ganti, gigi kuning banyak yang tanggal : rambut kotor banyak ketombe, : Sering menyendiri di lantai dekat dekat tempat tidur, suka bersih-bersih (membersihkan kamar mandi, ruangan), cuci piring. : Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien. II. Persepsi dan harapan klien / keluarga a. Persepsi klien tentang masalah Klien mengatakan bahwa bahwa klien merasa kesal dengan sudara- saudaranya, klien dirumah kerjanya hanya bersih-bersih got sedangkan saudaranya enak-enak saja. Setiap Klien bercerita ttg keadaan dirumahnya nada suaranya agak meninggi dan menangis dan langsung berhenti menangis, klien mengatakan selalu ingin pulang. b. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mengatakan mungkin klien tidak akan sembuh dan anggota keluarganya tidak ada yang sakit jiwa seperti klien. c. Harapan klien tentang pemecahan masalah Klien ingin sembuh dari sakit, ingin pulang seperti keluarganya yang lain, tidak dirumah sakit terus sehingga dapat melakukan suatu kegiatan dirumah. d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga menginginkan klien ingin sembuh dari sakitnya, tidak marah- marag, apalagi amuk, ingin seperti orang pada umumnya. Keluarga kalau memang belum sembuh biar saja di rumah sakit dulu karena keluarga

Skizofrenia Paranoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skizofrenia Paranoid

Citation preview

Page 1: Skizofrenia Paranoid

Lampiran

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

I. Identitas KlienNama klien UmurJenis kelaminSukuStatus PekerjaanAgamaAlamatMRSPostur tubuhPenampilan

Kebiasaan

Informasi

: Nn. G.: 47 Tahun: Perempuan: Tionghoa: Gadis: Tidak bekerja: Budha.: Gg.Darmawan V RT :04, RW 04 Sawah Besar Jak-pus.: Tahun 1979.: Klien tampak kurus, TB: 160 cm, BB: 52.: Kulit bersisik, pakaian jarang ganti, gigi kuning banyak yang tanggal : rambut kotor banyak ketombe, : Sering menyendiri di lantai dekat dekat tempat tidur, suka bersih-bersih (membersihkan kamar mandi, ruangan), cuci piring.: Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.

II. Persepsi dan harapan klien / keluargaa. Persepsi klien tentang masalah

Klien mengatakan bahwa bahwa klien merasa kesal dengan sudara-saudaranya, klien dirumah kerjanya hanya bersih-bersih got sedangkan saudaranya enak-enak saja. Setiap Klien bercerita ttg keadaan dirumahnya nada suaranya agak meninggi dan menangis dan langsung berhenti menangis, klien mengatakan selalu ingin pulang.

b. Persepsi keluarga tentang masalahKeluarga mengatakan mungkin klien tidak akan sembuh dan anggota keluarganya tidak ada yang sakit jiwa seperti klien.

c. Harapan klien tentang pemecahan masalahKlien ingin sembuh dari sakit, ingin pulang seperti keluarganya yang lain, tidak dirumah sakit terus sehingga dapat melakukan suatu kegiatan dirumah.

d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalahKeluarga menginginkan klien ingin sembuh dari sakitnya, tidak marah-marag, apalagi amuk, ingin seperti orang pada umumnya. Keluarga kalau memang belum sembuh biar saja di rumah sakit dulu karena keluarga tidak bisa mengatasi, dan prilaku klien membuat keluarga dan lingkungannya terganggu.

III. Pengkajian Psikologisa. Status emosi

Ekspresi emosi sesuai dengan perasaanya namun klien sulit dalam mengungkapkan perasaannya, klien suka marah-marah pada klien lain dan merasa curiga, Katanya ada yang mengambil uangnya. Kalau melihat orang yang belum pernah dikenalnya memperlihatkan kecurigaan.

b. Kosep diri Body image : Klien mengatakan malu badannya kotor rambutnya gundul/ sedikit jadi

jelek. Ideal Diri : Klien mengatakan ingin bisa bekerja tanpa orang lain mengejek, klien

mengatakan ingin membantu keluarganya .

Page 2: Skizofrenia Paranoid

Harga Diri : Klien merasa selama ini dibuang oleh keluarganya, tidak diperhataikan , karena selama ini dianggap selalu mengganggu.

Fungsi Peran : Klien merasa bahwa dirinya selama ini tidak seperti orang lain atau orang lain, karena suka marah -marah sehingga tidak ada yang mau dekat.

Identitas Diri : Klien menilai dirinya tidak seperti oarang lain bebas kemana-mana sebagai wanita harus punya pasangan dan keluarga.

c. Gaya komunikasiSecara Verbal : Bicara klien dapat ditangkap, tetapi kadang melompat-lompat tidak sesuai

dengan apa yang sedang dibicarakan. Nada suara klien setiap bicara agak tinggi.Secara Non Verbal : Kalu sedang bicara tangan selalu memperagakan, vena Jugularisnya

membesar, sering bicara sambil melotot.

d. Pola interaksiKlien memberi respon hanya pada orang yang sudah dikenal. Klien lebih banyak berhubungan

dengan wanita dari pada laki-laki. Tempat tidurnya terpisah dengan klien lain. Klien sering masuk ke kamar lain untuk mengontrol klien yang lain. Klien kenal dengan semua klien yang ada diruang Melati tetapi tidak saling berinteraksi.

e. Pola pertahananUpaya klien untuk mengatasi masalahnya : jalan-jalan , mondar-mandir, nonton TV dan marah-

marah untuk mengungkapkan kejengkelannya, serta membersihkan lingkungan, misalmya : sampah, cuci piring membersihkan bak mandi dan ngepel.

IV. Pengkajian sosiala. Pendidikan dan pekerjaan :Pendidikan terakhir sebagai siswa SD tidak tamat (klas IV). Selama ini belum pernah kerja

mandiri dan dapat penghasilan, klien pernah bekerja di toko keluarganya untuk membantu keluarganya. Pekerjaan dirumah, bersih-bersih, masak, cuci pakaian.

b. Hubungan sosialSelama ini klien tidak punya teman dekat baik di rumah maupun di rumah sakit klien tidak suka

laki-laki karena anggapan klien, laki-laki ( Dokter/ mantri membuat orang mati ). Klien jarang berhubungan dengan orang lain, dirumah jarang juga berhubungan dengan keluarganya, habis bersih-bersih tidur, dirumah sakit juga jarang ngomong-ngomong dengan klien lain bila ketemu diam. Di rumah sakit klien lebih senang sendiri ,kamarnyapun sendiri, klien sering ngontrol kamar-kamar klien lain tapi tidak berinteraksi. Klien sering menyuruh klien lain, dan klien lain ketakutan. Klien sering marah-marah pada klien lain sehingga mereka jadi takut mendekat.

c. Faktor sosial budayaKlien beragama Budha , selama di rumah sakit tidak pernah mengikuti kegiatan kerohaniaan.

Selama di rumah sakit klien mendapat kiriman untuk kebutuhannya dari keluarga. Klien bisa diajak komunikasi.

d. Gaya hidup Klien dulunya lahir dan tinggal di Medan, selama di rumah klien menghabiskan waktu untuk sekolah dan membantu di toko orang tuanya, saat ini keluarga klien tinggal di Jakarta, klien juga membantu orangtuanya jualan di toko dan bersih-bersih di rumah.

V. Pengkajian KeluargaKlien adalah anak pertama dari delapan bersaudara, klien tinggal bersama orang tuanya. Sumber

pengasilan utama adalah adik-adiknya. Hubungan antara kakak beradik tidak begitu hangat

Page 3: Skizofrenia Paranoid

dan harmonis setelah klien dirawat di rumah sakit. Klien merasa takut dengan mamanya,

namun klien lebih dekat dengan mamanya dibanding dengan saudara yang lain.

62

48 33 30 28 26 25 23 20

VI. Pengkajian Kesehatan FisikA. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang laluPada tahun 1977 klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa bogor dengan diagnosa yang sama.

Pada tahun 1978 klien dirawat di RSCM selama Dua bulan dengan diagnosa medis

Schizoprenia disorder Paranoid . Untuk gangguan kesehatan fisik belum pernah di rawat.

Penyakit sekarang.Di rumah sakit jiwa Grogol Jakarta pertama kali masuk th 1979 sampai sekarang dengan

diagnosa medis schizoprenia paranoid. Penyakit fisik tidak ada.

B.Kebiasaan kesehatan sekarang. Penampilan diri Klien tampak kurang bersih rambut kotor berketombe, baju jarang ganti, kadang-kadang

klien hanya mandi satu kali sehari tidak pernah pakai sabun meskipun sabunnya ada,

tetapi klien menggosok gigi.

Sikap tubuh, klien berjalan tegap, kebiasaan suka tiduran di lantai ,kuku panjang dan

kotor, kulit bersisik banyak daki.

Rokok : Klien merokok satu hari sampai satu bungkus

Minuman keras : klien tidak pernah minum-minuman keras.

Page 4: Skizofrenia Paranoid

Pola tudur : Tidur malam pukul 22.00 sampai 05.00 Wib. Tidur siang tidak menentu.

Kadang-kadang tidur pagi kalau klien kecapaian. Saat klien lain tidur kurang lebih jam

12.00. klien malah jalan-jalan nonton TV.

Pola makan : Setiap hari klien dapat jatah makan dari rumah sakit, 3x sehari. Setiap

pukul 10.00 klien dapat bubur kacang. Klien tidak mau makan bersama dengan klien

lain, klien makan sendiri di ruang tamu atau di kamarnya. Klien tidak sedang

menjalankan diit tertentu.

Pola elimunasi : Bak 4 - 5 x perhari, Bab 1 x perhari pada pagi hari.

Tingkat aktivitas : klien cukup aktip dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya ;

bersih-bersih sampah , kamar mandi, cuci piring , membersihkan tempat tidur,

melakukan perawatan diri ( kadang-kadangmandi satu hari sekali tanpa sabun

Tingkat energi : Klien cukup energi jarang tiduran , jalan-jalan, melakukan ADL.

VII. Status / Keadaan MentalA. Kebenaran Data :Dalam memberikan informasi kadang membingungkan, kata-kata klien sering melompat-lompat,

tidak sesuai dengan pembicaraan yang sedang berlangsung. Validasi data : Apa yang

dikatakan klien dan keluarganya sama kacuali apa yang dikatakan klien kalau lagi di rumah

klien tidak marah-marah, sedangkan menurut keluarganya bila klien di rumah selalu marah-

marah. Klien memanipulasi data.

B. Status Sensori :Klien dalam berkomunikasi dengan perawat nada suaranya keras , Kadang-kadang klien

menanyakan kembali apa yang disampaikan perawat ( klien merasa kurang jelas ).

C. Status PersepsiTidak ada halusinasi, namun tingkat kecurigaannya tinggi. Klien merasa orang lain mengejek,

menghina dan mengolok-olokkannya.

D. Status MotorikStatus motorik baik : Bicara lancar dan mudah dimengerti, pergerakan anggota gerak baik :

berjalan, lari, membungkuk.

E. AfekBila klien marah nada suara tinggi, wajah tegang, menyeringai, mata melotot. Kalau melihat

orang seperti menyelidik.

Page 5: Skizofrenia Paranoid

F. OrientasiKlien mengenal orang yang berada di sekitarnya, waktu ,hari, dan tanggal, bahkan kalau pulang

cuti ( Sabtu, Minggu ) klien pulang sendiri. Klien juga sadar kalau dia berada di rumah sakit jiwa .

G. IngatanKlien mudah ingat tentang suatu kejadian dan apa yang diinformasikan.

H. Daya Tilik Diri ( Insight )Klien belum mampu bereaksi sesui realita, klien beranggapan bahwa prilakunya baik-baik aja

(klien marah kalau ada yang menghina dan memojokkan). Klien belum mengetahui apa penyebab prilakunya dengan keadaan realita.

VIII. A. Diagnosa Medik Schzoprenia Paranoid

B. Program Pengobatan Medik Obat-obat yang didapat : CPZ : 100 mg. 3 X perhari THP : 3 X 2 mg perhari Ceradol 3 X 5 mg

ANALISA DATA

KLASIFIKASI DATA MASALAH

10 April 1997

Klien marah-marah merebut barang milik orang lain.

Jika bicara mata sering melotot Sering tampak tegang Kurang bersahabat, curiga pada klien

lain Bicara kacau

Marah yang tidak konstruktif.

Page 6: Skizofrenia Paranoid

Nada suara tinggi dan cepat Vena jugularis menonjol,saat bicara.

Kalau lagi marah jalan-jalan dan menghampiri klien lain.

Adanya curiga pada klien lain yaitu pada klien E ( disangka mengambil uang dan membuat bajunya sobek).

Menyuruh klien lain membersihkan ruangan.

Pernah bersitegang dengan klien lain gara-gara tempat sampah yang ada didekat kamarnya diambil oleh klien lain.

11 April 1997 Klien tidak ganti baju. Baju yang dipakai

pada pertemuan tanggal 10 masih dipakai hari ini.

Gigi klien kuning. Kulit agak bersisik. Rambut kotor banyak ketombe. Klien tidak rapi sering duduk di lantai.

Klien menyatakan malas mandi. Setiap kali berinteraksi dengan

Mahasiswa ,pk.10.00 WIB Klien belum mandi.

Potensial melukai orang lain /Amuk.

Penampilan diri kurang adekuat

Kurang berminat dalam kebersihan.

Tanggal 17-4-97 Klien cuti,pulang ke rumah.

Tanggal 24-4- 97 Klien sering sendiri di ruangan ,tempat

tidurnya . Klien tidak pernah berinteraksi dengan

klien /orang lain. Klien senang melamun dibawah tempat

tidur nya sambil merokok.

Klien selalu menyatakan orang lain malas tidak pernah bersih-bersih,hanya

Gangguan hubungan sosial; menarik diri

Page 7: Skizofrenia Paranoid

dia sendiri yang bersih-bersih. Klien mengatakan barangnya

hilang ,bajunya sobek,klien lain yang mengambil dan merobek bajunya.

Kalau ada orang lain yang sedang ngomong-ngomong,tingkahnya seperti menyelidik.

Klien selalu jalan-jalan ke kamar klien lain ,melihat-lihat tanpa berinteraksi.

Ada klien M yang asyik duduk ,tiba-tiba klien marah-marah dan memukul klien M.

Curiga.

Urutan Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas.

1. Potensial melukai orang lain /diri sendiri sehubungan dengan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan marah secara konstruktif.

2. Menarik diri sehubungan curiga.3. Penampilan diri kurang sehubungan dengan kurang berminat dalam kebersihan diri.

Page 8: Skizofrenia Paranoid

RENCANA KEPERAWATAN JIWA

NO/ Diagnosa PerencanaanTgl Keperawatan Tunjuan Kriteria Evaluasi Timdakan Keperawatan Rasional

I10-4-97 Potensial melukai diri sendiri

dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.DS : Klien mengatakan dirumah

kerjanya bersihkan got, kelu-arga yang lain malah bikin kotor.

Klien mengatakan kesal sama orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang enak

Klien mengatakan kesal sama orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.

Klien mengatakan kesal, orang-orang dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor lagi.

DO : Jika bicara dengan orang lain

mata sering melotot. Kadang klien tampak tegang. Jalan tanpa tujuan. Klien sering marah dengan

suara keras. Bicara kacau. Sering membentak orang.

Tupan : Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang konstruktif.

Tupen :1.Klien dapat membina hubu-

ngan saling percaya dengan perawat

1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat Membalas salam. Berjabat tangan. Berkomunikasi verbal. Dapat menyebutkan nama

perawat.

1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal Perkenalkan diri. Jelaskan tujuan pertemuan . Terima klien apa adanya. Ciptakan suasana tenang dan

relaks. Hargai privasi klien.

1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten. Menepati janji. Mempertahankan kontak mata

dan posisi yang terbuka. Hndari komunikasi yang ber-

sifat rahasia didepan klien . Perhatikan kebutuhan klien .

Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.

Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.

2. Klien dapat mengidentifikasi sumber marah dan mengenal rasa marahnya.

2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia marah. Mengatakan dalam dalam

situasi apa klien marah. Mengatakan penyebab klien

marah. Klien mengatakan dan

mengetahui bahwa dirinya sedang marah

2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam. Bicara perlahan dan jelas Menggunakan kalimat yang

mudah dimengerti klien. Bersikap terbuka.

2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah. Tunjukkan prilaku empati

Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh, hal ini merupakan lang-kah awal komunikasi yg terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.

Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab

Page 9: Skizofrenia Paranoid

Bicara mudah dimengerti marahnya dan klien dapat mengenal marahnya.

3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda marah.

3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi. Wajah merah. Mata melotot. Tekanan darah meningkat. Otot-otot tegang/ menggetar. Tangan dikepal. Muka tegang. Nada suara meninggi.

3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda saat klien marah yg diketahui klien.

3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.

Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat klien marah, klien dapat mengidentifikasi tanda ma-rahnya.

Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain kalau kondisi spt itu adalah sedang marah.

4.Klien dapat mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.

4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.

4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah. Jangan menyinggung klien Terima apapun yang diungkap-

kan klien. Fokusing dan klarifikasi bila

klien melantur.

4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.

4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.

Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.

Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan.

5.Klien dapat menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau yang tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).

5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang konstruktif. Tidak menyinggung

perasaan orang lain. Tidak melukai orang lain. Tidak merusak. Tidak membuat takut suasa-

na.

5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif. Latihan Asertif; bagaimana diri

sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk mengungkapkan penyebab ma-rah.

Menyalurkan energi kemarahan secara kontruktif.

Tehnik relaksasi; Membaca, menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.

Penyelesaian masalah ;

Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Page 10: Skizofrenia Paranoid

Menceritakan pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan jalan keluar.

Aktivitas fisik ; olahraga, pekerjaan rumah tangga.

Spiritual ; berdoa. Bermain peran.

5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.

5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif

Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.

Menunjukkan realita marah yang konstruktif.

6.Klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah yang konstruktif.

6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif. Expresi wajah tyidak tegang. Nada suara tidak ringgi. Mata tidak melotot. Nafas tidak cepat. Tidak menggunakan kata-

kata kasar. Prilaku tidak agresif.

6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.

6.1.2. Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.

6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan marah secara konstruktif.

Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.

Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.

Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.

7.Keluarga dapat memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien

7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.

7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.

7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.

Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga.

Page 11: Skizofrenia Paranoid

2.24-4-97 Gangguan hubungan sosial :

menarik diri s/d curiga.DS : Klien selalu mengatakan ,

klien yang lain malas-malas. Klien mengatakan barang-

barang klien hilang, klien E yang mengambil.

DO : Klien sering menyendiri di

tempat tidurnya. Klien tidak berinteraksi

dengan klien lain. Klien sering melamun dilantai

disamping tempat tidurnya.

Tupan :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tupen :1.Klien dapat mengungkapkan

perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.

1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara spontan.

1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang.

1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya : Tepati janji. Jelaskan tujuan intrvensi. Berlaku konsisten. Perilaku bersahabat. Empaty.

1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.

1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)

1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.

Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi terapeutik.

Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Akan meningkatkan hubungan saling percaya.

2.Klien mengenal curiganya. 2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat mengenal perasaan curiganya.

2.1.1. Adakan kontak yang sering dan singkat

2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata bagi perawat.

Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan persaan curiga

Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.

2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x pertemuan.

2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.

Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya.

2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya

2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu

Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam

Page 12: Skizofrenia Paranoid

curiga. timbul. mengatasi curiganya.

3. Klien dapat mengontrol curiganya.

3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan realita.

3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.

Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien.

3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.

3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan hubungan dgn orang lain.

3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.

3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.

3.31. Perkenalkan klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.

3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.

3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.

3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn lingkungan.

Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.

Reinforcement positif sangat-lah penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.

Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.

Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.

Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.

Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg menarik diri.

4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.

4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat : Menjelaskan proses

terjadinya curiga. Tanda-tanda curiga. Cara mengontrol curiga.

4.2. Keluarga dapat membantu

4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ; Kecurigaan yang terjadi pada

klien. Tanda-tanda curiga. Cara mengontrol supaya tidak

terjadi curiga.

4.2.1. Berikan motivasi keluarga

Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.

Page 13: Skizofrenia Paranoid

5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.

menurunkan perasaan curiga klien.

5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.

agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.

5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan. Awasi klien apakah obat dima-

kan. Jelaskan kepada klien tentang

reaksi obat. Perhatikan prinsip 5 benar pada

pemberian obat. Observasi reaksi setelah pem-

berian obat.

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.

Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai sasaran.

3.24-4-97

Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.

D.O : Penampilan diri kurang rapih. Baju yang dipakai itu-itu saja

tampak kotor. Gigi klien kuning,dan banyak

yang tanggal. Kulit agak bersisik. Rambut kotor, banyak

ketombe. Setiap berinteraksi dgn

mahasiswa klien belum mandi.

Kuku panjang dan hitam.

D.S. Klien mengatakan malas

mandi. Klien mengatakan waktu

pulang malas mandi karena takut menghabiskan air.

Tupan :Penampilan klien rapih dan bersih.

Tupen :

1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.

2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara bertahap.

3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap

1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

2.1. Selama klien di rawat. Klien dapat mandi sendiri

setiap hari dgn menggunakan sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.

Klien dapat mengganti baju tiap hari dan pakai pakaian bersih.

Klien dapat memperlihatkan kebersihan rambut, wajah dan kuku.

2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1dengan inisiatif sendiri.

3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang,

1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri.1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.

2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan wajah, dan kukunya.

2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.

3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien

Dengan mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri.Motivasi sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.

Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.

Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.

Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.

Page 14: Skizofrenia Paranoid

perewatan kebersihan diri sendiri.

4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan.

manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.

4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.

4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.

Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri.

Page 15: Skizofrenia Paranoid

CATATAN KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Implementasi EvaluasiKeperawatan Resspon Klien (S dan O) Modifikasi

1 10-4-97 Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungkap kan marah secara kons truktif.

1.1.1. membina hubungan saling percaya dengan klien. Mengucapkan salam. Memperkenalkan nama. Berjabat tangan . Kontak mata. menyampaikan tujuan pertemuan.

Klien menerima perknalan dengan mahasiswa. Membalas salam. Membalas jabat tangan. Berrespon secara verbal.

Interaksi tetap dipertahankan.

11-4-97 Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungka kan marah secara kons truktif.

1.1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien (melanjutkan ).

1.1.1. Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.

Hubungan saling percaya sudah terbina selama 3-5x pertemuan.

Klien menerima kehadiran pera wat.

Dipertahankan.

Dipertahankan.

1.1.2. Mempertahankan sikap perawat secara konsisten. Dalam setiap interaksi dengan klien perawat selalu menepati janji dan berikan kontrak yang jelas, time out, serta memperhatikan kebutuhan klien.

O. Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa yang sudah positif pada dirinya.

S. Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah, dan ketika ditawarkan untuk perte muan lagi klien mengatakan ya.

Dipertahankan.

2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa yang membuat klien marah.

O. Klien tampak cemberut, tegang, matanya datar, vena jugularisnya tampak jelas, nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan perasaannya.S. Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor, engga mau bersih-bersih, ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.

Dilanjutkan dan mengekplorasi lagi perasaan klien.

Page 16: Skizofrenia Paranoid

24-4-97. Potensial melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d. Ketidak mampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.

1.1.1. Membina hubungan saling percaya, meng ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari ini, menanyakan tentang kabarnya dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang dilakukan klien di rumah, dan menanyakan perasaan klien setelah pulang.

O. Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima kehadir an perawat.S. Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik saja.

Dipertahankan.

1.1.2. Mempertahankan sikap perawat yang konsisten, menepati janji, kontrak yang jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out, serta mempertahankan kebutuhan klien, dan memberikan pujian.

O. Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan puji an.

Dipertahankan.

2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka.

O. Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan perasaannya.

S. Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “ Habis orang-orang di sini ( klien) malas-malas tidak mau bantu kerja “.

Dipertahankan dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.

5.1.1. Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien bila klien marah.

O. Tampak klien tidak terbuka dan menutupi dan mengingkari apa yang sudah dilakukannya.Klien tampak cemberut dan tertunduk.

S. Klien hanya mengatakan

Dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memcari waktu yg tenang bagi klien.

Tidak tahu dan saya tidak ingin membuat masalah.

Gangguan hubungan sosial : menarik diri S/D curiga.

1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap konsisten, dan memelihara ketenangan lingkungan seperti Dx I.

1.1.2. Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati.

O. Klien tampak bersemangat untuk bercerita, tapi kadang-kadang melantur.

Dipertahankan dengan memper hatikan komu nikasi dengan fokusing.

2.2.1. Bersama klien mendiskukan tentang curiga pada klien.

O. Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia jengkel.

Dipertahankan

Page 17: Skizofrenia Paranoid

S. Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, kagak mau kerja, bisanya bikin kotor, habis klien M sepertinya mengejek.

Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.

1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap empati, konsisten serta memelihara ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).

1.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang : Manfaat kebersihan. Cara memelihara kebersihan. Tanda-tanda badan yang bersih. Akibat dari tidak terpeliharanya kebersihan diri.

O. Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala

S. Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan kadang-kadang engga mandi. Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “ habisnya malas “.

Dipertahankan dan terus diberi kan stimulus.

25-4-97 Potnsial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam-puan mengungkapkan marah secara konstruktif.

1.1.1. Membina hubungan saling percaya sama seperti hari-hari sebelumnya.Tetap bersikap konsisten.

7. Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya. Bagaimana keadaan keluarga dalam menerima

keadaan klien.

O. Klien tampak terdiam , perasaan datar.

S. Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya ingin pulang kerumah tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang entar-entar aja.

Diperthankan dan direncanakan utk melakukan kunju ngan rumah. Utk memvalidasi data.

25-4-97 Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.

1.2.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang membuat klien curiga.

O. Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.

S. Klien hanya mengatakan tidak apa-apa.

dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memberikan sti mulus yg kons truktif.

3.1.1. Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan menginteraksikan klien dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang berkumpul, memberikan pujian bila klien melakukan hal yang positif.

O Klien tampak ketawa, tampak senang.

S. Klien hanya ketawa “he..he..”

5.1.1. Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta menjelaskan kepada klien .

O.Klien tampak memakan obat yang diberikan,

S. Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu

Dipertahankan.

Page 18: Skizofrenia Paranoid

Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.

1.1.2. Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis ganti pakaian yang bersih dan baru. langsung perawat memberikan pujian dan langsung mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya memelihara kebersihan , serta menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau badan bersih, dan penampilan bersih.

1.1. Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan memberikan pujian, serta memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih.

cuti klien selalu membawa obat.

O. Dengan pujian klien tampak senang, dan tersenyum-senyum, dan langsung mengambil alat-alat mandi.

S. Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi yah.

O. Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang masih basah.

S. Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga gatal.

Dipertahankan.

Dipertahankan.

1-5-97. Potensial melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.

1.1.1 Menciptakan suasana menerima klien. Menjalin hubungan saling percaya. Bersama klien menentukan tempat yang

nyaman untuk melakukan interaksi.

3.1.2. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.

4.1.1. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan

klien setelah marah. Mendiskusikan bersama klien tentang aspek

negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baik.

5.1.1. Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan marah yang konstruktif yaitu melatih

O. Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien menentukn sendiri tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang.S. Klien mengatakan senang.

O. Iklien tampak berantusias untuk menjawab S. Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah, cemberut, muka merah, dada terasa sesak, tubuh gemetar.

O. Klien tampak tegang.

S. Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang pengen mukul orang, banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan kalau marah engga enak cape.

O. Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam, klien tersenyum, dan

Dipertahankan.

Dipertahankan

Dipertahankan

Dipertahankan

Page 19: Skizofrenia Paranoid

untuk relaksasi, memberikan pujian kepada klien atas keberhasilannya.

7.1.1. Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan kepada keluarga untuk meng identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada saat klien marah.Diskusikan dengan keluarga penanganan klien marah.

menunduk.S. Klien mengatakan enak habis tarik napas.

O. Keluarga tampak terbuka.S. Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga diam.

Dipertahankan

Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.

Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam kebersihan diri

1.1.1 Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.

2.3.1. Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan curiga.

3.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya kebersihan diri. Mendorong klien untuk mau mengurus kebersihan diri.Memberikan pujian pada klien dengan niat untuk kebersihan diri.

O. Klien tampak menunjukkan ketegangan.S. Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien lain karena mereka malas-malas, klien mengatakan engga tahu.

O. Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala.S. Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas mandi.

Dipertahankan.

Dipertahankan.

9-5-97 1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d ketidak mam puan klien mengung kapkan marah secara konstruktif.

1.1.2. Menciptakan suasana menerima klien : menjalin hubungan saling percaya. bersama klien menentukan tempat yang

nyaman untuk melakukan interaksi.

5.1.1.Mendiskusikan dgn klien cara meng ungkapkan marah secara konstruktif misalnya dgn : penyaluran energi dengan memfokuskan pada

ADL ,brsih-bersih dll. Teknik rrelaksasi Ikut dalam kegiatan bermain dalam kelompok Penyelesaian masalah dengan menceritakan

kepada perawat /orang ain yang dapat dipercaya.

O. Klien tampak tersenyum, senang. S: “Selamat pagi” “Ngobrol disana saja” “Ya, kita bcara cara marah yang baik”

O: Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan TAK namun suaranya kadang masih keras.TAK dalam rangka membuat selingan aktivitasS: “Kalau lgi marah saya ngamuk”

Page 20: Skizofrenia Paranoid

2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga

1.1.1. Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa no.1)1.1.2. Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat

2.1.2. menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien dan memberi penapat bahwa situasi yang dilihat tidak membua perawat curuigadan tak membahayakan.

3.3.4. Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan menunjukkan pada klien bahwa klien yang lain cukup bersahabat.

O: Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat yang tenangtidak ramai”S: “Mereka malas semua ,tidak mau kerja”O. Tampak tegang,cemberut Klien mau memperkenalkan

diri dan mau menerima perkenalan klien lain

O. Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi.S. Klien mengatakan senang mengikuti TAK.

Pertahankan

Pertahankan

3. Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam merawat diri

1.1.2. memberikan motivasi klien untuk melakukan perawtan diri

O: -Klien mandi jam 11.00 - Ganti baju aru S:”Kalua tidak bersih gatal” “Saya mau mandi 2x sehari”

Petahankan

No Tgl. Dx. Keperawatan Perencanaan RasionalTujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

1. 17/4/97

Potensial Halusinasi s/d peri-laku menarik diri.

Data Obyektif: klien menyendiri dipojoktidur telanjang dengan posisi fetustidak berespon terhadap sapan perawattidak berinteraksi dengan perawat dan klien lain beranjak dari tempatnya hanya waktu makan

Klien tidak mengalami halusinasi.Tupen :1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya.

1.1. Sesudah 2 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi dengan perawat. Klien mau membalas

sapaan perawat. Klien mau berkomunikasi

dengan perawat.

1.1.1 Bina hubungan saling percaya : sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non verbal,

Perkenalkan diri klien dengan menyebut nama nama secara jelas.

Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan.

Dengan terbinanya hubungan saling percaya dan berfokus pada hal-hal yang disukai klien, diharapkan klien merasa bahwa peawat memperhatikan, dan klien mau terbuka sehingga memudahkan intervensi

Page 21: Skizofrenia Paranoid

Data Subyektif:Ibu mengatakan, sejak mengalami gegar otak, klien lebih pendian dan sering menyendiri di kamar

Buat kontrak dan tepati janji

Selalu kontak mata selama interaksi

Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien

Terima klien apa adanya. Mulai interaksi dengan hal

yang disukai klien

1.1.2 Kontrol penampilan perawat - selalu siap bila dibutuhkan klien- Jawab pertanyaan klien secara jujur-perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep. seperti;sama-sama menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien.- hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.

Sikap perawat yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa tidak berharga pda klien dan merusak hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.

2.1 Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah pertemuan 2 kali.

2.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik .2.1.3 Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain.2.1.4 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau /termotivasi untuk mengidentifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan akan meningkatkan harga diri klien.

2.2 Klien akan menyatakan kepuasannya atas hubungan dengan perawat sesudah 2 kali pertemuan.

2.2.1 Dorong klien mengungkapkan perasaanya terhadap hubungan dengan perawat.

Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan perawat memotivasi kli en untuk melanjutkan tahap interaksi

Page 22: Skizofrenia Paranoid

3. Klien menunjukkan penurunan perilaku menarik diri

Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan perawat dan klien lain yang ada di ruangan

Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat mengembangkan hubungan melalui; Keikutsertaan dalam aktifitas di ruangan Keikutsertaan dalam kelompok terapiInisiatip berinteraksi dengan orang lain

Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya menghadirkan 1 - 2 orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.

Usahakan pesan verbal dan non verbal secara singkat, jelas dan konsisten selama komunikasi

Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering

Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien

Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi berhubungan dengan orang lain

Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan;membersihkan ruangan, menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi

Beri penjelasan tentang tindakan dan beri reinforcement positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok

Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok dan diskusikan

Dengan mengikutsertakan satu atau dua perawat, memungkinkan klien berkomunikasi secara bertahap.

Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang disampaikan.

Menghindari kejenuhan klien

Meningkatkan harga diri klien.

Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi perasaan seseorang

Meningkatkan harga diri klien melalui pemenuhan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri

Memperkembangkan hubungan dengan sesamanya dapat berlanjut

Page 23: Skizofrenia Paranoid

4. Keluarga dapat berpartisipasi diri dalam perawatan klien

Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan selama klien di rawat di rumah sakit Menjenguk klien minmal satu kali semingguIkut terlibat dalam perawatan dan pengobatan

jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang

Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan dengan orang lain.

Diskusikan dengan anggotakeluarga :perilaku klien menarik diri penyebab perilaku menarik diri dan cara keluarga menghadapi klien yang menarik diri

Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain

Pengetahuan keluarga tentang perilksku menarik diri merupakan bekal untuk berpartisipasi dalam perawatan klien